Upload
rian-ahmad
View
39
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bab 3 Siap Cetak Revisi
Citation preview
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Umum Organisasi
Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen beralamat di Jalan
Kramat Raya No 136 Jakarta Pusat.
3.1.1.Sejarah dan perkembangan Organisasi
Kantor Inspeksi Pajak Jakarta Pusat Tiga adalah nama KPP Pratama
Jakarta Senen sebelum tahun 1984, yang berada di bawah instansi vertikal
Kantor Wilayah II Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Paripurna. Kemudian pada
tahun 1984 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor : 994/KMK.01/1984, Kantor Inspeksi Pajak Jakarta Pusat Tiga berada di
bawah instansi vertikal Kantor Wilayah XI Direktorat Jenderal Pajak Paripurna.
Modernisasi di awal tahun 2000-an memunculkan paradigma sistem
perpajakan modern, sehubungan dengan hal tersebut Departemen Keuangan juga
tidak luput mereorganisasi kembali instansi DJP dengan mengeluarkan keputusan
menteri keuangan yaitu Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
254/KMK.01/2004 tanggal 24 Mei 2004. KMK tersebut mengubah nama KPP
Jakarta Senen menjadi KPP Pratama Jakarta Senen yang menggunakan Sistem
Administrasi Modern dan sampai dengan saat ini ini berada di bawah koordinasi
instansi vertikal Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat.
1
2
Tingkat eselon II mengubah nama Kantor Wilayah VI DJP Jaya III menjadi
Kantor Wilayah DJP Jakarta I sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor: 443/KMK.01/2001.
Modernisasi di awal tahun 2000-an memunculkan paradigma sistem
perpajakan modern, sehubungan dengan hal tersebut Departemen Keuangan juga
tidak luput mereorganisasi kembali instansi DJP dengan mengeluarkan keputusan
menteri keuangan yaitu Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
254/KMK.01/2004 tanggal 24 Mei 2004. KMK tersebut mengubah nama KPP
Jakarta Senen menjadi KPP Pratama Jakarta Senen yang menggunakan Sistem
Administrasi Modern dan sampai dengan saat ini ini berada di bawah koordinasi
instansi vertikal Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat.
KPP Pratama Jakarta Senen diharapkan mampu mendorong terwujudnya Visi
Direktorat Jenderal Pajak yaitu menjadi model pelayanan masyarakat berkelas dunia
yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. KPP Pratama Jakarta Senen dirancang
untuk memberikan pelayanan prima bagi masyarakat sekaligus menuntaskan misi
organisasi Direktorat Jenderal Pajak yaitu mencapai target penerimaan pajak.
3.1.2 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen merupakan peleburan dari KPP Jakarta Senen dengan Kantor Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Pusat II. KPP Pratama Jakarta Senen merupakan instansi vertikal di bawah naungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat. Struktur organisasi KPP Pratama Jakarta Senen sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-Tingkat eselon II mengubah nama Kantor Wilayah VI DJP Jaya III menjadi
Kantor Wilayah DJP Jakarta I sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor: 443/KMK.01/2001.
3
Modernisasi di awal tahun 2000-an memunculkan paradigma sistem
perpajakan modern, sehubungan dengan hal tersebut Departemen Keuangan juga
tidak luput mereorganisasi kembali instansi DJP dengan mengeluarkan keputusan
menteri keuangan yaitu Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
254/KMK.01/2004 tanggal 24 Mei 2004. KMK tersebut mengubah nama KPP
Jakarta Senen menjadi KPP Pratama Jakarta Senen yang menggunakan Sistem
Administrasi Modern dan sampai dengan saat ini ini berada di bawah koordinasi
instansi vertikal Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat.
KPP Pratama Jakarta Senen diharapkan mampu mendorong terwujudnya Visi
Direktorat Jenderal Pajak yaitu menjadi model pelayanan masyarakat berkelas dunia
yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. KPP Pratama Jakarta Senen dirancang
untuk memberikan pelayanan prima bagi masyarakat sekaligus menuntaskan misi
organisasi Direktorat Jenderal Pajak yaitu mencapai target penerimaan pajak.
3.1.3 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen merupakan peleburan dari KPP
Jakarta Senen dengan Kantor Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Pusat II. KPP
Pratama Jakarta Senen merupakan instansi vertikal di bawah naungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat. Struktur organisasi KPP Pratama
Jakarta Senen sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
KMK-254/KMK.01/2004 tanggal 24 Mei 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I, Kantor Pelayanan Pajak Madya,
Kantor
4
Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I,
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor
2. Sub Bagian Umum
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
4. Seksi Pelayanan
5. Seksi Penagihan
6. Seksi Pemeriksaan
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV,dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Gambar susunan organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen adalah
seperti gambar di bawah ini:
5
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen berada dalam wilayah kerja
lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya seorang Kepala KPP dibantu oleh seluruh staf
baik Kepala Seksi maupun pelaksana dan fungsional pemeriksa yang bertanggung
jawab langsung kepadanya, bagian-bagian tersebut mempunyai uraian tugas
sebagai berikut:
a. Sub Bagian Umum, mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas melakukan
pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan
perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan
teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing , pelaksanaan i-
Sismiop dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.
c. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta
penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi
Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.
d. Seksi Penagihan, mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan akif, usulan
penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen
perpajakan.
6
e. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
f. Seksi Ekstensifikasi, Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penelitian objek pajak
dalam rangka ekstensifikasi.
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV, masing-masing
mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak, bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi
teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib
Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding.
h. Kelompok Jabatan Fungsional, mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan sepervisor
yaitu pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor.
i. Account Representative (AR) adalah pegawai pajak yang mengemban tugas
intensifikasi perpajakan melalui pemberian bimbingan/himbauan, konsultasi,
analisis, dan pengawasan terhadap Wajib Pajak.
j. Pelaksana adalah pegawai struktural yang mempunyai tugas
pengadministrasian segala dokumen yang ada di masing-masing seksi di
Kantor Pelayanan Pajak.
7
3.1.3 Kegiatan Usaha
Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi vertikal Direktorat
Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Kantor Wilayah Pajak. Tugas pokok KPP Pratama Jakarta Senen adalah
melaksanakan pelayanan koordinasi dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok
Direktorat Jenderal Pajak dalam wilayah kerjanya berdasarkan kebijaksanaan
teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.
Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang lainnya adalah
melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan dalam
wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi KPP Pratama Jakarta Senen adalah memberikan pelayanan,
bimbingan, koordinasi dan pengamanan teknis pelaksanaan tugas Direktorat
Jenderal Pajak dalam wilayahnya, pengamanan rencana kerja dan rencana
penerimaan perpajakan, memberi bimbingan dan koordinasi di bidang
penyuluhan serta pelayanan masyarakat di bidang perpajakan, pemantauan,
pengolahan, dan penyajian informasi perpajakan, registrasi dan evaluasi data
Wajib Pajak, pemeriksaan pajak, evaluasi dan pembinaan pelaksanaan
kebijaksanaan teknis pemeriksaan dan penagihan pajak serta pengawasan
terhadap seksi-seksi di lingkungan KPP Pratama Jakarta Senen.
8
3.2. Data Riset
3.2.1 Penerbitan Surat Teguran
Berikut adalah data rekapitulasi tindak penagihan dengan penerbitan Surat
Teguran.
Tabel III.1Rekapitulasi Tindakan Penagihan dengan Penerbitan Surat Teguran
Periode 2009 s.d 2010
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Senen
Berdasarkan tabel di atas menjelaskan penerbitan Surat teguran tahun pajak
2009 sampai 2010, dan di rinci setiap tahunnya berdasarkan triwulan.Pada tahun
2009 jumlah penerbitan Surat Teguran adalah 770 lembar
STP/SKBKB/SKBKBT, dan nilai piutang pajaknya sebesar Rp.15.714.437
Kemudian di tahun 2010 penerbitan Surat Teguran meningkat menjadi 2564
lembar STP/SKBKB/SKBKBT, dan nilai piutang pajaknya pajaknya sebesar
Rp.19.643.057. Selanjutnya pada tahun 2011 penerbitan Surat Teguran meningkat
kembali menjadi 3333 lembar STP/SKBKB/SKBKBT, dan nilai piutang pajaknya
sebesar Rp.25.535.961. Dan yang terakhir di tahun 2012 penerbitan Surat Teguran
9
adalah 4499 lembar STP/SKBKB/SKBKBT dengan nilai piutang pajaknya
sebesar Rp.32.605.529
Dapat di simpulkan dari data Surat Teguran 2009-2012 penerbitan Surat
Teguran meningkat,hal ini di karenakan masih kurangnya kesadaran wajib pajak
untuk membayar utang pajaknya.
3.2.2 Penerbitan Surat Paksa
Berikut adalah data rekapitulasi penagihan dengan penerbitan Surat Paksa.
Tabel III.2Rekapitulasi Tindakan Penagihan dengan Penerbitan Surat Paksa
Periode 2009 s.d 2012
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Senen
Berdasarkan tabel di atas menjelaskan penerbitan Surat Paksa dari tahun
2009-2012. Penagihan berdasarkan Surat paksa juga di rinci setiap tahunnya
berdasarkan triwulan. Pada tahun 2009 penerbitan surat paksa adalah 528 lembar
STP/SKBKB/SKBKBT, dan nilai piutang pajaknya sebesar Rp.13.024.726. Pada
tahun 2010 penerbitan surat paksa sebesar 660 lembar STP/SKBKB/SKBKBT,
dan nilai piutang pajaknya Rp.16.280.908 Selanjutnya pada tahun 2011 penerbitan
surat paksa sebesar 858 lembar STP/SKBKB/SKBKBT, dengan nilai piutang
pajaknya senilai Rp.21.164.181. Dan pada tahun 2012 penrbitan surat paksa
10
sejumlah 1158 lembar STP/SKBKB/SKBKBT, dengan nilai piutang pajaknya
senilai Rp.25.363.889.
Dari data surat paksa 2009 – 2012 dapat di simpulkan setiap tahun
penerbitan surat paksa cenderung meningkat. Dengan adanya data tersebut wajib
pajak tetap tidak taat untuk menjalani kewajiban perpajakannya.
3.2.3 Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan
Tabel III.3Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Periode 2009 s.d 2010
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Senen
Dari data di atas dapat di lihat pada tahun 2009 penerbitan Surat Perintah
Melakukan Penyitaan sebanyak 18 lembar STP/SKBKB/SKBKBT dengan
piutang pajaknya senilai Rp.7.955.514. Pada tahun 2010 penerbitan Surat Perintah
Melakukan Penyitaan sebanyak 25 lembar STP/SKBKB/SKBKBT, dengan
piutang pajaknya senilai Rp.8.634.407. Selanjutnya pada tahun 2011 penerbitan
Surat Perintah Melakukan Penyitaan sejumlah 32 lembar STP/SKBKB/SKBKBT,
dengan piutang pajaknya senilai Rp.12.164.510. Dan pada tahun 2012 penerbitan
11
Surat Perintah Melakukan Penyitaan sebanyak 33 lembar STP/SKBKB/sKBKBT
dengan piutang pajaknya senilai Rp.10.164.510.
Dari data tersebut menujukan tingkat kesadaran wajib pajak masih sangat
kurang karena dari tahun 2009 – 2012 pelaksanaan penagihan dengan tindakan
Surat Peritah dengan Melakukan Penyitaan meningkat.
4. Surat Permintaan Lelang
Selama tahun pajak 2006 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen
melalui seksi Penagihan telah melakukan dua kali pelaksanaan lelang atas
tunggakan pajak berdasarkan STP/SKPKB/SKPKBT yang belum dilunasi hingga
jatuh tempo dan atas STP/SKBKB/SKBKBT tersebut telah diterbitkan Surat
Teguran, penerbitan Surat Paksa dan penerbitan Surat Perintah Melakukan
Penyitaan.
5. Pencegahan dan Penyanderaan
Selama tahun pajak 2009 sampai 2012 Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Senen melalui seksi Penagihan tidak melakukan satu tindakan pencegahan
dan penyanderaan.
3.2.4. Target dan Realisasi Pencairan Utang Pajak
Dari data yang di dapat penulis untuk taget dan teralisasi pencairan utang
pajak, berdasarkan proses atau tata cara penagihan yang di mulai dari penerbitan
Surat Teguran kemudian di lanjutkan penerbitan Surat Paksa dan yang terakhir
penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.
12
Tabel III.4Data Pencairan Piutang Pajak dari Surat Teguran
(Dalam Ribuan)
Tahun Piutang Realisasi Piutang yang belum tertagih
2009 Rp15.714.437 Rp2.689.711 Rp.13.024.7262010 Rp19.643.057 Rp3.362.149 Rp.16.280.9082011 Rp25.535.961 Rp4.371.780 Rp.21.164.1812012 Rp32.605.529 Rp7.241.640 Rp.25.363.889
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Senen
Untuk piutang yang belum terealisasi dari penerbitan surat teguran akan di
teruskan penerbitan surat paksa. Berikut adalah tabelnya:
Tabel III.5Data Pencairan Piutang Pajak dari Surat Paksa
(Dalam Ribuan)
Tahun Piutang Realisasi Piutang yang belum tertagih
2009 Rp13.024.726 Rp 5.069.212 Rp 7.955.5142010 Rp16.280.908 Rp 7.646.501 Rp 8.634.4072011 Rp21.164.181 Rp 8.999.671 Rp12.164.5102012 Rp25.363.889 Rp15.199.379 Rp10.164.510
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Senen
Dari piutang yang belum terealisasi akan di teruskan penerbitan Surat
Perintah Melakukan Penyitaan. Berikut adalah persentase data pengaruh tindakan
penagihan yang di bandingkan dengan jumlah penerimaan piutang pajak
keseluruhan:
13
Tabel III.6Pencairan Piutang Pajak Pada Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan
(Dalam Ribuan)
Tahun Piutang SPMP Pencapaian atau Realisasi
2009 Rp 7.955.514 Rp 3.535.784 2010 Rp 8.634.407 Rp 5.396.505 2011 Rp 12.164.510 Rp 6.842.538 2012 Rp 10.164.510 Rp 6.160.300
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Senen
Dalam tabel di atas terlihat masih adanya tunggakan piutang pajak yang
akan di teruskan pada tindakan pelelangan.
Tabel III.7Pencapaian Kinerja Penagihan pada KPP Pratama Jakarta Senen
Periode 2009 s.d 2012(Dalam Ribuan)
Realisasi Piutang Surat Teguran,Surat Paksa, SMPM
Realisasi Penerimaan Pajak Keseluruhan
Persentase
Rp 11.294.707 Rp 21.265.545 18,8%Rp 16.405.155 Rp 31.325.956 19%Rp 20.213.989 Rp 56.471.626 28%Rp 28.601.319 Rp 43.206.889 15%
Sumber: Data yang di olah
Tabel ini adalah persentase kinerja divisi penagihan terhadap penerimaan pajak
keseluruhan pajak KPP Pratama Jakarta Senen. Berikut perhitungannya:
Rumus perhitungan persentase:
= realisasi penerimaan pajak keseluruh an
realisasi piutang surat teguran , surat paksa , spmp x 100%
14
Persentase 2009
= Rp .21 .265545Rp .11.294 .707 x 100%
= 18,8%
Persentase 2010
= Rp .31 .525 .956Rp .16 .405 .155 x 100%
= 19%
Persentase 2011
= Rp .56 .471 .626Rp .20 .213 .989 x 100%
= 28%
Persentase 2012
= Rp .43 .206 .889Rp .28 .601 .319 x 100%
= 15%
Dari perhitungan di atas pada tahun 2009 persentase kinerja penagihan sebesar
18,8%. Pada tahun 2010 sebesar 19%, kemudian pada tahun sebesar 28%. Dan
yang terakhir pada tahun 2012 persentase kinerja penagihan sebesar 15%.
3.2.5. Persentase Tata Cara Penagihan dari menerbitkan Surat Teguran
dan Surat Paksa.
Persentase tata cara penagihan dari menerbitkan Surat Teguran dan Surat
Paksa dari tahun pajak 2009 sampai 2012 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
15
Surat Teguran
= 100 % (-) % Surat Paksa
= 100 % (-) 25,73 %
= 74,26 %
Surat Paksa
=Totalsurat Paksa
Tota Surat Teguran x 100 %
3.2.04= x 100 %
12.448
= 25,73%
Berikut adalah tabel persentase tingkat kepatuhan dari penerbitan surat teguran dan surat paksa.
Tabel III.7Persentase tata Cara Penagihan Pajak tahun pajak 2009 – 2012
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Senen
Berdasarkan tabel diatas menggambarkan persentase tata cara penagihan
pajak untuk tahun pajak 2009 samapai 2012 di Kantor Pelayan Pajak Pratama
bahwa dari proses penerbitan Surat Teguran menghasilkan 74,26 % pencairan
utang pajak dan dengan menerbitkan Surat Paksa menghasilkan 25,73 %. Dari
hasil tersebut dapat dengan cara sebagai berikut:
Tingkat Kepatuhan tahun 2009 -2012 (%)
Tingkat Kepatuhan Tahun 2009 - 2012 (%)
Surat Teguran Surat Paksa
74,26 25,73
16
3.3. Analisa
3.3.1. Analisa Penagihan Pajak Terutang Terhadap Penerimaan Pajak
Berdasarkan tata cara penagihan mulai tahun pajak 2009 sampai 2012
Kantor Pajak Pelayanan Pratama Jakarta Senen dari menerbitkan Surat Teguran
mengeluarkan 11166 lembar surat dengan nilai utang pajaknya Rp.92.958.984,
lalu menerbitkan Surat Paksa sebanyak 3.204 lembar surat dengan nilai utang
pajaknya Rp. 75.833.704. Dan setelah menerbitkan Surat Perintah Melakukan
Penyitaan sebanyak 107 lembar surat dengan nilai utang pajaknya Rp, 38.918.941.
Untuk total pencairan piutang pajak dari hasil penagihan penerbitan surat
teguran periode 2009 s.d 2012 adalah sebesar Rp.17.665.280. Dan untuk total
pencairan piutang pajak dari hasil penerbitan surat paksa dari tahun 2009 s.d 2012
adalah sebear Rp.36.914.763.Dan yang terakhir pencairan piutang pajak dari hasil
penerbitan surat peritah melakukan penyitaan adalah sebesar Rp.21.935.127.
Persentase kinerja divisi penagihan pada tahun 2009 adalah 18,8%,
keudian pada tahun 2010 adalah 19%. Pada tahun 2011 sebesar 28%. Dan pada
tahun 2012 terjadi penurunan sehingga hanya 15%.
Dari hasil analisa tersebut bahwa tata cara atau proses penagihan yang
dilakukan oleh divisi penagihan (jurusita) kepada wajib pajak yang terhutang
memiliki peranan terhadap Penerimaan Pajak atas pencairan utang pajak pada
Kantor Pelayana Pajak Pratama Jakarta Senen, walaupun tidak mencapai target.
3.3.2. Analisa Permasalahan Pokok
17
Adapun permasalahan pokok yang terdapat dalam Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Kurangnya jurusita pada pelaksanaan penagihan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen berupa petugas penagihan yang
kurang dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dan
Karakter Wajib Pajak yang kompleks sehingga dalam melaksanakan
kegiatan penagihan terkendala oleh situasi dan kondisi lapangan.
Solusinya di KPP Pratama Jakarta Senen segera mengangakat Jurusita atau
penagihan pajak baru yang di anggap mampu dan memenuhi syarat dan
ketentuan formal untuk diangkat menjadi jurusita atau penagihan sehingga
kekurangan jurusita atau penagihan dapat terpenuhi kondisi ideal
dibandingkan dengan Jumlah Wajib Pajak. Dan untuk Karakter Wajib
Pajak yang kompleks merupakan faktor eksternal yang harus diselesaikan
dengan cara mengadakan sosialisasi dan memberikan pemahaman akan
pentingnya penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Senen.
2. Kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban pajaknya terbukti
dengan semakin meningkatnya piutang pajak setiap tahunnya. Solusinya di
KPP Pratama Jakarta Senen perlu memberikan penjelasan dan pengertian
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, apabila wajib pajak tetap tidak
mempunyai itikad baik, harus dilaksanakan mulai dari penerbitan Surat
Perintah Penagihan Pajak Seketika, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan
Penyitaan, pengumuman ke media massa, pemblokiran rekening bank
wajib pajak, pelaksanaan pelelangan harta wajib pajak yang disita,
pencegahan keluar negeri, sampai pada tindakan penyanderaan.
18
3. Identitas Wajib Pajak yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya karena
banyak data Wajib Pajak di master file Wajib Pajak dengan data di
lapangan berbeda sehingga kendala dalam proses penagihan.
Solusinya dalam menerbitkan NPWP/PKP yang dilakuakn di divisi
pelayanan dan divisi ekstensifikasi pajak harus mencantumkan alamat
dengan lengkap berikut RT/RW serta alamat korespondensi yang lengkap
dan nomor telepon yang bisa dihubungi, divisi pelayanan dan divisi
ekstensifikasi seharusnya menerbitkan NPWP dengan selektif dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai data dari Wajib Pajak, khususnya untuk
Badan diminta syarat dan ketentuan formal beserta Kartu Keluarga
pemegang saham karena apabila Wajib Pajak tersebut bermasalah dan
mempunyai utang pajak dapat dengan mudah dilacak keberadaanya
sehingga peluang Wajib Pajak menghindar dari kewajiban perpajaknnya.
4. Adanya Penerimaan pajak yang tidak terealisasai saat penagihan pajak
dikarenakan hutang pajak yang sudah kadaluarsa masih ada dalam sistem
sehingga pencairan utang pajak yang sudah kadarluarsa.
Solusi KPP Pratama Jakarta Senen mengusulkan penghapusan tunggakan
piutang pajak kepada Menteri Keuangan agar daftar sisa tunggakan pajak
sudah kadarluarsa dihapus dan sehingga tidak menjadi acuan pencairan
tunggakan karena dapat mempengaruhi kinerja penagihan.