Upload
annisa-dhian
View
63
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri adalah Suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan
individu sehingga menggangu rasa nyaman. Nyeri merupakan suatu respons tubuh
terhadap stimulus diantaranya seperti jaringan yang rusak dimana tubuh akan
mengeluarkan mediator nyeri ( Histamin, Serotinin ). Nyeri diartikan berbeda-
beda antar individu, bergantung pada persepsinya.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak
bermielin dari syaraf perifer.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke
serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root)
serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau
laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia
gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri
menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur
spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur
spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi
nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu
jalur opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang
berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan
1
neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan
stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A.
1.2 SkenarioORAL FACIAL PAIN
Ibu sinta 40 tahun sering merasakan sakit kepala. Terasa berdenyut timbul
hilang dan kadang menyebar hingga leher dan telinga. Berbagai pengobatan
telah dilakukan , namun nyeri masih sering kambuh. Ibu sinta juga sempat
menjalani terapi akupuntur dan berobat ke internist karena punya riwayat
gangguna pencernaan atau iritasi lambung. Bahkan sempat juga ke dokter ahli
saraf untuk memastikan penyebab hingga akhirnya mendapatkan rujukan ke
dokter gigi. Setelah dilakukan pemeriksaan intra oral, tampak adanya gigi
molar atas dengan lubang besar yang diindikasikan jntuk dilakukan
pencabutan. Infeksi gigi tersebut yang diduga dapat menyebabkan timbulnya
refered pain.
1.3 Rumusan Masalah1) Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri?2) Sebutkan dan jelaskan teori mengenai persepsi nyeri?3) Apa saja macam nyeri pada regio facial dan jelaskan?4) Bagaimana penangan nyeri / control pain?
1.4 Tujuan dan Manfaat1) Mampu menjelaskan mekanisme terjadinya nyeri2) Mampu menjelaskan teori mengenai persepsi nyeri3) Mampu menjelaskan macam nyeri pada regio facial4) Mampu menjelaskan penangan nyeri / control pain
2
1.5 Mapping
3
NYERI
MEKANISMETEORI
PERSEPSI NYERI
PENANGANAN
NYERI
BISA MENYEBABKAN
ORAL FACIAL PAIN
MACAM NYERI DI REGIO FACIAL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan,
kesedihan, dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran syaraf
tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme perlindungan sehingga menyebabkan
penderita menghilangkan sumber nyeri atau menarik diri menjauhi sumber nyeri
(Dorland, 2002)
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan
a) Konsep Dasar Nyeri
1) Pengertian Nyeri
2) Nyeri merupakan tanda terhadap adanya gangguan fisiologis atau jaringan.
Dimana seseorang dalam hal penanganannya disesuaikan pasien dan patologinya.
Oleh karena itu pengertian nyeri meliputi :
Menurut Mc. Coffery (1979). Nyeri adalah suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dimana eksistensinya diketahui jika seseorang pernah
mengalaminya. Menurut Wolf, Firest (1974). Nyeri adalah suatu perasaan
menderita secara fisik dan mental atau perasaan nyeri yang bisda menimbulkan
ketegangan. Menurut Arthur C. Cuvton (1983, Nyeri adalah suatu mekanisme
produksi bagi tubuh, timbul bila mana jaringan yang sedang dirusak dean
menyebabkan individu tersebut bereaksi atau menghilangkan rangsang nyeri.
Jadi nyeri merupakan tanda penting terhadap adanya gangguan fisiologis
atau jaringan.
4
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan. Nyeri dibagi menjadi dua bagian berdasarkan waktu, yakni:
1. Nyeri akut: terjadi secara tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi.
2. Nyeri Kronik: nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri iniberlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan denganpenyebab atau cedera
spesifik.
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan
bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini
dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul,
namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat
sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.
Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls
melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta
A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang
melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan
berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan.
Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan
yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
5
pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls
nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang
memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen,
seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari
tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat
pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo
merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter, 2005)
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Terjadinya Nyeri
Mekanisme terjadinya nyeri terdiri dari empat fase, yaitu transduksi,
transmisi, modulasi dan persepsi.
3.1.A TRANSDUKSI
Pada nyeri nosiseptif, fase pertamanya adalah transduksi. Transduksi
merupakan stimulus noksius yang kemudian ditransformasikan menjadi impuls
berupa suatu aktifitas elektrik pada ujung bebas saraf sensorik. Di sini didapati
adanya protein transducer spesifik yang diekspresikan dalam neuron nosiseptif
dan mengkonversi stimulus noksious menjadi aliran yang menembus membran,
membuat depolarisasi membran dan mengaktifkan terminal perifer.
Neuron transduksi diperankan oleh suatu nosiseptor berupa serabut A-δ
dan serabut C yang menerima langsung suatu stimulus noksius. Serabut A-δ
merupakan suatu serabut saraf dengan tebal 1- 3 mm dan diliputi oleh selaput
mielin yang tipis. Kecepatan transimisi impuls pada serabut A-δ adalah sekitar
20m/s. Seperti serabut sensorik lainnya, serabut A-δ merupakan perpanjangan dari
pesudounipolar neuron dimana tubuh selnya berlokasi pada akar ganglion dorsal.
Sedangkan serabut C merupakan suatu serabut saraf dengan tebal 1 mm
dan tidak memiliki mielin. Karena serabut ini sangat tipis dan karena tidak
memiliki mielin yang mempercepat transmisi saraf, kecepatan konduksi rendah,
dan suatu rangsang berespon dengan kecepatan 1m/s.
Serabut A-δ dan serabut C tidak hanya berbeda dalam struktur dan
kecepatan transmisinya namun mereka juga mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam mendeteksi suatu stimulus. Serabut A-δ mentransimsisikan nyeri
tajam dan tusukan. dan serabut C menghantarkan sensasi berupa sentuhan,
getaran, suhu, dan tekanan halus. Walaupun dengan adanya perbedaan ini, kedua
7
RANGSANGAN
MENGAKTIVASI NOSISEPTOR YANG ADA PADA BERBAGAI JARINGAN
TERJADI AKKTIVITAS DEPOLARISASI DAN REPOLARISASI
TERJADI POTENSIAL AKSI HINGGA AKHIR AKSON
tipe serabut ini memiliki jalur yang sama dalam menghantarkan stimulus yang
terdeteksi. Rute dari impuls saraf ini biasanya disebut dengan ”jalur nyeri”.
Selain dari peran serabut A-δ dan serabut C, disebutkan juga terdapat
peran dari neuroregulator yang merupakan suatu substansi yang memberikan efek
pada transmisi stimulus saraf, biasanya substansi ini ditemukan pada nosiseptor
yaitu akhir saraf dalam kornu dorsalis medulla spinalis dan pada tempat reseptor
dalam saluran spinotalamik. Neuroregulator ada dua macam, yaitu
neurotransmitter dan neuromodulator. Neurotransmitter mengirimkan impuls
elektrik melewati celah synaptik antara 2 serabut saraf dan neuromodulator
berfungsi memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf
tanpa mentransfer secara langsung sinyal saraf melalui sinaps.
Skema 1. Transduksi
8
3.1.B TRANSMISI
Pada proses transmisi ini cenderung mengarah pada aktivitas neural untuk
membawa input nosiseptif ke dalam system saraf pusat. Terdapat tiga komponen
dasar sistem transmisi yaitu:
1. Saraf sensoris perifer yaitu neuron aferen primer (neuron orde 1), saraf ini
membawa input nosiseptif dari organ sensoris menuju serabut spinal.
Potensial aksi muncul pada saat ujung saraf bebas mentransmisikan sinyal
nyeri menuju sistem saraf pusat melalui serabut saraf aferen primer. Badan
sel pada neuron aferen primer yang menghantarkan impuls menuju sistem
saraf pusat terdapat dalam ganglion saraf yang merupakan bagian sistem
nyeri perifer. Serabut saraf aferen melalui ganglion saraf kemudian
memasuki sistem saraf pusat melalui sinaps dengan neuron orde kedua.
2. Neuron orde kedua yang membawa input ke pusat yang lebih tinggi.
Neuron aferen orde kedua dalam tanduk dorsal spinalis dan tanduk dorsal
medula menyilang menuju sisi kontralateral dan naik menuju talamus
melalui jalur spinotalamik pada saraf servikal dan trigeminotalamik pada
saraf trigeminal.
3. Interaksi antara neuron, talamus, korteks, dan sistem limbik serta input
nosiseptif yang mencapai pusat. Akson dari traktus spinotalamik dan
trigeminotalamik bersinaps dengan neuron orde ketiga dalam talamus.
Lalu neuron orde ketiga memproyeksikan impuls ke area yang berbeda
dalam serebral korteks sensoris dan sistem limbik otak. Impuls ini
menyebabkan dimensi motivasi dan emosional nyeri.
9
SISI KONTRALATERAL MENUJU THALAMUS MELALUI JALUR SPINOTALAMIK
NEURON ORDE 2 DALAM TANDUK DORSAL SPINALIS DAN TANDUK DORSAL MEDULA MENYILANG
AKSON TRAKTUS SPINOTALAKMIK BERSINAPS DENGAN NEURON ORDE
3
SARAF SENSORIS PRIMERBERSINAPS DENGAN NEURON ORDE 2 DI SSP
NEURON ORDE 2 MEMBAWA INPUT NOSISEPTIF KE PUSAT LEBIH TINGGI
MEMPROYEKSIKAN IMPULS KE SEREBRAL KORTEKS SENSOROS DAN
SITEM LIMBIK OTAK
Skema 2. Transmisi
10
SEL NOSISEPTIF BERSINAPS DENGAN OTAK TENGAH
MENGAKTIFKAN PELEPASAN NOREPINEPHRINE DAN SEROTONIN
INHIBITOR TRABSMISI NYERI
TRANSMISI NOSISEPTIF MENURUN
MENCEGAH PELEPASAN NEUROTRANSMITTER EKSITATOR SUBSTANSI P DI TERMINAL SARAF
AFFEREN PRIMER
RANGSANGAN BERBAHAYA
PROSUKSI PEPTIDA OPIOID
3.1.C MODULASI
Pada proses modulasi ini terjadi aktivitas sentral yang dapat melemahkan
dan mengontrol sinyal nyeri yang ystem. Aktivitas dalam ystem modulasi
merupakan respon dari rangsangan yang berbahaya sehingga dapat mengurangi
aktivitas transmisi rangsangan nyeri.
Aktivitas modulasi dapat melalui dua mekanisme, yaitu :
1. Sesaat setelah adanya rangsangan yang bersifat berbahaya, maka akan
dengan segera di produksi peptide opoid. Kemudian peptide opoid akan
mencegah pelepasan neurotransmitter eksitator substansi P dari terminal
saraf aferren primer sehingga transmisi dari input nosiseptif akan menurun.
2. Input nosiseptif yang menuju ke atas bersinapsis di dalam otak tengah yang
kemudian akan mengaktifkan pelepasan dari norepinephrine dan serotonin
yang merupakan inhibitor transmisi nyeri.
Skema 3. Modulasi
11
3.1.D Persepsi
Persepsi adalah proses yang subjektif. Persepsi merupakan hasil akhir dari
proses nyeri yang terjadi ketika pesan nyeri mencapai pusat yang lebih tinggi.
Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses
anatomis saja, akan tetapi juga meliputi cognition (pengenalan) dan memory
(mengingat). Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan berhavioral
(perilaku) juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri
tersebut. Proses persepsi ini jugalah yang menjadikan nyeri tersebut suatu
fenomena yang melibatkan multidimensional.
3.2 Teori Tentang Persepsi Nyeri
Teori-teori yang mengemukakan persepsi nyeri adalah teori spesifistas, teori
intensitas, teori pola, dan teori gerbang nyeri.
3.2.1 Teori Spesifistas
Teori spesifistas mengemukakan empat kategori sensasi kulit yang utama:
(1)sentuhan, (2) panas, (3) dingin, dan (4) nyeri. Setiap sensasi pada kulit adalah
hasil stimulasi tempat reseptor nyeri spesifik pada kulit. Stimulasi ujung saraf
reseptor nyeri mempercepat transmisi rangsangan nyeri (melalui serabut A dan C)
ke medula spinalis. Neuron-neuron nyeri membentuk sinaps dalam substansia
gelatinosa dan bertemu dengan bagian lain yang berlawanan dari medula spinalis,
mendaki ke otak melalui traktus spinotalamikus. Rasa nyeri kemudian terjadi di
daerah spesifik dari talamus dan korteks serebri. Menurut teori spesifisitas,
hubungan langsung terjadi antara rangsangan dan persepsi nyeri. Teori ini
mengemukakan adanya reseptor nyeri spesifik pada kulit dan menjelaskan
mengapa kerusakan jaringan yang sebenarnya menyebabkan nyeri, teori ini gagal
untuk menerangkan adaptasi terhadap nyeri dan efek faktor-faktor psikososial
pada persepsi nyeri.
12
3.2.2 Teori Intensitas
Teori intensitas mengemukakan bahwa nyeri berasal dari stimulasi reseptor
nyeri yang berlebihan. Nyeri terjadi jika rangsangan diterapkan dengan intensitas
yang cukup. Stimulasi yang berlebihan terhadap reseptor atau kondisi patologis
yang meningkatkan penyajian terakhir impuls yang dihasilkan oleh rangsangan
nonnoksius dapat menyebabkan nyeri. Teori ini tidak menerangkan rangsangan
yang kuat dari beberapa tempat yang tidak menghasilkan nyeri.
3.2.3 Teori Pola
Teori pola mengemukakan bahwa persepsi nyeri adalah hasil dari intensitas
rangsangan (fungsi dari lama waktu dan jumlah jaringan yang terlibat) dan
penyajian terakhir dari impuls. Menurut teori pola, reseptor nonspesifik
meneruskan pola impuls saraf dari kulit ke medula spinalis. Pola-pola tertentu dari
impuls kemudian dirasakan sebagai nyeri. Teori pola tidak menerangkan adaptasi
terhadap nyeri, tetapi teori ini memberikan banyak faktor yang berkontribusi
terhadap persepsi nyeri.
3.2.4 Teori Gerbang Nyeri
Teori gerbang nyeri menggambarkan bagaimana rangsangan yang merusak
ditransmisikan oleh serabut besar aferen yang bermielin, yang mungkin mencegah
penerusan rangsangan nyeri. Menurut teori ini, impuls nosiseptif diteruskan dari
reseptor kulit khusus ke medula spinalis melalui serabut A besar dan serabut C
kecil. Serabut-serabut ini berakhir di substansia gelatinosa, di akar dorsal dari
sumsum tulang belakang. Sel-sel dalam substansia gelatinosa berfungsi sebagai
gerbang, mengatur penerusan impuls ke SSP. Stimulasi serabut saraf besar
menyebabkan sel-sel dalam substansia gelatinosa "menutup gerbang". Gerbang
yang tertutup menurunkan stimulasi sel-sel pemicu, menurunkan penerusan
impuls, dan mengurangi persepsi nyeri. Stimulasi yang tetap dari serabut saraf
besar menyebabkan terjadinya adaptasi. Ketika adaptasi impuls dari serabut saraf
besar terjadi, hasilnya adalah peningkatan yang relatif dari aktivitas sel-sel saraf
13
kecil. Adaptasi terhadap serabut saraf besar mungkin "membuka gerbang".
Goresan dan getaran mencegah adaptasi serabut saraf besar dan menjaga gerbang
tertutup selama periode waktu yang lama, mengurangi nyeri. Input serabut saraf
besar menghalangi sel-sel dalam substansia gelatinosa dan membuka gerbang.
Gerbang yang terbuka meningkatkan stimulasi sel-sel pemicu, meningkatkan
transmisi impuls, dan mempertinggi persepsi nyeri. Teori gerbang nyeri
menjelaskan mengenai bagaimana harapan personal dan kultural, suasana hati,
dan rasa takut dapat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai nyeri dan
toleransi nyeri. Teori gerbang nyeri menjelaskan bagaimana pengalihan perhatian
(distracction), sedangkan pemusatan perhatian terhadap suatu rangsangan nyeri
dapat menyebabkannya semakin terasa (Corwin, 1997). Dengan demikian, fungsi
kognitif mungkin mengatur persepsi nyeri. interaksi dari sistem kognitif/evaluatif,
motivasional/afektif, dan sensori/diskriminatif menentukan tanggapan nyeri
individu. Teori gerbang nyeri sangat berpengaruh, tetapi teori ini tidak tepat
berkenaan dengan perincian yang spesifik, yaitu adanya hasil eksitasi dan inhibisi
dari serabut saraf C adalah tidak mungkin (McCance dan Huether, 2002).
3.3 Macam Nyeri Pada Regio Facial
3.3.1 Sindrom disfungsi nyeri
Sindrom disfungsi nyeri sendi temporomandibula yang disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain beban pengunyahan pada gigi yang terlalu
besar, penegcilan otot rahang dan ketegangan daei otot-otot pendukung
sendi temporomandibula. Selain itu juga dapat disebabkan oleh sikap
tubuh yang salah, kebiasaan oral yang buruk, kerusakan fascia trauma atau
penyakit. Fascia adalah jaringan fibrosa yang membentuk pembungkus
otot dan berbagai organ tubuh, akibat yang ditimbulkan adalah rasa sakit,
bunyi kliking saat membuka mulut dan kesulian saat akan membuka mulut
dengan lebar.
14
3.3.2 Trigeminal neuralgia
Trigeminal neuralgia merupakan sakit syaraf nomor 5, yaitu saraf kepala
terbesar, tertekan pembuluh darah. Saraf nomor 5 mengatur perasa wajah, terletak
disekitar batang otak. Trigeminal neuralgia (Nyeri Wajah) ditandai oleh nyeri
wajah yang kuat tetapi singkat, menusuk, seperti aliran listrik. Hal ini terjadi
secara spontan atau dapat dipicu oleh sentuhan ringan, gerakan mengunyah, atau
perubahan suhu (contohnya dingin). Penyebab kondisi ini adalah iritasi syaraf
cranial kelima (syaraf Trigeminal) yang bertanggung jawab untuk memberikan
sensasi wajah. Iritasi ini kadangkala disebabkan oleh tumor jinak atau sklerosis
multiple, atau yang biasanya dapat dideteksi dengan MRI otak kualitas tinggi.
3.3.3 Sakit Kepala
Sakit kepala merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi.
Sakit Kepala merupakan ketegangan otot, migren atau nyeri kepala tanpa
penyebab yang jelas. Sakit kepala banyak berhubungan dengan kelainan di mata,
hidung, tenggorokan, gigi, dan telinga. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan
perasaan berdenyut di kepala.
3.3.4 Nyeri Pulpa dan Dentin
Gigi karies merupakan salah satu penyebab terjadinya radang pulpa dan
periapikal yang paling banyak. Nyeri akan timbul apabila rangsang dapat
mencapai ujung sel odontoblast yang ada di batas dentin dengan email (Sigal
Dick, 1984).
Lapisan sel-sel odontoblast yang paling tepi menjorok masuk ke jaringan
dentin, disebut “komplex pulpa dentin”, daerah ini merupakan daerah pertahanan
pulpa gigi yang paling depan.
Apabila rangsangan sudah mencapai pulpa, nyeri dentin dapat berlanjut
menjadi nyeri pulpa. Kemudian terjadi reaksi sistem aliran darah mikro, sistem
15
persarafan mikro dan sistem seluler jaringn pulpa. Proses ini menyebabkan edema
pada pulpa karenan tertanggungnya keseimbangan antara aliran darah yang masuk
dengan yang keluar. Faktor enyebabnya adalah dinding pulpa yang keras dan
kaku. Peristiwa ini mengakibatkan sistem persarafan pulpa terjepit, dan
menimbulkan rasa nyeri hebat, yang dapat mengganggu aktivitas seseorang.
(Avery, 1981)
3.4 Kontrol Pain
Penaganan nyeri dapat di golongkan menjadi 2 golongan yaitu: secara
farmakologik dan non farmakologik.
3.4.1 FARMAKOLOGI
Pengobatan secara farmakologi dilakukan dengan cara memberi obat yang di
masukkan ke dalam tubuh.
a. Analgetik opioid (narkotik)
Merupakan jenis obat yang dapat meredakan nyeri secara efektif karena
dapat meredakan nyeri yang paling kuat. Namun penggunaannya dapat
menimbulkan ketergantungan. Penggunaan obat ini juga memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan diantaranya : dapat menyebabkan
sembelit, kantuk yang berlebihan, memperparah rasa mual. Selain itu pada
penggunaan dosis tinggi obat ini dapat menyebabkan melambatnya laju
pernafasan bahkan koma.
b. Analgetik Non-opioid
Yang digunakan adalah golongan NSAID. Mekanisme kerjanya dibagi
menjadi 2 tahap yaitu mempengaruhhi sistem prostaglandid yang
merupakan penanggung jawab rasa nyeri dan mengurangi peradangan,
pembengkakakn serta iritasi dimana 3 hal tersebut memperburuk rasa
nyeri. Contoh obat yang sering digunakan adalah aspirin, namun efek
samping bila terlalu banyak mengonsumsi adalah terkena iritasi lambung,
mempengaruhi pembekuan darah yang menyebabkan pasca
16
penggunaannya memiliki kecenderungan terjadi perdarahan di seluruh
tubuh.
c. Analgetik adjuvan
Golongan ini di gunakan untuk meredakan nyeri pada keadaan tertentu.
Contoh dari golongan obat ini adalah anti depresi,dan analgetik non
spesifik. Golongan dari obat ini dapat di gunakan untuk mengobati
berbagai jenis nyeri menahun, termasuk nyeri ounggung bagian bawah,
sakit kepala, dan nyeri neuropatik.
3.4.2 NON FARMAKOLOGI
Metode non farmakologik untuk mengendalikan nyeri dapat dibagi
menjadi dua kelompok : terapi dan modalitas fisik serta strategi kognitif-perilaku.
Terapi fisik untuk meredakan nyeri mencakup beragam bentuk stimulasi kulit
(pijat, stimulasi saraf dengan listrik transkutis, akupungtur,, aplikasi panas atau
dingin, olahraga). Sedangkan, startegi kognitif-prilaku bermanfaat dalam
mengubah persepsi pasien terhadap nyeri, dan member pasien perasaan yang lebih
mampu untuk mengendalikan nyeri. Strategi ini mencakup relaksasi, penciptaan
khayalan (imagery), hypnosis, dan biofeedback.
17
BAB IV
KESIMPULAN
Nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkanyang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial,atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Mekanisme nyeri meliputi 4 tahap yaitu, Transduksi, Transmisi, Modulasi,
dan Persepsi
Teori persepsi nyeri meliputi Teori Sensifitas dan Teori Gate Control
Nyeri yang terjadi pada regio oral facial, misalnya Sindrome disfungsi
nyeri, sakit kepala, Neuralgia, Nyeri pulpa dan dentin,
Nyeri bisa ditangani dengan dua cara yaitu :
1) Farmakologi , dibagi 3 golongan : Analgetik opioid, analgetik non-
opioid, analgetik ajuvan
2) Non farmakologi, dibagi menjadi kognitif perilaku (misalnya dengan
teknik distraksi, relaksasi, audioanalgesia,dll) dan modalitas fisik
(misalnya akupuntur)
18
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2.Jakarta:
EGC.Hlm : 123-136.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC. Hlm 1502-1533.
Dorland, W.A.N. 2000. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 7. Diterjemahkan
oleh:11. Hartono, dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, A.C and J.E.Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Diterjemahkan
Oleh 1. Setiawan, dkk. Jakarta. EGC
Walton, Richard E. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Alih Bahasa,
Narlan Suwaninata: Editor edisi bahasa Indonesia. Lilian Juwono. Ed. 3
Jakarta : EGC.
19