13
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengertian fungsi dan makna seni yang berubah- ubah dari masa ke masa, telah menyebabkan terjadinya perubahan dalam memaknai ruang tempat kehadiran seni itu sendiri sebagai peristiwa. Ruang merupakan kesatuan dalam peristiwa kehadiran seni yang, dengan itu, menjelaskan pemaknaan serta fungsi seni dalam masyarakatnya, bisa dilihat dari ruang mana peristiwa seni itu hadir dan dihadirkan. Bagi masyarakat primordial di Indonesia, seni hadir bersama peristiwa- peristiwa sosial yang terjadi dalam masyarakatnya. Bersama berbagai upacara-upacara contohnya, seren taun, panen, ziarah leluhur, hajat laut, pesta pernikahan, kelahiran dan kematian, atau sejumlah ritus religi, seni didalamnya hadir sebagai peristiwa komunal. Ia hadir dalam ruang bersama di tanah lapang hingga dipelataran rumah. Diruang bersama dalam berbagai peristiwa sosial semacam inilah seni tradisi dimengerti bukan sebagai “seni” itu sendiri. Akan tetapi, bertautan langsung dengan konteks keperluan masyarakatnya. Oleh karena 1

BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUGAS AKHIR

Citation preview

Page 1: BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengertian fungsi dan makna seni yang berubah-ubah dari

masa ke masa, telah menyebabkan terjadinya perubahan dalam

memaknai ruang tempat kehadiran seni itu sendiri sebagai peristiwa.

Ruang merupakan kesatuan dalam peristiwa kehadiran seni yang,

dengan itu, menjelaskan pemaknaan serta fungsi seni dalam

masyarakatnya, bisa dilihat dari ruang mana peristiwa seni itu hadir dan

dihadirkan.

Bagi masyarakat primordial di Indonesia, seni hadir bersama

peristiwa- peristiwa sosial yang terjadi dalam masyarakatnya. Bersama

berbagai upacara-upacara contohnya, seren taun, panen, ziarah leluhur,

hajat laut, pesta pernikahan, kelahiran dan kematian, atau sejumlah ritus

religi, seni didalamnya hadir sebagai peristiwa komunal. Ia hadir dalam

ruang bersama di tanah lapang hingga dipelataran rumah.

Diruang bersama dalam berbagai peristiwa sosial semacam

inilah seni tradisi dimengerti bukan sebagai “seni” itu sendiri. Akan tetapi,

bertautan langsung dengan konteks keperluan masyarakatnya. Oleh

karena itu, umumnya, seni tradisi berlangsung dalam ruang terbuka

(outdoor).

Kolonialisme yang membawa modernisme ke nusantara di akhir

abad ke-19 ternyata tak hanya membawa seni modern, seni yang melulu

seni itu sendiri. Akan tetapi, juga melakukan perubahan dalam

pengelolaan arsitektur ruang. Demikian pula ruang bagi kehadiran seni.

Seni yang pada awalnya hadir bersama dalam ruang dan peristiwa sosial

masyarakatnya, kini mulai diperkenalkan pada gedung pertunjukan.

1

Page 2: BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

Inilah yang menjadi permulaan ketika ruang kehadiran seni

lebih ditentukan oleh ruang fisik (gedung pertunjukan) daripada ruang

sosialnya. Teater rakyat yang awalnya hadir bersama di pelataran rumah

atau tanah lapang bersama seluruh aktivitas masyarakatnya dengan

penerangan oncor, kini beralih ke panggung di dalam gedung.

Masyarakat sebagai penonton yang sebelumnya bisa menyaksikan

pertunjukan dengan leluasa sembil berjalan-jalan, kini terpaksa

menonton dengan duduk pasif.

Pada awalnya gedung-gedung kesenian memang hanya

disediakan bagi kebutuhan seni modern. Akan tetapi, dalam

perkembangannya, gedung pertunjukan pun mulai dianggap sebagai

ruang bagi berbagai bentuk pertunjukan seni tradisi. Terutama di kota-

kota besar, agaknya hal ini bersebab pada adanya semacam prestise

(gengsi) yang dilekatkan pada gedung pertunjukan. Apalagi ruang-ruang

semacam ini menandakan dirinya sebagai pusat kesenian. Ruang yang

dianggap bisa melegitimasi kehadiran sebuah kelompok seni.

Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, taman-taman budaya,

atau gedung-gedung kesenian disejumlah kota besar, bisa disebut

sebagai ruang semacam itu. Tampil digedung-gedung pertunjukan selalu

dianggap lebih memiliki prestise ketimbang tampil di pelataran rumah

atau di tanah lapang di tengah masyarakat.

Ruang fisik seperti inilah yang kemudian berkembang menjadi

semacam alat ukur kebijakan dan perhatian pemerintah terhadap seni

tradisi. Oleh karena itu, misalnya, tak sedikit kalangan yang mengeluhkan

minimnya perhatian pemerintah atas kondisi gedung-gedung kesenian

sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup seni tradisi. Seolah-olah,

hidup dan matinya seni tradisi amat bergantung pada gedung

pertunjukan.

Sebagai peristiwa dan tontonan, roh seni tradisi hanya bisa

ditemukan ketika seni berada di tengah masyarakatnya, demi kebutuhan-

2

Page 3: BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

kebutuhan transenden hingga dalam peristiwa keseharian yang

pragmatis sekalipun. Ruang fisik seperti gedung kesenian atau teater

tertutup dan terbuka yang ada di taman-taman budaya, tentu saja tetap

penting untuk melakukan perluasan apresiasi seni tradisi. Namun ruang

fisik seperti itu bukanlah satu-satunya untuk menegaskan keberadaan

seni tradisi, apalagi dianggap sebagai ruang yang menentukan hidup

atau matinya seni tradisi.

Secara tradisionil masyarakat Luwu Timur masih menyimpan

banyak kearifan, yang dulu dimanfaatkan oleh leluhur mereka sebagai

sarana persatuan dan kesatuan. Salah satu diantaranya adalah upacara

padungku yang dilakukan setiap selesai panen dengan sejumlah

kesenian , salah satu diantaranya adalah seni tari moriringgo dan

mongkaliboe, tari kegembiraan dan kesyukuran atas berhasilnya panen

mereka.

Belakangan ini tradisi tersebut sudah mulai ditinggalkan oleh

masyarakat, kalaupun dilakukan hanya untuk kepentingan politik yang

diisi dengan orkes dangdut atau musik organ tunggal (electone).

Bersama dengan sejumlah pemuka adat yang tergabung dalam

Kumpulan Passitebe yang didalamnya tergabung suku padoe, Karungsie

dan Tambee bersama-sama dengan PSLG (Pusat Studi La Galigo)

Unhas sejak tahun 2004 melakukan revitalisasi kesenian yang mengisi

upacara Padungku, antara lain seni tari Ende/Laemba, tari Moriringgo,

tari Monsando, tari Momomani, tari Mongkaliboe, seni musik bambu.

(sumber: majalah Sureq, edisi perdana Maret 2008)

Menurut Arifin Manggau seorang seniman musik, yang

mengiringi Teater La Galigo keliling dunia, dan ditugaskan PSLG Unhas

untuk mendampingi seni tari di Wasuponda, kecamatan Nuha,

Kabupaten Luwu Timur, program revitalisasi dan pengembangan seni tari

di Luwu Timur didukung sepenuhnya oleh pemuda dan sesepuh adat.

Dan kini, telah ada kelompok-kelompok peserta latihan tari Moriringgo

3

Page 4: BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

dan Mongkaliboe serta tarian suku Dongi lainnya di kecamatan Nuha.

“Untuk pengenalan dan pelatihan tari tradisional di Luwu Timur dilakukan

di aula-aula sekolah, pesertanya anak-anak dan remaja. Sedangkan

pertunjukannya biasa diadakan di gedung workshop milik PT. Inco

karena disana belum ada gedung kesenian”. (Sumber: wawancara

langsung Arifin Manggau, Rabu 28/9/2011, 20:00, gedung kesenian

makassar)

Dalam konsepnya Gedung Pertunjukan dan Pengembangan

Seni Tari di Luwu Timur tidak hanya menjadi tempat fisik untuk acara

pertunjukan dan menilai baik-buruknya sebuah karya, namun juga dapat

digunakan sebagai ruang sirkulasi kreator muda untuk saling berjejaring

dengan lintas disiplin ilmu yang dimilikinya. Program-program yang

bermuatan edukasi seperti workshop, diskusi dan pelatihan seni yang

diadakan secara reguler diharapkan akan menjadi tempat belajar

alternatif seni tari Luwu Timur. Gedung Pertunjukan dan Pengembangan

Seni Tari di Luwu Timur memprioritaskan sebagai tempat

penyelenggaraan even-even besar baik berskala lokal maupun nasional,

tetapi program-program mingguan yang dapat berjalan secara

berkesinambungan diharapkan akan dapat memberdayakan kreativitas

serta potensi-potensi calon dan seniman di Luwu Timur untuk bisa

bersaing dengan dearah ataupun kota lain di belantika kesenian

Indonesia.

B. PENGERTIAN JUDUL

1. Gedung

Gedung adalah segala sarana, prasarana atau infrastruktur

dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun

peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta

rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. (Wikipedia, 2010)

4

Page 5: BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

2. Pertunjukan

Merupakan sebuah peristiwa dimana sekelompok orang (para

pemain atau artis) berperilaku dalam acara tertentu bagi sekelompok

orang lain (penonton). (Marlita Surya, 2010)

3. Pengembangan

Merupakan proses, cara, perbuatan mengembangkan. (KBBI

online)

4. Seni Tari

Adalah ungkapan yang disalurkan/ diekspresikan melalui gerak-

gerak organ tubuh yang ritmis, indah mengandung kesusilaan dan

selaras dengan gending sebagai iringannya. (Marlita Surya, 2010)

5. Luwu Timur

Merupakan objek studi dimana Gedung Pertunjukan Seni Tari

dilakukan. Luwu Timur merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Selatan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa pengertian Gedung Pertunjukkan dan Pengembangan Seni

Tari di Luwu Timur yaitu sebuah tempat yang berfungsi sebagai

wadah pertunjukan dan proses mengembangan seni tari , dilengkapi

dengan fasilitas untuk mendukung kegiatan tersebut sehingga dapat

dinikmati masyarakat dan memberikan kontribusi dalam sektor

pariwisata di Luwu Timur.

C. UNGKAPAN MASALAH

1. Non arsitektural

Bagaimana potensi kebudayaan Luwu Timur serta kondisi

pembinaan agar dapat dilestarikan dan dikembangkan sehingga

menjadi modal kekayaan budaya bangsa, menjadikannya salah satu

aset penting daerah yang mendapatkan perhatian khusus dari semua

lapisan masyarakat dan pemerintah setempat.

5

Page 6: BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

2. Arsitektural

a. Bagaimana merencanakan sebuah gedung pertunjukkan seni tari

yang representatif melalui ruang gerak (koreografi), sistem

pertunjukan, akustik ataupun pencahayaan sebagai wujud dari

kebutuhan masyarakat luwu timur yang kaya akan kebudayaan.

b. Bagaimana menampilkan sebuah bentuk bangunan pusat kesenian

dan kebudayaan yang menarik dengan fasilitas yang memadai serta

dapat dijadikan sebagai salah satu tempat rekreasi yang bersifat

komersil.

c. Bagaimana menentukan lokasi tapak yang tepat ditinjau dari potensi

alam, kesenian dan kebudayaan masyarakat Luwu Timur dan

kedudukan dalam jalur transportasi wisata sehingga juga dapat

berperan sebagai pusat pengembangan kawasan wisata Luwu

Timur.

D. TUJUAN DAN SASARAN

1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai adalah menyusun suatu landasan

konseptual perancangan Gedung Pertunjukan dan Pengembangan

Seni Tari di Luwu Timur sebagai sarana penyelenggaraan pagelaran,

pelatihan dan pemberdayaan kreatifitas serta potensi-potensi calon

dan seniman seni tari di Luwu Timur.

2. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai adalah tersusunnya usulan langkah-

langkah proses perencanaan dan perancangan berdasarkan konsep

seni tari yang mencakup ruang gerak atau koreografi, sistem

pertunjukan, pencahayaan dan akustik dimana dalam konteks Luwu

Timur sebagai acuan dan pedoman dalam desain arsitektur untuk

6

Page 7: BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

merancang sebuah Gedung Pertunjukan dan Pengembangan Seni

Tari di Luwu Timur.

E. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN

Pembahasan ditekankan pada aspek-aspek perencanaan dan

perancangan arsitektur untuk Gedung Pertunjukan dan Pengembangan

Seni Tari. Pembahasan Gedung Pertunjukan Seni Tari di Luwu Timur

dibatasi pada pengertian judul secara umum sedangkan pada

perancangannya dititikberatkan pada bangunan gedung pertunjukan dan

pengembangan seni tari secara keseluruhan, baik struktur, konstruksi,

maupun utilitas. Pembahasan dalam bidang ilmu non-arsitektur

dimaksudkan untuk mempertajam dan melengkapi pembahasan utama.

F. METODE PEMBAHASAN

Metode pembahasan yang dilakukan dalam penulisan ini

adalah metode deskriptif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data.

Pengumpulan data ini ditempuh melalui studi pustaka dan studi banding,

untuk kemudian dianalisa dan dilakukan suatu pendekatan yang menjadi

dasar penyusunan konsep program perencanaan dan perancangan.

Tahap pengumpulan data yang dimaksud dilakukan melalui :

1. Studi Literatur

Analisis fasilitas-fasilitas gedung pertunjukan seni tari sebagai

sarana peristirahatan dan sarana rekreasi / hiburan serta fasilitas-

fasilitas pendukungnya untuk dapat mengetahui hakekat dari kegiatan

gedung pertunjukan seni tari dengan bantuan studi kepustakaan untuk

memperluas wawasan yang akan dibahas dan standar yang akan

digunakan. Pada tahap ini penulis mengambil studi literatur dari :

a. Buku-buku perpustakaan dan buku-buku lain yang berkaitan

dengan judul untuk mendapatkan teori, spesifikasi, karakteristik

7

Page 8: BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

gedung pertunjukan, serta aspek-aspek arsitektural yang dapat

dijadikan landasan dalam proses perancangan.

b. Brosur-brosur dan majalah yang berkaitan dengan judul.

c. Browsing data-data yang terkait dengan judul melalui internet.

2. Survey

Melakukan survey dengan melakukan pengamatan langsung

dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten

untuk memberi bahan yang dapat dijadikan masukan dalam

penyusunan konsep perencanaan fisik bangunan. Pada tahap ini

penulis mengambil data-data kualitatif maupun kuantitatif.

3. Studi Banding

Melakukan perbandingan terhadap hasil-hasil observasi yang

dilakukan pada beberapa bangunan yang berfungsi sama untuk

kepentingan analisa dan kriteria yang akan diterapkan pada Gedung

Pertunjukan Seni Tari di Luwu Timur.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

PENDAHULUAN

Menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi permasalahan,

menjelaskan ungkapan masalah, batasan dan lingkup, metode dan

sistematika pembahasan.

TINJAUAN UMUM GEDUNG PERTUNJUKAN DAN

PENGEMBANGAN SENI TARI

Mengemukakan tinjauan mengenai gedung pertunjukkan seni tari yang

terdiri dari tinjauan umum seni, tinjauan terhadap seni tari, tinjauan

umum gedung pertunjukan, tinjauan terhadap koreografi, tinjauan

terhadap akustik, dan studi banding.

8

Page 9: BAB I gedung pertunjukan dan pengembangan seni tari di luwu timur

TINJAUAN KHUSUS GEDUNG PERTUNJUKAN DAN

PENGEMBANGAN SENI TARI DI LUWU TIMUR

Menguraikan tentang pendekatan konsep tata ruang makro dan mikro

perancangan.

KESIMPULAN

Menarik kesimpulan dari uraian sebelumnya yang dijadikan dasar

untuk dianalisa pada pendekatan konsep perencanaan dan menjadi

input dalam konsep perencanaan.

PENDEKATAN DAN ACUAN PERANCANGAN

Pembahasan terdiri dari pendekatan tata ruang makro dan pendekatan

tata ruang mikro serta acuan perancangan makro dan mikro.

9