23
6 BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis 2.1.1 Anatomi fisiologi Gambar 2.1 Sel darah merah Menurut Tarwoto (2009) anatomi darah manusia adalah sebagai berikut a. Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam ruang vaskuler, karena peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrein dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah (Tarwoto, 2009). Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan

BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

6

BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Medis

2.1.1 Anatomi fisiologi

Gambar 2.1 Sel darah merah

Menurut Tarwoto (2009) anatomi darah manusia adalah sebagai

berikut

a. Darah

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang

berada dalam ruang vaskuler, karena peranannya sebagai media

komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia

luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru untuk

dikeluarkan, membawa zat nutrein dari saluran cerna ke jaringan

kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ

sekresi seperti ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi

pembekuan darah (Tarwoto, 2009).

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya

adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di

seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan

nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung

berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

7

mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon

dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah terdiri

dari dua komponen,yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

Banyaknya volume darah yang beredar di dalam tubuh manusia

8% dari berat badan atau sekitar 5600 cc pada orang yang bobot

tubuhnya 70kg. Dari 5600 cc darah tersebut sekitar 55% adalah

plasma darah dan sekitar 45% adalah sel-sel darah. Darah adalah

suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah

yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap

tergantung pada banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida di

dalamnya. Darah yang banyak mengandung karbondioksida

warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah di ambil

dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada

peristiwa pembakaran/ metabolisme di dalam tubuh (Muttaqin,

2009).

b. Karakteristik darah

Karakteristik umum darah meliputi warna, viskositas, pH,

Volume dan komposisinya warna, darah arteri berwarna merah

muda karena banyak oksigenyang berkaitan dengan hemoglobin

dalam sel darah merah. Viskositas, viskositas darah 3/4 lebih

tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.

pH, pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai dengan

7.45 (netral 7.00). Volume, pada orang dewasa volume darah

sekitar 70 sampai 75 ml/kgBB, atau sekitar 4 sampai 5 liter

darah. Komposisi, darah tersusun atas dua komponen utama

yaitu plasma darah dan sel-sel darah (Wiwik & Andi, 2009).

c. Bagian-bagian darah

1) Eritrosit (Sel darah merah)

Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya

0.007 mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5

juta/mm³, warnanya kuning kemerah-merahan karena

didalamnya mengandung hemoglobin (hemoglobin adalah

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

8

protein pigmen yang meberi warnamerah pada darah.

Hemoglobin terdiri atas protein yang di sebut globin dan

pigmen non-protein yang disebut heme, setiap eritrosi

mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya

kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan

pembuluh darah yang dilalui.Sel darah merah memerlukan

protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino.

Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa

diantaranya dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hsmil

diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak lagi

untuk perkembangan janin dan pembuatan susu.Sel darah

merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama dari

tulang pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan

konselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam

batang iga-iga dan dari sternum.Perkembangan sel darah

dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap mula-mula

besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin;

kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan

nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.

Rata-rata panjang hidup sel darah merah kira-kira 115 hari.

Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-

endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dan

hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan

sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam

hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam

pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari

hemoglobin diubah lagi menjadi bilirubin (pigmen kuning)

dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang

dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak

pada luka memar. Bila terjadi perdarahan maka sel merah

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

9

dengan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen, hilang.

Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu

beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin

turun sampai 40% atau dibawahnya, maka diperlukan

tranfusi darah. Berfungsi mengikat oksigen dari paru-paru

untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat

karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan

melalui paru-paru / melalui jalan pernafasan.Produksi

eritrosit (eritropoesis) terjadi di sumsum tulang dan

memerlukan besi, Vit B12, asam folat, piridoksin (vit B6),

di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan, masa hidup 120 hari,

eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati

dan limpa), pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi.

Besi berkaitan dengan protein (transferin) dan diolah

kembali menjadi Hb baru.

2) Leukosit (Sel darah putih)

Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar

dari sel drah merah (eritrosit), dapat berubah dan bergerak

dengan perantaraan kaki palsu (psedoupodia),dalam

keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel

darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang

sehat, sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap

milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata

8000) sel darah putih. Leukosit selain berada di dalam

pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh

manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh

masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang ada

di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini

disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam

kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk

mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

10

Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum

tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari di dalam

sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam

jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu, atau

beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya. Berfungsi

sebagai pertahan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit

penyakit/bakteri yang masuk kedalam jaringan RES

(retikuloendotel system), tempat pembikannya di dalam

limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu

mengangkut membawa zat lemak dari dinding usus melalui

limpa terus ke pembuluh darah.

3) Trombosit (Sel pembeku darah)

Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang

bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat

dan lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa

200.000-300.000/mm³. Bagian inti yang merupakan

fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari sumsum

tukang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel

darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran

plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang

berhubungan dengan proses koagulasi darah.Trombosit

lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang

kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit

memiliki masa hidup dalam darah antara 5-9 hari.

Trombosit yang tua atau mati di ambil dari sistem perdaran

darah, terutama oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh

trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, pada waktu

darah melewati organ tersebut.

Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut

membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu

Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

11

tubuh mendapat luka. Ketika kita luka maka darah akan

keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang di

namakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu

dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi

trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang

merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang

tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan

demikian terjadilah pembekuan. Protrombin ini dibuat di

dalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K,

dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan

darah.Berfungsi memegang peranan penting dalam

pembekuan darah (hemostatis). Jika banyaknya kurang dari

normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku

sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus.

4) Plasma Darah

Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan

bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein

plasma darah 7%, asam amino, lemak, glukosa, urea, garam

sebanyak 0,9%, dan hormon, antibodi sebanyak 0,1%.

Protein Plasma mencapai 7% dari plasma dan merupakan

satu-satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat

menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada 3

jenis protein plasma yang utama :

a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60%

tetapi ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis di

dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik

koloid darah. Mempertahankan tekanan osmotik agar

normal (25 mmHg).

b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan

beta globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama

sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormone,

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

12

berbagai subtrat, dan zat penting lainnya. Gamma globulin

(immunoglobulin) fungsi utama berperan sebagai

antibodi.Berfungsi mengangkut sari makanan ke sel-sel

serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat

pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan

zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.

2.2 Anemia

2.2.1 Pengertian

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, berakibat

pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi

harus di ingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter

tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi,

pendarahan akut, dan kehamilan. Oleh Karena itu dalam diagnosis

anemia tidak cukup hanya sampai kpada label anemia tetapi harus dapat

ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut (Sudoyo

Aru, dkk. 2009).

Anemia adalah defisiensi sel darah erah yang dapat disebabkan oleh

kehilangan sel darah merah terlalu banyak atau pebentukan sel darah

merah terlalu lambat. Pada anemia berat, viskositas darah dapat turun

sampai kurang dari setengah dari nilai normal yang menurunkan

resistensi aliran darah dalam pembuluh perifer sehingga jauh lebih

banyak darah kembali ke jantung (Syaifuddin,2012). Anemia adalah

pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan

volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah (Muttaqin,

2009).

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

13

2.2.2 Klasifikasi

Menurut Nanda Nic Noc (2015), klasifikasi anemia menurut

Etiopatogenesis

2.2.2.1 Anemia Karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum

tulang

a. Kekuranga bahan esensial pembentukan eritrosit

1) Anemia defisiensi besi

2) Anemia defisiensi asam folat

3) Anemia defisiensi vitamin B12

b. Gangguan penggunaan besi

1) Anemia akibat penyakit kronik

2) Anemia sideroblastik

c. Kerusakan sumsum tulang

1) Anemia aplastic

2) Anemia mieloplastik

3) Anemia pada keganasan hematologi

4) Anemia diseritropoitik

5) Anemia pada sindrom mielodisplastik

Anemia akibat kekurangan eritroprotein: anemia pada gagal

ginjal kronik.

2.2.2.2 Anemia akibat hemorologi

a. Anemia pasca pendarahan akut

b. Anemia akibat pendarahan kronik

2.2.2.3 Anemia hemolitik

a. Anemia hemolitik intrakospuskular

1) Gangguan membrane eritrosit

2) Gangguan enzim eritrosit: aneia akibat defisiensi G6PD

3) Gangguan hemoglobin

b. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular

1) Anemia hemolitik autoimun

2) Anemia hemolitik mikroangiopatik

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

14

Menurut Tartowo dan Wartonah (2008), klsifikasi anemia

berdasarkan penyebabnya dikelompokan menjadi tiga kategori

yaitu:

a) Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat

pendarahan karena berbagai sebab seperti perlukaan,

pendarahan gastrointestinal, pendarahan uterus, pendarahan

hidung, pendarahan akibat operasi.

b) Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah,

disebabkan karena kekurangan unsur penyusun sel darah

merah (asam folat, vitamin B12 dan zat besi), gangguan

fungsi sumsum tulang, tidak adekuatnya stimulasi karena

berkurangnya eritropoitin (pada penyakit ginjal kroik).

c) Anemia karena meningkatnya destruksi/kekurangan sel

darah merah, dapat terjadi karena overaktifnya

Reticuloendothelial System (RES).

Menurut Muttaqin (2009), klasifikasi anemia ada dua, yaitu menurut

morfologi sel darah merah dan etiologi.

2.2.2.1 Klasifikasi Morfologi

a. Anemia Normositik Normokrom

b. Anemia Makrositik Normokrom

c. Anemia Mikrositik hipokrom

2.2.2.2 Klasifikasi Etiologi

Anemia dapat juga diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab

utamanya adalah meningkatnya kehilangan se darah merah, dan

enurunan atau gangguan pembentukan sel.

2.2.3 Etiologi

Anemia disebabkan oleh karena gangguan pembentukan eritrosit oleh

sumsum tulang, kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan), proses

penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (Nanda Nic Noc,

2015).

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

15

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2008), penyebab anemia adalah :

2.2.3.1 Genetik

a. Hemoglobinopati

b. Thalasemia

c. Abnormal enzim glikolotik

d. Fanconi anemia

2.2.3.2 Nutrisi

a. Defisiensi besi, defisiensi asam folat

b. Defisiensi vitamin B12

c. Alkoholis, kekurangan nutrisi

2.2.3.3 Perdarahan

2.1.4.4 Immunologi

2.1.4.5 Infeksi

a. Hepatitis

b. Cytomegalovirus

c. Parvovirus

d. Clostrida

e. Sepsis gram negative

f. Malaria

g. Toksoplasmosis

2.1.4.6 Obat-obatan dan zat kimia

a. Agen kemoterapi

b. Anticonvulsan

c. Kontrasepsi

d. Antimetabolis

e. Zat kimia toksik

2.1.4.7 Efek fisik

a. Trauma

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

16

b. Luka bakar

c. Gigitan ular

2.1.4.8 Penyakit kronis dan maligna

a. Penyakit ginjal, hati

b. Infeksi kronis

c. Neoplasma

Menurut Muttaqin (2009), penyebab anemia adalah :

a. Perdarahan, misalnya ulkus, gastritis atau tumor saluran pencernaan,

serta malabsorpsi, terutama setelah reseksi gaster.

b. Malabsorpsi besi. Besi tidak dapat diabsorpsi dengan baik bila klien

diet dengan serat sangat tinggi.

c. Menoragia (menstruasi berlebihan). Setiap mili liter darah

mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi umumnya sedikit sekali,

dari 0,5 sampai 1mg/hari. Namum, wanita yang mengalami menstruasi

kehilangan tambahan 15 sampai 28 mg/bulan. Walaupun kehilangan

darah karena menstruasi berhenti selama hamil, kebutuhan besi harian

tetap meningkat. Hal ini terjadi Karena volume darah ibu selama hamil

meningkat, pembentukan plasenta, tali pusat, dan fetus, serta untuk

mengimbangi darah yang hilang pada waktu melahirkan.

d. Klien dengan alkoholisme kronis sering mengalami kekurangan

asupan besi dan kehilangan zat besi akibat hilangnya darah dari traktus

gastrointestinal sehingga menimbulkan anemia.

2.2.4 Patofisiolgi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum

tulang (misalnya, berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat

kekurangan nutrisi, terpapar zat toksik, invasi tumor, atau kebanyakan

akibat idiopatik. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau

hemolysis. Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat terjadi

akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

17

normal atau akibat beberapa faktor di luar sel darah merah yang

menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi)

terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial,

terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin,

yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan

destruksi sel darah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan

bilirubin plasma.

Konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang, kadar diatas 1,5 mg/dl

mengakibatkan ikterik pada skelera. Apabila sel darah merah mengalami

penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan

hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma(hemoglobinemia).

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma

(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya

(misal, apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan

terdufusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine (hemoglobinuria).

Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat

memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah

abnormal pada klien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk

mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.

Kekurangan nutrisi

Perdarahan hemolisis

(destruksi sel darah merah)

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

18

2.2 Skema patofisiologi anemia

2.2.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala anemia menurut Nanda Nanda Nic Noc (2015) :

Kegagalan sumsum tulang Kehilangan sel darah merah

Anemia

Resistensi aliran darah

perier Pertahanan sekunder tidak kuat

Penurunan transport O2 Resiko infeksi

Hipoksida Lemah lesu

Intoleransi

aktifitas Defisit

perawatan diri

Ketidakefektifan perfusi

jaringan Gg fungsi otak

Intake nutrisi turun anoreksia pusing

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Nyeri akut

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

19

2.2.5.1 Manifestasi yang sering muncul :

a. Pusing

b. Mudah berkunang-kunang

c. Aktivitas kurang

d. Rasa mengantuk

e. Lesu

f. Cepat Lelah

g. Pikiran menurun

2.2.5.2 Gejala khas masing-masing anemia

a. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan

anemia defisiensi besi.

b. Ikterus, urine berwarna tua/coklat, perut makin buncit pada

anemia hemolitik.

c. Mudah infeksi pada anemia aplastic dan anemia Karena

keganasan.

Tanda dan gejala anemia menurut Muttaqin (2009) :

Banyak klien melaporkan adanya penurunan kelemahan, peningkatan

tingkat energi, peningkatan peerasaan sehat, perbaikan toleransi terhadap

latihan, dan toleransi yang baik terhadap penanganan dialisis. Hipertensi

merupakan efek samping paling serius dan memerlukan terapi

antihipertensi. Terapi ini telah menurunkan perlunya transfusi dan segala

risikonya.

Tanda dan gejala anemia menurut Syafuddin (2012) :

a. Lemah, letih, lesu dan lelah.

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.

c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan

menjadi pucat.

d. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi.

e. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah).

f. Angina (sakit dada).

g. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2

berkurang).

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

20

h. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan

berkurangnya oksigenasi pada SSP.

i. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare).

2.2.6 Komplikasi

Komplikasi anemia menurut Muttaqin (2009) sebagai berikut :

2.2.6.1 Gagal jantung

Pembesaran jantung pada penderita anemia telah ditemukan sejak

satu abad yang lalu. Anemia akan menginduksi terjadinya

mekanisme kompensasi terhadap penurunan konsentrasi Hb untuk

memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Pada keadaan anemia,

jantung akan meningkatkan venois terurn maka sesuai mekanisme

Frank-Starling, jantung akan meningkatkan stroke volume sehingga

dapat terjadi hipetrofi ventrikel kiri, dengan myofibril jantung yang

memanjang, gagal jantung kongestif, kejadian gagal jantung

berulang dan kematian.

2.2.6.2 Gagal ginjal

Berkurangnya asupan oksigen ke jaringan misalnya pada ginjal akan

terjadi kerusakan ginjal yang menyebabkan gagal ginjal.

2.2.6.3 Hipoksia

Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai

fisiologik. Hb berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh

tubuh, jika terjadi penurunan Hb maka akan terjadi hipoksia bahkan

dapat menyebabkan kematian.

2.2.6.4 Anemia pada ibu hamil

Seorang wanita yang menderita anemia kemungkinan besar akan

melahirkan bayi yang mempunyai persendian zat besi sedikit atau

tidak mempunyai persendian zat besi sama sekali di dalam tubuhnya.

Selain itu, anemia pada ibu hamil juga dapat megakibatkan daya

tahan ibu menjadi rendah terhadap infeksi.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

21

Menurut Tartowo dan Wartonah (2009) untuk menentukan adanya kelainan

darah perlu dilakukan test diagnostik dan pemeriksaan darah. Beberapa

istilah yang lazim dipakai dalam pemeriksan darah diantaranya :

a. Hitung sel darah yaitu jumlah sebenarnya dari unsur darah, dinyatakan

sebagai jumlah sel per mm kubik.

b. Hitung jenis sel darah yaitu menentukan karakteristik morfologi darah

maupun jumlah sel darah.

c. Pengukuran hematokrit atau volume sel padat, menunjukan volume darah

lengkap. Pengukuran ini menunjukan presentasi sel darah merah dalam

darah.

d. Hitung leukosit adalah jumlah leukosit dalam 1 mm darah

e. Hitung trombosit adalah jumlah eukosit dalam 1 mm darah.

f. Pemeriksaan pada sumsum tulang yaitu dengan melakukan aspirasi dan

biopsi pada sumsum tulang, biasanya pada sternum, prosesus spinosus

vertebrata, dan posterior. Pemeriksaan sumsung dilakukan jika tidak

cukup data-data yang diperoleh untuk mendiagnosa penyakit pada sIstem

hemotologik.

g. Pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan untuk mengukur kadar unsur-

unsur yang perlu bagi perkembangan sel-sel darah merah seperti kadar

besi serum, vitamin B12, dan asam folat.

Menurut Nanda Nic Noc (2015), pemeriksaan penunjang pada anemia :

a. Pemeriksaa laboratorium

b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis

c. Radiologi

d. Pemeriksaan sitogenik

e. Pemeriksaan biologi molekuler

Menurut Muttaqin (2009) :

a. Count blood cells : indikasi normositik

b. Hemoglobin : bias kurang dari 10%

c. Serum meningkat

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

22

d. Serum zinc menurun

e. Bone marrow biopsy : indikasi 60-90% adalah blast sel dengan

precursor eritroid, sel matur, dan penurunan megakariosit

f. Rontgen dada dan biopsy kelenjer limfa: menunjukan

tingkatkesulitan tertentu.

2.2.8 Penatalaksaan

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti

darah yang hilang :

a) Anemia Aplastik, yaitu transplantasi sumsum tulang, pemberian

terapi Imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).

b) Anemia pada penyakit ginjal, yaitu pada pasien dialisis harus

ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.

c) Anemia pada penyakit kronis, yaitu kebanyakan pasien tidak

menunjukan gejala dan tidak perlu penanganan untuk anemianya,

dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi

sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga

hemoglobin meningkat.

d) Anemia pada defisiensi besi, yaitu menggunakan preparat besi oral :

sulfat feros, glukonat, ferosus, fumarate ferosus.

e) Anemia megaloblastik, yaitu defisiensi vitamin B12 ditangani

dengan pemberian vitamin B12.

Menurut Nanda Nic Noc (2015) penatalaksanaan anemia berdasarkan

penyebabnya yaitu :

a) Anemia aplastik, yaitu dengan transpalntasi sumsum tulang dan terapi

ATG yang diperlukan melalu jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis

buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan

dapat diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan platelet.

b) Anemia pada penyakit ginjal, yaitu pada pasien dialisis harus ditangani

pemberian besi dan asam folat.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

23

c) Anemia pasca perdarahan, yaitu dengan memberina transfusi darah dan

plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan

infus apa yang tersedia.

d) Anemia hemolitik, yaitu dengan pemberian transfuse darah

menggantikan darah yang hemolisis.

Menurut Muttaqin (2009) penatalaksanaan anemia yaitu :

a) Transplantasi, yaitu transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk

memberikan persediaan aringan hematopoetik yang masih dapat

berfungsi.

b) Imunosupresif, yaitu terapi imunosupresif globulin antitimosit diberikan

untuk menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang kondisi,

sehingga memungkinkan sumsum tulang mengalami penyembuhan.

Klien yang berespons terhadap terapi biasanya akan sembuh dalam

beberapa minggu sampai 3 bulan, tetapi respon dapat lambat sampai 6

bulan setelah penanganan.

c) Transfusi, yaitu klien disokong dengan transfusi sel darah merh dan

trombosit secukupnya untuk mengatasi gejala. Selanjutnya klien tersebut

akan mengembangkan antibody terhadap antigen sel darah merah minor

dan antigen trombosit, sehingga transfusi tidak lagi mampu menaikkan

jumlah sel.

2.3 Tinjauan Teoritis Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Menurut Muttaqin (2009) pengkajian klien anemia meliputi :

2.3.1.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien anemia difokuskan pada penggalian data

dasar tentang informasi status terkini dari klien mengenai

berkurangnya sel darah merah dapat disebabkan oleh

kekurangan kofaktor untuk eritropoesis, serta asam folat,

vitamin B12, dan besi.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

24

2.3.1.2 Anamnesis

Kehilangan darah yang mendadak atau berlebihan seperti pada

perdarahan, sehingga menimbulkan gejala sekunder

hipovelemia dan hipoksemia. Masing-masing gejala harus

dievaluasi waktu dan durasinya, serta faktor yang mencetuskan

dan yang meringankan.

2.3.1.3 Keluhan Utama

Klien anemia biasanya mengeluhkan cepat Lelah. Riwayat

penyakit sekarang mungkin didapatkan meliputi tanda dan

gejala penurunan kadar eritrosit dan hemoglobin dalam darah,

yaitu dengan adanya kelemahan fisik, pusing dan sakit kepala,

geliah, takikardia, sesak napas, serta kolaps atau syok.

2.3.1.4 Riwayat Penyakit dahulu

Pengkajian riwayat penyakit daulu yang mendukung dengan

melakukan serangkaian pertanyaan, meliputi :

a. Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia.

b. Apakah meminum suatu obat dalam jangka lama.

c. Apakah pernah mengalami pembesran limfe.

d. Apakah pernah engalami penyakit keanasan yang tersebar

seperti kanker payudara, leukemia, dan multiple mielima.

e. Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan

penyinaran radiasi.

e. Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibtkan

ginjal dan hati.

f. Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi

endokrin.

g. Apakah pernah mengaami kekurangan vitamin penting.

2.3.1.4 Psikososial

Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,

marah, perilaku mnyerang, fokus pada diri sendiri. Interaksi

social stress Karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya

ekonomi, kesulitan koping dengan stressor yang ada.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

25

2.3.1.5 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum pucat, ini umumnya diakibtakna oleh

berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan

vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman oksigen ke

organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi

kulit, suhu, dan kedalaman serta distribusi kapiler

memengaruhi warna kulit, maka kulit bukan pucat yang dapat

diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membrane

mukosa bibir serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik

guna kepucatan.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Muttaqin (2009), diagnosa keperawatan anemia yaitu :

2.3.2.1 Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang

berhubungan dengan menurunnya pengangkutan oksigen

kejaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah

merah di sirkulasi.

2.3.2.2 Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif yang

berhubungan dengan respons peningkatan frekuensi

pernafasan.

2.3.2.3 Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan

anoreksia.

2.3.2.4 Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.

2.3.2.5 Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian,

penurunan status kesehatan, atau perubahan kesehatan.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut Muttaqin (2009), yaitu :

2.3.3.1 Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang

berhubungan dengan menurunnya pengangkutan oksigen

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

26

kejaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah

merah di sirkulasi.

Tujuan dalam waktu 3x24 jam perfusi perifer meningkat.

Kriteria: klien tidak mengeluh pusing, tanda-tanda vital

dalam batas normal, konjungtiva tidak pucat.

Intervensi:

a. Kaji status mental klien secara teratur

Rasioal : mengetahui derajat hipoksia pada otak

b. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, secara teratur.

Rasional : mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan

tahanan perifer.

c. Catat adanya keluhan pusing

Rasional: keluhan pusing merupakan manifestai penurunan

suplai darah ke jaringan otak yang parah.

d. Kolaborasi transfuse darah

Rasional : transfuse darah lebih rasional dank lien

mengalami anemia akibat penurunan sel-sel darah merah.

e. Pemantauan laboratorium

Rasional: pemantauan darah rutin berguna untuk melihat

perkembangan pasca intervensi.

2.3.3.2 Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan

dengan respons peningkatan frekuensi pernafasan.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola

napas.

Kriteria : klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi napas

Rasional : Indikasi edema paru, sekunder akibat

dekompensasi jantung.

b. Kaji adanya edema

Rasional : curiga gagal kongestif

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

27

c. Kolaborasi berikan diet tanpa garam

Rasional : Natrium meningkatkan retensi cairan dan

volume plasma yang berdampak terhadap

peningkatan beban kerja jantung dan akan

meningkatkan kebutuhan miokardium

d. Pantau data laboratorium elektrolit kalium

Rasional : hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.

2.3.3.3 Aktual/resiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual, dan

anoreksia.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terdapat pemenuhan nutrisi.

Kriteria : klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan

pemenuhan nutrisi sesuai anjuran, asupan meningkat

pada porsi makan yang disediakan.

Intervensi :

a. Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan

kondisi klien saat ini.

Rasional : dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif

mengikuti aturan

b. Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta

tinggi kalori dan protein

Rasional : untuk meningkatkan selera dan mencegah mual.

c. Libatkan keluarga klien dalamm pemenuhan nutrisi

Rasional: klien kadang kala mempunyai selera makan yang

sudah terbiasa sejak dirumah dengan bantuan

keluarga dalam pemenuhan nutrisi.

d. Beri motivasi dan dukungn

Rasional : meningkatkan secara psikologis

e. Kolaborasi dengan nutrisi tentang pemenuhan diet klien

Rasional : meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi

klien.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Medis

28

2.3.3.4 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai oksigen ke jaringan.

Tujuan : aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan

meningkatkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala

berat, terutama mobilisasi di tempat tidur.

Intervensi :

a. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan

aktivitas senggang yang tidak berat.

Rasional : menurunkan kerja miokardiom

b. Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan

abdomen.

Rasional : dengan mengejan dapat mengakibatkan

takikardia serta peningkatan tekanan darah.

c. Pertahankan tirah baring klien

Rasional : untuk mengurangi beban jantung

d. Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi

Rasional : untuk mengetahui fungsi jantung

2.3.3.5 Cemas berhubungan dengan rasa takut kematian, penurunan

status kesehatan.

Tujuan : dalam 1x24 jam cemas berkurang

Intervensi :

a. Bantu klien mengapresiasikan perasaan

b. Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan

c. Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan