Upload
nguyendien
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
89
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data
Berikut ini adalah hasil pencatatan data mengenai banyaknya cacat untuk
produk keramik ukuran 45 x 45 cm.
90
Tabel 5.1. Proporsi Kecacatan Keramik Ukuran 45 x 45
Jumlah Jumlah Produk Cacat Inspeksi
Pengamatan
(np) (n) 1 19 350 2 23 270 3 21 290 4 22 258 5 20 250 6 28 280 7 22 300 8 24 315 9 23 270
10 20 260 11 17 245 12 19 277 13 21 380 14 13 240 15 15 256 16 13 278 17 37 300 18 20 300 19 22 290 20 29 260 21 26 220 22 40 210 23 24 270 24 24 260 25 28 185 26 21 230 27 19 245 28 25 224 29 18 200 30 26 250 31 23 280
702 8243
91
5.1.1. Penentuan Batas Pengendali Atas dan Batas Pengendali Bawah
Untuk menentukan batas pengendali atas dan batas pengendali bawah (UCL
dan LCL) dapat digunakan dua buah metode yaitu dengan menggunakan
menggunakan metode sample rata-rata maupun dengan menggunakan metode sample
harian.
Dalam hal ini penulis lebih memilih menggunakan metode sample harian
karena melihat beberapa keuntungan yang diperoleh yaitu akan diperoleh ketepatan
dalam memutuskan apakah sample berada di dalam atau diluar batas pengendalinya.
Langkah – langkah sebelum membuat peta pengendali untuk model sample harian
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan terlebih dahulu garis pusat dari peta pengendali (Control Line)
dengan menggunakan rumus :
CL = ∑∑sample
pi
2. Tentukan batas pengendali atas (Upper Control Limit) dengan menggunakan
rumus :
UCL = ( )ni
ppp −+
13
3. Tentukan batas pengendali bawah (Lower Control Limit) dengan menggunakan
rumus :
LCL = ( )ni
ppp −−
13
92
5.1.2. Control Line
Berdasarkan dari tabel proporsi kecacatan keramik diatas maka dapat ditentukan
garis pusat dari peta control (CL) adalah sebagai berikut :
CL = ∑∑sample
pi
CL = ∑∑
nnp
CL = 8243702
CL = 0,085
5.1.3. Upper Control Line
Setelah didapatkan nilai Control Line (garis pusat peta) maka kita dapat menentukan
Upper Control Line dan Lower Control Line.
Karena metode yang dipilih adalah metode sample harian maka penentuan UCL
maupun LCL harus berdasarkan pada sample yang diambil pada hari yang
bersangkutan.
Batas Pengendali Atas untuk pengamatan hari ke-1 dengan jumlah sample 350 maka
Batas Pengendali Atasnya (UCL) adalah :
UCL = ( )ni
ppp −+
13
UCL = ( )350
085,01085,03085,0 −+
93
UCL = 0,085 + 3 (0,015)
UCL = 0,130
Sedangkan untuk mencari Batas Pengendali Atas pengamatan hari ke 2 dengan
sample 270 adalah :
UCL = ( )ni
ppp −+
13
UCL = ( )270
085,01085,03085,0 −+
UCL = 0,085 + 3 (0,017)
UCL = 0,136
Maka dengan cara yang sama dan sample yang berbeda sesuai dengan pengamatan
dapat ditentukan Batas Pengendali Atas untuk hari ke-3 sampai dengan hari ke-31.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2.
5.1.4. Lower Control Line
Metode perhitungan sama dengan Upper Control Limit yaitu dengan menggunakan
sample harian sehingga perhitungan LCL dilakukan selama 31 kali atau sebanyak
pengamatan yang dilakukan.
Sebagai contoh adalah perhitungan Batas Pengendali Bawah untuk pengamatan hari
ke-1 dengan sample 350 adalah :
LCL = ( )ni
ppp −−
13
94
LCL = ( )350
085,01085,03085,0 −−
LCL = 0,085 – 3 (0,015)
LCL = 0,04
Sedangkan untuk mencari Batas Pengendali Bawah untuk pengamatan hari ke-2
dengan sample 270 adalah :
LCL = ( )ni
ppp −−
13
LCL = ( )270
085,01085,03085,0 −−
LCL = 0,085 – 3 (0,017)
LCL = 0,034
Maka dengan cara yang sama dan sample yang berbeda sesuai dengan pengamatan
dapat ditentukan Batas Pengendali Bawah untuk hari ke-3 sampai dengan hari ke-31.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2.
5.2. Peta Pengendali Proporsi Kecacatan (p – chart)
Dari hasil perhitungan pada tabel 5.2 didapatkan nilai UCL dan LCL yang
bervariasi untuk masing-masing pengamatan. Hal ini lebih memberikan keakuratan
dalam menentukan sample yang berada dalam batas kendali maupun diluar dari batas
kendali.
Jika sudah didapatkan nilai UCL dan LCL maka dapat dibuat peta
pengendali untuk proporsi kecacatan keramik 45 x 45.
95
Tabel 5.2. Tabel Uji Keseragaman Data Cacat Keramik 45 x 45
Jumlah Jumlah Proporsi Persentase Produk Cacat Inspeksi Kecacatan Cacat UCL LCL
Pengamatan
(np) (n) (p)
p2 np2
(p,%) 1 19 350 0.054 0.003 1.031 5.43% 0.130 0.040 2 23 270 0.085 0.007 1.959 8.52% 0.136 0.034 3 21 290 0.072 0.005 1.521 7.24% 0.134 0.036 4 22 258 0.085 0.007 1.876 8.53% 0.137 0.033 5 20 250 0.080 0.006 1.600 8.00% 0.138 0.032 6 28 280 0.100 0.010 2.800 10.00% 0.135 0.035 7 22 300 0.073 0.005 1.613 7.33% 0.134 0.037 8 24 315 0.076 0.006 1.829 7.62% 0.132 0.038 9 23 270 0.085 0.007 1.959 8.52% 0.136 0.034
10 20 260 0.077 0.006 1.538 7.69% 0.137 0.033 11 17 245 0.069 0.005 1.180 6.94% 0.139 0.032 12 19 277 0.069 0.005 1.303 6.86% 0.135 0.035 13 21 380 0.055 0.003 1.161 5.53% 0.128 0.042 14 13 240 0.054 0.003 0.704 5.42% 0.139 0.031 15 15 256 0.059 0.003 0.879 5.86% 0.137 0.033 16 13 278 0.047 0.002 0.608 4.68% 0.135 0.035 17 37 300 0.123 0.015 4.563 12.33% 0.134 0.037 18 20 300 0.067 0.004 1.333 6.67% 0.134 0.037 19 22 290 0.076 0.006 1.669 7.59% 0.134 0.036 20 29 260 0.112 0.012 3.235 11.15% 0.137 0.033 21 26 220 0.118 0.014 3.073 11.82% 0.142 0.029 22 40 210 0.190 0.036 7.619 19.05% 0.143 0.027 23 24 270 0.089 0.008 2.133 8.89% 0.136 0.034 24 24 260 0.092 0.009 2.215 9.23% 0.137 0.033 25 28 185 0.151 0.023 4.238 15.14% 0.147 0.024 26 21 230 0.091 0.008 1.917 9.13% 0.140 0.030 27 19 245 0.078 0.006 1.473 7.76% 0.139 0.032 28 25 224 0.112 0.012 2.790 11.16% 0.141 0.029 29 18 200 0.090 0.008 1.620 9.00% 0.144 0.026 30 26 250 0.104 0.011 2.704 10.40% 0.138 0.032 31 23 280 0.082 0.007 1.889 8.21% 0.135 0.035
702 8243 2.717 0.265 66.034 271.68% 4.245 1.035
96
Peta Pengendali Proporsi Kesalahan Produk Keramik 45 x 45
0.0000.0200.0400.0600.0800.1000.1200.1400.1600.1800.200
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31
Pengamatan
UCLLCLCLP Chart
Gambar 5.1. Peta Pengendali Proporsi Kecacatan Produk Keramik 45 x 45
5.2.1. Kriteria Cacat Pada Produk Keramik 45 x 45
Jumlah dan kriteria cacat di PT. Mulia Keramik Indah Raya sebenarnya
berjumlah 16 kriteria cacat, tetapi pada saat pengamatan penulis hanya mengamati
proses yang terjadi dan jenis cacat yang diamati dan terjadi pada saat itu saja. Hal ini
dikarenakan selama 31 kali pengamatan, cacat yang terjadi semua total hanya terjadi
pada 8 kriteria cacat saja.
97
Berikut akan dijelaskan lebih rinci jenis-jenis cacat yang terjadi selama proses
pengamatan.
1. Chiping
Chiping adalah jenis kecacatan yang terjadi pada keramik setelah proses kiln.
Cacat jenis ini yaitu berupa pengelupasan body yang terjadi pada permukaan
keramik.
2. Dimple
Jenis cacat dimple adalah jenis cacat dimana keramik yang telah melewati proses
pembakaran / kiln mengalami permukaan yang agak cekung / sedikit
bergelombang. Di PT Mulia Keramik Indah biasa disebut lesung pipit.
3. Crawling
Crawling adalah jenis cacat dimana pada permukaan keramik terjadi
pengelupasan lapisan glaze yang menempel. Ini bisa disebabkan karena kadar air
yang masih tinggi didalam keramik.
4. Black Spot
Black spot adalah cacat pada keramik dimana pada permukaan keramik setelah
proses pembakaran terdapat bintik hitam seperti debu.
5. Scraper Defect
Jenis cacat ini terjadi pada sisi keramik yaitu adanya gerigi-gerigi pada sisi
keramik.
98
6. Cracking
Cracking adalah jenis cacat yang cukup berat yaitu berupa retakan pada keramik
yang sudah melewati proses pembakaran akhir. Keretakan ini bisa retak sebagian
maupun yang terbelah dua.
7. Glaze Drop
Glaze drop adalah cacat yang berupa tetesan air yang membekas setelah proses
pembakaran. Cacat ini disebabkan karena pada biscuit tile ada tetesan glaze yang
jatuh pada permukaan keramik sehingga menyebabkan pembekasan pada
keramik setelah dibakar.
8. FD After Cabin
FD After Cabin (Face Defect After Cabin) yaitu adanya kotoran yang menempel
pada biscuit tile setelah proses cabin.
Pada tabel berikut ini akan disajikan spesifikasi dari total kecacatan dari
seluruh jenis cacat yang terjadi selama pengamatan.
Dari hasil pengamatan diperoleh tingkat cacat dari yang terbesar sampai
yang terkecil adalah sebagai berikut :
Tabel 5.3. Frekuensi Kumulatif Jenis Cacat Keramik
Jenis Cacat Jumlah Selama Pengamatan Frekuensi Kumulatif Persentase Dimple 247 247 35.19% FD After Cabin 203 450 28.92% Chiping 123 573 17.52% Crawling 78 651 11.11% Glaze Drop 20 671 2.85% Cracking 16 687 2.28% Black Spot 9 696 1.28% Scraper Defect 6 702 0.85% 702 100%
99
5.3. Diagram Pareto
Diagram Pareto digunakan untuk mengidentifikasi jenis cacat yang paling
dominan terjadi pada sebuah produk. Dengan menggunakan diagram pareto maka
kita dapat segera mengetahui cacat apa yang harus dicari pemecahannya terlebih
dahulu.
Dari tabel tersebut maka dapat digambarkan diagram paretonya adalah sebagai
berikut :
Diagram Pareto Proporsi Kecacatan Keramik 45 x 45
687 696 702671651
573
450
247
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Dimple FD AfterCabin
Chiping Crawling GlazeDrop
Cracking BlackSpot
ScraperDefect
Jenis Kecacatan
Frek
uens
i Kum
ulat
if
Proporsi Cacat
FrekuensiKumulatif
Gambar 5.2. Diagram Pareto Proporsi Kecacatan Keramik 45 x 45
100
Berdasarkan dari tebel dan diagram pareto diatas maka diketahui bahwa jenis cacat
yang paling dominan terjadi adalah Dimple sebesar 35,19%, kemudian diikuti Face
Drop After Cabin (FD Aft Cabin) sebesar (28,92%), Chiping (17,52%), Crawling
(11,11%), Glaze Drop (2,85%), Cracking (2,28%), Black Spot (1,28) dan terakhir
adalah Scraper Defect (0,85%).
5.3.1. Analisis Penyebab Masalah
5.3.1.1. Analisis Penyebab Masalah Cacat Dimple
Jenis cacat Dimple adalah jenis cacat yang terjadi pada permukaan keramik dimana
pemukaan tersebut mengalami semacam gelembung yang membekas dan membentuk
sebuah titik.
Faktor – faktor penyebab masalah cacat Dimple antara lain :
1. Man (Manusia)
Operator yang bertugas untuk menjaga laju keramik saat masih berbentuk biscuit
firing bisa dikategorikan sebagai penyebab karena kelalaian operator tersebut
dalam melakukan checking pada masing-masing line.
Selain itu pula antara operator yang satu dengan yang lain tidak ada komunikasi
yang baik sewaktu melakukan setting ataupun pengambilan sample.
2. Equipment (Alat)
Tile atau keramik mentah tersebut sebelum masuk mesin kiln dibersihkan dengan
menggunakan sikat yang berupa kumpulan rambut-rambut halus. Alat
101
pembersih/sikat tersebut sudah mulai rontok pada bagian sisinya sehingga tidak
sepenuhnya menyapu permukaan keramik.
Conveyor yang berjalan terlalu cepat juga bisa dikategorikan salah satu
penyebabnya.
3. Environment (Lingkungan)
Lingkungan pada bagian sebelum gloss firing penuh dengan debu-debu bekas
pecahan keramik yang diletakan di sisi konveyor. Hal ini bisa menyebabkan debu
menempel pada tile sebelum masuk ke proses pembakaran sedangkan sikat yang
digunakan juga sudah mulai rusak.
4. Method (Metode)
Operator di FT 4 tidak sepenuhnya menjalankan instruksi pad WI (Work
Instruction). Hal ini terlihat dari metode pengambilan sample yang belum
konsisten. Pengambilan sample dilakukan tidak beraturan sehingga saat tidak ada
cacat pada biscuit firing, mereka langsung segera berpindah ke tempat lain dan
tidak dilakukan pengambilan sampel lagi.
102
103
5.3.1.2. Analisis Penyebab Masalah Cacat FD Aft Cabin
Faktor – faktor penyebab cacat FD Aft Cabin antara lain :
1. Man (Manusia)
Operator yang bertugas saat itu kurang tepat dalam menentukan kecepatan
konveyor sehingga pada saat proses spray tidak seluruh permukaan keramik/tile
terkena cairan campana. Akibatnya ada kotoran atau cairan lain yang menempel
pada permukaan keramik tersebut.
2. Equipment (Alat)
Pembatas pada konveyor mulai rusak (penyok) sehingga laju keramik diatas
konveyor kadang tidak simetris sehingga membuat beberapa bagian dari keramik
terhalang dan tidak terkena air sewaktu proses pembersihan permukaan keramik.
Karena tidak semua mendapat spray maka ada beberapa bagian permukaan
(biasanya dibagian sisi) seperti mengalami warna yang pudar atau bahkan ada
goresan kecil.
3. Environtment (Lingkungan)
Pencahayaan sedikit kurang sehingga menyebabkan operator yang mengawasi
tile yang keluar dari cabin tidak dapat melihat adanya kotoran yang masih
menempel. Selain itu area sekitar glaze application juga terdapat banyak debu.
4. Material (Bahan Baku)
Terlalu banyak kadar air pada tile yang berbentuk biscuit. Hal ini bisa disebabkan
campuran pada bagian body preparation terlalu banyak campuran airnya.
104
105
5.3.1.3. Analisis Penyebab Masalah Cacat Chiping
Faktor-faktor penyebab cacat Chiping antara lain :
1. Man (Manusia)
Pengamatan pada saat dari press menuju gloss firing kurang akurat. Hal ini bisa
disebabkan karena operator jenuh terutama menjelang jam kerjanya berakhir dan
yang mendapat shift malam. Akibatnya biscuit tile yang akan dibakar dalam gloss
kiln sebagian sudah ada yang terkelupas tetapi operator lalai untuk
membuangnya.
2. Machine (Mesin)
Konveyor pada mesin biscuit firing berjalan terlalu cepat sehingga menyebabkan
permukaan keramik yang masih lunak tergores sehingga pada saat pembakaran
menjadi jelas kerusakannya.
3. Environment (Lingkungan)
Suhu yang cukup panas karena dekat dengan mesin gloss firing membuat
operator yang mendapat tugas pada saat itu menjadi kepanasan sehingga kurang
konsentrasi.
4. Method (Metode)
Operator yang satu dengan yang lainnya terkadang memiliki metode yang
berbeda dalam melakukan pengambilan sample. Berdasarkan WI (Work
Instruction), sample harus diambil tiap 10 menit sekali. Operator kadang-kadang
meremehkan seperti hanya mengambil di 2 jam pertama tetapi selanjutnya
jarang-jarang.
106
107
5.3.1.4. Analisis Penyebab Masalah Cacat Crawling
Faktor – faktor penyebab masalah cacat Crawling antara lain :
1. Man (Manusia)
Operator pada bagian body preparation terlalu banyak memberi campuran air.
Operator tersebut berdasarkan pengamatan bukan bekerja di bagian body
preparation melainkan hanya sebagai operator pengganti sehingga kurang begitu
paham tentang campuran bahan pada body preparation.
2. Material (Bahan Baku)
Pencampuran glaze keramik terlalu banyak kadar airnya. Sebagai contoh
penelitian tentang kadar air pada kandungan tanah tidak pernah di cek sehingga
semua tanah dianggap sama. Hal ini akan mempengaruhi sekali jika ternyata ada
glaze yang memiliki kandungan air lebih banyak dibandingkan biasanya.
3. Method (Metode)
Dalam menjalankan mesin, operator tidak dibekali skill yang memadai sehingga
setting mesin hanya berupa rutinitas saja dan tidak pernah melihat kondisi bahan
apakah mengandung banyak air atau tidak. Selain itu penyemprotan glaze dengan
menggunakan spray tidak dilakukan secara merata. Hal ini disebabkan masih ada
sisa-sisa glaze di dalam spray dan tidak dilakukan pembersihan terlebih dahulu
sehingga lubang pada spray sedikit tersumbat.
108
4. Machine (Mesin)
Kabel stop kontak sudah rusak sehingga mesin sering mati secara mendadak,
akibatnya glaze yang disemprotkan tidak merata karena awal penyemprotan
biasanya dengan tekanan tinggi sehingga setting mesin harus dimulai dari awal.
109
110
5.3.1.5. Analisis Penyebab Masalah Cacat Glaze Drop
Faktor – faktor penyebab masalah cacat Glaze Drop antara lain :
1. Equipment (Alat)
Lempengan sebagai tempat cairan campana ada lubang kecil di bagian belakang
sehingga saat keramik sudah disiram cairan campana, keramik tersebut sebagian
ada yang tertetes oleh cairan campana yang keluar dari lubang lempengan
tersebut yang menyebabkan keramik seperti ada benjolan ketika selesai dibakar.
2. Man (Manusia)
Operator kurang jeli dalam melihat masalah-masalah kecil seperti itu. Kerusakan
pada lempengan baru diketahui setelah supervisor lapangan turun tangan
langsung.
3. Material (Bahan Baku)
Adanya perubahan jenis glaze yang lebih banyak kadar airnya sehingga cairan
campana dapat menetes dengan mudah.
4. Method (Metode)
Tidak pernah dilakukan pengecekan terhadap tabung penampung sebelum diisi
dengan glaze. Operator sering langsung melakukan pengisian tanpa melakukan
pembersihan terlebih dahulu.
111
112
5.3.1.6. Analisis Penyebab Masalah Cacat Cracking
Faktor – faktor penyebab masalah cacat Cracking antara lain :
1. Machine (Mesin)
Pada proses pembakaran akhir, suhu yang dipakai terlalu panas sehingga keramik
tidak kuat menahan, akibatnya adalah retak sedikit. Jika kandungan air pada
biscuit tile masih cukup banyak dan diberikan suhu yang melebihi standar maka
yang terjadi adalah retak yang cukup parah atau bahkan bisa menyebabkan
keramik terbelah dua.
2. Man (Manusia)
Operator yang melakukan setting mesin belum pernah melakukan pekerjaan ini
sebelumnya sehingga tidak begitu paham kapan harus menggunakan suhu standar
dan kapan meninggikan atau menurunkan suhunya pada suatu kondisi tertentu.
3. Method (Metode)
Karena ini adalah proses akhir yang sangat menentukan keualitas kekuatan
keramik, maka akan sangat baik jika proses penyettingan mesin dilakukan
langsung oleh supervisor atau minimal operator yang sudah terbiasa
mengoperasikannya.
4. Environment (Lingkungan)
Suasana yang sangat panas disekitar mesin gloss kiln menyebabkan operator
malas melakukan pengecekan kondisi mesin terutama untuk mengecek roda
konveyor apakah berfungsi semua atau tidak.
113
114
5.3.1.7. Analisis Penyebab Masalah Cacat Black Spot
Faktor – faktor penyebab masalah cacat Black Spot antara lain :
1. Equipment (Alat)
Penyemprotan air pada biscuit tile pada bagian glaze application kurang bersih
dan menyeluruh. Hal ini disebabkan lubang pada spray penyemprot tersumbat
sehingga air tidak membersihkan permukaan keramik secara keseluruhan.
2. Method (Metode)
Untuk metode penyemprotan dengan spray kurang efektif karena untuk
permukaan keramik yang besar kadang – kadang ada bagian permukaan yang
tidak ikut tersemprot sehingga debu yang masih menempel itu akan tertimpa oleh
cairan glaze dan menimbulkan benjolan berupa titik saat selesai pembakaran.
3. Man (Manusia)
Operator tidak pernah mengamati bagian penyemprotan ini dengan seksama
karena menganggap keramik telah tersemprot dengan sempurna oleh gun spray
tersebut.
4. Environment (Lingkungan)
Konveyor jaraknya cukup dekat dengan lantai sehingga debu atau kotoran lain
pada lantai dapat dengan mudah menempel saat keramik sudah dilapisi glaze.
115
116
5.3.1.8. Analisis Penyebab Cacat Scraper Defect
Faktor – faktor penyebab masalah cacar Scraper Defect antara lain :
1. Method (Metode)
Jarak sikat pembersih yang membersihkan sisi keramik terlalu dekat sehingga
sikat tersebut dapat mengikis sisi keramik lebih dalam yang dapat menimbulkan
gerigi-gerigi pada salah satu atau kedua sisi keramik.
2. Equipment (Alat)
Sikat yang digunakan untuk mengikis sisi keramik tidak pernah dibasahi oleh air
terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan sikat menjadi kaku sehingga sisi
keramik yang dikikis seringkali tidak rata.
3. Man (Manusia)
Operator tidak pernah memperhatikan kondisi sikat untuk mengikis secara
spesifik. Setiap mulai bekerja selalu mengaktifkan setting mesin tanpa melihat
kondisi mesin secara keseluruhan.
4. Material (Bahan Baku)
Biskuit tile masih memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga sisi-sisinya
masih cukup lembek.
117
118
5.3.2. Peta Pengendali Proporsi Kecacatan (p – chart) Revisi
Karena data pada observasi ke–22 dan 25 berada diluar batas pengendali (out of
statistical control), maka harus dilakukan revisi terhadap peta pengendali proporsi
kecacatan sehingga garis pusat (control line), batas pengendali atas (upper control
line), dan batas pengendali bawah (lower control line). Revisi dilakukan dengan
membuang data-data diluar batas kendali, kemudian dihitung kembali batas atas,
central line dan batas bawahnya kembali untuk melihat apakah masih ada
banyaknya produk cacat yang keluar dari batas kendali, apabila masih ada yang
keluar maka lakukan revisi lagi sampai data tersebut tidak ada yang keluar dari batas
kendali.
5.3.2.1. Control Line
CL = ∑∑sample
pi
CL = ∑∑
+−
+−
)2522()2522(
nnnnpnpnp
CL = )185210(8243
)2840(702+−+−
CL = 0,081
5.3.2.2. Upper Control Line
Untuk perhitungan upper control line (UCL) tetap dilakukan perhitungan tiap
pengamatan kecuali pada pengamatan ke 22 dan 25. Perhitungan dibawah ini hanya
119
perhitungan pada pengamatan pertama. Untuk pengamatan kedua, ketiga dan
seterusnya dapat dilihat secara lengkap pada tabel 5.4.
UCL = ( )ni
ppp −+
13
UCL = ( )350
081,01081,03081,0 −+
UCL = 0,081 + 3 (0,015)
UCL = 0,125
5.3.2.3. Lower Control Line
Sama dengan perhitungan upper control line, pada perhitungan lower control line
(LCL) juga dilakukan perhitungan tiap pengamatan kecuali pada pengamatan ke 22
dan 25. Perhitungan dibawah ini hanya perhitungan pada pengamatan pertama.
Untuk pengamatan kedua, ketiga dan seterusnya dapat dilihat secara lengkap pada
tabel 5.4
LCL = ( )ni
ppp −−
13
LCL = ( )350
081,01081,03081,0 −−
LCL = 0,081 – 3 (0,015) =
LCL = 0,037
120
Tabel 5.4. Tabel Uji Keseragaman Data Cacat Keramik 45 x 45 Setelah Revisi
Pengamatan Jumlah Jumlah Proporsi Persentase
Produk Cacat Inspeksi Kecacatan Cacat UCL LCL
(np) (n) (p)
p2 np2
(p,%) 1 19 350 0.054 0.003 1.031 0.054 0.124 0.037 2 23 270 0.085 0.007 1.959 0.085 0.131 0.031 3 21 290 0.072 0.005 1.521 0.072 0.129 0.033 4 22 258 0.085 0.007 1.876 0.085 0.132 0.030 5 20 250 0.080 0.006 1.600 0.080 0.132 0.029 6 28 280 0.100 0.010 2.800 0.100 0.130 0.032 7 22 300 0.073 0.005 1.613 0.073 0.128 0.034 8 24 315 0.076 0.006 1.829 0.076 0.127 0.035 9 23 270 0.085 0.007 1.959 0.085 0.131 0.031
10 20 260 0.077 0.006 1.538 0.077 0.131 0.030 11 17 245 0.069 0.005 1.180 0.069 0.133 0.029 12 19 277 0.069 0.005 1.303 0.069 0.130 0.032 13 21 380 0.055 0.003 1.161 0.055 0.123 0.039 14 13 240 0.054 0.003 0.704 0.054 0.134 0.028 15 15 256 0.059 0.003 0.879 0.059 0.132 0.030 16 13 278 0.047 0.002 0.608 0.047 0.130 0.032 17 37 300 0.123 0.015 4.563 0.123 0.128 0.034 18 20 300 0.067 0.004 1.333 0.067 0.128 0.034 19 22 290 0.076 0.006 1.669 0.076 0.129 0.033 20 29 260 0.112 0.012 3.235 0.112 0.131 0.030 21 26 220 0.118 0.014 3.073 0.118 0.136 0.026 23 24 270 0.089 0.008 2.133 0.089 0.131 0.031 24 24 260 0.092 0.009 2.215 0.092 0.131 0.030 26 21 230 0.091 0.008 1.917 0.091 0.135 0.027 27 19 245 0.078 0.006 1.473 0.078 0.133 0.029 28 25 224 0.112 0.012 2.790 0.112 0.135 0.026 29 18 200 0.090 0.008 1.620 0.090 0.139 0.023 30 26 250 0.104 0.011 2.704 0.104 0.132 0.029 31 23 280 0.082 0.007 1.889 0.082 0.130 0.032
634 7848 2.375 0.205 54.177 2.375 3.793 0.892
121
Peta Pengendali Proporsi Kesalahan Produk Keramik Ukuran 45 x 45 Setelah Revisi
0.0000.0200.0400.0600.0800.1000.1200.1400.1600.1800.200
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Pengamatan
UCL
LCL
CL
p-chart
Gambar 5.11. Peta Pengendali Proporsi Kecacatan Produk Keramik 45 x 45 Setelah Revisi
Dikarenakan data pada tabel uji keseragaman data dan peta pengendali proporsi
kecacatan sedah berada dalam batas pengendali atas maupun batas pengendali bawah
(in statistical control), maka tidak perlu dilakukan revisi lagi. Hal ini menunujukkan
bahwa banyaknya produk cacat telah stabil.
5.4. Usulan Perbaikan Masalah
Usulan perbaikan dilakukan dengan membuat solusi terhadap penyebab
masalah produk yang rusak atau cacat berdasarkan diagram sebab akibat yang telah
dibuat diatas. Hal-hal yang harus dilakukan dalam rencana perbaikan pengendalian
kualitas adalah masalah utama apa yang terjadi atau faktor penyebab masalah terjadi
(what), mengapa masalah itu terjadi atau dengan kata lain mencari penyebab masalah
122
(why), dimana masalah itu terjadi (where), dan kapan rencana perbaikaannya akan
dilakukan (when), dan siapa atau bagian apa yang harus menangulanginya (who), dan
bagaimana metode perbaikannya (how).
Usulan rencana perbaikan di PT. Mulia Keramik Indah Raya dapat dijelaskan
secara rinci pada tabel berikut :
Tabel 5.5. Usulan Perbaikan Masalah
No. Masalah yang terjadi
(what)
Penyebab utama dari masalah
(why)
Dimana masalah itu terjadi
(Where)
Kapan pelaksanaan perbaikan
(When)
Siapa yang menangulangi
(Who)
Bagaimana metode penanggulangan
(How) Manusia Kurang disiplin
Kurangnya dan kecilnya gaji serta bonus yang diberikan kepada karyawan
Di pabrik setiap pertengahan bulan
Setiap hari memberikan penyuluhan dan pengawasan kepada para pekerja
Manager Produksi
Meningkatkan motivasi kerja Para pegawai dengan memberikan gaji serta bonus yang sesuai dengan kerja karyawan
Kurang tenaga ahli
Kurangnya kesadaran dari pihak perusahaan untuk memakai tenaga ahli
Di pabrik Pada saat perekrutan karyawan baru
Personalia Memperkerjakan satu atau lebih tenaga ahli dan memberi training pada karyawan baru
1.
Mengantuk /lelah
Kurang istirahat Di pabrik, terutama bagian Produksi
Setiap hari dengan memberi kelonggaran waktu santai. Jika perlu ditambah snack+kopi
Manajemen Perusahaan
Menghimbau karyawan untuk memiliki jam istirahat dan tidur yang cukup
Mesin/Alat Gloss Kiln Terlalu dingin atau panas
Kurangnya pengaturan temperatur
Pada mesin
Pada saat produksi berlansung
Supervisor yang bersangkutan
Memberikan pengaturan temperatur yang pasti
2.
Konveyor sobek
Terlalu panas dan sering terkena gesekan
Pada mesin press
Pada saat produksi berlansung
Supervisor yang bersangkutan
Dilakukan pergantiang secara berkala. Misal selama 6 bulan sekali
123
Metode 3. Cairan Campana tidak terlapisi dengan sempurna
Penggunaan spray tidak efektif
Pada bagian glaze application
Setiap hari Supervisor yang bersangkutan
Menggunakan semacam penadah seperti piring yang cekung sehingga campana terlapisi dengan sempurna
Kesalahan pengambilan sample
Operator lalai dan terlalu meremehkan
Pada bagian Press dan biscuit firing
Pada saat proses produksi berlangsung
Supervisor yang bersangkutan
Mengawasi kerja operator dan memberi teguran keras bagi yang melanggar
Kesalahan setting mesin
Operator yang tanpa skill
Hampir semua bagian
Setiah hari Supervisor yang bersangkutan
Supervisor turun tangan langsung untuk melakukan setting mesin
Penampung glaze tidak dibersihkan
Operator tidak pernah membersihkan sebelum diisi
Pada bagian glaze application
Saat produksi berlangsung
Supervisor yang bersangkutan
Selalu membersihkan tabung dengan air bersih sebelum diisi glaze
Sisi keramik bergerigi
Sikat pembersih sudah kaku
Pada bagian glaze application
Saat produksi berlangsung
Supervisor yang bersangkutan
Mengganti sikat dengan busa atau gabus yang permukaannya lebih halus
Material 4. Komposisi pencampuran tidak seimbang
Para Pekerja tidak ahli dalam mencampurkan bahan
Pada saat proses produksi berlangsung
Pada saat proses produksi berlangsung
Supervisor Body Preparation
Menggunakan takaran komposisi campuran yang tepat
Glaze tidak menempel pada keramik
Terlalu banyak kandungan air
Pada bagian glaze application
Pada saat proses berlangsung
Bagian Laboratorium
Melakukan pengujian terhadap ketinggian kadar air pada tile
Biscuit tile terlalu tinggi kadar airnya
Para pekerja tidak ahli menentukan perbandingan komposisi bahan dan air
Pada bagian Body Preparation
Setiap hari Supervisor Body Preparation
Menggunakan takaran komposisi yang tepat antara tanah dengan air
Lingkungan Temperatur Panas dari
mesin Pada ruang produksi
Pada saat proses produksi berlangsung
Manager Produksi
Menambah aliran udara pada ruangan
5.
Bising Suara dari mesin
Pada ruang produksi
Pada saat proses produksi berlangsung
Manager Produksi
Memakai penutup telinga
124
5.5. Analisis Sistem Informasi
5.5.1. Sistem Berjalan
Sistem berjalan yang saat ini terjadi di PT Mulia Keramik Indah Raya FT 4
adalah sebagai berikut :
Sebelum sampai pada tahap inspeksi, alur keramik harus melalui tahap
sorting and packing terlebih dahulu. Disini keramik sudah jadi dan siap dikirim ke
konsumen, dalam artian tidak mungkin ada lagi pembenaran. Pada tahapan sorting
terjadi proses pemilihan keramik berdasarkan kualitasnya. Terdapat tiga macam
kualitas keramik yang dipisahkan menjadi KW 1, KW 2, dan KW 3. KW 1
merupakan kualitas keramik yang paling bagus dengan indikasi untuk pasaran
ekport. Keramik KW 2 memiliki sedikit kecacatan dan demikian juga pada KW 3.
KW 2 dan KW 3 diprioritaskan khusus untuk pasaran lokal. Sedangakan barang
reject atau cacat diinspeksi dari KW 3 yang sudah tidak layak jual lagi.
Sorting dilakukan oleh operator secara manual yaitu melakukan pengecekan
visual dengan melihat secara kasat mata cacat yang ada pada keramik yang berjalan
dengan konveyor didepannya. Apabila ada cacat, maka operator tersebut akan
memberi tanda dengan cairan stabilo pada keramik yang lewat untuk menandakan
KW1, KW2 dan KW3.
Setelah pengecekan manual selesai kemudian keramik akan masuk ke
mesin yang akan memeriksa sizing dan planarity untuk mengecek apakah sudah
memenuhi syarat yang diperbolehkan atau belum. Jika tidak, maka akan diperiksa
lagi dan ada kemungkinan beberapa proses terhenti sementara.
125
Tanda stabilo tersebut akan dibaca oleh sensor UV pada mesin stacker agar keramik
tersebut dipisahkan menurut kualitas yang telah dipisahkan.
Setelah ke mesin stacker, keramik tersebut telah dipisahkan menurut
kualitasnya. Kemudian keramik tersebut ditumpuk dan tumpukan tersebut didorong
ke mesin packaging. Mesin ini mengepak tumpukan-tumpukan keramik menurut dus
dan kualitasnya. Tumpukan ini kemudian didorong ke dus yang belum tertutup
kemudian diberi lem dan ditutup. Dus-dus ini kemudian ditempatkan di pallet dengan
mesin falcone. Setelah dipalet, barang tersebut diambil secara acak untuk diinspeksi
secara visual oleh bagian QA / QC untuk pemeriksaan tahap akhir sebelum barang
dikirim ke konsumen.
Bagian QA / QC melakukan input data dari checksheet yang dikumpulkan
oleh staff QC dengan menggunakan komputer. Kemudian memberikan laporan
harian kepada manajer Quality Control. Pada akhir bulan bagian QC akan membuat
laporan bulanan yang akan diberikan kepada manajer QC dan manajer Produksi.
Apabila terjadi cacat yang cukup signifikan maka manajer QC akan melakukan rapat
dengan manajer Produksi untuk mencari solusi yang tepat dan jika terjadi
penyimpangan yang cukup besar, manajer Produksi berhak menghentikan proses
untuk sementara waktu sampai pemecahan masalah ditemukan. Jika sample yang
diambil masih dalam batas yang diperbolehkan maka keramik langsung disimpan
dalam gudang untuk menunggu surat jalan.
126
Cek Manual
Bagian SortingGloss Kiln
Gloss Firing Tile
Sorting Tile
Mengirim
Packaging
Memisahkan
Dikirim
Laporan Harian
Membuat
QC Manager
Diarsip
Dikirimkan
Production Manager
Laporan Bulanan
Membuat
Diarsip
Diberikan
Staff QC
Quality Assurance
Ambil Sample
Laporan Per Shift
Membuat
Dikirimkan
Storaging
Keramik Lolos Cek QA
Mengecek
Status OK
Disimpan
Diberikan
Laporan Penyimpanan
Membuat
Diberikan
Gambar 5.12. Gambaran Sistem Berjalan Di PT. Mulia Keramik Indah Raya
5.5.2. Sistem Usulan
Perbedaan antara sistem berjalan dengan sistem yang diusulkan adalah
terletak pada penggunaan program yang dapat mempermudah pendataan,
pengalkulasian, menampilkan hasil baik dalam bentuk tabel atau grafik, dan
127
memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
Manager. Untuk tahapan kerja antara sistem usulan dengan sistem berjalan adalah
sama. Dengan adanya penggunaan program yang lebih modern maka diharapkan
dapat mempermudah dan mempercepat proses pengambilan keputusan dan cakupan
informasi yang dihasilkan juga dapat lebih bervariasi. Meskipun saat ini perusahaan
telah memakai alat bantu komputer dalam pelakasanaan sehari-hari, tetapi hanya
menggunakan program seperti Ms Excel dan Ms Word. Hal inilah yang coba ingin
diusulkan oleh penulis yaitu dengan mencoba menggunakan program baru
berbasiskan Visual Basic yang bersifat user friendly sehingga bisa dioperasikan
dengan mudah. Selain itu pula penulis ingin membuat supaya output yang dihasilkan
dapat lebih detil dan bervariasi serta menggambarkan hasil laporan yang sesuai
dengan metode SPC yang jauh lebih kompleks serta mudah dipahami.
5.5.3. Problem Domain Analysis
Problem domain adalah bagian dari suatu konteks permasalahan yang dijalankan,
diatur dan dimonitor oleh sistem.
5.5.3.1. Class
Dari sistem berjalan yang sudah dijelaskan diatas maka kita dapat
menentukan apa saja class dari sistem berjalan di PT. Mulia Keramik Indah Raya.
Class merupakan sekumpulan dari objek – objek yang terstruktur.
Class yang akan digunakan antara lain :
128
• Produk
• Checksheet
• Checksheet Defect
• Staff QC
• Inspector
• Operator QA
• Detil Penanggulangan Masalah
5.5.3.2. Event Table
Hasil dari class activity (aktifitas class) adalah event table yang terdiri dari
class dan event-event yang saling berhubungan.
Event candidates yang dibuat masih bersifat umum, karena Event tersebut
dapat digunakan pada beberapa Class secara bersamaan. Dari Event candidates ini
akan dibuat Event Table yang menggambarkan hubungan Event dengan Class yang
mungkin ada dalam sistem.
Pembuatan Event Table adalah digunakan untuk membantu memetakan
hubungan antara class dan event, dimana tabel ini dapat membantu saat membuat
class diagram. Event Table dibuat dengan berdasarkan pada sistem definisi yang
dijelaskan sebelumnya pada tahap analisis.
Berikut ini digambarkan event table pada perancangan sistem informasi
pengendalian kualitas di PT. Mulia Keramik Indah Raya
129
Table 5.6. Event Table Events
Classes dicreate dibaca diinput dihapus diubah dicetak disimpanProduk + * + + * + Checksheet + * * + * * * Checksheet Defect + * * + * * * Staff QC + + + * + Operator QA + + + * + Inspector + + + * + Detil Penanggulangan Masalah + * + + * *
* Sering + Sekali Saja
5.5.3.3. Class Diagram
Class diagram menggambarkan sekumpulan class, interface, dan
collaboration, dan relasi-relasinya. Class diagram sangatlah penting tidak hanya
untuk visualisasi, menentukan, dan mendokumentasikan model struktural, tetapi juga
untuk mengkonstruksikan sistem yang executable.
Class Diagram dapat dirancang sesuai dengan Event Table yang telah
dibuat sebelumnya.
Berikut ini adalah Class Diagram dari rencana perancangan sistem
informasi SPC di PT. Mulia Keramik Indah Raya.
130
+dicreate()+dibaca()+diupdate()+disimpan()+dihapus()
-Jenis_Produk : String-Kode_Produk : String-Nama_Produk : String
Produk
+dicreate()+diupdate()+disimpan()+dihapus()
-Nama : String-NIK : String-Shift_Kerja : Integer
Staff QC
+dicreate()+diupdate()+disimpan()+dihapus()
-Nama : String-NIK : String-Shift : Integer
Operator QA
+dicreate()+dibaca()+diupdate()+dihapus()+disimpan()
-Tanggal : Date-Jam : Integer-Pencatat : String-NIK_Pencatat : String-Kode_Produk : String-Nama_Produk : String-Jumlah_Cacat : Integer
Checksheet -Tanggal : Date-Shift : Integer-Pencatat : String-NIK_Pencatat : String-Kode_Produk : String-Nama_Produk : String-Dimple : Integer-FD After Cabin : Integer-Chiping : Integer-Crawling : Integer-Glaze Drop : Integer-Cracking : Integer-Black Spot : Integer-Scraper Defect : Integer
Checksheet Defect
1 *
1
*
*1
1
*
+dicreate()+diupdate()+disimpan()+dihapus()
-Nama : String-NIK : String-Shift_Kerja : Integer
Inspektor
-Analisa_Masalah : String-Penyebab_Utama_Cacat : String-Tindakan_Penanggulangan : String-Penanggung_Jawab : String-Tanggal_Penanggulangan : Date
Detil Penanggulangan Masalah
1
*
*
1
Gambar 5.13. Class Diagram
5.5.3.4. Statechart Diagram
Statechart diagram menggambarkan perubahan keadaan (dari satu state ke state
lainnya) suatu objek pada sistem akibat adanya kejadian yang diterima. Pada
umumnya satu statechart diagram menggambarkan tingkah laku dari sebuah objek
dalam class, berikut adalah statechart diagram dari masing-masing class.
131
a. Statechart Diagram Class Staf QC
/ dicreateAktif
/ dibaca / disimpan
/ dihapus
/ berhenti
/ diupdate
Gambar 5.14. Statechart Class Staff QC
b. Statechart Diagram Class Produk
/ dicreateAktif
/ berhenti
/ dibaca / diupdate
/ disimpan/ dihapus
Gambar 5.15. Statechart Diagram Class Produk
c. Statechart Diagram Class Inspector
/ dicreateAktif
/ dibaca / disimpan
/ dihapus
/ berhenti
/ diupdate
Gambar 5.16. Statechart Diagram Class Inspector
d. Statechart Diagram Class Operator QA
/ dicreateAktif
/ dibaca / disimpan
/ dihapus
/ berhenti
/ diupdate
Gambar 5.17. Statechart Diagram Class Operator QA
132
e. Statechart Diagram Class Checksheet
/ dicreateAktif
/ berhenti
/ dibaca / diupdate
/ disimpan/ dihapus
Gambar 5.18. Statechart Diagram Class Checksheet
f. Statechart Diagram Class Checsheet Defect
/ dicreateAktif
/ berhenti
/ dibaca / diupdate
/ disimpan/ dihapus
Gambar 5.19. Statechart Diagram Class Checksheet Defect
g. Statechart Diagram Class Detil Penanggulangan Masalah
/ dicreateAktif
/ berhenti
/ dibaca
/ disimpan/ dihapus
/ dientry
Gambar 5.20. Statechart Diagram Class Detil Penanggulangan Masalah
5.5.4. Application Domain Analysis
5.5.4.1. Use Case
Menurut Lars Mathiassen, use case adalah suatu pola yang menggambarkan
hubungan atau interaksi antara aktor dengan sistem. Use case diagram berfungsi
untuk menggambarkan fungsi di dalam sistem untuk memenuhi kebutuhan user
133
terhadap sistem. Sehingga dengan use case diagram, informasi seperti apa saja yang
dapat dilakukan oleh sistem, siapa actor yang terlibat dalam sistem, serta hubungan
antara actor dengan sistem dapat divisualisasikan dengan jelas. Untuk use case
diagram pada Sistem Informasi SPC dapat dilihat pada gambar 5.20.
Sistem Informasi SPCPT. Mulia Keramik Indah Raya
Staff QC Operator QA
Login
Entry Data Cacat
Lihat Data Cacat
Hapus Data Cacat
Update Data Cacat
Cetak ChecksheetDefect
Analisa Penanggulangan Masalah
Inspector
Cetak Laporan
Tampilkan PetaKontrol
Tampilkan DiagramPareto
Gambar 5.20. Use Case Diagram
Untuk masing-masing use case dapat dianalisis lebih detil dalam use case
description, yaitu sebagai berikut :
134
Table 5.7. Use Case Desription Login
Use Case Name Login Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses Login yang dilakukan staff QC sebelum
memulai aplikasi Basic Flow 1. User melakukan input user name dan password pada form yang
ditampilkan sistem. 2. Sistem akan memverifikasi user name dan password tersebut.
Apabila user name dan password sesuai maka akan ditampilkan form berikutnya. Jika salah maka ke alternative flow a.1
3. Sistem menampilkan database yang diinginkan oleh user 4. Selesai
Sub Flow Alternative Flow a.1. User tidak dapat login : Sistem akan menampilkan pesan bahwa user
name atau password tidak sesuai Special Requirement Pre Condition User mengetahui user name dan password. Post Condition Sistem menampilkan form yang dikehendaki
Table 5.8. Use Case Desription Entry Data Cacat
Use Case Name Entry Data Cacat Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses penginputan data cacat hasil produksi
selama satu hari Basic Flow 1. Use case ini dimulai ketika staff QC mau melakukan proses pengisian
data cacat 2. Staff QC meminta sistem untuk memanggil form checksheet 3. Staff QC mengisi tanggal, jam, dan shift kerja 4. Staff QC melakukan input data 5. Setelah input selesai, staff QC melakukan perintah untuk simpan data 6. Staff QC melakukan perintah log out 7. Selesai
Sub Flow Alternative Flow a.1. Pengisian data bukan berupa numeric : sistem akan menampilkan
pesan kesalahan a.2. Data cacat belum terisi seluruhnya : sistem akan menampilkan pesan
kesalahan Special Requirement - Data harus berupa numerik Pre Condition Staff melakukan input nama, no induk karyawan, data cacat, tanggal entry,
jam dan shift kerja Post Condition Seluruh data tersimpan dalam sistem
Table 5.9. Use Case Desription Lihat Data Cacat
Use Case Name Lihat Data Cacat Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses pencarian data cacat hasil produksi yang
135
dilakukan oleh staff QC Basic Flow 1. Use case dimulai ketika staff QC melakukan pencarian data cacat yang
paling banyak terjadi. 2. Staff QC akan memasukkan kata kunci pencarian 3. Sistem akan menampilkan cacat yang sesuai dengan kata kunci tersebut.
Apabila tidak ditemukan maka langsung ke alternative flow a.1 4. Staff akan melihat jenis cacat tersebut dan nama produknya 5. Jika staff mau meng update data cacat maka langsung ke sub flow s.1 6. Selesai
Sub Flow s.1. Staff meminta sistem menjalankan use case update data cacat Alternative Flow a.1. Data cacat tidak ditemukan : sistem akan menampilkan pesan kesalahan
Special Requirement - Data harus berupa numeric
- Seluruh kriteria cacat harus terisi. Jika tidak ada cacat tetap diisi tanda (-) Pre Condition Staff melakukan input nama, no induk karyawan, kata kunci. Post Condition Staff menemukan data cacat yang dicari
Table 5.10. Use Case Desription Hapus Data Cacat
Use Case Name Hapus Data Cacat Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses penghapusan (delete) data cacat hasil
produksi yang dilakukan oleh staff QC Basic Flow 1. Staff QC meminta sistem untuk menampilkan data produk cacat secara
keseluruhan 2. Apabila terjadi kesalahan pengisian data pada saat penginputan
sebelumnya, maka staff QC akan meminta sistem melakukan proses penghapusan (delete)
3. Staff meminta sistem menampilkan lagi data produk cacat. 4. Jika tidak ada kesalahan, sistem langsung menyimpan pada database 5. Selesai
Sub Flow s.1. Staff meminta sistem menjalankan use case cari data cacat Alternative Flow Special Requirement Pre Condition Staff melakukan input nama, no induk karyawan, kata kunci dan melakukan
perintah delete Post Condition Sistem menghapus data cacat yang salah dan menyimpannya
Table 5.11. Use Case Desription Update Data Cacat
Use Case Name Update Data Cacat Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses melakukan perubahan data produk yaitu
perbaikan data produk atau menghapus data produk. Basic Flow 1. Use case ini dimulai ketika staff ingin mengubah data produk atau
menghapus data produk
136
2. Staff terlebih dahulu menjalankan sistem mencari data produk. Jika data produk tidak ditemukan, langsung ke alternative flow a.1
3. Setelah produk yang ingin diubah ditemukan, maka staff melakukan perubahan data produk. Jika ingin hapus data maka ke sub flow s.1.
4. Staff melakukan perintah penyimpanan 5. Sistem akan menyimpan data yang sudah di update ke dalam database. 6. Selesai
Sub Flow s.1. Staff meminta sistem menjalankan use case Hapus Data Cacat Alternative Flow a.1. Sistem tidak menemukan produk yang dicari : sistem akan
menampilkan pesan untuk memasukkan kata kunci yang lain atau data belum terdaftar.
Special Requirement - Kode produk tidak boleh sama - Jumlah produk cacat harus berupa numerik kecuali jika tidak ada cacat
diisi dengan tanda (-) Pre Condition Staff melakukan input kode produk yang dicari Post Condition Sistem menampilkan produk yang dicari
Table 5.12. Use Case Desription Mencetak Checksheet Defect
Use Case Name Mencetak Checksheet Defect Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses pencetakan checksheet yang ditampilkan
oleh sistem. Basic Flow 1. Use case dimulai ketika User (operator QA & Staff QC) meminta sistem
supaya mencetak checksheet defect selama satu hari. 2. User akan memilih tanggal dan kode produk yang ingin dicetak 3. Sistem akan menampilkan checksheet tersebut dilayar, dan apabila user
ingin mendapatkan print-out nya maka user akan melakukan perintah pencetakan dengan menekan tombol print.
4. Sistem akan memeriksa kondisi printer, jika printer tidak aktif maka ke alternative flow a.1
5. Selesai. Sub Flow Alternative Flow a.1. Printer tidak aktif : sistem akan menampilkan pesan bahwa tidak ada
koneksi printer Special Requirement Pre Condition User mengetahui produk apa yang ingin ditampilkan Post Condition Sistem menampilkan produk yang dikehendaki user.
Table 5.13. Use Case Desription Mencetak Laporan
Use Case Name Mencetak Laporan Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses pencetakan laporan SPC yang ditampilkan
oleh sistem. Basic Flow 1. Use case ini dimulai dari staff QC yang ingin mencetak laporan
yang ditampilkan pada layar.
137
2. Staff pertama kali meminta sistem untuk menjalankan sistem cari data cacat
3. Sistem akan menampilkan form data cacat. 4. Sistem meminta user untuk menekan tombol print jika ingin
mencetak ke kertas. Jika printer tidak aktif maka langsung ke alternative flow a.1
5. Selesai Sub Flow Alternative Flow a.1. Printer tidak aktif : sistem akan menampilkan pesan bahwa tidak ada
koneksi printer Special Requirement Pre Condition User mengetahui laporan apa yang ingin ditampilkan Post Condition Sistem menampilkan laporan yang dikehendaki user.
Table 5.14. Use Case Desription Analisa Penanggulangan Masalah
Use Case Name Analisa Penanggulangan Masalah Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses analisa penyebab masalah dan
penanggulangan sementara Basic Flow 1. Use case ini dimulai ketika inspector ingin menganalisa penyebab
dominan masalah yang terjadi dan penanggulangannya. 2. Staff pertama kali akan memanggil sistem tampilkan peta kontrol 3. Sistem akan menampilkan peta kontrol untuk periode satu bulan 4. Inspector akan melihat jika ada data diluar batas kendali maka
dilakukan analisa penyebab masalah dan penanggulangan sementara 5. Staff melakukan perintah penyimpanan 6. Sistem menyimpan ke dalam database 7. Selesai.
Sub Flow Alternative Flow Special Requirement - Kode produk tidak boleh sama
- Jumlah produk cacat harus berupa numerik kecuali jika tidak ada cacat diisi dengan tanda (-)
Pre Condition Staff melakukan perintah tampilkan peta kontrol Post Condition Sistem menampilkan peta kontrol untuk periode satu bulan
Table 5.15. Use Case Desription Tampilkan Peta Kontrol
Use Case Name Tampilkan Peta Kontrol Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses perhitungan CL, UCL, dan LCL yang
kemudian ditampilkan dalam bentuk peta kendali. Basic Flow 1. Use case ini dimulai ketika Inspector ingin mengetahui peta kontrol
untuk kecacatan selama satu bulan 2. Staff pertama kali akan meminta sistem untuk memanggil sistem lihat
138
produk cacat. 3. Sistem akan menampilkan data produk cacat untuk satu bulan 4. Staff melakukan perintah menampilkan peta kontrol untuk satu bulan 5. Sistem akan melakukan perhitungan (compute) CL, UCL, dan LCL dan
dikombinasikan dengan jumlah cacat selama satu bulan untuk kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik garis
6. Sistem menampilkan peta kontrol yang diminta user 7. Selesai
Sub Flow Alternative Flow Special Requirement - Kode produk tidak boleh sama
- Jumlah produk cacat harus berupa numerik kecuali jika tidak ada cacat diisi dengan tanda (-)
Pre Condition Staff melakukan perintah menampilkan peta kontrol untuk satu bulan Post Condition Sistem menghitung CL, UCL, dan LCL dan menampilkan Peta Kontrol
Table 5.16. Use Case Desription Tampilkan Diagram Pareto
Use Case Name Tampilkan Diagram Pareto Deskripsi Use Case Use case ini menjelaskan proses menampilkan diagram pareto dari
kecacatan selama satu bulan Basic Flow 1. Use case ini dimulai ketika Inspector ingin mengetahui jenis cacat yang
tertinggi sampai terkecil dalam satu bulan 2. Staff pertama kali akan meminta sistem untuk memanggil sistem lihat
data cacat 3. Sistem akan menampilkan data produk cacat untuk satu bulan. 4. Staff melakukan perintah menampilkan diagram pareto untuk
spesifikasi yang diminta 5. Sistem akan mengurutkan jenis cacat dan jumlahnya dari yang terbesar
hingga yang terkecil kemudian mengaplikasikan dalam grafik batang yang dikombinasikan dengan garis
6. Sistem menampilkan diagram pareto yang diinginkan user. 7. Selesai
Sub Flow Alternative Flow Special Requirement - Kode produk tidak boleh sama
- Jumlah produk cacat harus berupa numerik kecuali jika tidak ada cacat diisi dengan tanda (-)
Pre Condition Staff melakukan perintah menampilkan diagram pareto untuk satu bulan Post Condition Sistem menampilkan diagram pareto yang diinginkan user
139
5.5.4.2. Sequence Diagram
Sequence diagram merupakan bagian dari behaviour diagram yang dapat
menjelaskan aliran pesan antar objek saat menjalankan suatu use case, dimana pesan
ini dapat merupakan event atau metode dari objek di dalam class.
a. Sequence Diagram untuk Login
1. Sequence ini dimulai ketika user akan mengakses program SPC
2. Pertama kali user akan menginput user name dan password kemudian setelah
ditekan login, sistem akan melakukan validasi untuk melakukan pengecekan
keakuratan user name dan password.
3. Jika user name dan password sesuai, maka sistem akan membuka form awal
dari program.
Staff QCUI:Login
input user name()
input password()
Sistem
verifikasi()
user name & password sesuai()
(menu utama):dibaca()
Gambar 5.21. Sequence Diagram Login
140
b. Sequence Diagram untuk Entry Data Cacat
1. Sequence ini dimulai ketika user ingin mengentry data cacat dari suatu
produk.
2. User akan menginput kode produk dan nama produk, kemudian melakukan
perintah untuk entry data baru
3. Sistem akan menampilkan form checksheet dengan nama dan kode produk
yang diinput kemudian user memasukkan jumlah cacat dari masing-masing
kategori.
4. Setelah selesai, user akan melakukan perintah penyimpanan, kemudian sistem
akan melakukan penyimpanan pada database dan memberi pesan bahwa data
telah tersimpan.
Staff QC
UI:Checksheet
(nama produk,tipe produk,jumlah cacat) : diinput()
Object:Jumlah Cacat
disimpan()
data tersimpan()
Gambar 5.22. Sequence Diagram Entry Data Cacat
141
c. Sequence Diagram untuk Lihat Data Cacat
1. Sequence dimulai ketika user akan melihat data cacat pada suatu periode atau
harian.
2. User akan membuka form lihat data cacat, kemudian memilih tahun, bulan
dan tanggal dari data reject yang ingin dilihat.
3. Sistem akan mencari data yang diinginkan pada database
4. Sistem akan menampilkan dilayar data-data cacat sesuai dengan keinginan
user
Staff QC
UI:Form Data Cacat
dibuka()
Object:Checksheet
(tahun,bulan,tanggal):diinput()
verifikasi()
data ditemukan()
(data ditampilkan):dibaca()
Gambar 5.23. Sequence Diagram Lihat Data Cacat
142
d. Sequence Diagram untuk Hapus Data Cacat
1. Sequence dimulai ketika user ingin menghapus data cacat dari suatu produk.
2. User membuka form hapus data cacat
3. Sistem akan menampilkan form hapus data cacat
4. User memasukkan kode produk dan nama produk serta periode atau tanggal
dari data cacat yang ingin dihapus.
5. Sistem menampilkan data-data cacat dari produk tersebut sesuai dengan
periode.
6. User melakukan perintah penghapusan data pada record ke – n atau hapus
keseluruhan
Staff QC
UI:Hapus Data Cacat
dibuka()
Object:Checksheet
(kode produk,nama produk,periode):diinput()
verifikasi()
data ditemukan()
(data ditampilkan):dibaca()
(hapus record ke - n):dihapus()
dihapus()
data terhapus()
Gambar 5.24. Sequence Diagram Hapus Data Cacat
143
e. Sequence Diagram untuk Update Data Cacat
1. Sequence ini dimulai ketika user akan mengupdate atau menambah data cacat
dari suatu produk.
2. User akan meminta sistem menampilkan form update data cacat
3. User akan menginput tanggal, kode produk dan nama produk yang datanya
ingin ditambah atau diubah.
4. Setelah selesai, user akan memberi perintah penyimpanan.
5. Sistem akan menyimpan kedalam database. Data telah tersimpan.
Staff QC
UI:Update Data Cacat
dibaca()
Object:Data Cacat
(kode produk,nama produk,tanggal):diinput()
verifikasi()
data ditemukan()
(data ditampilkan):dibaca()
(jumlah cacat):diinput()
(data yang diubah):disimpan()
data disimpan()
data tersimpan()
Gambar 5.25. Sequence Diagram Update Data
144
f. Sequence Diagram untuk Penanggulangan Masalah
1. Sequence ini dimulai ketika user akan menginput analisa penyebab masalah
secara dominan dan penanggulangan sementara yang dilakukan.
2. Setelah didapat hasil peta control dan ada data yang diluar batas kendali,
maka user akan menganalisa penyebab dominan masalah tersebut dan
memberitahu penanggulangan sementara
3. User melakukan perintah penyimpanan
4. Sistem menyimpan data
Staff QCUI:Penanggulangan Masalah
(kode produk,nama produk):diinput()
(penyebab dan penanggulangan):diinput()
Object
disimpan()
disimpan()
data tersimpan()
Gambar 5.26. Sequence Penanggulangan Masalah
145
g. Sequence Diagram untuk Tampilkan Peta Control
1. Sequence ini dimulai ketika user ingin mengetahui peta control dari suatu
produk terhadap cacat yang terjadi selama satu bulan
2. User memasukkan kode produk, nama produk, dan periode dari data cacat.
3. Sistem akan menampilkan kode produk, nama produk, dan jumlah cacat
selama satu bulan.
4. User memerintahkan tampilkan peta control
5. Sistem melakukan peritungan CL, UCL, dan LCL dari data tersebut.
Kemudian setelah dihitung, sistem akan menampilkan CL, UCL, dan LCL
dalam sebuah peta control.
InspectorUI:Control Chart Data Cacat
(kode produk,nama produk,periode):diinput()
data ditemukan()
(kode,nama produk,jenis,jumlah cacat):dibaca()
(Tampilkan control chart):command()
(CL, UCL, LCL):dihitung()
dihitung()data terhitung()
(control chart ditampilkan):dibaca()
Gambar 5.27. Sequence Diagram Tampilkan Peta Kontrol
146
h. Sequence Diagram untuk Tampilkan Pareto Diagram
1. Sequence ini dimulai ketika user ingin mengetahui diagram pareto dari
kecacatan suatu produk dalam satu bulan.
2. User menginput kode produk, nama produk, dan periode kecacatan.
3. Sistem akan menampilkan kode produk, nama produk dan jumlah detil cacat
selama satu bulan sesuai dengan periode yang diminta.
4. User akan memberi perintah untuk menampilkan diagram pareto
5. Sistem mengurutkan cacat dari terbesar hingga terkecil kemudian akan
digambarkan dalam suatu grafik batang dan garis dengan urutan terbesar
hingga terkecil.
6. Sistem akan menampilkan diagram pareto yang diminta user
Inspector
UI:Tampilkan Pareto Diagram Data Cacat
(kode produk,nama produk,periode):diinput()
verifikasi()
data ditemukan()
(nama produk,jenis cacat,jumlah):dibaca()
(Tampilkan pareto diagram):command()
data diurutkan()
diurutkan()data terurut()
(diagram pareto):dibaca()
Gambar 5.28. Sequence Diagram Tampilkan Diagram Pareto
147
i. Sequence Diagram untuk Cetak Checksheet Defect
1. Sequence ini dimulai ketika user ingin mencetak (print out) checksheet
defect.
2. User memanggil form lihat data cacat
3. User memasukkan kode produk, nama produk dan periode dari kecacatan.
4. Sistem akan menampilkan spesifikasi produk yang diinginkan.
5. User melakukan perintah untuk mencetak melalui printer
6. Sistem akan mencetak tampilan dilayar pada kertas melalui media printer.
Staff QC
UI:Checksheet Defect
dibuka()
(kode produk,nama produk,periode):diinput()
Produk Defect
verifikasi()
data ditemukan()
(data produk cacat):dibaca()
(cetak ke kertas):command()
data tercetak()
Gambar 5.29. Sequence Diagram Cetak Checksheet Defect
148
j. Sequence Diagram untuk Cetak Laporan
Sequence ini hamper sama dengan mencetak checksheet defect, hanya
perbedaanya object yang dicetak (print out) adalah laporan bulanan yang sudah
dikombinasikan dengan peta kontrol maupun diagram pareto.
Inspector UI:Cetak Laporan
(kode produk,nama produk,periode):diinput()
Object
verifikasi()
data ditemukan()
(data ditampilkan):dibaca()
(cetak laporan):command()
laporan tercetak()
Gambar 5.30. Sequence Diagram Cetak Laporan
149
5.5.4.3. Function List
Function list digunakan untuk mendaftarkan semua fungsi yang dapat dijalankan oleh
sistem informasi SPC ini yang menjadikan sebuah model sistem berguna bagi Actor.
Dalam sistem ini akan diberikan beberapa fungsi penting, antara lain :
Tabel 5.17. Function List
Function Complexity Type
Lihat Data Cacat Simple Read
Entry Data Cacat Simple Update
Hapus Data Cacat Simpel Update
Hitung CL, UCL, LCL Medium Compute
Mengurutkan Jenis Cacat Medium Compute
Simpan Data Cacat (Baru) Simple Update
Simpan Data Cacat (Update) Simple Update
Ambil Data Cacat Simple Read
Tampilkan Peta Control Complex Compute
Tampilkan Diagram Pareto Complex Compute
Menjumlahkan Jumlah Data Cacat Medium Compute
Simpan Analisa Penanggulangan Masalah Simple Update
Tampilkan Checksheet Detil Cacat Simple Read
5.5.4.4. Navigation Diagram
Diagram berikut ini digunakan untuk menggambarkan interface apa saja yang
diperkirakan akan ada dalam sistem atau program aplikasi yang akan dibuat, serta
hubungan antara interface tersebut, dimana interface yang dimaksud adalah form
yang digunakan dalam sistem (program). Arah panah yang menghubungkan tiap
150
form menunjukkan adanya keterkaitan informasi antara form yang satu dengan form
lainnya.
SPC SOFTWARE-MULIA KERAMIK INDAH RAYA
Login
LIHAT DATA CACAT
APLIKASI
ENTRY DATA
UPDATE DATA
HAPUS DATA
CHECKSHEET CHECKSHEET DETIL
CONTROL CHART
TAMPILKAN PETA KONTROL
TAMPILKAN PARETO
PENANGGULANGAN MASALAH
FinalState
TAMBAH RECORD PRODUKTAMBAH RECORD CACAT
ADD RECORD
Gambar 5.31. Navigation Diagram
151
5.5.4.5. Rancangan Layar
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai layar-layar yang telah dibuat pada
program sistem informasi Statistical Process Control (SPC), dengan dimulai pada
Layar Activate (gambar 5.23). Saat user pertama kali menjalankan program, maka
dibutuhkan aktivasi pada software dimana kode aktivasinya dapat dilihat pada menu
readme.doc yang terdapat pada CD.
Menu Activate
Gambar 5.32. Layar Aktifasi
Pada menu aktifasi tersebut, user sebelum memulai menjalankan software,
harus mengaktifkan terlebih dahulu software tersebut. Kode aktifasi dapat dilihat
pada menu readme.doc. Setelah didapat kode aktifasi, user menginput kode aktifasi
tersebut dan menekan tombol aktifkan. Sesudah software diaktifkan, user dapat
langsung masuk ke menu tama yang akan dijelaskan dengan gambar 5.33. Aktifasi
ini hanya dilakukan sekali saja saat user pertama kali menjalankan program. Kecuali
jika program hilang maka harus dilakukan aktifasi ulang.
152
Menu Login
Gambar 5.33. Layar Login
Pada menu Login, user akan diminta untuk menginput user name dan
password. Dalam hal ini user atau pengguna yang diberi wewenang akan memiliki
password pribadi sehingga yang dapat mengakses hanya user yang bersangkutan saja
atau yang diberi wewenang oleh user tersebut atau perusahaan.
Pada layar Login ini juga terdapat menu Lupa Password. Hal ini dilakukan
untuk menjaga apabila user atau pengguna lupa pada passwordnya maka dapat
dilakukan verifikasi ulang dengan memasukkan beberapa kriteria. Apabila dipilih
Ok, maka user langsung masuk menu utama tetapi jika Cancel maka langsung keluar
dari program.
153
Menu Utama (main menu)
Gambar 5.34. Layar Menu Utama
Dikarenakan penulis tidak menggunakan sistem software yang bersifat pull down,
maka user atau pengguna nantinya dapat langsung melihat isi keseluruhan dari menu
utama ini. Apabila user ingin memilih salah satu dari menu aplikasi seperti lihat data
cacat atau input data cacat, langsung dapat mengklik di form utama tersebut
kemudian form lihat data cacat maupun input data cacat akan ditampilkan tanpa
menutup main menu (menu utama) sehingga saat user ingin kembali lagi ke menu
154
utama dapat langsung menutup form lihat data cacat maupun input data cacat dan
kembali lagi ke menu utama.
Demikian juga saat user ingin melihat tampilan peta kontrol, pareto chart, histogram,
maupun pie chart dapat langsung mengklik di form utama tersebut. Periode yang
dapat dipilih juga bervariatif yaitu bisa berdasarkan bulan, tanggal maupun tahun.
5.5.5. Architectural Design
5.5.5.1. Component Architecture
Sistem informasi SPC yang dirancang merupakan sistem informasi yang
bersifat stand alone atau menggunakan single machine, sehingga struktur sistem
yang digunakan terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen user interface, model
dengan function, dan model.
Karena sistem SPC ini merupakan sistem informasi yang sederhana, maka penulis
lebih memilih architecture design yang bersifat centralized yaitu dimana seluruh
database maupun function terpusat pada satu buah server. Semua data yang diinput
dari clien pada akhirnya akan disimpan dalam satu database pusat.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.35. berikut ini.
155
<<Inspector>> Client
User Interface
<<Staff QC>> Server
<<Operator QA>> Client
User Interface
User Interface
Function
Model
Gambar 5.35. Component Architecture
5.5.5.2. Deployment Diagram
Deployment diagram dibawah ini menggambarkan bagaimana arsitektur sistem
informasi SPC akan dijalankan pada perangkat keras (hardware) sebenarnya.
Beberapa perangkat keras yang digunakan sudah terpasang, sehingga akan
mempermudah penggunaan software. Perangkat keras yang digunakan adalah
beberpa komputer desktop yang dipasang pada masing-masing ruangan pengguna
(user) dan sebuah server pusat yang akan dipasang pada bagian staff QC.
156
Desktop Client:Inspector Desktop Client:Operator QA
PC Desktop : Server
User Interface : Windows PC Desktop User Interface : Windows PC Desktop
User Interface : Windows XP Server
Function : Visual Basic.net
Model Database : Miscrosoft SQL Server 2000Version
Gambar 5.36. Deployment Diagram
5.5.5.3. Model Component
Tujuan dari model component adalah untuk merepresentasikan model dari problem
domain. Hasil dari model component ini adalah suatu class diagram baru yang telah
di revisi (revised class diagram). Class diagram revisi menampilkan class dengan
atribut dan event yang telah diperbaharui atau yang dibutuhkan oleh sistem. Untuk
revised class diagram sistem informasi SPC dapat dilihat pada gambar 5.45. berikut
ini.
157
+dicreate()+dibaca()+diupdate()+disimpan()+dihapus()
-Jenis_Produk : String-Kode_Produk : String-Nama_Produk : String
Produk
+dicreate()+diupdate()+disimpan()+dihapus()+Dibaca()
-Nama : String-NIK : String-Shift_Kerja : Integer
Staff QC
+dicreate()+diupdate()+disimpan()+dihapus()+Dibaca()
-Nama : String-NIK : String-Shift : Integer
Operator QA
+dicreate()+dibaca()+diupdate()+dihapus()+disimpan()+Dihitung()+Diperiksa()
-Tanggal : Date-Jam : Integer-Pencatat : String-NIK_Pencatat : String-Kode_Produk : String-Nama_Produk : String-Jumlah_Cacat : Integer
Checksheet
+Pilih_Periode()+Query_Data()+Hitung_Batas_Kendali()+Hitung_Cacat_Tertinggi()
-Tanggal : Date-Shift : Integer-Pencatat : String-NIK_Pencatat : String-Kode_Produk : String-Nama_Produk : String-Dimple : Integer-FD After Cabin : Integer-Chiping : Integer-Crawling : Integer-Glaze Drop : Integer-Cracking : Integer-Black Spot : Integer-Scraper Defect : Integer
Checksheet Defect
1 *
*1
1
*
+dicreate()+diupdate()+disimpan()+dihapus()+Dibaca()
-Nama : String-NIK : String-Shift_Kerja : Integer
Inspektor
+Diinput()+Disimpan()+Dibuka()
-Analisa_Masalah : String-Penyebab_Utama_Cacat : String-Tindakan_Penanggulangan : String-Penanggung_Jawab : String-Tanggal_Penanggulangan : Date
Detil Penanggulangan Masalah
1
*
*1
*
1
Gambar 5.37. Revised Class Diagram
5.5.6. Pemrograman
Pemrograman dilakukan setelah analisa dan desain sistem informasi selesai
dilaksanakan. Untuk mendukung arsitektur yang telah dibahas dalam analisa diatas,
maka pemrograman dilakukan dengan menggunakan visual basic.net. Sedangkan
untuk pemrograman database digunakan Microsoft SQL Server 2000 version. Hal ini
158
dilakukan supaya server (user) dapat mengupdate data-data atau record yang bersifat
tidak tetap seperti jenis cacat.
5.5.6.1. Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang digunakan beberapa sudah ada dan beroperasi di
ruangan-ruangan user (pengguna). Secara keseluruhan, sistem yang dibutuhkan
adalah :
1. Server
Server ini digunakan untuk menyimpan software, sistem operasi dan
database server. Karena semua proses pengolahan data dilakukan di
server, dan server menangani beberpa client sekaligus, maka server ini
harus memiliki kecepatan tinggi dan Storage yang besar. Spesifikasi
umum sistem untuk server adalah :
- Processor Intel Pentium IV 2.4 Ghz atau yang lebih tinggi.
- DDR SDRAM PC 3200 512 MB atau yang lebih tinggi
- Hardisk 7200 RPM 80 GB Serial ATA RAID
- 10/100 MBPS LAN
- CD Rom atau CD RW (untuk backup data)
- VGA Card 128 MB
- Printer
159
2. Workstation
Workstation yang digunakan untuk masing-masing client tidak perlu
secanggih ataupun semewah sistem server karena proses pengolahan tidak
dilakukan pada masing-masing workstation melainkan secara terpusat di
server utama. Kebutuhan minimal untuk desktop PC pada client
workstation antara lain :
- Processor Intel Pentium III 800 Mhz
- DDR SDRAM 64 MB atau 512 MB
- Hardisk 20 GB
- 10/100 MBPS LAN
5.5.6.2. Perangkat Lunak (Software)
Untuk kebutuhan perangkat lunak baik pada server maupun client sama-sama
menggunakan operating system berbasis windows. Spesifikasi perangkat lunak yang
dibutuhkan antara lain :
1. Server
- Operating system : Windows XP Professional Service Pack 4
- Microsoft SQL Server 2000 Version
- Visual Basic.net
- Microsoft Office (optional)
2. Workstation
- Operating system : Windows 98 Service Pack 2 / Windows XP / 2000
160
5.5.6.3. Usulan Penerapan
Pengguna yang akan mengoperasikan sistem informasi ini adalah seperti yang
telah disebutkan pada use case diatas yaitu Staff QC, Inspector, dan Operator QA.
Seluruh pengguna diharuskan minimal mengerti dan memahami tentang computer.
Untuk pendalaman pengoperasiannya, dapat dilakukan training sekitar satu bulan
untuk memperkenalkan sistem yang akan diterapkan di departemen tersebut. Secara
umum sistem ini sudah menggunakan user interface yang bersifat friendly, artinya
dapat dipahami dengan mudah oleh seluruh karyawan karena tidak ada perintah-
perintah khusus yang harus dipelajari oleh user. User cukup menginput data dan
melakukan perintah seperti yang tertera pada layar form masing-masing.
Tabel 5.18. Usulan Jadwal Implementasi Sistem
Minggu ke- No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Pembentukan tim 2 Pembelian dan pemasangan hardware 3 Instalasi software 4 Instalasi sistem informasi SPC 5 Pengentrian data 6 Pelatihan pengguna 7 Uji coba sistem 8 Evaluasi sistem