25
6. KONSEP, TRANSFORMASI DESAIN DAN DESAIN AKHIR 6.1. Latar Belakang Konsep Perancangan Judul Laskar Pelangi sendiri diambil dari nama kelompok anak yang menjadi tokoh-tokoh utama dalam cerita ini. Julukan Laskar Pelangi diberikan oleh guru mereka, Bu Mus, karena kebiasaan atau ritual mereka yang senang melihat pelangi sehabis hujan di bawah pohon filicium di depan sekolah mereka. Di balik semua perjuangan dan semangat mereka menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh pendidikan, mereka masih tetap menghargai kebaikan dan keindahan yang diberikan oleh alam. Momen melihat pelangi ini sangat berarti bagi mereka di mana terdapat kebersamaan , kedamaian, dan kekuatan dari alam yang mereka kumpulkan dalam diri mereka untuk berani menghadapi tantangan hidup selanjutnya. Oleh karena itu, perancangan perpustakaan anak Laskar Pelangi ini berusaha menghadirkan momen berharga ini bagi anak-anak dengan mengambil suasana alam saat pelangi yang muncul setelah datangnya hujan. Suasana yang diambil akan diterjemahkan ke dalam penataan interior yang berani dan natural dengan menggabungkan unsur modern dengan nuansa alam sebagai aksen. 96 Universitas Kristen Petra

Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

Embed Size (px)

DESCRIPTION

konsep desain interior perpustakaan anak konsep universal design

Citation preview

Page 1: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

6. KONSEP, TRANSFORMASI DESAIN DAN DESAIN AKHIR

6.1. Latar Belakang Konsep Perancangan

Judul Laskar Pelangi sendiri diambil dari nama kelompok anak yang

menjadi tokoh-tokoh utama dalam cerita ini. Julukan Laskar Pelangi diberikan

oleh guru mereka, Bu Mus, karena kebiasaan atau ritual mereka yang senang

melihat pelangi sehabis hujan di bawah pohon filicium di depan sekolah mereka.

Di balik semua perjuangan dan semangat mereka menghadapi tantangan hidup

untuk memperoleh pendidikan, mereka masih tetap menghargai kebaikan dan

keindahan yang diberikan oleh alam.

Momen melihat pelangi ini sangat berarti bagi mereka di mana terdapat

kebersamaan , kedamaian, dan kekuatan dari alam yang mereka kumpulkan dalam

diri mereka untuk berani menghadapi tantangan hidup selanjutnya. Oleh karena

itu, perancangan perpustakaan anak Laskar Pelangi ini berusaha menghadirkan

momen berharga ini bagi anak-anak dengan mengambil suasana alam saat pelangi

yang muncul setelah datangnya hujan. Suasana yang diambil akan diterjemahkan

ke dalam penataan interior yang berani dan natural dengan menggabungkan unsur

modern dengan nuansa alam sebagai aksen.

6.2. Pendekatan Tema Perancangan

Pendekatan umum tema perancangan adalah desain pembelajaran aktif

dalam perpustakaan yang bertolak dari perjuangan mereka memperoleh

pendidikan. Pendekatan secara khusus diambil berdasarkan inti dari ritual ini yaitu

pelangi, kebersamaan mereka, dan suasana alam saat pelangi muncul.

Ritual sendiri berarti suatu kebiasaan yang teratur dilakukan. Ritual

melihat pelangi yang dilakukan Laskar Pelangi ini tidak menentu dan tergantung

pada cuaca yang dinamis. Mereka bernaung di bawah pohon untuk menikmati

keindahan pelangi.

Pelangi adalah tanda dari Tuhan untuk menunjukkan kemurahan hatinya

dengan tidak memusnahkan manusia dari bumi seperti yang terjadi pada jaman

Nabi Nuh. Pelangi sekaligus memberi arti pemberian kekuatan bagi manusia

96

Universitas Kristen Petra

Page 2: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

untuk mejadi lebih baik dan lebih berani menjalani dinamika hidup, di mana

pelangi hanya muncul setelah adanya hujan dan cahaya matahari. Dari segi alam

sendiri, pelangi adalah keajaiban yang muncul setelah hujan karena adanya

pantulan spektrum warna dari cahaya matahari. Pantulan cahaya spektrum ini

menimbulkan warna mejikuhibiniu (merah jingga kuning hijau biru nila ungu)

yang mampu dilihat oleh mata manusia dan menimbulkan suasana magis penuh

kekuatan alam. Bahasan di atas berusaha menampilkan suatu konsep yang

menghadirkan ruang yang terbuka dan dinamis (nuansa alam) dengan sentuhan

modern, di mana diperoleh suasana yang sejuk, lapang dan bebas di mana anak

diajak untuk menikmati proses pembelajaran mereka.

6.3. Pendekatan Gaya Postmodern

Gaya postmodern diambil dalam perancangan ini karena beberapa

pertimbangan yang sederhana. Pertimbangan utama adalah gaya postmodern ini

sesuai dengan unsur dinamis yang dibutuhkan dalam perancangan. Gaya ini

mengandung unsur fun dan energy yang sesuai dengan sifat anak usia 6-12 tahun.

Gaya postmodern dikenal dengan desain yang mengakomodasi cara hidup

orang atau pengguna di dalamnya dan tidak didasarkan pada fungsi bangunan

semata. Gaya ini mengutamakan kenyamanan pengguna dan penyesuaian yang

harus dilakukan di dalamnya. Anak-anak sendiri kurang senang dengan bentuk-

bentuk fungsional yang biasa, anak-anak cenderung menyukai ruang yang

‘menyediakan’ keinginan dan kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Jadi gaya

ini dianggap cocok untuk mengakomodasi sebuah ruang anak yang

mengutamakan cara hidup dan karakter anak-anak yang dinamis dan plural

sebagai target perancangan perpustakaan anak.

Gaya perancangan postmodern ini juga bertolak dari tema desain

perancangan di atas. Gaya postmodern dianggap dapat mewakili dan

menghadirkan esensi yang didapat dari tema tersebut yaitu desain yang berani,

tegas, dinamis dan modern yang diperoleh dari tema perancangan. Pengaplikasian

gaya ini juga sedikit banyak mendapat pengaruh dari gaya bangunannya sendiri

(kontemporer futuristik).

97

Universitas Kristen Petra

Page 3: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

Pendekatan gaya postmodern terletak pada bentukan semiotik (baik

geometris maupun organik) dan warna yang beragam (bukan hanya warna

primer), penggabungan dua gaya yaitu teknologi modern dan gaya natural, dan

menonjolkan desain yang catchy. Penggunaan elemen interior disesuaikan dengan

tema perancangan untuk menciptakan ruang anak yang seolah ‘menyatu’ dengan

lingkungan, dengan nuansa cerah namun memberi ketenangan bagi anak.

6.4. Pendekatan Universal Design

Desain universal untuk pengguna yang memiliki keterbatasan diterapkan

secara umum dalam perancangan. Aplikasi desain universal pada perancangan

Perpustakaan Anak Laskar Pelangi adalah:

1. Minimalisasi split level (maksimal terdapat 4 perbedaan ketinggian lantai).

2. Penggunaan ramp (tesktur, sudut ± 15o) dan railing (tinggi 1 meter dari

lantai, ukuran diameter ± 5 cm).

3. Penggunaan lampu peringatan (warning lamp).

4. Tombol atau simbol bertekstur (hanya untuk simbol yang dimengerti

secara umum) pada permukaan atau teknologi tertentu.

5. Sirkulasi luas untuk orang berkursi roda.

6. Aplikasi ukuran ergonomis sesuai antropometri anak (lihat detail Perabot).

7. Penyediaan bilik toilet berukuran besar untuk pengguna berkursi roda.

8. Aplikasi lantai bertekstur pada area basah.

9. Pada bentukan bersudut (terutama pada perabot), sudut-sudut tajam akan

dilapisi dengan karet atau dibentuk sedikit melengkung pada ujungnya.

6.5. Pendekatan Green dan Sustainable Design

Aplikasi desain ramah lingkungan pada perancangan ini dipusatkan pada

proses pengenalan anak pada lingkungan di sekitar mereka. Beberapa elemen

desain (untuk dekoratif) akan menggunakan material bekas atau material yang di-

reuse yang familier bagi anak. Dalam perancangan ini, material reuse yang akan

digunakan yaitu:

1. Kontainer bekas, ban bekas

2. Tutup botol, botol plastik

98

Universitas Kristen Petra

Page 4: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

3. Mur, jepit

Perancangan sendiri akan berusaha mengaplikasikan material dan sistem

utilitas yang ramah lingkungan secara keseluruhan, terutama dalam hal

pencahayaan, penghawaan, dan material meskipun sifatnya terbatas dikarenakan

sifat dan fungsi ruang publik yang juga mementingkan maintenance yang mudah.

6.6. Aplikasi Desain Perpustakaan Anak “Laskar Pelangi”

6.6.1. Pola Sirkulasi Penataan Ruang

Pola sirkulasi penataan ruang mengikuti alur bentuk bangunan yang

dinamis namun terarah jelas yaitu dengan pola abstrak sesuai alur pembagian

zona. Desain keseluruhan pada perancangan adalah desain yang berani dan

dinamis, namun tetap terlihat simpel baik dalam hal desain maupun penggunaan.

Pertimbangannya adalah fokus desain untuk anak, di mana anak belajar lebih

mudah dengan bentukan atau desain yang familier sekaligus atraktif bagi mereka,

serta mudah digunakan. Hal ini juga mempertimbangkan pendekatan desain

universal di mana desain sebaiknya mengikuti pedoman penggunaan universal.

Gambar 6.1 Rencana Layout Perancangan

Pola sirkulasi penataan rak dan zona dalam ruang koleksi dibuat terbuka

tanpa pembatas massif sehingga tiap zona dibedakan melalui perbedaan level,

99

Universitas Kristen Petra

Page 5: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

material kaca atau warna lantai. Adapun ruang koleksi akan digabung dengan

ruang baca atau ruang duduk sesuai 5 (lima) zona yang dibagi berdasarkan topik

atau isi koleksi (Zona Besar), yaitu zona fiksi, zona non-fiksi, zona ilmu

pengetahuan, zona sastra tradisional, dan zona mainan. Pembagian lima zona

berdasarkan topik atau isi koleksi bertolak dari kemudahan pencarian koleksi

sesuai minat topik bacaan. Kelima zona ini akan dibagi lagi menjadi Sub-Sub

Zona (pembagian zona berdasarkan jenis koleksi, cetak, non-cetak, bergambar dan

non-gambar) yang hanya ditunjukkan dengan perbedaan jenis atau warna perabot.

Jenis koleksi ini digabung dalam 1 Zona Besar agar mengoptimalkan kegiatan

anak dan kemudian dibagi dalam Sub-Zona untuk memudahkan pencarian

koleksi. Penggunaan pembatas dinding massif hanya untuk ruang Audio Visual

besar yang terletak di sudut bangunan dekat dengan area bebas agar memudahkan

sirkulasi pengunjung.

6.6.2. Aplikasi Elemen Interior Ruang

6.6.2.1.Lantai

Material yang akan digunakan pada perancangan ini adalah material lantai

yang nyaman untuk anak dan ramah lingkungan, yaitu linoleum, lantai rubber,

vinyl dan karpet. Material lantai dominan menggunakan vinyl dan rubber pada

ruang koleksi yang luas. Material-material ini juga memiliki banyak pilihan motif

dan warna serta keuntungan dalam hal maintenance dan mengakomodasi aktivitas

anak yang tinggi. Aplikasi material lain akan digunakan untuk memberi aksen

pada area tertentu, seperti rumput artificial dan batu alam koral (penggunaan kaca

terbatas untuk menjamin keamanan anak).

Gambar 6.2 Jenis Lantai

Sumber: dokumentasi pribadi, Mei 2012

100

Universitas Kristen Petra

Page 6: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

6.6.2.2.Dinding

Material dinding menggunakan material standar yaitu batu bata finishing

cat dominan pada ruang-ruang perpustakaan. Finishing dinding yang digunakan

adalah cat (dominan) yang memiliki banyak pilihan motif dan warna ceria untuk

anak. Pemilihan material berdasarkan kekuatan material dan pertimbangan estetis,

termasuk untuk segi dekoratif pada dinding. Ruang tertentu mengaplikasikan wall

panel system menggunakan MDF atau multipleks dan fiber glass. Selain wall

panel, pencahayaan alami memanfaatkan adanya jendela besar.

Gambar 6.3 Aplikasi Dinding

Sumber: dokumentasi pribadi.

6.6.2.3.Plafon

Plafon standar dominan pada perpustakaan yaitu gypsum board dengan

finishing cat. Penambahan aksen pada plafon menggunakan multipleks dengan

finishing cat dan HPL, tempered glass/fiber glass yang transparan dengan

permainan cahaya menggunakan lampu LED. Konsep pada plafon didesain

sesederhana mungkin sehingga menampilkan suasana ‘alam’ yang lapang (tanpa

kesan ‘penuh’) dengan warna biru langit.

Gambar 6.4 Aplikasi Plafon

Sumber: dokumentasi pribadi.

101

Universitas Kristen Petra

Motif wallpaper

Page 7: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

6.6.2.4.Perabot

Perabot yang ada dalam perancangan mengikuti bentukan dan warna

sesuai keseluruhan tema perancangan. Material yang digunakan adalah MDF atau

multipleks, plywood, dan akrilik dengan finishing modern. Sentuhan logam akan

menjadi sedikit aksen dalam perabot anak untuk menambah kesan modern dan

keuntungan konstruksi yang kuat. Beberapa perabot mengaplikasikan clear

finishing atau HPL yang ramah lingkungan, sementara untuk perabot upholstered

menggunakan pelapis yang mudah perawatannya dan aman bagi anak seperti

chennile dan suede yang memiliki beragam pilihan.

Gambar 6.5 Aplikasi HPL

Bentukan perabot akan didesain dengan karakter tegas namun dengan

sentuhan aksen dinamis dan bersifat ringan, desain perabot akan dibuat

sesederhana mngkin tanpa tekstur atau pattern buatan. Beberapa perabot akan

menggunakan material reuse (tekstur alami) atau kombinasi antara material reuse

dan baru seperti ban mobil dilapisi kain bekas yang difungsikan untuk dudukan.

Secara keseluruhan, perabot yang diaplikasikan pada ruang perpustakaan anak ini

akan bersifat sederhana dan ringan, namun eye catching dari segi bentukan dan

warna yang digunakan.

Penerapan desain universal dan aman pada perabot yaitu dengan

menyesuaikan ukuran perabot sesuai dengan antropometri anak (ergonomis)

sehingga anak mudah mengakses dan menggunakan perabot tersebut. Ketentuan

yang digunakan dalam desain perabot perpustakaan anak ini adalah:

1. Tinggi rak : 800 – 1200 cm

2. Tinggi kursi : 35 cm

3. Lebar kursi : 40 cm

4. Tinggi meja : 40 cm (dudukan lantai), 65 cm (dudukan kursi)

102

Universitas Kristen Petra

Page 8: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

Gambar 6.6 Aplikasi Mebel dan Konstruksi.

Desain perabot yang bersifat fleksibel (dalam hal konstruksi dan

pergerakan) dibatasi agar tidak memancing respons anak-anak yang terlalu aktif.

Konstruksi dibuat secara sederhana pula dengan pengaplikasian konstruksi dowel

atau konstruksi mur/paku, beberapa perabot akan dibuat dengan sistem knock

down sehingga dapat disesuaikan sesuai kebutuhan (berkaitan dengan tinggi meja

atau sandaran kursi).

6.6.2.5.Elemen Dekoratif

1. Warna

Aplikasi warna secara umum menggunakan warna netral dan warna pastel

yang cerah namun memberi ketenangan, yaitu putih dan biru pucat. Aplikasi

warna merah, hijau, kuning, hijau, biru, nila dan ungu sebagai aksen penegas

103

Universitas Kristen Petra

Page 9: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

suasana ruang dan elemen estetis yang menunjukkan keberagaman warna dari

alam. Warna coklat akan digunakan untuk menambah kesan alam dan hangat

sebagai elemen penegas ruang dan unsur dekoratif. Intensitas penggunaan jenis

warna disesuaikan dengan ruang dan aktivitas dalamnya.

Gambar 6.7 Skema Warna.

2. Bentuk

Bentukan dominan yang digunakan adalah bentukan geometris. Bentuk

geometris ini menekankan bentuk dengan sudut dan garis tegas seperti persegi,

persegi panjang dan trapezium (dominasi garis lurus). Bentukan geometris seperti

lingkaran (tak bersudut) dan bentukan stilasi organik (unsur pohon dan pelangi)

digunakan untuk aksen penegas unsur alam yang diaplikasikan sebagai elemen

dekoratif ruang.

3. Pattern dan tekstur

Aplikasi pattern menggunakan motif yang cerah dan atraktif namun

simpel. Dalam fasilitas edukasi anak ini, pattern yang digunakan adalah pattern

yang dapat menarik minat anak dengan penggunaan motif geometris atau stripes

dalam ruang perpustakaan. Tekstur yang ada mengutamakan tekstur alami dari

material (tekstur halus karpet, tekstur kontainer).

Gambar 6.8 Jenis Pattern.

6.6.3. Aplikasi Sistem Utilitas

6.6.3.1.Sistem Pencahayaan

Pencahayaan merata dominan penggunaan fluorescent (tube) sebagai

general lighting, sementara downlight, hanging spot light dan LED sebagai aksen

pencahayaan. Pada ruang tertentu, menggunakan pencahayaan tidak langsung

104

Universitas Kristen Petra

Page 10: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

untuk menghemat energi dan mengurangi efek panas. Penggunaan lampu

menggunakan fasilitas dimmer sehingga dapat diatur intensitasnya. Pencahayaan

alami pada perpustakaan diminimalisasi terutama pada ruang koleksi dan

difokuskan untuk ruang bebas bagi anak-anak.

Gambar 6.9 Sistem Pencahayaan.

(fluorescent tube, downlight, hanging spotlight – PHILIPS; LED chain)

Sumber: www.ftslighting.com. April 2012.

6.6.3.2.Sistem Penghawaan

Penghawaan menggunakan AC sentral yang dipasang pada plafon (model

ceiling cassette) untuk penyebaran sirkulasi udara lebih merata. Penghawaan

buatan dianggap dapat mengatur temperatur yang nyaman bagi pengunjung

terutama anak-anak dengan tingkat aktivitas tinggi. Ventilasi atau kisi-kisi udara

pada dinding untuk mengantisipasi kelembaban dan bau tak sedap dengan sedikit

udara luar.

Gambar 6.10 AC Ceiling Cassette Type.

Sumber: www.klrtrades.com.au. April 2012.

6.6.3.3.Sistem Akustik

Akustik ruang dan sistem komunikasi dalam perpustakaan menggunakan

panel akustik pada plafon dan dinding, selain itu dengan aplikasi material yang

lembut (menyerap bunyi) pada ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan.

105

Universitas Kristen Petra

Page 11: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

Pengadaan speaker pada area perpustakaan dipasang pada plafon (sistem tanam)

dan tersebar merata dengan jarak pencapaian suara tertentu.

Gambar 6.11 Sistem Akustik.

(panel dinding, speaker plafon)

Sumber: www.expresspvc.com , http://audio-video.tokobagus.com . April 2012.

6.6.3.4.Sistem Proteksi

Proteksi keamanan dan kebakaran dalam ruang perpustakaan umum

menggunakan CCTV yang ditempatkan pada sudut atau spot tertentu terutama

untuk ruang dengan aktivitas anak yang ramai. Penempatan guarding counter pada

beberapa spot untuk mengakomodasi pengawasan dan pembimbingan manual dari

staf. Proteksi kebakaran mengaplikasikan dry powder sprinkler (sistem plafon)

untuk meminimalisasi kerusakan pada koleksi maupun korsleting pada mesin dan

smoke detector pada dinding dan plafon disertai lampu peringatan. APAR (sistem

powder) diletakkan dekat area pengawasan staf sehingga mudah dijangkau. Selain

itu, penggunaan signage dengan highlight yang mudah terlihat memudahkan

pengunjung untuk lebih terarah.

Gambar 6.12 Sistem Proteksi.

(dry powder sprinkler, CCTV, smoke detector)

Sumber: www.qrbiz.com, www.indonetwork.co.id . April 2012.

106

Universitas Kristen Petra

Page 12: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

6.6.4. Aplikasi Ruang

Gambar 6.13 Suasana Ruang Audiovisual dan Toilet.

Perpustakaan ini didominasi ruang terbuka dan semi-terbuka, namun ada

beberapa ruang yang bersifat tertutup sesuai dengan fungsi ruang tersebut yaitu

toilet (ladies and gentlemen room, nursery room) dan ruang audiovisual. Gambar

di atas menunjukkan ruang audiovisual yang lapang, sejuk, namun terkesan

‘mewah’. Aplikasi warna lebih gelap, panel dinding, lantai karpet dan plafon

akustik diaplikasikan untuk mengatur sistem akustik dalam ruang. Pengaturan

kursi tidak tergabung dalam satu baris namun dibagi menjadi tiga bagian (kolom)

dengan jarak 1,2 meter antar kolom (memudahkan keluar masuknya pengunjung.

Dinding toilet menggunakan granit tekstur dan mozaik sebagai aksen dan

antisipasi penggunaan air. Lantai sendiri menggunakan granit glossy pada daerah

kering dan rubber pada daerah basah untuk mengantisipasi terkena air (licin).

Lampu pada kedua ruang ini didominasi penggunaan downlight karena

tidak bersifat general task lighting melainkan accent lighting yang dimanfaatkan

sebagai pencahayaan utama dan bantuan dalam ruang. Perbedaan penggunaan

jenis warm dan cool light berfungsi untuk memberi suasana tertentu pada ruang.

Gambar 6.14 Suasana Area Kreatif.

107

Universitas Kristen Petra

Page 13: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

Area kreatif dalam perpustakaan terletak di sisi selatan bangunan yang

mendapat pencahayaan alami (tidak terkena sinar matahari langsung) dan

pemandangan luar (taman dan water component) melalui jendela besar yang

berdiri dari lantai hingga plafon. Area ini mengaplikasikan karpet berwarna

orange kekuningan yang cerah dengan aplikasi dinding dan plafon yang lebih

‘sejuk’. Area storytelling memanfaatkan sudut dinamis (perbedaan ketinggian

lantai 30 cm) dengan suasana lesehan yang nyaman dan dingin. Rak-rak display

berbentuk kotak diatur secara random dan berfungsi untuk meletakkan hasil-hasil

kreativitas anak. Pencahayaan pada area ini menggunakan downlight dan wall

lamp (untuk mengantisipasi pencapaian cahaya lampu dengan plafon yang tinggi).

Gambar 6.15 Suasana Area Koleksi Perpustakaan.

Suasana dalam perpustakaan cenderung semi terbuka tanpa pembatas

masif antar zona ruang. Aplikasi warna didominasi putih dan biru pucat untuk

menciptakan suasana ‘sejuk’, adanya aplikasi warna pelangi dan coklat untuk

memberi aksen hangat sehingga ruangan tidak terlalu ‘steril’. Penataan rak dan

perabot cenderung random (tetap disesuaikan dengan zona) untuk memberi kesan

dinamis. Sirkulasi dibuat selapang mungkin untuk pergerakan anak. Pada area

perpustakaan bagian barat di mana memiliki ketinggian plafon 5,5 meter

dimanfaatkan untuk area anak aktif (tidak memiliki keterbatasan), terlihat dengan

108

Universitas Kristen Petra

Page 14: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

adanya mezzanine (3,1 meter dari lantai), seluncuran, dan rumah kontainer (1,5

meter dari lantai). Keberadaan mezzanine adalah untuk memaksimalkan area yang

ada dengan keuntungan plafon tinggi. Penggunaan kontainer dimanfaatkan untuk

menciptakan space yang lebih tertutup (cave type) untuk memunculkan

keingintahuan anak. Aksen plafon berupa aplikasi garis lengkung bermaterialkan

fiberglass dan lampu LED untuk membantu pencahayaan. Pencahayaan utama

menggunakan fluorescent dan downlight dengan dimmer sehingga dapat diatur

intensitas cahaya dan suasana yang diinginkan. Adanya hanging lamp yang

terbuat dari botol plastik diaplikasikan sebagai usaha penggunaan material reuse.

Secara keseluruhan, suasana lapang dan sejuk yang diinginkan cukup muncul

dengan pengaturan elemen-elemen desain yang ada.

6.7. Transformasi Desain

6.7.1. Sketsa Layout Perancangan

Penataan layout mengutamakan keleluasaan dan keterbukaan secara

sirkulasi dan penataan perabot yang dinamis. Transformasi layout terlihat dari

ketiadaan zona menjadi pembagian lima zona koleksi dan penataan ruang yang

masih cenderung kaku menjadi lebih dinamis secara garis dan bentukan.

Gambar 6.16 Sketsa Alternatif Layout.

109

Universitas Kristen Petra

Page 15: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

Tampak pada gambar di atas, penataan sirkulasi didominasi garisan kaku

bersudut tak beraturan dan cenderung asimetris. Layout masih sedikit monoton

dan memiliki warna yang terlalu mencolok dan belum mendalami konsep.

Pengaturan zona dan arah tidak jelas sehingga alur terkesan membingungkan bagi

pengunjung (ambigu) terutama pada ruang koleksi dan penataan rak yang ada.

jenis koleksi tidak dipisah melainkan tergabung dalam sebuah area luas. Alternatif

layout di atas masih terlihat kacau dan lebih terfokus pada pembagian warna

lantai. Pembagian lantai pun kurang berhasil dalam menghasilkan ‘signage’ untuk

menunjukkan perbedaan fungsi ruang.

6.7.2. Sketsa Olah Ruang Perancangan

Olah ruang masih didominasi garisan kaku sesuai dengan alternatif layout

di atas. Konsep olah ruang di bawah cenderung mengaplikasikan metode analog

terlihat dari keberadaan unsur pohon dan pelangi yang ‘apa adanya’. Adanya

pohon dan pelangi (gambar pelangi) hanya sebagai penambah elemen estetis.

Pendalaman konseptual mengenai karakter dan sifat unsur alam seperti pohon dan

pelangi masih belum terasa.

Gambar 6.17 Sketsa Alternatif Ruang 1.

110

Universitas Kristen Petra

Page 16: Bab 6 tugas laporan perpustakaan anak bidang interior

Gambar 6.18 Sketsa Alternatif Ruang 2.

Pengembangan olah ruang perpustakaan di bawah sudah memiliki sedikit

perubahan yang lebih dinamis dengan aplikasi garis melengkung. Pada olah ruang

ini, bentukan analog masih sedikit ditemui dengan adanya continuous line pada

dinding (elemen estetis) yang mengambil esensi pelangi. Suasana yang ada terlalu

ramai dengan kombinasi warna beragam yang kurang unity. Penataan display

sendiri memanfaatkan bagian atas rak untuk boneka pajangan lain dan buku-buku

yang sedang booming (terbuka), koleksi lain dalam rak diatur secara vertikal.

Gambar 6.19 Sketsa Pengembangan.

111

Universitas Kristen Petra