10
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Pateurisasi Menurut Sudono, dkk (2003), air susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Susu juga merupakan sumber protein terbaik setelah telur. Kriteria air susu sapi yang baik yaitu yang memenuhi hal-hal seperti, bebas dari bakteri patogen, bebas dari zat-zat yang berbahaya ataupun toksin seperti insektisida, tidak tercemar oleh debu dan kotoran, zat gizi yang tidak menyimpang dari codex air susu, dan memiliki cita rasa normal (Resnawati, 2010). Susu adalah sumber makanan yang mengandung banyak protein dan mineral yang sangat baik bagi perkembangan tubuh manusia. Kandungan yang terdapat pada susu sangat mudah untuk diserap oleh tubuh sehingga susu dapat dicerna dengan sempurna. Manfaat dari susu dapat dengan mudah diserah oleh tubuh dengan sempurna tanpa meninggalkan bahan yang terbuang. Komposisi susu diantaranya terdiri atas air, bahan kering, lemak, bahan kering tanpa lemak, protein, dan laktosa. Susu sapi memiliki kadar lemak 3,1%, protein 2,8%, bahan kering 11,2%, bahan kering tanpa lemak 8,1%. Sedangkan komposisi susu kambing terdiri atas kadar lemak 6,34%, protein 4,97%, bahan kering 15,32%, bahan kering tanpa lemak 8,97% (Tasse, 2010). Proses pasteurisasi termasuk proses pemanasan yang dapat didefinisikan sebagai berikut, pasteurisasi adalah proses pemanasan setiap komponen (partikel) dalam susu pada suhu 62 o C selama 30 menit, atau pemanasan pada suhu 72 o C selama 15 detik, yang segera diikuti dengan proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Pateurisasirepository.ub.ac.id/149761/6/11._BAB_II.pdf · Pasteurisasi sekejap (HTST= High Temperature Short Time) dengan suhu 85 o C – 95 o C selama

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Susu Pateurisasi

    Menurut Sudono, dkk (2003), air susu segar merupakan

    bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat

    yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat,

    mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia.

    Susu juga merupakan sumber protein terbaik setelah telur.

    Kriteria air susu sapi yang baik yaitu yang memenuhi hal-hal

    seperti, bebas dari bakteri patogen, bebas dari zat-zat yang

    berbahaya ataupun toksin seperti insektisida, tidak tercemar

    oleh debu dan kotoran, zat gizi yang tidak menyimpang dari

    codex air susu, dan memiliki cita rasa normal (Resnawati,

    2010).

    Susu adalah sumber makanan yang mengandung banyak

    protein dan mineral yang sangat baik bagi perkembangan tubuh

    manusia. Kandungan yang terdapat pada susu sangat mudah

    untuk diserap oleh tubuh sehingga susu dapat dicerna dengan

    sempurna. Manfaat dari susu dapat dengan mudah diserah oleh

    tubuh dengan sempurna tanpa meninggalkan bahan yang

    terbuang. Komposisi susu diantaranya terdiri atas air, bahan

    kering, lemak, bahan kering tanpa lemak, protein, dan laktosa.

    Susu sapi memiliki kadar lemak 3,1%, protein 2,8%, bahan

    kering 11,2%, bahan kering tanpa lemak 8,1%. Sedangkan

    komposisi susu kambing terdiri atas kadar lemak 6,34%, protein

    4,97%, bahan kering 15,32%, bahan kering tanpa lemak 8,97%

    (Tasse, 2010).

    Proses pasteurisasi termasuk proses pemanasan yang

    dapat didefinisikan sebagai berikut, pasteurisasi adalah proses

    pemanasan setiap komponen (partikel) dalam susu pada suhu

    62oC selama 30 menit, atau pemanasan pada suhu 72

    oC

    selama 15 detik, yang segera diikuti dengan proses

  • 6

    pendinginan. Ada 2 macam cara pasteurisasi yaitu (Saleh,

    2004):

    1. Pasteurisasi lama (LTLT= Low Temperature Long Time)

    dengan suhu 62oC- 65

    oC selama 30 menit

    2. Pasteurisasi sekejap (HTST= High Temperature Short

    Time) dengan suhu 85oC – 95

    oC selama 1-2 menit

    Susu pasteurisasi adalah susu segar yang telah melewati

    proses pemanasan pada suhu tertentu dan waktu yang telah

    ditentukan. Bakteri yang dapat mencemari susu terdiri atas dua

    golongan, yaitu bakteri patogen dan bakteri pembusuk. Kedua

    golongan bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit yang

    ditimbulkan oleh susu (milkborne disease), seperti tuberkulosis,

    bruselosis, dan demam tipoid. Mikroorganisme lain yang

    terdapat di dalam susu yang dapat menyebabkan penyakit

    adalah Salmonella, Shigella, Bacillus cereus, dan S. Aureus

    (Gustiani, 2009). Menurut Gustiani (2009), dari proses tersebut

    susu yang dihasilkan telah berkurang kadar mikroorganisme

    yang terkandung di dalamnya yang dikarenakan oleh proses

    pemasakan. Sehingga susu hasil pasteurisasi lebih aman untuk

    dikonsumsi karena jumlah mikroorganisme yang terkandung

    didalamnya telah berkurang sehingga resiko gangguan

    kesehatan karena mikoorganisme semakin kecil. Namun hal ini

    tidak secara keseluruhan menghilangkan mikoorganisme yang

    terkandung di dalam susu. Susu pasteurisasi memiliki umur

    simpan yang relatif lama yaitu 4 hari setelah proses

    pasteurisasi. Kerusakan yang dapat terjadi pada susu

    pasteurisasi yang telah berumur lebih dari 4 hari maka susu

    tersebut akan memunculkan gumpalan-gumpalan protein yang

    rusak karena proses metabolisme mikroorganisme yang masih

    terkandung dalam susu pasteurisasi, sehingga susu ini sudah

    tidak layak untuk dikonsumsi. Kerusakan lain yang dapat terjadi

    pada susu akibat proses metabolisme bakteri adalah:

  • 7

    1) Pengasaman dan penggumpalan, yang disebabkan oleh

    fermentasi laktosa menjadi asam laktat sehingga pH

    susu menurun dan kasein menggumpal.

    2) Susu berlendir seperti tali karena terjadinya pengentalan

    dan pembentukan lendir akibat pengeluaran bahan

    seperti kapsul dan bergetah oleh beberapa jenis bakteri.

    3) Penggumpalan susu tanpa penurunan pH yang

    disebabkan oleh bakteri B. cereus.

    Menurut Djaafar dan Rahayu (2007), untuk dapat

    dikonsumsi, susu harus memenuhi persyaratan keamanan

    pangan karena susu mudah terkontaminasi mikroba (bakteri,

    kapang, dan khamir), baik patogen maupun nonpatogen dari

    lingkungan (peralatan pemerahan, operator, dan ternak), residu

    pestisida, logam berat dan aflatoksin dari pakan serta residu

    antibiotik saat pengobatan penyakit pada ternak. Sehingga

    sebelum susu dapat dikonsumsi, susu harus melalui proses

    pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar bahan-

    bahan yang dapat membahayakan kesehatan.

    2.2 Teknologi

    Teknologi adalah seperangkat ilmu pengetahuan maupun

    alat-alat yang digunakan untuk melakukan suatu proses untuk

    mencapai tujuan utamanya. Maskus (2003) telah memperluas

    konsep teknologi di mana teknologi didefinisikan sebagai

    informasi yang diperlukan untuk mencapai hasil produksi

    tertentu dari cara tertentu menggabungkan atau pengolahan

    input yang dipilih yang meliputi proses produksi, intra-

    perusahaan struktur organisasi, teknik manajemen, dan sarana

    keuangan, metode pemasaran atau apapun dari kombinasinya.

    Teknologi adalah ilmu pengetahuan dan seni yang

    ditransformasikan kedalam produk, proses jasa dan struktur

    terorganisasi yang pada dasarnya merupakan seperangkat

    instrumen ekpansi kekuasaan manusia sehingga dapat menjadi

  • 8

    sumber daya cara baru untuk menciptakan kekayaan melalui

    peningkatan produktivitas (Beshari, 2008). Menurut Undang-

    Undang (UU) No.18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional

    Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan

    dan Teknologi menjelaskan bahwa teknologi adalah suatu cara

    atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari

    penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan

    yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan,

    kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan manusia.

    Menurut Ambary, dkk (2013), pengukuran technometric dititik

    beratkan pada keempat komponen teknologi, yang dijelaskan

    sebagai berikut :

    1) Technoware; teknologi yang melekat pada obyek (object

    embodied technology) meliputi seluruh fasilitas fisik yang

    diperlukan dalam operasi transformasi, seperti instrumen,

    peralatan, permesinan, alat pengangkutan, dan infrastuktur

    fisik. Sebagai fasilitas fisik, technoware membutuhkan

    manusia sebagai operator dengan bidang spesialisasinya.

    Ia merupakan pusat transformasi yang menghubungkan

    komponen teknologi yang satu dengan yang lainnya.

    2) Humanware; teknologi yang melekat pada manusia (person

    embodied technology) meliputi seluruh kemampuan yang

    dimiliki dan diperlukan dalam operasi transformasi seperti

    pengetahuan keterampilan, kebijakan, kreativitas, dan

    pengalaman. Terdapat interaksi langsung antara

    humanware dengan technoware, karena interaksi manusia

    dengan mesin yang tidak bisa dipisahkan terutama untuk

    meningkatkan produktivitas.

    3) Infoware; teknologi yang melekat pada dokumen (document

    embodied technology) mencakup seluruh fakta dan

    gambar-gambar yang diperlukan dalam operasi

    transformasi seperti informasi tentang proses, prosedur,

    teknik, metode, teori, spesifikasi, pengamatan, dan

  • 9

    keterkaitan serta bentuk interaksi lainnya dalam bentuk soft

    dan hard file. Infoware memberikan pengetahuan yang lebih

    baik dengan adanya pembaruan informasi yang di dapat

    dari riwayat dokumentasi maupun pengetahuan

    manusia.Kontinuitas informasi baru harus selalu di jaga

    untuk menjaga dan meningkatkan manajemen dan

    strateginya.

    4) Orgaware; teknologi yang melekat pada kelembagaan

    (institution embodied technology) mencakup kerangka kerja

    yang diperlukan pada operasi transformasi seperti praktek

    manajemen, pertalian, dan pengaturan organisasi.

    2.2.1 Teknologi Pasteurisasi

    Pasteurisasi adalah proses pemanasan atau pemasakan

    susu di bawah titik didih dengan waktu tertentu. Seorang ahli

    kimia dari Perancis bernama Louis Pasteur adalah orang yang

    menemukan pasteurisasi, sebuah bentuk sterilisasi

    menggunakan panas, proses pasteurisasi ringan memanaskan

    susu sampai 145°F selama 30 menit, dan pasteurisasi standar

    memanaskan susu sampai suhu 161 derajat Fahrenheit selama

    lima puluh detik (Plank, 2006).

    Menurut Kusnandar, dkk (2006), proses pasteurisasi adalah

    suatu proses pemanasan yang relatif cukup rendah (umumnya

    dilakukan pada suhu di bawah 100°C) dengan tujuan untuk

    mengurangi populasi mikroorganisme pembusuk, sehingga

    bahan pangan yang dipasteurisasi tersebut akan mempunyai

    daya awet beberapa hari (seperti produk susu pasteurisasi)

    sampai beberapa bulan (seperti produk sari buah pasteurisasi).

    Tujuan utama pasteurisasi adalah untuk memusnahkan sel-sel

    vegetatif dari mikroba patogen, pembentuk toksin dan

    pembusuk. Beberapa mikroba yang dapat dimusnahkan dengan

    perlakuan pasteurisasi adalah bakteri penyebab penyakit,

    seperti Mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit TBC),

  • 10

    Safmoneifa (penyebab kolera dan tifus) serta Shigella

    dysenteriae (penyebab disentri). Di samping itu, pasteurisasi

    juga dapat memusnahkan bakteri pembusuk yang tidak

    berspora, seperti Pseudomonas, Achromobater, Lactobacillus,

    Leuconostoc, Proteus, Micrococcus dan Aerobacter serta

    kapang dan khamir. Pasteurisasi adalah pemberian panas yang

    relatif ringan, biasanya dikondisikan dibawah 100°C, dimana

    digunakan untuk memperpanjang daya simpan dari makanan

    untuk beberapa hari (contoh susu) atau beberapa bulan (contoh

    buah dalam botol). Pasteurisasi ini melindungi makanan dengan

    inaktivasi dari enzim dan mikroorganisme tidak tahan panas

    yang bersifat merusak (contoh bakteri tidak berspora, ragi)

    tetapi mengakibatkan perubahan minimal pada sifat sonsiris

    atau nilai nutrisi dari makanan (Komar, dkk, 2012).

    Terdapat empat cara dasar yang digunakan dalam proses

    pasteurisasi, antara lain (Shinya, 2007):

    1. Pasteurisasi suhu rendah berkelanjutan (LTLT = low

    temperature long time/ suhu rendah waktu lama).

    Pasteurisasi dengan memanaskan susu hingga 62,2 °C

    sampai 65 °C selama 30 menit.

    2. Pasteurisasi suhu tinggi berkelanjutan (HTLT = high

    temperature long time/ suhu tinggi waktu lama).

    Pasteurisasi dengan memanaskan susu hingga lebih dari

    75 °C selama lebih dari 15 menit.

    3. Metode suhu tinggi waktu singkat (HTST = high

    temperature short time). Pasteurisasi susu pada suhu

    lebih dari 72 °C selama lebih dari 15 detik. Cara ini

    adalah cara yang biasa digunakan diseluruh dunia.

    4. Pasteurisasi suhu sangat tinggi waktu singkat (UHT =

    ultra high temperature). Pasteurisasi dengan

    memanaskan hingga 120 °C sampai 130 °C selama 2

    detik (atau hingga 150 °C selama 1 detik).

  • 11

    2.2.2 Metode Technometric

    Technometric telah digunakan dalam banyak analisis untuk

    pengukuran aspek-aspek teknologi. Keempat komponen dasar

    teknologi adalah technoware, humanware, infoware dan

    orgaware adalah mengubah input menjadi output yang

    mempunyai variasi dan tingkat kompleksitas yang berbeda-

    beda. Technoware adalah inti dari proses transformasi.

    Technoware dikembangkan, diinstal, dioperasikan dan dibangun

    oleh humanware dengan menggunakan infoware yang telah

    terkumpul sebelumnya. Technoware tidak akan mampu bekerja

    sendiri dan berguna jika humanware tidak mempergunakannya.

    Humanware mempunyai peran kunci didalam proses

    transformasi. Humanware menyebabkan technoware menjadi

    lebih produktif. Infoware merepresentasikan ilmu pengetahuan

    yang sedang berkembang. Orgaware mengkoordinasi infoware,

    humanware dan technoware dalam suatu proses transformasi

    agar proses berlangsung dengan efisien (Susihono, 2012).

    Menurut UN-ESCAP dalam Fauzan (2009) terdapat lima

    langkah mengestimasikan nilai TCC antara lain:

    a. Estimasi Derajat Kecanggihan Nilai derajat kecanggihan

    menunjukkan kecanggihan dari setiap komponen

    teknologi yang ada di perusahaan. Estimasi derajat

    kecanggihan dilakukan dengan mengacu pada salah

    satu prosedur yang diusulkan UN-ESCAP (1989).

    Pengumpulan data derajat kecanggihan komponen

    teknologi dilakukan dengan pengamatan kualitatif

    komponen teknologi.

    b. Penilaian SOTA (State Of The Art) komponen teknologi.

    Setelah dilakukan penilaian pada masing-masing kriteria

    sebagaimana dipaparkan di atas, maka dilakukan

    pengkajian state of the art. Penilaian SOTA dihitung

    berdasarkan perbandingan skor antar komponen dari

    hasil kuesioner.

  • 12

    c. Perhitungan Kontribusi Tiap Komponen Teknologi

    Penentuan nilai kontribusi setiap komponen teknologi

    dihitung menggunakan nilai batasan derajat kecanggihan

    dan rating state of the art (SOTA). Penentuan kontribusi

    setiap komponen dihitung berdasarkan hasil batas atas

    dan batas bawah setiap hasil SOTA komponen

    teknologi.

    d. Penilaian Intensitas Kontribusi Komponen Data intensitas

    kontribusi komponen teknologi mengenai tingkat

    kepentingan dari komponen technoware, humanware,

    infoware, dan orgaware diperoleh dari manajer

    perusahaan melalui kuesioner. Tabel penilaian berisi

    perbandingan skor antar komponen teknologi.

    e. Perhitungan TCC. Dengan menggunakan nilai T, H, I, O

    dan nilai β-nya,TCC dapat dihitung menggunakan

    persamaan TCC = 𝑇𝛽𝑡 + 𝐻𝛽ℎ + 𝐼𝛽𝑖 + 𝑂𝛽𝑜 . Nilai TCC

    maksimum satu. TCC dari suatu perusahaan

    menunjukkan kontribusi teknologi dari operasi

    transformasi total terhadap output.

    2.3 Penelitian Terdahulu

    Penelitian penilaian tingkat kecanggihan teknologi telah

    banyak dilakukan sebelumnya diantaranya oleh Fauzan (2009)

    dalam skripsinya. Dok Pembinaan UPT BTPI adalah salah satu

    galangan yang terletak di komplek UPT BTPI Muara Angke

    Jakarta. Penilaian tingkat teknologi dilakukan dengan

    menghitung nilai TCC (technology contribution coefficient) dari

    komponen teknologi technoware (perangkat keras), humanware

    (perangkat pelaku), infoware (perangkat informasi), dan

    orgaware (perangkat organisasi). Selanjutnya, untuk menilai

    tingkat teknologi pada galangan digunakan model technometric

    dengan menilai kontribusi komponen teknologi yang diterapkan

    di galangan meliputi komponen technoware, humanware,

  • 13

    infoware, dan orgaware. Nilai kontribusi komponen orgaware

    memiliki nilai kontribusi terendah sebesar 0,347 sedangkan

    komponen humanware memiliki kontribusi tertinggi sebesar

    0,600. Nilai TCC dari Dok Pembinaan UPT BTPI Muara Angke

    sebesar 0,447 menunjukkan bahwa teknologi di galangan

    tersebut sudah wajar dan dapat dikatakan tingkat teknologi

    galangan kapal tersebut berada pada level semi modern.

    Penelitian lain yang dilakukan sebelumnya oleh Wenny B.

    Sunarharum dan Imam Santoso (2012) dalam jurnal teknologi

    pertanian di KUD “DAU” Malang. Pendekatan technometric

    digunakan untuk mengukur Koefisien Kontribusi Teknologi

    (TCC). Hasil penelitian menunjukkan skor TCC sebesar 0,369

    pada kisaran skala pengukuran 0 sampai 1 dengan komponen

    infoware sebagai salah satu komponen dalam teknologi

    memberikan kontribusi terbesar pada nilai tambah produk susu

    pasteurisasi dengan skor 0,380 diikuti oleh komponen

    humanware, technoware, dan orgaware. Kontribusi teknologi

    pada KUD DAU relatif belum tinggi sehingga perlu ditingkatkan.

    Penelitian lain yang sebelumnya juga dilakukan oleh

    Yuliastuti Ramadhani (2012) dalam jurnalnya yang membahas

    tentang analisa daya saing perusahaan ditinjau dari asesmen

    teknologi. Objek yang diteliti merupakan perusahaan yang

    bergerak di bidang percetakan, diantaranya membuat

    undangan, leaflet, spanduk, baliho dan lain-lain. Tujuan dari

    penelitian ini adalah menentukan kekuatan, kelemahan,

    peluang, ancaman (SWOT) dan menentukan performasi

    perusahaan melalui penilaian kandungan teknologinya

    (Technoware, Humanware, Infoware, dan Orgaware) atau THIO.

    Analisis THIO yang dilakukan diperoleh kandungan teknologi

    dari setiap komponen sebagai berikut: Technoware sebesar

    0.633, Humanware sebesar 0.699, Infoware sebesar 0.439,

    Orgaware sebesar 0.498. Sebagai perbandingan telah diukur

    pula pada perusahaan sejenis di perusahaan Y (sebagai

  • 14

    benchmarking) mempunyai nilai setiap komponen Technoware

    sebesar 0,801; Humanware sebesar 0,79; Infoware sebesar

    0,64; Orgaware sebesar 0,78.

    Penelitian lain dilakukan oleh Cocia (2004) dalam jurnalnya

    yang berjudul Technology and Technometrics approaches

    menjelaskan, Inovasi teknologi, saat ini, adalah salah satu yang

    paling penting penentu untuk meningkatkan kekayaan negara.

    Kita tidak bisa mulai untuk membuat keputusan tentang

    teknologi sampai kita memahaminya. Dan kita tidak bisa mulai

    untuk benar-benar memahaminya sampai kita dapat

    mengukurnya . Untuk alasan ini dalam ekonomi baru cabang

    yang disebut Technometrics adalah kerangka teori baru untuk

    konsepsi dan pengukuran perubahan teknologi dengan implikasi

    kebijakan penting. Tujuan dari tulisan ini adalah, setelah

    memperkenalkan konsep inovasi teknologi seperti yang

    digunakan oleh para ekonom selama abad kesembilan belas

    dan abad kedua puluh, untuk menunjukkan evolusi historis dari

    beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengukur dan

    mengevaluasi teknologi dan perubahan teknologi 1930-2004.

    Sebuah diskusi tentang pendekatan ini menunjukkan kesulitan

    metodologis dan potensi mereka.