36
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Sistem Sistem adalah elemen yang menerima masukan berupa input dan melakukan pemprosesan atau menjalankan suatu perintah yang menghasilkan output (Considine, Parkes, Olesen, Blount & Speer, 2012:12). Menurut Dull, Gelinas, dan Wheller (2012:11), sistem adalah sekumpulan elemen yang memiliki ketergantungan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. 2.1.2. Informasi Informasi merupakan sekumpulan data yang telah diolah dan disajikan sehingga memiliki nilai dan arti bagi si penerima (Cegielski & Rainer, 2011:10). Informasi merupakan sekumpulan data yang telah diubah dalam bentuk yang bermakna dan berguna bagi manusia (Laudon & Laudon, 2014:89). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan sekumpulan data yang berisi fakta yang telah diolah dan dibentuk dalam suatu bentuk yang berguna, bermakna dan dapat dimengerti oleh manusia. 2.1.3. Sistem Informasi Sistem informasi merupakan sekumpulan komponen komputer yang saling terkait yang mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyediakan output informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas bisnis (Satzinger, Jackson & Burd, 2012:4). Sistem informasi merupakan suatu kombinasi terartur yang terdiri dari orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan basis data. Sistem informasi mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam suatu organisasi (Marakas, O'Brien, 2010:6).

BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/RS1_2016_2_1219_Bab2.pdf · untuk mengolah data keuangan dan lainnya menjadi informasi. Informasi

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Teori Umum

2.1.1. Sistem

Sistem adalah elemen yang menerima masukan berupa input dan

melakukan pemprosesan atau menjalankan suatu perintah yang menghasilkan

output (Considine, Parkes, Olesen, Blount & Speer, 2012:12).

Menurut Dull, Gelinas, dan Wheller (2012:11), sistem adalah

sekumpulan elemen yang memiliki ketergantungan satu sama lain untuk

mencapai tujuan tertentu.

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem

pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya antara satu

dengan yang lainnya, yang berfungsi untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.

2.1.2. Informasi

Informasi merupakan sekumpulan data yang telah diolah dan disajikan

sehingga memiliki nilai dan arti bagi si penerima (Cegielski & Rainer,

2011:10). Informasi merupakan sekumpulan data yang telah diubah dalam

bentuk yang bermakna dan berguna bagi manusia (Laudon & Laudon,

2014:89).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan

sekumpulan data yang berisi fakta yang telah diolah dan dibentuk dalam suatu

bentuk yang berguna, bermakna dan dapat dimengerti oleh manusia.

2.1.3. Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan sekumpulan komponen komputer yang

saling terkait yang mengumpulkan, memproses, menyimpan dan

menyediakan output informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas

bisnis (Satzinger, Jackson & Burd, 2012:4).

Sistem informasi merupakan suatu kombinasi terartur yang terdiri dari

orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan basis data.

Sistem informasi mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi

dalam suatu organisasi (Marakas, O'Brien, 2010:6).

8

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

merupakan sekumpulan komponen komputer teratur yang saling terkait dan

berkomunikasi untuk mengumpulkan, mengubah, menyimpan dan

menyebarkan output informasi untuk menyelesaikan tugas bisnis.

2.1.4. Sistem Informasi Akuntansi

2.1.4.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Gelinas et al (2010:14), Sistem Informasi Akuntansi (SIA)

merupakan subsistem khusus dari sistem informasi. Tujuan sistem informasi

akuntansi adalah untuk mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan informasi

yang berkaitan dengan aspek keuangan dari kegiatan bisnis.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2010:1), Sistem Informasi Akuntansi

adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang

untuk mengolah data keuangan dan lainnya menjadi informasi. Informasi ini

dikomunikasikan kepada berbagai pengambil keputusan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan sistem informasi akuntansi

adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang dirancang

dengan tujuan mengolah data keuangan menjadi informasi.

2.1.4.2. Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi

Tujuan sistem informasi akuntansi menurut James.A.Hall (2012:11)

adalah sebagai berikut:

1. Mendukung operasional harian perusahaan.

Sistem informasi menyediakan informasi bagi personel operasi untuk

membantu mereka melakukan tugas mereka setiap hari dengan efisien

dan efektif.

2. Mendukung fungsi kepengurusan manajemen.

Kepengurusan merujuk ke tanggung jawab manajemen untuk mengatur

sumber daya perusahaan secara benar. Sistem informasi menyediakan

informasi tentang kegunaan sumber daya ke pemakai eksternal melalui

laporan keuangan tradisional dan laporan-laporan yang diminta lainnya.

Secara eksternal, pihak manajemen menerima informasi kepengurusan

dari berbagai laporan pertanggungjawaban.

9

3. Mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.

Sistem informasi memberikan informasi yang diperlukan para manajer

untuk melakukan tanggung jawab pengambilan keputusan.

Menurut Rama dan Jones (2010:9), lima kegunaan Sistem informasi

akuntansi yaitu :

1. Menyusun laporan eksternal perusahaan.

Bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan

laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi

investor, kreditor, petugas pajak, agen pengatur dan lain-lain.

2. Menangani transaksi rutin.

Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani

aktivitas operasional yang rutin dalam siklus operasi perusahaan.

3. Membantu para manajer membuat keputusan rutin dan tidak rutin.

Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tidak rutin

pada semua level dari organisasi.

4. Membantu perencanaan dan pengendalian

Sebuah sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan

pengendalian.

5. Memelihara pengendalian internal

Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem

informasi yang digunakan untuk melindungi harta (asset) perusahaan

dari kerugian atau pencurian dan untuk memelihara keakuratan data

keuangan.

2.1.4.3. Komponen-Komponen Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2012:30) terdapat enam

komponen dalam sistem informasi akuntansi. Komponen-

komponen tersebut adalah:

1. People

Orang yang bertugas untuk mengoperasikan sistem dan menjalankan

berbagai fungsi.

2. Procedures and Instructions

10

Prosedur dan instruksi digunakan untuk mengumpulkan, memproses

dan menyimpan data mengenai kegiatan-kegiatan perusahaan.

3. Data

Data berisi informasi mengenai perusahaan dan proses bisnis

perusahaan.

4. Software

Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data perusahaan.

5. Information Technology Infrastructure

Infrastruktur Teknologi Informasi merupakan peralatan pendukung dan

perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam sistem informasi

akuntansi

6. Internal Controls and Security Measures

Kontrol internal dan langkah-langkah keamanan dilakukan untuk

menjaga keamanan data di dalam sistem informasi akuntansi.

2.2. Teori Khusus

2.2.1. Kredit

2.2.1.1. Pengertian Kredit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut Kasmir (2014:85), pembiayaan adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau

pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang,

misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil.

11

Menurut Kasmir (2014:85), dalam perjanjian kredit tercakup hak dan

kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang

ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi apabila si debitur ingkar

janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.

Perbedaan kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan

pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak

pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional

keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank yang berdasarkan

prinsip syariah keuntungan diperoleh dari bagi hasil berupa imbalan atau bagi hasil

(Kasmir,2014:85).

Menurut Kasmir (2014:86), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian

suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan

(berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa

tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana

sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik

secara internal maupun eksternal. Penelitian dan penyelidikan tentang

kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Di samping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing

pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka

waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah

atau jangka panjang.

4. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu

kredit semakin besar resikonya demikian juga sebaliknya. Resiko ini

12

menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang

lalai, maupun oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana

alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa

tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk

bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan

bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan

bagi hasil.

Menurut Kasmir (2014:88), tujuan utama pemberian kredit antara lain:

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.

Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank

sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada

nasabah. Kemudian hasil lainnya bahwa nasabah yang memperoleh

kreditpun bertambah maju dalam usahanya. Keuntungan ini penting

untuk kelansungan hidup bank. Jika bank terus menerus menderita

kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan

dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana

tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas

usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti

adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit

adalah :

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit

pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan

tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih

13

menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, dimana sebagian besar kredit

yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang

beredar di masyarakat.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk–produk yang

sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi dalam negeri

dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa

negara.

e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai

untuk keperluan ekspor.

Disamping itu fungsi kredit secara luas adalah :

1. Untuk meningkatkan daya guna uang.

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang

maksudnya dari uang jika hanya disimpan saja tidak akan

menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang

tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si

penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari

satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang

kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut

akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur

untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau

bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari

satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar

dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula

meningkatkan jumlah barang yang beredar.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

14

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi

karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah

barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit

membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri

sehingga meningkatkan devisa negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan

berusaha, khususnya bagi nasabah yang memang tidak memiliki

modal.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik,

terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit

diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu

membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi

pengangguran. Di samping itu masyarakat sekitar pabrik juga akan

dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau

menyewa kontrakan atau jasa lainnya.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling

membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit.

Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama

di bidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.

2.2.1.2. Jenis-Jenis Kredit

Menurut Kasmir (2014:90), kredit yang diberikan bank umum dan

bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara

umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

1. Dilihat dari segi kegunaan

a. Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun

proyek atau pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh

kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli

mesin-mesin.

b. Kredit modal kerja

15

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam

operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk

membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya

yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit

a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau

investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya

akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk

pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau

kredit industri lainnya.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit

ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena

memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan

usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan. Kredit mobil pribadi,

kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli

barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil

penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada

supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang

dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu

a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu

tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk

keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya kredit

peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya kredit untuk

tanaman padi atau palawija.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga

16

tahun, biasanya untuk investasi. Contoh kredit untuk pertanian seperti

jeruk, atau peternakan kambing.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit

jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga atau lima tahun.

Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan

karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti

kredit pemilikan rumah.

4. Dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat

berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan

yang diberikan oleh calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan

karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor

perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa

jangka pendek atau jangka panjang.

b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya

peternakan ayam dan jangka panjang misalnya peternakan kambing

atau sapi.

c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil,

menengah atau besar.

d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya

dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk

membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa

kredit untuk para mahasiswa.

f. Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti dokter, dosen

17

atau pengacara.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau

pembelian rumah.

h. Dan sektor-sektor usaha lainnya.

2.2.1.3. Jaminan Kredit

Menurut Kasmir (2014:93), kredit dapat diberikan dengan jaminan

atau tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank,

mengingat jika nasabah mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk

menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya dengan

jaminan kredit posisi bank relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet

akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut. Adapun jaminan yang dapat

dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut :

1. Dengan jaminan

a. Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan

jaminan seperti :

a) Tanah

b) Bangunan

c) Kendaraan bermotor

d) Mesin-mesin/peralatan

e) Barang dagangan

f) Tanaman/kebun/sawah, dan lainnya.

b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan

surat-surat yang dijadikan jaminan seperti :

a) Sertifikat saham

b) Sertifikat obligasi

c) Sertifikat tanah

d) Sertifikat deposito

e) Rekening tabungan yang dibekukan

f) Rekening giro yang dibekukan

g) Wesel dan surat tagihan lainnya.

c. Jaminan orang

Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit

18

tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang

menanggung resikonya.

2. Tanpa jaminan

Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan

bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk

perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan profesional, sehingga

kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa

jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau

pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.

2.2.1.4. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2014:94), penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan

dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya,

seperti melalui prosedur penilaian yang benar. Kriteria yang harus dilakukan

oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan

dilakukan dengan analisis 5C.

Berikut penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai

berikut :

1. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan

diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar

belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun

yang bersifat pribadi, seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,

keadaan keluarga, hobi, dan keadaan bermasyarakatnya. Ini semua

merupakan ukuran ”kemauan” membayar.

2. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang

dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur

dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan

pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan

usahanya, termasuk kekuatan yang ia miliki. Pada akhirnya akan terlihat

“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat efektifitas penggunaan modal, dilihat laporan keuangan

19

(neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari

segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital

juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada saat ini.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik

maupun non-fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang

diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi

suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan

secepat mungkin.

5. Condition

Dalam melihat kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang

dan kemungkinan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-

masing, serta diakibatkan dengan prospek usaha dari sektor yang ia

jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-

benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut

bermasalah relatif kecil.

2.2.1.5. Aspek-Aspek dalam Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2014:97), di samping menggunakan 5C, penilaian

suatu kredit layak diberikan atau tidak layak untuk diberikan dapat

dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh

aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha. Penilaian dengan

model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan

berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang dinilai antara lain :

1. Aspek Yuridis

Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta

izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian

dimulai dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa

pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik. Kemudian juga

diteliti keabsahannya seperti :

a. Surat Izin Usaha Industri (S.I.U.I) untuk sektor industri.

b. Surat Izin Usaha Perdagangan (S.I.U.P) untuk sektor perdagangan.

c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

20

e. Keabsahan surat-surat yang dijaminkan.

f. Serta hal-hal bersifat yuridis lainnya.

2. Aspek Pemasaran

Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang

dihasilkan saat ini dan prospek dimasa yang akan datang. Yang perlu

diteliti antara lain:

a. Pemasaran produknya minimal tiga bulan yang lalu atau tiga tahun

yang lalu.

b. Rencana penjualan dan produksi minimal tiga bulan atau tiga tahun

yang akan datang.

c. Peta kekuatan pesaing yang ada.

d. Prospek produk secara keseluruhan.

3. Aspek Keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber dana yang dimiliki untuk membiayai

usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Disamping itu

hendaknya dibuatkan cash flow keuangan perusahaan. Penilaian bank

dari segi aspek keuangan biasanya dengan suatu kriteria kelayakan

investasi yang mencakup antara lain :

a. Payback period

b. Net Present Value (NPV)

c. Internal Rate of Return (IRR)

d. Break Even Point (BEP)

4. Aspek teknis/operasi

Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti

kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi dan lay out ruangan,

mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan, ketersediaan tenaga

kerja, dan jumlah produksi.

5. Aspek manajemen

Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, bidang usaha, sumber daya

manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya

manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek

yang ada dan pertimbangan lainnya.

6. Aspek sosial ekonomi

21

Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum

seperti :

a. Meningkatkan ekspor barang.

b. Mengurangi pengangguran.

c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

d. Tersedianya sarana dan prasarana.

e. Membuka isolasi daerah tertentu.

7. Aspek AMDAL (Analisa mengenai dampak lingkungan)

Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air, atau udara jika

proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara

mendalam apabila kredit tersebut disalurkan maka proyek yang dibiayai

akan mengalami pencemaran lingkungan disekitarnya. Pencemaran yang

sering terjadi antara lain terhadap :

a. Tanah menjadi gersang.

b. Air menjadi limbah berbau busuk, berubah warna atau rasa.

c. Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising dan panas.

2.2.1.6. Prosedur dalam Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2014:100), prosedur pemberian dan penilaian kredit

oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan yang lain

tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari

bagaimana tujuan bank tersebut serta persyaratan yang ditetapkannya dengan

pertimbangan masing-masing.

Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara

pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum kemudian

dapat pula ditinjau dari segi tujuannya untuk konsumtif atau produktif.

Secara umum prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut :

1. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang

dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-

berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya

berisi antara lain :

a. Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan,

jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut

22

pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta

relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.

b. Maksud dan tujuan

Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan

kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta

tujuan lainnya.

c. Besarnya kredit dan jangka waktu

Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang

ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan

besarnya kredit dan jangka waktunya dapat dilihat dari cash flow serta

laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) tiga tahun terakhir.

Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak

bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam

memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak

diberikan kepada pemohon kredit.

d. Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara–

cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya.

e. Jaminan kredit, hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala

resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada

unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit harus teliti,

jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya. Biasanya

jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah

dipersyaratkan seperti:

1) Akte notaris

Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan

Terbatas) atau yayasan.

2) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

Merupakan tanda daftar perusahaan yang dikeluarkan oleh

Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan biasanya berlaku

lima tahun, dan jika habis dapat diperpanjang kembali.

3) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

Nomor pokok wajib pajak dimana saat ini setiap pemberian kredit

terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah NPWP.

23

4) Neraca dan laporan rugi laba tiga tahun terakhir

5) Bukti diri dari pimpinan perusahaan

6) Foto copy sertifikat jaminan

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan lengkap

sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak bank belum

lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya

dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi

kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

Namun untuk Bank Perkreditan Rakyat memiliki pertimbangan–

pertimbangan tertentu dalam melakukan penilaian permohonan kredit

dimana banyak nasabahnya yang berasal dari sektor ekonomi mikro dan

ekonomi kecil.

3. Wawancara I

Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung

berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-

berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan.

Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah

yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini bersifat kekeluargaan

sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

4. On the Spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai

objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot

dicocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat hendak melakukan

on the spot hendaknya jangan diberitahukan kepada nasabah, sehingga

apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan–

kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan

yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan

pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu

kebenaran.

24

6. Keputusan kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan

diberikan atau ditolak. Jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya.

Biasanya keputusan kredit yang akan mencakup :

a. Jumlah uang yang diterima

b. Jangka waktu kredit

c. Biaya–biaya yang harus dibayar

Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan tim/komite. Begitu

juga bagi kredit yang ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan

sesuai dengan alasannya masing–masing.

7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit. Oleh karena

itu, sebelum kredit dicairkan, terlebih dahulu calon nasabah

menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat

perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan

dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau dengan

melalui notaris.

8. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang

diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang

bersangkutan.

9. Penyaluran dan penarikan dana

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi

dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan

kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.

2.2.1.7. Teknik Penyelesaian Kredit Macet

Menurut Kasmir (2014:109), sepandai apapun analis kredit dalam

menganalisa setiap permohonan kredit, pasti terdapat kemungkinan kredit itu

macet. Hal ini disebabkan dua unsur, yaitu sebagai berikut :

1. Dari pihak bank

Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kredit kurang teliti,

sehingga apa yang sebenarnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya. Dapat

pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur

25

sehingga dalam analisnya dilakukan secara subjektif.

2. Dari pihak nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat terjadi akibat dua hal, yaitu :

a. Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak

bermaksud membayar kewajibannya kepada bank, sehingga kredit

yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan

untuk membayar.

b. Adanya unsur tidak sengaja, artinya debitur mau membayar akan tetapi

tidak mampu. Sebagai contoh, kredit yang dibiayai mengalami

musibah seperti kebakaran, terkena hama, kebanjiran dan sebagainya,

sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.

Dalam hal kredit macet, pihak bank perlu melakukan penyelamatan,

sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan

apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran

terutama bagi kredit yang terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi

kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami

kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan, sehingga bank tidak

mengalami kerugian.

Penyelamatan terhadap kredit macet dapat dilakukan dengan lima cara,

yaitu:

1. Reschedulling

Dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

a. Memperpanjang jangka waktu kredit

Dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka

waktu kredit. Misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari enam

bulan menjadi satu tahun, sehingga debitur mempunyai waktu yang

lebih lama untuk mengembalikannya.

b. Memperpanjang jangka waktu angsuran

Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit.

Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya dan pembayarannya

diperpanjang, misalnya 36 kali menjadi 48 kali. Hal ini tentu saja

jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan

26

jumlah angsuran.

2. Reconditioning

Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti :

a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.

b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.

Dalam hal ini, penundaan pembayaran bunga hanya sampai waktu

tertentu, maksudnya bahwa hanya bunga yang dapat ditunda

pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar

seperti biasa.

c. Penurunan suku bunga.

Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban

nasabah. Sebagai contoh, jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan

20% diturunkan menjadi 18%. Hal ini tergantung dari pertimbangan

yang bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah

angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat

membantu meringankan nasabah.

d. Pembebasan bunga.

Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan

pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit

tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk

membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

3. Restructuring

Yang dapat dilakukan dengan cara:

a. Menambah jumlah kredit.

b. Menambah modal, yang dapat ditempuh:

- Dengan menyetor uang tunai

- Tambahan dari pemilik

4. Kombinasi

Merupakan kombinasi dari ketiga jenis di atas.

5. Penyitaan jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah

benar-benar tidak memiliki itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi

untuk membayar semua hutang-hutangnya.

27

2.2.2. Perancangan Sistem Informasi Berbasis Object Oriented

2.2.2.1. Object Oriented

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:290), “Object-Oriented an

Approach to system developments that views an information system as a collection of

interacting object that work together to accomplish task” yang artinya Object-

Oriented adalah pendekatan pengembangan sistem yang memandang sistem

informasi sebagai kumpulan objek yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk

menyelesaikan tugas.

2.2.2.2. Object Oriented Analysis (OOA)

Menurut Shelly dan Rosenblatt (2012:21), “Object Oriented Analysis

combines data and the processes that act on the data into things called objects”

yang artinya Object Oriented Analysis adalah berorientasi untuk menggabungkan

data dan proses yang berhubungan dengan analisis sistem ke hal-hal yang terkait

dengan penggunaan objek.

2.2.2.3. Object Oriented Design (OOD)

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:295), “Object Oriented Design

is a process by which a set of detailed models are build and then used by the

programmers to write and test the new system” yang artinya Object Oriented Design

adalah suatu proses dimana serangkaian model rinci dibangun dan kemudian

digunakan oleh programmer untuk menulis dan menguji sistem baru.

2.2.2.4. Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Menurut Dennis, Wixom, dan Roth (2009:498), “Our method uses object and

classes as its key concepts and builds on four general principles for analysis and

design : model the system’s context, emphasize architectural considerations, reuse

patterns that express well established design ideas, and tailor the method to each

development situation” yang artinya Object Oriented Analysis Design adalah Metode

yang menggunakan object dan class sebagai kunci utama dan membangun atas dasar

empat prinsip dalam menganalisa dan merancang : yakni ruang lingkup sistem

model, konsiderasi arsitektur sistem, penggunaan ulang pola yang dapat

menggambarkan ide-ide perancangan, dan menyatukan metode tersebut ke dalam

situasi pengembangan. Dengan pemahaman:

28

- Object : “An entity with identity, state, and behaviour”, yang artinya

object adalah sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku.

- Class : “A description of a collection of objects sharing structure,

behavioural pattern, and attribute” yang artinya class adalah suatu

deskripsi dari kumpulan object yang memilki structure, pola perilaku, dan

perangkat yang sama.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2009:412), “Object Oriented Analysis and

Design an approach to system analysis and design that begins with a very general

description of a particular system and then proceeds through a logically related set

of steps, each increasing in detail” yang artinya Object Oriented Analysis and

Design adalah Pendekatan analisis dan perancangan sistem yang dimulai dengan

deskripsi yang sangat umum dari sebuah sistem tertentu dan kemudian terus melalui

serangkaian langkah-langkah logis yang rinci dan masing-masing meningkat secara

rinci.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Object Oriented

Analysis and Design adalah Pendekatan analisis dan perncangan sistem yang

menggunakan object dan class sebagai kunci utama dimulai dengan deskripsi yang

sangat umum dari suatu sistem tertentu kemudian melalui serangkain langkah-

langkah logis yang rinci.

2.2.3. Unified Modelling Language (UML)

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:46) UML adalah himpunan

standar model dan notasi yang didefinisikan oleh Object Management Group

(OMG), yaitu sebuah organisasi standar untuk pengembangan sistem.

Jadi Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang

digunakan untuk menentukan, memvisualisasikan, membangun dan

mendokumentasikan sistem informasi. UML dikembangkan sebagai suatu alat untuk

analisis dan desain beorientasi objek.

2.2.4. Business Modelling and The Requirement Discipline

2.2.4.1. Activity Diagram

Menggambarkan berbagai aktivitas user (atau sistem), orang yang melakukan

setiap aktivitas, dan urutan dari aliran dari kegiatan tersebut (Satzinger, Jackson,

29

Burd, 2012:57). Activity diagram dibuat berdasarkan proses bisnis yang berjalan di

perusahaan dengan menggambarkan aktivitas yang berkaitan dengan sistem dan

dapat ditambahkan aktivitas yang tidak secara langsung berkaitan dengan sistem.

Gambar 2.1 Activity Diagram

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)

1. Swimlane Heading, menggambarkan aktor mana yang bertanggung jawab

terhadap suatu aktivitas tertentu.

2. Starting Activity (Pseudo), menunjukan titik awal dimulainya suatu workflow

pada sebuah activity diagram.

3. Transition Arrow, menunjukan aktivitas yang harus dilakukan setelah

melakukan aktivitas sebelumnya.

4. Activity, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan dalam workflow.

5. Ending Activity (Pseudo), menunjukan titik akhir dari suatu activity diagram.

Dalam suatu activity diagram diperbolehkan terdapat lebih dari satu ending

activity.

6. Synchronization Bar (Split), menunjukan adanya suatu pemisahan aktivitas.

7. Synchronization Bar (Join), menunjukkan adanya suat penggabungan aktivitas.

8. Decision Activity, mengindikasikan bahwa terdapat suatu perbedaan kondisi.

30

2.2.4.2. Event Table

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010:168), Event Table merupakan

katalog use case yang mengurutkan event dalam bentuk baris dan bagian kunci dari

informasi mengenai event tersebut dalam kolom. Event table mendeskripsikan

kegiatan dari proses bisnis berjalan dalam bentuk tabel.

Gambar 2.2 Event Table

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2010)

2.2.4.3. Use Case Diagram

Merupakan suatu model UML yang digunakan untuk menunjukan use case

dan hubungannya terhadap aktor secara grafis (Satzinger, Jackson, Burd, 2012:78).

Use case sendiri merupakan aktivitas yang dilakukan oleh user yang berhubungan

dengan sistem seperti create, read, upadate & delete.

Gambar 2.3 Use Case Diagram

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)

31

1. Actor, merupakan orang yang melakukan suatu use case.

2. Connecting Line, merupakan garis penghubung untuk menunjukan aktor yang

berpartisipasi dalam use case.

3. Automation Boundary, merupakan batasan antara bagian yang terkomputerisasi

dan aktor yang mengoperasikan aplikasi tetapi merupakan bagian dari sistem

secara keseluruhan.

4. Include Relationship, merepresentasikan adanya peneyertaan dari suatu use case

dengan use case lainnya.

5. Extend Relationship, merepresentasikan adanya ekstensi dari use case untuk

memasukan optional behaviour.

6. Generalization Relationship, merepresentasikan use case yang terspesialisasi ke

use case yang lebih umum.

2.2.4.4. Fully Developed Use Case Description

Merupakan metode yang paling formal dalam mendokumentasikan suatu

use case. Dengan adanya fully developed use case description, dapat meningkatkan

tingkat probabilitas dalam pemahaman proses bisnis dan sistem yang dibutuhkan

untuk mendukung proses bisnis tersebut (Satzinger, Jackson, Burd, 2012:122).

Gambar 2.4 Fully Developed Use Case Diagram

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)

32

1. Preconditions, merupakan suatu kondisi yang harus benar sebelum sebuah use

case dapat berjalan.

2. Postconditions, merupakan suatu kondisi yang terjadi saat suatu use case selesai

dilakukan.

2.2.4.5. Domain Model Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:168) class diagram digunakan

untuk menunjukkan objek class untuk sistem. Notasinya dari Unified Modelling

Language (UML), yang telah menjadi standar untuk model yang digunakan dengan

pengembangan system object oriented. Sebuah class diagram terdiri dari sejumlah

kelas yang dihubungkan dengan garis yang menunjukan hubungan antar kelas yang

disebut dengan Associations.

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:102), class diagram adalah

kumpulan object yang menunjukan object class dan hubungan yang terlibat di

sebuah use case. Hubungan antar class diagram terdiri dari :

1. Zero or many ( 0..*)

2. Zero or one relationship (0...1)

3. One and only one relationship ( 1 )

4. One or many relationship ( 1..*)

Jadi kesimpulan bahwa Class Diagram adalah kumpulan object yang

menggambarkan sruktur statis dari sebuah sistem yang menunjukan object class dan

hubungannya yang digunakan dengan pengembangan system object oriented

Gambar 2.5 Domain Model Class Diagram

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)

33

2.2.4.6. System Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:252), system sequence

diagram digunakan untuk menggambarkan aliran dari informasi yang masuk dan

keluar dari sistem yang terotomatisasi. System sequence diagram merupakan tipe dari

interaction diagram yaitu communication diagram atau sequence diagram yang

menunjukkan interaksi diantara objek.

Gambar 2.6 System Sequence Diagram

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2010)

2.2.5. Design Discipline

2.2.5.1. Design Activities and Environment

2.2.5.1.1. Deployment Environment

Menurut Satzinger (2010:279), lingkungan deployment terdiri dari

hardware, system software, dan lingkungan network yang akan dioperasikan di

dalam sistem. Menurut Satzinger (2010:279), “System deployment environment such

as computers single aimed that can compare with software architecture simple as a

whole.” Artinya merupakan system deployment environment yang sederhana seperti

komputer tunggal yang tersentralisasi yang bisa dicocokan dengan software

architecture yang sederhana secara keseluruhan.

Deployment environment terdapat beberapa macam :

1. Single-computer and multitier architecture

1. Single-computer architecture

Arsitektur yang menggunakan sistem komputer yang

mengeksekusi semua software aplikasi yang terkait.

34

2. Multitier architecture

Arsitektur yang mendistribusikan software aplikasi terkait

dengan pemrosesan data di beberapa sistem komputer.

Bagiannya terdiri dari:

a. Clustered architecture

Sekelompok komputer dari jenis yang sama yang berbagi

pemrosesan data dan bertindak sebagai sistem komputer

besar.

b. Multicomputer architecture

Sekelompok komputer dari jenis yang berbeda yang

berbagi pemrosesan data melalui fungsi spesialisasi.

2. Centralized and distributed architecture

1. Centralized architectur

Arsitektur yang menempatkan sumber daya semua komputasi

pada satu lokasi pusat.

2. Distributed architectur

Arsitektur yang menyebarkan sumber daya komputasi

dibeberapa lokasi yang terhubung oleh sebuah jaringan

komputer.

Gambar 2.7 Single Computer, Clustered, and Multi Computer Architecture

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2010)

35

3. Computer Networks

Computer networks dibagi menjadi dua kelas, tergantung pada jarak

jangkauan yaitu :

1. Local Area Network (LAN)

Jaringan komputer yang jangkauannya hanya bisa di satu tempat contohnya

seperti di dalam gedung yang sama.

2. Wide Area Network (WAN)

Jaringan komputer menyebar melintasi jangkauan atau jarak yang luas, seperti

kota atau negara.

4. Internet, Intranet, dan Extranet

Internet adalah kumpulan jaringan global yang saling berhubungan,

menggunakan standar TCP / IP (Transmission Control Protocol / Internet Protocol).

Intranet merupakan jaringan pribadi yang menggunakan internet protocol

tetapi hanya dapat diakses oleh user internal.

Extranet adalah internet yang telah diperluas untuk memfasilitasi organisasi

yang terpisah agar tetap dapat bertukar informasi dan mengkoordinir kegiatan dalam

organisasi tersebut.

2.2.5.1.2. Software Architecture

Menurut Satzinger (2010:277), Deployment environment sederhana, seperti

single centralized computer dapat disesuaikan dengan software architecture yang

relatif sederhana. Distributed complex, hardware multitier dan network architecture

membutuhkan software architecture yang lebih kompleks.

Berikut software architecture untuk distributed dan multitier deployment

environment:

1. Client/server architecture

Client: proses, modul, object, atau komputer yang menyediakan

layanan melalui jaringan.

Server: proses, modul, object, atau komputer yang meminta layanan

dari satu atau lebih server.

Client/server architecture adalah model umum software organisasi dan

perilaku yang dapat diimplementasikan dalam berbagai cara.

2. Three-layer architecture

36

Client/server architecture yang membagi aplikasi ke view layer,

business logic layer, dan data layer.

3. Middleware

Software komputer yang diimplementasikan communication protocol

pada jaringan dan mambantu sistem komunikasi yang berbeda.

4. Internet and web-based software architecture

Arsitektur yang mempaketkan software aplikasi ke server software yang

dapat dikelola dan diakses melalui web server.

2.2.5.2. First Cut Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:313) First Cut Design Class

Diagram dikembangkan dengan memperluas model domain class diagram dan

memerlukan dua langkah :

a. Melakukan elaborasi atribut dengan informasi type and initial value.

Semua atribut tetap tak terlihat atau private, ditujukan oleh tanda minus

dalam diagram.

b. Menambahkan navigasi visibility arrow.

Gambar 2.8 First Cut Design Class Diagram

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)

37

2.2.5.3. Three layer Sequence Diagram

Menurut Satzinger (2012:345) Perkembangan first-cut diagram urutan

berfokus hanya pada kelas di lapisan domain masalah. Dalam banyak kasus, ini

mungkin dokumentasi yang memadai untuk program solusi-baik sendiri atau dengan

programmer lain tersebut. Setelah memiliki desain yang solid untuk kelas masalah

domain, menambahkan lapisan pandangan dan lapisan akses data adalah proses

langsung.

Gambar 2.9 Three Layer Sequence Diagram

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)

38

2.2.5.4. Package Diagram

Menurut Satzinger (2012:353) Package Diagram pada UML hanyalah

sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan

kelas kelompok terkait. Bagiannya digambarkan dengan desain tiga lapis, yang

meliputi lapisan tampilan, lapisan domain, dan lapisan akses data.

Gambar 2.10 Package Diagram

Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)

2.2.5.5. User Interface

Merupakan masukan ataupun keluaran yang lebih melibatkan pengguna dari

sistem itu (Satzinger, Jackson, Burd, 2012:189). Untuk membuat User Interface yang

bagus digunakan konsep 8 golden rules:

1. Usahakan untuk konsisten (strive for consistency)

Sistem harus konsisten dalam mengatur bentuk, nama dan susunan menu

item, ukuran dan bentuk ikon dan urutan untuk melakukan sebuah tugas.

39

2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut (enable

frequent users to use shortcuts)

Shortcut digunakan untuk mengurangi jumlah interaksi untuk tugas yang

dijalankan, sehingga pengguna dapat menghemat waktu. Selain itu,

perancang harus menyediakan fasilitas makro bagi pengguna untuk

membuat shortcut mereka sendiri.

3. Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative feedback)

Setiap tindakan yang diambil pengguna harus menghasilkan beberapa

jenis umpan balik dari komputer sehingga pengguna mengetahui bahwa

tindakan tersebut diakui oleh sistem.

4. Merancang dialog untuk menghasilkan penutupan (design dialogs to

yield closure)

Untuk setiap dialog dengan sistem harus diorganisasikan dengan urutan

yang jelas, yaitu dari awal, tengah, dan akhir agar pengguna dapat

mempersiapkan dirinya untuk fokus ke tindakan-tindakan berikutnya.

5. Memberikan penanganan masalah yang sederhana (offer simple error

handling)

Ketika sistem menemukan sebuah error, maka sebuah dialog box atau

pesan kesalahan harus menegaskan secara spesifik apa yang salah dan

menjelaskan bagaimana cara untuk menanganinya. Pesan kesalahan juga

tidak boleh menghakimi pengguna. Selain itu sistem harus dapat

mengatasi kesalahan dengan mudah.

6. Memungkinkan untuk kembali ke tindakan sebelumnya dengan mudah

(permit easy reversal of actions)

Pengguna merasa bahwa mereka dapat mengeksplorasi pilihan dan

mengambil tindakan yang dapat dibatalkan atau kembali ke tindakan

sebelumnya tanpa kesulitan. Salah satu cara untuk menghindari

kesalahan, sebagaimana pengguna menyadari mereka telah melakukan

kesalahan, mereka dapat membatalkan tindakan.

7. Mendukung tempat pengendalian internal (support internal locus of

control)

Pengguna yang telah berpengalaman merasa ingin memiliki kuasa atas

sistem dan bahwa sistem menanggapi perintah mereka. Mereka tidak

boleh dipaksa untuk melakukan sesuatu atau dibuat untuk merasa

40

seolah-olah sistem mengendalikan mereka. Sistem harus membuat

pengguna merasa bahwa mereka memutuskan apa yang harus dilakukan.

8. Mengurangi muatan memori jangka pendek (reduce short-term memory

load)

Orang-orang memiliki banyak keterbatasan salah satunya adalah memori

jangka pendek. Orang dapat mengingat hanya sekitar tujuh potongan

informasi pada satu waktu. Maka rancangan yang terlalu rumit dan

terlalu banyak form dapat menjadi beban bagi ingatan pengguna.

41

2.3. Kerangka Berpikir

6. Analisis dan Identifikasi masalah pada proses bisnis yang berjalan

7. Solusi yang diusulkan terhadap temuan masalah

8. Perancangan menggunakan metode Object Oriented Analysis and Design (OOAD) : 1. Activity Diagram 2. Event Table 3. Use Case Diagram 4. Fully Developed Use Case Description 5. Domain Model Class Diagram 6. System Sequence Diagram 7. Deployment Environment and Software Architecture 8. First-cut Design Class Diagram 9. Three Layer Sequence Diagram 10. Package Diagram 11. User Interface

9. Simpulan dan Saran

1. Menentukan Perusahaan sebagai objek penelitian

2. Menentukan Ruang Lingkup, tujuan dan manfaat dari penelitian

3. Menentukan Jadwal Survey

4. Melakukan Survey ke Perusahaan

5. Analisis Temuan Hasil Survey

Melakukan Wawancara

Melakukan Observasi

Mengolah Hasil Wawancara dan

Observasi

Menentukan Analisis hasil survey dengan Activity Diagram

42