29
7 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Menurut Nasarudin dan Surya (2004, p13) pasar modal didefinisikan sebagai pasar yang memperjual belikan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan penerbit. Sementara menurut Usman, Riphat dan Ika (1997, p11) dalam pasar modal diperdagangkan sekuritas janka panjang, baik modal sendiri perusahaan atau dalam bentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001, p1), pasar modal merupakan pasar untuk berbagai intrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Sememtara Siahaan (2008, p5) mendefinisikan pasar saham sebagai suatu tempat atau mekanisme dimana perusahaan atau emiten dapat memperoleh dan jangka panjang tanpa jatuh tempo dan tanpa biaya tetap. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya (www.idx.co.id ). Di dalam pasar modal terjadi transaksi perdagangan sekuritas. Instrumen sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah instrumen jangka panjang

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

  • Upload
    lamhanh

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

7

BAB 2

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pasar Modal

Menurut Nasarudin dan Surya (2004, p13) pasar modal didefinisikan sebagai

pasar yang memperjual belikan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik

dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan

penerbit. Sementara menurut Usman, Riphat dan Ika (1997, p11) dalam pasar modal

diperdagangkan sekuritas janka panjang, baik modal sendiri perusahaan atau dalam

bentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan

menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001, p1), pasar modal merupakan pasar untuk

berbagai intrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam

bentuk utang maupun modal sendiri. Sememtara Siahaan (2008, p5) mendefinisikan

pasar saham sebagai suatu tempat atau mekanisme dimana perusahaan atau emiten

dapat memperoleh dan jangka panjang tanpa jatuh tempo dan tanpa biaya tetap.

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar

modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain

(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan

demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual

beli dan kegiatan terkait lainnya (www.idx.co.id).

Di dalam pasar modal terjadi transaksi perdagangan sekuritas. Instrumen

sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah instrumen jangka panjang

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

8

yang mempunyai waktu lebih dari satu tahun seperti saham, obligasi, waran, right,

reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.

Pasar modal diatur didalam Undang-undang. Undang-Undang Pasar Modal No. 8

tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang

bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik

yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan Efek”.

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001, p2), menurut Usman, Riphat dan Ika

(1997, p11), pasar modal memiliki fungsi strategis dimana mempertemukan pihak

yang memiliki dana dan memerlukan dana. Jadi, pasar Modal memiliki peran penting

bagi perekonomian karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama

sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk

mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Emiten selanjutnya akan

memperoleh dana dari penerbitan sahamnya. Selanjutnya dana yang diperoleh dari

pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan

modal kerja dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-

lain. Sehingga di sinilah terjadi pertemuan antara pihak yang menbutuhkan dana

tersebut dengan pihak yang menginvestasikan dananya. Dengan demikian,

masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik

keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.

Pasar modal sendiri dibedakan menjadi dua bagian yaitu pasar primer, dimana

sekuritas baru dijual, dan pasar sekunder, dimana saham yang beredar diperjual

belikan (Reilly dan Brown, 2005, p107).

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

9

2.1.2 Saham

Saham merupakan kepemilikan atas suatu perusahaan (Reilly dan Brown, 2005,

p84). Dimana pemegang saham akan berbagi masalah dan kesuksessan dalam

perusahaan. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001, p5) saham dapat didefinisikan

sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan atau perseroan terbatas. Menurut Copeland dan Weston (1999, p38)

saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001, p6), jenis saham dibedakan menjadi

dua yaitu saham biasa dan saham preferen.

1. Saham biasa

Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada urutan

paling terakhir terhadap hak atas dividen dan hak aset perusahaan jika

terlikuidasi.

2. Saham preferen

Saham preferen memiliki karakteristik layaknya obligasi yaitu mendapatkan

pendapatan tetap. Tetapi sama seperti saham biasa yang tidak memiliki tanggal

jatuh tempo layaknya obligasi.

Saham merupakan instrumen pasar modal yang paling sering diperdagangkan.

Saham adalah salah satu pilihan bagi perusahaan untuk menanbah pendanaan

perusahaan. Di sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak

dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat resiko dan return

yang menarik. Saham juga sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan

menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

10

perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS).

Menurut Reilly dan Brown (2005), saham dikelompokan menjadi lima macam

berdasarkan analisis teknikalnya, yaitu:

1. Growth stock

Growth stock adalah saham dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi

dari saham lain dipasar dengan karakter resiko yang tinggi pula. saham ini

merupakan kelompok saham yang perusahaanya mencapai pendapatan yang

tinggi dan rata-rata tingkat pengembaliannya lebih tinggi dari pada tingkat

pengembalian yang terjadi di indiustrinya, karena sahamnya biasanya dinilai

undervalue.

2. Defensive stock

Karakter yang ada pada defensive stock adalah tingkat pengembalian tidak

diharapkan menurun selama keseluruhan tingkat pengembalian pasar menurun

atau sedikit menurun dari pada yang terjadi di pasar. Saham mempunyai beta

kecil, kuang dari satu atau bahkan negatif. Saham dengan tingkat risiko sistemik

yang rendah tidak terlalu sensitif dengan pasar.

3. Cyclical stock

Cyclical stock akan mengalami perubahan jika tingkat pengembalian lebih

besar dari pada tingkat pengembalian pasar. Saham mempunyai beta yang

tinggi. Cyclical stock adalah saham yang mempunyai tingkat pengembalian yang

lebih volatile dan mempunyai korelasi dengan agregat pasar dan lebih volatile.

4. Speculative stock

Saham ini memiliki kemungkinan besar tingkat pengembalian yang rendah

atau negatif dan kemungkinan kecil tingkat pengembalian yang normal atau

tinggi. Secara khusus, speculative stock yang dinilai sudah overprice dan

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

11

kemungkinan besar yang selama periode mendatang ketika pasar menyesuaikan

posisinya, harga saham bisa kembali ke nilai yang sebenarnya. Saham ini

kemungkinan memiliki tingkat pengembalian negatif jika terjadipada perusahaan

yang tumbuh dengan price earning ratio yang tinggi sehingga menyatakan

saham tersebut overvalue.

5. Value stock

Value stock merupakan saham yang biasanya mempunyai price earning ratio

yang rendah atau rasio nilai buku yang rendah. Saham ini dinilai undervalue dari

potensi pertumbuhannya.

Pada dasarnya, ada resiko dan return yang diperoleh investor dengan membeli

atau memiliki saham (www.idx.co.id). Resiko dan return tesebut adalah:

1. Dividen

Hasil dari pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal

dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan adalah deviden. Keputusan

pembagian deviden dimuat dalam RUPS. Apabila investor ingin mendapatkan

dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun

waktu yang relatif lama sehingga kepemilikan saham tersebut berada dalam

periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang dicatatkan yang berhak

mendapatkan dividen.

2. Capital Gain

Selisih atas harga beli dan harga jual terbentuk dengan adanya aktivitas

perdagangan saham di pasar sekunder adalah capital gain. Investor mengoleksi

saham WXYZ pada posisi harga per saham Rp 5.000 dan melepasnya pada posisi

harga Rp 5.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital

gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

12

3. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari Capital Gain. Kondisi apabila investor menjual

saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. STUV yang di beli

dengan harga Rp 5.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus

mengalami penurunan hingga mencapai Rp 3.000,- per saham. Investor takut

harga saham tersebut akan terus turun dan menjual pada harga Rp 3.000,-

tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 2.000,- per saham.

4. Risiko Likuidasi

Resiko likuidasi terjadi pada perusahaan yang sahamnya dimiliki pemegang

saham, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut

dibubarkan. Hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah

seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan

perusahaan). Apabila masih terdapat residu atau sisa dari kekayaan perusahaan

tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh

pemegang saham. Tetapi apabila tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan,

pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Hal ini

merupakan risiko dari pemegang saham. Jadi, pemegang saham harus secara

terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.

Di lantai Bursa pada pasar sekunder, harga saham mengalami fluktuasi.

Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas

saham tersebut. Harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham

tersebut. Dan ada factor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang sifatnya spesifik

atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut

bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi,

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

13

nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor

lainnya.

2.1.3 Dividen

Menurut Sullivan dan Sheffrin (2003, p273), dividen adalah pembagian laba

kepada pemegang saham yang proposinya berdasarkan saham yang dimiliki. Dividen

akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi

memaksimalkan kekayaan pemegang saham adalah tujuan bisnis. Menurut Reilly dan

Brown (2005, p370) dividen dapat digunakan untuk mengukur cash flow secara

langsung oleh investor yang yang menyiratkan bahwa harus menggunakan biaya

ekuitas sebagai tingkat diskonto.

Dividen pada umumnya ada dua jenis (Weston dan Copeland, 1999, p90,120):

1. Dividen tunai, dividen dibayarkan dalam bentuk tunai dan dikenai pajak pada

tahun pengeluarannya.

2. Dividen saham, dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham tambahan,

biasanya dihitung berdasarkan proporsi terhadap jumlah saham yang dimiliki.

Contohnya, setiap 100 saham yang dimiliki, dibagikan 5 saham tambahan.

Metode ini mirip dengan stock split karena dilakukan dengan cara menambah

jumlah saham sambil mengurangi nilai tiap saham sehingga tidak mengubah

kapitalisasi.

Menurut (Cohen, Zeikel, dan Zinbarg, 2001dividend yield adalah perbandingan

dividen yang dibayarkan pada sebuah periode dengan harga saham saat periode

yang sama.

Dividend Dividend yield =

Current Stock Price

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

14

Menurut Ang (1997) jenis dividen menurut pembagian berdasar pada tahun

buku, dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Dividen Interim, merupakan dividen yang dibayarkan oleh emiten antara satu

tahun buku dengan tahun buku selanjutnya, atau antara dividen final tahun buku

dengan dividen final selanjutnya. Pada umumnya dividen interim dibayarkan

dengan tujuan untuk memacu kinaerja saham pada perdagangan di Bursa.

2. Dividen Final, merupakan dividen yang merupakan hasil pertimbangan setelah

penutupan tahun buku emiten pada tahun sebelumnya, yang dibayarkan pada

tahun buku berikutnya. Dividen final memperhitungkan dan mempertimbangkan

hubungannya dengan dividen interim yang telah dibayarkan untuk tahun buku

tersebut.

Tentang kebijakan dividen, dimana kebijakan dividen menentukan penempatan

laba, antara membayar pemegang saham dan menginvestasikan kembali ke

perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Dividen dipengaruhi beberapa variabel.

Perusahaan dalam membagikan dividen juga mempertimbangkan faktor kebutuhan

modal. Sehingga perusahaan tidak akan serta merta memberikan dividen tunai yang

bernilai tinggi.

Manajemen mempunyai pilihan alternatif mengenai perlakuan terhadap laba

bersih sesudah pajak perusahaan apakah dibagi kepada para pemegang saham

perusahaan dalam bentuk dividen atau diinvestasikan kembali ke perusahaan

sebagai laba ditahan (retaired earning).

Pada umumnya yang terjadi pada sebagian laba bersih setelah pajak dibagi

dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya manajemen

harus membuat keputusan tentang besarnya earning after taxes yang dibagikan

sebagai dividen.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

15

Dalam Weston dan Copeland (1999, p98-101) dan dalam Triyono (2006)

beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan

dividen:

1. Undang-undang, segala peraturan yang mengikat perseroan apakah seluruh

dividen harus dibagikan.

2. Perjanjian Hutang, hutang merupakan kewajiban perusahaan. Pada umumnya

perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor akan membatasi

pembayaran dividen. Dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang

telah dipenuhi perusahaan dan atau rasio-rasio keuangan menunjukkan bank

dalam kondisi sehat.

3. Pembatasan dari saham Preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham

biasa jika dividen saham preferan belum dibayar.

4. Posisi likuiditas atau ketersediaan kas, dividen berupa uang tunai (cash

dividend) hanya dapat dibayar jika tersedianya uang tuani yang cukup. Jika

likuiditas baik, perusahaan dapat membayar dividen.

5. Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap

perusahaan. Maka manajemen cenderung untuk segan menjual saham baru

sehingga lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana baru.

Akibatkanya dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi

penting pada perusahaan yang relatif kecil

6. Tingkat ekspansi aktiva dan kebutuhan dana untuk investasi, perusahaan yang

berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-

proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal

sendiri (equity) dapat berupa penjualan saham baru dan laba ditahan.

Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

16

baru menimbulkan biaya peluncuran saham (flotation cost). Oleh karena itu

semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividen payout ratio.

7. Fluktuasi Laba, jika laba perusahaan besar dapat dibagikan dalam bentuk

dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen. Sebaliknya

jika laba perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya

terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak

banyak menggunakan hutang guna mengurangi risiko kebangkrutan.

Konsekuensinya laba ditahan menjadi besar dan dividen mengecil.

2.1.4 Penelitian Terdahulu Tentang Pengumuman Dividen

Miller dan Modligiani (1961) dalam Wetson dan Copeland (1999, p134) telah

membuktikan bahwa pembayaran deviden tidak mempengaruhi kekayaan pemegang

saham. Tapi masalah utamanya adalah pemegang saham menggunakan

pengumuman deviden untuk menaksir tingkat pengembalian. Jadi, benarkah jika

deviden diumumkan akan membuat harga saham mengalami kenaikan.

Dasilas, Lyroudi, dan Ginoglou (2009) menyatakan dalam hasil penelitiannya

bahwa dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Namun, mereka mengusulkan

bahwa dividen mungkin memiliki kandungan informasi, jika manajer memiliki

informasi lebih baik dari investor tentang prospek masa depan perusahaan dan

menggunakan informasi tersebut dalam wujud dividen. Dan juga pernyataan tentang

kandungan informasi dividen yang menyatakan bahwa manajer menggunakan

pengumuman dividen untuk menyampaikan kepercayaan mereka tentang posisi

keuangan saat ini dan masa depan perusahaan. Sehingga pengumuman kenaikan

dividen mencerminkan keyakinan manajemen bahwa laba masa depan perusahaan

akan disimpan cukup tinggi untuk mempertahankan dividen meningkat. Akibatnya,

pengumuman kenaikan dividen memberikan informasi kepada pasar tentang sesuatu

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

17

yang tercermin dalam reaksi positif terhadap perdagangan harga saham pada hari

pengumuman. Di sisi lain, sebuah pengumuman penurunan dividen mencerminkan

pesimisme manajemen tentang laba masa depan perusahaan. Hasil langsung adalah

menurunya harga saham pada hari pengumuman.

Menurut Grinblatt dan Titman (2002, p664) menemukan sacara empiris dalam

tingkat pengembalian saham saat pengumuman dividen. Ketika perusahaan

mengumumkan kenikan dividen, harga sahamnya secara umum akan meningkat

sekitar dua persen (menurut Ahanory dan Swary, 1980 dalam Grinblatt dan Titman,

2002, p664). Harga saham meningkat secara rata-rata ketika perusahaan menaikan

dividen dan menurun secara rata-rata ketika perusahaan menurunkan dividen.

Eksekutif perusahaan akan berintrepretasi reaksi positif pada pengumuman dividen

dengan kenaikan dividen sebagai temuan bahwa investor tertarik pada kenaikan

dividen sebagai keputusan yang bagus bagi perusahaan. Tetapi temuan ini tidak

sepenuhnya berdampak bahwa kenaikan dividen akan menaikan nilai intrinsik

perusahaan. Keputusan finansial yang berisi informasi yang menguntungkan pasar

cenderung meningkatkan saham bahkan ketika keputusan yang tidak bagus untuk

profitabilitas perusahaan mendatang. Kenaikan dividen dapat mengurangi nilai

intrinsik tetapi masih memicu respon tingkat pengembalian positif karena merupakan

sinyal yang menguntungkan.

Beberapa penelitian menemukan bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen,

sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan dividen pada

umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai

bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi

bila mengacu pada dividend yield bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas

biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen

perusahaan memprakirakan suatu penghasilan yang baik dividen masa

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

18

mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang

dibawah keanaikan normal, oleh investor diyakini sebagai suatu sinyal bahwa

perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang.

Seperti teori dividen yang lain yang di ungkapkan oleh Modigliani dan Miller

dalam Triono (2006) dalam tulisannya tentang dividen yang juga sulit dibuktikan

secara empiris. Kenyataan bahwa perubahan dividen mengandung beberapa

informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya

kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau

karena efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.

Miller dan Rock (1985) dalam Grinblatt dan Titman (2002, p665) menyatakan

berdasar analisis semua ekuitas keuangan perusahaan menyatakan operating cash

flow dihasilkan sebagai aset adalah sebagai pengeluaran investasi dikurangi

perubahan ekuitas dan ditambah dividen. Jadi, menurut Grinblatt dan Titman (2002,

p665) berdasar asumsi bahwa investor tidak bisa mengamati operating cash flow

sebuah peusahaan, mungkin karena manajer dapat memanipulasi dengan angka

yang relevan dalam akuntansi, selain investor juga tidak dapat mengamati semua

pengeluaran investasi perusahaan, seperti pemeliharaan peralatan dan data base

pelanggan, maka dapat diasumsikan investor mengetahui bagaimana perusahaan

harus berkinerja untuk memaksimalkan nilai saham. Yang investor lakukan tentu saja

hanya mengamati dividen yang diterima sebagai indikator peningkatan kapitalisasi

perusahaan.

Miller dan Modigliani (1961) dalam Emery J., Moreno, J.,Simpson, M. (2009,

p292) menunjukkan kemungkinan bahwa dividen bisa menambah nilai jika

disampaikan juga informasi mengenai prospek pertumbuhan masa depan

perusahaan. Modigliani dan Miller dalam Pujiono (2001) dalam Subagyo (2003, p693)

menunjukan bahwa investor sebenarnya lebih memilih prospek yang dimiliki oleh

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

19

perusahaan dalam menilai perusahaan. Penilaian pasar ini akan tercermin pada

reaksi terhadap saham perusahaan saat pengumuman dividen. Bajaj dan Vijh (1990)

dalam Deshmuk (1997, p10) menyatakan bahwa respon terhadap harga saham saat

pengumuman perubahan dividen tergantung pada preferensi dividen yield dari

investor marjinal di saham perusahaan. Dan Desmukh (1997, p10) menunjukkan

bahwa investor di perusahaan dengan yield rendah akan melihat peningkatan dividen

secara negatif sementara investor di perusahaan dengan yield tinggi akan melihat

peningkatan yang sama secara positif. Dan Desmukh (1997, p10) berpendapat

bahwa harga saham bereaksi pada pengumuman perubahan deviden akan menjadi

fungsi dari hasil dividen perusahaan.

Sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Lonie AA, Abeyratna,

Power, Sinclair pada tahun 1996 dalam Urooj dan Zafar (2008, p326) menunjukkan

bahwa dividen mempunyai peran sebagai sinyal kepada investor dan mengaitkan

bahwa meningkatkan dividen cenderung dikaitkan dengan menaikan tingkat

pengembalian dan menurunkan deviden cenderung dikaitkan dengan menurunkan

tingkat pengembalian pada sekitar waktu pengumuman deviden.

Bhattacharya pada tahun 1979, Olson dan McCann (1994), Bapat (2004),

Scottfung dan Jayendu (2005), Below dan Johnson (1994), John, Klaeboe dan

Marshall (2004) & Bessler dan Nohel (1996) dalam Urooj dan Zafar (2008)

menyatakan bahwa ditemukan hubungan yang signifikan dari pengumuman deviden

dan harga saham. Mereka menyatakan bahwa tingkat pengembalian positif yang

ditemukan pada saat sekitar pengumuman deviden yang positif dan sebaliknya.

Mereka secara empiris membuktikan bahwa kenaikan harga ekuitas akibat dari

pengumuman peningkatan deviden dan pengumuman penurunan deviden

berdampak negatif terhadap harga ekuitas.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

20

Gunasekarage dan Power (2006, p212) menyatakan pada saat pengumuman,

return saham cenderung positif saat di mana perusahaan mengalami peningkatan

deviden dan laba, begitu pula sebaliknya. Dan ada juga bukti yang menunjukkan

bahwa pasar saham telah mengantisipasi beberapa berita ini dalam 12 bulan

sebelumnya. Namun, informasi deviden atau laba tidak nampak sebagai sinyal

tentang kinerja perusahaan jangka panjang di masa depan dan perusahaan yang

umumnya memotong deviden dan melaporkan pendapatan yang lebih rendah

daripada return saham. Sebagian besar kinerja saham dalam jangka panjang pada

masa depan adalah disebabkan oleh laba daripada deviden.

Beberapa penelitian yang menunjukan hubungan sebaliknya antara

pengumuman dividen dan pendapatan saham (misalnya, Pettit, 1972; Blume, 1980;

dan Kalay dan Loewenstein, 1986) dalam Emery J., Moreno, J.,Simpson, M. (2009,

p292) juga menemukan bahwa dampak kenaikan harga saham saat pengumuman

dividen tergantung pada tren pasar sesuai dengan kebenaran informasi laba

sebelumnya. Dalam studi kemudian, Mikhail, Walters, dan Willis (2003), Emery

,Moreno, Simpson, (2009, p292) menemukan bahwa pasar tidak begitu bereaksi

untuk kenaikan dividen pada perusahaan dengan tingkat laba tinggi, tetapi reaksi

pasar terhadap penurunan dividen tidak berpengaruh terhadap informasi laba.

Watts (1973) dalam Emery J., Moreno, J.,Simpson, M. (2009, p292) dengan

menggunakan data tahunan, tidak menemukan reaksi yang signifikan pada harga

saham saat periode pengumuman dividen. Alien dan Michaely (2003) dalam

Capstaff, Klæboe, Marshall (2004) mengungkapkan pandangan bahwa, "Bukti

akumulasi keseluruhan tidak mendukung pernyataan bahwa perubahan dividen

menyampaikan informasi tentang laba masa depan." Benartzi, Michaely, dan Thaler

(1997) dalam penelitiannya tidak menemukan hubungan yang signifikan antara

pengumuman dividen dan perubahan laba di masa depan.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

21

Dari sini kemudian menimbulkan pertanyaan bagi peneliti, dividen dapat men-

stimulus pasar, terutama menggerakkan perdagangan yang cenderung naik. Jadi,

ada dugaan bahwa pengumuman dividen menyebabkan harga saham akan

meningkat pula.

Dalam pembagian deviden terdapat beberapa waktu yang penting yang di

jadikan dasar untuk mengambil keputusan investasi oleh investor, yaitu sebagaimana

pada prosedur pembagian berikut ini (Weston dan Copeland, 1999, p98):

1. Tanggal pengumuman dividen.

Misalnya direksi mengadakan rapat dan disetujui RUPS, megeluarkan

pengumuman bahwa tangga 19 Mei 2011 akan membagikan deviden tunai

kepada pemegang saham.

2. Recording date

Tanggal pencatatan dimana daftar pemegang saham berhak dengan dividen.

Perusahaan menentukan bahwa tanggal 17 Juni 2011 merupakan tanggal

pencatatan. Maka pemegang saham yang tercatat setelah tanggal 17 Juni 2011

tidak berhak atas dividen

3. Cum dividend date

Cum dividend date yaitu akhir periode perdagangan saham dengan hak

dividen.

4. Ex-Dividend date

Ex-Dividend date yaitu awal periode perdagangan saham tanpa hak dividen.

Untuk menghindari konflik, badan keagenan teleh menetapkan suatu perjanjian

yang menyatakan bahwa hak untuk memperoleh dividen akan tetap ada pada

saham sampai dengan 4 hari sebelum tanggal pencatatan. Maka 4 hari sebelum

tanggal pencatatan disebut Ex-Dividend date. Seseorang yang membeli saham

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

22

pada periode ini (tanggal 14-17 Juni 2011) tidak akan memperoleh hak atas

dividen.

5. Tanggal pembayaran dividen.

Tanggal dimana dividen dibayarkan oleh badan keagenan.

2.1.5 Tingkat Pengembalian Saham

Menurut Wahyudi (2003), return saham atau tingkat pengembalian saham

adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham. Tingkat

pengembalian yang didapatkan tersebut terdiri dari dua hal, yaitu capital gain dan

dividen. Capital gain sendiri diperoleh jika investor mendapat selisih nilai penjualan

yang lebih besar dari pada saat pembelian saham tersebut. Sedangkan dividen

adalah keuntungan emiten yang dibagikan kepada investor sesuai dengan kondisi

dan peraturan perusahaan.

Menurut Adenso dan Gascon (1997) kinerja suatu saham dapat digunakan

sebagai salah satu cara untuk alat pengukur efisiensi perusahaan. Jika harga

saham merefleksikan seluruh informasi mengenai perusahaan di masa lalu, sekarang

dan yang akan datang, maka kenaikan harga saham dapat dianggap sebagai

indikasi perusahaan yang efisien. Sementara tingkat pengembalian tersebut

diperoleh dari capital gain.

Pembahasan mengenai tingkat pengembalian saham menurut Shiller (2000)

dalam Frimpong (2010), harga yang tinggi hanya dapat bertahan sementara oleh

minat investor terhadap faktor fundamental. Investor, menurut Shiller (2000),

percaya bahwa merasa aman untuk membeli saham bukan karena nilai intrinsik

mereka atau karena pembayaran dividen yang diharapkan di masa depan, tetapi

karena mereka dapat dijual kepada orang lain dengan harga yang lebih tinggi.

Secara sederhana, harga saham didorong oleh prakiraan yang didasarkan pada

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

23

keyakinan semacam itu dari sebagian besar investor. Dalam pasar keuangan, resiko

dan tingkat pengembalian investasi sangat berbeda karakteristiknya. Rekening bank

tabungan menawarkan kepastian tingkat pengembalian yang lebih tinggi, likuiditas

yang tinggi dan memiliki resiko kecil. Sementara yang lain seperti saham mungkin

tidak menawarkan pengembalian yang sesegera mungkin dan memiliki risiko yang

berkelanjutan. Namun, beberapa penelitian juga telah melaporkan hubungan positif

non risk-return tapi hanya untuk data berdasarkan pengamatan harian. Harvey

(1989) dalam Frimpong (2010) berpendapat bahwa tanda koefisien risiko yang

tergantung pada tren pasar. LeBaron (1989) dalam Frimpong (2010) merujuk bahwa

hubungan risk-return negatif dapat menjadi hasil dari perdagangan tidak sinkron di

mana pasar ditandai oleh inliquidity.

Menurut Mensah (2008) dalam Frimpong (2010, p188), dalam rangka untuk

membuat keputusan investasi yang sehat, penting untuk memiliki kemampuan untuk

mengevaluasi tingkat pengembalian dan risiko berbagai alternatif investasi.

Hubungan antara tingkat pengembalian dan risiko, seperti yang sering didefinisikan

oleh varians atau standar deviasi.

Menurut Frimpong (2010 ,p189), teori investasi konvensional menyatakan bahwa

ketika investor membangun sebuah portofolio yang terdiversifikasi baik, sumber

risiko sistematis yang terdiversifikasi dan meninggalkan risiko yang tidak dapat

didiversifikasikan karena risiko yang relevan. Tentu saja setiap pembahasan teori

perilaku harga saham harus dimulai dengan Markowitz (1952). Membangun kerangka

Markowitz, Sharpe (1964), Lintner (1965) dan Mossiii (1966) dikembangkan dengan

apa yang kemudian dikenal sebagai Capital Asset Pricing Model (CAPM).

Menurut Frimpong (2010, p190), persamaan CAPM mengatakan bahwa

pengembalian yang diharapkan dari setiap aset berisiko merupakan fungsi linier dari

kecenderungan searah dengan portofolio pasar. Selanjutnya, ketika beta disertakan

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

24

sebagai variabel penjelas, tidak ada variabel lain harus bisa menjelaskan perbedaan

cross-sectional dalam pengembalian rata-rata. CAPM adalah model sederhana

berdasarkan beberapa asumsi yang mendasari model umumnya dianggap realistis.

Mengutip pada Majalah Manajemen (1996), perhitungan tingkat pengembalian

saham dengan CAPM merupakan model yang dikembangkan untuk menjelaskan

suatu keadaan keseimbangan hubungan antara resiko setiap aset apabila pasar

modal berada dalam keseimbangan. Dalam pengembangan CAPM diasumsikan

bahwa para pemodal akan bertindak semata-mata atas pertimbangan value dan

deviasi standar tingkat keuntungan portofolio. Tidak ada pajak atas biaya transaksi.

Terdapat riskless lending dan borrowing rate sehingga pemodal bisa menyimpan dan

meminjam dengan tingkat bunga yang sama. Hal yang paling utama dari CAPM ini

adalah pernyataan mengenai hubungan antara risk premium dari individual assets

dan systematic risk-nya. Jack Treynor, William Sharpe dan John Lintner pada sekitar

tahun 1960-an dalam Majalah Manajemen (1996) memformulasikan CAPM sebagai:

Ri = Rf + (Rm – Rf)* β

Formulasi di atas mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari

suatu saham (Rj) sama dengan tingkat resiko (Rf) ditambah dengan premi resiko

[(Rm-Rf)*b]. Semakin besar resiko saham (β), semakin tinggi resiko yang diharapkan

dari saham tersebut dan dengan demikian semakin tinggi pula tingkat keuntungan

yang diharapkan.

Sesuai dengan konsep CAPM, maka jika kita melakukan suatu pegujian empiris

terhadap CAPM, maka semakin tinggi resiko, maka semakin tinggi pula tingkat

keuntungan yang diharapkan seperti terlihat pada gambar 2.01. Hal ini juga berlaku

pada tingkat keuntungan memiliki hubungan yang linier dengan resiko. Resiko tidak

sistematis tidak relevan, dalam artian tidak akan ada imbalan bagi pemodal untuk

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

25

memperoleh keuntungan yang lebih besar kalau mereka menanggung resiko tidak

sistematis.

Gambar 2.01 Risk and Return Portfolio

Majalah Manajemen, ISSN: 0216-1400, edisi Sep-Okt 1996

Aksi korporasi mengakibatkan perubahan harga sekuritas yang diperdagangkan

saat itu juga menyesuaikan dengan peristiwa yang terjadi. Seperti saat perusahaan

mengumumkan dividen. Adapun besarnya perubahan tersebut merupakan estimasi

pembelokan nilai dari kejadian pada harapan arus kas masa depan perusahaan. Cara

tersebut telah banyak digunakan untuk mempelajari efek aktivitas yang terkait

dengan harga pasar saham perusahaan (Lane dan Jacobson, 1995 dalam

Swaminathan, Murshed, Hulland, 2008).

Dan berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum

menghitung return:

1. Tingkat pengembalian saham (Rose, 2003).

Rit = tingkat pengembalian saham i pada periode t.

Pt = harga saham i pada periode t.

Pt-1 = harga saham i pada periode t -1.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

26

2. Return of market portfolio dalam obyek penelitian adalah Indeks Harga

Saham Gabungan (Sularso, 2004).

Rmt = market return.

ISHGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t.

ISHGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t -1.

4. Beta emiten (Swaminathan, Murshed, Hulland, 2008) sesuai konsep CAPM.

β = tingkat resiko sistemik.

n = jumlah sampel.

Rxi = Market excess return

(market proxy return minus risk-free proxy return).

Ryi = Portfolio's excess return

(portfolio return minus risk-free proxy return).

5. Tingkat pengembalian geometrik saham.

Tingkat pengembalian rata-rata geometrik digunakan untuk mengukur

suku bunga majemuk dari pertumbuhan nilai pasar portfolio awal selama

periode, dengan asumsi seluruh distribusi kas diinvestasikan ke portolio.

GMR = Tingkat Pengembalian Geometrik.

RP = pengembalian portofolio.

N = Jumlah sampel.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

27

2.1.6 Sensitivitas Pasar

Sensitivitas pasar diukur dengan beta. Menurut Block dan Hirt (1999, p674) beta

merupakan ukuran dari volatilitas sekuritas yang ada di pasar secara umum.

Sensitivitas pasar diukur dengan beta. Semakin besar koefisien beta maka semakin

terindikasi resiko sistemik terhadap pasar yang semakin besar pula, sedangkan

semakin kecil beta atau bernilai kurang dari satu maka indikasi resiko sistemik

terhadap pasar semakin kecil. Ketika ada perubahan besar di pasar, yaitu tidak

adanya kestabilan yang cukup lama dimana harga sekuritas selalu berubah-ubah.

Fluktuasi pasar secara umum terjadi ketika investor merubah opini mereka tentang

kondisi makro ekonomi mendatang. Beberapa perusahaan terpengaruh terhadap

perubahan tersebut. Dalam kondisi penawarannya, beberapa sekuritas lebih sensitif

terhadap perubahan pasardaripada yang lainnya. Sekuritas tersebut secara relatif

keadaan tersebut ditunjukan terhadap hubungan kuantitasnya. Sesuai dengan

pernyataan berikut yang dinyatakan oleh Sharpe (1972, p84). Jika pasar naik satu

persen lebih dari yang diharapkan, harga sebuah sekuritas akan naik sebesar

presentase yang diharapkan pula.

Menurut Cohen, Zeikel, dan Zinbarg (2001, p140-3) prosedur untuk membagi

return atas saham biasa menjadi dua dasar-komponen elemen pasar dan komponen

saham tertentu. Dengan teknik statistik standar, yaitu dengan regresi (alpha, beta

dan rho) dapat secara kuantitatif memdiskripsikan hubungan antara return saham

dengan return pasar. Beta adalah slope dari regresi linier, jumlah dari gerakan

vertikal (return saham) per unit dari gerakan horizontal (market return).

Kenaikan yang diharapkan tersebut adalah sensitivitas pasar. Jika nilai kurang

dari 1.00, maka sekuritas tersebut bersifat defensif. Dan bergerak lebih lambat dari

tipe saham yang ada di pasar atau yang sejalan fluktuasi pasar. Disisi lain, jika

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

28

sensitivitas pasar lebih besar dari 1.00, maka sekuritas tersebut begitu agresif, dan

bergerak sesuai dengan fluktuasi pasar.

Beta (β) merupakan parameter untuk mengukur perubahan pada Ri jika terjadi

perubahan pada Rm. Jika nilai Beta (β) = 1 maka terjadi perubahan tingkat

pengembalian saham i paralel dengan perubahan tingkat pengembalian pasar.

Sedangkan jika nilai Beta (β) > 1, perubahan tingkat pengembalian saham i

diatas tingkat pengembalian pasar atau disebut sebagai excess return saham i,

sebaliknya jika nilai Beta (β) < 1, perubahan tingkat pengembalian pasar diatas

tingkat pengembalian sekuritas i atau disebut excess return portofolio pasar Sharpe

(1972, p84).

Gambar 2.02 Grafik Beta Saham

Sementara alpha merupakan intersep dari regresi linier, yang mana menunjukan

jumlah tingkat pengembalian yang dapat di hasilkan saham, secara rata-rata dan

tidak tergantung dari market return (Cohen, Zeikel, dan Zinbarg, 2001, p141). Dan

mengukur komponen sepesifik dari saham. Sememtara rho menunjukan variabilitas

tingkat pengembalian saham. ini untuk mengetahui substansial alfa positif atau

negatif dan dapat memiliki rho yang rendah.

Return Indeks (%)

Return Saham (%)

The narrower this band higher correlation (rho)

Beta

Alpha

(Cohen, Zeikel, dan Zinbarg, 2001, p141)

0

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

29

Hal ini memungkinkan untuk menemukan parameter dari pengukuran

sensitivitas tersebut. Satu untuk satu persen kenaikan di pasar, atau satu untuk satu

persen penurunan di pasar, atau bisa saja satu untuk kenaikan dua persen pasar.

Tapi tidak sesederhana itu. Dalam penelitian biasanya menggunakan satu angka,

dengan menyertakan asumsi yang apabila presentase perubahan harga sekuritas

dari nilai yang diharapkan, yang biasanya sama dengan sensitivitas pasar ketika

presentasenya berubah sesuai dari nilai yang diharapkan.

Sensitivitas pasar portofolio adalah hanya rata-rata tertimbang dari sensitivitas

pasar dari komponen sekuritas, dengan menggunakan nilai relatif sebagai bobot.

Dan untuk mengukur sensitivitas menggunakan Beta. Beta juga disebut elastisitas

keuangan atau volatilitas relatif yang berkorelasi, dan sebagai ukuran sensitivitas

mengembalikan aset untuk market return, risiko non-diversifiable, risiko sistematis,

atau risiko pasar. Pada tingkat aset individu, pengukuran beta dapat memberikan

petunjuk untuk volatilitas dan likuiditas di pasar.

2.1.7 Volume Perdagangan Saham

Setelah harga, volume adalah salah satu data yang tak terpisahkan yang terkait

dengan pasar saham (Cohen, Zeikel, dan Zinbarg, 2001, p257). Mencerminkan

aktivitas keseluruhan di saham atau pasar, volume menunjukan jumlah pembelian

dan penjualan saham yang disepakati. Jumlah saham atau kontrak sekuritas yang

diperdagangkan di seluruh pasar selama periode waktu tertentu menunjukan volume

perdagangan. Dan hanya jumlah saham yang diperdagangan dari penjual kepada

pembeli sebagai ukuran aktivitas perdagangan. Dengan demikian, volume

merupakan indikator penting bagi para pedagang dalam menganalisis aktivitas pasar

dan strategi perencanaan.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

30

Analisis teknikal menurut Cohen, Zeikel, dan Zinbarg (2001, p257-9) menyatakan

bahwa volume selalu mengikuti harga. Secara khusus, sebagian besar orientasi

volume mengikuti pasar sebagai masalah keseluruhan atau individu. Harga naik

disertai dengan meningkatnya volume merupakan karakteristik pasar normal dan

tidak memiliki implikasi sejauh tren potensi pembalikan yang bersangkutan. Reli yang

mencapai puncak harga baru pada peningkatan volume tetapi yang secara

keseluruhan tingkat aktivitas lebih rendah dari reli sebelumnya, secara potensial

merupakan peringatan dari trens pembalikan.

Reli yang berkembang dari naiknya volume merupakan peringatan potensi

pembalikan harga. Terkadang baik harga dan volume meningkat perlahan, bertahap

secara eksponensial dengan ledakan pada tahap akhir. Mengikuti perkembangan ini,

baik volume dan harga akan turun sama tajam. Ini merupakan titik puncak dan

merupakan karakteristik dari sebuah tren pembalikan. Signifikasi pembalikan akan

tergantung pada sejauh mana kemajuan sebelumnya dan tingkat ekspansi volume.

Ketika suatu kenaikan harga setelah mengalami penurunan dan kemudian bereaksi

pada suatu kenaikan lebih tinggi dari tren sebelumnya disertai dengan meningkatnya

volume, hal tersebut meupakan tanda bullish. Sementara ketika harga yang kedua

berada lebih tinggi daripada yang pertama atau sebelumnya, sisi positifnya keluar

dari pola trendline harga atau rata-rata bergerak disertai dengan volume yang besar,

hal ini merupakan tanda permulaan bearish.

Menurut Cohen, Zeikel, dan Zinbarg (2001, p257-9), sebuah klimaks terjadi

ketika harga jual menuruh untuk waktu yang cukup pada cepatnya disertai dengan

naiknya volume. Setelah klimaks jual, harga bisa diharapkan meningkat, dan

kestabilan pada saat klimaks tidak mungkin dicapai untuk waktu yang cukup. Jika

pasar bearish sering kali, namun tidak selalu, disertai dengan keputusan jual saat

klimaks. Ketika pasar telah meningkat selama berbulan-bulan, kenaikan harga

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

31

disertai dengan volume tinggi menunjukkan tindakan pembalikan dan akan bearish.

Setelah penurunan, volume yang besar dengan perubahan harga sedikit adalah

indikasi akumulasi dan biasanya akan bullish.

Menurut Abbondante (2010, p287) volume merupakan indikator penting dalam

analisis teknis seperti yang digunakan untuk mengukur nilai pergerakan pasar. Jika

pasar telah membuat harga bergerak menguat naik atau justru turun, hal tersebut

dirasakan tergantung pada volume untuk periode tersebut. Semakin tinggi volume

selama harga terus bergerak semakin signifikan pergerakannya. Teknik analisis

volume merupakan upaya untuk mengidentifikasi tren dalam pergerakan harga

saham dan kemudian membuat rekomendasi investasi baik akan panjang atau

pendek untuk itu saham tertentu. Aktivitas perdagangan berkaitan dengan likuiditas

sekuritas tersebut, karena itu, ketika volume perdagangan harian dengan rata-rata

tinggi, saham dapat dengan mudah diperdagangkan dan memiliki likuiditas yang

tinggi. Akibatnya, volume perdagangan harian rata-rata dapat berpengaruh pada

harga sekuritas. Jika volume perdagangan tidak terlalu tinggi, harga sekuritas akan

cenderung lebih murah karena permintaan investor berkurang.

Ketika meningkatnya rata-rata volume perdagangan harian meningkat atau

justru menurun secara drastis, ini merupakan sinyal bahwa telah ada beberapa berita

dirilis yang telah mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap sekuritas tersebut.

Biasanya, lebih tinggi rata-rata volume perdagangan harian berarti bahwa sekuritas

tersebut lebih kompetitif, dengan sedikit selisih harga dan biasanya sedikit

berfluktuasi. Saham yang sedikit berfluktuasi saat mencapai rata-rata volume

perdagangan harian lebih tinggi. Hal ini karena perdagangan yang jauh lebih besar

berpengaruh terhadap harga sekuritas tersebut.

Volume adalah ukuran likuiditas pasar berdasarkan jumlah saham yang

diperdagangkan selama periode tertentu. Volume data yang dicatat untuk setiap

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

32

saham, terkait pilihan saham, dan untuk indeks secara keseluruhan. Volume normal

untuk masing-masing saham telah memiliki jangkauan sendiri, dengan patokan yang

secara signifikan lebih tinggi atau lebih rendah yang dianggap sebagai indikator

penting. Selain pengukuran volume normal, investor juga melihat volume-by-price,

yang biasanya ditampilkan sebagai histogram vertikal. Jenis grafik menunjukkan

jumlah perdagangan saham dengan kenaikan berbagai harga, memberikan informasi

tentang level of support dan level of resistence yang cenderung memicu pembelian

atau penjualan saham. Menggabungkan harga dan volume menjadi sebuah grafik

tunggal, volume-by-price adalah indikator kuat yang menggambarkan bagaimana

para profesional menggunakan data pasar internal dengan rencana perdagangan

yang menguntungkan.

Volume mencerminkan penawaran dan permintaan untuk saham. Sebuah saham

dengan volume rendah dikatakan tidak likuid, yang memiliki risiko yang unik dan

pada tingkat pengembaliannya juga. Ketika volume rendah, selisih antara penawaran

dan permintaan meningkat, membuat perdagangan menjadi sulit terlaksana karena

ada tawar menawar yang cukup lama. Akibatnya, menjual saham yang tidak likuid

dengan cepat, bisa menjadi sulit atau tidak mungkin tanpa menerima tawaran harga

yang lebih rendah. Juga karena spread yang lebar, saham tidak likuid ditawarkan

dengan harga yang berfluktuasi lebih besar di kedua arah ketika mereka melakukan

perdagangan. Pertimbangan investor sering melihat ke volume dalam menentukan

keyakinan kearah mana saham akan bergerak. Mengingat harga yang hanya

merupakan indikasi dari perdagangan terakhir.

2.1.8 Analysis of Varian (Anova)

Menurut Aczel dan Sounderpadanian (2002, p373) anova adalah metode statistik

yang digunakan untuk menetukan eksistensi perbedaan diantara sejumlah rata-rata

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

33

populasi. Anova bertujuan untuk mendeteksi perbedaan rata-rata diantara beberapa

populasi. Dalam penelitian ini mengguanakan One Way Anova.

Pengujian dari test anova adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis One Way Anova.

Dalam uji One Way Anova hanya memperhitungkan satu faktor saja yang

menyebabkan variasi. Sedangkan langkah dalam pengujian ini meliputi :

Ho : µ1 = µ2 = µ3 =… µn

(tidak ada perbedaan diantara rata – rata dari beberapa populasi )

Ho : µ1 # µ2 # µ3 #….# µn atau µ1 = µ2, tetapi µ2 # µ3 # …..# µn

(bahwa satu atau lebih µ tidak sama dengan µ lainnya).

2. Menentukan daerah penerimaan Ho dan Ho

Didalam pengujian signifikansi perbedaan rata – rata populasi (pengujian

hipotesis) dengan metode Anova digunakan distribusi F sebagai berikut:

Gambar 2.03 Grafik Anova

Titik kritis dicari dengan bantuan Tabel F. Titik kritis ini ditentukan oleh taraf

nyata (α) dan derajat bebas, jika F hitung lebih besar dari F tabel, maka

pernyataan hipotesis H0 ditolak dan jika F hitung lebih kecil atau sama dengan

dari F tabel, maka pernyataan hipotesis H0 diterima.

Terima HoTolak Ho

Titik Kritis

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

34

3. Menghitung F hitung

Numerator = (k – 1) dan k adalah jumlah factor yang memmepengaruhi.

denumerator = (n – k) dan n adalah jumlah keseluruhan sample.

Tabel 2.01 Perhitungan Anova

Source of Variation Sum of Square Degree of freedom Mean Square F hitung

Between Groups ∑=

−=jn

jGijj xxnSST

1

2)( k-1 SS Coloums/k-1 MSE/MSR

Within

Groups/Residual ∑∑= =

−=k

j

n

ijij

j

xxSSE1 1

2)( n-k SS Residual/n-k

Total ∑∑= =

−=k

j

n

iGijtotal

j

xxSS1 1

2)( (k-1)+(n-1)

2.2 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.04 Kerangka Pemikiran

Volume Perdagangan Harian

Data

Simpulan dan Saran

Ri

Rm

Harga Saham TLKM Harian

IHSG Harian

Logaritma Normal

CAPM

Beta

Uji Anova

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00614-mn bab 2.pdfbentuk saham maupun surat utang yang di terbitkan swasta dan pemerintah. Dan ... tahun

35

2.3 Hipotesis

1. Rata-rata tingkat pengembalian saham sesudah pengumuman dividen lebih besar

secara signifikan dari pada rata-rata tingkat pengembalian saham sebelum

pengumuman dividen.

Rix1 < Rix2

2. Rata-rata volume perdagangan saham sesudah pengumuman dividen lebih besar

secara signifikan dari pada rata-rata return saham sebelum pengumuman dividen.

µ vol1< µ vol2

3. Sensitivitas perubahan Indeks Harga Saham Gabungan terhadap perubahan harga

saham TLKM sesudah pengumuman dividen secara signifikan lebih besar dari pada

sebelum pengumuman dividen.

β1 < β2