Upload
vandiep
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Teori-teori umum
2.1.1 Definisi Sistem
Menurut McLeod (2001, p11) Sistem adalah elemen-elemen yang terintegrasi dengan
maksud untuk mencari suatu tujuan, dimana unsur-unsur dari sistem meliputi input,
transformasi, output, mekanisme pengendalian, tujuan dan umpan balik.
Menurut O’Brien (2003, p8) Sistem adalah kelompok komponen yang saling
terintegrasi yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama dengan menerima input
dan memproduksi output dalam sebuah proses transformasi yang terorganisasi.
Sedangkan menurut O’Brien dan Marakas (2006, p22) Sistem adalah sekelompok
komponen-komponen yang berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
dengan menerima input dan menghasilkan sebuah output dalam proses perubahan yang
teratur.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok atau lebih elemen yang
saling berkaitan satu sama lain dan terintegrasi serta bekerja sama untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang sama.
8
2.1.2 Definisi Analisis Sistem
Analisis adalah sebuah resolusi dari sesuatu hal, baik sebuah objek dari perasaan
atau dari intelektual, ke elemen-elemen orisinilnya, sebuah pemeriksaan bagian-bagian
komponen dari sebuah subjek, masing-masing secara terpisah, seperti kata-kata yang
membentuk sebuah kalimat, nada-nada dari sebuah lagu, atau proposisi sederhana yang
masuk ke sebuah argumen. (Anonymous, 2006b)
Menurut McLeod (2001, p190) analisis sistem merupakan suatu pembelajaran atau
pengertian terhadap sistem yang telah ada yang akan digunakan dalam menciptakan sebuah
sistem yang baru atau yang telah diperbaharui.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sistem merupakan
kegiatan mengevaluasi sistem yang telah ada, mengidentifikasi kelemahan sistem sehingga
dapat merancang suatu sistem yang baru sebagai solusi perbaikan.
Tahap-tahap analisis menurut McLeod (2001, p190) adalah sebagai berikut:
1. Mengumumkan penelitian sistem
Ketika perusahaan menerapkan sistem baru, manajemen bekerja sama dengan
pekerja perihal sistem baru tersebut.
2. Mengorganisasikan tim proyek
3. Mendefenisikan kebutuhan informasi
Melalui wawancara perorangan, pengamatan, pencarian catatan dan survei.
4. Mendefenisikan kriteria kinerja sistem
Setelah kebutuhan informasi manajer didefinisikan, langkah selanjutnya adalah
menspesifikasikan secara tepat apa yang harus dicapai oleh sistem.
5. Menyiapkan usulan rancangan sistem
Analis sistem memberikan kesempatan bagi para manajer untuk membuat
keputusan teruskan atau hentikan untuk kedua kalinya.
9
6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek
Manajer dan komite pengarah sistem informasi manajemen mengevaluasi usulan
rancangan dan menentukan apakah memberi persetujuan atau tidak.
2.1.3 Definisi Perancangan Sistem
Menurut McLeod (2001, p192) Perancangan sistem merupakan sebuah penentuan
proses dan data yang diperlukan oleh sistem yang baru.
Tahap-tahap perancangan menurut McLeod (2001, p192) adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan perancangan sistem secara rinci
Analis bekerja sama dengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem
baru menggunakan peralatan tertentu.
2. Mengidentifikasi alternatif konfigurasi sistem
Analis harus mengidentifikasi konfigurasi peralatan komputer yang memberi hasil
sesuai dengan yang diperlukan untuk menyelesaikan pemrosesan.
3. Mengevaluasi alternatif konfiigurasi sistem
Analis bekerja sama dengan manajer untuk mengevaluasi alternatif.
4. Memilih konfigurasi terbaik
5. Menyiapkan usulan implementasi
Menyiapkan usulan penerapan yang memberi ringkasan tugas-tugas penerapan
yang harus dilakukan dari dokumentasi perancangan.
6. Menyetujui dan menolak penerapan sistem.
10
Menurut O’Brien (2003, p352) perancangan sistem tersebut terdiri dari tiga aktivitas yaitu:
1. Desain user interface yaitu merancang layar, formulir dan dialog.
2. Desain data yaitu menentukan entiti (objek), atribut, relationship, kaidah integrasi,
dan lain-lain.
3. Desain proses yaitu membuat program dan prosedur seperti user service,
applications service, dan data service.
2.1.4 Definisi Data dan Informasi
Menurut McLeod (2001, p15) data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang
relatif tidak berarti bagi pemakai sedangkan informasi adalah data yang telah diproses atau
data yang memiliki arti.
Sedangkan menurut Turban, Rainer, dan Potter (2003, p352) data adalah kumpulan
dari fakta-fakta mentah yang tidak diolah yang tidak memiliki arti yang khusus, sedangkan
informasi adalah kumpulan dari fakta-fakta yang telah diolah agar memiliki arti.
Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa data adalah
kumpulan fakta yang tidak memiliki arti sedangkan informasi adalah data yang telah diproses
sehingga memliki arti dan manfaat bagi yang membutuhkannya.
Proses perubahan data menjadi informasi menurut Davenport dan Prusak yang
ditulis oleh Tobing (2007,15), dilakukan melalui beberapa tahapan yang dimulai dengan
huruf C yaitu :
- Contextualized : memahami manfaat data yang dikumpulkan.
- Categorized : memahami unit analisis atau komponen kunci dari data.
- Calculated : menganalisis data secara matematik atau secara statistik.
- Corrected : menghilangkan kesalahan dari data.
- Condensed : meringkas data dalam bentuk yang lebih singkat dan jelas.
11
Suatu sistem yang baik memerlukan informasi. Semakin lengkap dan baik informasi
yang disajikan maka semakin baik pula kualitas dari sistem tersebut. Agar informasi yang
disajikan dapat dipakai, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Akurat
Informasi yang disampaikan haruslah bebas dari kesalahan serta harus
menggambarkan maksud dan tujuan yang hendak dicapai.
2. Relevan
Informasi yang disampaikan haruslah sesuai dengan fakta dan mudah dipahami oleh
para pemakai atau pengguna.
3. Tepat waktu
Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan tidak boleh terlambat (usang). Informasi
yang usang tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga kalau digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan akan berakibat fatal atau kesalahan dalam
keputusan dan tindakan. Kondisi demikian menyebabkan mahalnya nilai suatu
informasi, sehingga kecepatan untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya
memerlukan teknologi-teknologi terbaru.
4. Lengkap
Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik,
karena bila informasi yang dihasilkan sebagian-sebagian tentunya akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atau menentukan tindakan secara
keseluruhan, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk
mengontrol atau memecahkan suatu masalah dengan baik.
5. Dapat diakses
Informasi yang dibutuhkan harus mudah ditemukan dan dapat diakses.
12
2.1.5 Definisi Sistem Informasi
Ada beberapa pengertian dari sistem informasi, diantaranya adalah :
Bedasarkan pendapat Laudon dan Laudon (2002, p7) sistem informasi adalah
kumpulan komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan, memproses,
menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan,
pengkoordinasian, pengendalian analisa dan menampilkannya di dalam suatu organisasi. Di
mana teknologi informasi itu meliputi hardware, software, data, teknologi penyimpanan, dan
penyedia jaringan suatu portofolio dari pembagian sumber teknologi informasi pada suatu
organisasi.
Berdasarkan hasil pencarian pada ensiklopedia online, sistem informasi dapat
diartikan sebagai aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi,
instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data.
Definisi lain dari sitem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem
yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang
bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam sistem
informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan keanekaragaman
kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria dari sistem informasi
antara lain, fleksibel, efektif dan efisien. (Anonymous, 2007c)
Menurut O’Brien (2003, p7) sistem informasi adalah penggabungan kombinasi antara
orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber data melalui pengumpulan,
pengubahan dan penyebaran informasi dalam suatu organisasi. Teknologi informasi adalah
hardware, software, telekomunikasi dan manajemen database dan teknologi pemrosesan
informasi lainnya yang digunakan oleh sistem informasi.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah
sekumpulan hardware, software, brainware, prosedur dan atau aturan yang diorganisasikan
13
secara integral untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan
masalah dan pengambilan keputusan.
2.1.6 Definisi Knowledge
Menurut pendapat Turban, et.al (2003, p352) knowledge is information that has
been organized and processed to convey expertise as it applies to a business problem.
Berdasarkan Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p718) knowledge adalah data dan
informasi yang disharing lebih jauh berdasarkan fakta, kebenaran, kepercayaan, penilaian,
pengalaman, dan keahlian si penerima. Idealnya informasi mengarah ke kebijaksanaan.
Knowledge adalah pencampuran unsur dari kerangka pengalaman, nilai-nilai,
informasi kontekstual, dan wawasan ahli yang memberikan kerangka untuk evaluasi dan
menggabungkan pengalaman baru dan informasi.
Menurut Probst, Gilbert, Raub, Steffen, Romhardt, dan Kai (2004,p24) knowledge
adalah seluruh kesadaran jiwa dan keahlian-keahlian yang mana individu-individu
menggunakan untuk memecahkan masalah. Itu termasuk kedua teori-teori dan pelaksanaan,
setiap hari aturan-aturan dan instruksi-instruksi untuk tindakan. Knowledge berdasarkan
pada data dan informasi, tetapi tidak serupa ini, itu selalu membatasi pada orang-orang.
Menurut kamus Bahasa Inggris, knowledge dapat diartikan sebagai facts,
information, and skills acquired by a person through experience or education; the theoretical
or practical understanding of a subject.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa knowledge
merupakan penerapan informasi yang diyakini dapat langsung digunakan untuk mengambil
suatu keputusan untuk bertindak.
Setiarso (2006) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan justified true believe.
Seorang individu membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan
14
observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan
pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang teguh pada kepercayaan yang
telah dibenarkan. Dalam definisi ini, pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan,
dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya
kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit ditiru atau
disederhanakan. Penciptaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan
dimana perasaan dan kepercayaan tersebut bisa tidak disadari.
Pengetahuan menurut Hendrik (2003) adalah data dan informasi yang digabung
dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten.
Pengetahuan bisa diperoleh dalam banyak bentuk seperti koran, email, majalah, artikel,
manusia dan lain sebagainya.
2.1.7 Definisi Wisdom
Wisdom merupakan pemanfaatan dari knowledge yang telah diakumulasikan dalam
jangka waktu tertentu . Pengertian wisdom berdasarkan salah satu definisi yang disediakan
Webster juga kurang lebih sama, yaitu accumulated philosophic or scentific learning.
Menurut Tobing (2007, p19) knowledge sebagian besar ditarik dari pengalaman,
yang menghasilkan sound judgement dan wisdom. Sehingga wisdom merupakan
knowledge yang digunakan dalam membuat keputusan-keputusan yang menyangkut masa
depan.
Tobing (2007, p20) berpendapat bahwa karakteristik dari wisdom adalah:
1. Merupakan tingkat kesadaran dan pemahaman yang tertinggi dari manusia.
2. Merupakan jawaban terhadap permasalahan manusia yang dalam periode waktu
tertentu belum terjawab.
3. Berada dalam jiwa dan pikiran, yang hanya dimiliki oleh manusia.
15
4. Mengandung etika dan moral.
Gambar 2.1. Hierarki Data, Informasi dan Knowledge
Sumber: Muttaqien (2007).
2.1.8 Definisi Management
Robbins and Coulter (2003, p6) menyatakan bahwa management adalah proses
koordinasi aktifitas pekerjaan supaya terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain.
Management juga berarti bagian dari mengarahkan dan mengendalikan sebuah grup
yang terdiri dari satu atau lebih orang atau entiti yang bertujuan untuk menyerasikan dan
mengharmoniskan grup tersebut dalam menyelesaikan sebuah goal (tujuan akhir).
Manajemen sering meliputi penyebaran dan manipulasi dari sumber daya manusia, sumber
finansial, sumber teknologi, dan sumber alam.
16
Menurut Hendrik (2003) manajemen adalah suatu cara merencanakan,
mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan, sumber daya untuk
suatu tujuan.
Jadi manajemen adalah proses mengkoordinasi aktifitas pekerjaan oleh sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan yang optimal.
Fungsi manajemen menurut Anonymous (2007e) adalah elemen-elemen dasar yang
akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi-fungsi tersebut
adalah:
- Planning
Kegiatan seorang manajer adalah menyusun rencana. Menyusun rencana berarti
memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Agar dapat
membuat rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus ada keputusan
terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya.
- Organizing
Organizing berarti menciptakan suatu struktur organisasi dengan bagian-bagian
yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antar bagian-bagian satu
sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur
tersebut. Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
- Actuating (Leadership)
Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan
17
manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah
menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh
kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
- Controlling
Controlling adalah proses pengawasan performa perusahaan untuk memastikan
bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam
operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu
menjadi semakin besar dan mengevaluasinya.
2.1.9 Definisi Knowledge Management System
Ada banyak sekali pengertian tentang knowledge management (KM) yang
diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut seorang pakar knowledge management Chun Wei Choo, knowledge
management is a framework for designing an organization’s goals, structures, and processes
so that the organization can use what it knows to learn and to create value for its customers
and community
Sementara, APQC (dulunya disebut the American Productivity & Quality Center)
mendefinisikan KM sebagai Systemic approaches to help information and knowledge emerge
and flow to the right people at the right time to create value. Sedangkan Pricewaterhouse
Cooper merumuskan: Knowledge management is the art of transforming information and
intellectual assets into enduring value for an organization’s people and its clients.
Karl-Erik Sveiby, menawarkan sebuah definisi ringkas, yaitu: Knowledge
management is creating value by leveraging intangible assets.
18
Menurut pendapat Deborah Wyburn Knowledge management adalah menyangkut
bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk berkolaborasi dan berbagi pengetahuan dan
untuk saling belajar. (Tobing, 2007, pp.23-24)
Menurut pendapat Turban, Rainer, dan Potter (2003, p378) knowledge management
adalah proses mengakumulasikan dan menciptakan pengetahuan dengan efisien,
mengkordinasikan pengetahuan dan memfasilitiasi pertukaran pengetahuan sehingga dapat
diaplikasikan secara efektif dalam suatu organisasi.
Menurut Schreiber (2000, p72) knowledge management adalah kerangka dan
kumpulan tool untuk memperbaiki infrastuktur pengetahuan organisasi, yang ditujukan
untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat untuk orang yang tepat, dalam bentuk yang
tepat dan pada saat yang tepat.
Knowledge management adalah merencanakan, mengumpulkan, dan mengorganisir,
memimpin dan mengendalikan data dan informasi yang telah digabung dengan berbagai
bentuk pemikiran dan analisa dari macam-macam sumber yang kompeten (Hendrik, 2003).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa knowledge management adalah suatu proses untuk
mencari, menemukan, menyimpan, dan membagikan pengetahuan (keahlian, ketrampilan,
pengalaman, dan jaringan) yang dimiliki oleh individu-individu di dalam sebuah organisasi
kepada organisasi dan individu-individu lainnya yang ada di dalam organisasi tersebut.
Menurut Housell dan Bell (2001, p47) Knowledge management menawarkan
keuntungan bagi perusahaan untuk:
1. Menangkap dan menganalisis informasi perusahaan kemudian menyimpan
informasi secara strategis dalam formasi Data Warehouse dan Data Mining,
Decision Support System dan Executive Information System.
2. Menciptakan proses akses yang luas mengenai informasi, memungkinkan
karyawan bekerja lebih cepat, lebih terinformasi, dan dapat menghasilkan
19
keputusan yang lebih baik melalui intranet, groupware, dan group decision
support system.
3. Mendokumentasikan kumpulan knowledge dari pengalaman yang pernah terjadi
dalam perusahaan.
4. Mengembangkan dan melengkapi proyek dengan meningkatkan kecepatan,
ketangkasan dan keamanan.
Sedangkan menurut Tobing (2007, p8) Sistem Knowledge Management adalah
mekanisme dan proses yang terpadu dalam penyimpanan, pemeliharaan, pengorganisasian
informasi bisnis dan pekerjaan yang berhubungan dengan penciptaan berbagai informasi
menjadi aset intelektual organisasi yang permanen.
Knowledge Management System is knowledge based systems that support the
creation, organization, and dissemination of business knowledge within the enterprise.
Examples: intranet access to best business practices, sales proposal strategies, and customer
problem revolution system. (O’Brien, 2003, p26).
2.2 Teori-teori Knowledge Management
2.2.1 Tipe-tipe Knowledge
Menurut pendapat (Pendit, 2007) pengetahuan sebenarnya terdiri dari dua macam
bentuk yaitu:
1. Pengetahuan Tacit (tacit knowledge / intangible knowldege )
adalah pengetahuan yang bersifat tak terlihat, tak bisa diraba kecuali
disampaikan (eksplisit).
Jenis pengetahuan tacit:
- Tacit yang ada di dalam masing-masing orang, pribadi-pribadi, bersifat unik,
tidak tertulis, tapi diketahui.
20
- Tacit yang ada di dalam sekelompok orang. Yaitu pengetahuan yang dimiliki
bersama oleh sekelompok orang namun sifatnya masih tidak terlihat dan ada
di dalam pikiran kelompok itu. Contoh yang kerap digunakan adalah orang
bermain bola, mereka saling mengoper secara refleks tanpa komunikasi yang
bisa dilihat bentuknya. Ini terjadi karena diantara mereka ada pengetahuan
yang sifatnya tidak tertulis. Masyarakat sebetulnya banyak yang memiliki
pengetahuan tacit semacam ini, yang disebut pengetahuan yang tertanam
di dalam hubungan antar manusia. Dan pengetahuan semacam ini biasanya
disebut trust atau kepercayaan. Saling percaya dan solider menjadi bagian
dari pengetahuan. Paradigma lama berpikir bahwa pengetahuan tidak ada
hubungannya dengan solidaritas dan norma-norma. Tapi sekarang makin
terbukti bahwa hubungan itu ada.
2. Pengetahuan Eksplisit ( explicit knowledge / tangible knowldege )
adalah pengetahuan tacit yang telah didisampaikan secara lugas dan sistematis
melalui suatu media.
Bentuk pengetahuan eksplisit berupa :
- Bentuk eksplisit yang dimiliki secara pribadi. Biasanya dalam bentuk catatan,
buku harian, alamat teman, fotokopi dan segala bentuk eksplisit yang
disimpan perorangan secara pribadi.
- Bentuk eksplisit yang dipakai bersama-sama oleh sekelompok orang dalam
bentuk tulisan tangan sampai internet. Dengan kata lain pengetahuan
eksplisit yang dibagikan agar dapat diakses oleh banyak pihak.
21
Tabel 2.1. Tipe klasifikasi knowledge
Klasifikasi Knowledge Mudah didokumentasikan? Terdokumentasi?
Tacit Tidak Tidak
Eksplisit Ya Ya
2.2.2 Penciptaan Pengetahuan dalam Organisasi
Setiarso (2006) mengemukakan bahwa penciptaan pengetahuan organisasional
terdiri dari lima langkah utama yaitu:
1. Berbagi pengetahuan yang terbatinkan
2. Menciptakan konsep
3. Membenarkan konsep
4. Membangun prototype, dan
5. Melakukan penyebaran pengetahuan diberbagai fungsi dan tingkat
organisasi.
Gambar 2.2. Empat Pola Dasar Penciptaan Pengetahuan dalam Organisasi
Sumber: Setiarso (2006)
22
Pada dasarnya pengetahuan diciptakan dari pengetahuan yang telah ada. Empat
pola dasar penciptaan pengetahuan yang mungkin terjadi di dalam sebuah organisasi, yaitu:
a. Apprentice
Pola ini biasanya terjadi secara natural di dalam perusahaan pada saat seorang
staf senior diminta oleh kepala bagian untuk membimbing seorang staf yang
baru bergabung. Staf yunior tersebut akan mengamati apa saja yang akan
dilakukan oleh seniornya, menirunya, dan berlatih melakukan hal-hal yang
telah ditunjukkan oleh seniornya. Pola ini dapat terjadi untuk pembelajaran
keahlian-keahlian teknis ataupun hal-hal yang bersifat konsep seperti
kebiasaan-kebiasaan dalam perusahaan. Si yunior akan membangun
pengetahuan tacitnya sendiri dari pengamatan yang dilakukannya,
pengamatan yang dilakukan atas perilaku sang senior yang merupakan
pencerminan pengetahuan tacitnya sendiri. Pola seperti ini cukup efektif untuk
mentor masing-masing pribadi, tetapi tidak dapat berkontribusi secara
signifikan kepada keseluruhan perusahaan.
b. Combine
Pola ini terjadi pada saat seorang staf membaca dokumen-dokumen yang ada
seperti laporan dan studi kasus perusahaan untuk kemudian menghasilkan
dokumen baru yang merangkumkan serta berisi gagasan-gagasan baru. Sama
halnya seperti seseorang memulai penulisan karyanya, bermula dari artikel-
artikel yang telah ada dan kemudian mengintegrasikan gagasan-gagasan yang
terkandung di dalamnya serta memasukan gagasan baru ke karya ini.
Demikian penciptaan pengetahuan eksplisit baru dari pengetahuan eksplisit
yang sudah ada.
23
c. Articulate
Penciptaan pengetahuan tidak terhenti di kedua pola tersebut. Perusahaan
harus dapat memfasilitasi proses pembelajaran dimana para knowledge worker
harus dapat mengartikulasikan pengetahuan tacit yang dimiliki oleh mereka
dan mengubahnya ke dalam bentuk eksplisit dan menyimpannya untuk
kemudian didistribusikan ke seluruh organisasi.
d. Internalized
Disisi lainnya, staff lain akan membaca pengetahuan eksplisit tersebut dan
mulai menginternalisasikannya ke dalam pengetahuannya. Hasilnya adalah
pengetahuan tacit yang lebih luas dari sebelumnya.
2.2.3 Ruang Lingkup dari Knowledge Management
Menurut Muttaqien (2007) knowledge management memiliki ruang lingkup dua
lapisan. Lapisan pertama adalah proses yang meliputi utilization, storing, acquisition,
distribution/sharing, dan creation. Sedangkan lapisan kedua meliputi structure, technology,
measurement, organizational design, leadership and culture. Kedua lapisan tersebut
terintegrasi membentuk ruang lingkup knowledge management.
24
Gambar 2.3. Ruang Lingkup Knowledge Management
Sumber: Muttaqien (2007)
2.2.4 Proses Transfer Pengetahuan
Dalam pengembangan pengetahuan, terjadi proses transfer pengetahuan. Proses ini
terangkum dalam sebuah model yang menurut Muttaqien (2007) dikenal dengan istilah S-E-
C-I model. Menurut S-E-C-I model, terjadi empat proses transfer pengetahuan yaitu:
1. Socialization
Socialization adalah proses transfer informasi diantara orang-orang dengan
cara percakapan. Dalam hal ini terjadi transfer dari tacit knowledge ke tacit
knowledge.
2. Externalization
Externalization adalah transfer dari tacit knowledge ke explicit knowledge,
misalnya penulisan buku, jurnal, karya ilmiah dan lain-lain.
25
3. Combination
Combination adalah transfer dari explicit knowledge ke explicit knowledge
misalnya merangkum buku.
4. Internalization
Internalization adalah transfer dari explicit knowledge ke tacit knowledge,
misalnya guru mengajar di depan kelas.
Proses transfer pengetahuan berulang-ulang membentuk suatu siklus. Hal inilah
yang menyebabkan pengetahuan terus berkembang dari waktu ke waktu. Jadi menurut
proses S-E-C-I, siklus transfer pengetahuan akan terus berputar dan berkembang. Untuk
lebih jelas mengenai siklus yang terjadi, Gambar 2.4 menjelaskan secara lebih detail.
Gambar 2.4. The S-E-C-I model of knowledge
Sumber: Setiarso (2006)
26
2.2.5 Proses Inti Knowledge Management
Menurut Probst et. al ( 2004, pp 29-33) untuk mengatur dan mengelola pengetahuan
perusahaan atau organisasi perlu dilakukan pengelompokkan dan pengkategorian masalah
yang ditemui diperusahaan tersebut. Ini dilakukan untuk mengidentifikasi aktifitas yang
dianggap sebagai proses inti knowledge management dan terkait satu dengan yang lainnya.
Dalam proses pengidentifikasian tersebut diperlukan metode analisis yang disebut core
process knowledge management (proses inti knowledge management). Gambar 2.5
menjelaskan hubungan proses inti knowledge management.
Gambar 2.5. Kegiatan Proses Inti Manajemen Pengetahuan
Sumber: Probst et. al (2004, p34)
Knowledge management memiliki enam unsur proses inti yaitu:
1. Knowledge Identification
Mengidentifikasi pengetahuan ekplisit berarti menganalisa dan menggambarkan
lingkungan pengetahuan perusahaan. Banyak sekali perusahaan yang kesulitan
27
untuk mengatur gambaran umum data internal dan eksternal, informasi dan
kemampuan. Ketidak-jelasan mengakibatkan ketidakefisiennan, keputusan yang
tidak tersampaikan, dan duplikasi. Knowledge management yang efektif harus
memastikan kejelasan internal dan eksternal dan membantu karyawan secara
individual untuk menentukan apa yang mereka butuhkan.
2. Knowledge Acquisition
Perusahaan memasukkan bagian terpenting pengetahuan mereka dari sumber
luar. Hubungan dengan customer, supplier, pesaing dan mitra kerja disadari
mempunyai potensi untuk menyediakan pengetahuan. Perusahaan juga dapat
membeli pengetahuan yang tidak bisa dibangun sendiri dengan merekrut ahli atau
memperolehnya dari perusahaan lain. Knowledge management yang sistematik
harus mengambil kemungkinan ini sebagai sesuatu yang harus diperhatikan.
3. Knowledge Development
Pembangunan pengetahuan adalah sebagai building block yang melengkapi
perolehan pengetahuan. Fokusnya adalah menghasilkan kemampuan baru, produk
baru, ide yang lebih baik, dan proses yang lebih efisien. Pembangunan
pengetahuan meliputi seluruh usaha manajemen yang ditujukan dengan cara
menghasilkan kemampuan yang belum ada dalam organisasi atau yang belum ada
keberadaannya didalam atau di luar organisasi.
Secara tradisional, pembangunan pengetahuan dipakai perusahaan dalam
melakukan riset pasar, membangun departemen, padahal pengetahuan penting
dapat juga muncul dari salah satu bagian dalam organisasi. Dalam building block
ini, diperiksa secara umum apa yang dilakukan perusahaan dalam berhadapan
dengan ide baru dan menggunakan kreativitas karyawannya. Ketika
dipertimbangkan dari sudut pandang knowledge management, bahkan aktivitas
28
yang dahulu dipandang sederhana, seperti proses-proses produksi dapat dianalisa
dan dioptimalkan sehingga menghasilkan pengetahuan.
4. Knowledge Sharing and Distribution
Pembagian dan distribusi pengetahuan di dalam organisasi adalah kondisi yang
vital untuk mengubah informasi yang dikhususkan atau pengalaman menjadi suatu
yang dapat digunakan oleh organisasi. Penentuan pada siapa saja pengetahuan
tersebut dapat diakses dan seberapa luas akses yang diberikan. Pendistribusian
pengetahuan memerlukan fasilitas yang menunjang agar pengetahuan yang
dimaksud diterima oleh orang yang bersangkutan. Langkah yang paling penting
adalah menganalisa peralihan pengetahuan dari individual ke grup atau organisasi.
Distribusi pengetahuan adalah proses membagi dan menyebarkan pengetahuan
yang sudah ada di dalam organisasi.
5. Knowledge Utilization
Keseluruhan inti dari knowledge management adalah memastikan bahwa
pengetahuan yang sudah ada dalam organisasi dipakai secara produtif untuk
keuntungan organisasi tersebut. Tetapi ada beberapa hal yang tidak menjadi
penentu yaitu, identifikasi yang sukses, dan distribusi pengetahuan yang penting
tidak menjamin bahwa itu akan dipakai oleh perusahaan dalam aktivitasnya sehari-
hari. Ada beberapa tantangan yang merintangi penggunaan pengetahuan yang
berasal dari luar. Oleh karena itu langkah-langkah harus diambil untuk memastikan
bahwa kemampuan yang bernilai dan aset pengetahuan seperti hak paten atau
license digunakan secara penuh.
6. Knowledge Retention
Kompetensi yang dibutuhkan tidak secara otomatis tersedia setiap saat.
Pemeliharaan yang selektif dari informasi, dokumen dan pengalaman-pengalaman
29
membutuhkan manajemen. Organisasi biasanya mengkomplain bahwa penyusunan
organisasi kembali akan menghabiskan sebagian ingatan organisasi. Proses-proses
untuk memilih, mengurutkan dan secara berkala meng-update knowledge tersebut
dari nilai potensi masa mendatang harus distrukturisasikan secara hati-hati.
Knowledge retention bergantung pada penggunaan yang efisien dari media
penyimpanan organisasi global.
2.2.6 Practical Building Blokcs dari Knowledge Management
Menurut Probst et. al (2004, p33) proses pengendalian sumber-sumber knowledge
merupakan proses yang sangat penting bagi pencapaian kesuksesan jangka panjang dari
knowledge management.
1. Penyempurnaan Konsep
Proses inti knowledge management akan berkembang saat penanganan knowledge
sebagai suatu sumber. Akan ada banyak kesulitan jika perusahaan gagal
mengimplementasikan penanganan knowledge melalui suatu strategi. Intervensi-
intervensi operasional harus dibuat melalui sebuah framework yang akan
mengkoordinasikan dan mengarahkan intervensi-intervensi tersebut.
Knowledge goals dan knowledge assessment akan memperkuat konsep
knowledge management dan mengubahnya menjadi suatu sistem manajemen.
Knowledge goals akan mengklarifikasi arah-arah strategis dari knowledge
management dan tujuan dari intervensi-intervensi khusus menjadi nyata.
Sedangkan proses dari knowledge assessment akan melengkapi sistem tersebut.
Knowledge Assessment akan menyediakan data-data penting bagi pengendalian
strategis dari proyek-proyek knowledge management.
30
2. Knowledge Goals
Knowledge Goals akan memberikan arah bagi Knowledge management. Knowledge
Goals akan menciptakan ketrampilan-ketrampilan yang perlu dikembangkan, dan
pada tingkat apa ketrampilan tersebut dikembangkan. Normative Knowledge Goals
ditujukan untuk menciptakan knowledge-aware dalam perusahaan, dimana
ketrampilan-ketrampilan dari setiap individu dibagikan dan dikembangkan. Hal ini
akan membangun knowledge management yang efektif. Strategic Knowledge goals
mendefinisikan pengetahuan inti dari organisasi dan menspesifikasikan
ketrampilan-ketrampilan yang akan dibutuhkan dimasa mendatang. Operational
knowledge goals dikaitkan dengan pengimplementasian knowledge management.
Operational knowledge goals mengubah Normative goals dan strategic goals
menjadi tujuan-tujuan nyata.
3. Knowledge Assessment
Diperlukan metode-metode untuk pengukuran knowledge. Cara-cara yang
digunakan dalam formulasi knowledge goals akan menentukan bagaimana
evaluasinya. Kualitas dari tujuan akan menjadi jelas pada tahapan evaluasi. Proses
pengawasan penting bagi pencapaian jangka panjang knowledge management
yang efektif.
4. Building Block dari knowledge management
Ada delapan elemen building block dari knowledge management, yang ditunjukan
pada Gambar 2.6 berikut ini.
31
Gambar 2.6. Building Block of Knowledge Management
Sumber: Probst et. al (2004, p.34)
2.2.7 Mendefinisikan Knowledge goals
1. Normative Knowledge Goals
Normative Knowledge Goals menurut Probst et. al (2004, p45) menawarkan
kesempatan-kesempatan pada manajer untuk menciptakan budaya perusahaan yang
knowledge friendly dan untuk membangun kebijakan-kebijakan perusahaan yang
tepat. Aspek-aspek normative berhubungan dengan kesiapan perusahaan secara
umum dalam menerima knowledge. Langkah pertama yang paling penting dalam
menuju manajemen berorientasi pengetahuan terdapat dalam penerimaan fakta
bahwa knowledge adalah vital bagi keberhasilan perusahaan. Dengan kata lain, inti
32
dari normative knowledge goals adalah untuk menciptakan knowledge aware atau
kebudayaan perusahaan yang knowledge friendly.
Normative Knowledge Goals:
1. Menciptakan kondisi bagi tujuan-tujuan strategis dan operasional yang
berorientasikan knowledge.
2. Mengarah pada penciptaan budaya perusahaan yang knowledge aware.
3. Membutuhkan komitmen dan kepastian dari top manajemen.
2. Strategic Knowledge Goals
Strategic Knowledge Goals menurut Probst et. al (2004, p51) dapat diselaraskan
dengan perencanaan strategis tradisional. Dengan menyediakan gambaran
kapabilitas yang akan dibutuhkan dimasa mendatang, dan perlunya pengamanan
atas aset-aset knowledge organisasi. Strategic Knowledge Goals menampilkan
kompetensi-kompetensi mana yang harus dikembangkan atau dipertahankan dan
mana yang menjadi absolut. Tujuan-tujuan strategis ini juga dapat mencakup
rencana pertumbuhan strategis dari struktur organisasi dan sistem manajemen yang
dibutuhkan.
Strategic Knowledge Goals:
1. Mendefinisikan kapabilitas-kapabilitas yang akan dibutuhkan dimasa
mendatang.
2. Kerap kali menampilkan isi dari knowledge inti organisasi.
3. Memungkinkan batasan strategis bagi struktur organisasi dan sistem
manajemen.
33
3. Operational Knowledge Goals
Operational Knowledge Goals menurut Probst et. al (2004, p57) mengacu pada
pengendalian dan pengawasan sistematis dari knowledge dalam konteks proyek dan
proses implementasi. Operational Knowledge Goals dimaksudkan untuk membawa
knowledge management pada tingkat staff dan manajemen, memastikan bahwa hal
ini tidak merugikan kegiatan-kegiatan operasional. Oleh karena itu, operational
knowledge goals harus diformulasikan secara jelas dan diobservasi secara ketat
dalam organisasi.
Operational Knowledge Goals :
1. Menjamin bahwa knowledge management diimplementasikan pada
tingkat operasional.
2. Menerjemahkan tujuan-tujuan strategis dan normatif ke dalam tujuan
praktis dan nyata.
3. Mengoptimalkan infrastruktur dari knowledge management.
4. Menjamin intervensi yang tepat pada tingkat dimana intervensi tersebut
dibuat.
2.2.8 Knowledge Goals pada tingkat yang berbeda
Normative Goals berhubungan dengan visi umum dari kebijakan perusahaan dan
semua aspek dari kebudayaan perusahaan. Strategic goals akan menciptakan program
jangka panjang untuk merealisasikan visi tersebut. Operational goals membantu menjamin
bahwa program-program strategis tersebut telah diimplementasikan dalam kegiatan
perusahaan. Sehingga, knowledge goals pada tingkat yang berbeda harus saling melengkapi
dan berkontribusi untuk merealisasikan tujuan-tujuan perusahaan (Probst et. al, 2004, p45).
Knowledge pada tingkat tujuan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.2.
34
Tabel 2.2. Knowledge goals pada level yang berbeda
Structures Activities Behavioral
Normative
Management
Company charter
- legal structures effect
on KM (Knowledge
Management) (secrecy
rules)
Company Policy
- knowledge vision &
mission statement
- identification of critcal
area of knowledge
Company Culture
- knowledge sharing
desirable
- inovative spirit
- intense
commnication
Strategic
Management
Organization
Structure
- conference, reporting
structure,
- R&D organization,
experience groups
Management System
- EIS, Lotus, Notes
Programes
- co-operation
- building core
competencies
- information Provision
Approach to problem
- orientation to
knowledge goals
- problem oriented
knowledge
identification
Operational
Management
Organizational
processes
- control of knowledge
flows
Deployment Processes
- knowledge
Infrastructure
- Supply of knowledge
Task
- knowledge project
- build expect databanks
- introduce CBT
Performance and
Co-operation
- knowledge sharing
- knowledge in action
Sumber: Probst et. al (2004, p45)
35
2.2.9 Peran Dalam Proses Knowledge Management
Schreiber (2000, pp20-21) menjelaskan enam peranan berbeda pada proses
knowledge management, yaitu:
1. Knowledge Provider/ Specialist
Manusia “pemilik” dari pengetahuan memiliki peranan penting dalam proses.
Biasanya adalah seorang “professional’ dibidang aplikasi, tapi dapat juga berarti
orang lain di organisasi yang tidak mempunyai status professional. Salah satu
masalah penting untuk seorang analis adalah untuk menemukan seorang yang
benar-benar professional. Seorang professional palsu akan membahayakan
proyek.
2. Knowledge Engineer/ Analyst
Walaupun secara tepat menyebut istilah knowledge engineer menunjuk pada
pekerja-pekerja di semua bagian proses perkembangan, istilah ini biasanya
ditujukan untuk pekerjaan analis sistem. Oleh karena itu, knowledge analyst
dapat dipakai sebagai istilah yang lebih baik nyatanya.
3. Knowledge System Developer
Di proyek kecil, orang yang melakukan analisis seringkali melakukan
implementasi sistem. Sebagaimana sebuah sistem diproduksi secara rutin
sekarang, hal ini tidak tepat lagi. Peran dari pengembang sistem pengetahuan
mempunyai karakteristik yang spesial. Pengembang sistem pengetahuan
bertanggung jawab untuk desain dan implementasi. Pengembang harus
mempunyai latar belakang metode analisis, sehingga ia dapat mengerti
kebutuhan yang diformulasikan oleh analis pengetahuan. Dalam latihan,
seringkali diketahui bahwa di dalam perkembangan sistem pengetahuan,
masalah-masalah yang berhubungan dengan pengetahuan utama telah
36
dipecahkan solusinya oleh analis pengetahuan. Oleh karena itu, pengembang
sistem pengetahuan memerlukan keahlian yang sama dengan desainer software.
4. Knowledge User
Pemakai pengetahuan membuat pemakaian sistem pengetahuan digunakan
secara langsung atau tidak langsung. Melibatkan pemakai pengetahuan dari awal
jauh lebih penting daripada hanya di dalam proyek pengerjaan software secara
reguler. Otomatisasi dari kegiatan pengetahuan intensif mempengaruhi kerja dari
orang-orang yang terlibat. Untuk desain dan implementasi, penting untuk
memastikan bahwa mereka berinteraksi dengan sistem dengan gambaran antar
muka mereka sendiri. Analis pengetahuan juga membutuhkan gambaran
tersebut agar dapat menyajikan hasil analisis untuk pemakai pengetahuan yang
potensial.
5. Project Manager
Manajer proyek pengetahuan memimpin jalannya proyek perkembangan sistem
pengetahuan. Proyek biasanya berukuran kecil sampai menengah dengan empat
sampai enam orang bekerja di dalamnya. Resiko utamanya adalah manajer
proyek menjalankan proyeknya dalam masalah-masalah yang sudah dipahami
berhubungan dengan pengetahuan. Oleh karena itu keperluan pengawasan
adalah kepentingan utama selama jalannya proyek.
6. Knowledge Manager
Manajer pengetahuan tidak secara langsung terlibat dalam proyek
pengembangan pengetahuan. Manajer pengetahuan memformulasikan sebuah
strategi pengetahuan pada tingkat bisnis. Manajer pengetahuan memilai aktifitas
perkembangan pengetahuan dan distribusi pengetahuan. Proyek-proyek ini
37
hanya dapat meliputi analisis pengetahuan (contoh untuk perkembangan
pengetahuan), tetapi juga mengerjakan sistem pengetahuan.
2.2.10 Kodefikasi Knowledge
Tobing (2007, p10) mengatakan kodefikasi knowledge adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mengubah knowledge yang dimiliki organisasi ke dalam bentuk yang dapat
dengan lebih mudah diakses oleh personil yang membutuhkannya. Proses kodefikasi
mencakup proses eksternalisasi berupa konversi knowledge organisasi menjadi knowledge
eksplisit yang terstruktur, proses kombinasi berupa konversi knowledge eksplisit yang belum
terstruktur menjadi knowledge eksplisit yang terstruktur, dan pengkodean sumber-sumber
knowledge agar lebih mudah ditemukan oleh personil yang membutuhkan.
2.3 Teori-teori Lainnya
2.3.1 Definisi Intranet, Internet dan Ekstranet
Menurut Dewanto (2006, p3) internet adalah singkatan dari interconnected network
yaitu adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer
dan jaringan-jaringan di seluruh dunia. Setiap komputer dan jaringan terhubung secara
langsung maupun tidak langsung ke beberapa jalur utama yang disebut internet backbone
dan dibedakan satu dengan yang lainnya menggunakan unique name yang biasa disebut
dengan alamat IP.
Sedangkan Intranet adalah versi yang lebih eksklusif dari internet yang
diorganisasikan secara mudah atau merupakan jaringan Local Area Network (LAN) di mana
masing-masing komputer workstation terhubung ke komputer server untuk dapat
menggunakan internet dan masing-masing workstation/client dapat berbagi informasi.
38
Intranet adalah jaringan yang beroperasi di dalam organisasi dengan menggunakan protokol
TCP/IP, yang merupakan protokol yang sama digunakan untuk internet. Oleh karena protokol
yang digunakan sama, maka organisasi dapat menggunakan web browser dan web server
yang sama seperti yang dgunakan didalam internet. Intranet merupakan jaringan di dalam
organisasi, sehingga tidak dapat diakses oleh orang di luar organisasi.
Ekstranet adalah pengelolaan situs web yang alamatnya sudah dipublish di mana
antara lingkungan internal khusunya lingkup manajemen, lingkungan eksternal baik supplier,
distributor, vendor, pelanggan dan rekan bisnis lainnya dapat menggunakan sarana tersebut.
2.3.2 Definisi World Wide Web (WWW)
Menurut Dewanto (2006, p4) World Wide Web (WWW) atau lebih dikenal dengan
istilah web adalah merupakan server pada internet yang didukung oleh bahasa script
pemrograman yang disebut HTML (HyperTeks Markup Language) yang dapat mendukung
dokumen grafik, audio,dan video.
Di dalam World Wide Web (WWW) ada beberapa pengertian yang harus dipahami
seperti Web Page, Home Page, Web Site. Web Page adalah merupakan sebuah dokumen
yang berada pada World Wide Web (WWW). Setiap halaman web diidentifikasikan dengan
sebuah alamat unik Uniform Resource Locator (URL). Selain itu Home Page adalah
merupakan halaman web yang utama dan biasanya halaman yang muncul pertama kali pada
saat mengunjungi suatu situs. Sedangkan Web Sites merupakan sebuah site (lokasi) pada
World Wide Web (WWW) di mana situs terdiri dari sebuah home page, di mana pengguna
dapat melanjutkan situs link selanjutnya.
39
2.3.3 Sekilas Tentang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Istilah personalia awalnya diberikan pada unit ini, tetapi sekarang dinamakan
Sumber Daya Manusia (SDM). Menurut McLeod (2001, p524) Sumber Daya Manusia
merupakan suatu departemen atau divisi di dalam perusahaan atau suatu area fungsional,
atau Sumber Daya Manusia dapat memiliki status fungsional yang sama seperti pemasaran,
manufaktur, keuangan, dan sistem informasi.
Berdasar pada pencarian di ensiklopedia online, Sumber daya manusia (SDM) adalah
potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk
sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh
potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam
tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. (Anonymous, 2007b)
Menurut Anonymous (2006a) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) atau
Human Resource Departemen (HRD) adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang
bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat
untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
Departemen Sumber Daya Manusia Memiliki Peran, Fungsi, Tugas dan Tanggung
Jawab sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja / Preparation and selection
a. Persiapan
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya
manusia dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan perkiraan akan pekerjaan yang lowong, berapa
jumlahnya, waktu, dan lainnya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam
melakukan persiapan, yaitu faktor internal seperti jumlah kebutuhan karyawan baru,
struktur organisasi, departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor eksternal seperti
hukum ketenaga kerjaan, kondisi pasar tenaga kerja, dan lain sebagainya.
40
b. Rekrutmen
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat pegawai,
karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan
sumber daya manusia organisasi atau perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka
analisis jabatan yang ada untuk membuat deskripsi pekerjaan / job description dan
juga spesifikasi pekerjaan / job specification.
c. Selection
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari
sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan
setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup / CV
(Curriculum Vittae) milik pelamar. Kemudian dari CV pelamar dilakukan penyortiran
antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi standar suatu
pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian
test tertulis, wawancara kerja / interview dan proses seleksi lainnya.
2. Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and evaluation
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai pekerjaan
yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan
agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya masing-masing
serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses pengembangan dan
evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah
maupun yang tinggi.
3. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai / Compensation and protection
kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari organisasi
atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi
pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai
dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga kerjaan dikemudian hari
atau pun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi juga
perlu diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan tenang
41
sehingga kinerja dan kontribusi perkerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu ke
waktu.
Sedangkan yang dimaksud dengan istilah HRD (Human Resources Development)
mengarah pada hal-hal yang dilakukan Human Resource Departemen (HRD) di dalam
mengembangkan sumber daya yang ada di dalam perusahaan.
2.3.4 State Transition Diagram (STD)
Menurut Whitten et.al (2004, p326). State Transition Diagram (STD) adalah alat
yang digunakan untuk menggambarkan urutan dan variasi screen yang dapat terjadi selama
satu sesi pengguna ketika pengguna system mengunjungi terminal.
Persegi empat digunakan untuk menggambarkan display screen. Anak panah
menggambarkan aliran control dan menggerakan kejadian yang akan menyebabkan screen
menjadi aktif atau menerima focus. Persegi empat hanya menggambarkan apa yang akan
muncul selama dialog. Arah anak panah menunjukkan urutan munculnya screen-screen
tersebut. Sebuah anak panah yang terpisah, masing-masing memiliki nama, digambar untuk
setiap arah karena tindakan yang berbeda akan menggerakkan aliran control dari dan aliran
control ke screen yang ada.
2.3.5 Topologi Jaringan
Menurut Ardiyansah (2004) Topologi suatu jaringan didasarkan pada cara
penghubung sejumlah node atau sentral dalam membentuk suatu sistem jaringan. Topologi
yang umum adalah: Mesh, Bintang (star), Bus, Tree, dan Cincin (ring).
42
Gambar 2.7. Topologi Jaringan
Sumber: Ardiyansah (2004)
a. Topologi Jaringan Mesh
Topologi jaringan ini menerapkan hubungan antar sentral secara penuh. Jumlah
saluran harus disediakan untuk membentuk jaringan Mesh adalah jumlah sentral
dikurangi 1 (n-1). Tingkat kerumitan jaringan sebanding dengan meningkatnya
jumlah sentral yang terpasang. Dengan demikian disamping ekonomis juga relatif
mahal dalam pengoperasiannya.
b. Topologi Jaringan Bintang
Dalam topologi jaringan bintang, salah satu sentral dibuat sebagai sentral pusat. Bila
dibandingkan dengan sistem mesh, sistem ini memiliki tingkat kerumitan jaringan
yang lebih sederhana, sehingga sistem menjadi lebih ekonomis. Tetapi beban yang
43
dipikul oleh sentral cukup berat. Dengan demikian tingkat gangguan atau kerusakan
dari sentral lebih besar.
c. Topologi Jaringan Bus
Pada topologi ini, semua sentral dihubungkan secara langsung pada medium
transmisi dengan konfigurasi yang disebut Bus. Transmisi sinyal dari suatu sentral
tidak dialirkan secara bersamaan dalam dua arah. Hal ini berbeda sekali dengan
yang terjadi pada topologi jaringan mesh atau bintang, yang pada kedua sistem
tersebut dapat dilakukan komunikasi atau interkoneksi antar sentral secara
bersamaan.
topologi jaringan bus tidak umum digunakan untuk interkoneksi antar sentral, tetapi
biasanya digunakan pada sistem jaringan komputer.
d. Topologi Jaringan Tree
Topologi jaringan ini biasa disebut juga topologi jaringan bertingkat. Topologi ini
biasanya digunakan untuk interkoneksi antar sentral dengan hirarki yang berbeda.
Untuk hirarki yang lebih rendah digambarkan pada lokasi yang rendah dan semakin
ke atas mempunyai hirarki semakin tinggi. Topologi jaringan ini cocok digunakan
pada sistem jaringan komputer.
e. Topologi Jaringan Ring
Untuk membentuk jaringan cincin, setiap sentral harus dihubungkan seri satu
dengan yang lain dan hubungan ini akan membentuk loop tertutup. Dalam sistem ini
setiap sentral harus dirancang agar dapat berinteraksi dengan sentral yang
berdekatan maupun berjauhan. Dengan demikian kemampuan melakukan switching
ke berbagai arah sentral.
44
Keuntungan dari topologi ini adalah: jaringan sederhana, bila ada gangguan atau
kerusakan pada suatu sentral maka aliran trafik dapat dilewatkan pada arah lain
dalam sistem.
2.3.6 Interaksi Manusia Komputer (IMK)
2.3.6.1 Pengertian Interaksi Manusia Komputer (IMK)
Interaksi Manusia dan Komputer merupakan ilmu yang berhubungan dengan
perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh
manusia, serta studi fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya.
(Schneiderman, 1998, p8). IMK merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam merancang sistem komputer.
2.3.6.2 User Interface
Hampir semua program mempunyai sebuah user interface yang merupakan
bagian dari aplikasi yang memungkinkan user berinteraksi dengan aplikasi. Sebuah user
interface biasanya mengandung bermacam-macam tipe tombol, menu, dan objek-objek
lainnya. Dengan menggunakan objek-objek yang menyusun user interface, user
menyediakan perintah-perintah dan informasi pada program. Program ini kemudian
mengakses user interface untuk menampilkan informasi kepada user. User interface
merupakan bagian dari aplikasi yang dilihat oleh user. Interface harus dirancang secara
tepat dan intuitif.
2.3.6.3 Delapan Aturan Emas Perancangan User Interface
Menurut Schneiderman (1998, p74) dalam merancang user interface yang
interaktif terdapat aturan-aturan yang harus diikuti, antara lain:
45
1. Rancangan yang dibuat harus selalu konsisten
Terdapat berbagai macam konsistensi, seperti konsisten dalam urutan aksi
harus diperhatikan dalam suatu situasi yang memiliki kemiripan. Menu, pesan,
help harus menggunakan istilah atau terminologi yang sama.
2. Memungkinkan pemakai menggunakan shortcuts
Seiring dengan meningkatnya penggunaan dari suatu sistem, user
menginginkan suatu interaksi yang minimal namun dengan hasil yang sama
dengan interaksi yang lebih banyak. Waktu respon yang rendah dan tingkat
display yang tinggi merupakan daya tarik tersendiri bagi user.
3. Memberikan umpan balik (feedback) yang informatif
Sistem diharapkan memiliki suatu umpan balik bagi user. Respon yang
diberikan tergantung dari aksi yang dilakukan oleh user.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir yang baik
Urutan suatu aksi haruslah diorganisir menurut kelompok tertentu yang terdiri
dari permulaan, tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif pada user
pada taraf akhir dari suatu kelompok aksi akan memberikan kepuasan pada
user bahwa aksi yang mereka lakukan telah berhasil dengan baik, sehingga
akan memberikan kesan kepada user bahwa ia aman untuk melakukan aksi
selanjutnya.
5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana
Perancangan suatu sistem harus dibuat sedemikian rupa sehingga user tidak
akan menimbulkan kesalahan yang significant. Jika user akhirnya melakukan
suatu kesalahan, maka sistem hendaknya memberikan peringatan yang
sederhana dan konstruktif, serta spesifik.
46
6. Memungkin pengembalian aksi (undo) dengan mudah
Setiap aksi haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat melakukan
aksi pengembalian untuk kembali ke keadaan semula sebelum suatu aksi
dijalankan. Dengan adanya fasilitas ini, user akan memiliki keberanian untuk
mengeksploitasi sistem yang dibuat, karena semua kesalahan yang timbul,
user memiliki pilihan untuk melakukan pengembalian terhadap aksi yang telah
dilakukan.
7. Mendukung pengaturan fokus secara internal
User yang berpengalaman biasanya memiliki keyakinan bahwa mereka
bertanggung jawab terhadap sistem dan sistem akan memberikan respon
terhadap aksi yang mereka lakukan. Respon yang aneh, urutan yang aneh
dalam entry data dan kesulitan dalam memperoleh informasi serta ketidak-
mampuan untuk mendapatkan hasil sesuai aksi tertentu akan menimbulkan
kekacauan dan keraguan bagi user.
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
Keterbatasan manusia dalam mengelola memori jangka pendek menyebabkan
dibutuhkannya suatu tampilan yang se-sederhana mungkin. Pengaturan dalam
multipage, pergerakan window yang sedikit mungkin, waktu latihan yang
cukup optimal serta pengaturan dalam urutan aksi. Hal ini juga harus didukung
dengan ketersediaan dari adanya akses secara langsung, kode, singkatan, dan
informasi yang dibutuhkan oleh user.
47
2.4 Metode Analisis Bisnis
2.4.1 Analisis Porter
Menurut David (2004, pp145-148) terdapat 5 kekuatan kompetitif Michael Porter
atau matriks Porter yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan 5 aspek utama
kemudian, yakni:
1. Potensi masuknya pesaing baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke industri tertentu, sudah pasti
intensitas persaingan diantara perusahaan meningkat. Hambatan-hambatan terhadap
masuknya pesaing baru bisa berupa pentingnya memperoleh skala ekonomi dengan
cepat, pentingnya memperoleh teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya
pengalaman, kuatnya loyalitas pelanggan, fanatisme terhadap merek tertentu,
persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran distribusi yang memadai, kebijakan
peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses bahan baku, kepemilikan paten, lokasi
yang tidak menguntungkan, serangan balik oleh perusahaan yang bertahan dan
potensi kejenuhan pasar.
Walaupun banyak hambatan, perusahaan baru terkadang masuk ke dalam industri
dengan produk yang lebih tinggi mutunya, harga lebih rendah, dan tenaga pemasaran
yang banyak. Penting bagi perusahaan untuk mengindentifikasi perusahaan baru yang
potensial masuk ke pasar, memonitor strategi perusahaan baru yang menjadi pesaing,
melakukan “serangan balasan” jika diperlukan, dan memanfaatkan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki.
Ada 6 sumber hambatan baru (entry barrier) bagi pendatang baru (New Entrants)
yaitu:
48
1. Skala ekonomi (economy of scale)
Skala ekonomi menghalangi masuknya pendatang baru ke suatu industri
karena memaksa pendatang baru untuk masuk dengan skala besar atau harus
memikul biaya tinggi. Skala ekonomis dalam suatu produksi, riset pemasaran
dan layanan merupakan hambatan utama masuk dalam industri farmasi besar.
2. Diferensiasi produk (product differentiation)
Identifikasi merek menimbulkan hambatan karena memaksa pendatang baru
mengeluarkan biaya besar untuk merebut kesetiaan pelanggan, iklan, layanan
pelanggan menjadi yang pertama dalam industri dan diferensiasi produk
merupakan beberapa faktor yang menciptakan identifikasi merek.
3. Kebutuhan modal (capital requirement)
Keharusan dalam menanamkan modal yang besar agar dapat bersaing
menimbulkan hambatan masuk, khususnya jika modal tersebut dibutuhkan
untuk pengeluaran yang bersifat tidak akan kembali, seperti iklan rintisan, riset
dan pengembangan.
4. Hambatan biaya bukan karena skala
Perusahaan-perusahaan yang sudah ada mungkin memiliki keunggulan biaya
yang tidak dimiliki oleh calon pendatang baru, terlepas dari ukuran dan skala
ekonomis yang mereka capai. Keunggulan ini dapat bersumber dari pengaruh
kurva belajar dan pengaruh kurva pengalaman.
5. Akses ke saluran distribusi
Pendatang baru tentu saja harus mengembangkan distribusi produk atau jasa
mereka.
49
6. Kebijakan pemerintah
Pemerintah dapat membatasi atau bahkan melarang masuknya pendatang
baru ke dalam industri, melalui tindakan-tindakan seperti keharusan adanya
ijin dan pembatasan akses ke bahan baku.
2. Perseteruan di antara perusahaan yang bersaing
Kekuatan ini paling berpengaruh dibandingkan dengan empat kekuatan lainnya.
Strategi yang dijalankan oleh satu perusahaan dapat berhasil hanya jika strategi itu
memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) dibandingkan dengan strategi
yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Perubahan strategi di sebuah perusahaan
dapat diimbangi dengan serangan balasan, seperti menurunkan harga,
memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan.
Intensitas persaingan di antara perusahaan yang bersaing cenderung meningkat ketika
jumlah pesaing bertambah, ketika perusahaan yang bersaing menjadi setara besarnya
dan kemampuannya, ketika permintaan produk industri menurun, dan ketika potongan
harga menjadi biasa. Persaingan juga bertambah jika konsumen dapat dengan mudah
berganti merek; jika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi; jika biaya tetap
tinggi; jika produk mudah rusak; jika perusahaan pesaing memiliki strategi, asal dan
budaya yang berbeda; serta jika merger dan akuisisi biasa terjadi dalam industri.
Ketika persaingan diantara perusahaan meningkat, laba industri menurun, dan dalam
beberapa kasus sampai industri tersebut menjadi tidak menarik.
3. Potensi pengembangan produk pengganti / produk subtitusi
Dalam berbagai industri, perusahaan bersaing ketat dengan produsen produk
pengganti. Adanya produk pengganti membuat batasan harga maksimal, sebelum
konsumen pindah ke produk pengganti tersebut.
50
Tekanan persaingan akibat adanya produk pengganti semakin bertambah ketika harga
produk pengganti relatif murah dan biaya konsumen untuk beralih ke produk-pun
rendah. Kekuatan kompetitif produk pengganti paling mudah diukur dari seberapa
besar pangsa pasar yang direbutnya dan rencana perusahaan produk pengganti
tersebut untuk meningkatkan kapasitas serta penetrasi pasar. Semakin uniknya produk
atau jasa yang kita hasilkan, akan mengecilkan peluang adanya produk atau jasa
pengganti dari pihak lain.
4. Kekuatan tawar pemasok
Kekuatan tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri,
terutama ketika jumlah pemasok banyak, ketika hanya ada sedikit bahan baku
pengganti yang baik, atau ketika biaya mengganti bahan baku amat tinggi. Sering kali
demi kepentingan bersama, pemasok dan produsen saling membantu dengan
memberikan harga yang terjangkau, mutu yang lebih baik, pengembangan pelayanan
baru, penyerahan barang tepat waktu, dan mengurangi biaya inventarisasi, sehingga
meningkatkan kemampuan meraih laba jangka panjang bagi semua pihak yang terkait.
Perusahaan mungkin menjalankan backward integration strategy atau strategi tarik
mundur agar bisa mengendalikan pemasok atau menarik modal yang diberikan kepada
pemasok. Strategi ini sangat efektif ketika pemasok tidak dapat diandalkan, biayanya
terlalu tinggi, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan secara konsisten.
Perusahaan biasanya dapat melakukan negosiasi persyaratan yang lebih
menguntungkan dengan pemasok jika strategi ini lazim digunakan di antara
perusahaan yang bersaing dalam industri.
Menurut Rangkuti (2002, p12) Pemasok menjadi kuat jika:
• Kelompok ini didominasi oleh sedikit perusahaan dan lebih terkonsentrasi
dibandingkan industri tempat mereka menjual produk.
51
• Produk atau jasa yang ada adalah unik atau setidak-tidaknya terdiferensiasi atau
jika terdapat biaya pengalihan. Biaya pengalihan adalah biaya tetap yang harus
ditanggung pembeli jika terikat pada pemasok tertentu.
• Pemasok tidak bersaing dengan produk-produk lain dalam distribusi/tidak
tersedia produk substitusi.
• Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang
dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan perusahaan.
5. Kekuatan tawar konsumen
Ketika pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam jumlah
banyak, kekuatan tawarnya merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi
intensitas pelanggan dalam suatu industri. Perusahaan pesaing mungkin menawarkan
garansi yang lebih panjang atau pelayanan khusus untuk memperoleh loyalitas
pelanggan ketika kekuatan tawar dari konsumen luar biasa. Kekuatan tawar konsumen
juga lebih besar ketika produk yang dibeli bersifat standar atau tidak berbeda. Ketika
demikian halnya, konsumen sering dapat melakukan negosiasi atau menekan harga
jual, jaminan, dan paket aksesori sampai ke tingkat tertentu.
• Produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli. Bila kualitas
produk sangat dipengaruhi oleh produk industri, pembeli akan kurang peka
terhadap harga. Pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik.
• Pembeli menerima laba yang rendah. Ini akan mendorong pembeli untuk
menekan biaya pembeliannya, tetap pembeli yang labanya tinggi umumnya
kurang peka terhadap harga.
52
Gambar 2.8. Model 5 Kekuatan Porter
Sumber: David (2004, p145)
2.4.2 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT)
Menurut pendapat Rangkuti (2004, p18) analisis Strength, Weaknesses,
Opportunities, Threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
53
Menurut Thompson dan Strickland (2001, p127) metode SWOT merupakan proses
penelusuran kekuatan dan kelemahan internal perusahaan serta kesempatan dan ancaman
yang ditimbulkan oleh lingkungan eksternal perusahaan yang kemudian ditarik beberapa
kesimpulan mengenai :
1. Bagaimana strategi perusahaan dapat diselaraskan dengan kemampuan
sumber daya perusahaan dengan kesempatan yang ada dalam pasar.
2. Seberapa penting bagi perusahaan untuk memperbaiki sumber daya tertentu
dan melindunginya terhadap ancaman tertentu dari pasar.
Menurut Pearce dan Robinson (2000, p202), komponen SWOT terdiri dari:
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan sumber daya yang ada berhubungan dengan pesaing
dan kebutuhan pangsa pasar yang suatu perusahaan sediakan atau yang
perusahaan harapkan tersedia. Kekuatan muncul dari sumber daya dan
kompetensi yang tersedia pada perusahaaan.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan merupakan suatu batasan atau kurangnya satu atau lebih sumber
daya atau kompetensi yang berhubungan dengan pesaing yang menghambat
pelaksanaan efektif pada perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan keadaan utama yang menguntungkan dalam lingkungan
suatu perusahaan. Segmen pasar, perubahan dalam persaingan, atau keadaan
peraturan, perubahan teknologi, dan hubungan pembeli dan pemasok yang
baik, dapat merupakan peluang yang baik dalam perusahaan.
54
4. Ancaman (Threats)
Ancaman merupakan keadaan utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan. Ancaman merupakan kunci penghalang atas
posisi sekarang atau posisi yang diinginkan dalam suatu perusahaan.
Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang berjalan lamban, naiknya
kekuatan tawar-menawar dari pembeli dan pemasok, perubahan teknologi dan
peraturan yang baru atau yang harus diganti dapat merupakan ancaman atas
kesuksesan perusahaan.
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi dan kebijaksanaan perusahaan. Perencanaan strategis harus menganalisa
faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini. Hal inidisebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer
untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis
SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan
faktor internal kekuatan dan kelemahan.
2.4.2.1 Matrix Internal Evaluation Factor (IFE)
Matriks EFI (Evaluasi Faktor Internal) atau Matriks IFE (Internal Factor
Evaluation Matrix) adalah alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha.
Matriks ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di
antara bidang-bidang ini. Penilaian intuitif diperlukan dalam membuat matriks EFI. Menurut
55
. David (2004, pp 217-218) matriks EFI dapat dikembangkan dalam lima langkah sebagai
berikut:
1. Tulislah faktor-faktor internal utama sebagaimana teridentifikasi dalam proses
audit internal. Gunakan 10 sampai 20 faktor internal terpenting, termasuk
kekuatan maupun kelemahannya. Tuliskan kekuatan lebih dahulu dan kemudian
kelemahan. Usahakan se-spesifik mungkin, gunakan persentase, ratio, dan
angka perbandingan.
2. Berikan bobot dengan kisaran 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (terpenting) pada
setiap faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor menunjukkan seberapa
penting faktor itu menunjang keberhasilan perusahaan dalam industri yang
digelutinya. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci adalah kekuatan atau
kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh besar
terhadap kinerja organisasi diberi bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot
harus sama dengan 1.0.
3. Berikan peringkat 1 sampai dengan 4 pada setiap faktor untuk menunjukkan
apakah faktor itu merupakan kelemahan besar (peringkat= 1), kelemahan kecil
(peringkat= 2), kekuatan kecil (peringkat= 3),atau kekuatan besar (peringkat=
4). Ingatlah bahwa peringkat 4 atau 3 hanya untuk kekuatan, sedangkan 1 atau
2 hanya unutk kelemahan. Peringkat diberikan berdasarkan keadaan
perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2 berdasarkan keadaan industri.
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang
dibobot untuk setiap variabel.
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan total nilai
yang dibobot untuk organisasi.
56
Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks EFI, jumlah nilai
yang dibobot dapat berkisar 1.0 yang rendah sampai 4.0 yang tinggi, dengan rata-rata 2.5.
Total nilai yang dibobot jauh di bawah 2.5 merupakan ciri organisasi yang lemah secara
internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2.5 menunjukkan posisi internal yang kuat.
Matriks EFI harus memuat antara 10 sampai 20 faktor. Jumlah faktor tidak berpengaruh
terhadap rentang jumlah nilai yang dibobot karena bobot selalu berjumlah 1.0.
Tabel 2.3. Matriks Evaluasi Faktor Internal
Faktor-faktor
internal utama
Bobot nilai Nilai yang
dibobot
Kekuatan internal
-
-
-
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Kelemahan internal
-
-
-
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Jumlah xxx xxx
Sumber: David (2004, p219)
2.4.2.2 Matrix External Evaluation Factor (EFE)
Menurut David (2004, pp 161-162) Matrix External Evaluation Factor (EFE) atau
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) membuat perencana strategi dapat meringkas dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan. Terdapat lima langkah dalam
pengembangan matriks EFE:
57
1. Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit
eksternal. Cari nama 10 sampai 20 faktor, termasuk peluang-peluang dan
ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Daftar peluang
dahulu kemudian ancaman. Usahakan se-spesifik mungkin, gunakan selalu
presentase, rasio dan angka perbandingan jika dimungkinkan.
2. Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat penting).
Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam
industri tersebut. Peluang sering mendapat bobot lebih besar ketimbang
ancaman. Tetapi ancaman juga menerima bobot tinggi, jika berat atau sangat
mengancam. Bobot yang wajar dapat ditentukan dengan membandingkan
pesaing yang sukses dan yang gagal atau dengan mendiskusikan faktor tersebut
dan mencapai konsesus kelompok. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada
faktor di atas harus sama dengan 1.0.
3. Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing faktor eksternal kunci
untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat itu merespon
faktor tersebut, dengan catatan 4= respon luar biasa, 3= respon di atas rata-
rata, 2= respon rata-rata, 1= respon jelek. Peringkat didasarkan atas keadaan
perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2 didasarkan pada industri.
Penting untuk diperhatikan bahwa baik peluang maupun ancaman dapat
memperoleh peringkat 1,2,3, atau 4.
4. Kalikan setiap bobot dengan peringkat untuk menentukan nilai yang dibobot.
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan nilai bobot
total bagi organisasi.
Berapapun jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam matriks
EFE, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4.0 dan yang terendah
58
adalah 1.0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2.5. jumlah nilai yang dibobot sama
dengan 4.0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus
terhadap peluang-peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain,
strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan
potensi pengaruh negatif dari ancaman eksternal. Jumlah nilai yang dibobot sama dengan
1.0 menunjukkan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau
menghindari ancaman eksternal.
Tabel 2.4. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Faktor-faktor
eksternal kunci
Bobot peringkat Nilai yang dibobot
Peluang
-
-
-
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Ancaman
-
-
-
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Jumlah xxx xxx
Sumber: David (2004, p163)
2.4.2.3 Matriks IE ( Internal - External)
Menurut David (2004, pp 302-303) Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci:
total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu X dan total rata-rata tertimbang EFE pada
sumbu Y. Pada sumbu X dari Matriks IE, total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99
59
dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai 3,0 hingga 4,0
adalah tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki impilikasi
strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk ke dalam sel I,II, atau IV
dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi intensif ( penetrasi pasar,
pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif ( integrasi ke belakang,
integrasi ke depan, atau integrasi horisontal) dapat menjadi paling sesuai untuk divisi-divisi
ini. Kedua, divisi yang masuk ke dalam sel III, V, VII dapat dikelola dengan cara terbaik
dengan strategi jaga dan pertahankan, penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah
dua strategi yang umum digunakan untuk divisi tipe ini. Ketiga rekomendasi yang umum
diberikan untuk sel VI, VIII, dan IX adalah tuai atau divestasi. Organisasi yang berhasil
mampu mencapai portofolio bisnis yang di posisikan dalam atau sekitar sel I dalam Matriks
IE.
60
Tabel 2.5. Matriks IE
Total Nilai EFAS Berbobot
Kuat 3,00-4,00 4,00 3,00 2,00 1,00
Tumbuh dan bina strategi intensif: • Penetrasi pasar :
memasuki pasar potensial
• Pengembangan pasar: memasuki pasar internasional
• Pengembangan produk : menciptakan trend
Tumbuh bina strategi intensif: • Penetrasi pasar • Pengembangan
pasar • Pengembangan
produk
Pertahankan dan pelihara: • Penetrasi pasar • Pengembangan
produk
Tumbuh bina strategi intensif: • Penetrasi pasar • Pengembangan pasar • Pengembangan produk
Pertahankan dan pelihara: • Penetrasi pasar • Pengembangan
produk
Panen atau divestasi
Tinggi 3,00-4,00
3,00
Sedang 2,00-3,00
2,00
Rendah 2,00-1,00
1,00
Pertahankan dan pelihara: • Penetrasi pasar • Pengembangan produk
Panen atau divestasi
Panen atau divestasi
Sumber : David, 2004
2.4.2.4 Matriks Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT)
Menurut David (2004, pp288-290), Matriks Strength, Weaknesses, Opportunities,
Threats (SWOT) merupakan perangkat pencocokan yang penting yang membantu
manajer mengembangkan empat tipe strategi. Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan
internal kunci merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan matriks SWOT
dan memerlukan penilaian yang baik – dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling
baik.
61
Keempat strategi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
• Strategi SO (Strenghts-Opportunities)
Atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Semua manajer menginginkan organisasi mereka
berada dalam posisi di mana kekuatan internal dapat dipakai untuk memanfaatkan
trend dan peristiwa eksternal. Organisasi umumnya akan menjalankan strategi WO,
ST, WT supaya mereka dapat masuk ke dalam situasi dimana mereka dapat
menerapkan strategi SO. Jika perusahaan memiliki kelemahan besar, perusahaan
akan berusaha untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Kalau
menghadapi ancaman besar, sebuah organisasi akan berusaha menghindarinya agar
dapat memusatkan perhatian pada peluang.
• Strategi WO (Weakness-Opportunities)
Atau strategi kelemahan–peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan yang ada
dengan memanfaatkan berbagai peluang eksternal. Kadang-kadang peluang
eksternal yang besar ada, tetapi kelemahan internal sebuah perusahaan
membawanya tidak mampu memanfaatkan peluang itu secara efektif. Strategi WO
altrenatif adalah mempekerjakan dan melatih orang untuk memiliki kemapuan teknis
yang diperlukan.
• Strategi ST (Strengths-Threats)
Strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi
yang kuat pasti selalu mneghadapi ancaman frontal dalam lingkungan eksternal.
62
• Strategi WT (Weakness-Threats)
Atau strategi kelemahan - ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah
organisasi yang dihadapkan pada berbagai ancaman eksternal dan kelemahan
internal, sesungguhnya dalam posisi yang berbahaya. Faktanya perusahaan seperti
ini mungkin harus berjuang agar dapat bertahan, atau melakukan merger
rasionalisasi menyatakan pailit atau memilih dilikuidasi.
Matriks SWOT terdiri dari 9 sel. Terdapat empat sel faktor kunci, empat sel
strategi, dan satu sel dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel strategi dengan label SO,
WO, ST, dan WT. Dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci, berlabel S,
W, O, T. Delapan langkah ini diperlukan untuk menyusun matriks SWOT.
1. Tulis peluang kunci perusahaan
2. Tulis ancaman eksternal kunci perusahaan
3. Tulis kekuatan internal kunci perusahaan
4. Tulis kelemahan internal kunci perusahaan
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catatlah strategi SO
dalam sel yang sudah ditentukan
6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catatlah strtaegi
WO dalam sel yang sudah ditentukan
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah strategi ST
dalam sel yang sudah ditentukan
8. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah srategi WT
dalam sel yang sudah ditentukan.
63
Tabel 2.6. Matriks SWOT
Selalu dibiarkan
kosong
Strengths (S)
Tentukan daftar yang
merupakan kekuatan
internal perusahaan
Weakness (W)
Tentukan daftar yang
merupakan kelemahan
internal perusahaan
Opportunities (O)
Tentukan daftar
peluang eksternal
Strategi SO
Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
perusahaan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Menciptakan strategi untuk
mengatasi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang yang ada
Threats (T)
Tentukan daftar
ancaman eksternal
Strategi ST
Menciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi acaman
yang ada
Strategi WT
Menciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
yang ada
Sumber: David (2004, p290)
64
2.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.9. Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis