Upload
rendong
View
40
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
yang disebabkan oleh kehamilan, melahirkan atau nifas, bukan karena
kecelakaan. Berdasarkan target Millenium Development Goals (MDGs)
Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2015 sebesar 102/100.000
kelahiran hidup (kh). Di Asia AKI sebesar 323/100.000 kh pada tahun
2006 (DepKes RI, 2006). Sedangkan di Indonesia AKI pada tahun 2007
dilaporkan sebanyak 228/100.000 kh; tahun 2008 sebanyak 248/100.000
kh; tahun 2009 sebanyak 226/100.000 kh (SDKI, 2007).
Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se-
Jawa Timur capaian AKI dapat digambarkan sebagai berikut: pada tahun
2008 sebesar 83/100.000 kh; tahun 2009 meningkat sebesar 90,7/100.000
kh; tahun 2010 meningkat lagi sebesar 101,4/100.000 kh; tahun 2011
meningkat sebesar 104,3/100.000 kh; dan di tahun 2012 menurun menjadi
97,43/100.000 kh (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012).
AKI di Kabupaten Jombang tahun 2007 sebanyak 94,5/100.000 kh;
menurun menjadi 80,92/100.000 kh pada tahun 2008; menurun lagi
menjadi 68,76/100.000 kh pada tahun 2009; tahun 2010 meningkat
menjadi 79,34/100.000 kh; tahun 2011 meningkat lagi menjadi
128,5/100.000 kh; tahun 2012 menurun menjadi 102,91/100.000 kh (Profil
Kesehatan Kabupaten Jombang, 2012).
2
Trias penyebab kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (Preeklampsia-Eklampsia), dan infeksi maternal (Bobak, 2004).
Tahun 2010-2012, penyebab kematian ibu yakni terjadi peningkatan pada
faktor PreEklamsia/Eklamsia (PE/E) dan faktor lain-lain, sedangkan faktor
pendarahan dan infeksi mengalami penurunan tiap tahun. Faktor jantung
mengalami kenaikan pada tahun 2011, tetapi pada tahun 2012 mengalami
penurunan. Pada tahun 2012, faktor PE/E masih menjadi faktor dominan
(34,88%) penyebab kematian ibu di Jawa Timur (Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, 2012).
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria(Prawirohardjo,2009). Preeklampsia
merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan
postpartum (Prawirohardjo, 2009).
Angka kejadian preeklampsia menurut World HealthOrganization
(WHO) sekitar 0,51% - 38,4%. Angka kejadian Preeklampsia di Indonesia
cenderung meningkat yaitu 1,0% - 1,5% pada sekitar 1970-1980
meningkat menjadi 4,1% - 14,3% pada sekitar 19902000 (Safoewan,
2003).Menurut LKI (Laporan Kematian Ibu) Kabupaten/Kota se-Jawa
Timur angka kejadian Preeklampsia/Eklampsia tahun 2010 sebesar
26,92%, meningkat menjadi 27,27% pada tahun 2011, dan meningkat lagi
sebesar 34,88% pada tahun 2012 (Profil Kesehatan Provinsi Jatim, 2012).
Berdasarkan data dari PONEK RSUD Jombang kejadian preeklampsia
pada tahun 2012 sebanyak 301 orang dengan rincian PEB sebanyak 197
orang dan PER sebanyak 104 orang. Tahun 2013 sebanyak 310 orang
3
dengan rincian PEB sebanyak 181 orang dan PER sebanyak 129 orang.
Sedangkan data terakhir tahun 2014 pada bulan Januari dan Februari
sebanyak 38 orang yakni PEB sebanyak 20 orang dan PER sebanyak 18
orang (Data RSUD Jombang, 2014).
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah
terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab
penyakit ini, tapi tidak ada yang memberikan jawaban memuaskan
(Wiknjosastro, 2006). Walaupun demikian, didapatkan faktor risiko
penyebab preeklampsia yaitu: (1)Umur yang ekstrim, (2)Primigravida,
(3)Primipaternitas, (4)Hiperplasentosis, misalnya molahidatidosa,
kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar,
(5)Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil,
(6)Obesitas, (7)Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
(Prawirohardjo, 2009).
Riwayat preeklampsia-eklampsia pada ibu atau nenek penderita,
faktor resiko meningkat sampai 25% (Dewi,dkk., 2011). Telah terbukti
bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya
akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 6% anak menantu
mengalami preeklampsia (Prawirohardjo, 2009).
Menurut Lie et al (1998) menyimpulkan bahwa ada hubungan
genetik yang telah ditegakkan, riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meningkatkan resiko preeklampsia 4 sampai 8 kali (Chapman,
2006).
4
Sedangkan Chesley dan Chooper (1986) mempelajari saudara,
anak, cucu dan menantu perempuan dari wanita penderita preeklampsia
yang melahirkan di Margareth Hague Maternity Hospital selama jangka
waktu 49 tahun, yaitu dari tahun 1935 sampai 1984. Mereka
menyimpulkan bahwa preeklampsia-eklampsia bersifat sangat diturunkan,
dan bahwa model gen tunggal dengan frekuensi 0,25 paling baik unuk
menerangkan hasil pengamatan ini; namun demikian, pewarisan
multifaktorial juga dipandang mungkin (Cunningham, 2006).
Sibai (1991a) menemukan adanya frekuensi preeklampsia dan
eklampsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklampsia,
yang menunujukkan gen resesif autosom yang mengatur respon imun
maternal. Anak wanita dan saudara wanita ibu preeklampsia memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk terkena preeklampsia daripada ibu yang
tidak memiliki riwayat preeklampsia pada keluarganya (Obrien, 1992
dalam Bobak, 2004).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Nuril MA, dkk di
RSUD dr. Sayidiman Magetan tahun 2011 dapat disimpulkan bahwa ibu
yang memiliki riwayat keturunan preeklampsia mempunyai risiko terjadi
preeklampsia 4 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat
keturunan preeklampsia.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rozikhan (2007) di
Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal dapat disimpulkan bahwa ibu
hamil yang mempunyai keturunan preeklampsia mempunyai resiko 7 kali
5
untuk terjadi preeklampsia berat dibandingkan dengan seorang ibu hamil
yang tidak ada riwayat keturunan preeklampsia.
Untuk memenuhi target MDGs mengenai penurunan AKI tahun
2015 sebanyak 102 per 100.000 kh, maka diperlukan kerja keras yakni
perlu adanya antisipasi terhadap faktor resiko yang dapat menyebabkan
kematian. Caranya adalah melakukan ANC sesuai standar minimal 4 kali
selama hamil, masing-masing sekali pada trimester I dan II, dan dua kali
pada trimester III. Dengan ANC secara teratur dan sejak awal kehamilan
diharapkan deteksi dini preeklampsia dapat meminimalisir kemungkinan
komplikasi bagi ibu dan janin (Wiknjosastro, 2006). Perlu juga adanya
pendidikan kesehatan secara intensif untuk melakukan sosialisasi tentang
pentingnya pencegahan, deteksi dini serta beberapa risiko yang dapat
ditimbulkan dari kejadian preeklampsia. Diharapkan ibu juga mampu
melakukan pencegahan faktor risiko terhadap dirinya sejak sebelum masa
kehamilan (Rozikhan, 2007). Selain itu juga dilakukan upaya pencegahan
nonmedikal dan medikal (Prawirohardjo, 2009).
Berdasarkan masalah tersebut diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga
denganKejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang karena angka
kejadian Preeklampsia tertinggi di Kabupaten Jombang dan merupakan
Rumah Sakit rujukan.
1.2 Identifikasi Masalah
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian maternal.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
6
Tetapi didapatkan faktor risiko penyebab preeklampsia yakni umur yang
ekstrim, primigravida, primipaternitas, hiperplasentosis, molahidatidosa,
kehamilan multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar, penyakit-
penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, obesitas dan
riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia pada kehamilan yang
lalu. Faktor riwayat preeklampsia pada keluarga disebabkan oleh gen
resesif tunggal atau gen dominan yang bersifat multifaktorial yang secara
otomatis dapat diwariskan pada anggota keluarga sehingga semakin
banyak penderita preeklampsia dan ancaman kematian maternal semakin
meningkat pula, maka dari itu penulis tertarik untuk mengetahui hubungan
riwayat preeklampsia dengan kejadian preeklampsia.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah Hubungan
Riwayat Preeklampsia pada Keluarga dengan Kejadian Preeklampsia di
PONEK RSUD Jombang?.
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, batasan masalah hanya pada ibu
hamil yang mengalami preeklampsia di PONEK RSUD Jombang.
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Menganalisa Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga
dengan Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang.
7
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Riwayat Preeklampsia pada Keluarga di PONEK
RSUD Jombang.
2. Mengidentifikasi Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang.
3. Menganalisa Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga dengan
Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang .
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka
menurunkan angka kematian pada ibu dan mencegah terjadinya
preeklampsia.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pola pikir ilmiah sehingga peneliti mampu
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki di lapangan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian
lebih lanjut bagi yang membutuhkannya.
3. Bagi Institusi Kesehatan
Meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar agar angka mortalitas
ibu menurun dan dapat meningkatkan program kesehatan ibu hamil.
4. Bagi Responden
Sebagai informasi tentang Kejadian Preeklampsia terutama faktor
resiko yang dapat menyebabkannya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Riwayat
2.1.1 Definisi Riwayat
Riwayat adalah turun-menurun; warisan; sejarah; (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2005).
2.1.2 Komponen Riwayat Kesehatan Keperawatan
Menurut Kozier (2009) komponen riwayat kesehatan keperawatan
antara lain :
1. Data Demografi
Meliputi : nama klien, alamat, usia, jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan, agama yang dianut, biaya perawatan kesehatan, dan sumber
perawatan medis yang biasanya.
2. Keluhan Utama atau Alasan Kunjungan
Keluhan yang dirasakan klien sampai datang ke rumahsakit atau klinik
untuk mencari bantuan medis.
3. Riwayat Penyakit Saat ini
Meliputi : kapan gejala mulai muncul, awitan gejala datang tiba-tiba
atau bertahap, seberapa sering masalah terjadi, lokasi yang terganggu,
aktivitas yang dilakukan klien saat terjadi masalah, faktor yang
memperburuk atau meringakan masalah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi : riwayat penyakit masa kanak-kanak, riwayat imunisasi,
alergi terhadapa obat, binatang, atau agen lingkungan lainnya.
8
9
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk memastikan faktor risiko terhadap penyakit tertentu, usia,
saudara kandung, orang tua dan kakek-nenek serta status kesehatan saat
ini atau (jika mereka telah meninggal) penyebab kematian harus
didapatkan. Perhatian khusus harus diberikan terhadap gangguan seperti
penyakit jantung, kanker, diabetes, hipertensi, obesitas, alergi, artritis,
tuberkulosis, perdarahan, alkoholisme, dan tiap gangguan kesehatan
mental.
6. Gaya Hidup
a. Kebiasaan pribadi, meliputi : jumlah/ frekuensi dan durasi
penggunaan zat kimia, tembakau, alkohol, kopi, kola, teh, dan obat-
obatan terlarang.
b. Diet : penjelasan jenis diet tipikal pada hari biasa atau adnya diet
khusus, jumlah makanan dan kudapan setiap hari.
c. Pola tidur atau istirahat : kebiasan waktu bangun/ tidur, kesulitan
tidur dan bat-obatan yang digunakan untuk menangani kesulitan
tidur tersebut.
d. Aktivitas harian : tiap kesulitan yang dialami dalam aktivitas dasar
eperti makan, berpakaian, berhias, eliminasi, dan lokomosi.
e. Rekreasi/ hobi : aktivitas olahraga dan toleransinya, hiburan lainnya.
7. Data Sosial
Meliputi : hubungan keluarga atau teman, afiliasi etnis, riwayat
pendidikan, riwayat pekerjaan, status ekonomi.
10
2.2 Konsep Riwayat Preeklampsia pada Keluarga
2.2.1 Definisi Riwayat Medis / KesehatanKeluarga
Riwayat medis keluarga adalah adanya sifat genetik atau penyakit
yang pernah dialami dan cenderung menurun menurut garis darah,
kebiasaan dan pajanan pada penyakit menular yang dapat mempengaruhi
anggota keluarga (Marcia, 2007).
Riwayat kesehatan keluarga adalah identifikasi penyakit tertentu
yang pernah diderita dan diwariskan kerabat tingkat pertama (orang tua,
saudara kandung, anak), dan kerabat tingkat kedua (kakek, nenek, cucu,
paman dan bibi, keponakan laki-laki dan perempuan (Wheeler, 2003).
2.2.2 Definisi Riwayat Preeklampsia pada Keluarga
Riwayat Preeklampsia pada keluarga adalah penyakit yang
berhubungan dengan tekanan darah tinggi disertai proteinuria selama masa
hamil yang lalu pada keluarga, signifikan pada ibu atau saudara
perempuan (Wheeler,2003).
Riwayat preeklampsia pada keluarga adalah riwayat preeklampsia
pada kehamilan yang lalu dalam keluarga (Mitayani, 2009).
2.2.3 Keluarga yang dapat mewarisi preeklampsia
Menurut Chesley dan Cooper (1986) dalam Cunningham (2006),
seorang wanita yang menderita preeklampsia diwarisi dari keluarganya :
1. Ibu kandung
2. Nenek
3. Saudara perempuan
4. Mertua perempuan
11
2.3 Konsep Preeklampsia
2.3.1 Pengertian Pre-Eklampsia
Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktifitas endotel yang
ditandai dengan proteinuria dan hipertensi (Cunningham, 2006).
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria. Hipertensi yang dimaksud adalah
tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90mmHg, pengukuran tekanan
darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan darah
sistolik 30 mmHg dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg sebagai
parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi. Adapun proteinuria adalah
300 mg protein dalam urine selama 24 jam atau sama dengan 1+ dipstick.
Dan Edema, dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda
preeklampsia, tetapi sekarang tidak dipakai lagi kecuali edema generalisata
(anasarka) (Prawirohardjo, 2009).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi pada triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2006).
Preeklampsia didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi pada
paruh kedua kehamilan dan mengalami regresi setelah pelahiran, ditandai
dengan kemunculan sedikitnyadua dari tiga tanda utama yaitu :hipertensi,
edema, dan proteinuria (North et al, 1999, Higgins & de Swiet 2001 dalam
Billington, Mary, dkk., 2009).
12
2.3.2 Patofisiologi Preeklampsia
Menurut Wiknjosastro (2006) penyebab preeklampsia sampai
sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba
menerangkan sebab musababnya, tetapi tidak ada yang memberikan
jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima, harus dapat
menerangkan hal-hal berikut :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus.
4. Sebab jarangnya trjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
Sedangkan menurut Prawirohardjo (2009) penyebab hipertensi
kehamilan sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori
telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi
tidak satupun teori yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang
banyak dianut adalah :
1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran
darah dari cabang-cabang arteri uterina dan ovarika. Kedua pembuluh
darah tersebut menembus miometrium melewati arteri arkuarta, radialis
dan menembus endometrium melewati arteri basalis, spiralis.
13
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis,
jaringan matriks menjadi gembur danmemudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi dan dilatasi, sehinggamemberi dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran
darah pada daerah uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah janin cukup
banyak dan perfusi jaringan meningkat, sehingga dapat menjamin
pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan remodelling
arteri spiralis.
Pada hipertensi dalam kehamilan, proses diatas tidak terjadi.
Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi
kegagalan remodelling arteri spiralis, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
Padahipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan remodelling
arteri spiralis, akibatnya plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang
mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut
juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa
penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai elektron tidak
berpasangan.
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan adalah radikal
hidroksil yang sangat toksik, khususnya terhadap membran sel endotel
pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel yang
14
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak akan merusak membran sel, juga akan merusak
nukleus, dan protein sel endotel. Disfungsi sel endotel akan
mengakibatkan gangguan metabolisme prostaglandin, agregasi sel-sel
trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan, perubahan
sel endotel pada glomerulus, peningkatan permeabilitas kapiler,
peningkatan bahan-bahan vasopresor dan peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin.
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak
adanya hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya
Human Leukocyte Antigen Protein G (HLA-G), sehingga plasenta dapat
melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu
dan mempermudah invasi sel trovoblas ke dalam jaringan desidua ibu.
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan
ekspresi HLA-G sehingga menghambat infasi trovoblas ke jaringan
desidua, merangsang produksi sitikon yang menyebabkan mudahnya
terjadi reaksi inflamasi dan kemungkinan terjadi Immune
Maladaptation pada preeklampsia.
4. Teori Adaptasi Kardiovaskuler.
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-
bahan vasopresor. Refrakter seperti pembuluh darah tidak peka
terhadap rangsangan bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar
vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon vasokonstriksi.
Terjadinya refrakter tersebut akibat dilindungi oleh adanya sintesis
15
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan
bahwa daya refrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi
prostaglandin sintesa inhibitor. Prostaglandin ini dikemudian hari
ternyata adalah prostasiklin.
5. Teori Genetik.
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal.
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti
bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak
perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya
6% anak menantu mengalami preeklampsia.
6. Teori Defisiensi Gizi (Teori Diet)
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan
defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan,
termasuk minyak hati halibut dapat mengurangi risiko
preeklampsia.Minyak ikan banyak mengandung asam lemak yang tidak
jenuh yang dapat menghambat tromboksan, menghambat aktivasi
trombosit, dan mencegah vasokontriksi pembuluh darah.
Beberapa peneliti menganggap bahwa defisiensi kalsium pada
perempuan hamil mengakibatkan terjadinya preeklampsia-eklampsia.
Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi
suplemen kalsium cukup, kasus yang mengalami preeklampsia 14%
sedang yang diberi glukosa 17%.
16
7. Teori Stimulus Inflamasi.
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas
didalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses
inflamasi.
Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam
batas wajar, sehingga batas inflamasi juga masih normal. Berbeda
dengan proses apoptosis dalam preeklampsia, dimana pada
preeklampsia terjadi peningkatan stres oksidatif, sehingga produksi
debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak
sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda,
maka reaksi stres oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa
debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan
beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar,
dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal.
Sedangkan menurut Cunningham (2006), vasospasme merupakan
dasar patofisiologi preeklampsia-eklampsia. Penyempitan vaskuler
menyebabkan hambatan aliran darah dan menerangkan proses terjadinya
hipertensi arterial. Kemungkinan vasospasme membahayakan pembuluh
darah sendiri, karena peredaran darah dalam vasa vasorum terganggu,
sehingga terjadi kerusakan vaskuler. Pelebaran segmental, yang biasanya
disertai penyempitan arteriol segmental, mungkin mendorong lebih jauh
timbulnya kerusakan vaskuler mengingat keutuhan endotel dapat
tergangguoleh segmen pembuluh darah yang melebar dan teregang. Lebih
lanjut angiotensin II tampaknya mempangaruhi langsung sel endotel
17
dengan membuatnya berkontraksi. Semua faktor ini dapat menimbulkan
kebocoran sel antar-endotel, sehingga melalui kebocoran tersebut unsur-
unsur pembentuk darah seperti trombosit dan fibrinogen tertimbun pada
lapisan sub-endotel (Bruner dan Gavras, 1975). Perubahan vaskuler yang
disertai dengan hipoksia pada jaringan tempat dan sekitarnya, diperkirakan
menimbulkan perdarahan, nekrosis dan kelainan organakhir lainnya yang
sering dijumpai pada preeklampsia berat (McKay, 1965).
2.3.3 Faktor Risiko Pre Eklampsia
Menurut Prawirohardjo (2009) faktor risiko terhadap hipertensi
kehamilan/ preeklampsia adalah :
1. Umur yang Ekstrim.
2. Primigravida.
3. Primipaternitas.
4. Hiperplasentosis, misalnya molahidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
5. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/ eklampsia.
6. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.
7. Obesitas.
2.3.4 Manifestasi Klinis Pre-Eklampsia
Menurut Cunningham (2006) aspek klinis preeklampsia antara lain :
1. Kenaikan Tekanan Darah
Kenaikan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol,
sehingga tidak mengherankan bila tanda peringatan awal yang paling
bisa diandalkan adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan darah
18
sistolik dan diastolik 140/90mmHg. Pengukuran tekanan darah
sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
2. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului
serangan preeklampsia, bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan
merupakan tanda pertama pada sebagian wanita. Kenaikan berat badan
terutama disebabkan oleh retensi cairan. Peningkatan berat badan 1 pon
(0,45 kg) per minggu adalah normal, tetapi bila melebihi 2 pon dalam
semingguatau 6 pon dalam satu bulan, maka kemungkinan
preeklampsia harus dicurigai.
3. Proteinuria
Derajat proteinuria sangat bervariasi, pada preeklampsia awal mungkin
hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang
paling berat, proteinuria dapat ditemukan dan dapat mencapai 10gr/lt.
4. Nyeri Kepala
Nyeri kepala jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering
terjadi pada kasus-kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa
pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan
pemberian analgesik biasa.
5. Nyeri Epigastrium
Nyeri epigastrium atau nyeri kudran kanan atas merupakan keluhan
yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat menunjukkan
serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini disebabkan oleh
regangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
19
6. Gangguan Penglihatan
Bermacam-macam gangguan penglihatan, mulai dari pandangan yang
sedikit kabur, skotoma hingga kebutaan sebagian atau total, dapat
menyertai preeklampsia. Gangguan ini mungkin disebabkan oleh
vasospasme, iskemia dan perdarahan petikie pada korteks oksipital
(Brown dkk.,1988 dalam Cunningham, 2006).
2.3.5 Pencegahan Preeklampsia
Menurut Prawirohardjo (2009) yang dimaksud pencegahan ialah
upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada wanita hamil yang
mempunyai resiko terjadinya preeklampsia. Pencegahan dapat dilakukan
dengan cara :
1. Pencegahan dengan nonmedikal
Pencegahan nonmedikal adalah pencegahan dengan tidak
memberikan obat. Cara yang paling sederhana adalah melakukan tirah
baring. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan bagi mereka yang
mempunyai risiko tinggi terjadinya preeklampsia meskipun tirah baring
tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia dan mencegah
persalinan preterm.
Hendaknya juga melakukan diet ditambah suplemen yang
mengandung (a) minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak
jenuh, misalnya omega-3 PUFA, (b) antioksidan: vitamin C, vitamin E,
-karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, asam lipoik, dan (c) elemen logam
berat: zinc, magnesium, kalsium.
20
2. Pencegahan dengan medikal
Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat
meskipun belum ada bukti yang kuat dan shahih, diantaranya :
a. Pemberian diuretik, tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia
bahkan memperberat hipovolemia.
b. Antihipertensi, tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia.
c. Pemberian kalsium : 1.500-2.000mg/hari dapat dipakai sebagai
suplemen pada risiko tinggi preeklampsia.
d. Pemberianzinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/ hari.
e. Obat antitrombotik, yang dianggap dapat mencegah preeklampsia
ialah aspirin dosis rendah rata-rata dibawah 100 mg/hari, atau
dipiridhamole.
f. Dapat juga diberikan obat-obat antioksidan, misalnya vitamin C,
vitamin E, -karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, asam lipoik.
Selain itu pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya. Perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan
adanya faktor-faktor predisposisi. Walaupun timbulnya preeklampsia tidak
dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan
pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang
baik pada wanita hamil (Wiknjosastro, 2006).
21
Perlu juga adanya pendidikan kesehatan secara intensif untuk
melakukan sosialisasi tentang pentingnya pencegahan, deteksi dini serta
beberapa risiko yang dapat ditimbulkan dari kejadian preeklampsia.
Diharapkan ibu juga mampu melakukan pencegahan faktor risiko terhadap
dirinya sejak sebelum masa kehamilan (Rozikhan, 2007).
2.3.6 Penanganan Preeklampsia
Menurut Wiknjosastro (2006) pengobatan hanya dapat dilakukan
secara simptomatis karena etiologi preeklampsia dan faktor-faktor apa
dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum diketahui.
Tujuan utama penanganan adalah:
1. Mencegah terjadinya preeklampsia berat dan eklampsia.
2. Melahirkan janin hidup.
3. Melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan preeklampsia terdiri pengobatan medik dan
penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan
bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam
kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus.
2.3.7 Klasifikasi Preeklampsia
Menurut Prawirohardjo (2009) Pre-Eklampsia dibagi 2 yaitu :
1. Pre-Eklampsia Ringan (PER)
a. Definisi
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan
dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
22
b. Diagnosis
Diagnosis preeeklampsia ringan ditegakkan berdasarkan atas
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah
kehamilan 20 minggu.
1) Hipertensi: sistolik/diastolik 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik
30 mmHg dan kenaikan diastolik 15 mmHg tidak dipakai lagi
sebagai kriteria preeklampsia.
2) Proteinuria: 300 mg/24 jam atau 1+ dipstik.
3) Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,
kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
c. Manajemen umum preeklampsia ringan.
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit,
makaselalu dipertanyakan, bagaimana:
1) Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau
terapi medikamentosa.
2) Sikap terhadap kehamilanya, berarti mau diapakan kehamilan ini :
a) Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?
Disebut perawatan kehamilan konservatif atau ekspektatif.
b) Apakah kehamilan diakhiri (diterminasi)?
Disebut perawatan kehamilan aktif atau agresif.
d. Tujuan utama preeklampsia
Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah
gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat.
23
e. Rawat jalan (ambulatoir)
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara
rawat jalan. Dianjurkan ibu hamli banyak istirahat ( berbaring/ tidur
miring), tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring.
Pada umur kehamilan diatas 20 minggu, tirah baring dengan
posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inferior,
sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah
jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ
vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi
glomeruli dan meningkatkan diuresis. Diuresis dengan sendirinya
akan meningkatkan ekskresi natrium, menurunkana reaktivitas
kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah
jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim.
f. Rawat inap ( dirawat di rumah sakit).
Pada keadaan tertentu, ibu hamil dengan preeklampsia ringan
perlu dirawat di rumah sakit. Kriteria preeklampsia ringan yang perlu
dirawat dirumah sakit adalah :
1) Tidak ada perbaikan padatekanan darah, kadar protein selama 2
minggu.
2) Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat.
Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa
pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi
pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion. Pemeriksaan nonstress
24
test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi dengan bagian mata,
jantung dan lain-lain.
g. Perawatan Obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilan.
Menurut Williams, kehamilan preterm adalah kehamilan
antara 22 miggu sampai 37 minggu.
1) Pada kehamilan preterm (37 minggu), persalinan ditunggui sampai
onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat
dilakukan secara spontan; bila perlu memperpendek kala II.
2. Pre-Eklampsia Berat (PEB)
a. Definisi
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah
sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg
disertai proteinuria lebih 5 gr/24 jam.
b. Diagnosis
Preeklampsia digolongkan menjadi preeklampsia berat, bila
ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :
1) Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekana darah diastolik
110 mmHg; tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu
hamil sudah dirawat dirumah sakit dan sudah menjalani tirah
baring.
25
2) Proteinuria 5 mg/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
4) Kenaikan kadar kreatinin plasma.
5) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
6) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(akibat teregangnya kapsula Glisson).
7) Edema paru-paru dan sianosis.
8) Hemolisis mikroangiopatik.
9) Trombositopenia berat:
26
d. Perawatan dan Pengobatan Preeklampsia Berat.
Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup
pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan pelayanan,
pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat
yang tepat untuk persalinan.
e. Monitoring selama di rumah sakit.
Pemeriksaan sangat teliti dan diikuti dengan observasi harian
tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri
epigastrium dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu
dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria,
pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan USG dan NST.
f. Manajemen umum perawatan preeklampsia berat.
Perawatan preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan
preeklampsia ringan, dibagi mejadi dua unsur:
1) Sikap terhadap penyakitnya yaitu pemberian obat-obatan atau
terapi medisinalis.
a) Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit
untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring ke satu sisi
(kiri).
b) Pemberian obat anti kejang.
c) Diuretikum.
d) Obat antihipertensi
e) Glukokortikoid.
27
2) Sikap terhadap kehamilannya adalah :
a) Aktif (agressif management): berarti kehamilan segera
diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian
pengobatan medikamentosa.
b) Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap
dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan
medikamentosa.
2.3.8 Komplikasi Preeklampsia
Menurut Mitayani (2009) komplikasi preeklampsia sebagai berikut:
1. Pada ibu
a. Eklampsia.
b. Solusio plasenta.
c. Perdarahan subkapsula hepar.
d. Kelainan pembekuan darah (DIC).
e. Sindrom HELLP (Hemolisis,Elevated,Liver, enzymes, dan Low
Platelet count).
f. Ablasio retina.
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b. Prematur.
c. Asfiksia neonatorum.
d. Kematian dalam uterus.
28
2.4 Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga dengan kejadian
Preeklampsia
Riwayat Preeklampsia pada keluarga adalah penyakit yang
berhubungan dengan tekanan darah tinggi disertai proteinuria selama masa
hamil yang lalu pada keluarga, signifikan pada ibu atau saudara
perempuan (Wheeler,2003).
Kecenderungan untuk preeklampsiaeklampsia akan diwariskan.
Chesley dan Chooper (1986) dalam Cunningham (2006)mempelajari
saudara, anak, cucu dan menantu perempuan dari wanita penderita
preeklampsia yang melahirkan di Margareth Hague Maternity Hospital
selama jangka waktu 49 tahun, yaitu dari tahun 1935 sampai 1984. Mereka
menyimpulkan bahwa preeklampsia-eklampsia bersifat sangat diturunkan,
dan bahwa model gen tunggal dengan frekuensi 0,25 paling baik unuk
menerangkan hasil pengamatan ini; namun demikian, pewarisan
multifaktorial juga dipandang mungkin.
Penyakit yang diturunkan secara dominan dan disebabkan oleh gen
tunggal akan ditransformisikan dari generasi yang satu ke generasi
berikutnya dalam suatu garis keturunan langsung, sehingga setiap individu
yang terkena mempunyai orangtua yang terkena dan tidak ada generasi
yang lolos dari keadaan ini. Ada kemungkinan 50% bahwa anak dengan
salah satu orangtua terkena, akan terkena juga. Anak yang terkena itu
selanjutnya akan meneruskan cacat tersebut kepada separuh dari
keturunannya (Cunningham, 2006).
29
Seperti dibicarakan diatas, kecenderungan untuk menderita
preeklampsia akan diwariskan. Cooper dan Liston (1979) memeriksa
kemungkinan kerentanan terhadap preeklampsia yang diturunkanmelalui
suatu gen resesif tunggal. Mereka menghitung frekuensi kehamilan
pertama anak perempuan dari wanita yang menderita eklampsia dengan
menantu perempuan berfungsi sebagai kontrol. Frekuensi yang mereka
hitung sangat mendekati frekuensi yang diamati secara nyata oleh Chesley
dkk. (1968) pada anak dan menantu perempuan dari wanita yang
menderita preeklampsia. Selanjutnya Chesley dan Cooper(1986)
menganalisis kembali data-data Chesley yang luas dan menyimpulkan
bahwa hipotesis gen tunggal sangat sesuai, tetapi pewarisan yang bersifat
multifaktorial tidak dapat dikesampingkan (Cunningham, 2006).
Warisan genetik pada kehamilan dengan hipertensi dapat
didasarkan pada gen resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi
yang tidak lengkap. Preeklampsia selama kehamilan dari ibu merupakan
faktor risiko terjadinya preeklampsia selama kehamilan anak
perempuannya (Cooper & Liston, 1979 dalam Robert dan Cooper, 2001).
Sibai (1991a) dalam Bobak (2004)menemukan adanya frekuensi
preeklampsia dan eklampsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki
riwayat eklampsia, yang menunjukkan gen resesif autosom yang mengatur
respon imun maternal. Ada faktor keturunan dan familial dengan model
gen tunggal. Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin.
30
2.5 Konsep Teori Keperawatan Betty Neuman
Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman ini adalah
model konsep Health Care System yaitu suatu model konsep yang
menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan
penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel
atau normal maupun resistan.
Gambar 2.1 Model keperawatan Betty Neuman (Paula, 2009)
31
Keyakinan menurut Neuman :
1. Keperawatan: membantu klien ke arah stbilitas melalui pengurangan
faktor-faktor stres dan megubah kondisi-kondisi yang mengurangi
fungsi optimum.
2. Klien: individu, keluarga, atau kelompok dengan stressor yang
teridentifikasi atau terduga yang dapat mengganggu kesejahteraan
normal atau kestabilan sistem.
3. Kesehatan: garis normal pertahanan dalam keadaan stabil yang dinamis
yang bervariasi dengan jumlah simpanan energi yang tersedia dan / atau
yang digunakan untuk mempertahankan kestabilan sistem.
4. Lingkungan: stressor internal dan eksternal dan faktor-faktor resistensi
yang mengelilingi klien saat itu; pengaturan tempat perawat-klien tidak
digambarkan.
Neuman menguraikan intervensi keperawatan menjadi tiga tingkat
pencegahan : primer, sekunder, tersier.
1. Pencegahan primer meliputi berbagai tindakan keperawatan untuk
mengurangi kemungkinan berhadapan dengan stressor dan menguatkan
garis fleksibel pertahanan.
2. Pencegahan sekunder meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat
menemukan kasus awal dan pengobatan gejala.
3. Pencegahan tersier dapat meliputi readaptasi, reedukasi untuk
mencegah kekambuhan dimasa mendatang dan pemeliharaan
kestabilan.
32
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur)
melalui penelitian yang dimaksud (Soekidjo, 2010).
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berhubungan
: Berhubungan tetapi tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hubungan Riwayat Preeklampsia pada
Keluarga dengan Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD
Jombang
Faktor Predisposisi :
1. Usia
2. Primigravida
3. Primipaternitas
4. Hiperplasentosis, misalnya
molahidatidosa, kehamilan multipel,
diabetes mellitus, hidrop fetalis, bayi
besar
5. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/
eklampsia
6. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi
yang sudah ada sebelum hamil
7. Obesitas
Pencegahan Primer
Preeklampsia
1. Preeklampsia Ringan 2. Preeklampsia Berat
Pencegahan Sekunder
1. Sikap terhadap penyakitnya yakni terapi medisinalis
a. Obat antihipertensif b. Obat diuretik c. Glukokortikoid
2. Sikap terhadap kehamilannya a. Perawatan konservatif (ekspektatif) b. Perawatan aktif (agressif)
Pencegahan Tersier
1. Terminasi kehamilan
33
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H1 diterima, H0 ditolak : ada hubungan riwayat preeklampsia pada keluarga
dengan kejadian preeklampsia di PONEK RSUD
Jombang.
H1 ditolak,H0 diterima: tidak ada hubungan riwayat preeklampsia pada
keluarga dengan kejadian preeklampsia di
PONEK RSUD Jombang.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang
memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi validiti suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk peneliti
dalam perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan atau
menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2013).
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian analitik korelasi. Penelitian analitik yaitu penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena
atau antara faktor risiko dengan faktor efek (Soekidjo, 2010). Sedangkan
penelitian korelasi adalah penelitian atau penelaahan hubungan antara dua
variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Untuk mengetahui
korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut diusahakan
dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian
diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat
apakah ada hubungan antara keduanya (Soekidjo, 2010).
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi retrospektif (retrospective study). Studi retrospektif adalah penelitian
yang melihat ke belakang, artinya pengumpulan data dimulai dari efek
atau akibat yang terjadi. Kemudian dari efek tersebut ditelusuri ke
belakang tentang penyebabnya (Soekidjo, 2010).
34
35
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian hingga
analisis datanya (Hidayat, 2010).
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Riwayat Preeklampsia pada
Keluarga dengan Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang
Populasi
Semua Ibu hamil yang menderita preeklampsia pada 9 April-14 Mei
tahun 2014 di PONEK RSUD Jombang berjumlah 35 orang
Sampling
Total sampling
Pengumpulan data
Wawancara dan buku KIA
Sampel
Semua Ibu hamil yang menderita preeklampsia di PONEK RSUD Jombang
berjumlah 35 orang
Pengolahan dan Analisa Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating dan Analisis uji Mann-Whitney
Kesimpulan dan Saran
Variabel yang Diteliti
Riwayat preeklampsia pada keluarga dan Preeklampsia
Desain Penelitian
Analitik korelasi dengan pendekatan studi retrospektif
Penyusunan proposal
36
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Soekidjo, 2010).Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu
hamil aterm yang mengalami preeklampsia di PONEK RSUD Jombang
pada 9 April 14 Mei tahun 2014 sebanyak 35 orang.
3.3.2 Sampel
Objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dalam
penelitian tersebut (Soekidjo, 2010).
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu preeklampsia yang
mengalami preeklampsia di PONEK RSUD Jombang sebanyak 35 orang.
3.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini
menggunakan totalsampling yakni pengambilan sampel yang dilakukan
dengan mengambil semua responden sesuai dengan konteks penelitian
(Soekidjo, 2010).
3.4 Identifikasi Variabel, Cara Pengukuran dan Definisi Operasional
Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang
didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi
suatu penelitian (Nursalam, 2013).
37
3.4.1 Variabel Independen (Bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan
variabel lain (Nursalam, 2013).Dalam penelitian ini variabel
independennya adalah Riwayat Preeklampsia pada keluarga.
3.4.2 Variabel Dependen (Terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel
lain. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati
dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau
pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013).Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kejadian preeklampsia.
3.4.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel
yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan (Soekidjo, 2010).
38
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Riwayat Preeklampsia pada Keluarga
dengan Kejadian Preeklampsia di PONEK RSUD Jombang
No Variabel Definisi
Operasional Parameter
Alat
Ukur Skala Kategori
1. Variabel
Independen
Riwayat
Preeklampsia
pada Keluarga
Keluarga
pernah
menderita
penyakit
hipertensi
disertai
dengan
proteinuria
pada usia
kehamilan
>20 minggu
pada
kehamilan
yang lalu.
Seorang wanita
yang menderita
preeklampsia
diwarisi
keluarganya
yaitu :
1. Ibu kandung 2. Nenek 3. Saudara
perempuan
4. Mertua perempuan
W
A
W
A
N
C
A
R
A
N
O
M
I
N
A
L
1. Ya : skor 1
2. Tidak : skor 0
Total skor 0 :
tidak ada
riwayat
Total skor 1 :
ada riwayat
2. Variabel
dependen
Preeklampsia
Penyakit
dengan tanda-
tanda
hipertensi dan
proteinuria
pada
kehamilan
usia > 20
minggu.
1. Preeklampsia
Ringan
a. TD:
140/90
mmHg.
b. Proteinuria:
300 mg/24
jam atau 1+
dipstik.
2. Preeklampsia
Berat
a. TD :
160/110
mmHg.
b. Proteinuria
5 g/24jam
atau 3+
dipstik.
B
U
K
U
K
I
A
I
B
U
O
R
D
I
N
A
L
1. Preeklampsia
Ringan
2. Preeklampsia
Berat
39
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PONEK RSUD Jombang mulai 9 April-
14 Mei tahun 2014.
3.6 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.6.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk
mengumpulkan data yang akan dilakukan penelitian (Hidayat, 2010).
Proses pengumpulan data :
a. Mengurus perizinan surat pengambilan data dan surat pengantar
penelitiaan kepada institusi pendidikan STIKES PEMKAB Jombang.
b. Mengurus perizinan surat pengambilan data dan surat pengantar
penelitian ke RSUD Jombang.
c. Mencari responden ke PONEK RSUD Jombang.
d. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila
bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani
informed consent.
e. Melakukan penelitian kepada responden dengan cara mewawancarai
dan mengobservasi buku KIA.
f. Setelah data terkumpul kemudian dianalisa dan dievaluasi adakah
hubungan antara riwayat preeklampsia pada keluarga dengan kejadian
preeklampsia .
40
3.6.2 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat ukur yang digunakan dalam
pengumpulan data (Soekidjo, 2010).
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini meliputi :
a. Instrumen Riwayat Preeklampsia pada Keluarga yang digunakan dalam
pengukuran adalah wawancara.Wawancara adalah suatu metode yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari responden (Soekidjo, 2010).
Dalam penelitian ini menggunakan wawancara terpimpin
(structured interview), yakni interview yang dilakukan berdasarkan
pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-
masak sebelumnya. Sehingga interviewer tinggal membacakan
pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada interviewee (Soekidjo, 2010).
b. Instrumen Preeklampsia yang digunakan dalam pengukuran adalah
observasidata sekunder yakni buku KIA ibu.
3.7 Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui
tahapan Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating.
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau data yang dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2010).
41
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2010).Peneliti
memberikan kode berupa angka, yaitu :
a. Data Umum :
1) Pendidikan terakhir ibu
a. Dasar (SD, SMP) PD1
b. Menengah (SMA, SMK, MA) PD 2
c. Tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi) PD 3
2) Umur
a. < 20 tahun U 1
b. 20-35 tahun U 2
c. > 35 tahun U 3
3) Pekerjaan ibu saat ini
a. Bekerja PK 1
b. Tidak bekerja PK2
4) Kehamilan saat ini
a. Primigravida PR 1
b. Multigravida PR2
c. Grande multipara PR3
5) Kapan mulai diketahui mengalami preeklampsia
a. Trimester II T 1
b. Trimester III T2
42
b. Data Khusus :
1) Riwayat preeklampsia pada keluarga
a. Ibu Kandung R1
b. Saudara Perempuan Kandung R2
c. Nenek R3
d. Mertua Perempuan R4
e. Tidak ada R5
f. Ibu Kandung dan Saudar Perempuan Kandung R1+R2
2) Kategori Riwayat
a. Ada Riwayat AR1
b. Tidak ada Riwayat AR2
3) Preeklampsia
a. PER P1
b. PEB P2
2. Scoring
Menentukan skor atau nilai terhadap hasil pengamatan yang
diperoleh. Setelah semua data terkumpul kemudian diberi skor pada
setiap jawaban responden dengan menggunakan skala ordinal, yaitu
data yang disusun atas jenjang dalam atribut tertentu (Nursalam, 2008).
Skor untuk riwayat preeklampsia pada keluarga yaitu dengan
penilaian:
a. Jawaban ya : skor 1
b. Jawaban tidak : skor 0
43
3. Tabulating
Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabelkemudian membuat distribusi frekuensi sederhana
(Hidayat, 2010).
Jawaban wawancara yang dikumpulkan dari responden kemudian
dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi. Dan hasil pengolahan
diinterpretasikan dengan skala :
1. 100% seluruhnya
2. 76-99% hampir seluruhnya
3. 51-75% sebagian besar
4. 50% setengah
5. 26-49% hampir setengah
6. 1-25% sebagian kecil
7. 0% tidak satupun (Arikunto, 2010)
4. Analisis data :
a. Riwayat Preeklampsia pada Keluarga
Riwayat Preeklampsia pada keluarga dinilai menggunakan skala
Guttman dengan skor penilaian:
1) Ya : skor 1
2) Tidak:skor 0
Kemudian analisis skor diinterpretasikan dalam :
a). Ibu mempunyai riwayat preeklampsia pada keluarga jika skor 1-4
b). Ibu tidak mempunyai riwayat preeklampsia pada keluarga jika
skor 0.
44
b. Untuk variabel preeklampsia pada ibu hamil dianalisis dengan
menggunakanbuku KIA ibu hamil.
1) Preeklampsia Ringan
2) Preeklampsia Berat
c. Hubungan antara Riwayat Preeklampsia pada Keluarga dengan
Kejadian Preeklampsia.
Untuk mengetahui hubungan kedua variabel, dilakukan uji
Mann Whitneydengan tingkat signifikan 0,05 untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel tergantung yang berskala nominal dan ordinal (Nursalam,
2013). Jika < 0,05 maka H1 diterima, H0 ditolak artinya ada
hubungan antara riwayat preeklampsia pada keluarga dengan
kejadian preeklampsia di PONEK RSUD Jombang.
3.8 Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan
kepada pihak terkait. Setelah itu baru melakukan penelitian pada responden
dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :
1. Informed Consent (Lembar persetujuan).
Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek
penelitian. Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika
subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.
45
2. Anonimity (Tanpa nama)
Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar
pengumpulan data. Cukup menulis nomor responden atau inisial saja
untuk menjamin kerahasiaan identitas.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya
ditampilkan pada forum akademis.
3.9 Keterbatasan dalam penelitian
3.9.1 Responden
a. Dalam melakukan penelitian mengalami kesulitan karena responden
sulit menerima penjelasan dan pernyataan dalam wawancara sehingga
penjelasan dilakukan berulang kali sampai responden mengerti.
b. Membutuhkan waktu yang lama karena harus menunggu penderita
datang ke PONEK RSUD Jombang bahkan menunggu pembukaan
sampai persalinan selesai.
3.9.2 Peneliti
a. Tempat penelitian yang jauh dari tempat tinggal dan sekolah
mengakibatkan resiko yang semakin besar untuk sampai ke tempat
penelitian.
b. Waktu penelitian 24 jam jadi peneliti harus siap sewaktu-waktu datang
ke PONEK RSUD Jombang jika diberi informasi ada responden datang.