Upload
dohanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Untuk mencapai tujuannya dalam penelitian ini maka desain penelitian
yang dipergunakan adalah deskritif korelatif, dengan pendekatan cross sectional .
Pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan nonprobability sampling,
dengan tehnik Consecutive Sampling. Dan teknik pengumpulan datanya dengan
menggunakan kuesioner dibagikan kepada 81 responden yang merupakan sampel
yang diteliti di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang dengan
mengidentifikasi data umum yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan dan juga data khusus yang berhubungan dengan komunikasi
interpersonal perawat dan kepuasan pasien. Yang kemudian diolah secara manual
meliputi pemberian skor responden untuk selanjutnya disusun dalam bentuk tabel
data.
1. Karakteristik Lokasi Penelitian
Penelitian tentang Hubungan Komunikasi Interpersonal
Perawat terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang dilakukan di Unit Rawat Jalan yang berada di
lantai 1, lantai 2 dan Lantai 3 Gedung OPD Rumah Sakit Telogorejo
Semarang. Lantai 1 terdiri dari satu ruang yaitu Poli Umum dengan
jumlah perawat 8 (delapan) orang bekerja dalam 2 (dua) shift. Lantai 2
Gedung OPD terdiri dari 9 (sembilan) ruang yaitu Klinik Penyakit
Dalam, Klinik Syaraf, Klinik Bedah, Klinik Anak, Klinik Jantung,
Klinik Paru, Klinik Gigi, BKIA dan Klinik Obsgyn dengan perawat
berjumlah 26 orang. Dan Lantai 3 Gedung OPD terdiri dari 14 (empat
belas) ruang yaitu Klinik Penyakit Dalam, Klinik Syaraf, Klinik
Bedah, Klinik Anak, Klinik Jantung, Klinik Paru, Klinik Gigi, BKIA
dan Klinik Obsgyn, Klinik Mata, THT, Klinik Pain, Klinik Kulit,
Klinik Gizi dan Klinik DOT dengan jumlah perawat 37 orang. Baik
Lantai 1, Lantai 2 dan Lantai 3 Gedung OPD menerima pelayanan
kesehatan bagi pasien umum maupun asuransi dan perusahaan. Rumah
Sakit Telogorejo Semarang adalah Rumah Sakit Swasta yang terletak
di Jalan KH Ahmad Dahlan Semarang. Adapun responden dalam
penelitian ini adalah semua
Telogorejo Semarang yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
berjumlah 81 responden
2. Karakteristik Responden
Penjelasan tentang karakteristik atau identitas responden
terdapat dalam tahap ini.
usia responden,
a) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Rawat
Jalan Rumah Sakit Telogo
Jenis Kelamin dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2
(dua) kelompok yaitu laki
tentang jenis kelamin responden menunjukkan :
Gambar
di Rawat Jalan
Dari data yang disajikan dalam gambar tersebut di atas,
maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin
39
kesehatan bagi pasien umum maupun asuransi dan perusahaan. Rumah
Sakit Telogorejo Semarang adalah Rumah Sakit Swasta yang terletak
di Jalan KH Ahmad Dahlan Semarang. Adapun responden dalam
penelitian ini adalah semua pasien Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
berjumlah 81 responden dengan tehnik Consecutive Sampling
Karakteristik Responden
Penjelasan tentang karakteristik atau identitas responden
terdapat dalam tahap ini. Karateristik tersebut meliputi jenis kelamin,
usia responden, pendidikan, dan pekerjaan.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Rawat
Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang
Jenis Kelamin dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2
(dua) kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian
tentang jenis kelamin responden menunjukkan :
Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun
Dari data yang disajikan dalam gambar tersebut di atas,
maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
28,4 %
71,6 %
kesehatan bagi pasien umum maupun asuransi dan perusahaan. Rumah
Sakit Telogorejo Semarang adalah Rumah Sakit Swasta yang terletak
di Jalan KH Ahmad Dahlan Semarang. Adapun responden dalam
pasien Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
Sampling.
Penjelasan tentang karakteristik atau identitas responden
arateristik tersebut meliputi jenis kelamin,
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Rawat
Jenis Kelamin dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2
laki dan perempuan. Hasil penelitian
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dari data yang disajikan dalam gambar tersebut di atas,
maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan
dari total 81 responden. Adapun sisanya yaitu
23 responden berjenis kelamin
b) Karakteristik responden berdasarkan usia di Rawat Jalan
Rumah Sakit Telogorejo Semarang
Gambar
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dengan berdasarkan kepada hasil penelitian di atas maka
diketahui bahwa mayoritas usia responden adalah
sebesar 55,6% dengan jumlah 45 responden dari total 81 responden
yang diteliti.
c) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Rawat
Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang
Karakteristik
menjadi 5 (l
1. Kelompok 1 :
2. Kelompok 2 :
40
perempuan, dengan prosentase 71,6% atau sebanyak 58
dari total 81 responden. Adapun sisanya yaitu 28,1% atau sebanyak
responden berjenis kelamin laki-laki.
Karakteristik responden berdasarkan usia di Rawat Jalan
Rumah Sakit Telogorejo Semarang
Gambar 4.2 Karakteristik responden berdasarkan usia
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dengan berdasarkan kepada hasil penelitian di atas maka
diketahui bahwa mayoritas usia responden adalah > 36 tahun, atau
sebesar 55,6% dengan jumlah 45 responden dari total 81 responden
yang diteliti.
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Rawat
Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dibagi
menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu :
Kelompok 1 : PNS
Kelompok 2 : TNI/POLRI
Usia (tahun)
Usia < 20
Usia 21-25
Usia 26-30
Usia 30-35
Usia > 36
2,5 %
17,3 %
12,3 %
12,3 %
55,6 %
responden
% atau sebanyak
Karakteristik responden berdasarkan usia di Rawat Jalan
Karakteristik responden berdasarkan usia
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dengan berdasarkan kepada hasil penelitian di atas maka
36 tahun, atau
sebesar 55,6% dengan jumlah 45 responden dari total 81 responden
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Rawat
responden berdasarkan pekerjaan dibagi
Usia < 20
25
30
35
Usia > 36
3. Kelompok 3 : Swasta
4. Kelompok 4 :
5. Kelompok 5 : Selain dari yang tersebut sebelumnya.
Adapun hasil dari penelitian
berdasarkan pekerjaan tersebut adalah :
Gambar
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dari hasil penelitian tentang
berdasarkan pekerjaan maka yang paling bany
kunjungan
adalah kelompok responden yang bekerja sebagai
prosentase
total 81 r
perawatan kesehatan di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Semarang adalah kelompok responden yang bekerja sebagai
TNI/POLRI
responden dari total 81 respond
41
Kelompok 3 : Swasta
Kelompok 4 : Wiraswasta
Kelompok 5 : Selain dari yang tersebut sebelumnya.
Adapun hasil dari penelitian karakteristik
berdasarkan pekerjaan tersebut adalah :
Gambar 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dari hasil penelitian tentang karakteristik
berdasarkan pekerjaan maka yang paling banyak melakukan
kunjungan di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang
adalah kelompok responden yang bekerja sebagai swasta
prosentase 74,1 % responden, atau sebanyak 60 responden dari
total 81 responden. Sedangkan yang paling sedikit melakukan
perawatan kesehatan di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Semarang adalah kelompok responden yang bekerja sebagai
TNI/POLRI dengan prosentase 1,2 % responden, atau sebanyak
responden dari total 81 responden.
Pekerjaan
PNS
TNI/POLRI
Swasta
Wiraswasta
Lainnya
74,1 %
14,8 %
4,9 % 4,9 %
1,2 %
Kelompok 5 : Selain dari yang tersebut sebelumnya.
responden
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
responden
ak melakukan
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang
swasta dengan
responden dari
esponden. Sedangkan yang paling sedikit melakukan
perawatan kesehatan di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Semarang adalah kelompok responden yang bekerja sebagai
% responden, atau sebanyak 1
TNI/POLRI
Swasta
Wiraswasta
Lainnya
d) Karakteristik responden berdasarkan
Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang
Yang dimaksud dengan
adalah pendidikan terakhir
Telogorejo Semarang. Sedangkan pengelompokan yang dilakukan
peneliti membagi kelompok
yang terdiri dari :
1. Kelompok 1 :
2. Kelompok 2 : SMA
3. Kelompok 3 : Perguruan Tinggi
Adapun hasil p
berdasarkan
Gambar
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dari hasil
kebanyakan responden
rawat jalan di Rumah Sakit Telogorejo Semarang
akhir perguruan tinggi
responden
45,7
42
Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan
Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang
Yang dimaksud dengan pendidikan dalam penelitian ini
adalah pendidikan terakhir pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Telogorejo Semarang. Sedangkan pengelompokan yang dilakukan
peneliti membagi kelompok pendidikan tersebut menjadi
yang terdiri dari :
Kelompok 1 : SMP
Kelompok 2 : SMA
Kelompok 3 : Perguruan Tinggi
Adapun hasil penelitian tentang Karakteristik responden
berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut :
Gambar 4.4 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dari hasil gambar di atas maka dapat diketahui bahwa
kebanyakan responden yang membutuhkan pelayanan kesehatan
rawat jalan di Rumah Sakit Telogorejo Semarang berpendidikan
akhir perguruan tinggi, dengan jumlah prosentase sebanyak
responden atau sebanyak 40 responden dari total 81 responden.
Pendidikan
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
45,7 %
4,9 %
49,4 %
di Rawat
penelitian ini
pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Telogorejo Semarang. Sedangkan pengelompokan yang dilakukan
tersebut menjadi 3 (tiga),
enelitian tentang Karakteristik responden
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
di atas maka dapat diketahui bahwa
pelayanan kesehatan
berpendidikan
, dengan jumlah prosentase sebanyak 49,4%
responden dari total 81 responden.
Perguruan Tinggi
Sedangkan responden berpendidikan SMA sebanyak 37 dengan
jumlah prosentase 45,7%.
4,9% responden atau
yang membutuhkan pelayanan kesehata
Sakit Telogorejo Semarang berpendidikan akhir SMP
3. Data Khusus
Penelitian ini tidak hanya menyajikan data karakteristik
responden, namun juga meliputi data khusus yang terdiri dari
Komunikasi Interpersonal Perawat dan Tingkat Kepuas
Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
a) Komunikasi Interpersonal Perawat di Rawat Jalan Rumah
Sakit Telogorejo Semarang
Gambar
Berdasarkan pada
diketahui bahwa
interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
43
Sedangkan responden berpendidikan SMA sebanyak 37 dengan
jumlah prosentase 45,7%. Dan sebagian kecil responden
% responden atau sebanyak 4 responden dari total 81 responden
yang membutuhkan pelayanan kesehatan rawat jalan di Rumah
Sakit Telogorejo Semarang berpendidikan akhir SMP.
Data Khusus
Penelitian ini tidak hanya menyajikan data karakteristik
responden, namun juga meliputi data khusus yang terdiri dari
Komunikasi Interpersonal Perawat dan Tingkat Kepuasan Pasien.
Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
Komunikasi Interpersonal Perawat di Rawat Jalan Rumah
Sakit Telogorejo Semarang
Gambar 4.5 Komunikasi Interpersonal Perawat di Rawat Jalan
Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Berdasarkan pada gambar tersebut di atas maka dapat
diketahui bahwa 71,6% responden menyatakan komunikasi
interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Komunikasi Interpersonal
Perawat
Baik
Cukup Baik
28,4 %
71,6 %
Sedangkan responden berpendidikan SMA sebanyak 37 dengan
sebagian kecil responden sebanyak
responden dari total 81 responden
n rawat jalan di Rumah
Penelitian ini tidak hanya menyajikan data karakteristik
responden, namun juga meliputi data khusus yang terdiri dari
an Pasien.
Komunikasi Interpersonal Perawat di Rawat Jalan Rumah
Komunikasi Interpersonal Perawat di Rawat Jalan
Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
tersebut di atas maka dapat
% responden menyatakan komunikasi
interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Baik
Cukup Baik
Semarang baik atau sebanyak
yang diteliti. Sementara itu
responden dari total 81 responden yang diteliti menyatakan
komunikasi interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang cukup baik. Dan
dari 81 responden yang diteliti menyatakan komunikasi
interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Semarang kurang baik.
b) Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang
Gambar
Dari hasil penelitian tentang tingkat kepuasan pasien
sesuai tabel di atas dapat diketahui bahwa
responden menyatakan pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit Telogorejo Semarang me
prosentase
81 responden yang diteliti. Dan sisanya yaitu
37,0
44
Semarang baik atau sebanyak 58 responden dari total 81 responden
yang diteliti. Sementara itu 28,4% responden atau sebanyak
responden dari total 81 responden yang diteliti menyatakan
komunikasi interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang cukup baik. Dan tidak satupun
dari 81 responden yang diteliti menyatakan komunikasi
interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Semarang kurang baik.
Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang
Gambar 4.6 Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan
Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dari hasil penelitian tentang tingkat kepuasan pasien
sesuai tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden menyatakan pelayanan keperawatan di Rawat Jalan
Rumah Sakit Telogorejo Semarang merasa puas
prosentase 61,7% responden atau sebanyak 50 responden dari total
81 responden yang diteliti. Dan sisanya yaitu 37,0% responden
Tingkat Kepuasan Pasien
Puas
Cukup Puas
Tidak Puas
37,0 %
61,7 %
1,2 %
responden dari total 81 responden
% responden atau sebanyak 23
responden dari total 81 responden yang diteliti menyatakan
komunikasi interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit
k satupun responden
dari 81 responden yang diteliti menyatakan komunikasi
interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit
Pasien di Rawat Jalan
Rumah Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
Dari hasil penelitian tentang tingkat kepuasan pasien
sebagian besar
Rawat Jalan
rasa puas, dengan
responden dari total
% responden
Puas
Cukup Puas
Tidak Puas
45
atau sebanyak 30 responden menyatakan cukup puas dan dari total
81 responden yang diteliti menyatakan pelayanan keperawatan di
Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang tidak memuaskan
dengan prosentase 1,2% atau sebanyak 1 responden.
c) Tabulasi Silang Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat
terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah
Sakit Telogorejo Semarang
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa
Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Terhadap Tingkat
Kepuasan Pasien dari total 81 responden yang diteliti diperoleh
data Komunikasi Interpersonal Perawat baik dan memuaskan
adalah 94% responden atau sebanyak 47 responden. Sedangkan
data Komunikasi Interpersonal Perawat baik dan cukup puas
adalah 36,6% responden atau sebanyak 11 responden.
Sedangkan Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat
Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien dari total 81 responden yang
diteliti diperoleh data Komunikasi Interpersonal Perawat cukup
baik dan memuaskan adalah 6,0% responden atau sebanyak 3
responden. Data Komunikasi Interpersonal Perawat cukup baik dan
cukup puas sebanyak 19 responden atau sebanyak 63,4% dan
menyatakan tidak puas sebanyak 1 responden atau 100%.
d) Uji Hipotesis Menggunakan Analisis Spearman’s rho dengan
Bantuan SPSS
a. Hipotesis
H0 = Tidak ada Hubungan Komunikasi Interpersonal
Perawatan terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat
Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
46
H1 = Ada Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawatan
terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan
Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
b. Uji Korelasi
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan analisa Spearman’s rho
dengan bantuan program SPSS versi 17.0 dimana α = 0,05 dan
kriteria pengujian H0 diterima apabila p value ≥ α, dan
sebaliknya.
Adapun hasil output SPSS versi 17.0 tentang
Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang p value = 0,00 dengan koefisien korelasi
= 0,712. Sehingga dapat diketahui nilai p value < α.
Dengan demikian H0 ditolak, maka H1 diterima.
Maka dapat diketahui bahwa ada Hubungan Komunikasi
Interpersonal Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien
di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang dengan
pengaruh yang kuat, karena korelasi 0,712 pada α = 0,01.
Kesimpulan dari hasil analisa di atas bahwa semakin
baik (tinggi) Komunikasi Interpersonal Perawat, maka akan
semakin tinggi pula Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan
Rumah Sakit Telogorejo Semarang (berbanding lurus).
47
Gambar 4.6 Hubungan antara Komunikasi Interpersonal
Perawat dan Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah
Sakit Telogorejo Semarang Tahun 2014
r = 0,712 p value = 0.000
B. Pembahasan
a) Komunikasi Interpersonal Perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia,
komunikasi memiliki peran yang sangat penting tidak sekedar
menyampaikan informasi namun juga berperan membentuk suasana
yang melibatkan lingkungan sekitar, sehingga kenyamanan bahkan
kepuasan terhadap suatu situasi muncul akibat terjadinya komunikasi
yang baik. Edward Depari (Widjaja, 2000), komunikasi sebagai
proses penyampaian gagasan harapan dan pesan (Stimulus, p
valuenal, simbol atau informasi) baik dalam bentuk verbal maupun
non-verbal, yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu,
48
mengandung arti, dilakukan oleh peyampai pesan (komunikator)
ditujukan kepada penerima pesan (komunikan) dengan maksud
mencapai kebersamaan (Commons).
Demikian halnya dalam aktivitas sebuah rumah sakit atau
pelayanan kesehatan. Dimana terdapat berbagai ragam komunikator
dan komunikan yang berinteraksi dalam menyampaikan pesan. Maka
kebutuhan untuk berkomunikasi dengan baik menjadi hal yang
penting untuk mencapai maksud yang dituju. Meskipun berbeda
kepentingan, baik pasien maupun perawat melakukan komunikasi
untuk mencapai tujuan kebersamaan tersebut. Tentu tujuannya akan
berbeda, dimana perawat melakukan komunikasi untuk menjaga
kerjasama dengan pasien dalam memenuhi kebutuhannya akan
pelayanan kesehatan, adapun pasien sendiri memiliki kebutuhan
untuk memperoleh kepuasan dalam pelayanan kesehatan yang dia
butuhkan, pasien berharap dengan demikian maka permasalahannya
akan dapat teratasi.
Dalam upaya menyatukan tujuan tersebut maka diperlukan
komunikasi interpersonal perawat yang baik dengan pasiennya. Hal
ini akan sangat membantu perawat dalam upayanya menyelesaikan
permasalahan pasien, dengan demikian komunikasi dapat
mempermudah usaha untuk memberikan bantuan medik serta
memberikan pelayanan psikologis yang sangat dibutuhkan pasien.
Tentunya perawat sangat perlu memahami komunikasi, karena belum
semua pelayanan keperawatan mengarahkan jalinan/rangkaian
komunikasi yang dia lakukan untuk memperjelas tujuan dan tindakan
yang akan dilakukannya kepada pasien.
Dari hasil penelitian diatas menunjukan bahwa komunikasi
interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Semarang saat memberikan pelayanan kepada pasien sudah baik.
Komunikasi perawat dianggap baik oleh pasien misal seperti perawat
saat menyambut pasien menunjukan sikap yang ramah saat
49
berkomunikasi, perawat tidak berbelit-belit dalam memberikan
informasi, perawat mendengarkan keluhan pasien dan
menanggapinya dengan baik, memberikan penjelasan tentang jadwal
praktek dokter serta jam kedatangan dokter juga kejelasan perawat
dalam memberikan informasi mengenai prosedur administrasi setelah
pemeriksaan selesai dilakukan, pemberian informasi tentang tempat
pengambilan obat dan pemeriksaan penunjang dan satu hal yang
terpenting disini perawat selalu mengucapkan terimakasih setelah
memberikan pelayanan terhadap pasien.
Hasil penelitian dari 81 responden yang diteliti dapat
diketahui bahwa 71,6% responden atau sebanyak 58 responden
menyatakan komunikasi interpersonal perawat baik sedangkan 28,4%
responden atau sebanyak 23 responden menyatakan komunikasi
interpersonal perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Semarang cukup baik. Sama halnya yang dikemukakan oleh Imam
Hanafi (2012), hasil penelitiannya dari 96 responden yang
menyatakan komunikasi interpersonal perawat baik ada 53 responden
(55,2%), komunikasi cukup baik 38 responden (39,6%), dan
komunikasi yang kurang baik ada 5 responden (5,2%).
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Carl
Hoveland (Effendy, 1993) yang menjelaskan bahwa salah satu tujuan
komunikasi adalah proses dimana seorang komunikator
menyampaikan rangsangan untuk mengubah sikap dan perilaku
seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki
komunikator, agar isi pesan yang disampaikan dimengerti. Tentu
maksudnya tidak hanya dimengerti oleh komunikan tetapi
sebagaimana yang dikehendaki tujuan sesungguhnya akan tercapai
apabila komunikan mengubah sikap dan perilakunya seperti apa yang
diinginkan oleh komunikator.
Adapun komunikasi dalam keperawatan secara umum
memiliki tujuan sebagai berikut :
50
a. Agar pesan yang disampaikan oleh perawat (komunikator) dapat
dimengerti oleh pasien (komunikan). Hal ini sangat penting
karena perawat memiliki tanggung jawab untuk memberikan
penjelasan kepada pasien atas hal-hal yang berhubungan dengan
penyakit yang diderita pasien dan pelayanan kesehatan yang akan
dilakukan. Pasien harus dapat menerima penjelasan yang
diberikan oleh pasien tersebut sehingga dia mau mengerti pesan
yang disampaikan.
b. Agar perawat memahami pasien. Perawat butuh mengerti kondisi
yang sedang diderita oleh pasien. Ini untuk memperoleh masukan
dari pasien kondisi yang terkini yang sedang diderita pasien
tersebut, sehingga perawat mendapat banyak masukan terkait
kondisi, penderitaan, penyakit dan apa yang dibutuhkan pasien,
terutama yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang
diinginkannya.
c. Agar gagasan perawat dapat diterima baik oleh pasien. Perlunya
penerimaan pasien terhadap perawat yang sedang merawatnya.
Selain menjadi komunikator bagi pasien, maka perawat juga
menjadi edukator bagi pasien tersebut. Menjadi tugas perawat
untuk memberikan pendidikan kepada pasien tentang perlunya
kesehatan dan menjaga kesehatannya. Dengan diterimanya
perawat oleh pasien, maka edukasi akan dapat berjalan secara
efektif dan berhasil.
d. Dan pada akhirnya perawat mampu menggerakkan pasien untuk
melakukan perintahnya, ini sangat bermanfaat bagi pasien, karena
pelayanan kesehatan akan dapat berjalan apabila pasien mau
melakukan perintah dalam pelayanan kesehatan tersebut. Dengan
bergeraknya pasien untuk melakukan perintah perawat dalam
pelayanan kesehatan maka proses pengobatan pasien telah
berjalan dengan baik, dengan demikian proses penyembuhan
pasien dapat berjalan pula.
51
Sebagai fungsi instrument menjadi alat untuk mempengaruhi,
membujuk dan menggerakkan orang lain, komunikasi interpersonal
sangat potensial dan menjadi jenis komunikasi yang paling lengkap
dan paling sempurna. Komunikasi seperti ini berperan sangat penting
selama manusia memiliki emosi. Karena kedekatan emosional antara
perawat dan pasien akan membuat perasaan akrab diantara meraka
sehingga interaksinya menjadi lebih baik. Hal yang tidak mungkin
didapatkan dari komunikasi jenis lain seperti lewat media massa atau
teknologi canggih sekalipun.
Dengan menggunakan pendapat dari De Vito (Leliweri,
2009) tentang ciri-ciri komunikasi interpersonal yang efektif, maka
dapat diketahui sejauh mana hubungan interpersonal yang terjadi
dalam penelitian ini :
a) Keterbukaan (openness)
Ada keterbukaan antara perawat (komunikator) dan
pasien (komunikan) dalam berinteraksi, sehingga tidak ada yang
ditutup-tutupi atau perasaan malu mengungkapan informasi yang
ada. Dan keduannya saling mengerti dan memahami komunikasi
mereka. Jadi tidak ada kebohongan dan menyembunyikan
informasi yang sebenarnya. Sehingga komunikasi interpersonal
berlangsung secara adil, transparan, dua arah dan dapat diterima
kedua belah pihak.
b) Empati (empathy)
Terutama bagi perawat harus mampu menunjukkan
empatinya kepada pasien, perasaan apabila dia dalam posisi
pasien yang membutuhkan bantuan atas apa yang sedang
dideritanya, dimana seorang pasien yang sakit tentu
membutuhkan uluran tangan dan perhatian.
c) Sikap mendukung (supportiveness)
Baik perawat (komunikator) dan pasien (komunikan)
saling mendukung dan bekerjasama, dengan harapan mampu
52
melaksanakan semua pendapat, ide dan gagasan, dimana setiap
pasien tentu membutuhkan dukungan sehingga dapat lebih
bersemangat untuk meraih keinginan pasien tersebut yaitu untuk
sembuh.
d) Sikap positif (positiveness)
Dalam komunikasi interpersonal, tanggapan awal yang
positif akan sangat membantu dalam melanjutkan komunikasi
selanjutnya. Sikap positif ini dengan mudah akan dapat
menghilangkan sikap curiga dan prasangka buruk yang dapat
menghambat jalinan komunikasi antara komunikator dan
komunikan.
Jadi kedua belah pihak diharapkan dalam melakukan
komunikasi interpersonal mengembangkan sikap positif dan
menghilangkan sikap curiga dan prasangka buruk.
e) Kesetaraan (equality)
Anggapan salah satu diantara komunikator dan
komunikan lebih tinggi derajatnya atau tidak setara hanya akan
memperkeruh komunikasi interpersonal. Kesetaraan menjadi
sangat penting dalam komunikasi interpersonal sehingga dapat
menghilangkan perasaan canggung yang membuat suasana tidak
nyaman. Kesetaraan akan sangat membantu terutama bila
keduanya memiliki kesetaraan pandangan, pendapat, sikap, usia
ideologi dan lain sebagainya.
Profesionalisme seorang perawat tidak hanya dilihat
dari kemampuan atau keahliannya di bidang medis saja, namun
juga dapat dilihat dari kemampuan dan ketrampilan perawat
tersebut dalam melakukan komunikasi interpersonal. Tanpa
kemampuan untuk melakukan komunikasi interpersonal yang
baik, maka dapat dipastikan perawat tidak akan mampu
mengimplementasikan kemampuan atau keahliannya di bidang
medis terhadap pasien. Dan kemampuan sebagaimana yang
53
diungkapkan De Vito di atas maka tidaklah mungkin seorang
pasien memberikan kepercayaannya kepada perawat untuk
merawatnya. Dan jika seorang perawat tidak mendapatkan ijin
merawat pasien akibat dari komunikasi interpersonal yang buruk,
maka bagaimana mungkin perawat tersebut mampu mencapai
tujuan dan memenuhi harapan pasien tersebut.
Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa
Komunikasi Interpersonal Perawat di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang pada saat memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien rawat jalan adalah baik. Jika pasien rawat jalan
tersebut mendapat respon yang baik dari pelayanan kesehatan di
rawat jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang sesuai yang
mereka harapkan, sehingga pasien merasa mendapatkan
pelayanan yang terbaik dari rumah sakit dan mampu
meningkatkan kepuasan pasien, atas pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
b) Tingkat Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang
Dari hasil penelitian tentang tingkat kepuasan pasien di
Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang dapat diketahui
bahwa dari total responden sebanyak 81 responden, maka 61,7%
responden atau sebanyak 50 responden menyatakan puas, sedangkan
dari total responden sebanyak 81 responden, maka 37,0% responden
atau sebanyak 30 responden menyatakan cukup puas, 1 responden
atau 1,2% responden menyatakan tidak puas. Adapun 1 responden
atau sebanyak 1,2 % responden yang tidak merasa puas tersebut
menyatakan ketidak puasannya atas komunikasi perawat karena tidak
memberikan senyuman, perawat tidak memperkenalkan diri, perawat
tidak memberi info urutan pasien, perawat tidak memberi tahu jam
54
praktek dan kedatangan dokter, mengecewakan dalam menanggapi
keluhan, sikap ketidak bersediaan perawat untuk membantu dan tidak
ada kontak mata.
Namun dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden, sebanyak 61,7% responden atau sebanyak 50
responden di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang
menyatakan puas atas pelayanan kesehatan di Rawat Jalan Rumah
Sakit Telogorejo Semarang. Kepuasan yang dirasakan pasien antara
lain meliputi penampilan perawat yang ramah, bersih dan rapi,
tersedianya alat-alat medis yang lengkap, kecepatan perawat dalam
memberikan pelayanan, dan juga sikap perawat dalam memberikan
pelayanan. Sesuai dengan visi Rumah Sakit Telogorejo, memberikan
pelayanan yang terbaik untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
yaitu pasien.
Oliver (Supranto, 2001) mengatakan bahwa kepuasan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang dirasakan dengan harapannya.
Terori yang mendukung tentang kepuasan adalah teori
performasi yang diharapkan (expectation-performance theory) yang
menjelaskan bahwa kepuasan adalah fungsi dari harapan seseorang
tentang jasa dan performasi yang diterimanya. Jika jasa sesuai dengan
harapan maka ia akan puas dan jika jasa kurang sesuai dengan
harapan maka ia akan tidak puas.
Pada intinya kepuasan itu bersifat subjektif karena
terorientasi kepada individu dan sesuai dengan tingkat rata-rata
kepuasan penduduk. Kepuasan pasien merupakan tingkat kepuasan
yang dirasakan dari harapan pasien dan keluarganya terhadap kinerja
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. Hal ini
menjadi salah satu indikator dari kinerja pelayanan kesehatan rumah
sakit tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa kepuasan pasien
memiliki korelasi dengan berbagai aspek pelayanan kesehatan yang
55
disediakan oleh rumah sakit seperti mutu dari pelayanan yang
diberikan, kecepatan dalam memberikan pelayanan, prosedur yang
diterapkan oleh rumah sakit serta attitude dari petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan. Apabila pasien memberikan
respon yang baik atas kinerja pelayanan kesehatan dan hal tersebut
dapat diindikasikan dari perilaku positif pasien, maka dapat
disimpulkan bahwa pasien memang puas atas pelayanan kesehatan
yang telah diberikan.
Sebagai pangsa utama dari rumah sakit, atau market bagi
produk yang dijual atas jasa pelayanan kesehatan yang ditawarkan
oleh rumah sakit, maka pasien menjadi individu yang sangat penting
yang menghidupi rumah sakit dan semua aktivitasnya. Dan dalam
proses membeli jasa rumah sakit tersebut, maka pasien tidak hanya
menerima, menikmati dan melakukan proses pelayanan kesehatan
untuk kesembuhan penyakit yang dideritanya, namun pada akhir dari
proses tersebut tentu pasien akan melakukan evaluasi atas kinerja dan
harapan yang dirasakannya. Pada proses evaluasi tersebut maka
muncul perasaan puas atau tidak puas. Perasaan puas atau tidak puas
dari pasien tersebut akan meningkat seiring bergesernya jarak antara
kenyataan dan harapan atas kinerja pelayanan kesehatan. Namun
demikian beberapa pasien cenderung berusaha mengurangi/
memperkecil jarak tersebut agar berkurang rasa ketidakpuasan
mereka (berusaha memaklumi atas apa yang terjadi).
Tingkat Kepuasan Pasien sebetulnya adalah pembeda
antara kinerja rumah sakit dan harapan pasien. Jika harapan pasien
begitu tinggi sedangkan kinerja rumah sakit di bawah harapannya,
maka kekecewaan yang akan muncul dalam diri pasien. Sedangkan
jika kinerja rumah sakit lebih tinggi dari harapan pasien, maka pasien
akan merasakan kepuasan yang tinggi pula, atau dapat dikatakan
pasien sangat puas dengan pelayanan kesehatan rumah sakit. Pasien
yang selalu merasa puas dengan pelayanan kesehatan rumah sakit
56
akan menumbuhkan kesetian yang lama, yang membuat mereka
menjadi kurang sensitive terhadap harga atau biaya yang harus
dikeluarkan dan akan memberikan pujian serta komentar yang baik
tentang rumah sakit.
Dalam kedekatannya dengan kepuasan pasien dan
keluarganya, perawat memiliki hubungan dan kontribusi yang unik.
Dimana attitute atau perilaku dari pelayanan seorang perawat
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kepuasan pasien.
Semakin akrab seorang perawat dengan sikap yang baik akan lebih
mudah diterima dan memberikan kenyamanan kepada pasien.
Adapun pasien dalam mengevaluasi kinerja rumah sakit
yang kemudian menghubungkannya dengan kepuasan atas pelayanan
rumah sakit tersebut mengacu kepada beberapa faktor. Adapun
beberapa faktor tersebut adalah :
1. Kualitas produk atau jasa
Tidak seorang pun pasien yang tidak melihat dan menilai
kualitas dari suatu produk atau jasa yang ditawarkan rumah sakit.
Karena ini menyangkut kesehatan bahkan seringkali berkaitan
dengan jiwa mereka. Maka sudut pandang pasien atas kualitas
tersebut sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas
produk dan jasa yang sesungguhnya dan komunikasi rumah sakit,
terutama iklan atau promosi rumah sakit dan bahkan promosi dari
mulut ke mulut dari pasien yang pernah berobat di sana.
2. Kualitas pelayanan
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kualitas pelayanan
memegang peranan sangat penting dalam menentukan kepuasan
pasien. Perawat yang pemarah, arogan dan tidak bersahabat hanya
akan merusak semua harapan dan menjauhkan rasa puas pasien.
Sebaliknya jika pelayanan dari petugas kesehatan ramah,
bersahabat dan memiliki empati maka pasien dapat kehilangan
sensitivitasnya pada faktor-faktor yang lain.
57
3. Faktor emosional
Perasaan bangga yang sama manakala seseorang mampu
membeli sebuah mobil mewah dengan perasaan seorang pasien
yang mampu membeli produk dan jasa pelayanan kesehatan di
rumah sakit mewah. Faktor emosional yang berbeda bila kita
perhatikan seseorang yang hidup di rumah mewah dan kemudian
dilayani di puskesmas. Maka pasien yang dilayani di rumah sakit
mewah cenderung lebih mudah merasa puas dan mendapatkan
tingkat kepuasan yang tinggi. Disamping itu pengalaman
memiliki pengaruh yang besar pula pada pasien atas pelayanan
kesehatan di suatu rumah sakit.
4. Harga
Kualitas selalu identik dengan harga. Dimana kualitas
yang tinggi selalu identik memiliki harga yang tinggi pula.
Demikian pula sebaliknya, harga memberikan pengaruh kepada
kualitas baik barang maupun jasa. Hal ini menjadi bagian dari
evaluasi kepuasan seorang pasien. Bila seorang pasien telah
memilih harga yang tinggi, maka harapan atas harga tersebut
menjadi tinggi pula.
5. Biaya
Biaya selalu menjadi pertimbangan utama seorang
pasien memilih layanan kesehatan yang akan dipergunakannya.
Terutama biaya yang murah dengan pertimbangan ekonomi
mereka. Pertimbangan atas waktu dan efisiensi pelayanan yang
tidak berlebihan menjadi bagian dari pertimbangan atas biaya
yang mereka harus keluarkan. Meski pada pasien-pasien kaya
biaya tidak terlalu menjadi pertimbangan mereka. Namun tetap
saja pada saat akhir pelayanan, pasien akan mengevaluasi biaya
sebagai bagian dari kepuasan mereka.
58
Secara khusus pasien sebagai pengguna jasa pelayanan
kesehatan mengukur tingkat kepuasan mereka berdasarkan prinsip
Service Quality yang terbagi dalam lima cara, yaitu :
1) Bukti Fisik (Tangibles)
Merupakan bukti langsung atas fasilitas fisik,
kelengkapan dan material yang digunakan rumah sakit termasuk
penampilan karyawan yang ada.
2) Reliabilitas (Reliablity)
Profesionalisme rumah sakit dalam memberikan
pelayanan yang cepat dan akurat sejak awal pasien datang tanpa
membuat kesalahan dan memuaskan.
3) Daya Tanggap (Responsiveness)
Kemampuan karyawan untuk merespon kebutuhan
pasien secara cepat memenuhi kebutuhannya dan
menginformasikan jasa secara tepat.
4) Jaminan (Assurance)
Melingkupi pengetahuan, keterampilan, kesopanan dan
kemampuan menumbuhkan kepercayaan pasien. Secara luas
jaminan juga memiliki arti bebas dari bahaya, resiko dan keragu-
raguan.
5) Empati (Empaty)
Kemudahan dalam melakukan hubungan, mendapatkan
perhatian pribadi, memahami kebutuhan pasien serta bertindak
demi kepentingan pasien.
Adapun dari hasil penelitian persentase tingkat kepuasan
pasien menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden yang
diteliti menyatakan pelayanan kesehatan di Rawat Jalan Rumah Sakit
Telogorejo Semarang memuaskan sesuai dengan hasil penelitian
sebanyak 61,7% responden atau sebanyak 50 responden.
59
c) Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Tingkat
Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Semarang
Dari hasil uji hipotesa dengan menggunakan analisis
Spearman’s rho, sebelumnya dimana α = 0,05 maka didapatkan nilai
p value = 0,00 dengan korelasi = 0,712 Dengan demikian dapat
diketahui bahwa p value < α sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa
ada Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Terhadap
Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang,
dengan pengaruh yang kuat, karena korelasi 0,712 pada α = 0,01.
Dan dapat disimpulkan bahwa Komunikasi Interpersonal
Perawat yang baik, akan mempengaruhi tingkat Kepuasan Pasien di
Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo Semarang.
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam setiap
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat. Terjalinnya
komunikasi yang baik akan berpengaruh kepada kedekatan perawat
dengan pasien dan kenyamanan serta penerimaan pasien atas
pelayanan kesehatan yang sedang dilakukan sehingga pasien dapat
merasakan kepuasan akibat dari kedekatan hubungan tersebut.
Demikian halnya jika komunikasi tidak terjalin dengan
baik, maka dapat dengan mudah menimbulkan kesalahpahaman,
perbedaan pendapat hingga selisih paham yang membuat pasien tidak
tenang dan ragu atas semua pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
perawat dan pada akhirnya menimbulkan kekesalan yang berujung
kepada ketidak puasan pasien.
Maka hasil penelitian tersebut di atas dapat menunjukkan
bahawa ada hubungan antara Komunikasi Interpersonal Perawat
Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit Telogorejo
Semarang. Hal ini tidak serta merta terjadi namun karena komunikasi
interpersonal perawat rawat jalan yang baik terhadap pasien di sana,
dimana mereka berkomunikasi dengan ramah, sopan bertatap muka
60
dan tidak berbelit-belit, sehingga mampu memberikan gambaran
kepada pasien manakala pasien tidak mengerti dan harapan-harapan
pasien dapat dimengerti oleh perawat.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya kepuasan pasien
sangat tergantung kepada kualitas interaksi perawat dengan pasien,
meski ada faktor lain yang turut memberikan kepuasan kepada
pasien. Pasien akan mengangkap perawat sebagai orang terdekat
dalam pelayanan kesehatan bagi dirinya, sehingga pasien tergantung
kepada komunikasi yang baik antara pasien dan perawat. Apabila
harapan mereka dapat dipenuhi maka mereka akan merasa dihargai
dan diperhatikan. Kedekatan pasien tersebut dengan perawat
membuat pasien menganggap perawat yang telah meluangkan
waktunya untuk merawat mereka lebih bisa memahami keadaan
mereka, memenuhi kebutuhan mereka, mendengarkan keluhan
mereka dan pada akhirnya memenuhi semua harapan mereka untuk
sembuh.
Komunikasi juga merupakan sebuah bentuk kepedulian dari
perawat kepada pasien yang mereka rawat. Sehingga komunikasi
tersebut menjadi sebuah empati yang baik yang bisa menentramkan
pasien dan membuat mereka merasakan kepuasan. Kepuasan yang
mereka peroleh seringkali diperbandingkan dengan kepuasan yang
mereka dapatkan dari rumah sakit lain. Tidak hanya kesembuhan,
kepuasan merupakan bagian lain yang penting dari kesembuhan
pasien, dan kepuasan selalu dikaitkan dengan bentuk dari keseriusan
rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan dan upaya
kesembuhan pasien. Sehingga kepuasan juga diharapkan mampu
membantu mempercepat kesembuhan pasien tersebut.
d) Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya mengambil jumlah sampel pasien rawat jalan
yang dirata-rata dalam satu hari saja sehingga kepuasan pasien pada
penelitian ini belum bisa menggambarkan dan belum bisa mewakili