Upload
rizki-rahmaania
View
134
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kabupaten Bondowoso
Citation preview
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Proses Perencanaan yang Dilakukan Seksi Pengembangan
dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Bondowoso.
Langkah menyusun perencanaan kebutuhan sumber daya manusia (SDM)
kesehatan antara lain (Handoko,2008):
5.1.1 Inventarisasi Persediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Inventarisasi dilakukan untuk menilai sumber daya yang ada sekarang.
Selain jumlah karyawan, inventarisasi meringkas beberapa keterampilan dan
kecakapan setiap karyawan. Kegiatan ini juga menunjukkan pemanfaatan sumber
daya manusia dalam perusahaan, yang berarti mencerminkan potensi karyawan
untuk mendukung operasi perusahaan(Handoko,2008).
Kegiatan inventarisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso disebut dengan Pemutakhiran data. Kegiatan pwmutakhiran data yang
selama ini dilakukan oleh Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Kesehatan
yakni :
a. Kegiatan pemutakhiran data sumber daya manusia kesehatan di puskesmas
dimulai dari kegiatan pengumpulan data sumber daya manusia kesehatan di
puskesmas. Sewajarnya pihak puskesmas mengumpulkan data sumber daya
manusia kesehatan setiap bulannya. Data-data tersebut sesuai dengan contoh
form pemutakhiran data sumber daya manusia kesehatan yang diserahkan oleh
Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan pada pihak
puskesmas. Data-data tersebut terdiri dari :
1) Identitas diri
Identitas diri berisi nama, nomor induk pegawai (NIP), jenis kelamin,
tempat tanggal lahir, agama, alamat rumah, pendidikan terakhir dan nomor
telepon
2) Status kepegawaian
Status kepegawaian dibedakan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS),
Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan honorer
3) Pangkat
26
27
Pangkat berisi golongan, ruang dan TMT (Terhitung Mulai Tanggal)
seseorang memperoleh pangkat terakhir sesuai dengan Surat Keputusan
(SK)
4) Jabatan
Jabatan berisi jabatan yang diduduki menurut Surat Keputusan (SK) yang
didapatkan
5) Masa kerja
Masa kerja dihitung mulai dari Surat Keputusan (SK) yang keluar terakhir
Data-data tersebut sesuai dengan Analisis Staf dalam Attwood dan dimmock
1999, Menurut Attwood dan dimmock 1999, untuk memulai proses
perencanaan SDM, orang perlu memiliki fakta kunci mengenai pembentukan
staf dalam perusahaan yang bersangkutan . Fakta itu mencakup :
1) Mutu
2) Jenis pekerjaaan dan departemen
3) Jenis kelamin
4) Masa kerja
5) Keterampilan atau tingkat pendidikan
Maka dari form yang dicontohkan Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan telah mewakili data-data yang akan digunakan untuk
kegiatan perencanaan sumber daya kesehatan.
b. Data pemutakhiran sumber daya manusia kesehatan dari puskesmas tersebut
selanjutnya diserahkan pada Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bondowoso tiap bulannya. Untuk selanjutnya data
tersebut oleh Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan diolah menjadi
beberapa beberapa laporan, antara lain sumber daya manusia kesehatan per
tahun, profil kepegawaian puskesmas, deskripsi sumber daya manusia
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan menurut gender dan status, serta
rekapitulasi sumber daya manusia kesehatan di puskesmas Bondowoso.
Dalam proses inventarisasi yang dilakukan oleh Seksi Pengembangan
dan Pendayagunaan Kesehatan tidak lepas dari beberapa hambatan. Berdasarkan
28
wawancara yang dilakukan, hambatan yang dialami oleh Seksi Pengembangan
dan Pendayagunaan tenaga kesehatan selama ini adalah:
a. Data pemutakhiran sumber daya manusia kesehatan dari puskesmas yang
diserahkan kepada pihak Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Tenaga
Kesehatan dalam bentuk cetak kertas sehingga Seksi Pengembangan dan
Pendayagunaan harus melakukan pengetikan ulang saat melakukan
rekapitulasi.
b. Data dalam form yang dikumpulkan oleh pihak puskesmas kepada Seksi
Pengembangan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan terkadang tidak sesuai
dengan form yang dicontohkan, sehingga data yang dibutuhkan tidak lengkap.
Ada dua kemungkinan yang mengakibatkan hal tersebut, yakni puskesmas
tidak memiliki form yang dicontohkan atau data yang tersedia di puskesmas
kurang. Padahal menurut Nugroho, 2008 informasi yang baik harus memenuhi
kualifikasi sebagai berikut :
1) Akurat artinya informasi tersebut bebas dari kesalahan dan bebas dari bias
2) Tepat waktu artinya informasi harus diberikan pada waktu yang tepat.
3) Relevan artinya informasi tersebut benar-benar sesuai kebutuhan pihak yang
membutuhkan informasi
Akibat dari data yang diserahkan pada puskesmas tidak lengkap, maka
pengolahan data yang seharusnya dilakukan oleh Seksi Pengembangan dan
Pendayagunaan Kesehatan terbengkalai.
c. Pihak puskesmas tidak taat dalam melakukan pengumpulan data tiap bulannya
akibatnya kegiatan rekapitulasi data terhambat. Seharusnya data dikumpulkan
tiap bulan karena kurangnya peran Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso dalam kegiatan
mutasi dan promosi pegawai. Padahal Menurut Handoko, 2008 agar berguna,
informasi persediaan sumber daya manusia harus diperbaharui secara periodik.
Ini penting terutama karena perubahan-perubahan personalia, seperti
keterampilan baru, tambahan gelar kesarjanaan, perubahan tugas-tugas jabatan
dan sebagainya, merupakan karakteristik utama untuk dinamika sumber daya
manusia dalam organisasi. Sebenarnya di puskesmas lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bondowoso hampir semuanya dipasang SIKDA
29
GENERIK yang fungsinya untuk mempermudah proses pelaporan. Diharapkan
dengan adanya SIKDA GENERIK, pelaporan dari puskesmas dapat dilakukan
secara mudah dan teratur. Namun kenyataannya di lapangan belum berjalan
optimal, hanya sebagian puskesmas yang menggunakan SIKDA GENERIK.
Hal tersebut dapat dikarenakan kurangnya penerimaan sumber daya manusia
terhadap sistem serta juga dapat dikarenakan keterbatasan atau kerusakan
infrastruktur.
5.1.2 Forecast Sumber Daya Manusia Kesehatan
Menurut Kementrian Kesehatan RI, 2011 Forecast merupakan kegiatan
memperkirakan sumber daya yang dibutuhkan di masa yang akan datang (kurun
waktu tertentu) sebagai bentuk prediksi akan permintaan sumber daya manusia
kesehatan di waktu yang akan datang. Dalam menyusun perencanaan kebutuhan
SDM Kesehatan digunakan beberapa metode.
Sedangkan perencanaan yang dilakukan oleh Seksi Pengembangan dan
Pendayagunaan adalah sebagai berikut :
a. Data pemutakhiran sumber daya kesehatan yang telah diolah menjadi profil
kepegawaian puskesmas dianalisis dan disesuaikan dengan standar yang
berlaku. Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso menggunakan standar ketenagaan berdasarkan Pedoman
Kebijakan Pelayanan Dasar Puskesmas yang menggambarkan pola ketenagaan
minimal untuk penyelenggaraan upaya wajib di puskesmas. Dalam pola
ketenagaan minimal untuk penyelenggaraan upaya wajib di puskesmas,
ketenagaan puskesmas dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan jenis
puskesmas yakni puskesmas non perawatan, puskesmas perawatan, dan
puskesmas DPTK. Berdasarkan keadaan yang ada di wilayah Bondowoso
dimana kedua puluh lima puskesmasnya merupakan puskesmas perawatan,
maka Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan tenaga kesehatan
menggunakan standar puskesmas perawatan. Dalam standar tersebut, tenaga
kesehatan di puskesmas pembantu tidak masuk dalam hitungan, jadi yang
dihitung hanya tenaga yang berada di puskesmas induk (Kementrian Kesehatan
30
RI, 2011). Sebenarnya dalam perencanaan sumber daya manusia kesehatan
tingkat institusi dapat menggunakan:
1) Metode WISN
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja
(WISN) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan
berdasarkan pada beban pekerjaan yang nyata yang dilaksanakan oleh tiap
kategori SDM kesehatan pada tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit
kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut Shipp (1998) metode
perhitungan WISN memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode
perhitungan kebutuhan tenaga kerja lainnya. Kelebihan tersebut yaitu :
a) Mudah dilaksanakan, karena menggunakan data yang dikumpulkan dari
laporan kegiatan rutin per unit layanan,
b) Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan, sehingga manajer kesehatan
disemua tingkatan dapat segera memasukkannya dalam perencanaan
ketenagaan,
c) Mudah untuk segera mendapatkan hasil perhitungannya, sehingga dapat
segera dimanfaatkan oleh manajer kesehatan disemua tingkatan dalam
pengambilan keputusan/kebijakan,
d) Metode perhitungan dapat digunakan bagi berbagai jenis ketenagaan,
termasuk tenaga non kesehatan ( tenaga administrasi, tenaga keuangan,
tenaga perencanaan, tenaga penunjang umum lainnnya ), dan
e) Hasil perhitungannya realistik, sehingga hasilnya akan memberikan
kemudahan dalam menyusun perencanaan anggaran dan alokasi sumber
daya lainnya.
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah diperlukan kelengkapan
pencatatan dan kerapihan penyimpanan data karena input data yang diperlukan
bagi prosedur perhitungan berasal dari rekapitulasi kegiatan/statistik rutin
kegiatan unit satuan kerja/institusi, di mana tenaga yang dihitung bekerja, maka
kelengkapan pencatatan dan kerapihan penyimpanan data mutlak harus
dilaksanakan demi memberikan keakuratan / ketepatan hasil perhitungan
jumlah tenaga kerja secara maksimal.
2) Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan Daftar Susunan Pegawai (DSP).
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan DSP ini bisa digunakan di
31
berbagai unit kerja seperti puskesmas, rumah sakit dan sarana kesehatan
lainnya. Menghitung kebutuhan SDM dapat dilaksanakan dengan
(Kementrian Kesehatan RI,2010) :
a) Menghitung output puskesmas atau menggunakan time study untuk
menghitung kapasitas kerja maupun tugas staf puskesmas
b) Setelah mengetahui jumlah tenaga yang rasional, maka langkah
berikutnya adalah menentukan jenis tenaga yang dibutuhkan. Untuk
menetapkan jenis tenaga, kita menggunakan struktur organisasi
Puskesmas yang ditetapkan oleh Pemeritah Daerah masing-masing.
b. Setelah Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan usai
menganalisis dan menyesuaikan keadaan sumber daya manusia kesehatan saat
ini terhadap kebutuhan sumber daya manusia berdasarkan standar yang
ditetapkan, maka akan diketahui kelebihan dan kekurangan jumlah dari
masing-masing kategori profesi sumber daya manusia kesehatan yang ada.
Informasi yang dihasilkan diserahkan Kepala Dinas Kesehatan Bondowoso
untuk diketahui dan dimintai persetujuan.
c. Informasi yang telah disetujui tersebut selanjutnya akan dibawa ke Badan
Kepegawaian Daerah (BKD). Salah satu tugas dari BKD adalah merumuskan
kebijakan rencana kebutuhan pegawai dan pelaksanaan program
pengembangan pegawai. Maka dari itu, Seksi Pengembangan dan
Pendayagunaan Dinas Kesehatan bersama pihak BKD melakukan suatu diskusi
yang membahas pendistribusian sumber daya manusia kesehatan supaya
tersebar secara merata. Dalam hasil diskusi tersebut ada dua kemungkinan
keputusan mengenai pendistribusian sumber daya manusia kesehatan di
puskesmas yakni mutasi dan perekrutan pegawai baru. Mutasi dilakukan jika
tenaga yang dibutuhkan sebenarnya tersedia namun pendistribusiannya kurang
merata. Sedangkan jika tenaga yang dibutuhkan benar-benar tidak ada, maka
dapat diusulkan perekrutan pegawai baru. Namun jika ingin mengusulkan
perekrutan pegawai baru, maka perlu melakukan pertimbangan lebih lanjut.
Tidak seutuhnya usulan mengenai jumlah sumber daya manusia kesehatan
yang diajukan oleh Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Tenaga
Kesehatan disetujui oleh pihak BKD. Semua usulan jumlah sumber daya
32
manusia kesehatan yang diajukan akan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia. Menurut Sulistiyani dan Rosidah 2003, anggaran merupakan faktor
yang berkaitan secara riil dan langsung dengan rencana SDM. Jika melakukan
penambahan pegawai misalnya maka akan menimbulkan implikasi. Seperti
biaya operasional yang berkaitan dengan pelaksanaan pegawai yang menjadi
tanggung jawab pegawai yang bersangkutan, dan termasuk gaji yang akan
membebani anggaran. Gaji dan tunjangan merupakan 50%-70% dari
pengeluaran instansi pemerintah, nota keuangan yang paling vital yang
disampaikan oleh pimpinan eksekutif atau dianggarkan oleh lembaga legislatif,
merupakan pengeluaran untuk gaji dan tunjangan. Akibatnya pihak dinas
kesehatan harus melakukan kembali kegiatan penyusunan perencanaan sumber
daya manusia di puskesmas.
Jadi meskipun sebenarnya perencaan ketenagaan dimulai dari bottom up
(disesuaikan dengan standar atau kebutuhan) tetap akan terbentur perencanaan
dari top down (perencanaan dari pusat) karena terbentur oleh anggaran yang tiap
waktu berubah. Melihat kenyataan bahwa kegiatan perencanaan bottom up
terkadang terbentur perencanaan dari top down, maka dalam melakukan
perencanaan setidaknya harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan atau kebutuhan sumber daya manusia. Menurut Handoko, 2008 ada
berbagai penyebab timbulnya permintaan sumber daya manusia di waktu yang
akan datang yakni :
a. Lingkungan eksternal
1) Ekonomi
2) Sosial-Politik Hukum
3) Teknologi
4) Persaingan
b. Organisasional
1) Rencana-rencana strategik
2) Anggaran
3) Forecast penjualan dan produksi
4) Desain organisasi dan pekerjaan
5) Perluasan usaha
33
c. Persediaan karyawan
1) Pensiun
2) Permohonan berhenti
3) Pemberhentian
4) Kematian
Selain itu, seharusnya setelah melakukan kegiatan forecasting, dilakukan
audit sumber daya manusia. Menurut Sulistiyani dan Rosidah 2003, dalam rangka
audit diperlukan informasi tentang pegawai yang saat ini dalam organisasi. Ada
dua jenis informasi yang diperlukan yakni pertama, Apakah pegawai memiliki
keterampilan yang sesuai dengan tugas mereka. Kedua, Apakah pegawai bekerja
secara efektif. Implikasinya tehadap pengambilan kebijakan tentang perencanaan
sumber daya manusia adalah memberikan masukan yang berarti untuk
menentukan kebutuhan SDM yang sesuai dengan organisasi.
5.1.3 Penyusunan Rencana Sumber Daya Manusia Kesehatan
Penyusunan rencana- rencana sumber daya manusi dilakukan untuk
memadukan permintaan dan penawaran personalia dalam perolehan tenaga kerja
yang qualified melalui penarikan, seleksi, latihan, penempatan, transfer, promosi
dan pengembangan (Handoko,2008). Kegiatan penyusunan rencana-rencana
sumber daya manusia yang dilakukan oleh Seksi Pemberdayaan dan
Pendayagunaan Dinas Kesehatan yakni :
a. Setelah Seksi Pemberdayaan dan Pendayagunaan Dinas Kesehatan usai
berdiskusi dan mendapat persetujuan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
mengenai pendistribusian sumber daya manusia kesehatan di puskesmas,
langkah selanjutnya adalah melakukan pendistribusian sumber daya manusia
kesehatan. Menurut Attwood dan dimmock 1999, jika sekiranya ada
kemungkinan terlalu banyak pekerjaan tertentu, Anda harus
mempertimbangkan pilihan berikut ini :
1) Pengurangan tenaga kerja secara wajar (pensiun)
2) Pengurangan pekerja (sukarela atau terpaksa dilakukan)
3) Mutasi atau pemberian tugas baru
4) Pensiun awal
34
5) Pemecatan
6) Tidak lagi merekrut pekerja baru di masa mendatang
7) Pekerjaan paro-waktu atau berbagi kerja
8) Penghapusan kerja lembur
9) Berpindah ke metode yang lebih padat karya atau ke produk baru
10) Mencari pekerjaan tambahan atau pekerjaan baru
Namun jika pekerja terlalu sedikit, pilihannya adalah:
1) Perekrutan tenaga baru
2) Mutasi atau pemberian tugas baru
3) Penaikan atau penurunan pangkat
4) Perpanjangan kontrak dari mereka yang hampir pension
5) Penggunaan pekerja lepas atau pekerja sementara
6) Pengadaan kerja lembur
7) Tawar-menawar mengenai produktivitas
8) Penggunaan peralatan otomatis atau penghapusan pekerjaan
9) Peningkatan penanaman modal guna meningkatkan produktivitas
(misalnya dengan diperkenalkannya teknologi baru)
Salah satu cara untuk pendistribusian sumber daya manusia dengan
mengadakan penarikan sumber daya manusia. Menurut Handoko,2008
penarikan adalah proses pencarian dan pemikatan para calon karyawan
(pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai karyawan. Proses penarikan
penting karena kualitas sumber daya manusia organisasi tergantung pada
kualitas penarikannya Ada dua sumber suplai untuk penarikan yakni internal
dan eksternal. Sumber Internal menurut adalah karyawan yang akan mengisi
lowongan kerja yang lowong diambil dari dalam perusahaan tersebut, yakni
dengan cara memutasikan atau memindahkan karyawan yang memenuhi
spesifikasi pekerjaan jabatan itu. Sedangkan sumber eksternal adalah usaha
penarikan tenaga kerja dari luar perusahaan (Hasibuan,2008).
a. Penarikan berasal dari sumber internal
Berdasarkan hasil diskusi antara Seksi Pengembangan dan
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan bersama pihak BKD diperoleh suatu
alternatif untuk mendistribusikan sumber daya kesehatan di puskesmas
35
supaya merata, dengan harapan puskesmas-puskesmas yang memiliki
tenaga berlebih dapat ditrisbusikan ke puskesmas-puskesmas yang minim
tenaga. Untuk mendistribusikan sumber daya manusia kesehatan yang
berlebih tersebut maka dilakukan proses pemindahan atau mutasi. Untuk
menentukan siapa yang akan dimutasi, maka Seksi Pengembangan dan
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan mendiskusikannya bersama Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso dan Kepala Puskesmas yang
paham terhadap karyawan dan kondisi puskesmasnya. Menurut Hasibuan
2008 ada tiga dasar pelaksanaan mutasi yakni :
a) Seniority System adalah mutasi yang didasarkan atau landasan
masa kerja, usia, dan pengalaman kerja dari pegawai yang
bersangkutan. Sistem mutasi ini tidak objektif karena kecakapan
orang yang dimutasikan berdasarkan senioritas belum tentu mampu
menduduki jabatan yang baru.
b) Spoil System adalah mutasi yang didasarkan atas landasan
kekeluargaan. Sistem mutasi ini kurang baik karena didasarkan atas
pertimbangan suka atau tidak suka.
c) Merit System adalah mutasi pegawai yang didasarkan atas landasan
yang bersifat ilmiah, objektif dan hasil prestasi kerja
Menurut wawancara yang dilakukan, selama ini yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan mutasi berdasarkan tiga hal
tersebut. Senioritas dan prestasi kerja pegawai merupakan bahan
pertimbangan penting dalam pelaksanaan mutasi. Bagi pegawai yang
berprestasi, akan dipertahankan di puskesmas namun bagi pegawai yang
dinilai prestasinya kurang baik akan dipindah atau dimutasi ke
puskesmas lainnya. Spoil system memang kurang baik karena bersifat
subjektif, namun penilaian secara subjektif di lapangan pasti ada
meskipun presentasenya kecil.
b. Penarikan berasal dari sumber eksternal
Cara ini dinilai sangat positif, karena dengan sistem ini tenaga kerja
yang diterima merupakan pilihan dari pelamar-pelamar yang telah
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan perusahaan. Dengan demikian
36
dapat diharapkan bahwa tenaga kerja yang telah diterima adalah tenaga
kerja yang bermutu baik (Hasibuan, 2008). Jika di lapangan jumlah
tenaga yang kurang benar-benar tidak tersedia, maka dapat diajukan
saran untuk penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak
Tetap (PTT). Namun meskipun sudah diajukan pemenuhan kuota yang
kurang melalui PNS atau PTT, tidak sepenuhnya akan disetujui oleh
daerah karena terbentur dengan anggaran yang ada di daerah.
2) Setelah tersedia tenaga-tenaga yang akan didistribusikan, maka pendistribusian
akan dilakukan setelah dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) seperti
contohnya SK Bupati mengenai mutasi pegawai
2.1.4 Pengawasan Dan Evaluasi
Pengawasan dan evaluasi dilakukan untuk memberi umpan balik kepada
sistem dan memonitor derajat pencapaian tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
perencanaan sumber daya manusia. Prosedur pengawasan dan evaluasi dibutuhkan
untuk memandu aktivitas perencanaan SDM, mengidentifikasi deviasi
(perbedaan) dari rencana semula dan penyebab-penyebabnya (Mangkunegara,
2003). Pengawasan dan evaluasi tidak dilakukan secara langsung (program secara
tersendiri) oleh Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan.
Pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh Seksi Pengembangan dan
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan adalah melalui pemutakhiran data sumber daya
manusia kesehatan yang setiap bulannya dikirimkan oleh puskesmas tiap
bulannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Handoko, 2008 agar berguna,
informasi persediaan sumber daya manusia harus diperbaharui secara periodik. Ini
penting terutama karena perubahan-perubahan personalia, seperti keterampilan
baru, tambahan gelar kesarjanaan, perubahan tugas-tugas jabatan dan sebagainya,
merupakan karakteristik utama untuk dinamika sumber daya manusia dalam
organisasi.
Selain dengan meminta data pemutakhiran tiap bulannya dari masing-
masing puskesmas, seharusnya pengawasan dan evaluasi dapat juga dilakukan
pada saat kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan tiap tahunnya oleh
Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat dan Tenaga Kesehatan supaya
37
dapat melihat keberadaan pegawai yang melakukan mutasi karena selama ini
Seksi Pengembangan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan kurang dilibatkan
dalam proses mutasi. Sehingga permasalahan yang sering terjadi adalah Seksi
Pengembangan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan kurang dilibatkan jika ada
tenaga yang melakukan mutasi. Hal tersebut nantinya akan berkaitan dengan
keberhasilan dalam fungsi penarikan. Ujian yang sebenarnya dari program
perekrutan hanya dapat ditentukan melalui tindak lanjut terhadap pengangkatan.
Apakah penempatan itu berhasil? Apakah karyawan itu keluar karena salah
memahami hakikat pekerjaan dan perusahaan tersebut? Apakah seorang itu
seorang karyawan yang baik dalam hubungan produktivitas dan sikap? Tidak
dapat disangkal evaluasi semacam itu akan memasukkan suatu nilai prosedur
seleksi juga, tetapi kita percaya bahwa seseorang tidak dapat menilai perekrutan
dengan benar tanpa mempertimbangkan hasil akhirnya yakni penempatan yang
berhasil (Flippo,2002).
24