29
40 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini dibutuhkan uji reliabilitas dan uji validitas atas instrumen penelitian yang disusun oleh peneliti. Untuk melakukan uji validitas, peneliti menggunakan prinsip (experts judgement). Bahwa pengujian validitas atas isi instrumen penelitian menggunakan pendapat dari para ahli. Peneliti telah meminta bantuan kepada dosen Ilmu Komunikasi khususnya dosen penguji proposal penelitian untuk menelaah apakah materi instrumen telah sesuai dengan konsep yang diukur. Dan setelah melakukan uji validitas, instrumen penelitian yang telah disusun dinyatakan valid sehingga peneliti dapat melanjutkan penelitian dengan instrumen yang telah dicapai kesepakatan validnya dalam uji validitas. Setelah menemukan hasil dari uji validitas, langkah berikutnya adalah melakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk melihat konsistensi dari serangkaian pengukuran dari alat ukur yang telah ditentukan oleh peneliti. 46 Untuk menemukan hasil dari uji reliabilitas dari instrumen penelitian yang telah disusun, peneliti membutuhkan orang lain yang berperan sebagai koder. Dalam melakukan uji reliabilitas ini, peneliti menggunakan formula Holsti. Reliabilitas Antar-Coder = 2M N1 + N2 46 Eriyanto. Ibid. Hal. 281.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

40

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini dibutuhkan uji reliabilitas dan uji validitas atas

instrumen penelitian yang disusun oleh peneliti. Untuk melakukan uji validitas,

peneliti menggunakan prinsip (experts judgement). Bahwa pengujian validitas atas

isi instrumen penelitian menggunakan pendapat dari para ahli. Peneliti telah

meminta bantuan kepada dosen Ilmu Komunikasi khususnya dosen penguji

proposal penelitian untuk menelaah apakah materi instrumen telah sesuai dengan

konsep yang diukur. Dan setelah melakukan uji validitas, instrumen penelitian

yang telah disusun dinyatakan valid sehingga peneliti dapat melanjutkan

penelitian dengan instrumen yang telah dicapai kesepakatan validnya dalam uji

validitas.

Setelah menemukan hasil dari uji validitas, langkah berikutnya adalah

melakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk melihat konsistensi

dari serangkaian pengukuran dari alat ukur yang telah ditentukan oleh peneliti.46

Untuk menemukan hasil dari uji reliabilitas dari instrumen penelitian yang telah

disusun, peneliti membutuhkan orang lain yang berperan sebagai koder. Dalam

melakukan uji reliabilitas ini, peneliti menggunakan formula Holsti.

Reliabilitas Antar-Coder = 2M

N1 + N2

46 Eriyanto. Ibid. Hal. 281.

Page 2: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

41

Keterangan :

M = Jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder).

N1 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 1.

N2 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 2.47

Peneliti meminta bantuan kepada rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi

Unika Soegijapranata, Adela Cantika sebagai koder pertama (C2) dan Silvy

Mefita mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro sebagai koder

kedua (C3). Untuk mendapatkan hasil dari uji reliabilitas, peneliti menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut;

1. Memberikan arahan dan penjelasan mengenai unit analisis dan

kategorisasi yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti.

2. Kedua koder melakukan pengukuran pada 10 persen dari sampel yang

telah ditentukan, yakni masing-masing 11 berita.

3. Masing-masing hasil pengukuran koder 2 dan koder 3 dibandingkan

dengan hasil penelitian peneliti dengan menggunakan formula Holsti.

Peneliti melakukan uji reliabilitas pada 12 instrumen penelitian yang telah

disusun sebelumnya. Berikut merupakan tabel instrumen penelitian yang telah

disusun oleh peneliti;

Tabel 4.1 Indikator Penelitian

No Indikator

1. Masih dalam tahap penyelidikan.

2. Belum mempunyai bukti tindak kejahatan.

3. Belum ada keputusan dari hakim.

4. Pemberitaan dengan informasi nyata seperti di lapangan.

5. Pemberitaan tidak dibuat dengan asumsi wartawan.

47 Eriyanto. Ibid. Hal. 290.

Page 3: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

42

6. Pemberitaan yang mengenal belas kasihan dan tidak kasar.

7. Pemberitaan yang tidak mengikutsertakan kronologis secara

vulgar.

8. Pemberitaan yang mematuhi norma kesusilaan.

9. Memakai inisial atau nama samaran.

10. Menyembunyikan identitas keluarga korban.

11. Memakai inisial atau nama samara.

12. Korban anak merupakan seorang yang berusia kurang dari 16

tahun atau belum menikah.

Sumber: Olahan Peneliti.

Dan berikut ini merupakan hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan

oleh peneliti;

1. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (1)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 9 dan 8. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti, maka

diperoleh angka 0,81 dan 0,72.

2. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (2)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 10 dan 10. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti,

maka diperoleh angka 0,90 dan 0,90.

3. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (3)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 8 dan 8. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti, maka

diperoleh angka 0,72 dan 0,72.

4. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (4)

Page 4: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

43

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 9 dan 10. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti,

maka diperoleh angka 0,81 dan 0,90.

5. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (5)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 8 dan 10. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti,

maka diperoleh angka 0,72 dan 0,90.

6. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (6)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 10 dan 8. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti,

maka diperoleh angka 0,90 dan 0,72.

7. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (7)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 10 dan 10. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti,

maka diperoleh angka 0,90 dan 0,90

8. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (8)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 10 dan 9. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti,

maka diperoleh angka 0,90 dan 0,81.

9. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (9)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 8 dan 8. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti, maka

diperoleh angka 0,72 dan 0,72.

Page 5: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

44

10. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (10)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 8 dan 8. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti, maka

diperoleh angka 0,72 dan 0,72.

11. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (11)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 8 dan 8. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti, maka

diperoleh angka 0,72 dan 0,72.

12. Hasil Uji Reliabilitas Indikator (12)

Jumlah koding yang disetujui oleh peneliti dan masing-masing koder

adalah 9 dan 11. Berdasarkan rumus koefisien reliabilitas dari Holsti,

maka diperoleh angka 0,81 dan 1. Dan berikut ini rekap hasil uji

reliabilitas yang didapatkan oleh peneliti;

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas

Indikator Koder 1 x Koder 2 Koder 1 x Koder 3

(1) 0,81 0,72

(2) 0,90 0,90

(3) 0,72 0,72

(4) 0,81 0,90

(5) 0,72 0,90

(6) 0,90 0,72

(7) 0,90 0,90

(8) 0,90 0,81

(9) 0,72 0,72

(10) 0,72 0,72

(11) 0,72 0,72

(12) 0,81 1

Sumber: Olahan Peneliti.

Setelah melakukan uji reliabilitas dan semua hasil coefficient reliability

mencapai diatas 0,70 persen maka instrumen penelitian yang disusun oleh

Page 6: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

45

peneliti sudah dianggap memadahi dan dapat digunakan untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

Dari hasil uji reliabilitas diatas, peneliti menemukan beberapa hasil uji

dengan angka temuan 0,72 persen. Angka temuan tersebut menandakan bahwa

beberapa hasil uji reliabilitas dengan angka 0,72 persen sangat mendekati angka

dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48

Dan hal ini terjadi pada 11

perbandingan dari hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh peneliti.

Temuan 0,72 persen pertama terdapat pada uji reliabilitas dari koder 1 dan

koder 3 pada indikator (1). Isi dari indikator (1) adalah masih dalam tahap

penyelidikan. Indikator tersebut merupakan bagian dari kategorisasi

menghormati asas praduga tak bersalah. Dalam penelitian indikator (1), peneliti

mencari dan melihat apakah berita tersebut masih dalam tahap penyelidikan atau

kasus yang ada dalam berita kriminal tersebut telah berada pada tahap akhir

yaitu tahap penjatuhan hukuman oleh hakim.

Namun pada dasarya prinsip uji reliabilitas adalah mencari konsistensi dari

instrumen penelitian yang telah disusun peneliti. Dari hasil uji reliabilitas antara

koder 1 dan koder 3 pada indikator (1) menghasilkan angka 0,72 persen.

Terdapat 3 perbedaan dari keseluruhan unit analisis yang dijadikan sampel uji

reliabilitas atas instrumen penelitian tepatnya pada berita 2, 10, dan 11.

Perbedaan tersebut sudah biasa, karena pandangan tiap koder pastinya berbeda

satu sama lain ketika melakukan pendalaman atas unit analisis yang diteliti.

Perhitungan uji reliabilitas melihat dari persamaan pandangan dari kedua koder

48 Eriyanto. Ibid. Hal. 259.

Page 7: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

46

atas indikator yang ada dalam instrumen penelitian. Dan hasil tersebut

dinyatakan sah karena angka temuan hasil uji reliabilitas di atas 0,70 persen.49

Temuan hasil uji reliabilitas selanjutnya adalah uji reliabilitas pada

indikator (3). Kedua hasil antara koder 1 dan koder 2 dan koder 1 dan koder 3

sama pada angka 0,72 persen. Isi dari inikator (3) adalah belum ada keputusan

dari hakim. Terdapat 3 perbedaan dari masing-masing uji reliabilitas antar koder

yang telah dilakukan. Perbedaan antara koder 1 dan koder 2 terletak pada berita

2, 4, dan 11, sedangkan antara koder 1 dan koder 3 terletak pada berita 9, 10,

dan 11.

Dalam penelitian indikator ini adalah mencari apakah unit analisis yang

dijadikan sampel masih dalam hasil penyidikan kepolisian atau telah masuk

dalam tahap pemberian keputusan dari hakim. Melalui perhitungan uji

reliabilitas ditemukan hasil sama pada angka 0,72 persen. Hasil tersebut

dinyatakan sah dan reliabel karena batas reliabel atau tidaknya uji reliabilitas

adalah 0,70 persen.50

Temuan hasil uji reliabilitas selanjutnya adalah pada indikator (5). Dalam

hasil uji reliabilitas ini ditemukan angka 0,72 persen perbandingan antara koder

1 dan koder 2. Isi dari indikator (5) adalah pemberitaan tidak dibuat dengan

asumsi wartawan. Terdapat 3 perbedaan dalam hasil uji reliabilitas antar koder

setelah melakukan pengujian. Perbedaan ini terdapat pada berita 2, 6, dan 7.

Dalam penelitian indikator (5) adalah melihat konten unit analisis atau

berita yang benar-benar sesuai dengan kejadian nyata tanpa ada campur tangan

49 Eriyanto. Ibid. Hal. 259. 50 Eriyanto. Ibid. Hal. 259.

Page 8: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

47

dari asumsi pribadi wartawan. Harapan dari penerapan indikator (5) agar

informasi yang diberikan kepada masyarakat dapat mengedukasi dengan baik.

Dampak negatif yang akan timbul ketika wartawan melanggar indikator (5)

akan terjadi kesalah pahaman, karena wartawan melebih-lebihkan kejadian yang

sesungguhnya. Dan juga dapat mengubah pola pikir masyarakat pembaca akan

isi dari pemberitaan tersebut. Namun kembali lagi pada batas hasil uji

reliabilitas yaitu 0,70 persen, hasil ini dikatakan sah-sah saja.51

Temuan hasil uji reliabilitas selanjutnya ada dalam pengujian pada

indikator (6). Angka yang dihasilkan dalam pengujian ini sebesar 0,72 persen

perbandingan antara koder 1 dan koder 3. Isi dari indikator (6) adalah

pemberitaan yang mengenal belas kasihan dan tidak kasar. Terdapat 3

perbedaan dari 2 koder penelitian yang menghasilkan angka tersebut dan

tepatnya terletak pada berita 3, 4, dan 7.

Dalam penelitian indikator (6) adalah melihat dimana konten dari unit

analisis tidak terdapat tulisan yang bersifat kasar dan tetap pada jalur yang

mengenal jiwa keperimanusiaan. Konten tersebut bisa mengarah kepada korban

maupun pelaku kejahatan dalam berita yang dituliskan oleh para wartawan. Dan

hasil 0,72 persen tetap dinyatakan reliabel karena batas dari uji reliabilitas

sendiri adalah pada angka 0,70 persen.52

Temuan hasil uji reliabilitas selanjutnya ada dalam pengujian pada

indikator (9). Angka yang dihasilkan dalam pengujian perbandingan antara

koder 1 dan koder 2, koder 1 dan koder 3 sebesar 0,72 persen. Isi dari indikator

51 Eriyanto. Ibid. Hal. 259. 52 Eriyanto. Ibid. Hal. 259.

Page 9: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

48

(9) adalah memakai inisial atau nama samaran. Terdapat 3 perbedaan dari

masing-masing koder, pada koder 1 dan 2 perbedaannya pada berita 2, 9, dan

11. Sedangkan pada koder 1 dan 3 perbedaannya terletak pada berita 2, 9, dan

11.

Dalam penelitian indikator (9) adalah melihat pada konten berita apakah

wartawan sudah menerapkan pemakaian inisial nama terhadap korban tindak

kejahatan. Dan hasil uji reliabilitas terhadap 2 koder tersebut menghasilkan

angka 0,72 persen yang mengartikan indikator pada isntrumen penelitian

bersifat reliabel.

Temuan selanjutnya ada pada uji reliabilitas pada indikator (10). Angka

yang dihasilkan pada uji reliabilitas perbandingan antara koder 1 dan 2, 1 dan 3

adalah sama 0,72 persen. Isi dari indikator (10) sendiri adalah menyembunyikan

identitas keluarga korban. Terdapat 3 perbedaan dari tiap hasil uji reliabilitas.

Pada koder 1 dan 2 perbedaannya terletak pada berita 4, 5, dan 9. Sedangkan

pada koder 1 dan 3 terletak pada berita 2, 6, dan 11.

Dalam penelitian indikator (10) adalah melihat apakah wartawan telah

menyembunyikan identitas keluarga korban tindak kejahatan. Setidaknya

dengan menggunakan inisial atau dengan nama samara. Namun mengingat hasil

uji reliabilitas pada 2 koder tersebut menghasilkan angka 0,72 persen, maka

indikator (10) dinyatakan reliabel dan dapat dilanjutkan dalam penelitian

selanjutnya.

Temuan selanjutnya ada pada uji reliabilitas pada indikator (11). Angka

yang dihasilkan pada uji reliabilitas perbandingan antara koder 1 dan 2, 1 dan 3

Page 10: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

49

adalah sama 0,72 persen. Isi dari indikator (11) adalah memakai inisial atau

nama samaran. Terdapat 3 perbedaan dari tiap hasil uji reliabilitas. Pada koder 1

dan 2 perbedaannya terletak pada berita 2, 4, dan 11. Sedangkan pada koder 1

dan 3 terletak pada berita 2, 9, dan 11.

Dalam penelitian indikator (11) adalah melihat konten pada berita apakah

wartawan telah memakai inisial atau nama samaran untuk korban tindak

kejahatan asusila. Hal ini menjadi elemen sangat penting khususnya dalam

penerapan Kode Etik Jurnalistik pasal 5. Dalam hal ini wartawan di wajibkan

untuk menghormati privasi seseorang, apalagi yang menjadi korban tindak

kejahatan asusila.

4.2 Pembahasan

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita kriminal

pada surat kabar Jawa Pos Radar Semarang periode 1 Agustus 2017 – 30

September 2017. Total berita kriminal yang dijadikan sampel penelitian selama

periode yang telah ditentukan oleh peneliti sejumlah 106 berita.

Tabel 4.3 Daftar Berita Kriminal Periode Agustus-September 2017

No Edisi Judul

1. Selasa 1 Agustus 2017 Mahasiswa Unnes Resmi Tersangka Joki

2. Selasa 1 Agustus 2017 Pamitnya Kondangan, Ternyata di Sidang

3. Selasa 1 Agustus 2017 Pembobol Puskesmas Diringkus

4. Selasa 1 Agustus 2017 Curi Tabung Gas, Alasannya Demi Hidupi Anak

5. Rabu 2 Agustus 2017 Bapak-Anak Edarkan Sabu

6. Kamis 3 Agustus 2017 Driver Grab Babak Belur Dikeroyok 4 Pemabuk

7. Kamis 3 Agustus 2017 Potong 15 Persen, Diserahkan Melalui Bardi

8. Jumat 4 Agustus 2017 Motor Maling Ketinggalan, Ludes Dibakar Warga

9. Jumat 4 Agustus 2017 Terpegok Mencuri, Lemparkan Laptop

10 Sabtu 5 Agustus 2017 DJ Liquid di Tuntut 7 Tahun, Seret Nama Hendrik

11. Sabtu 5 Agustus 2017 Jajan Pakai Upal, Warga Jakarta Diringkus

12. Minggu 6 Agustus 2017 Terpegok Transaksi, 2 Pengedar

Page 11: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

50

13. Minggu 6 Agustus 2017 Ditangkap Bobol Toko Alkes, Pencuri Gondol Uang

Tunai Rp 11 Juta

14. Minggu 6 Agustus 2017 Bobol Rumah, Cuma Makan Mi dan Nonton TV

15. Senin 7 Agustus 2017 Amankan 300 Liter Ciu

16. Senin 7 Agustus 2017 Diduga Ketahuan Selingkuh, Pukuli Istri

17. Selasa 8 Agustus 2017 Jelang Idul Adha, Curi Sapi, Ditangkap Polisi

18. Selasa 8 Agustus 2017 Lagi, Ringkus Kurir Sabu

19. Selasa 8 Agustus 2017 Jual Buku Untuk Beli Miras

20. Selasa 8 Agustus 2017 Lagi, Driver Grab Dikeroyok

21. Rabu 9 Agustus 2017 Pesta Oplosan, 4 Tewas, 3 Kritis

22. Rabu 9 Agustus 2017 Selipkan Sabu Dalam Nasi Bungkus

23. Rabu 9 Agustus 2017 Usai di BAP, Pelaku Curat Kabur

24. Kamis 10 Agustus 2017 Curi Baju di Mal, Terekam CCTV

25. Kamis 10 Agustus 2017 Bekuk 3 Tersangka Curanmor, 1 Buron

26. Jumat 11 Agustus 2017 Pesta Oplosan, 8 Siswa SMP Diamankan

27. Jumat 11 Agustus 2017 Bos Jamu PT Nyonya Meneer Di Polisikan

28. Jumat 11 Agustus 2017 Dipecat Tanpa Pesangon, Coba Bunuh Majikan

29. Jumat 11 Agustus 2017 Mahasiswi Pembuang Bayi Masih Diperiksa

30. Jumat 11 Agustus 2017 Gadaikan Mobil Sewaan, Dibekuk Polisi

31. Sabtu 12 Agustus 2017 Bos Hyundai Semarang Polisikan Wanita Hamil

32. Sabtu 12 Agustus 2017 Nyabu, Sopir Truk Terciduk

33. Sabtu 12 Agustus 2017 Tiga Tahun Ayah Kandung Cabuli Anaknya

34. Minggu 13 Agustus 2017 Diduga pesta Sabu, Tiga Polisi Ditangkap

35. Minggu 13 Agustus 2017 Sehari, Tiga Minimarket Dibobol

36. Senin 14 Agustus 2017 2 Kali Nyambret, Resedivis Diciduk

37. Rabu 16 Agustus 2017 Tiga Pemuda Babak Belur Dihajar Geng Motor

38. Rabu 16 Agustus 2017 Sekda Kebumen Dituntut 5 Tahun

39. Kamis 17 Agustus 2017 Dibunuh, Mayat Dibuang di Jalan

40. Kamis 17 Agustus 2017 Bos PGK Diduga Palsu Tanda Tangan Wali Kota

41. Sabtu 19 Agustus 2017 Pencuri Kotak Amal Musala Babak Belur

42. Minggu 20 Agustus 2017 Curi Motor Perusahaan, Kemudian Laporan Polisi

43. Selasa 22 Agustus 2017 Lima Tersangka Narkoba Ditangkap

44. Rabu 23 Agustus 2017 3 Orang Ditangkap Saat Pesta Sabu

45. Rabu 23 Agustus 2017 Pembunuh Dosen Undip Dijerat Pasal Berlapis

46. Rabu 23 Agustus 2017 Pelaku Utama Masih Diburu

47. Rabu 23 Agustus 2017 Uang Saku Untuk Beli Miras

48. Rabu 23 Agustus 2017 Kholiq Pukul Pakai Paving, Iwan Tusuk 14 Kali

49. Kamis 24 Agustus 2017 Ngaku Dukun, Cabuli Pasien Di Hotel

50. Kamis 24 Agustus 2017 Kini Pengedar Narkoba Gunakan Jalur Laut

51. Kamis 24 Agustus 2017 Gelapkan Motor, Lalu Dijual di Facebook

52. Senin 28 Agustus 2017 Pengedar Pil Koplo Dibekuk

53. Selasa 29 Agustus 2017 Keluar Dari Penjara, Pecandu Sabu Diringkus

54. Rabu 30 Agustus 2017 Gagalkan Transaksi, Bekuk Napi Pengendali

55. Rabu 30 Agustus 2017 Nyabu, Ibu Rumah Tangga Dibekuk

Page 12: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

51

56. Rabu 30 Agustus 2017 Tiga Pencuri Kayu Berhasil Dibekuk

57. Jumat 1 September 2017 Kenalan di Medsos, Janda Muda Tertipu Rp 22 Juta

58. Jumat 1 September 2017 Dua Bersaudara Terancam Tujuh Tahun Penjara

59. Jumat 1 September 2017 Bandar Togel Diringkus Polisi

60. Jumat 1 September 2017 Pencuri Helm Ditangkap Korbannya

61. Sabtu 2 September 2017 Palak Pengemis, Dituntut 4 Tahun Penjara

62. Selasa 5 September 2017 Bulliying Diduga Terjadi di SMA TN

63. Selasa 5 September 2017 Pesta Miras Oplosan, Tiga Tewas

64. Rabu 6 September 2017 Mencuri Di Masjid Korem

65. Kamis 7 September 2017 Diduga Korupsi, Juru Timbang Bulog Ditahan

66. Kamis 7 September 2017 Bandar Judi Dadu Dibekuk

67. Sabtu 9 September 2017 Suruh Nenek Mengemis, Divonis 3,5 Tahun

68. Senin 11 September 2017 30 Pemuda Tawuran, Tujuh Diamankan

69. Senin 11 September 2017 Vixion Warna Putih Digasak Pencuri

70. Selasa 12 September

2017

Empat Siswa SMP Rampas Motor

71. Selasa 12 September

2017

4 Pemakai Sabu Ditangkap

72. Selasa 12 September

2017

Warga Gagalkan Dua Pencuri Spesialis Jok

73. Rabu 13 September 2017 Jadi Kurir Narkoba, Pasutri Ditangkap

74. Rabu 13 September 2017 Mantan Kepala Pasar Dituntut 15 Bulan Penjara

75. Rabu 13 September 2017 Polisi Buru Pembunuh Pasangan Pengusaha

76. Rabu 13 September 2017 Bawa Kabur Motor Kenalan

77. Kamis 14 September

2017

Tiga Pembunuh Dibekuk, Satu Tewas Ditembak

78. Kamis 14 September

2017

Dijerat Lehernya dan Ditusuk

79. Kamis 14 September

2017

Tiga Pencuri Kentang Dihajar Massa

80. Jumat 15 September

2017

Lecehkan Polisi, Pelajar Diciduk

81. Jumat 15 September

2017

Uang Rp 300 raib

82. Sabtu 16 September 2017 Buron Setahun, Diringkus

83. Sabtu 16 September 2017 Jual Miras, Lima Warung Makan Di Razia

84. Minggu 17 September

2017

Edarkan Pil Koplo, Dua Pelajar SMK Diringkus

85. Senin 18 September 2017 Kusman Terancam Tujuh Tahun Penjara

86. Selasa 19 September

2017

Peredaran Obat Kuat Ilegal Dibongkar

87. Selasa 19 September

2017

Dikendalikan dari Lapas, Kurir Narkoba Dibekuk

88. Selasa 19 September

2017

BNN Amankan Pengedar Pil Excimer

Page 13: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

52

89. Kamis 21 September

2017

BPN dan Tim Kurator Nyonya Meneer Digugat

90. Kamis 21 September

2017

Bupati Klaten Divonis 11 Tahun

91. Kamis 21 September

2017

Pelajar Saling Lempar Batu

92. Kamis 21 September

2017

Buron Sehari, Pembunuh Dukun Dibekuk

93. Jumat 22 September

2017

Ditangkap, Hina Jokowi di Facebook

94. Minggu 24 September

2017

Sulit Bedakan Cinta dan Ketakutan

95. Selasa 26 September

2017

Dipancing Lewat FB, Pencuri PS Ditangkap

96. Selasa 26 September

2017

Istri Jadi TKW, Kakek Cabuli Anak Tetangga

97. Selasa 26 September

2017

Bekuk Pengedar Narkoba dan 23 Penjudi

98. Selasa 26 September

2017

Pecah Kaca, Perampok Gondol Rp 100 Juta

99. Rabu 27 September 2017 Seorang Dokter Segera Diadili

100. Rabu 27 September 2017 Buron Curanmor Ditangkap

101. Kamis 28 September

2017

Curi Motor Tetangga Dibekuk

102. Jumat 29 September

2017

Tergiur Bisnis BBM, Eks Dewan Tertipu Rp 390 Juta

103. Jumat 29 September

2017

Tawuran, 93 Siswa SMK Diamankan

104. Jumat 29 September

2017

Memeras Orang Pacaran Diringkus

105. Sabtu 30 September 2017 Tergoda Paha, Gagal Mencuri Burung

106. Sabtu 30 September 2017 Paling Banyak Pembelinya Anjal

Sumber: Olahan Peneliti.

Setelah peneliti mengumpulkan berita yang akan dijadikan subjek

penelitian, selanjutnya peneliti melakukan pengukuran penerapan Kode Etik

Jurnalistik (PWI) khususnya pasal 4 dan pasal 5. Dan berikut isi dari kedua pasal

tersebut,

Pasal 4 : “Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis

dan cabul”.

Page 14: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

53

Pasal 5 : “Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan

identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak

yang menjadi pelaku kejahatan”.53

Dalam penelitian ini, peneliti telah menyusun batasan/kategori yang telah

ditemukan agar memudahkan peneliti untuk membedah lebih dalam unit analisis

yang telah ditentukan. Peneliti melakukan pengukuran pada tiap-tiap kalimat

berita yang dijadikan sampel penelitian. Dan berikut ini merupakan hasil dan

analisis penelitian yang telah ditemukan oleh peneliti.

Tabel 4.4 Tema Berita Kriminal Jawa Pos Radar Semarang Periode

Agustus-September 2017

Tema Berita Frekuensi (F) Persen (%)

Pembunuhan 9 8,5

Penganiayaan 9 8,5

Target Operasi 1 0,9

Narkoba/Miras dan Judi 32 30,2

Pemerkosaan/Pencabulan 3 2,8

Perampokan/Pencurian 26 24,5

Pengancaman/Pemanfaatan 4 3,8

Korupsi 4 3,8

Pelecehan IITE 2 1,9

Kerusuhan/Perusakan 3 2,8

Penipuan/Penggelapan 11 10,4

Pembuangan Bayi 1 0,9

Pungli 1 0,9

Jumlah 106 100

Sumber: Olahan Peneliti.

Berdasarkan hasil temuan peneliti dalam periode 1 Agustus – 30

September 2017, tema berita kriminal yang mendominasi adalah tentang

kejahatan narkoba, miras, dan perjudian yaitu sebanyak 32 item dengan presentase

53 Internet. Ibid. https://pwi.or.id/index.php/uu-kej

Page 15: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

54

30,2 persen. Selain itu, tema perampokan dan pencurian juga sering muncul pada

periode tersebut, yaitu sebanyak 26 item dengan presentase 24,5 persen.

4.1.1 Analisis Kategori Tulisan Bohong dan Fitnah

Peneliti melakukan analisis ini berdasarkan dua kategori yang ada dalam

kategori penelitian yang tepatnya terdapat pada pasal 4 Kode Etik Jurnalistik

(PWI), yaitu menghormati asas praduga tak bersalah dan menyiarkan informasi

yang tidak memfitnah. Dan peneliti melakukan penurunan menjadi 2 aspek yang

dijadikan batasan dalam menganalisis, penafsirannya sebagai berikut;

a. Bohong, artinya sesuatu yang sebelumnya sudah diketahui oleh

wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah, artinya tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja

dengan niat buruk.54

Tabel 4.5 Hasil Analisis Kategori Tulisan Bohong dan Fitnah

Item Frekuensi Presentase (%)

Ada 0 0

Tidak Ada 106 100

Tidak Jelas 0 0

Jumlah 106 100

Sumber: Olahan Peneliti.

Dalam kategori berita bohong dan fitnah, tidak ditemukan sama sekali

adanya pelanggaran Kode Etik Jurnalistik (PWI) pasal 4. Artinya, wartawan dari

surat kabar Harian Jawa Pos Radar Semarang telah menyajikan berita khususnya

berita-berita kriminal yang real, sesuai fakta tanpa ada unsur fitnah dan bohong

pada konten berita kriminal tersebut. Berita bohong dan fitnah berisi tulisan yang

54 Internet. Ibid. https://pwi.or.id/index.php/uu-kej

Page 16: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

55

memojokan atau menyudutkan pihak tertentu. Dan tidak jarang berita bohong dan

fitnah menghadirkan tulisan yang berlebihan atau mendramatisir sesuatu hal yang

terdapat dalam isi berita tersebut. Berikut ini merupakan salah satu contoh berita

yang ada dalam unit analisis penelitian yang dapat dikatakan tidak ada

pelanggaran dalam kategori tulisan bohong dan fitnah

Gambar 4.1 Contoh Berita Tanpa Pelanggaran Fitnah dan Bohong

Page 17: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

56

Gambar diatas merupakan salah satu berita yang dapat dikatakan tidak

melanggar dua aspek dalam analisis pertama ini, yaitu analisis berita yang

mengandung tulisan bohong dan fitnah. Contoh berita tersebut adalah salah satu

berita deks kriminal dengan tema korupsi. Sangat jelas apa yang terdapat dalam

konten berita tersebut. Wartawan menuliskan orang-orang yang terlibat dalam

kasus tersebut secara jelas. Dan juga konten yang dianggap rawan, dapat

dituliskan dengan sangat jelas. Hal ini sangat berhubungan dengan dua aspek

diatas. Karena ketika wartawan menyebarkan informasi tidak sesuai dengan fakta

yang didapatkan, nantinya akan menimbulkan keraguan bagi pembaca bahkan

kerugian bagi tersangkat maupun orang-orang yang terlibat dalam sebuah kasus

Page 18: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

57

yang diberitakan. Namun dalam salah satu contoh berita yang terdapat dalam unit

analisis penelitian, wartawan telah menerapkan aspek penulisan bohong dan fitnah

dengan baik

4.1.2 Analisis Kategori Tulisan Sadis

Peneliti melakukan penelitian ini berdasarkan salah satu kategori yang

terdapat dalam kategori penelitian yang telah disusun. Untuk kategori sadis,

merupakan salah satu aspek dari bagian pasal 4 Kode Etik Jurnalistik (PWI).

Bunyi dari kategori tersebut adalah menyiarkan informasi yang bersifat tidak

sadis. Dan kata sadis sendiri memiliki sebuah penafsiran yang telah ada di dalam

Kode Etik Jurnalistik (PWI);

1. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.55

Tabel 4.6 Hasil Analisis Tulisan Sadis

Item Frekuensi Presentase (%)

Ada 2 1,9

Tidak Ada 104 98,1

Tidak Jelas 0 0

Jumlah 106 98,1

Sumber: Olahan Peneliti.

Dalam hasil analisis kategori sadis, peneliti hanya menemukan

sedikit pelanggaran yang terjadi. Seperti yang ditunjukan pada tabel

diatas, terdapat dua berita yang melanggar kategori sadis yang tercantum

dalam pasal 4 Kode Etik Jurnalistik (PWI). Pelanggaran dari kedua berita

tersebut ada pada judul pada masing-masing berita. Dan berikut ini

merupakan contoh pelanggaran yang telah terjadi;

55 Internet. Ibid. https://pwi.or.id/index.php/uu-kej

Page 19: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

58

Berita 1 : terbitan Rabu, 23 Agustus 2017”Kholig Pukul Pakai Paving,

Iwan Tusuk 14 Kali”.

Gambar 4.2 Contoh Berita Kriminal 1

Memang sangat dibutuhkan ketika memilih untuk memperlihatkan

judul yang menarik dalam suatu pemberitaan. Dengan adanya judul yang

menarik, pastinya akan menumbuhkan minat dari para pembaca dan

pembaca lebih merasa penasaran akan isi dari berita tersebut. Namun

seperti judul yang ada diatas, “Kholiq Pukul Pakai Paving, Iwan Tusuk

14 Kali” menurut peneliti, wartawan telah melakukan sebuah pelanggaran

dari pemilihan judul tersebut.

Pelanggaran tersebut terdapat pada judul “Kholiq Pukul Pakai

Paving, Iwan Tusuk 14 Kali”. Menurut peneliti, pemilihan judul tersebut

terlihat kurang pas dan kurang pantas untuk dijadikan sebuah sumber

informasi bagi masyarakat. Wartawan secara tidak langsung menunjukan

secara jelas kejadian penganiayaan kepada korban pada berita tersebut.

Jika di artikan, paving merupakan sebuah benda keras yang digunakan

untuk bahan proyek. Karena pemilihan judul seperti diatas, nantinya

pembaca akan mendapat sebuah imajinasi yang kurang menyenangkan

setelah membaca judul tersebut.

Page 20: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

59

Wartawan seharusnya juga memperhatikan bagaimana kondisi

keluarga korban pembunuhan tersebut, ketika bagian keluarga tau bahwa

reka kejadian ditunjukan secara jelas dalam sebuah kalimat yaitu pada

judul berita. Dan berita ini dianggap peneliti melanggar kategori tulisan

sadis.

Berita 2 : terbitan Kamis, 14 September 2017 “Dijerat Lehernya dan

Ditusuk”

Gambar 4.3 Contoh Berita Kriminal 2

Sama halnya yang terjadi pada pelanggaran sebelumnya, judul

merupakan elemen yang sangat penting dari setiap pemberitaan. Ketika

judul dianggap menarik, akan semakin penasaran pula untuk pembaca

menindaklanjuti berita tersebut. Namun wartawan tetap harus berhati-hati

dalam melakukan pemilihan judul pada berita yang akan ditulisnya.

Pemilihan judul “Dijerat Lehernya dan Ditusuk” tersebut lebih

pada memperlihatkan kesadisan dari berita tersebut. Karena pada

dasarnya pembaca memiliki batasan-batasan sendiri dalam menelaah

Page 21: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

60

sesuatu hal kususnya sumber informasi yang diterimanya. Ketika

membaca judul tersebut, pastinya semua orang akan terbawa dalam

membayangkan apa yang telah terjadi dengan adanya judul seperti itu.

Kata dijerat sudah sangat menggambarkan sebuah kesadisan, dan lagi

digabung dengan leher manusia. Bagaimana tidak mungkin, ketika

pembaca membaca tersebut akan merasa jijik dan tidak nyaman.

Melihat dua pelanggaran yang ada dalam analisis kategori sadis.

kita perlu mengetahui bahwa tulisan sadis memiliki efek yang negatif.

Tidak semua pembaca dapat menelaah setiap yang ada pada konten berita

dengan baik terhadap penggambaran kekejaman yang ada dalam isi

berita.

4.1.3 Analisis Kategori Tulisan Cabul

Peneliti melakukan analisis kategori tulisan cabul yaitu berdasarkan salah

satu dari kategori penelitian yang ada dalam pasal 4 Kode Etik Jurnalistik (PWI).

Bunyi dari kategori tersebut adalah menyiarkan informasi yang tidak cabul. Dari

isi kategori tersebut sudah sangat jelas, bagian mana dan konteks apa yang

dilakukan penelitian oleh peneliti. Kata cabul pun memiliki penafsiran tersendiri

seperti yang telah tercantum dalam Kode Etik Jurnalistik (PWI) yaitu;

1. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan

foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk

membangkitkan nafsu birahi.56

Tabel 4.7 Hasil Analisis Kategori Tulisan Cabul

56 Internet. Ibid. https://pwi.or.id/index.php/uu-kej

Page 22: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

61

Item Frekuensi Presentase (%)

Ada 1 0,9

Tidak Ada 105 99,1

Tidak Jelas 0 0

Jumlah 106 99,1

Sumber: Olahan Peneliti.

Dalam analisis ini, seperti pada tabel yang telah disusun yaiotu

peneliti menemukan hanya sedikit adanya pelanggaran pada analisis

kategori cabul. Pelanggaran tersebut tepatnya terletak pada konten berita.

Pelanggaran ini sangat berdampak berdampak negatif bagi semua pihak

yang terlibat dalam aktifitas pemberitaan. Dengan adanya kata-kata erotis

yang nantinya dapat menimbulkan pikiran negatif dari pembaca. Berikut

hasil analisa pelanggaran kategori tulisan cabul pada unit analisis yang telah

ditentukan;

Kamis, 24 Agustus 2017. “Ngaku Dukun, Cabuli Pasien di Hotel”

“Usai membaca mantra, Nasikan meminta RR untuk memegangi SZ dari

belakang. Sementara dari depan, Nasikun memegangi bagian intim milik

SZ dengan cara menggesek-gesekan dan memasukan jarinya”.

Terlihat adanya pelanggaran dalam isi dari berita kriminal yang

terbit pada 24 Agustus 2017. Dalam penulisan isi berita tersebut, wartawan

menuliskan kalimat yang tidak mematuhi norma kesusilaan. Kalimat yang

dimaksud adalah terletak pada “dengan cara menggesek-gesekan dan

memasukan jarinya”. Ketika pembaca menemui konten pemberitaan yang

seperti itu, akan tumbuh berbagai imajinasi yang timbul dari pribadi mereka

sendiri. Dan seperti yang telah ditafsirkan pada arti cabul dalam Kode Etik

Jurnalistik (PWI), berbagai macam konten yang bersfiat cabul akan

Page 23: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

62

membangkitkan nafsu birahi dari para pembaca. Pastinya ketika hal itu

terjadi, konten ini dianggap sangat melanggar dari kategori tulisan cabul.

Seharusnya wartawan lebih menutupi agar isi berita lebih layak

dibaca berkaitan dengan pasal 4 Kode Etik Jurnalistik bahwa pemberitaan

harus mematuhi norma kesusilaan serta tidak mengikutsertakan kronologis

secara vulgar. Karena mereka tahu bahwa menunjukan kata-kata yang

vulgar akan berakibat negatif bagi semua pihak yang terkait, begitupun

dengan korban kejahatan pada berita kriminal tersebut.

4.1.4 Analisis Kategori Menyebutkan dan Menyiarkan Identitas Korban

Kejahatan Asusila

Penelitian pada analisis kategori menyebutkan dan menyiarkan identitas

korban kejahatan asusila diangkat dari kategori pasal 5 Kode Etik Jurnalistik

(PWI). Kategori tersebut menyatakan bahwa wartawan Indonesia tidak

menyebutkan identitas korban kejahatan asusila.57

Tabel 4.8 Hasil Analisis Kategori Menyebutkan dan Menyiarkan

Identitas Korban Kejahatan Susila

Item Frekuensi Presentase (%)

Ada 0 0

Tidak Ada 106 100

Tidak Jelas 0 0

Jumlah 106 100

Sumber: Olahan Peneliti.

Setelah peneliti melakukan penelitian pada unit analisis yang telah

disusun oleh peneliti, peneliti tidak menemukan sama sekali adanya

pelanggaran yang terjadi. Dalam kategori tersebut bahwa wartawan

Indonesia tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila. Identitas

57 Internet. Ibid. https://pwi.or.id/index.php/uu-kej

Page 24: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

63

yang dimaksud adalah tentang semua data dan informasi menyangkut diri

seseorang yang bisa memudahkan orang lain untuk melacak.

Korban kejahatan asusila sendiri terdiri dari berbagai macam kasus

yang terjadi. Misalnya adalah sebagai korban pemerkosaan, pencabulan,

KDRT, maupun segala kekerasan seksual yang terjadi karena unsur

kesengajaan dari para pelaku. Dalam membuat suatu berita kejahatan susila,

wartawan harus memiliki prinsip kehati-hatian, rasa empati, dan sikap

bijaksana yang timbul dari dalam diri mereka.

Namun berhubungan dengan hasil analisis dari unit analisis yang

telah ditentukan oleh peneliti, nampaknya analisis kategori ini aman untuk

unit analisis yang ada. Peneliti tidak sama sekali menemukan adanya

pelanggaran yang ada. Dan berikut ini contoh berita-berita dari unit analisis

yang memang tidak melanggar analisis kategori menyebutkan identitas

korban kejahatan susila;

Gambar 4.4 Contoh Non Pelanggaran Kategori WITMIKKA

Dapat kita lihat dari salah satu contoh diatas, khususnya mengenai

penerapan kategori menyebutkan identitas korban kejahatan susila. Pada contoh

berita tersebut, wartawan telah menggunakan inisial/nama samara bagi korban

Page 25: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

64

kejahatan tindak susila. Bahkan identitas keluarga korban pun ikut disamarkan.

Hal ini menandakan bahwa penyebutan identitas merupakan salah satu hal yang

dapat dibilang memiliki segi sensivitas yang tinggi. Apalagi yang menjadi korban

kejahatan susila adalah anak-anak.

Pada kategori ini juga dijelaskan bahwa korban yang dapat disebut

sebagai anak-anak adalah seseorang yang usianya 16 atau kurang dari 16 tahun.

Maka wartawan diharapkan sangat melindungi ketika mendapati kasus yang

akan dijadikan pemberitaan yang korbannya merupakan anak-anak. Perlu sikap

hati-hati dan jeli dari wartawan ketika mendapati atau akan menulis sebuah

berita yang berhubungan dengan kejahatan susila. Karena seperti yang telah

dijelaskan diatas, wartawan memiliki tanggung jawab yang besar untuk

melakukan penerapan dan perhatian dalam kategori menyebutkan identitas

korban kejahatan susila.

4.1.5 Analisis Kategori Menyebutkan Identitas Anak yang Menjadi Pelaku

Kejahatan

Penelitian pada analisis kategori menyebutkan identitas anak yang

menjadi pelaku kejahatan merupakan salah satu kategori yang ada dalam Kode

Etik Jurnalistik (PWI) pasal 5. Di dalam tersebut menyebutkan bahwa wartawan

Indonesia tidak menyebutkan identitas pelaku kejahatan anak-anak.58

Tabel 4.9 Hail Analisis Kategori Menyebutkan Identitas Anak yang

Menjadi Pelaku Kejahatan

Item Frekuensi Presentase (%)

Ada 0 0

Tidak Ada 106 100

Tidak Jelas 0 0

Jumlah 106 100

58 Internet. Ibid. https://pwi.or.id/index.php/uu-kej

Page 26: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

65

Sumber: Olahan Peneliti.

Dalam penelitian analisis kategori yang terakhir, peneliti tidak

menemukan sama sekali adanya pelanggaran yang terjadi. Khususnya dalam

unit analisis yang telah disusun dan ditentukan peneliti sebagai subjek

penelitian. Berkaitan dengan kategori tersebut disebutkan bahwa wartawan

tidak diperkenankan untuk menulis atau menyebarkan identitas pelaku

kejahatan anak-anak. Yang dimaksud dari pelaku kejahatan anak-anak adalah

seseorang yang usianya kurang dari 16 tahun.

Dalam kategori ini wartawan dituntut untuk benar-benar

menyembunyikan identitas dari anak sebagai pelaku kejahatan. Menimbang

dari kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang wartawan. Karena dalam

hal ini ketika terjadi penyebutan identitas pada pelaku kejahatan anak-anak,

sangat jelas pihak yang bersangkutan akan sangat dirugikan. Informasi

pastinya bersifat umum dan semua orang bisa mendapatkannya. Maka dari itu

peran wartawan dalam hal ini sangat dituntut untuk tetap mengemban

tanggung jawab mereka. Dan berikut ini contoh berita yang tidak terdapat

pelanggaran Kode Etik Jurnalistik kategori yang terakhir;

Gambar 4.5 Contoh Non Pelanggaran Kategori WITMIPKA

Page 27: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

66

Gambar diatas merupakan salah satu contoh yang ada dalam unit

analisis yang termasuk bebas dari pelanggaran kategori tidak menyebutkan

identitas pelaku kejahatan anak-anak. Dapat dilihat secara jelas, bahwa dalam

contoh tersebut wartawan menggunakan inisial pada penyebutan nama pelaku.

Dan juga usia dari para pelaku tertera sangat jelas, mereka berusia kurang dari

16 tahun.

Setelah melakukan penelitian pada seluruh unit analisis yang telah

ditentukan oleh peneliti, peneliti menemukan beberapa penemuan yang

dianggap melanggar Kode Etik Jurnalistik (PWI) khususnya pada pasal 4 dan

5. Meskipun hanya terdapat sedikit pelanggaran, namun secara tanggung

jawab seharusnya wartawan lebih berhati-hati dalam menuliskan sebuah

informasi yaitu berita. Karena informasi tersebut bersifat umum dan bebas

untuk dikonsumsi oleh siapa saja.

Sebagai seorang yang berprofesi sebagai wartawan pastinya akan sadar

bahwa mereka mengemban tanggung jawab dan mensyaratkan adanya

Page 28: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

67

kebebasan. Karena tanpa adanya sebuah kebebasan, seorang wartawan sulit

untuk melakukan dan mengembangkan pekerjaannya. Akan tetapi kebebasan

tanpa disertai tanggung jawab akan sangat mudah menjerumuskan wartawan

kedalam praktek jurnalistik yang kotor, merendahkan harkat dan martabat dari

wartawan.

Dalam pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik (PWI) oleh wartawan sendiri

pastinya tidak semudah membalikan telapak tangan. Perlu adanya kesadaran

diri akan tanggung jawab prosefisnya dan memerlukan jiwa profesionalitas

yang sangat tinggi. Khsusunya pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

tentang penerapan Kode Etik Jurnalistik (PWI) khususnya pasal 4 dan 5 pada

surat kabar Harian Jawa Pos Radar Semarang.

Selama periode dua bulan dari 1 Agustus – 30 September 2017,

ditemukan hanya sedikit kasus pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan

5 yang terjadi. Presentase penerapannya pun terhitung sangat tinggi, hampir

98 persen berita kriminal sesuai periode yang telah ditentukan peneliti bebas

dari adanya pelanggaran dari segi konten penulisan berita. Dalam penelitian

ini memang peneliti hanya memfokuskan pelanggaran-pelanggaran yang

terjadi pada konten tulisan saja. Namun diluar itu semua peneliti juga

menemukan pelanggaran lainnya yang juga berkaitan dengan pasal 4 dan 5

Kode Etik Jurnalistik (PWI) yaitu pada gambar yang dipilih oleh wartawan

dalam satu berita. Dan berikut ini contoh pelanggaran yang ditemukan oleh

peneliti;

Page 29: BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji ...repository.unika.ac.id/19547/5/14.M1.0052 RIVO SETIAWAN (8.16)..p… · dari batas uji reliabilitas, yakni 0,70 persen.48 Dan

68

Gambar 4.6 Contoh Penemuan Pelanggaran Gambar KEJ

Jika dilihat gambar diatas jelas melihatkan adanya pelanggaran yang

dibuat oleh wartawan. Pelanggaran tersebut berupa penampilan gambar pelaku

kejahatan anak-anak. Pada pasal 5 Kode Etik Jurnalistik (PWI) telah

menjelaskan bahwa Wartawan Indonesia tidak menyebutkan identitas pelaku

kejahatan anak-anak. Identitas tidak hanya nama, tapi sebuah gambar. Dimana

gambar itu sangat jelas menunjukan wajah dari para pelaku. Maka dari itu

berita yang terbit pada Jumat 11 Agustus 2017 dengan judul “Pesta Oplosan, 8

Siswa Smp Diamankan” dinyatakan melanggar Kode Etik Jurnalistik (PWI)

pasal 5.