Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    1/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-1

    BAB 7 BANGUNAN PENGENDALI BANJIR BENDALI)

    7.1. 

    Tinjauan Umum Banjir

    7.1.1. 

    Pengertian Banjir

    Menurut SNI M-18-1989-F (1989)  : dalam (Suparta (2004) dijelaskan bahwa Banjiradalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran.

    Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air

    itu ngeluyur keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi

    kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut banjir.

    Menurut Kementerian Pekerjaan Umum RI (Departemen Kimpraswil, 2001) : banjir

    adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai,

    sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering.

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    2/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-2

    Banjir Air dan Sedimen

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    3/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda.

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    4/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-4

    7.1.2. Jenis-jenis Banjir di Indonesia 

    Menurut ahli hidrologi, banjir-bajir di indonesia itu dibagi menjadi 3 jenis, antara lain:

    1.  Banjir karena Sungainya Meluap

    Banjir jenis ini biasanya terjadi akibat dari palung sungai tidak mampu lagi menampung

    aliran air yang ada di sungai karena sudah melebihi kapasitas.

    2.  Banjir Lokal

    Banjir ini merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan ditempat itu dan

    meluap juga ditempat itu.

    Pada saat curah hujan tinggi di lokasi setempat dimana kondisi tanah di lokasi itu sulit

    dalam melakukan penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab,

    dan bisa juga karena daerah resapan airnya tinggal sedikit) maka kemungkinan terjadinya

     banjir lokal akan sangat tinggi sekali.

    3.  Banjir Akibat Pasang Surut Air Laut

    Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di

     bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain

    melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau

    cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan terjadilah banjir.

    7.1.3. Parameter dan Kajian Bahaya Banjir

    1.  Parameter atau tolok ukur ancaman/bahaya, dapat ditentukan berdasarkan :

    a.  Luas genangan (km2, ha).

     b. 

    Ketinggian banjir (m).c.  Kecepatan aliran (m/detik, km/jam).

    d.  Material yang dihanyutkan (batu, pohon, benda keras lainnya).

    e.  Tinggi Endapan lumpur (m, cm).

    f.  Lamanya genangan (jam, hari, minggu).

    g.  Frekuensi kejadian.

    2.  Kajian Bahaya Banjir

    Kajian bahaya banjir sebagai data historis dan empiris yang dapat dipakai untuk

    menentukan tingkat kerawanan dan langkah-langkah antisipasi banjir suatu daerah.

    Kajian ini meliputi : 

    a. 

    Catatan kejadian banjir di masa lalu (lokasi, frekuensi, luas genangan, lama

    genangan).

     b.  Pemetaan topografi untuk menentukan wilayah dataran banjir.

    c.  Data hujan (kejadian hujan ekstrim, periode ulang).

    d.  Peta tata guna lahan.

    e.  Peta sebaran penduduk.

    http://duniabaca.com/mengapa-air-laut-rasanya-asin.htmlhttp://duniabaca.com/mengapa-air-laut-rasanya-asin.html

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    5/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-5

    7.1.4. 

    Penyebab Terjadinya Banjir dan Dampak Negatif Banjir

    1.  Penyebab Terjadinya Banjir

    Sering sekali terjadinya banjir, dan hampir setiap kali hujan, maka pasti ada saja daerah

    yang terkena banjir. Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut :

    a.  Peningkatan Debit Sungai :

    Hujan bertambah besar atau lamaRespon DAS terhadap hujan berubah :

     peningkatan volume aliran permukaan.

    hujan bertambah cepat sampai ke sungai.

    b.  Kapasitas Tampang Sungai Berkurang :

    Pendangkalan dasar sungai, akibat sedimentasi.

    Pengecilan penampang alur sungai atau bantaran sungai, karena bertambahnya

     pemukiman.

    Hambatan atau penutupan muara sungai, endapan pasir di muara dan pasang air

    laut.

    c.  Perubahan Tata Guna Lahan di DAS :

    Berkurangnya daerah resapan.

    Terjadinya erosi.

    d.  Bencana alam :

    Erupsi gunung vulkanik, terjadi peningkatan debit sedimen.

    Tsunami, gelombang dan pasang air laut.

    Tanah longsor, suplai sedimen yang besar dalam waktu singkat.

    e. 

    Kegagalan Fungsi Bangunan Pengendali Banjir Sungai :Tanggul atau bendungan jebol.

    Pintu air tak berfungsi.

    Pompa air macet.

    f.  Prilaku Masyarakat dan Perusahaan :

    Membuang sampah ke sungai.

    Membangun sepanjang bantaran sungai.

    Menggundulkan hutan/penebangan liar/merusak lingkungan.

    Mencemari sungai dengan limbah buangan.

    2. 

    Dampak Negatif Dari Banjir

    Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:

    a.  Rusaknya areal pemukiman penduduk. 

     b.  Sulitnya mendapatkan air bersih. 

    c.  Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.

    d.  Rusaknya areal pertanian. 

    e.  Timbulnya penyakit-penyakit.

    f.  Menghambat transportasi darat. 

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Areal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemukiman_penduduk&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Air_bersihhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarana&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Prasarana&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanianhttp://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_darathttp://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_darathttp://id.wikipedia.org/wiki/Pertanianhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Prasarana&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sarana&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Air_bersihhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemukiman_penduduk&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Areal&action=edit&redlink=1

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    6/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-6

    7.1.5. 

    Proses Terjadinya Banjir

    Proses terjadinya banjir, dapat digambarkan sebagai berikut :

    7.2. 

    Pengendalian Banjir

    7.2.1. 

    Tujuan Pengendalian Banjir

    Tujuan Pengendalian Banjir, adalah :

    1.  Penurunan tingkat risiko ancaman terhadap jiwa manusia dan harta benda akibat banjir

    sampai ke tingkat toleransi.

    2.  Meminimumkan dampak bencana banjir(mitigasi bencana banjir).

    Tingkat resiko banjir, dapat digambarkan sebagai berikut :

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    7/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-7

    7.2.2. 

    Upaya Pengendalian Banjir

    Upaya Pengendalian Banjir, dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Berbagai jenis kegiatan fisik / struktur berikut manfaatnya antara lain:

    1. 

    Pembangunan tanggul banjir untuk mencegah meluapnya air banjir sampai tingkat/

     besaran banjir tertentu. Dengan dibangun tanggul terbentuk penampang sungai yangtersusun untuk mengalirkan debit banjir rencana.

    2.   Normalisasi alur sungai, penggalian sudetan, banjir kanal, dan interkoneksi antar sungai

    untuk merendahkan elevasi muka air banjir sungai. Berbagai kegiatan ini harus

    direncanakan dengan sangat hati-hati mengingat perubahan apapun yang dilakukanterhadap sungai akan menimbulkan reaksi yang boleh jadi berlawanan dengan yang

    diingini pengelola.

    3.  Pembangunan waduk penampung dan atau retensi banjir, banjir kanal dan interkoneksi

    untuk memperkecil debit banjir.

    4.  Pembangunan waduk/polder, pompa dan sistem drainase untuk mengurangi luas dantinggi genangan.

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    8/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-8

    7.3. 

    Bangunan Pengendalian Banjir (Bendali )

    7.3.1. 

    Jenis Bendali  dan Faktor Penetapan Bendali

    1.  Jenis Bangunan Pengendali Banjir 

    Jenis bangunan pengendali banjir, adalah sebagai berikut :

    a.  Pengaturan dan normalisasi alur sungai.

     b. 

    Tanggul dan Tembok banjir ( parapet wall, flood wall ).

    c.  Saluran bypass dan Kanal banjir.

    d.  Waduk penampung banjir dan Kolam retensi.

    e.  Sistem drainase dan pompa.

    2.  Faktor Pengaruh Penetapan Jenis Pengendali Banjir

    Faktor pengaruh penetapan jenis bangunan pengendali banjir, adalah sebagai berikut :

    a.  Debit banjir sungai.

     b.  Keadaan alur sungai dan DAS.

    c. 

    Karakteristik hidraulis sungai.d.  Tingkat kerugian akibat banjir.

    e.  Standar debit banjir rencana.

    f.  Akseptabilitas masyarakat.

    7.3.2. 

    Pengaturan dan Normalisasi Alur Sungai

    a.  Tujuan pengaturan dan normalisasi sungai, adalah :

      Peningkatan kapasitas tampung sungai.

      Penurunan muka air banjir

    b. 

    Jenis Bangunan :  Pelurusan kelokan (sudetan, cut-off ).

      Pelebaran atau pendalaman alur.

      Penurunan hambatan aliran (penurunan koefisien kekasaran).

      Pengendalian alur (pengaturan arah aliran).

      Perlindungan dasar atau tebing sungai.

    c.  Konstruksi Bangunannya, sebagai berikut :

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    9/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-9

    Gambar : Pengaturan dan Normalisasi Sungai

    Permasalahan Lainnya :Bila bagian Jembatan terancam, karena :

    Terjadinya banjir (debit banjir) besar atau debit tahunan cenderung naik.

    Resultan gaya tekanan air banjir berpindah saat banjir.

    Solusinya, adalah : pembuatan Krip dan Brunjong atau Dinding Penahan.

    BRONJONG, sebagaiBangunan Pengendali

    Banjir.

    KRIP Tiang Pancang,

    sebagai Bangunan

    Pengendali Banjir.

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    10/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-10

    7.3.3. 

    Tanggul dan Tembok banjir (parapet wall , flood wall )

    a.  Tujuan pengaturan dan normalisasi syungai, adalah :

      Mencegah aliran air keluar dari alur dan bantaran.

    b.  Jenis Bangunan :

      Tanggul timbunan tanah.

     

    Tembok pasangan batu.  Tembok beton bertulang.

    c.  Konstruksi Bangunannya, sebagai berikut :

     perbaikan alur sungai

    dan tanggul sungai

     perbaikan alur sungai

    dan tembok banjir.

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    11/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-11

    7.3.4. 

    Saluran Bypass  dan Kanal Banjir

    Banjir Kanal (penghubung) adalah bangunan yang dibangun untuk menghubungkan 2 (dua)

     buah sungai, disamping untuk mengatasi debit banjir juga untuk pelayaran. Ukuran lebarnya

     bisa antara 8 –  12 meter.

    a.  Tujuan Saluran Bypass dan Kanal Banjir, adalah :

     

    Pengalihan (sebagian atau seluruh) aliran dari sungai ke tempat lain.b.  Jenis Bangunan :

      Percabangan alur sungai.

      Di hilir aliran kembali lagi ke sungai asal → saluran bypass. 

      Saluran bermuara di tempat lain (tidak sama dengan sungai asal) → banjir kanal.

    c.  Konstruksi Bangunannya, sebagai berikut :

    Kanal Banjir Jakarta adalah kanal yang dibuat agar aliran sungai Ciliwung melintas di

    luar Batavia, tidak di tengah kota Batavia. Kanal banjir ini merupakan gagasan Prof. Ir.

    Hendrik van Breen  dari Burgelijke Openbare Werken (BOW), cikal bakal Departemen

    PU, tahun 1920. Studi ini dilakukan setelah banjir besar melanda Jakarta dua tahun

    sebelumnya. Inti konsep ini adalah pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur

    volume air yang masuk ke kota Jakarta. Termasuk juga disarankan adalah penimbunan

    daerah-daerah rendah.

    Antara tahun 1919 dan 1920, gagasan pembuatan Kanal Banjir dari Manggarai di

    kawasan selatan Batavia sampai ke Muara Angke di pantai utara sudah dilaksanakan.

    Sebagai pengatur aliran air, dibangun pula Pintu Air Manggarai dan Pintu Air Karet.

    Romantisme di Tanggul Kanal Banjir Timur - Jakarta 

    https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Ciliwunghttps://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Ciliwunghttps://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Ciliwunghttps://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttps://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttps://id.wikipedia.org/wiki/Hendrik_van_Breenhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hendrik_van_Breenhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hendrik_van_Breenhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bataviahttps://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Ciliwung

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    12/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-12

    7.3.5. 

    Waduk Penampung Banjir dan Kolam Retensi

    a.  Tujuan

      Menampung sebagian debit puncak banjir untuk sementara waktu.

      Pengaturan debit yang mengalir ke hilir sesuai dengan kapasitas tampungnya.

    b.  Jenis bangunan

     

    Waduk/Bendungan  Kolam Retensi

    c.  Konstruksi Bangunannya, sebagai berikut :

    Waduk   atau reservoir   adalah : danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau

     pembendungan sungai yang bertujuan untuk menyimpan air.  Waduk dapat dibangun di

    lembah sungai pada saat pembangunan sebuah bendungan atau penggalian tanah atau

    teknik konstruksi konvensional seperti pasangan bartu atau beton. 

    Kolam Retensi   adalah suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung atau

    meresapkan air didalamnya, tergantung dari jenis bahan pelapis dinding dan dasar kolam.

    Kolam retensi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolam alami dan kolam non alami.

    Waduk Ria Rio –  Jakarta : sebagai salah satu waduk taman, tempat rekreasi di Jakarta. 

    WadukKupferbach

    untuk

    kepentinganrekreasi di

    Aachen,Jerman 

    Danau Stocks di  Lancashi re, I nggri s

    Waduk konruksi Rock Fil l Dam

    https://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttps://id.wikipedia.org/wiki/Airhttps://id.wikipedia.org/wiki/Betonhttps://id.wikipedia.org/wiki/Aachenhttps://id.wikipedia.org/wiki/Jermanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Jermanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Jermanhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Danau_Stocks&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Lancashirehttps://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttps://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttps://id.wikipedia.org/wiki/Lancashirehttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Danau_Stocks&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Jermanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Aachenhttps://id.wikipedia.org/wiki/Betonhttps://id.wikipedia.org/wiki/Airhttps://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttps://id.wikipedia.org/wiki/Danau

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    13/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-13

    Kolam Retensi : Kolam retensi memiliki berbagai tipe, seperti:

    1.  Kolam Retensi tipe di samping Badan Sungai.

    2.  Kolam Retensi tipe di dalam Badan Sungai.

    3.  Kolam Retensi tipe storage memanjang Sungai.4.  Kolam Konservasi Air Hujan di Daerah Permukiman.

    7.3.6. 

    Sistem Drainase dan Pompa

    a.  Tujuan

      Pembuangan air berlebih dari suatu kawasan melalui jaringan saluran

      Aliran secara gravitasi atau dipompa

    b.  Jenis bangunan

     

    Saluran (terbuka, tertutup), pipa  Sumur Resapan.

      Polder/Pompa.

    c.  Konstruksi Bangunannya, sebagai berikut :

    Kolam Retensi tipe di samping  Badan Sungai Kolam Retensi tipe di dalam  Badan Sungai

    Kolam Retensi tipe di storage memanjang Sungai Kolam konservasi air hujan di daerah permukiman

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    14/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-14

    Uraian singkat tentang Drainase  :

    1.  Pengertian Drainase :

    Drainase (drainage)  dari kata to drain  (mengeringkan) yang berarti mengeringkan atau

    mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah

    dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasanlainnya, baik di atas maupun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan

    resapan buatan.Drainase (disebut juga Saluran atau Selokan), adalah bangunan yang dibuat untuk

    mengalirkan air :

    Saluran Air Kotor : untuk menglirkan air limbah rumah tangga, limbah pabrik dan bangunan fasilitas umum lainnya, dengan aman tanpa menimbulkan polusi.

    Salura Air Hujan : untuk mengalirkan air hujan dari jalan atau areal terbuka

    lainnya, sehingga tidak menyebabkan banjir.

    2.  Kegunaan saluran drainase antara lain :

    Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi airtanah.

    Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

    Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

    Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

    3.  Pengertian Drainase Perkotaan

    Drainase perkotaan adalah drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan

     perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di

    kawasan kota.

    Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi : Permukiman, Kawasan industri dan perdagangan, Kampus dan

    sekolah, Rumah sakit dan fasilitas umum, Lapangan olahraga, Lapangan parker, Instalasimiliter, listrik, telekomunikasi, Pelabuhan udara.

    a.  Pengertian Kota/Perkotaan dan Desa/Pedesaan

    i.  Kota & PerkotaanKota (city, town) : wilayah kota yg mempunyai batasan administrasi kota.

    Perkotaan (urban) : wilayah kota di tambah wilayah yang mempunyai ciri-ciri

    kehidupan kota (hinterland) atau masyarakat > 50 % bukan petani tapi hidupdari sektor jasa dan industri.

    ii. Desa dan Pedesaan

    Desa (village) : wilayah desa yang mempunyai batasan administrasi desa.

    Pedesaan (rural ) : wilayah desa di tambah wilayah yang mempunyai ciri-cirikehidupan desa (hinterland) atau masyarakat > 50 % adalah petani.

    b.  Klasifikasi Ukuran Besaran Kota

    Klasifikasi ukuran besar kota atau kawasan perkotaan, didasarkan pada jumlah

     penduduk adalah sebagai berikut :

    Kota Kecil, yaitu : Kota atau Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk yang

    dilayani sebesar : 10.000 hingga 100.000 jiwa.

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    15/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-15

    Kota Sedang,  yaitu : Kota atau Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk

    yang dilayani sebesar : 100.001 hingga 500.000 jiwa.

    Kota Besar, yaitu : Kota atau Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk yangdilayani sebesar : 500.001 hingga 1.000.000 jiwa.

    Kota Metropolitan,  yaitu : Kota atau Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk yang dilayani lebih besar dari 1.000.000 jiwa.

    4. 

    Pola Jaringan Drainase

    5.  Bentuk-Bentuk Penampang Drainase : Segi 4, trapesium, ½ lingkaran, lingkaran, segi

    tiga, dan bulat telur. 

    6.  Bangunan-2 Sistem Drainase & Pelengkapnya

    i.  Bangunan-2 Sistem Saluran Drainase :

    a.  Bangunan Struktur : rumah pompa, tembok penahan tanah, bangunan terjunan,

     jembatan. b.  Bangunan Non struktur :

      Saluran Pasangan (saluran tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak control).

      Saluran Tanpa pasangan : saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.

    ii. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase : Inlet, Manhole, Headwall, Shipon,

    Gorong-2, Bang. Terjun, Got Miring.

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    16/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-16

    7.  Arahan Dalam Pelaksanaan Penyediaan Sistem Drainase

    Arahan dalam pelaksanaan penyediaan sistem drainase adalah :

    i.  Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.

    ii.  Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.iii.  Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.

    iv.  Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.

    v.  Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharannya.

    vi. 

    Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.

    8.  Sasaran Penyediaan Sistem Drainase dan Pengendalian Banjir

    i.  Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier melalui normalisasi

    maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik

    terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal :

    Jaringan Primer : saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.

    Jaringan Sekunder : saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).

    Jaringan Tersier : saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluransekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.

    ii.  Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan kota.

    iii.  Menunjang kebutuhan pembangunan (development need)  dalam menunjangterciptanya scenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang

    sektor unggulan pada Rencana Tata Ruang Kota (RTRK).

    9.  Mekanisme Perancangan Drainase Perkotaan

    Bentuk Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan :

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    17/18

     Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai  , Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 –  Samarinda. 7-17

    Pengedali Banjir Sistem Polder :

    Polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan kelengkapan bangunan sarana fisik, yang meliputi

    saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan.

    Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka

    air, debit dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Oleh karena itu,

    sistem polder disebut juga sebagai sistem drainase yang terkendali. Air dapat dibuang langsung kelaut atau sungai/banjir kanal yang bagian hilirnya akan bermuara di laut.

    Dalam polder dilengkapi dengan bangunan pengendali pada buangannya (dengan penguras atau

     pompa) untuk mengendalikan aliran di luar. Di dalam stasiun pompa terdapat pompa yang digunakan

    untuk mengeluarkan air yang sudah terkumpul dalam kolam retensi ke luar cakupan area.

    Prinsip dasar kerja pompa adalah menghisap air dengan menggunakan sumber tenaga, baik itu listrik

    atau diesel/solar. Pompa yang menggunakan tenaga listrik, disebut dengan pompa jenis sentrifugal,

    sedangkan pompa yang menggunakan tenaga diesel dengan bahan bakar solar adalah pompa

    submersible.

    Sungai/Laut

  • 8/17/2019 Bab 7. Bangunan Pegendali Banjir Pakai

    18/18

    Materi Kuliah Rekayasa Sungai dan Pantai Fakultas Teknik Sipil Untag 1945 Samarinda 7-18

    Bentuk Pengedali Banjir Sistem Sumur Resapan :

    DETAIL SUMUR RESAPAN

    POLDER LEBUSWANA - SAMARINDA