Upload
truongmien
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Umum
2.1.1. Sistem
Sistem adalah elemen yang menerima masukan berupa input dan
melakukan pemprosesan atau menjalankan suatu perintah yang menghasilkan
output (Considine, Parkes, Olesen, Blount & Speer, 2012:12).
Menurut Dull, Gelinas, dan Wheller (2012:11), sistem adalah
sekumpulan elemen yang memiliki ketergantungan satu sama lain untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem
pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya antara satu
dengan yang lainnya, yang berfungsi untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.
2.1.2. Informasi
Informasi merupakan sekumpulan data yang telah diolah dan disajikan
sehingga memiliki nilai dan arti bagi si penerima (Cegielski & Rainer,
2011:10). Informasi merupakan sekumpulan data yang telah diubah dalam
bentuk yang bermakna dan berguna bagi manusia (Laudon & Laudon,
2014:89).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan
sekumpulan data yang berisi fakta yang telah diolah dan dibentuk dalam suatu
bentuk yang berguna, bermakna dan dapat dimengerti oleh manusia.
2.1.3. Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan sekumpulan komponen komputer yang
saling terkait yang mengumpulkan, memproses, menyimpan dan
menyediakan output informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
bisnis (Satzinger, Jackson & Burd, 2012:4).
Sistem informasi merupakan suatu kombinasi terartur yang terdiri dari
orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan basis data.
Sistem informasi mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi
dalam suatu organisasi (Marakas, O'Brien, 2010:6).
8
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
merupakan sekumpulan komponen komputer teratur yang saling terkait dan
berkomunikasi untuk mengumpulkan, mengubah, menyimpan dan
menyebarkan output informasi untuk menyelesaikan tugas bisnis.
2.1.4. Sistem Informasi Akuntansi
2.1.4.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Gelinas et al (2010:14), Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
merupakan subsistem khusus dari sistem informasi. Tujuan sistem informasi
akuntansi adalah untuk mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan informasi
yang berkaitan dengan aspek keuangan dari kegiatan bisnis.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2010:1), Sistem Informasi Akuntansi
adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang
untuk mengolah data keuangan dan lainnya menjadi informasi. Informasi ini
dikomunikasikan kepada berbagai pengambil keputusan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan sistem informasi akuntansi
adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang dirancang
dengan tujuan mengolah data keuangan menjadi informasi.
2.1.4.2. Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Tujuan sistem informasi akuntansi menurut James.A.Hall (2012:11)
adalah sebagai berikut:
1. Mendukung operasional harian perusahaan.
Sistem informasi menyediakan informasi bagi personel operasi untuk
membantu mereka melakukan tugas mereka setiap hari dengan efisien
dan efektif.
2. Mendukung fungsi kepengurusan manajemen.
Kepengurusan merujuk ke tanggung jawab manajemen untuk mengatur
sumber daya perusahaan secara benar. Sistem informasi menyediakan
informasi tentang kegunaan sumber daya ke pemakai eksternal melalui
laporan keuangan tradisional dan laporan-laporan yang diminta lainnya.
Secara eksternal, pihak manajemen menerima informasi kepengurusan
dari berbagai laporan pertanggungjawaban.
9
3. Mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
Sistem informasi memberikan informasi yang diperlukan para manajer
untuk melakukan tanggung jawab pengambilan keputusan.
Menurut Rama dan Jones (2010:9), lima kegunaan Sistem informasi
akuntansi yaitu :
1. Menyusun laporan eksternal perusahaan.
Bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan
laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi
investor, kreditor, petugas pajak, agen pengatur dan lain-lain.
2. Menangani transaksi rutin.
Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani
aktivitas operasional yang rutin dalam siklus operasi perusahaan.
3. Membantu para manajer membuat keputusan rutin dan tidak rutin.
Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tidak rutin
pada semua level dari organisasi.
4. Membantu perencanaan dan pengendalian
Sebuah sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian.
5. Memelihara pengendalian internal
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem
informasi yang digunakan untuk melindungi harta (asset) perusahaan
dari kerugian atau pencurian dan untuk memelihara keakuratan data
keuangan.
2.1.4.3. Komponen-Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2012:30) terdapat enam
komponen dalam sistem informasi akuntansi. Komponen-
komponen tersebut adalah:
1. People
Orang yang bertugas untuk mengoperasikan sistem dan menjalankan
berbagai fungsi.
2. Procedures and Instructions
10
Prosedur dan instruksi digunakan untuk mengumpulkan, memproses
dan menyimpan data mengenai kegiatan-kegiatan perusahaan.
3. Data
Data berisi informasi mengenai perusahaan dan proses bisnis
perusahaan.
4. Software
Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data perusahaan.
5. Information Technology Infrastructure
Infrastruktur Teknologi Informasi merupakan peralatan pendukung dan
perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam sistem informasi
akuntansi
6. Internal Controls and Security Measures
Kontrol internal dan langkah-langkah keamanan dilakukan untuk
menjaga keamanan data di dalam sistem informasi akuntansi.
2.2. Teori Khusus
2.2.1. Kredit
2.2.1.1. Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut Kasmir (2014:85), pembiayaan adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau
pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang,
misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil.
11
Menurut Kasmir (2014:85), dalam perjanjian kredit tercakup hak dan
kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang
ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi apabila si debitur ingkar
janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.
Perbedaan kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan
pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak
pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional
keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah keuntungan diperoleh dari bagi hasil berupa imbalan atau bagi hasil
(Kasmir,2014:85).
Menurut Kasmir (2014:86), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian
suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan
(berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa
tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana
sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik
secara internal maupun eksternal. Penelitian dan penyelidikan tentang
kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
2. Kesepakatan
Di samping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah
atau jangka panjang.
4. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu
resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu
kredit semakin besar resikonya demikian juga sebaliknya. Resiko ini
12
menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang
lalai, maupun oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana
alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk
bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan
bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan
bagi hasil.
Menurut Kasmir (2014:88), tujuan utama pemberian kredit antara lain:
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.
Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
nasabah. Kemudian hasil lainnya bahwa nasabah yang memperoleh
kreditpun bertambah maju dalam usahanya. Keuntungan ini penting
untuk kelansungan hidup bank. Jika bank terus menerus menderita
kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana
tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas
usahanya.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti
adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit
adalah :
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit
pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan
tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih
13
menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, dimana sebagian besar kredit
yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang
beredar di masyarakat.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk–produk yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi dalam negeri
dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa
negara.
e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai
untuk keperluan ekspor.
Disamping itu fungsi kredit secara luas adalah :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang.
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang
maksudnya dari uang jika hanya disimpan saja tidak akan
menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang
tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si
penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari
satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang
kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut
akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang.
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur
untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau
bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang.
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari
satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar
dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula
meningkatkan jumlah barang yang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
14
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi
karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah
barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit
membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri
sehingga meningkatkan devisa negara.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan
berusaha, khususnya bagi nasabah yang memang tidak memiliki
modal.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik,
terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit
diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu
membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi
pengangguran. Di samping itu masyarakat sekitar pabrik juga akan
dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau
menyewa kontrakan atau jasa lainnya.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit.
Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama
di bidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.
2.2.1.2. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Kasmir (2014:90), kredit yang diberikan bank umum dan
bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara
umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek atau pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh
kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli
mesin-mesin.
b. Kredit modal kerja
15
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya
yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya
akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk
pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau
kredit industri lainnya.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit
ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena
memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan
usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan. Kredit mobil pribadi,
kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli
barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada
supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor impor.
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya kredit
peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya kredit untuk
tanaman padi atau palawija.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga
16
tahun, biasanya untuk investasi. Contoh kredit untuk pertanian seperti
jeruk, atau peternakan kambing.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit
jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga atau lima tahun.
Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan
karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti
kredit pemilikan rumah.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.
Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan
yang diberikan oleh calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan
karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.
5. Dilihat dari segi sektor usaha
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa
jangka pendek atau jangka panjang.
b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya
peternakan ayam dan jangka panjang misalnya peternakan kambing
atau sapi.
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil,
menengah atau besar.
d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya
dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk
membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa
kredit untuk para mahasiswa.
f. Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti dokter, dosen
17
atau pengacara.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian rumah.
h. Dan sektor-sektor usaha lainnya.
2.2.1.3. Jaminan Kredit
Menurut Kasmir (2014:93), kredit dapat diberikan dengan jaminan
atau tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank,
mengingat jika nasabah mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk
menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya dengan
jaminan kredit posisi bank relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet
akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut. Adapun jaminan yang dapat
dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut :
1. Dengan jaminan
a. Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan
jaminan seperti :
a) Tanah
b) Bangunan
c) Kendaraan bermotor
d) Mesin-mesin/peralatan
e) Barang dagangan
f) Tanaman/kebun/sawah, dan lainnya.
b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan
surat-surat yang dijadikan jaminan seperti :
a) Sertifikat saham
b) Sertifikat obligasi
c) Sertifikat tanah
d) Sertifikat deposito
e) Rekening tabungan yang dibekukan
f) Rekening giro yang dibekukan
g) Wesel dan surat tagihan lainnya.
c. Jaminan orang
Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit
18
tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang
menanggung resikonya.
2. Tanpa jaminan
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan
bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk
perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan profesional, sehingga
kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa
jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau
pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.
2.2.1.4. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2014:94), penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan
dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya,
seperti melalui prosedur penilaian yang benar. Kriteria yang harus dilakukan
oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan
dilakukan dengan analisis 5C.
Berikut penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai
berikut :
1. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar
belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun
yang bersifat pribadi, seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,
keadaan keluarga, hobi, dan keadaan bermasyarakatnya. Ini semua
merupakan ukuran ”kemauan” membayar.
2. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur
dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan
pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan
usahanya, termasuk kekuatan yang ia miliki. Pada akhirnya akan terlihat
“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital
Untuk melihat efektifitas penggunaan modal, dilihat laporan keuangan
19
(neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari
segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital
juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada saat ini.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non-fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi
suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan
secepat mungkin.
5. Condition
Dalam melihat kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang
dan kemungkinan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-
masing, serta diakibatkan dengan prospek usaha dari sektor yang ia
jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-
benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut
bermasalah relatif kecil.
2.2.1.5. Aspek-Aspek dalam Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2014:97), di samping menggunakan 5C, penilaian
suatu kredit layak diberikan atau tidak layak untuk diberikan dapat
dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh
aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha. Penilaian dengan
model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan
berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang dinilai antara lain :
1. Aspek Yuridis
Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta
izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian
dimulai dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa
pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik. Kemudian juga
diteliti keabsahannya seperti :
a. Surat Izin Usaha Industri (S.I.U.I) untuk sektor industri.
b. Surat Izin Usaha Perdagangan (S.I.U.P) untuk sektor perdagangan.
c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
20
e. Keabsahan surat-surat yang dijaminkan.
f. Serta hal-hal bersifat yuridis lainnya.
2. Aspek Pemasaran
Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang
dihasilkan saat ini dan prospek dimasa yang akan datang. Yang perlu
diteliti antara lain:
a. Pemasaran produknya minimal tiga bulan yang lalu atau tiga tahun
yang lalu.
b. Rencana penjualan dan produksi minimal tiga bulan atau tiga tahun
yang akan datang.
c. Peta kekuatan pesaing yang ada.
d. Prospek produk secara keseluruhan.
3. Aspek Keuangan
Aspek yang dinilai adalah sumber dana yang dimiliki untuk membiayai
usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Disamping itu
hendaknya dibuatkan cash flow keuangan perusahaan. Penilaian bank
dari segi aspek keuangan biasanya dengan suatu kriteria kelayakan
investasi yang mencakup antara lain :
a. Payback period
b. Net Present Value (NPV)
c. Internal Rate of Return (IRR)
d. Break Even Point (BEP)
4. Aspek teknis/operasi
Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti
kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi dan lay out ruangan,
mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan, ketersediaan tenaga
kerja, dan jumlah produksi.
5. Aspek manajemen
Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, bidang usaha, sumber daya
manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya
manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek
yang ada dan pertimbangan lainnya.
6. Aspek sosial ekonomi
21
Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum
seperti :
a. Meningkatkan ekspor barang.
b. Mengurangi pengangguran.
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
d. Tersedianya sarana dan prasarana.
e. Membuka isolasi daerah tertentu.
7. Aspek AMDAL (Analisa mengenai dampak lingkungan)
Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air, atau udara jika
proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara
mendalam apabila kredit tersebut disalurkan maka proyek yang dibiayai
akan mengalami pencemaran lingkungan disekitarnya. Pencemaran yang
sering terjadi antara lain terhadap :
a. Tanah menjadi gersang.
b. Air menjadi limbah berbau busuk, berubah warna atau rasa.
c. Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising dan panas.
2.2.1.6. Prosedur dalam Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2014:100), prosedur pemberian dan penilaian kredit
oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan yang lain
tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari
bagaimana tujuan bank tersebut serta persyaratan yang ditetapkannya dengan
pertimbangan masing-masing.
Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara
pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum kemudian
dapat pula ditinjau dari segi tujuannya untuk konsumtif atau produktif.
Secara umum prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut :
1. Pengajuan berkas-berkas
Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang
dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-
berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya
berisi antara lain :
a. Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan,
jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut
22
pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta
relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.
b. Maksud dan tujuan
Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan
kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta
tujuan lainnya.
c. Besarnya kredit dan jangka waktu
Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang
ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan
besarnya kredit dan jangka waktunya dapat dilihat dari cash flow serta
laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) tiga tahun terakhir.
Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak
bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam
memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak
diberikan kepada pemohon kredit.
d. Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara–
cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya.
e. Jaminan kredit, hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala
resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada
unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit harus teliti,
jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya. Biasanya
jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.
Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah
dipersyaratkan seperti:
1) Akte notaris
Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan
Terbatas) atau yayasan.
2) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
Merupakan tanda daftar perusahaan yang dikeluarkan oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan biasanya berlaku
lima tahun, dan jika habis dapat diperpanjang kembali.
3) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Nomor pokok wajib pajak dimana saat ini setiap pemberian kredit
terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah NPWP.
23
4) Neraca dan laporan rugi laba tiga tahun terakhir
5) Bukti diri dari pimpinan perusahaan
6) Foto copy sertifikat jaminan
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan lengkap
sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak bank belum
lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya
dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi
kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.
Namun untuk Bank Perkreditan Rakyat memiliki pertimbangan–
pertimbangan tertentu dalam melakukan penilaian permohonan kredit
dimana banyak nasabahnya yang berasal dari sektor ekonomi mikro dan
ekonomi kecil.
3. Wawancara I
Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung
berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-
berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan.
Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah
yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini bersifat kekeluargaan
sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
4. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai
objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot
dicocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat hendak melakukan
on the spot hendaknya jangan diberitahukan kepada nasabah, sehingga
apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan–
kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan
yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan
pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu
kebenaran.
24
6. Keputusan kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan
diberikan atau ditolak. Jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya.
Biasanya keputusan kredit yang akan mencakup :
a. Jumlah uang yang diterima
b. Jangka waktu kredit
c. Biaya–biaya yang harus dibayar
Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan tim/komite. Begitu
juga bagi kredit yang ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan
sesuai dengan alasannya masing–masing.
7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit. Oleh karena
itu, sebelum kredit dicairkan, terlebih dahulu calon nasabah
menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat
perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan
dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau dengan
melalui notaris.
8. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang
diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
bersangkutan.
9. Penyaluran dan penarikan dana
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi
dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan
kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.
2.2.1.7. Teknik Penyelesaian Kredit Macet
Menurut Kasmir (2014:109), sepandai apapun analis kredit dalam
menganalisa setiap permohonan kredit, pasti terdapat kemungkinan kredit itu
macet. Hal ini disebabkan dua unsur, yaitu sebagai berikut :
1. Dari pihak bank
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kredit kurang teliti,
sehingga apa yang sebenarnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya. Dapat
pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur
25
sehingga dalam analisnya dilakukan secara subjektif.
2. Dari pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat terjadi akibat dua hal, yaitu :
a. Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak
bermaksud membayar kewajibannya kepada bank, sehingga kredit
yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan
untuk membayar.
b. Adanya unsur tidak sengaja, artinya debitur mau membayar akan tetapi
tidak mampu. Sebagai contoh, kredit yang dibiayai mengalami
musibah seperti kebakaran, terkena hama, kebanjiran dan sebagainya,
sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.
Dalam hal kredit macet, pihak bank perlu melakukan penyelamatan,
sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan
apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran
terutama bagi kredit yang terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi
kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami
kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan, sehingga bank tidak
mengalami kerugian.
Penyelamatan terhadap kredit macet dapat dilakukan dengan lima cara,
yaitu:
1. Reschedulling
Dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
Dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka
waktu kredit. Misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari enam
bulan menjadi satu tahun, sehingga debitur mempunyai waktu yang
lebih lama untuk mengembalikannya.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran
Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit.
Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya dan pembayarannya
diperpanjang, misalnya 36 kali menjadi 48 kali. Hal ini tentu saja
jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan
26
jumlah angsuran.
2. Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti :
a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.
Dalam hal ini, penundaan pembayaran bunga hanya sampai waktu
tertentu, maksudnya bahwa hanya bunga yang dapat ditunda
pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar
seperti biasa.
c. Penurunan suku bunga.
Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban
nasabah. Sebagai contoh, jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan
20% diturunkan menjadi 18%. Hal ini tergantung dari pertimbangan
yang bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah
angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat
membantu meringankan nasabah.
d. Pembebasan bunga.
Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan
pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit
tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk
membayar pokok pinjamannya sampai lunas.
3. Restructuring
Yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Menambah jumlah kredit.
b. Menambah modal, yang dapat ditempuh:
- Dengan menyetor uang tunai
- Tambahan dari pemilik
4. Kombinasi
Merupakan kombinasi dari ketiga jenis di atas.
5. Penyitaan jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah
benar-benar tidak memiliki itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi
untuk membayar semua hutang-hutangnya.
27
2.2.2. Perancangan Sistem Informasi Berbasis Object Oriented
2.2.2.1. Object Oriented
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:290), “Object-Oriented an
Approach to system developments that views an information system as a collection of
interacting object that work together to accomplish task” yang artinya Object-
Oriented adalah pendekatan pengembangan sistem yang memandang sistem
informasi sebagai kumpulan objek yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas.
2.2.2.2. Object Oriented Analysis (OOA)
Menurut Shelly dan Rosenblatt (2012:21), “Object Oriented Analysis
combines data and the processes that act on the data into things called objects”
yang artinya Object Oriented Analysis adalah berorientasi untuk menggabungkan
data dan proses yang berhubungan dengan analisis sistem ke hal-hal yang terkait
dengan penggunaan objek.
2.2.2.3. Object Oriented Design (OOD)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:295), “Object Oriented Design
is a process by which a set of detailed models are build and then used by the
programmers to write and test the new system” yang artinya Object Oriented Design
adalah suatu proses dimana serangkaian model rinci dibangun dan kemudian
digunakan oleh programmer untuk menulis dan menguji sistem baru.
2.2.2.4. Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Dennis, Wixom, dan Roth (2009:498), “Our method uses object and
classes as its key concepts and builds on four general principles for analysis and
design : model the system’s context, emphasize architectural considerations, reuse
patterns that express well established design ideas, and tailor the method to each
development situation” yang artinya Object Oriented Analysis Design adalah Metode
yang menggunakan object dan class sebagai kunci utama dan membangun atas dasar
empat prinsip dalam menganalisa dan merancang : yakni ruang lingkup sistem
model, konsiderasi arsitektur sistem, penggunaan ulang pola yang dapat
menggambarkan ide-ide perancangan, dan menyatukan metode tersebut ke dalam
situasi pengembangan. Dengan pemahaman:
28
- Object : “An entity with identity, state, and behaviour”, yang artinya
object adalah sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku.
- Class : “A description of a collection of objects sharing structure,
behavioural pattern, and attribute” yang artinya class adalah suatu
deskripsi dari kumpulan object yang memilki structure, pola perilaku, dan
perangkat yang sama.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2009:412), “Object Oriented Analysis and
Design an approach to system analysis and design that begins with a very general
description of a particular system and then proceeds through a logically related set
of steps, each increasing in detail” yang artinya Object Oriented Analysis and
Design adalah Pendekatan analisis dan perancangan sistem yang dimulai dengan
deskripsi yang sangat umum dari sebuah sistem tertentu dan kemudian terus melalui
serangkaian langkah-langkah logis yang rinci dan masing-masing meningkat secara
rinci.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Object Oriented
Analysis and Design adalah Pendekatan analisis dan perncangan sistem yang
menggunakan object dan class sebagai kunci utama dimulai dengan deskripsi yang
sangat umum dari suatu sistem tertentu kemudian melalui serangkain langkah-
langkah logis yang rinci.
2.2.3. Unified Modelling Language (UML)
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:46) UML adalah himpunan
standar model dan notasi yang didefinisikan oleh Object Management Group
(OMG), yaitu sebuah organisasi standar untuk pengembangan sistem.
Jadi Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang
digunakan untuk menentukan, memvisualisasikan, membangun dan
mendokumentasikan sistem informasi. UML dikembangkan sebagai suatu alat untuk
analisis dan desain beorientasi objek.
2.2.4. Business Modelling and The Requirement Discipline
2.2.4.1. Activity Diagram
Menggambarkan berbagai aktivitas user (atau sistem), orang yang melakukan
setiap aktivitas, dan urutan dari aliran dari kegiatan tersebut (Satzinger, Jackson,
29
Burd, 2012:57). Activity diagram dibuat berdasarkan proses bisnis yang berjalan di
perusahaan dengan menggambarkan aktivitas yang berkaitan dengan sistem dan
dapat ditambahkan aktivitas yang tidak secara langsung berkaitan dengan sistem.
Gambar 2.1 Activity Diagram
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)
1. Swimlane Heading, menggambarkan aktor mana yang bertanggung jawab
terhadap suatu aktivitas tertentu.
2. Starting Activity (Pseudo), menunjukan titik awal dimulainya suatu workflow
pada sebuah activity diagram.
3. Transition Arrow, menunjukan aktivitas yang harus dilakukan setelah
melakukan aktivitas sebelumnya.
4. Activity, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan dalam workflow.
5. Ending Activity (Pseudo), menunjukan titik akhir dari suatu activity diagram.
Dalam suatu activity diagram diperbolehkan terdapat lebih dari satu ending
activity.
6. Synchronization Bar (Split), menunjukan adanya suatu pemisahan aktivitas.
7. Synchronization Bar (Join), menunjukkan adanya suat penggabungan aktivitas.
8. Decision Activity, mengindikasikan bahwa terdapat suatu perbedaan kondisi.
30
2.2.4.2. Event Table
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010:168), Event Table merupakan
katalog use case yang mengurutkan event dalam bentuk baris dan bagian kunci dari
informasi mengenai event tersebut dalam kolom. Event table mendeskripsikan
kegiatan dari proses bisnis berjalan dalam bentuk tabel.
Gambar 2.2 Event Table
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2010)
2.2.4.3. Use Case Diagram
Merupakan suatu model UML yang digunakan untuk menunjukan use case
dan hubungannya terhadap aktor secara grafis (Satzinger, Jackson, Burd, 2012:78).
Use case sendiri merupakan aktivitas yang dilakukan oleh user yang berhubungan
dengan sistem seperti create, read, upadate & delete.
Gambar 2.3 Use Case Diagram
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)
31
1. Actor, merupakan orang yang melakukan suatu use case.
2. Connecting Line, merupakan garis penghubung untuk menunjukan aktor yang
berpartisipasi dalam use case.
3. Automation Boundary, merupakan batasan antara bagian yang terkomputerisasi
dan aktor yang mengoperasikan aplikasi tetapi merupakan bagian dari sistem
secara keseluruhan.
4. Include Relationship, merepresentasikan adanya peneyertaan dari suatu use case
dengan use case lainnya.
5. Extend Relationship, merepresentasikan adanya ekstensi dari use case untuk
memasukan optional behaviour.
6. Generalization Relationship, merepresentasikan use case yang terspesialisasi ke
use case yang lebih umum.
2.2.4.4. Fully Developed Use Case Description
Merupakan metode yang paling formal dalam mendokumentasikan suatu
use case. Dengan adanya fully developed use case description, dapat meningkatkan
tingkat probabilitas dalam pemahaman proses bisnis dan sistem yang dibutuhkan
untuk mendukung proses bisnis tersebut (Satzinger, Jackson, Burd, 2012:122).
Gambar 2.4 Fully Developed Use Case Diagram
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)
32
1. Preconditions, merupakan suatu kondisi yang harus benar sebelum sebuah use
case dapat berjalan.
2. Postconditions, merupakan suatu kondisi yang terjadi saat suatu use case selesai
dilakukan.
2.2.4.5. Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:168) class diagram digunakan
untuk menunjukkan objek class untuk sistem. Notasinya dari Unified Modelling
Language (UML), yang telah menjadi standar untuk model yang digunakan dengan
pengembangan system object oriented. Sebuah class diagram terdiri dari sejumlah
kelas yang dihubungkan dengan garis yang menunjukan hubungan antar kelas yang
disebut dengan Associations.
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:102), class diagram adalah
kumpulan object yang menunjukan object class dan hubungan yang terlibat di
sebuah use case. Hubungan antar class diagram terdiri dari :
1. Zero or many ( 0..*)
2. Zero or one relationship (0...1)
3. One and only one relationship ( 1 )
4. One or many relationship ( 1..*)
Jadi kesimpulan bahwa Class Diagram adalah kumpulan object yang
menggambarkan sruktur statis dari sebuah sistem yang menunjukan object class dan
hubungannya yang digunakan dengan pengembangan system object oriented
Gambar 2.5 Domain Model Class Diagram
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)
33
2.2.4.6. System Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:252), system sequence
diagram digunakan untuk menggambarkan aliran dari informasi yang masuk dan
keluar dari sistem yang terotomatisasi. System sequence diagram merupakan tipe dari
interaction diagram yaitu communication diagram atau sequence diagram yang
menunjukkan interaksi diantara objek.
Gambar 2.6 System Sequence Diagram
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2010)
2.2.5. Design Discipline
2.2.5.1. Design Activities and Environment
2.2.5.1.1. Deployment Environment
Menurut Satzinger (2010:279), lingkungan deployment terdiri dari
hardware, system software, dan lingkungan network yang akan dioperasikan di
dalam sistem. Menurut Satzinger (2010:279), “System deployment environment such
as computers single aimed that can compare with software architecture simple as a
whole.” Artinya merupakan system deployment environment yang sederhana seperti
komputer tunggal yang tersentralisasi yang bisa dicocokan dengan software
architecture yang sederhana secara keseluruhan.
Deployment environment terdapat beberapa macam :
1. Single-computer and multitier architecture
1. Single-computer architecture
Arsitektur yang menggunakan sistem komputer yang
mengeksekusi semua software aplikasi yang terkait.
34
2. Multitier architecture
Arsitektur yang mendistribusikan software aplikasi terkait
dengan pemrosesan data di beberapa sistem komputer.
Bagiannya terdiri dari:
a. Clustered architecture
Sekelompok komputer dari jenis yang sama yang berbagi
pemrosesan data dan bertindak sebagai sistem komputer
besar.
b. Multicomputer architecture
Sekelompok komputer dari jenis yang berbeda yang
berbagi pemrosesan data melalui fungsi spesialisasi.
2. Centralized and distributed architecture
1. Centralized architectur
Arsitektur yang menempatkan sumber daya semua komputasi
pada satu lokasi pusat.
2. Distributed architectur
Arsitektur yang menyebarkan sumber daya komputasi
dibeberapa lokasi yang terhubung oleh sebuah jaringan
komputer.
Gambar 2.7 Single Computer, Clustered, and Multi Computer Architecture
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2010)
35
3. Computer Networks
Computer networks dibagi menjadi dua kelas, tergantung pada jarak
jangkauan yaitu :
1. Local Area Network (LAN)
Jaringan komputer yang jangkauannya hanya bisa di satu tempat contohnya
seperti di dalam gedung yang sama.
2. Wide Area Network (WAN)
Jaringan komputer menyebar melintasi jangkauan atau jarak yang luas, seperti
kota atau negara.
4. Internet, Intranet, dan Extranet
Internet adalah kumpulan jaringan global yang saling berhubungan,
menggunakan standar TCP / IP (Transmission Control Protocol / Internet Protocol).
Intranet merupakan jaringan pribadi yang menggunakan internet protocol
tetapi hanya dapat diakses oleh user internal.
Extranet adalah internet yang telah diperluas untuk memfasilitasi organisasi
yang terpisah agar tetap dapat bertukar informasi dan mengkoordinir kegiatan dalam
organisasi tersebut.
2.2.5.1.2. Software Architecture
Menurut Satzinger (2010:277), Deployment environment sederhana, seperti
single centralized computer dapat disesuaikan dengan software architecture yang
relatif sederhana. Distributed complex, hardware multitier dan network architecture
membutuhkan software architecture yang lebih kompleks.
Berikut software architecture untuk distributed dan multitier deployment
environment:
1. Client/server architecture
Client: proses, modul, object, atau komputer yang menyediakan
layanan melalui jaringan.
Server: proses, modul, object, atau komputer yang meminta layanan
dari satu atau lebih server.
Client/server architecture adalah model umum software organisasi dan
perilaku yang dapat diimplementasikan dalam berbagai cara.
2. Three-layer architecture
36
Client/server architecture yang membagi aplikasi ke view layer,
business logic layer, dan data layer.
3. Middleware
Software komputer yang diimplementasikan communication protocol
pada jaringan dan mambantu sistem komunikasi yang berbeda.
4. Internet and web-based software architecture
Arsitektur yang mempaketkan software aplikasi ke server software yang
dapat dikelola dan diakses melalui web server.
2.2.5.2. First Cut Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:313) First Cut Design Class
Diagram dikembangkan dengan memperluas model domain class diagram dan
memerlukan dua langkah :
a. Melakukan elaborasi atribut dengan informasi type and initial value.
Semua atribut tetap tak terlihat atau private, ditujukan oleh tanda minus
dalam diagram.
b. Menambahkan navigasi visibility arrow.
Gambar 2.8 First Cut Design Class Diagram
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)
37
2.2.5.3. Three layer Sequence Diagram
Menurut Satzinger (2012:345) Perkembangan first-cut diagram urutan
berfokus hanya pada kelas di lapisan domain masalah. Dalam banyak kasus, ini
mungkin dokumentasi yang memadai untuk program solusi-baik sendiri atau dengan
programmer lain tersebut. Setelah memiliki desain yang solid untuk kelas masalah
domain, menambahkan lapisan pandangan dan lapisan akses data adalah proses
langsung.
Gambar 2.9 Three Layer Sequence Diagram
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)
38
2.2.5.4. Package Diagram
Menurut Satzinger (2012:353) Package Diagram pada UML hanyalah
sebuah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan
kelas kelompok terkait. Bagiannya digambarkan dengan desain tiga lapis, yang
meliputi lapisan tampilan, lapisan domain, dan lapisan akses data.
Gambar 2.10 Package Diagram
Sumber: (Satzinger, Jackson & Burd, 2012)
2.2.5.5. User Interface
Merupakan masukan ataupun keluaran yang lebih melibatkan pengguna dari
sistem itu (Satzinger, Jackson, Burd, 2012:189). Untuk membuat User Interface yang
bagus digunakan konsep 8 golden rules:
1. Usahakan untuk konsisten (strive for consistency)
Sistem harus konsisten dalam mengatur bentuk, nama dan susunan menu
item, ukuran dan bentuk ikon dan urutan untuk melakukan sebuah tugas.
39
2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut (enable
frequent users to use shortcuts)
Shortcut digunakan untuk mengurangi jumlah interaksi untuk tugas yang
dijalankan, sehingga pengguna dapat menghemat waktu. Selain itu,
perancang harus menyediakan fasilitas makro bagi pengguna untuk
membuat shortcut mereka sendiri.
3. Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative feedback)
Setiap tindakan yang diambil pengguna harus menghasilkan beberapa
jenis umpan balik dari komputer sehingga pengguna mengetahui bahwa
tindakan tersebut diakui oleh sistem.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan penutupan (design dialogs to
yield closure)
Untuk setiap dialog dengan sistem harus diorganisasikan dengan urutan
yang jelas, yaitu dari awal, tengah, dan akhir agar pengguna dapat
mempersiapkan dirinya untuk fokus ke tindakan-tindakan berikutnya.
5. Memberikan penanganan masalah yang sederhana (offer simple error
handling)
Ketika sistem menemukan sebuah error, maka sebuah dialog box atau
pesan kesalahan harus menegaskan secara spesifik apa yang salah dan
menjelaskan bagaimana cara untuk menanganinya. Pesan kesalahan juga
tidak boleh menghakimi pengguna. Selain itu sistem harus dapat
mengatasi kesalahan dengan mudah.
6. Memungkinkan untuk kembali ke tindakan sebelumnya dengan mudah
(permit easy reversal of actions)
Pengguna merasa bahwa mereka dapat mengeksplorasi pilihan dan
mengambil tindakan yang dapat dibatalkan atau kembali ke tindakan
sebelumnya tanpa kesulitan. Salah satu cara untuk menghindari
kesalahan, sebagaimana pengguna menyadari mereka telah melakukan
kesalahan, mereka dapat membatalkan tindakan.
7. Mendukung tempat pengendalian internal (support internal locus of
control)
Pengguna yang telah berpengalaman merasa ingin memiliki kuasa atas
sistem dan bahwa sistem menanggapi perintah mereka. Mereka tidak
boleh dipaksa untuk melakukan sesuatu atau dibuat untuk merasa
40
seolah-olah sistem mengendalikan mereka. Sistem harus membuat
pengguna merasa bahwa mereka memutuskan apa yang harus dilakukan.
8. Mengurangi muatan memori jangka pendek (reduce short-term memory
load)
Orang-orang memiliki banyak keterbatasan salah satunya adalah memori
jangka pendek. Orang dapat mengingat hanya sekitar tujuh potongan
informasi pada satu waktu. Maka rancangan yang terlalu rumit dan
terlalu banyak form dapat menjadi beban bagi ingatan pengguna.
41
2.3. Kerangka Berpikir
6. Analisis dan Identifikasi masalah pada proses bisnis yang berjalan
7. Solusi yang diusulkan terhadap temuan masalah
8. Perancangan menggunakan metode Object Oriented Analysis and Design (OOAD) : 1. Activity Diagram 2. Event Table 3. Use Case Diagram 4. Fully Developed Use Case Description 5. Domain Model Class Diagram 6. System Sequence Diagram 7. Deployment Environment and Software Architecture 8. First-cut Design Class Diagram 9. Three Layer Sequence Diagram 10. Package Diagram 11. User Interface
9. Simpulan dan Saran
1. Menentukan Perusahaan sebagai objek penelitian
2. Menentukan Ruang Lingkup, tujuan dan manfaat dari penelitian
3. Menentukan Jadwal Survey
4. Melakukan Survey ke Perusahaan
5. Analisis Temuan Hasil Survey
Melakukan Wawancara
Melakukan Observasi
Mengolah Hasil Wawancara dan
Observasi
Menentukan Analisis hasil survey dengan Activity Diagram