30
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trauma Kapitis 2.1.1 Definisi trauma kapitis Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen ( PERDOSSI, 2006 dalam Asrini, 2008 ). Trauma kapitis adalah suatu ruda paksa yang menipa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan gangguan fungsional jaringan otak (sastrodininggrat, 2009). Trauma kapitis adalah trauma yang terjadi karena adanya pukulan/benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa terjadinya kehilangan kesadaran (Tucker, 1998). 2.2 Jenis Trauma Kapitis Berdasarkan Advanced trauma life support (ATLS), 2004 cedera kepala diklasifikasikan dalam berbagai

BAB 21

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fjsis

Citation preview

Page 1: BAB 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma Kapitis

2.1.1 Definisi trauma kapitis

Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara

langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi

yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen

( PERDOSSI, 2006 dalam Asrini, 2008 ).

Trauma kapitis adalah suatu ruda paksa yang menipa struktur kepala

sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan gangguan fungsional

jaringan otak (sastrodininggrat, 2009).

Trauma kapitis adalah trauma yang terjadi karena adanya

pukulan/benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa terjadinya kehilangan

kesadaran (Tucker, 1998).

2.2 Jenis Trauma Kapitis

Berdasarkan Advanced trauma life support (ATLS), 2004 cedera kepala

diklasifikasikan dalam berbagai aspek.namun secara praktis dikenal 3

deskripsi klasifikasi, yaitu berdasarkan : mekanisme, beratnya cedera dan

morfologi.

2.2.1 Berdasarkan mekanisme

Menurut Brunner dan Suddarth (2001) dan Long (1990), trauma kapitis

dapat dibagi menjadi dua jenis:

Page 2: BAB 21

1. Trauma kapitis terbuka

Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan pecahnya tengkorak atau

luka penetrasi, besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh

velositas, masa dan bentuk dari benturan. Kerusakan otak juga dapat

terjadi jika tulang tengkorak menusuk dan masuk ke dalam jaringan otak

dan melukai duramater saraf otak, jaringan sel otak akibat benda

tajam/tembakan. Trauma kapitis terbuka memungkinkan kuman pathogen

memiliki akses langsung ke otak.

2. Trauma kapitis tertutup

Benturan kranium pada jaringan otak didalam tengkorak ialah goncangan

yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang bergerak cepat

kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan dalam otak maka cairan

akan tumpah. Trauma kapitis tertutup meliputi: Komusio (gegar otak),

Kontusio (memar) dan laserasi.

2.2.2 Berdasarkan cedera kepala

Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam deskripsi

beratnya derajat keparahan trauma. Menurut Barain Injury Association of

Michigan (2005), klasifikasi keparahan dari trauma kapitis yaitu :

Page 3: BAB 21

Tabel 2.1. Klasifikasi Keparahan Taruma kapitis

Ringan kehilangan kesadaran < 20 menit

amnesia post traumatik < 24 jam

GCS : 13-15

Sedang Kehilangan kesadaran ≥ 20 menit dan

≤ 36 jam

Amnesia post traumatik ≥ 24 jam dan

≤ 7 hari

GCS : 9-12

Berat Kehilangan kesadaran > 36 jam

Amnesia post traumatik > 7 hari

GCS : 3-8

(Sumber : Brain Injury Association of Michigan, 2005)

2.2.3 Berdasarkan morfologi

a. Komosio serebri

Adalah trauma kapitis yang menimbulkan pingsan sejenak.

Keadaan trauma ini biasanya tanpa adanya amnesia retrograd, serta tanda-

tanda neurologi apapun tidak ditemukan (Neurologi klinis dasar, 2009)

b. Laserasi (luka robek atau koyak)

Adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul. Luka yang

terjadi biasanya berupa goresan rata diatas permukaan tulang yang terkena.

Luka ini sering terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya pada proses

Page 4: BAB 21

penyembuhan dan biasanya pada penyembuhan dapat menimbulkan

jaringan parut (Rudolph, 2006).

c. kontusio serebri

Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan

dimana pembuluh darah pecah sehingga darah meresap ke jaringan

sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan.

Luka memar ini terjadi apa bila otak menekn tengkorak, biasanya terjadi

pada ujung otak seperti pada frontal, temporal, dan oksipital. Pada kontusio

dapat terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang disebut

edema, jika pembengkakan cukup besar maka dapat mengubah tingkat

kesadaran (Corrigan, 2004).

d. Perdarahan Epidural

perdarahan epidural adalah perdarahan yang terletak antara tulang

kranial dan dura mater.perdarahan ini terjadi apabila salah satu cabang arteri

meningea media robek.perdarahan ini sering terjadi di daerah temporal

namun dapat juga terjadi didaerah frontal atau oksipital.

e. Perdarahan Subaraknoid

perdarahan ini terletak antara dura mater dan arknoid. Perdarahan

ini terjadi akibat robeknya vena-vena kecil di permukaan korteks serebri.

Perdarahan ini biasanya akan menutupi seluruh permukaan hemisfer

otakdan menimbulkan kerusakan otak yang berat serta prognosis yang lebih

buruk dibandingkan perdarahan epidural.

Page 5: BAB 21

f. perdarahan intraserebral

perdarahan intraserebral adalah perdarahan yang terletak antara

lobus temporal dan lobus frontal. Perdarahan ini berupa perdarahan kecil-

kecil saja, dan biasanya keadaan ini muncul pada kasus kontusio yang bisa

berubah menjadi perdarahan intraserebral dalam waktu beberapa jam atau

hari sehingga membutuhkan tindakan operasi (Neurologi Klnis dasar,2009).

2.3 Anatomi Kepala

2.3.1 Kulit Kepala (Scalp)

Kulit kepala terdiri dari 5 (lima) lapisan yang disebut sebagai SCALP

yaitu:

a. Skin atau kulit

Tebal dan berambtu, dan mengandung banyak kelenjar sebasea.

b. Connective tissue atau jaringan penyambung

Yaitu jaringan ikat dibawah kulit, yang merupakan jaringan lemak

fibrosa. Septa fibrosa menghubungkkan kulit dengan aponeurosis

mukulus occipitofrontalis.pada lapisan ini banyak mengandung

pembuluh darah arteri karotis eksterna dan interna, dan terdapat

anastomosis yang luas di antara cabang-cabang ini.

c. Aponeurosis atau galea aponeurotika (epicranial)

Merupakan lembaran tendo yang tipis, yang menghubungkan venter

occipitale dan venter frontale muskulus occipitofrontalis. Bagian

pinggir lateral aponeurosis melekat pada fasia temporalis.

Page 6: BAB 21

d. Loose areolar tissue

Merupakan jaringan ikat longgar yang mengisi spatium

subaponeurotikum dan secara longgar menghubungkan aponeurosis

epicranialis dengan periosteum cranium.

e. Pericranium

Merupakan periosteum yang menutupi permukaan luar tulang

tengkorak.

Jaringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika dari

perikranium dan tempat tertimbunnya darah (hematoma subgaleal).

Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi

perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak

kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak-anak.

2.3.2 Tulang tengkorak

Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis cranii. Kalvaria

khususnya di bagian temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot

temporal. Basis Cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian

dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga

tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu: fos anterior, fosa media, dan fosa

posterior. Fosa anterior adalah tempat lobus frontalis, fosa media adalah

tempat lobus temporalis, dan fosa posterior adalah ruang bagian bawah

batang otak dan serebellum.

Page 7: BAB 21

2.3.3 Meningen

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3

lapisan yaitu: duramater, arakhnoid, dan piamater. Duramater adalah

selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada

permukaan dalam dari cranium. Karena tidak melekat pada selaput

arakhnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang

subdural) yang terletak antara duramater dan arakhnoid, dimana sering

dijumpai perdarahan subdural.

Pada trauma otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada

permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau

disebut bridging veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan

perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah ke sinus

transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat

mengakibatkan perdarahan hebat.

Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari

kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat

menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera

adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa

media).

Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan

tembus pandang disebut lapisan arakhnoid. Lapisan ketiga adalah piamater

yang melekat erat pada permukaan korteks serebri. Cairan serebrospinal

bersirkulasi dalam ruang subarakhnoid (Ganong, 2002).

Page 8: BAB 21

2.3.4 Otak

Otak terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu :

a. Serebelum

Merupakan bagian otak yang terbesar dan paling menonjol.disini

terletak pusat-pusat saraf yang mengatur kegiatan sensorik dan motorik,

juga mengatur proses penalaran, ingatan dan intelegensia. Serebelum

dibagi menjadi hemisfer kanan dan kiri oleh suatu lekukan ataua celah

dalam yang disebut fisura longitudinalis mayor. Bagian luar hemisferium

serebri terdiri dari substansia gresia yang disebut korteks serebri, terletak

diatas substansia alba yang merupakan bagian dalam (inti) hemisfer dan

dinamakan pusat medulla. Kedua hemisfer saling dihubungkan oleh suatu

pita serabut lebar yang disebut korpus kalosum. Di dalam substansial alb

tertanam masa substansial grisea yang disebut ganglia basalis.pusat

aktifitas motorik dan sensorik pada masing-masing hemisfer dirangkap

dua , dan biasanya berkaitan dengan bagiian tubuh yang berlawanan.

Hemisferium serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan

hemisferium kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep

fungsional ini disebut pengendalian kontralateral. Setiap hemisfer dibagi

dalam lobus dan terdiri dari 4, yaitu :

Lobus frontalis : Kontrol motorik gerakan volunter,terutama fungsi

bicara, kontrol berbagai emosi,moral tingkah laku

dan etika.

Lobus temporal : pendengaran,keseimbangan,emosi dan memori.

Page 9: BAB 21

Lobus oksipitalis : visual senter, mengenal objek.

Lobus parietalis : fungsi sensorik umum, rasa ( pengecapan ).

b. Sereblum

Sereblum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh

duramater yang menyerupai atap tenda, yaitu tentonium yang

memisahkan dari bagian posterior serebrum. Serebrum terdiri dari

bagian tengah (vermis) dan 2 hemisfer lateral. Serebrum dihubungkan

dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang dinamakan

pedunkulus. Pedunkulus serebri superior berhubungan dengan kedua

hemisfer otak sedangkan pedunkulus serebri inferior berisi serabut-

sreabut traktur spino sereberalis dorsalis dan berhubungan dengan

medulla oblongata. Semua aktifitas serebrum dibawah kesadaran

fungsi utamanya adalah sebagai pusat reflek yang mengkoordinasi dan

memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan

kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh

(Sylvia A. Price & Lorrain M. Wilson, 2006)

c. Brainstem (batang otak)

Ke arah kaudal batang otak berlanjut sebagai medulla spinalis dan ke

rostral berhubungan langsung dengan pusat-pusat otak yang lebih

tinggi. Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medulla

oblongata, pons dan mesenfalon (otak tengah). Di seluruh batang otak

banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan turun. Batang

otak merupakan pusat penyampaian dan reflek yang penting dari SSP.

Page 10: BAB 21

Selain nervus olfaktorius dan optikus, nuclei nervus kranialis, juga

terletak dibatang otak. Seringkali terdapat satu saraf kranialis atau

lebih yang turut terlibat dalam lesi batang otak. Letak dan penyebaran

lesi ini dapat dideteksi menggunakan pemeriksaan fungsi saraf

kranialis (Sylvia A.Price & Lorrain M.Wilson, 2006).

Gambar 1: Anatomi bagian-bagian Otak

2.3.5 Cairan Serebrospinal

Cairan serbrospinal (CSS) dihasilkan pleksus khoroideus dengan

kecepatan produsi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir daari ventrikel

lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui

aquaductus syilvii menuju ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari

sistem ventrikel dan masuk ke dalam ruang subaraknoid yang berada di

seluruh permukaan otak dan medula spinalis.

CSS akan direabsorbsi kedalam sirkulasi vena melalui vili

araknoid. CSS memiliki bantalan yang disebut bantalan cairan

serebrospinal yang berfungsi untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP)

Page 11: BAB 21

terhadap trauma. Otak dan cairan srebrospinal memiliki gaya berat spesifik

yang kurang lebih sama (hanya berbeda sekitar 4%), sehingga otak

terapung dalam cairan ini. Oleh karena itu, benturan pada kepala akan

menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara serentak, sehingga tidak

satu bagian pun dari otak yang mengalami berubah bentuk akibat adanya

benturan (Gayton, 2007).

2.3.6 saraf-saraf otak

a. Nervus Alfaktorius (Nerfus kranialis 1)

nervus ini berfungsi menghantarkan bau menuju otak dan kemudian

diolah lebih lebih lanjut, atau dengan kata lain berfungsi sebagai saraf

pembau.

b. Nervus Optikus (Nervus Kranialis II)

nervus ini berfungsi menghantarkan implus dari retina menuju plasma

optikum, kemudian melalui traktus optikus menuju korteks oksipitalis

untuk dikenali dan diinterpretasikan, atau dengan kata lain berfungsi

sebagai penglihatan.

c. Nervus Okulomotorius (Nervus Kranialis III)

Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital (otot penggerak bola

mata), atau dengan kata lain berfungsi sebagai penggerak bola mata.

d. Nervus Troklearis (Nervus Kranialis IV)

sifatnya motorik, berfungsi untuk memutar mata atau sebagai

penggerak mata.

e. Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V)

Page 12: BAB 21

Nervus ini membawa serabut motorik maupun sensorik dengan

memberikan persarafan ke otot temporalis dan maseter, yang

merupakan otot-otot pengunyah.

Nervus Trigeminus dibagi menjadi 3 cabang utama , yaitu :

- Nervus Oftalmikus sifatnya motorik dan sensorik.

Fungsi : kulit kepala dan kelopak mata atas.

- Nervus Maksilaris sifatnya sensorik.

Fungsi : Rahang atas, palatum dan hidung.

- Nervus Mandibularis sifatnya motorik dan sensorik.

Fungsi : Rahang bawah dan lidah.

f. Nervus Abdusen (Nervus Kranialis VI)

Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital, berfungsi sebagai saraf

penggoyang bola mata (defiasi mata ke lateral).

g. Nervus Facialis (Nervus Kranialis VII)

Sifatnya motorik dan sensorik, saraf ini membawa serabut sensorik

yang menghantar pengecapan bagian anterior lidah dan serabut

motorik yang mensarafi semua otot ekspresi wajah, termasuk

tersenyum, mengerutkan dahi dan menyeringai.

Fungsi : otot lidah mengeerakkan lidah dan selaput lendir rongga

mulut.

h. Nervus vestibulokoklearis (Nervus Kranialis VIII)

Page 13: BAB 21

Sifatnya sensorik, mensarafi alat pendengar membawa rangsangan dari

pendengaran dari telinga ke otak. Berfungsi sebagai saraf pendengar

dan keseimbangan.

i. Nervus Glosofaringeus (Nervus Kranialis IX)

Sifatnya majemuk, mensrafi faring, tonsil, dan lidah.

j. Nervus Vagus (Nervus Kranialis X)

Sifatnya majemuk, fungsinya sebagai reflek muntah, menelan , visera

leher dan visera abdomen.

k. Nervus Assesorius (Nervus Kranialis XI)

Siafatnya motorik, berfungsi sebagai pergerakan kepala dan bahu.

l. Nervus Hipoglosus (Nervus Kranialis XII)

Sifatnya motorik, berfungsi mensarafi otot-otot lidah

(patofisiologi, 2005)

2.4 Epidemiologi Trauma Kapitis.

Trauma kapitis merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

kasus-kasus kecelakaan lalu lintas. Di Inggris misalnya, setiap tahun

sekitar 100.000 kunjungan pasien ke rumah sakit berkaitan dengan trauma

kapitis yang 20% diantaranya terpaksa memerlukan rawat inap (Agus

Wijanarka, 2005).

Menurut penelitian Agus Wijanarka, (2005) di Rumah Sakit

Nugroho Pakem Yogyakarta, insidensi trauma kapitis di instalasi gawat

darurat (IGD) cukup tinggi yaitu menempati urutan ke 5 dari seluruh

kunjungan ke instalasi gawat darurat (IGD). Menurut penelitian Saiful

Page 14: BAB 21

Hadi, (2007) Aceh sendiri terdapat 1.466 korban kecelakaan lalu lintas

yang berakhir pada taruma kapitis dengan peringkat pertama pada urutan

cedera yang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas Angka kematian

trauma kapitis lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan yaitu

sebanyak 26,9 per100.000 dan 1,8 per100.000 (CDC, 2005).

2.5 Etiologi trauma kapitis

Menurut Brain Injurry Association of America, penyebab utama trauma

kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak

20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan

sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakaan penyebab utama

kepala (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006). Penyebab utama terjadinya

trauma kepala adalah sebagai berikut :

1. Kecelakaan lalu lintas

Keceakan lalu lintas adalah dimana sebuah kendaeraan bermototr

bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau menabrak benda lain

sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan

raya(IRTAD, 1995).

2. Jatuh

Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai terlepas, turun atau meluncur

ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih

digerakkan turun maupun sesudah sampai ke tanah.

3. Kekerasan

Page 15: BAB 21

Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai parihal atau perbuatan

seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya

orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang

lain.

Menurut penelitian Smeltzer,2001 penyebab trauma kapitis adalah sebagai

berikut :

1. Trauma tajam

Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana itu merobek

otak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam.

2. Trauma tumpul

Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya akibat

dipukul penda tumpul dan lebih berat sifatnya.

3. Cedera akselerasi

Yaitu peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh

pukulan maupun bukan dari pukulan.

4. Kontak benturan (gonjatan langsung)

Yaitu terjadi benturan atau tertambak suatu objek.

5. Kecelakaan lalu lintas

6. Jatuh

7. Kecelakaan industri

8. Serangan yang disebabkan karena olahraga

9. Perkelahian.

Page 16: BAB 21

2.6 Fisiologi

Mekanisme fisiologis yang berperan yaitu :

1. Tekanan Intra Kranial

Biasanya ruang intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan

cairan serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu

yang menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal sebesar 50

sampai 200 mmH 2 O atau 4 sampai 15mmHg. Dalam keadaan normal,

tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari dan

dapat meningkat sementara waktu sampai tingkat yang jauh lebih

tinggi dari normal.

Ruang itrakranial adalah suatu ruangan kaku yang penuh sesuai

kapasitas dengan unsur yang tidak dapat ditekan, yaitu : otak (1400g),

cairan serebrospinal (sekitar 75ml), dan darah (sekitar 75ml).

Peningkatan volume pada salah satu dari ketiga utama ini akan

mengakibatkan desakan ruang yang ditempati oleh unsur lainnya dan

menaikkan tekanan intrakranial (Lobardo, 2003).

2. Hipotesa Monro-Kellie

Teori ini menyatakan bahwa tulang tengkorak dapat meluas sehingga

bila salah satu dari ketiga koomponennya akan membesar, dua

komponen lainnya harus mengkompensasi dengan mengurangi

volumenya (bila TIK masih konstan). Mekanisme kompensasi

intrakranial ini terbatas, tetapi terhentinya fungsi neural dapat menjadi

parah bila mekanisme ini gagal. Kompensasi terdiri dari meningkatnya

Page 17: BAB 21

aliran cairan serebrospinal ke dalam kanalis spinalis dan adaptasi yang

berpotensi mengakibatkan kematian adalah penurunan aliran darah ke

otak dan pergeseran otak ke arah bawah (herniasi) bila TIK makin

meningkat. Dua mekanisme terakhir dapat berakibat langsung pada

fungsi saraf. Apabila tekan intrakranial berat dan menetap, maka

mekanisme kompensasi tidak efektif dan peningkatan tekanan dapat

menyebabkan kematian neural (Lombardo, 2003).

2.7 Patoofisilogi Trauma Kapitis

Trauma kapitis terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada

permukaan otak, laserasi cedera robekan, hemoragi, akibatnya akan terjadi

kemampuan autoregulasi cerebral yang kurang atau tidak ada pada area

cedera, dan konsekuensinya meliputi hiperemia. Peningkatan atau

kenaikan tekanan pada salah satu otak akan menyebabkan jaringan otak

tidak dapat membesar karena tidak ada aliran cairan otak dan sirkulasi

pada otak, sehingga lesi yang terjadi menggeser dan mendorong jaringan

otak. Bila tekanan terus menerus meningkat akibatnya tekanan pada ruang

kranium akan terus meningkat juga, sehingga aliran darah dalam otak akan

menurun dan terjadilah perfusi yang tidak adekuat, sehingga terjadi

masalah perubahan perfusi serebral. Perfusi yang tidak adekuat ini dapat

menimbulkan tingkatan yang gawat, yang berdampak adanya vasodilatasi

dan edema otak. Edema akan terus bertambah menekan atau mendesak

terhadap jaringan saraf, sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial

(Price, 2005).

Page 18: BAB 21

Edema jaringan otak akan mengakibatkan peningkatan TIK yang akan

menyebabkan herniasi dan penekanan pada batang otak. Dampak dari trauma

kapitis yaitu :

1. Pola pernafasan

Trauma kapitis akhirnya akan menyebabkan trauma serebral yang

ditandai dengan piningkatan tekanan intrakranial (TIK), yang

menyebabkan hipoksia jaringan dan kesadaran yang menurun.

Biasanya dapat menimbulkan hipoventilasi alveolar karena nafas

dangkal, sehingga menyebabkan kerusakan pertukaran gas (gagal

nafas) dan resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang akan

menyebabkan laju mortalitas tinggi. Cedera serebral ini juga dapat

menyebabkan herniasi hemisfer serebral sehingga terjadi pernafasan

chyne stoke, selain itu herniasi juga menyebabkan kompresi otak

tengah dan hipoventialsi neurogenik central (Smeltzer 2001).

2. Mobilitas fisik

Akibat trauma dai cedera otak berat dapat memepengaruhhi gerakan

tubuh sebagai akibatnya dari kerusakan pada area motorik otak. Selain

itu juga dapat menyebabkan kontrol volunter terhadap gerakan

terganggu dalam memenuhi perawatan diri dalam kehidupan sehari-

hari dan terjadi gangguan tonus otot dan penampilan postur abnormal,

sehingga menyebabkan masalah kerusakan mobilitas fisik

(Price, 2005).

Page 19: BAB 21

3. Keseimbangan ciaran

Trauma kapitis yang berat akan mempunyai masalah untuk

mempertahankan status hidrasi yang seimbang, sehingga respon

terhadap status berkurang dalam keadaan stress psikologis makin

banyak hormon anti diuretik dan makin banyak aldosteron diproduksi

sehingga mengakibatkan retensi cairan dan natrium pada trauma yang

menyebabkan fraktur tengkorak akan terjadi kerusakan pada kelenjar

hipofisis atau hipotalamus dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK).

Pada keadaan ini terjadlah disfungsi dan penyimpanan ADH sehingga

terjadi penurunan jumlah air dan menimbulkan dehidrasi (Price, 2005).

4. Aktifitas menelan

Trauma kapitis yang terjadi dapat menyebabkan gangguan area

mototrik dan sensorik dari hemisfer cerbral yang akan merusak

kemampuan untuk mendeteksi adanya makanan pada sisi mulut yang

dipengaruhi dan untuk memanipulasinya dengan gerakan pipi

(Price, 2005)

Page 20: BAB 21