10
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus penyakit autis saat ini semakin banyak terjadi di dunia, termasuk Indonesia. Saat ini penyakit autis sudah dapat dideteksi sejak usia dini. Meski demikian, pengetahuan awam mengenai autis dan bagaimana menanganinya masih belum diketahui luas. Prevalensi Autisme Syndrome (ASD) dilaporkan mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir. Centers for Disease Control and Prevention’s (CDC) dan Autism and Developmental Disabilities Monitoring (ADDM) mengungkapkan adanya peningkatan prevalensi ASD sebanyak 78% antara tahun 2002 dan 2008 (Blumberg et al, 2012). Prevalensi autis di dunia saat ini mencapai 15-20 kasus per 10.000 anak atau 0,15-0,20%, jika angka kelahiran di Indonesia enam juta per tahun, maka jumlah penyandang autis di

Bab i Caca 26 Maret 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangKasus penyakit autis saat ini semakin banyak terjadi di dunia, termasuk Indonesia. Saat ini penyakit autis sudah dapat dideteksi sejak usia dini. Meski demikian, pengetahuan awam mengenai autis dan bagaimana menanganinya masih belum diketahui luas. Prevalensi Autisme Syndrome (ASD) dilaporkan mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir. Centers for Disease Control and Preventions (CDC) dan Autism and Developmental Disabilities Monitoring (ADDM) mengungkapkan adanya peningkatan prevalensi ASD sebanyak 78% antara tahun 2002 dan 2008 (Blumberg et al, 2012). Prevalensi autis di dunia saat ini mencapai 15-20 kasus per 10.000 anak atau 0,15-0,20%, jika angka kelahiran di Indonesia enam juta per tahun, maka jumlah penyandang autis di Indonesia, bertambah 0,15% atau 6.900 anak per tahun (Mashabi, 2009). Populasi penyakit autisme ini 3-4 kali lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Penyakit ini lebih sering terjadi pada negara maju dibandingkan dengan negara berkembang (Yatim, 2007).

Autisme merupakan kumpulan gejala di mana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitarnya sehingga terlihat seperti hidup dalam dunianya sendiri (Yatim, 2007).

Penyebab autisme itu sendiri sebenarnya masih belum jelas. Namun beberapa peneliti mengatakan penyebab terbanyak adalah kelainan genetik seperti abnormalitas kognitif, kurangnya kemampuan berbicara dan kelainan kromosom (Arvin, 2000). Selain itu kelainan ini dapat disebabkan karena adanya kerusakan pada otak, yang dapat dideteksi oleh Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Electroencephalography (EEG) (Takagaki, 2014)

Electroencephalography (EEG) merupakan suatu teknik pemeriksaan untuk merekam aktifitas listrik di bagian berbeda pada otak dan mengubah informasi ini menjadi suatu pola atau gambaran baik secara digital atau dicatat di atas kertas yang dinamakan electroencephalogram. Alat yang merekam aktifitas listrik di otak ini dinamakan electroencephalograph (John, 2010).Electroencephalography (EEG) diketahui dapat mendiagnosa penyakit yang ada di otak, seperti epilepsi dan cedera kepala. Diketahui sekarang ini EEG dapat mendeteksi penyebab dari autisme itu sendiri (Sheikhani, 2010). Pemeriksaan EEG ini biasanya dilakukan pada anak dengan usia di bawah 6 tahun, karena pada usia ini otak masih berkembang sehingga akan lebih mudah untuk melakukan pengobatan apabila ditemukan adanya kelainan gelombang otak pada penderita autisme (Sheikhani, 2010). Beberapa gambaran EEG yang dapat dideteksi pada Autisme Disorder (ASD) seperti, adanya aktifitas gelombang epileptiform yang paroksismal, adanya gelombang mu, adanya gelombang beta dan delta yang menonjol, dan terdapat voltage gelombang yang sangat rendah. Hasil dari gambaran di atas menunjukan adanya kerusakan di otak (Strzelcka, 2013).Suatu studi mengatakan EEG dilakukan pada saat beristirahat, dan akan didapatkan hasil adanya kelainan di otak bagian frontal di mana terdapat gangguan fungsional otak seperti gangguan fungsi kognitif yang sering terlihat pada anak dengan ASD. Adapun aktifitas gelombang alpha yang rendah berhubungan dengan perbedaan individu dalam mengatur emosi. Selain itu, adanya penurunan gelombang gamma yang dihubungkan dengan penurunan kemampuan bahasa dan umum serta kemampuan intelektual. Serta adanya penurunan aktifitas gelombang delta dan theta (Tierney, 2012).Pemeriksaan ini memiliki kelebihan berupa pemeriksaan non-invasif sehingga tidak memperburuk keadaan pasien. Selain memiliki kelebihan, pemeriksaan ini mempunyai kekurangan seperti pada pasien anak diberikan obat sedasi (khloralhidrat) sebelum rekaman dimulai untuk memudahkan pemasangan elektroda (Bintoro, 2012). Pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama selain pada saat pemeriksaan dibutuhkan waktu sekitar 15-20 menit, hasil pemeriksaan harus dibacakan oleh dokter spesialis saraf sehingga membutuhkan waktu yang lama (Sunaryo, 2007).Dalam Islam kedudukan anak terhadap orang tua adalah sebagai qurrota ayun (penyejuk jiwa). Anak yang taat pada Allah SWT akan membahagiakan orang tua dunia dan akhirat. Di samping sebagai qurrota ayun anak merupakan amanah Allah SWT kepada orang tua untuk selalu dijaga kesehatannya, diberikan kasih sayang, diberikan perhatian (Ferdianata, 2013). Sama seperti hal nya orang tua penderita autisme. Anak autis sangat memerlukan kasih sayang dari keluarganya terutama kasih sayang dari orang tua. Untuk itu orang tua harus selalu memperhatikan perkembangan anaknya terutama pada anak autis yang memiliki beberapa kelemahan dalam perkembangannya, seperti adanya gangguan interaksi sosial dan gangguan dalam berkomunikasi (Fadhli, 2010).Al-Ghazali juga menyatakan bahwa maksud Syariat Islam mencakup lima

hal, yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Semua yang tercakup dalam menjaga lima prinsip tersebut termasuk maslahah (Zuhroni, 2010).

Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan, salah satunya adalah EEG (Electroencephalography) (Kartika, 2013). EEG merupakan suatu teknik pencitraan medis yang menggunakan aktivitas listrik yang dihasilkan oleh kulit kepala dari struktur otak (Teplan, 2002) yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit dan gejala pada kerusakan otak, salah satunya adalah autisme. Sehingga dapat membantu dokter dan keluarga dalam menentukan pengobatan (Sheikani, 2010).Dalam Islam, perintah berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Di zaman Nabi telah digunakan berbagai pengobatan, sejalan dengan perkembangan teknologi kedokteran masa itu. Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarga dan sahabatnya agar berobat ke dokter (Zuhroni, 2010).Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas "Skrining Autisme Menggunakan Electroencephalography Ditinjau Dari Kedokteran dan Islam".1.2. Permasalahan

1.2.1 Bagaimana kriteria diagnosis autisme?

1.2.2 Bagaimana hasil dari pemeriksaan Electroencephalography terhadap

penderita autisme?

1.2.3Bagaimanakah pandangan Islam terhadap pemeriksaan Electroencephalography pada penderita autisme?1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui, memahami dan memberikan informasi mengenai manfaat Electroencephalography pada penderita autisme ditinjau dari kedokteran dan Islam.1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Dapat menjelaskan kriteria diagnosis autisme.

1.3.2.2 Dapat menjelaskan hasil pemeriksaan Electroencephalography terhadap penderita autisme .

1.3.2.3 Dapat menjelaskan pandangan Islam terhadap pemeriksaan

Electroencephalography pada penderita autisme .1.4 Manfaat

1.4.1. Bagi Penulis

Dapat memahami mengenai manfaat Electroencephalography pada penderita autisme ditinjau dari segi kedokteran dan Islam serta meningkatkan keterampilan menulis dan berfikir sistematis untuk memecahkan permasalahan ilmiah melalui analisis yang tepat

1.4.2. Bagi Universitas YARSI

Sebagai referensi civitas akademika dalam penyusunan karya ilmiah dan penelitian selanjutnya serta menjadi masukan bagi civitas akademika mengenai kegunaan Electroencephalography pada autisme ditinjau dari segi kedokteran dan Islam. 1.4.3. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang pemeriksaan Electroencephalography pada penderita autisme sebagai salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai penyebab dari autisme dan mendeteksi dini autisme pada anak yang ditinjau dari kedokteran dan Islam dan semoga bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai tambahan pengetahuan di bidang kesehatan serta diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.