Upload
ngocong
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1 Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan individu untuk
mencapai tujuan organisasi (Mondy, 2010:4).
Menurut Snell & Bohlander (2010:4), Manajemen sumber daya manusia
merupakan proses dalam mengelola kemampuan manusia untuk mencapai tujuan
perusahaan. Keterampilan karyawan, pengetahuan dan kemampuan adalah salah satu
sumber daya yang paling khas dan selalu baru. Segala aspek yang mempengaruhi
sumber daya manusia di kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu competitive
challenges (globalisasi, teknologi, pengelolaan perubahan, human capital, tanggap &
pengendalian biaya) dan employee concerns (perbedaan latar belakang, age
distribution, gender, keamanan pekerjaan, tingkat pendidikan, hak karyawan, privacy
issues, perilaku kerja dan family concerns).
Menurut Mathis dan Jackson (2006:5) Manajemen sumber daya manusia
adalah suatu perencanaan formal dalam perusahaan yang bertujuan untuk
memastikan seberapa efektif dan efisienkah kemampuan dari sumber daya manusia
yang ada agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan menurut Hoon
(2002:4), Manajemen sumber daya manusia adalah suatu fungsi yang menunjukkan
sesuatu didalam perusahaan yang memberikan fasilitas secara efektif untuk
digunakan dalam mencapai tujuan organisasi. Dari beberapa definisi diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu
fungsi dari organisasi yang terdiri dari proes dan sistem yang dapat mempengaruhi
kepegawaian agar dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan dari individu
karyawan dan organisasi keseluruhan dapat tercapai.
2.1.2 Peran Sumber Daya Manusia
Brian dan Fonny (2013:27-28) menyatakan bahwa professional SDM memiliki
peran strategis untuk turut merancang dan mencapai sasaran strategis perusahaan.
Guna menyesuaikan dengan iklim bisnis yang terus berkembang, professional SDM
perlu memberikan nilai tambah bagi bisnis dan memberikan dampak manfaat bagi
karyawan perusahaan.
16
Terdapat 4 peran penting SDM untuk memberikan nilai tambah bagi profesi
SDM yaitu sebagai rekan strategis (strategic partner), penyokong karyawan
(employee champions), pendorong perubahan (change champions) dan ahli
administasi (administrative expert).
Gambar 2.1 Empat Peran SDM
Sumber: (Brian, 2013)
Strategic Partner
1. Merancang strategi SDM selaras dengan sasaran perusahaan
2. Memberikan konsultasi dalam pengembangan misi, nilai-nilai dan perencanaan bisnis
3. Berpartisipasi dalam tim manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis dan implementasi sistem manajemen
4. Perencanaan sukses, asesmen dan perencanaan kebutuhan
Change Agent
1. Menfasilitasi manajemen perubahan
2. Memberikan konsultasi untuk meningkatkan efektivitas organisasi
3. Merancang organisasi 4. Perancangan sistem dan
proses 5. Analisis kebutuhan
kompetensi 6. Pengembangan tim-tim
proyek dan manajemen
Administrative Partner
1. memberikan pelayanan yang lebih berkualitas, pemanfaatn yang lebih luas, penurunan biaya dan meningkatkan kepuasan karyawan
2. Peninjauan upah 3. Pemberian fasilitas
kesejahteraan 4. Melakukan proses rekrutmen
dan seleksi 5. Menyelenggarakan pelatihan 6. Penyediaan data, informasi
serta pelaporan 7. Proses transaksi dan
Employee Champion
1. Memfasilitasi, mengukur dan meningkatkan kualitas manajemen dan personil
2. Menfasilitasi evaluasi kinerja dan proses coaching
3. Mendorong nilai-nilai organisasi
4. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
5. Mendorong komunikasi serta loyalitas karyawan
6. Penyelidikan terhadap isu organisasi dan personil
7. Pemberian imbalan dan sanksi
Strategis/Jangka
Pr
o
c
es
Peo
ple
Operasional/Aktivitas rutin
17
2.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Adapun fungsi – fungsi dari manajemen sumber daya manusia adalah sebagai
berikut:
1. Rekrutmen
Merupakan pengembangan kumpulan calon tenaga kerja yang berhubungan
dengan rencana sumber daya manusia (Stoner, Freeman dan Gilbert :71).
Adapun tujuan dari rekrutmen adalah menyediakan kelompok calon tenaga
kerja yang cukup banyak agar manajer dapat memilih karyawan yang memiliki
kriteria sesuai kualifikasi yang mereka perlukan.
2. Seleksi
Snell dan Bohlander (2010:254) menerangkan bahwa seleksi adalah proses
memilih individu yang memiliki kualifikasi yang relevan untuk mengisi
lowongan pekerjaan yang ada atau yang di proyeksikan. Sebuah proses seleksi
yang baik adalah salah satu yang direncanakan dengan baik dan dioperasikan
dengan baik. (Mustapha, Ilesanmi, dan Aremu, 2013). Langkah – langkah
dalam proses seleksi antara lain:
1. Melengkapi lamaran pekerjaan
2. Mengikuti tes
3. Penyelidikan latar belakang
4. Wawancara seleksi
5. Menawarkan pekerjaan
3. Training dan Developing
Training merupakan proses yang di desain untuk mempertahankan atau
memperbaiki prestasi kerja saat ini. Sedangkan developing merupakan proses
mendesain untuk pengembangan ketrampilan yang diperlukan demi aktivitas
pekerjaan di masa depan (Stoner, Freeman, dan Gilbert: 82).
4. Performance Appraisal
Merupakan suatu proses menyampaikan informasi secara terus menerus kepada
bawahan mengenai prestasi kerja mereka yaitu untuk memberikan umpan balik
kepada karyawan, berupa informasi seberapa baik mereka melakukan
pekerjaannya untuk organisasi atau perusahaan (Stoner, Freeman, Gilbert : 87).
18
2.1.3.1 Rekrutmen Sumber Daya Manusia
Menurut Stewart dan Brown (2011:160) merekrut karyawan adalah proses
mengidentifikasi dan menarik orang-orang untuk bekerja dalam sebuah organisasi”.
Sedangkan menurut Snell dan Bohlander (2010:188), rekrutmen adalah proses
mencari individu yang mungkin potensial untuk bergabung dengan organisasi dan
mendorong mereka untuk melamar lowongan pekerjaan yang ada atau yang
diantisipasi.
Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rekrutmen
merupakan suatu proses mencari individu ataupun sekelompok individu dari
sekumpulan pelamar yang ada yang mungkin memiliki potensi untuk bekerja dalam
sebuah organisasi dimana pelamar tersebut adalah pelamar yang paling memenuhi
syarat untuk dipekerjakan. Snell dan Bohlander (2007:79) menjelaskan sepuluh
ukuran manajemen sumber daya manusia, salah satunya adalah waktu pelaksanaan
dimana rekrutmen akan terus menjadi tantangan karena jumlah waktu yang
dibutuhkan dari persetujuan permintaan pekerjaan sampai orang itu terdapat pada
pekerjaan merupakan indikator strategis produksi pendapatan. Snell dan Bohlander
(2010:198) menjelaskan dengan semua ketidakpastian rekrutmen eksternal kadang-
kadang organisasi sulit untuk menentukan upaya yang dapat menemukan bakat yang
menjanjikan dengan efektif dan atau dengan biaya yang efisien.
1. Sumber Eksternal Rekrutmen
Snell dan Bohlander (2010:190 � 198) menjelaskan, dalam melakukan
rekrutmen eksternal, perusahaan dapat menggunakan beberapa metode yang
digunakan untuk medapatkan kolam pelamar seperti iklan, pelamar dan resume
yang tidak diminta, rekrutmen melalui internet, rujukan dari karyawan,
perusahaan pencari eksekutif, institusi pendidikan, asosiasi profesi, serikat
buruh, agen tenaga kerja publik, agen tenaga kerja swasta dan sementara, dan
penyewaan pekerja.
2. Sumber Internal Rekrutmen
Stewart dan Brown (2011:165) menerangkan bahwa rekrutmen internal adalah
sebuah strategi rekrutmen yang mengisi lowongan pekerjaan dengan
mentransfer orang-orang yang sudah bekerja di dalam organisasi.
19
Snell dan Bohlander (2010:200) ketika kita sedang fokus untuk merekrut
karyawan yang berpotensi dari luar organisasi, kebanyakan manajer mengambil
tindakan untuk mengisi lowongan pekerjaan melalui transfer dan mutasi untuk
tingkat posisi yang lebih tinggi atau di atas entry-level. Mengisi kekosongan dengan
cara ini, sebuah organisasi dapat memanfaatkan investasi yang telah dibuat dalam
rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan pengembangan karyawan saat ini, yang mungkin
mencari pekerjaan di tempat lain jika mereka tidak memiliki kesempatan promosi.
Snell dan Bohlander (2010:202 � 203) menjelaskan bahwa pemasangan iklan
lowongan dan penawaran pekerjaan untuk rekrutmen internal dapat menjadi program
pengembangan karir dimana karyawan akan sadar terhadap kesempatan yang tersedia
dalam organisasi. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan perusahaan untuk
menemukan beberapa calon karyawan yang berkualitas hal ini bertujuan untuk
mempertimbangkan bahwa karyawan tersebut memang memenuhi syarat untuk
mengisi posisi yang dibuka. Cara tersebut antara lain :
a. Manajemen Inventarisasi Bakat
Banyak perusahaan secara elektronik menangkap kualifikasi dari masing-
masing karyawan mereka dan menggunakan informasi ini untuk
mengidentifikasi calon yang berpotensi untuk pekerjaan yang tersedia.
Persediaan keterampilan adalah alat penting untuk suksesi perencanaan karena
pesediaan keterampilan memberikan indikasi keterampilan, minat, dan
pengalaman yang dimiliki karyawan. Dengan cara tersebut, maka manajer
terbantu untuk memperhatikan kebutuhan perkembangan karyawannya dengan
lebih baik, baik dalam pekerjaan mereka saat ini dan dalam pekerjaan
manajerial yang akan dipromosikan. Bagian yang sama penting dari proses ini
adalah mengidentifikasi karyawan yang potensial yang dapat dipersiapkan
sebagai pengganti manajer yang dipindahkan, dipensiunkan, atau dikosongkan
posisinya. Biasanya akan diidentifikasi dua sampai tiga orang kandidat yang
untuk dipromosikan kepada posisi tingkat atas direktur.
b. Pemasangan Iklan Lowongan dan Penawaran Pekerjaan
Banyak perusahaan secara elektronik menangkap kualifikasi dari masing-
masing karyawan mereka dan menggunakan informasi ini untuk
mengidentifikasi calon yang berpotensi untuk pekerjaan yang tersedia.
20
Persediaan keterampilan adalah alat penting untuk suksesi perencanaan
karena pesediaan keterampilan memberikan indikasi keterampilan, minat,
dan pengalaman yang dimiliki karyawan. Dengan cara tersebut, maka
manajer terbantu untuk memperhatikan kebutuhan perkembangan
karyawannya dengan lebih baik, baik dalam pekerjaan mereka saat ini
dan dalam pekerjaan manajerial yang akan dipromosikan. Bagian yang
sama penting dari proses ini adalah mengidentifikasi karyawan yang
potensial yang dapat dipersiapkan sebagai pengganti manajer yang
dipindahkan, dipensiunkan, atau dikosongkan posisinya. Biasanya akan
diidentifikasi dua sampai tiga orang kandidat yang untuk dipromosikan
kepada posisi tingkat atas direktur.
c. Mengidentifikasikan Bakat Melalui Penilaian Kinerja
Karyawan yang sukses dalam performa kerjanya seringkali menjadi
kandidat yang tepat untuk promosi. Sebaliknya, karyawan yang
berkinerja buruk mungkin perlu ditransfer ke daerah lain atau bahkan
mengalami penurunan pangkat atau dalam skenario kasus terburuk
karyawan tersebut akan diberhentikan. Dengan melakukan penilaian
formal berarti manajer harus peduli dengan bawahannya mengenai
potensial untuk maju dalam pekerjaan manajerial atau mendorong
pertumbuhan mereka ke arah itu.
d. Menggunakan Assesment Center
Sebuah assessment centers adalah proses (bukan tempat) dimana
individu-individu dievaluasi karena mereka berpartisipasi dalam
serangkaian situasi yang bisa mereka tangani untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Popularitas assessment center dapat dikaitkan dengan
kemampuan karyawan untuk meningkatkan kemampuan organisasi,
hasilnya digunakan untuk memilih karyawan yang akan berhasil untuk
ditempatkan dalam posisi manajemen.
3. Promosi
Snell dan Bohlander (2010:209) menjelaskan “promosi adalah perubahan tugas
untuk tingkat pekerjaan yang lebih tinggi dalam suatu organisasi”. Stewart dan
Brown (2011:388) menjelaskan istilah lain promosi yang juga disebut upward
move atau pergerakan naik yang artinya pergerakan yang melibatkan
peningkatan tanggung jawab, pembayaran, dan status.
21
Pada umumnya, karyawan menyambut promosi sebagai peluang
perkembangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa promosi tidak hanya
menempatkan karyawan kepada suatu pekerjaan yang tingkatannya lebih
tinggi, tetapi terjadinya pergerakan pembayaran dan status pekerjaan
karyawan dapat juga dikatakan sebagai promosi.
2.1.3.2 Seleksi Sumber Daya Manusia
Menurut Ofori dan Aryeetey (2011), seleksi adalah proses dimana
instrument tertentu terlibat untuk memilih dari kolam individu yang paling cocok
untuk pekerjaan yang tersedia. Sedangkan menurut Snell dan Bohlander (2010,
p.254) menerangkan bahwa seleksi adalah proses memilih individu yang memiliki
kualifikasi yang relevan untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada atau yang
diproyeksikan. Menurut Mondy (2010:158), Seleksi adalah proses memilih individu
dari sekelompok pelamar yang paling cocok untuk posisi tertentu disuatu organisasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa seleksi merupakan suatu proses yang
dilakukan untuk memilih individu dengan melakukan pengujian dan pengumpulan
informasi atas sekelompok pelamar untuk memutuskan siapa yang memiliki
kualifikasi paling mendekati kebutuhan dan paling cocok untuk menempati suatu
posisi atau lowongan pekerjaan.
Prinsip – prinsip Metode Seleksi
Stewart dan Brown (2011:209 – 216) menjelaskan beberapa prinsip yang harus
dterapkan dalam menjalankan metode seleksi yaitu reliability, validity, utility,
fairness, and acceptability.
1. Reliability
Reliability atau keandalan adalah sebuah penilaian sejauh mana sebuah metode
seleksi menghasilkan hasil yang konsisten. Hal ini dapat ditempuh dengan
beberapa cara seperti membandingkan hasil penilaian metode seleksi dalam
kurun waktu yang berbeda, penggunaan tim penilai yang berbeda, dan lain
sebagainya.
2. Validity
Untuk menjadi valid, sebuah metode untuk memilih karyawan harus secara
akurat dapat memprediksi siapa yang akan melakukan pekerjaan dengan baik.
Validitas yang baik harus mempertimbangkan semua bukti pendukung
terutama hubungan antara teknik penilaian dan prestasi kerja.
22
3. Utility
Karakteristik metode seleksi yang baik harus mencerminkan efektivitas
biaya. Biasanya, apabila organisasi menggunakan metode dengan tingkat
validitas yang tinggi maka biaya yang dikeluarkan akan lebih tinggi juga.
Oleh karena itu, organisasi seharusnya menggunakan metode yang
memakan biaya yang murah, tetapi juga dapat menjamin prediksi yang
akurat.
4. Fairness
Karakteristik dari metode seleksi mencerminkan persepsi individu
mengenai potensi dan diskriminasi dalam metode seleksi. Keadilan
menyangkut kemungkinan bahwa orang akan mampu tampil memuaskan
dalam pekerjaan, meskipun hasil tes meramalkan bahwa orang tersebut
tidak akan mampu melakukan pekerjaan dengan baik. Penilaian seringkali
bergantung pada nilai-nilai pribadi. Seharusnya organisasi tidak
diskriminatif dan memberikan kesempatan yang sama pada semua
pelamar untuk menunjukan kemampuan dan keahlian yang mereka miliki.
5. Acceptability
Karakteristik metode seleksi harus mencerminkan keyakinan pelamar
tentang kelayakan metode seleksi. Secara umum, pelamar memiliki reaksi
negatif terhadap teknik penilaian ketika mereka percaya bahwa organisasi
tidak perlu mengumpulkan informasi yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Misalnya, pelamar cenderung percaya bahwa keluarga dan
pengalaman pribadi saat masa kanak-kanak tidak terkait dengan prestasi
kerja. Pelamar juga cenderung skeptis ketika mereka percaya bahwa
informasi dari penilaian seleksi tidak dapat dievaluasi benar. Dalam hal
ini, banyak pelamar bereaksi negatif terhadap analisis tulisan tangan dan
penilaian psikologis karena mereka tidak percaya teknik ini dapat
menghasilkan informasi yang akurat. Oleh karena itu, organisasi harus
menggunakan metode seleksi yang dapat diterima oleh pelamar.
23
2.1.3.3 Pelatihan
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala (2010:211-212) mengartikan
pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku
dalam waktu yang relative singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada
praktik daripada teori. Sementara itu, ketrampilan adalah meliputi pengertian dari
Physical Skill, Intelectual Skill, Social Skill, Managerial Skill dan lain sebagainya.
Menurut Greenidge dalam Ivancevich (2012), Pelatihan dapat dipandang
sebagai suatu proses secara sisematis menguah tingkah laku pegawai untuk mencapai
tujuan organisasi. Sedangkan menurut Barak dalam Jimoh (2011), dimana organisasi
dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas kayawan dengan memberikan
pelatihan komperehensif dan pengembangan.
Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2011:189) Menjelaskan bahwa
pelatihan adalah upaya yang direncanakan organisasi untuk membantu karyawan
memperoleh pengetahuan brkaitan dengan pekerjaan, ketrampilan, kemampuan dan
perilaku dengan tujuan menerapkan ini pada pekerjan.
Dessler (2011:280) juga menerangkan pelatihan adalah proses mengajar
ketrampilan yang dibutuhkan karyawan untuk melakukan pekerjaannya. Pelatihan
mengacu kepada metode yang digunakan untuk memberikan karyawan baru atau
yang ada saat ini dengan ketrampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan
pekerjaan. memiliki karyawan berpotensi tidak dapat menjadi jaminan pekerjaan
yang mereka lakukan akan baik. Karyawan pun harus mengetahui apa yang
perusahaan inginkan dari mereka dan bagaimana cara melakukannya.
1. Indikator Pelatihan
Menurut Veithzal Rivai (2009:226) dalam melakukan pelatihan ada beberapa
faktor yang memiliki peranan penting aitu infrastruktur, peserta, materi
(bahan), metode, tujuan pelatihan dan ligkungan yang menunjang. Metode
pelatihan yang baik tergantung dari berbagai macam faktor. Faktor – faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pelatihan yaitu:
a. Materi program yang dibutuhkan
b. Prinsip – prinsip pembelajaran
c. Ketetapan dan kesesuaian fasilitas
d. Kemampuan dan preferensi infrastruktur pelatihan
e. Kemampuan dan preferensi peserta latihan
24
2.1.3.4 Penilaian Kinerja
Menurut Kirkpatrick (2012) penilaian kinerja adala menempatkan
ketrampilan pembinaan pada aftar prioritas utama untuk pelatihan dan
pengembangan manajemen dan mengikatnya dengan program penilaian kinerja.
Sedangkan, Byars dan Rue (2006:223) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja
adalah proses mengevaluasi dan mengomunikasikan bagaimana karyawan melaukan
pekerjaan dan menyusun rencana pengembangan kepada para karyawan itu sendiri.
Saat dilakukan secara tepat, penilaian kinerja tidak hanya memungkinkan karywan
mengetahui seberapa baik kinerja yang mereka miliki tetapi juga mempengaruhi
tingkat usaha dan arahan tugas mereka dimasa depan.
Snell dan Bohlander (2010:362) menjelaskan bahwa Penilaian kinerja
biasanya dilakukan setiap tahun oleh seorang supervisor untuk bawahan, yang
dirancang untuk membantu karyawan memahami peran mereka, tujuan, harapan dan
keberhasilan kinerja.
1. Penggunaan – penggunaan dalam Penilaian Kinerja
Byars dan Rue (2006:223) mengemukakan, salah satu penggunaan yang paling
umum dari penilaian kinerja adalah untuk membuat keputusan administrative
terkait dengan promosi, pemecatan, pemberhentian sementara, dan peningkatan
pembayaran. Sebagai contoh, kinerja karyawan kini sering menjadi pemikiran
yang paling signifikasn untuk menentukan apakah seseorang dapat
dipromosikan atau tidak. Selain itu, penggunaan penting lainnya dari sisi
informasi yang diambil dari penilaian kinerja adalah:
a. Input bagi validasi prosedur – prosedur kerja yang dipilih
b. Input bagi perencanaan sumber daya manusia (Byars dan Rue,
2006:224).
Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:383), mengemukakan, organisasi
biasanya menggunakan penilaian kinerja dalam dua peran yang memiliki potensi
koflik. Peran utama untuk mengukur kinerja dalam memberikan imbalan kerja dan
keputusan administrative lainnya mengenai karyawan. Promosi atau pemecatan dapat
tergantung pada peran ini, dimana sering kali menciptakan tekanan bagi para manajer
untuk melakukan penilaian. Peran kedua adalah berfokus pada pengembangan
individu. Dalam peran ini, manajer lebih banyak berperan sebagai penasihat
dibandingkan dengan seorang hakim yang akan mengubah atmosfer hubungan.
25
Peran kedua tersebut menekankan dalam mengidentifikasikan potensi dan
merencanakan pertumbuhan dan alur karyawan.
2.2 Human Resource Information System (HRIS)
Menurut Snell dan Bohlander (2010:9), human resource information system
atau yang biasa dikenal dengan sistem informasi sumber daya manusia adalah sitem
komputerisasi yang menyediakan data terbaru dan akurat untuk tujuan pengendalian
dan pengambilan keputusan. Byars, Llyod, dan Rue (2006:100) menjelaskan, sistem
informasi sumber daya manusia adalah sistem database yang berisi semua informasi
sumber daya manusia yang relevan dan menyediakan fasilitas untuk memelihara dan
mengakses data ini.
Dr. Shikha N. Khera dan Ms. Karishma Gulati (2012) menjelaskan bahwa
human resource information system merupakan perangkat lunak yang memiliki
database dan memungkinkan untuk melakukan penginputan, penyimpanan dan
memanipulasi data dari karyawan yang berada di perusahaan. Ini memungkinkan
untuk melakukan visualisasi global dan mengakses informasi penting dari karyawan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa human resource information system
merupakan suatu sistem manajemen sumber daya manusia terkoputerisasi yang
menyediakan data untuk digunakan memperoleh, menyimpan, mengumpulkan, dan
menginformasikan data dengan tujuan untuk pengendalian dan pengambilan
keputusan.
Menurut Wayne Mondy (2010:116) menyatakan bahwa human resource
information system adalah suatu pendekatan yang terkelola untuk mendapatkan
informasi yang relevan dan tepat waktu pada pengambilan keputusan sumber daya
manusia. Selain itu, sistem informasi sumber daya manusia harus dirancang dengan
baik agar dapat menyajikan informasi yang:
1. Tepat Waktu (timely)
2. Akurat (Accurate)
3. Ringkas (Concise)
4. Relevan (Relevant)
5. Lengkap (Complete)
26
Kumar dan Parasumar (2013), menjelaskan beberapa dampak dari sistem
informasi sumber daya manusia sebagai berikut:
1. Kepuasan Manajerial
Sebuah sistem informasi sumber daya manusia yang efektif pada akhirnya
bertujuan untuk membuat proses SDM menjadi lebih efisien dan lebih cepat.
Dengan demikian, maka sistem informasi sumber daya manusia dapat
membawa kepuasan manajerial. Namun, jika tidak diterapkan dengan benar
atau tidak digunakan dengan efektif, sistem informasi sumber daya manusia
dapat gagal untuk membawa kepuasan manajerial
2. Manajemen Waktu
Sistem informasi dilakukan untuk menekan jumlah waktu yang karyawan
habiskan dalam menjalani fungsi administratif rutin.
3. Manajemen Biaya
Biaya berkurang ketika implementasi sistem informasi sumber daya manusia
dapat mengurangi penggunaan kertas, ruang, dan karena sistem menjadi lebih
cepat dan lebih akurat.Biaya berkurang ketika implementasi sistem informasi
sumber daya manusia dapat mengurangi penggunaan kertas, ruang, dan karena
sistem menjadi lebih cepat dan lebih akurat.
4. Dampak Terhadap Berbagai Fungsi SDM
Sistem informasi memiliki hampir semua fungsi SDM seperti aplikasi
pelacakan dalam rekrutmen dan seleksi, informasi dan identifikasi
kepegawaian, perencanaan gaji, analisis absensi, analisis omset, penjadwalan
kerja, pelatihan dan pengembangan, manajemen kinerja, perencanaan suksesi,
kompensasi, resolusi konflik dan perencanaan tenaga kerja.
5. Efektivitas Organisasi
Sebuah sistem informasi sumber daya manusia membawa efektivitas organisasi
dalam arti bahwa departemen SDM, karyawan, manajemen dapat mengakses
catatan mereka secara online dengan lebih efisien kapan pun mereka
membutuhkan.
27
2.2.1 Komponen Human Resource Information System
Veithzzal Rivai (2009:10-25) menyebutkan ada tiga komponen fungsional
utama dalam setiap Sistem Informasi Sumber Daya Manusia. Komponen –
komponen tersebut ialah:
1. Fungsi Masukan
Yaitu memasukan informasi pegawai ke dalam Sistem Informasi SDM.
Masukan- masukan dari Sistem Informasi SDM serupa dengan sistem manual.
Informasi pegawai, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur SDM, dan
informasi yang berkaitan dengan kepegawaian lainnya harus dimasukkan ke
dalam sistem agar dapat digunakan. Informasi ini biasanya dimasukkan dari
dokumen-dokumen, ke dalam komputer pribadi yang dapat dihubungkan
dengan komputer besar (mainframe computer). Informasi dapat diketik, dibaca
secara digital, atau dipindah (scanned) dari dokumen-dokumen, dimasukan
kedalam sistem dari komputer-komputer lainnya, atau diambil dari mesin-
mesin lainnya
2. Fungsi Pemeliharaan Data
Setelah data dimasukkan ke dalam sistem informasi, fungsi pemeliharaan data
(data maintenance function) akan memperbaharui dan menambahkan data baru
ke dalam basis data yang ada.
3. Fungsi Keluaran
Fungsi yang paling terlihat jelas dari sebuah Sistem Informasi SDM adalah
keluaran yang dihasilkan. Untuk menghasilkan keluaran yang bernilai bagi
pemakai-pemakai komputer, Sistem Informasi SDM harus memproses keluaran
tersebut, membuat kalkulasi-kalkulasi yang diperlukan, setelah itu memformat
presentasinya dalam dalam cara yang dapat dimengerti oleh para pemakai.
Adapun 6 macam kelompok output yang dapat dihasilkan dari Sistem
Informasi Sumber Daya Manusia yaitu:
1. Informasi perencanaan tenaga kerja merupakan informasi yang dibutuhkan
oleh manajer atas untuk merencanakan kebutuhan tenaga kerja dalam jangka
pendek dan jangka panjang. Informasi ini meliputi informasi untuk analisis
perputaran tenaga kerja (turnover), anggaran biaya tenaga kerja dan
perencanaan tenaga kerja itu sendiri
28
2. Informasi pengelolaan tenaga kerja merupakan informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk mengelola sumber daya manusia di dalam organisasi.
Informasi-informasi ini meliputi informasi pelatihan, penilaian atau evaluasi
kinerja, evaluasi keahlian, karir, relokasi jabatan, sukses, kedisiplinan.
3. Informasi rekrutmen atau tentang pengadaan tenaga kerja merupakan informasi
yang dibutuhkan untuk pengadaan tenaga kerjasecara eksternal maupun
internal. Informasi ini diantaranya adalah informasi pasar tenaga kerja,
penjadwalan wawancara, perekrutan dan analisis rekrutmen.
4. Informasi kompensasi meliputi informasi tentang penggajian dan
kompensasinya yang meliputi kehadiran dan jam kerja, perhitungan gajidan
bonus, analisis kompensasi dan perencanaan kompensasi.
5. Informasi benefit meliputi benefit yang diterima oleh pegawai. Benefit berbeda
dengan kompensasi. Kompensasi lebih ke intensif yang dihubungkan dengan
kinerja pegawai, sedangkan benefit lebih.
6. Informasi lingkungan kerja, berhubungan dengan keluhan-keluhan,kecelakaan
selama kerja, kesehatan karyawan dan lingkungan kerjanya.
Menurut Wayne Mondy (2010:116) mengatakan bahwa Sistem Informasi
Sumber Daya Manusia dapat menyajikan berbagai keuntungan untuk organisasi.
Dengan berbagai tipe data masukan, SISDM dapat menyajikan berbagai sumber
masukan terintegrasi untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan SISDM dapat digambarkan pada gambar dibawah ini:
29
Gambar 2.2 Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Sumber: Wayne Mondy (2010)
2.2.2 Tujuan dan Kegunaan Human Resource Information System
Veithzal Rivai (2009:10-21) menyebutkan ada 9 manfaat khusus dari sistem
informasi kepegawaian yang meliputi:
1. Memeriksa kapabilitas – kapabilitas karyawan saat ini guna mengisi
kekosongan-kekosongan yang diproyeksikan di dalam perusahaan.
2. Menyoroti posisi – posisi yang para pemegang jabatannya diperkirakan akan
dipromosikan, akan pensiun atau akan diberhentikan.
3. Menggambarkan pekerjaan – pekerjaan yang spesifik atau kelas-kelas
pekerjaan yang mempunyai tingkat perputaran, pemecataan, ketidakhadiran,
kinerja, dan masalah yang tinggi melebihi kadar normal.
4. Komposisi usia, suku jenis kelamin dari berbagai pekerjaan dan kelas
pekerjaan guna memastikan apakah semua itu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5. Mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan rekruitmen, seleksi, pelatihan dan
pengembangan dalam rangka memastikan penempatan yang tepat waktu dan
karyawan-karyawan bermutu kedalam lowongan-lowongan pekerjaan.
6. Perencanaan SDM untuk mengantisipasi pergantian-pergantian dan promosi.
30
7. Laporan – laporan kompensasi untuk memperoleh informasi menyangkut
seberapa besar setiap karyawan dibayar, biaya – biaya kompensasi
keseluruhan, dan biaya-biaya finansial dari setiap kenaikan – kenaikan gaji
dan perubahan – perubahan kompensasi.
8. SDM untuk melaksanakan penelitian dalam permasalahan, seperti perputaran
karyawan dan ketidakhadiran atau menemukakan tempat yang paling
produktif guna mencapai calon-calon baru.
9. Penilaian kebutuhan pelatihan untuk menganalisis kinerja individu dan
menentukan karyawan – karyawan mana yang memerlukan pelatihan lebih
lanjut.
2.3 Metode Analisis Strategi
2.3.1 Matriks EFE
Menurut David (2013:110), sebuah matriks EFE memungkinkan manajer untuk
merangkum dan mengevaluasi informasi tentang ekonomi, sosial, budaya,
demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif.
Matriks EFE dapat dikembangkan dengan lima (5) cara sebagai berikut:
1. Urutkan faktor eksternal utama yang sudah diidentifikasi pada proses audit
eksternal. Cantumkan 15 sampai dengan 20 faktor, termasuk peluang dan
ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industri. Urutkan peluang
dahulu baru kemudian ancaman. Berusahalah untuk sangat spesifik, gunakan
presentase, rasio, dan angka komparatif kapanpun memungkinkan.
2. Tetapkan bobot antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting) pada
setiap faktor. Bobot mengindikasikan kepentingan dari faktor tersebut bagi
kesuksesan suatu perusahaan pada industri tersebut. Peluang seringkali
mendapatkan bobot yang lebih tinggi daripada ancaman, namun ancaman dapat
mendapatkan bobot lebih tinggi apabila ancaman tersebut sangat parah. Jumlah
tambahan semua bobot yang telah ditetapkan harus berjumlah 1,0.
3. Tetapkan rating antara 1 sampai 4 untuk setiap faktor eksternal kunci untuk
mengidentifikasikan keefektifan strategi perusahaan saat ini dalam merespon
faktor-faktor yang telah teridentifikasi, dimana 4 = respon yang amat baik, 3 =
respon di atas rata-rata, 2 = respon biasa, 1 = respon buruk. Rating didasarkan
pada keefektifan strategi suatu perusahaan.
31
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan rating-nya untuk menentukan skor
tertimbang.
5. Jumlahkan skor tertimbang untuk tiap variabel untuk menentukan jumlah
skor tertimbang untuk perusahaan tersebut. Jumlah skor tertimbang rata-rata
adalah 2,5. Jumlah skor tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan sebuah
organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang
ada pada industrinya. Jumlah skor tertimbang sebesar 1,0 mengidikasikan
strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman.
Matriks EFE digunakan perusahaan untuk menilai sisi eksternal yang
berpengaruh terhadap perusahaan tersebut dalam suatu industri. Sisi eksternal
tersebut mencakup hal – hal yang berhubungan langsung dengan bisnis,
misalnya ekonomi sampai dengan hal-hal yang berkaitan dengan nilai dalam
suatu masyarakat, yaitu sosial dan budaya. Matriks EFE dibentuk dengan
melakukan analisis faktor yang berpengaruh terlebih dahulu kemudian
melaksanakan 5 (lima)langkah yang telah diuraikan.
2.3.2 Matriks IFE
David (2013:152) juga menjelaskan, matriks IFE merupakan alat untuk
merangkum dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama pada area fungsional
dari suatu bisnis. Matriks IFE juga menyediakan suatu dasar untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi hubungan antar area tersebut. Penilaian intuitif dibutuhkan dalam
pengembangan matriks IFE. Matriks IFE dapat dikembangkan dengan 5 (lima) cara
sebagai berikut :
1. Urutkan faktor internal kunci yang sudah diidentifikasi pada proses audit
internal. Cantumkan 10 sampai dengan 20 faktor internal, termasuk kekuatan
dan kelemahan. Urutkan kekuatan terlebih dahulu baru kemudian kelemahan.
Berusahalah untuk se-spesifik mungkin, gunakan presentase, rasio, dan angka
komparatif kapanpun memungkinkan.
2. Tetapkan bobot yang berkisar antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat
penting) pada setiap faktor. Bobot yang ditetapkan pada setiap faktor
mengindikasikan kepentingan relatif dari faktor tersebut bagi kesuksesan suatu
perusahaan pada industri tersebut.
32
Tanpa memperhatikan apakah sebuah faktor kunci adalah sebuah kekuatan atau
kelemahan internal, faktor yang dianggap mempunyai efek paling besar pada
performa perusahaan harus ditetapkan bobot yang paling besar. Jumlah dari
semua bobot yang ada harus sama dengan 1,0.
3. Tetapkan rating 1-sampai-4 untuk setiap faktor untuk mengindikasikan apakah
suatu , faktor merepresentasikan kelemahan utama (rating = 1), kelemahan
kecil (rating = 2), kekuatan kecil (rating = 3), kekuatan utama (rating = 4).
Ingatlah bahwa kekuatan harus menerima rating 3 atau 4 dan kelemahan harus
menerima rating 1 atau 2.
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan rating-nya untuk menentukan skor
tertimbang.
5. Jumlahkan skor tertimbang untuk tiap variabel untuk menentukan jumlah skor
tertimbang untuk perusahaan tersebut. Jumlah skor tertimbang rata-rata adalah
2,5. Jumlah skor tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan suatu perusahaan
yang lemah secara internal, dimana jumlah skor tertimbang di atas 2,5
mengindikasikan posisi internal yang kuat. Matriks IFE digunakan perusahaan
untuk menilai sisi internal perusahaannya, yang terkait fungsi-fungsi yang ada
di dalam perusahaan. Sisi internal tersebut terbagi menjadi manajemen,
marketing, finance/accounting, production/operations, research and
development dan menajeman sistem informasi. Matriks IFE dibentuk dengan
melakukan analisis faktor yang berpengaruh terlebih dahulu kemudian
melaksanakan 5 (lima) langkah yang telah diuraikan
2.3.3 Analisis SWOT
Menurut David (2013:206), matriks SWOT adalah alat untuk membantu
manajer mengembangkan empat tipe strategi. Yaitu strategi SO (strengths-
opportunity), strategi WO (weakness-opportunity), strategi ST (strengths-treats),
strategi WT (weakness-treats):
1. Strategi SO (strengths-opportunity)
Strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal. Semua manajer akan menyukai organisasi mereka berada di
posisi dimana kekuatan internal bisa digunakan untuk memanfaat tren dan
kejadian yang eksternal
33
2. Strategi WO (weakness-opportunity)
Strategi yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan memanfaatkan peluang eksternal. Terkadang kunci peluang eksternal
sudah ada, tetapi perusahaan mempunyai kelemahan internal yang membuat
terhambatnya peluang itu di dapatkan.
3. Strategi ST (strengths-threats)
Strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi pengaruh ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti organisasi yang
kuat selalu menemukan ancaman di lingkungan eksternal.
4. Strategi WT (weakness-threats)
Strategi taktik bertahan yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal
dan menghindari ancaman eksternal. Suatu organisasi menghadapi beberapa
ancaman eksternal dan juga kelemahan internal yang membuat posisi
organisasi tidak aman.
Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel yang memperlihatkan, empat sel kunci
faktor, empat sel strategi, dan satu sel yang dibiarkan kosong (pojok kiri atas). Empat
sel strategi di beri label SO, WO, ST, dan WT, dikembangan setelah mengisi empat
sel kunci faktor yang di labeli S, W, O, dan T. Berikut adalah delapan langkah dalam
membuat matriks SWOT:
1. Tuliskan peluang ekstenal perusahaan
2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan.
3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan.
4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan.
5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal, hasilnya dicatat dalam
sel SO.
6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal, hasilnya dicatat dalam
sel WO.
7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, hasilnya dicatat dalam
sel ST.
8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, hasilnya dicatat dalam
sel WT.
34
2.3.4. Matriks Internal – External
Menurut David (2011:189), Matriks IE (Internal-External) memposisikan
berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE didasarkan
pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total
pada sumbu y. Setiap divisi dalam suatu organisasi harus membuat Matriks IFE dan
Matriks EFE dalam kaitannya dengan organisasi. Skor bobot total yang diperoleh
dari divisi-divisi tersebut memungkinkan susunan Matriks IE di tingkat perusahaan.
Pada sumbu x dari Matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan
posisi internal yang lemah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0
sampai 4,0 adalah kuat. Serupa dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0
sampai 1,99 dipandang rendah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0
hingga 4,0 adalah tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi
strategi yang berbeda-beda yaitu :
1. Ketentuan untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat
digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau
integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) bisa
menjadi yang paling tepat bagi divisi-divisi ini.
2. Divisi-divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik
melalui strategi menjaga dan mempertahankan (hold and maintain); penetrasi
pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang paling banyak
digunakan dalam jenis divisi ini.
3. ketentuan umum untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah
panen atau divestasi (harvest or divest). Organisasi yang berhasil 46 mampu
mencapai portofolio bisnis yang masuk atau berada di seputar sel I dalam Matriks
IE.
35
Gambar 2.3 Matriks Internal Eksternal (IE)
Sumber : David (2011)
2.3.5 Tahap Keputusan
Menurut David (2011:192), Tahap pencocokan merupakan analisis dan intuisi
memberikan dasar untuk membuat keputusan strategi-formulasi. Itu teknik
pencocokan hanya dibahas mengungkapkan strategi alternatif yang layak. Banyak
dari strategi ini akan cenderung telah diusulkan oleh para manajer dan karyawan
yang berpartisipasi dalam analisis strategi dan kegiatan pilihan. Setiap strategi
tambahan yang dihasilkan dari analisis pencocokan dapat dibahas dan ditambahkan
ke daftar pilihan alternatif yang layak.
2.3.5.1 Quantitative Strategic Planning Matrix ( QSPM )
Menurut David (2011:192-195), QSPM adalah alat yang memungkinkan ahli
strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-
faktor penentu keberhasilan eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya.
Seperti alat-alat analisis strategi-formulasi lain, QSPM membutuhkan penilaian
intuitif yang baik.
36
Berikut ini merupakan gambar dari QSPM :
Tabel 2.1 Matriks QSPM
Alternatif Strategi
Faktor-Faktor Utama Bobot Strategi 1 Strategi 2
AS TAS AS TAS
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Kelemahan
Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik
Sumber : David (2011)
Menurut David (2011:192-195), menjabarkan enam langkah yang diperlukan
untuk mengembangkan QSPM yang dibahas:
1. Membuat daftar perusahaan kunci eksternal peluang / ancaman internal dan
kekuatan / kelemahan di kolom kiri QSPM tersebut. Informasi ini harus diambil
langsung dari Matrix EFE dan IFE Matrix. Minimal 10 kunci eksternal Faktor-
faktor keberhasilan dan 10 faktor kunci keberhasilan internal harus dimasukkan
dalam QSPM tersebut.
2. Menetapkan bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal kunci. Bobot ini
identik dengan orang-orang di Matrix EFE dan IFE Matrix. Bobot disajikan
dalam kolom lurus hanya di sebelah kanan dari faktor penentu keberhasilan
eksternal dan internal.
3. Periksa Tahap 2 (pencocokan) matriks, dan mengidentifikasi strategi alternatif
bahwa organisasi harus mempertimbangkan penerapan. Catat strategi di atas
baris QSPM tersebut. Kelompok strategi dalam set eksklusif jika mungkin.
4. Tentukan Tarik Skor (AS) didefinisikan sebagai nilai-nilai numerik yang
menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam himpunan
alternatif. Tarik Skor (AS) ditentukan dengan memeriksa setiap faktor kunci
eksternal atau internal, satu per satu, dan mengajukan pertanyaan "Apakah
faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?" Jika jawaban untuk
pertanyaan ini adalah ya, maka strategi harus dibandingkan relatif terhadap
faktor kunci.
37
Secara khusus, Tarik Skor harus diserahkan kepada masing-masing strategi
untuk menunjukkan daya tarik relatif dari satu strategi atas orang lain,
mempertimbangkan faktor tertentu. Rentang untuk Tarik Skor adalah 1 = tidak
menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik.
Dengan menarik, kita berarti sejauh satu strategi, dibandingkan dengan orang
lain, memungkinkan perusahaan untuk baik memanfaatkan kekuatan,
memperbaiki kelemahan, memanfaatkan kesempatan, atau menghindari
ancaman. Bekerja baris demi baris dalam mengembangkan QSPM . Jika
jawaban untuk pertanyaan sebelumnya ada, menunjukkan bahwa faktor kunci
masing-masing tidak berpengaruh pada pilihan tertentu yang dibuat, maka
jangan menetapkan Attractiveness Skor kepada strategi dalam set itu. Gunakan
tanda hubung untuk menunjukkan bahwa faktor kunci tidak mempengaruhi
pilihan yang dibuat. Catatan: Jika Anda menetapkan AS skor untuk satu
strategi, kemudian menetapkan AS skor (s) ke yang lain. Dengan kata lain, jika
salah satu strategi menerima dasbor, maka semua yang lain harus menerima
dash berturut-turut diberikan.
5. Hitung Total Tarik Skor. Jumlah Tarik Skor (TAS) didefinisikan sebagai
produk dari mengalikan bobot (Langkah 2) oleh Attractiveness yang Skor
(Langkah 4) di setiap baris. Total Attractiveness Skor menunjukkan relative
daya tarik masing-masing strategi alternatif, mengingat hanya dampak dari
Faktor keberhasilan yang berdekatan eksternal atau internal yang penting.
Semakin tinggi nilai ketertarikan total, lebih menarik alternatif strategi
(mengingat hanya faktor penentu keberhasilan yang berdekatan).
6. Hitung Sum nilai ketertarikan total. Tambahkan Jumlah Tarik Skor di setiap
kolom strategi QSPM tersebut. The Sum Jumlah Tarik Skor (STAS)
mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set alternatif.
Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mengingat
semua faktor eksternal dan internal yang relevan yang dapat mempengaruhi
keputusan strategis. Besarnya perbedaan antara Sum Jumlah Tarik Skor dalam
himpunan alternatif strategi menunjukkan keinginan relatif dari satu strategi di
atas yang lain.
38
2.4 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Object Oriented Analysis and Design terdiri dari dua istilah yaitu Object
Oriented Analysis (OOA) dan Object Orientd Design (OOD). Dimana menurut
Satzinger, Jackson dan Burd (2009:60), OOA mendefinisikan semua jenis obyek
yang melakukan kegiatan didalam suatu sistem dan menunjukkan suatu use case
seperti apa yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Sedangakan, OOD sendiri
mendefinisikan semua jenis obyek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan
orang dan perangkat didalam sistem, menampilkan bagaimana obyek berinteraksi
untuk menyelesaikan suatu tugas – tugas, dan menyempurnakan definisi dari setiap
jenis obyek sehingga obyek tersebut dapat diterapkan dengan bahasa atau lingkungan
tertentu.
2.4.1 Unified Modeling Language
Satzinger (2012:46), Unified Modeling Language adalah suatu set standar
dari suatu model dan notasi yang didefinisikan oleh Object Management Group
(OMG), suatu standar bagi perusahaan untuk mengembangkan sistem. Dengan
menggunakan UML, seorang analis dan pengguna akhir dapat menggambarkan dan
memahami berbagai diagram khusus yang digunakan dalam proyek pengembangan
sistem.
2.4.1.1 Activity Diagram
Satzinger (2012:57), suatu activity diagram menggambarkan beberapa
kegiatan user (atau sistem), seseorang yang melakukan aktivitas, dan urutan dari
setiap aktivitas yang dijalankan.
39
Gambar 2.4 Activity Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson & Burd (2012)
2.4.1.2 Use Case Diagram
Satzinger (2012:69), use case merupakan suatu diagram UML untuk
menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh sistem, untuk merespon
permintaan dari user.
Gambar 2.5 Use Case Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson & Burd (2012)
40
2.4.1.3 Use case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:121), Use Case Description
adalah tahapan mendetail dan sebuah deskripsi diagram untuk membuat sebuah
pemahaman akan sebuah sistem agar lebih menjamin kebutuhan user akan sistem.
Use Case Description sendiri terdiri dari 3 jenis:
1. Brief Description
Yaitu deskripsi singkat untuk Use Case yang sederhana, dimana digunakan pada
sistem yang kecil dan dapat dengan mudah dipahami. Biasanya hanya memiliki
satu skenario saja
2. Intermediate Description
Yaitu deskripsi yang membahas lebih lanjut dan mencantumkan internal Flow
dari aktifitas yang terjadi sesuai dengan Use Case, beserta dengan Exception
Condition, sebuah dokumentasi yang digunakan apabila terjadi hal-hal yang
tidak sesuai dengan proses. Main Flow menjelaskan urutan langkah – langkah
yang dilakukan dari pertama hingga selesai satu buah Use Case. Exception
Condition adalah kondisi pengecualian yang jika ada dan boleh diisi ketika
menghadapi situasi tertentu dari deskripsi.
3. Fully Developed Description
Yaitu deskripsi dengan mengunakan metode formal untuk mendokumentasikan
seluruh proses yang terjadi pada sebuah Use Case.
Precondition adalah status yang harus ada dan benar sebelum Use Case terjadi
termasuk objek apa yang harus ada dan informasi apa yang harus ada.
Postcondition adalah sesuatu yang harus terjadi setelah Use Case terlengkapi.
2.4.1.4 Domain Class Diagram
Satzinger (2012:101) Domain Model Class Diagram merupakan suatu
kategori atau klasfikasi dari sekumpulan objek dan hanya melibatkan kelas-kelas dari
problem domain.
41
Gambar 2.6 Domain Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012)
2.4.1.5 Multilayer Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:126), Sequence Diagram atau
biasa disebut dengan Multilayer Sequence Diagram digunakan pada sistem yang
besar dan kompleks, sehingga dapat memperlihatkan arus kedalam database untuk
dapat mengambil maupun menyimpan data dan menggambarkan alur pesan dari
aktor ke sistem dan menggambarkan informasi apa yang diberikan sistem sampai ke
aktor.
43
2.4.1.6 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd, (2012:189) User interface
merupakan bagian dari sistem informasi model masukan (input) dan keluaran
(output) yang membutuhkan interaksi pengguna untuk membuat masukan (input) dan
menghasilkan keluaran (output). User interface dapat digunakan oleh pengguna
internal atau eksternal. Desain yang dihasilkan tergantung kepada faktor fitur yang
dibutuhkan, karakteristik peggunanya, dan juga karakteristik dari alat yang akan
digunakan. Sebagai contoh, desain user interface harus didesain semaksimal
mungkin mudah untuk digunakan, seperti contoh keefesienan dalam
pengoperasiannya dapat menjadi penting untuk pengguna yang akan dilatih untuk
menggunakan desain user interface tersebut.
Gambar 2.8 User Interface
Sumber : Satzinger, Jackson & Burd (2012)
2.4.1.7 Software Architecture
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:279), mengemukakan bahwa
Software Architecture Three Layer adalah sebuah client / server arsitektur yang
membagi sebuah aplikasi menjadi view layer, business logic layer, dan data layer.
Data layer berguna untuk mengelolah penyimpanan data, bisa satu atau lebih
database, business logic layer atau application layer adalah bagian yang
mengimplementasikan atau mengeksekusi prosedur-prosedur dan validasi dari
bisnis proses, dan view layer adalah bagian dimana user melakukan input dan
tampilan
44
2.5 Kerangka Berpikir
KERANGKA BERPIKIR
FASE PERANCANGAN
Hasil analisis akan direpresentasikan ke dalam fitur rancangan berbentuk Object-Oriented Analysis & Design (OOAD) with the Unified Process :1. Activity Diagram 7. User Interface 2. Use case Diagram 8. Navigation Diagram3. Use Case Description 9. Software Architecture4. Domain Class Diagram5. Three Layer Sequence Diagram6. Updated Class Diagram
Penentuan Awal :1. Latar Belakang Masalah2. Identifikasi Masalah3. Ruang Lingkup Masalah4. Tujuan dan Manfaat5. Metodologi 6. Sistematika Penulisan7. State of The Art
FASE PERENCANAAN
Metodologi :1. Study Lapangan, terdiri dari : - Observasi (Internship) - Wawancara - Dokumentasi (Documentation)2. Studi Kepustakaan (Literature Study)3. Kajian Empiris (Empirical Study)3. Metode Analisis dan Perancangan : metode Object-Oriented Analysis and Design with the Unified Process menurut Satzinger et al.
Analisis Data :1. Gambaran Umum Perusahaan2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas3. Gambaran Proses Bisnis yang Sedang Berjalan
FASE ANALISIS
Penggunaan Teori :1. Manajemen Sumber Daya Manusia1. Sistem Informasi Human Resources Management2. Analisis Formulasi Strategi SWOT3. Metode Object-Oriented Analysis and Design with the Unified Process menurut Satzinger et al.
Identifikasi Masalah pada Proses Bisnis yang Berjalan
Identifikasi dan analisis kebutuhan perusahaan
Usulan Rancangan Sistem terhadap permasalahan yang ditemukan
SIMPULAN DAN SARAN
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir
Sumber : Penulis (2015)