67
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental,maupun social,tidak hanya terbebas daripenyakit dan kelemahan atau kecacatan (Suliswatidkk,2005).Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal makasalah satu aspek yang tidak boleh diabaikan adalah kesehatan jiwa. Di era globalisasi dan persaingan bebas kecendrungan terhadap peningkatan gangguan jiwa semakin besar ,hal ini disebabkan karena stressor dalam kehidupan yang semakin besar (Suliswatidkk,2005) Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan diseluruh dunia adalah skizofrenia. Angka kejadian skizofrenia di dunia 0,1permil tanpa memandang perbedaan status social budaya (Varcarolis dan Halter 2010). Tahun 2009 berdasarkan data dari 33 Rumah sakit jiwa di Indonesia menyebutkan bahwa penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang (Waspada Online 2010). Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang ditandai dengan gangguan realitas (halusinasi danwaham),ketidakmampuan

BAB I-III TAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan

Citation preview

Page 1: BAB I-III TAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik fisik,

mental,maupun social,tidak hanya terbebas daripenyakit dan kelemahan

atau kecacatan (Suliswatidkk,2005).Untuk mencapai derajat kesehatan

yang optimal makasalah satu aspek yang tidak boleh diabaikan adalah

kesehatan jiwa. Di era globalisasi dan persaingan bebas kecendrungan

terhadap peningkatan gangguan jiwa semakin besar ,hal ini disebabkan

karena stressor dalam kehidupan yang semakin besar

(Suliswatidkk,2005)

Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan

kesehatan diseluruh dunia adalah skizofrenia. Angka kejadian skizofrenia

di dunia 0,1permil tanpa memandang perbedaan status social budaya

(Varcarolis dan Halter 2010). Tahun 2009 berdasarkan data dari 33

Rumah sakit jiwa di Indonesia menyebutkan bahwa penderita gangguan

jiwa berat mencapai 2,5 juta orang (Waspada Online 2010). Skizofrenia

adalah gangguan jiwa berat yang ditandai dengan gangguan realitas

(halusinasi danwaham),ketidakmampuan berkomunikasi, afek yang tidak

wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak)serta

mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari hari ( Keliatdkk,2005).

Salah satu gejala positif dari skizofrenia adalah halusinasi (Stuart

dan Laraia 2005).Halusinasi adalah kesalahan pengalaman sensori yang

tidak mempunyai dasar dalam kenyataan, terjadi gangguan persepsi

sensori tentang stimulus eksternal tanpa adanya stimulus dari luar yang

tidak mempunyai dasar kenyataan (Varcarolis2000).

Menurut Stuart and Laraia (2005) halusinasi terdiri dari empat

tahap yaitu tahap satu sampai tahap empat. Pada masing masing tahap

mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada tahap tiga biasanya pasien

halusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan

Page 2: BAB I-III TAK

2

membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Pasien menunjukkan perilaku

lebih cendrung mengikuti petunjuk yang diberikan halusinasi dari pada

menolaknya. Jika terus berlanjut, halusinasi menjadi menakutkan dan

pasien harus mengikuti perintah halusinasi yang dirasakannya. Hal ini

akan berakibat buruk dan pasien menunjukkan perilaku maladaptif

seperti bunuh diri, perilaku kekerasan serta mencederai diri sendiri dan

orang lain.

Dalam kondisi seperti ini, harus dilakukan intervensi

terhadap pasien untuk mengubah perilaku maladaptive menjadi perilaku

adaptif. Menurut Stuart and Laraia (2005) intervensi yang diberikan pada

pasien halusinasi bertujuan menolong mereka meningkatkan kesadaran

tentang gejala yang mereka alami dan mereka bisa membedakan

halusinasi dengan dunia nyatadan mampu mengendalikan halusinasi.

Kemampuan pasien mengontrol halusinasi dapat ditingkatkan

dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan terus

menerus disertai dengan terapi modalitas seperti Terapi Aktivitas

Kelompok. Menurut Purwaningsih dan Karlina(2010) Terapi Aktivitas

Kelompok memberikan hasil yang lebih besar terhadap perubahan

perilaku pasien, meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi

perilaku maladaptif. Bahkan Terapi Aktivitas Kelompok memberikan

modalitas terapeutik yang lebih besar dari pada hubungan terapeutik

antara dua orang yaitu perawat dan klien

Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas yang

dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah

keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan

kelompok sebagai targetasuhan. Terapi Aktivitas Kelompok dilakukan

untuk meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada pasien

yang mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama (Stuart dan

Laraia,2005).Di dalam kelompok terjadi dinamika dimana setiap anggota

kelompok saling bertukar informasi dan berdiskusi tentang pengalaman

serta membuat kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota kelompok.

Page 3: BAB I-III TAK

3

TAK stimulasi persepsi juga bertujuan untuk mendiskusikan pengalaman

dan kehidupan dan hasil diskusi berupa kesepakatan persepsi dan

alternative penyelesaian masalah.

TerapiAktivitasKelompokStimulasiPersepsiadalahterapiyang

menggunakan aktivitas sebagai stimulus yang terkait dengan

pengalaman atau kehidupanuntuk didiskusikandalam kelompokdan

hasildiskusidapatberupakesepakatanpersepsiatau

alternativepenyelesaianmasalah.Salahsatu

aktivitasnyayaitumempersepsikanstimulusyang tidaknyatadanrespon

yangdialami dalamkehidupan khususnya untukklien halusinasi

(KeliatdanAkemat)

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: halusinasi

adalah TAK yang diberikan denganmemberikan stimulus pada pasien

halusinasi sehingga pasien bisa

mengontrolhalusinasinya(Purwaningsihdan

Karlina,2010).Dimanaaktivitasnyaklien mempersepsikanstimulusyang

tidak nyata(halusinasi)dan responyangdialamikemudian

didiskusikandalamkelompok dan

hasildiskusikelompokberupakesepakatanpesepsidan

alternativepenyelesaianmasalah.TAKstimulasipersepsi:

halusinasiterdiriataslimasesi, dimana masing-masing sesi terdiri atas

kegiatan yaitu: sesi 1klien dapat mengenal halusinasi,sesi2

mengontrolhalusinasidenganmenghardikhalusinasi,sesi 3 mengontrol

halusinasidenganmelakukankegiatan

sesi4mencegahhalusinasidenganbercakapcakapdan sesi 5 mengontrol

halusinasi dengan patuh minum obat. Langkah-langkah

k

egiatanTAKstimulasipersepsi:halusinasiyaitupersiapan,orientasi,tahapker

jadantahapterminasi. Berdasarkan masalah diatas makapenulis merasa

tertarik melakukan TerapiAktivitasKelompok:

StimulasiPersepsiterhadap

Page 4: BAB I-III TAK

4

kemampuanmengontrolhalusinasipadaklienhalusinasidi RuangLarasati

RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kemampuan pasien di ruang Larasati RSJD Dr. Arif

Zainudin dalam mengontrol halusinasi

2. Tujuan Khusus

a. Klien mampu mengenal halusinasi yang terdiri dari isi, frekuensi,

situasi dan respon.

b. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

c. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

meliputi nama obat, efek obat, keuntungan minum obat, kerugian

tidak minum obat serta lima benar minum obat ( benar dosis, benar

obat, benar waktu, benar pasien dan benar cara )

d. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara becakap-cakap

dengan orang lain

e. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan

kegiatan terjadwal.

C. MANFAAT

1. Bagiterapis

Terapiini

dapatmeningkatkanpengetahuandankemampuanterapissendiridalam

Page 5: BAB I-III TAK

5

m

elaksanakanTAKstimulasipersepsiyangnantinyadapatdilaksanakandili

ngkungan kerjapeneliti.

2. BagiInstitusiRumah Sakit

Sebagaibahanmasukanbagipetugaskesehatan di RSJD Dr. Arif

zainudin Surakartaagarlebih memperhatikan karakteristikpasien yang

diikutsertakan dalam pelaksanaan TAK StimulasiPersepsi.

3. Bagi Terapis Selanjutnya

Terapi

inidiharapkandapatdigunakansebagaidatadasarterapisselanjutnyabagip

erkembanganilmukeperawatan

Page 6: BAB I-III TAK

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. HALUSINASI

a. Definisi

Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya

rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara,

bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu

(Hawari, 2005).

Menurut Izzudin (2005) halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa

adanya rangsangan.Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada

rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang

tertuju pada kelima indera tersebut.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nasution

(2003) bahwa halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi

panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada

sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu

penuh dan baik.Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien

dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu.

Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata,

yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana

klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu

penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu

penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa

stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).Halusinasi adalah

kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

Page 7: BAB I-III TAK

7

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi

adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa

ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

b. Tanda dan gejala

Klien dengan halusinasi sering menunjukan adanya gejala yaitu

(Stuart and Sunden 2003):

1) Data Subjektif

a) Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat.

b) Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya:

mendengar suara-suara atau melihat bayangan)

c) Mengeluh cemas dan khawatir

2) Data Objektif

a) Mudah tersinggung

b) Apatis dan cenderung menarik diri

c) Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi

kadang berhenti bicara seolah-olah mendengar sesuatu

d) Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara

e) Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai

f) Gerakan mata yang cepat

g) Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah

h) Kadang tampak ketakutan

i) Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon

terhadap petunjuk yang komplek)

c. Jenis halusinasi

Menurut Stuard (2007) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :

1) Halusinasi pendengaran :

5

Page 8: BAB I-III TAK

8

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –

suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang

membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan

untuk melakukan sesuatu

2) Halusinasi penglihatan  :

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam

bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan /

atau panorama yang luas dan kompleks.Penglihatan bisa

menyenangkan atau menakutkan.

3) Halusinasi penciuman:

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan

bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang –

kadang terhidu bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke,

tumor, kejang dan dementia.

4) Halusinasi peraba :

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak

enak tanpa stimulus yang terlihat.Contoh : merasakan sensasi

listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

5) Halusinasi pengecap :

Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang

busuk, amis dan menjijikkan.

6) Halusinasi sinestetik :

Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh

seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna

atau pembentukan urine.(Menurut Stuart, 2007)

d. Fase-fase halusinasi :

1) Fase Pertama / comforting / menyenangkan

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan

gelisah, kesepian.Klien mungkin melamun atau memfokukan

pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan

kecemasan dan stress.Cara ini menolong untuk sementara. Klien

Page 9: BAB I-III TAK

9

masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya,

namun intensitas persepsi meningkat. Perilaku klien : tersenyum

atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa bersuara,

pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang

asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri

2) Fase Kedua / comdemming

Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan

pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat

“listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol,

gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang

tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien

merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara

dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah

halusinasi datang dari orang lain. Perilaku klien : meningkatnya

tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut

jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan

tidak bisa membedakan dengan realitas.

3) Fase Ketiga / controlling

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol

klien menjadi terbiasa dan tak berdaya pada

halusinasinya.Termasuk dalam gangguan psikotik.Karakteristik :

bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan

mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya

terhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan dikendalikan

halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.

Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak

mampu mematuhi perintah.

4) Fase Keempat / conquering/ panic

Page 10: BAB I-III TAK

10

Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari

kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan

berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien

tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk

dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan

dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini

menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi. Perilaku klien :

perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,

agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon

terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari

satu orang.

e. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1) Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan

dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.

Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatanotak

yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada

daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan

perilaku psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter

yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor

dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal

menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak

manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,

ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian

depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan

anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

d) Psikologis

Page 11: BAB I-III TAK

11

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat

mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu

sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan

dalam rentang hidup klien.

e) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi

realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,

kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi

disertai stress.

f. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan

setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan

tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap

stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan

kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan

halusinasi adalah:

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang

mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme

pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak

untuk diinterpretasikan.

2) Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap

stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan

perilaku.

3) Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

Page 12: BAB I-III TAK

12

g. Akibat terjadinya masalah

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi

dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.

Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan

dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

1) Memperlihatkan permusuhan

2) Mendekati orang lain dengan ancaman

3) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

4) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

5) Mempunyai rencana untuk melukai

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya

sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak

lingkungan (resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan).

Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana klien

mengalami panic dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.

Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap

lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri,

membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Tanda dan

gejalanya adalah muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada

suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan

kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang

2. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

a. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi

modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang

mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan

sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan( Keliat,

2005)

Page 13: BAB I-III TAK

13

Suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapi terhadap sejumlah

klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan

hubungan interpersonal antar angggota

Salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa.

Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung

jawab penuh dari seorang perawat .oleh karena itu seorang perawat

khusunya perawatjiwa haruslah mampu melakukan TAK secara baik

dan benar.

b. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Depkes RI (2007) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok

secara rinci sebagai berikut:

1) Tujuan Umum

a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu

memperoleh pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang

nyata dan khayalan.

b) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan

untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling

memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat

maupun perasaan ortang lain.

c) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri

sendiri dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk

menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri

tidak berharga atau ditolak.

d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi

psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif.

2) Tujuan Khusus

Page 14: BAB I-III TAK

14

a) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang

mempunyai identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam

lingkungannya.

b) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat

dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan

mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi

anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan

dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.

c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan

sehari-hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk

saling berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan

hubungan sosial dalam kesehariannya.

c. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )

Terapi aktifitas kelompok mempunyai manfaat yaitu :

Terapeutik

1) Umum :

a) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui

komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain

b) Melakukan sosialisasi

c) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan

afektif.

2) Khusus

a) Meningkatkan identitas diri

b) Menyalurkan emosi secara konstruktif

c) Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial

3) Rehabilitasi

a) Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri

b) Meningkatkan ketrampilan sosial

c) Meningkatkan kemampuan empati

Page 15: BAB I-III TAK

15

d) Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah

d. Jenis-jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

1) Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi

Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah

terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami

kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya

memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku

maladaptif.

a) Tujuan :

Meningkatkan kemampuan orientasi realita, meningkatkan

kemampuan memusatkan perhatian, meningkatkan kemampuan

intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat

orang lain serta mengemukakan perasaanya

b) Karakteristik :

Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan

dengan nilai-nilai, menarik diri dari realitas, inisiasi atau ide-

ide negative, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal,

kooperatif dan mau mengikuti kegiatan

2) Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori

Aktifitas digunakan untuk memberikan untuk memberikan

stimulasi pada sensasi klien, kemudian diobservasi reaksi sensori

klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh,

ekspresi muka, ucapan.Terapi aktifitas kelompok untuk

menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran

fungsi sensoris.Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi

penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan

stimulus baik dari internal maupun eksternal.

a) Tujuan :

Page 16: BAB I-III TAK

16

Meningkatkan kemampuan sensori, meningkatkan upaya

memusatkan perhatian, meningkatkan kesegaran jasmani serta

mengekspresikan perasaan

3) Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas

Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan

untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata

(realitas).Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang

menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan

tempat.Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi

bebas maupun secara didaktik.

a) Tujuan :

Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal

(fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal

(iklim, bunyi, situasi alam sekitar), penderita dapat

membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan

penderita sesuai realita, penderita mampu mengenali diri

sendiri serta penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan

tempat

b) Karakteristik :

Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR);

(halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah

dapat berinteraksi dengan orang lain, penderita dengan GOR

terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat

berinteraksi dengan orang lain, penderita kooperatif, dapat

berkomunikasi verbal dengan baik dan kondisi fisik dalam

keadaan sehat

4) Terapi aktifitas kelompok sosialisasi

Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan

klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam

lingkungan social.

a) Tujuan umum :

Page 17: BAB I-III TAK

17

Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar

anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan,

memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide

serta menerima stimulus eksternal

b) Tujuan khusus :

Penderita mampu menyebutkan identitasnya, menyebutkan

identitas penderita lain, berespon terhadap penderita lain,

mengikuti aturan main serta mengemukakan pendapat dan

perasaannya

c) Karakteristik :

Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk

mengikuti kegiatan ruangan, penderita sering berada ditempat

tidur, penderita menarik diri, kontak sosial kurang, penderita

dengan harga diri rendah, penderita gelisah, curiga, takut dan

cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab

seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, sudah dapat menerima

trust, mau berinteraksi dan sehat fisik

5) Penyaluran energy

Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi

secara kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola

penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin

secara konstruktif denga dengan tanpa menimbulkan kerugian pada

diri sendiri maupun lingkungan.

a) Tujuan :

Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.,

mengekspresikan perasaan serta meningkatkan hubungan

interpersonal

e. Tahapan -Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK )

Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen, 2003.

Menggambarkan fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah

sebagai berikut :

Page 18: BAB I-III TAK

18

1) Pre kelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang

menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok

akan dilaksanakan serta membuat proposal lengkap dengan media

yang akan digunakan beserta dana yang dibutuhkan.

2) Fase awal

Pada fase ini terhadap 3 tahapan yang terjadi, yaitu: orientasi,

konflik atau kebersamaan

a) Orientasi : Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem

sosial masing-masing, leader mulai menunjukkan rencana

terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.

b) Konflik : Merupakan masa sulit dalam proses kelompok,

anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam

kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya, dan saling

ketergantungan yang akan terjadi.

c) Kebersamaan : Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi

masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.

3) Fase kerja

a) Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim:

1. Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan

anggotanya

2. Perasan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan

hubungan saling percaya yang telah terbina

3. Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

telah disepakati

4. Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok

lebih stabil dan realistis

5. Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan

tujuan dan tugs kelompok dalam menyelesaikan tugasnya

6. Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif

b) Petunjuk untuk leader pada fase ini :

Page 19: BAB I-III TAK

19

1. Intervensi leader didasari pada kerangka kerja teoritis,

pengalaman, personality dan kebutuhan kelompok serta

anggotanya

2. Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan

mempertahankan batasannya, mendorong kelompok

bekerja pada tugasnya

3. Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok

mengatasi masalah khusus.

4) Fase terminasi

Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi

sementara.Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi

premature, tidak sukses atau sukses.Terminasi dapat menyebabkan

kecemasan, regresi dan kecewa.Untuk menghindari hal ini, terapis

perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap betapa

bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk

memberi umpan balik pada tiap anggota.

Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas

didiskusikan.Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa

melalui pre dan post test.

BAB III

RENCANA PELAKSANAAN

A. PERSIAPAN

1. Persiapan Pasien

a. Kriteria

Page 20: BAB I-III TAK

20

1) Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan

persepsi sensori; halusinasi.

2) Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku

agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.

3) Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).

4) Klien yang sudah mendapat terapi individu

2. Persiapan Perawat

a. Leader : Hendrid wahyu

Tugas :

1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan

2) Memimpin jalannya terapi kelompok.

3) Memimpin diskusi.

b. Co leader : Enisa cahya ilahi

Tugas :

1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.

2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang

3) Membantu memimpin jalannya kegiatan

4) Menggantikan leader jika terhalang tugas

c. Fasilitator :

1) Fasilitator 1 : M. Aditya p r

2) Fasilitator 2 : shinta

3) Fasilitator 3 : siti maria ulfa

4) Fasilitator 4 : Woro louh S

5) Fasilitator 5 : bella

Tugas :

1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok

2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan

3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk

melaksanakan kegiatan

4) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.

5) Bertanggung jawab dalam program antisipasi masalah

16

Page 21: BAB I-III TAK

21

d. Observer : wulan

Tugas :

1) Mencatat dan mengamati semua kegiatan (jumlah anggota yang

hadir, daftar hadir, anggota yang hadir, topik diskusi, anggota

yang terlambat hadir, anggota yang aktif, anggota yang

memberi pendapat / ide, mengidentifikasi hal penting dalam

proses.

2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota

kelompok dengan evaluasi kelompok.

e. Operator : Candra Ari Wibowo

3. Alat

Papan nama, handphone, speaker, bola, whiteboard dan pena

4. Tempat/waktu

a. Hari : Rabu

b. Tanggal : 28 Oktober 2015

c. Jam : 09.00 sampai selesai

d. Tempat : Halaman belakang Ruang Nakula

e. Setting tempat : Pesertadanterapisdudukbersamadalamlingkaran

Keterangan:

= co leader

=Observer

= Fasilitator

= klien

=Leader

Page 22: BAB I-III TAK

22

f. Distribusi waktu :

1) Fase Orientasi : 5 menit

2) Fase Kerja : 30 menit

3) Fase Terminasi: 5 menit

4) Jumlah anggota kelompok : 6 orang

B. TEKNIK PELAKSANAAN

1. Sesi I : Mengenal Halusinasi

a. Orientasi

1) Salam terapeutik kepada klien

2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (

beri papan nama)

3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua

klien (beri papan nama)

b. Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan

yaitu mengenal suara-suara yang didengar

2) Leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut :

a) Lama kegiatan 40 menit

b) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus

meminta izin kepada terapis

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

d. Tahap kerja

1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu

mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang

isinya, waktu terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan

perasaan klien pada saat halusinasi muncul

Page 23: BAB I-III TAK

23

2) Kemudian operator menghidupkan musik pada handphone lalu

peserta diminta untuk mengedarkan bola berlawanan arah

dengan arah jarum jam.

3) Pada saat musik di matikan, anggota kelompok yang

memegang bola mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh terapis

4) Beri pujian setiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan

5) Ulangi sampai semua anggota kelompok mendapat giliran

6) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan

perasaan klien dari suara yang biasa didengar.

e. Tahap terminasi

1) Evaluasi

2) Tindak lanjut

3) Kontrak yang akan datang

Tabel Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Kemampuan Personal Mengenal Halusinasi

No Nama Klien Menyebut Isi Halusinasi

Menyebut Waktu terjadi Halusinasi

Menyebut Situasi Halusinasi Muncul

Menyebut Perasaan saat berhalusinasi

Petunjuk:

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom

nama

Page 24: BAB I-III TAK

24

b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal

halusinasi; isi, waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi

muncul. Beri tanda √  jika klien mampu dan berikan

tanda X jika klien tidak mampu.

2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

a. Orientasi

1) Salam terapeutik kepada klien

2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur

(beri papan nama)

3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua

klien (beri papan nama)

b. Evaluasi/validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan

yaitu latihan cara mengontrol halusinasidengan  cara

menghardik

2) Leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut :

a) Lama kegiatan 40 menit

b) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus

meminta izin kepada terapis

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

d. Tahap kerja

1) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada

saatmengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi

sampai semuapasien mendapat giliran

2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita

3) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan

menghardikhalusinasi pada saat halusinasi muncul

Page 25: BAB I-III TAK

25

4) Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu:

”Pergi, pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”

5) Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara

menghardikhalusinasi

6) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk

tangansetiap klien memperagakan menghardik halusinasi

e. Tahap terminasi

1) Evaluasi

a) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

b) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

2) Tindak Lanjut

a) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang

telah dipelajari jika halusinasi muncul

b) Memasukkan kegiatan menghardik kedalam jadwal

kegiatan harianklien

3) Kontrak yang akan datang

a) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK

berikutnya yaitu cara mengontrol halusinasi dengan

melakukan bercakap-cakapdengan orang lain

b) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK

berikutnya

Tabel Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Kemampuan Menghardik Halusinasi

No Nama Klien

Menyebutkan cara yang selama ini digunakan

Menyebutkan efektivitas cara yang digunakan

Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan

Memperagakan cara menghardik halusinasi

Page 26: BAB I-III TAK

26

untuk mengatasi halusinasi

menghardik

Petunjuk:

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom

nama

b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan

menyebutkan; cara yang biasa digunakan untuk

mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang digunakan,

cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan

memperagakan cara menghardik halusinasi. Beri

tanda √  jika klien mampu dan berikan tanda X jika

klien tidak mampu.

3. Sesi III : Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

a. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis klien

b) Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

Page 27: BAB I-III TAK

27

1) Terapis menanyakan keadaan klien saat ini

2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang telah di

pelajari

3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara

menghadrik halusinasi.

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu terjadinya halisinasi

dengan melakukan kegiatan

2) Menjelaskan aturan main berikut :

a) Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus

meminta ijin kepada terapis

b) Lama kegiatan 40 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

d. Tahap kerja

1) Terapis menjelaskan cara kedua yaitu melakukan kegiatan

sehari- hari. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang

teratur akan mencegah munculnya halusinasi

2) Terapis meminta tiap-tiapklien menyampaikan kegiatan yang

biasa dilakukan sehari-hari dan tulis di whiteboard

3) Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan.Terapis menulis

formulir yang sama di whiteboard

4) Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal

kegiatan, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien

menggunakan formulir dan terapis menggunakan whiteboard

5) Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah di

susun.

6) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang

sudah selesai membuat jadwal kegiatan dan memperagakannya.

Page 28: BAB I-III TAK

28

e. Tahap terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai

menyusun jadwal  kegiatan dan memperagakanya

b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

2) Tindak lanjut

a) Terapis menganjurkan klien melaksanakan 2 cara

mengontrol halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan

kegiatan.

3) Kontrak yang akan datang

a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK

berikutnya, yaitu belajar mengontrol halusinasi dengan

bercakap-cakap.

b) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat

Tabel Sesi III: TAKStimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi

No Nama Klien Menyebutkan 5 benar cara minum obat

Menyebutkan keuntungan minum obat

Menyebutkan akibat tidak patuh minum obat

Petunjuk:

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom

nama klien

Page 29: BAB I-III TAK

29

b. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan

menyebutkan kegiatan harian yang biasa dilakukan,

memperagakan salah stau kegiatan, menyusun jadwal

kegiatan harian dan menyebutkan 2 cara mencegah

halusinasi, beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika

klien tidak mampu.

4. Sesi IV : Mencegah  Halusinasi dengan kegiatan terjadwal

a. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis klien

b) Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara

yang telah di pelajari (mengardik, menyibukkan diri dengan

kegiatan terarah) untuk mencegah halusinasi

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi

denganbercakap-cakap

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus

meminta ijin kepada terapis

b) Lama kegiatan 40 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

d. Tahap Kerja

1) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang

lain untuk mengontrol dan mencegah halusinasi

2) Terapis meminta tiap tiap klien untuk menyebutkan orang yang

biasa dan bisa diajak bercakap-cakap.

3) Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan

yang biasa dan bisa dilakukan

Page 30: BAB I-III TAK

30

4) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi itu

muncul ”suster ada suara di telinga saya pengen ngobrol sama

suster saja”

5) Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan

dengan orang di sebelahnya

6) Berikan pujian atas keberhasilan klien

7) Ulangi e dan f sampai semua klien giliran

e. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

b) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang

sudah di latih

c) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

2) Tindak lanjut

a) Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol

halusinasi yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian

dan bercakap-cakap.

3) Kontrak yang akan datang

a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK

berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan

patuh minum obat

b) Terapis menyepakati waktu dan tempat

Tabel Sesi IV TAKStimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Kemampuan Mencegah Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

No Nama Klien Menyebutkan kegiatan yang biasa

Mempergakan kegiatan yang biasa dilakukan

Menyusun jadwal kegiatan

Menyebutkan 2 cara mengontrol

Page 31: BAB I-III TAK

31

dilakukan harian halusinasi

Petunjuk

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama

klien

b. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan

menyebutkan orang yang biasa diajak bicara, memperagakan

percakapan, menyusun jadwal kegiatan harian,dan

menyebutkan 3 cara mencegah halusinasi, beri tanda √ jika

klien mampu dan tanda X jika klien tidsak mampu

5. Sesi V: Mengontrol Halusinasi dengan Bercakap-cakap

a. Orientasi

1) Salam terapeutik

a) Salam dari terapis klien

b) Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah

menggunakan tiga cara yang telah di pelajari (mengardik,

menyibukkan diri dengan kegiatan terarah dan bercakap-cakap)

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap dan minum obat.

Page 32: BAB I-III TAK

32

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus

meminta ijin kepada terapis

b) Lama kegiatan 40 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

d. Tahap Kerja.

1) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu

mencegah kambuh karena obat memberi perasaan tenang

2) Terapis menjelaskan kerugian bila tidak patuh minum obat.

3) Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan

dan waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard

4) Menjelaskan lima benar minum obat

5) Meminta klien untuk menyebutkan lima benar minum obat

6) Berikan pujian pada klien yang benar

7) Diskusikan perasaan klien sebelum minum obat (tulis di

whiteboard)

8) Diskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat

(whiteboard)

9) Menjelaskan keuntungan minum obat, yaitu salah satu cara

mencegah halusinasi/kambuh

10) Menjelaskan akibat/kerugian tidak minum obat,yaitu halusinasi

kambuh

11) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan dan kerugian

minum atau tidak minum obat

12) Berikan pujian bila benar

e. Tahap Terminasi

1. Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

b) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang

sudah dilatih

c) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

Page 33: BAB I-III TAK

33

2. Tindak lanjut

a) Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol

halusinasi yaitu, menghardik, melakukan kegiatan harian

dan bercakap-cakap dan minum obat

3. Kontrak yang akan datang

a) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk

mengontrol halusinasi

b) Buat  kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan

indikasi klien.

Tabel Sesi V : TAKStimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi

No Nama KlienMenyebutkan orang yang diajak bicara

Memperagakan percakapan

Menyebutkan tiga cara mengontrol dan mencegah halusinasi

Petunjuk:

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom

nama klien

b. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan

menyebutkan 5 benar cara minum obat, manfaat dan

akibat tidak minum obat beritanda √ jika klien mampu

dan tanda X jika klien tidak mampu.

Page 34: BAB I-III TAK

34

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 35: BAB I-III TAK

35

A. HASIL

Berdasarkan hasil pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok yang telah

dilakukan pada tanggal 19 dan 20 Oktober 2015 kepada 6 orang klien hasilnya

adalah sebagai berikut :

1. Sesi I

Tabel 6 Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Kemampuan Personal Mengenal Halusinasi

No Kategori F %1. Mampu 4 66,62. Kurang mampu 1 16,73. Tidak mampu 1 16,7

Total 6 100

Berdasarkan tabel 6 dapat diinterpretasikan bahwa sesuai dengan

hasil terapi aktivitas kelompok yang telah dilakukan sebagian besar klien

dalam kategori mampu mengenal isi halusinasi, menyebutkan waktu

terjadinya, frekuensi dan respon pasien saat halusinasi muncul yaitu 4

orang (66,6%) dan sebagian kecil yang kurang mampu yaitu 1 orang

(16,7%) dan tidak mampu 1 orang (16,7)

2. Sesi II

Tabel 7 Sesi II TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Mengontrol Halusinasi Dengan Cara Menghardik

No. Kategori F %

1. Mampu 6 100

2. Kurang mampu 0

3. Tidak mampu 0

Total 6 100

Page 36: BAB I-III TAK

36

Berdasarkan tabel 7 dapat diinterpretasikan bahwa sesuai dengan

hasil terapi aktivitas kelompok yang telah dilakukan diperoleh hasil jika

semua anggota terapi mampu untuk menyebutkan cara yang selama ini

digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektivan cara yang digunakan

sertamelakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik yaitu

6 orang (100%).

3. Sesi III

Tabel 8 Sesi III TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Mengontrol Halusinasi Dengan Patuh Minum Obat

No. Kategori F %

1. Mampu 3 50

2. Kurang mampu 2 33,3

3. Tidak mampu 1 16,7

Total 6 100

Berdasarkan tabel 8 dapat diinterpretasikan bahwa sesuai dengan

hasil terapi aktivitas kelompok yang telah dilakukan sebagian besar klien

mampu menyebutkan jenis obat, keuntungan minum obat,kerugian tidak

minum obat, efek samping serta 5 benar minum obat yaitu 3 orang (50%)

dan sebagian kecil yang tidak mampu yaitu 1 orang (16,7%).

4. Sesi IV

Tabel Sesi IV TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Mengontrol Halusinasi dengan Cara Bercakap-Cakap

No. Kategori F %

1. Mampu 4 66,7

2. Kurang mampu 2 33,3

29

Page 37: BAB I-III TAK

37

3. Tidak mampu 0 0

Total 6 100

Berdasarkan tabel 9 dapat diinterpretasikan bahwa sesuai dengan

hasil terapi aktivitas kelompok yang telah dilakukan sebagian besar klien

mampu untuk melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara

bercakap-cakap dengan orang lain serta memperagakan percakapan yaitu 4

orang (66,7%) dan sebagian kecil yang kurang mampu yaitu 2 orang

(33,3%).

5. Sesi V

Tabel 10 Sesi V TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Mengontrol Halusinasi Dengan Cara membuat kegiatan terjadwal

No. Kategori F %

1. Mampu 5 83,3

2. Kurang mampu 1 16,7

3. Tidak mampu 0 0

Total 6 100

Berdasarkan tabel 10 dapat diinterpretasikan bahwa sesuai dengan

hasil terapi aktivitas kelompok yang telah dilakukan sebagian besar klien

mampu untuk mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan

terjadwal yaitu 5 orang (83,3%) dan sebagian kecil yang kurang mampu

yaitu 1 orang (16,7%).

Page 38: BAB I-III TAK

38

B. PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini akan diuraikan sejauh mana keberhasilan

tindakan keperawatan Terapi Aktivitas Kelompok secara teoritis yang telah

diaplikasikan terhadap klien. Proses terjadinya halusinasi dengar pada klien

sejalan atau sesuai dengan fase-fase dalam teori halusinasi yaitu dimulai

dengan klien sering menyendiri, melamun, pemikiran internal lebih menonjol

seperti gambaran suara dan sensasi, klien berada pada tingkat listening disusul

dengan halusinasi lebih menonjol. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya

pada halusinasi, dimana halusinasi memberikan kesenangan dan rasa aman

sementara dan akhirnya halusinasi berubah menjadi mengancam.

Terapi aktivitas kelompok yang telah dilakukan pada klien sangat

membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien, terutama pada pasien

isolasi sosial dan halusinasi dengar. Melalui kegiatan TAK tersebut klien

mampu berhubungan dengan orang lain dan mampu memutuskan stimulus

internal. Terapi aktivitas kelompokstimulasi persepsi memberikan pengaruh

yang bermakna terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi dan dapat

dikatakan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah suatu hal

yang tepat jika ditujukan bagi pasien yang mengalami halusinasi. Hal tersebut

mendukung teori seperti yang dikemukan oleh Keliat dan Akemat (2005)

menyatakan bahwa salah satu peran kelompok yaitu role model yang

fungsinya sebagai contoh yang dilakukan klien. Dimana terapis

memperagakan cara mengontrol halusinasi dan semua klien diminta untuk

memperagakan cara mengontrol halusinasi sehingga pasien mampu memberi

respon terhadap stimulus yang dengan baik dan benar. Hal ini menyebabkan

kemampuan mengontrol pasien menjadi adekuat. Berikut ini akan dibahas

tentang hasil terapi aktivitas kelompok yang telah dilakukan yaitu sebagai

berikut :

1. Sesi I

Page 39: BAB I-III TAK

39

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok pada klien halusinasi

sebagian besar klien dalam kategori mampu mengenal isi halusinasi,

menyebutkan waktu terjadinya, frekuensi dan respon pasien saat halusinasi

muncul yaitu 4 orang (66,6%) dan sebagian kecil yang kurang mampu

yaitu 1 orang (16,7%) dan tidak mampu 1 orang (16,7). Sesuia dengan

hasil yang diperoleh hampir sebagian besar pasien mampu untuk mengenal

halusinasi dan mengontrol halusinasi tersebut. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa klien yang mampu lebih banyak daripada klien yang tidak mampu

untuk mengenal halusinasi.

2. Sesi II

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok pada klien halusinasi

diperoleh hasil jika semua anggota terapi mampu untuk menyebutkan cara

yang selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektivan cara

yang digunakan sertamelakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik yaitu 6 orang (100%). Pada TAK ini pasien diajarkan cara

menghardik halusinasi dengan cara jika mendengar suara ttutp telinga,

pejamkan mata lalu ucapkan kata pergi pergi kamu suara palsu, kamu

tidak nyata dan semua pasien mampu melakukannya.

3. Sesi III

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok pada klien halusinasi

sebagian besar klien mampu menyebutkan jenis obat, keuntungan minum

obat,kerugian tidak minum obat, efek samping serta 5 benar minum obat

yaitu 3 orang (50%) dan sebagian kecil yang tidak mampu yaitu 1 orang

(16,7%).

4. Sesi IV

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok pada klien halusinasi

sebagian besar klien mampu untuk melakukan cara mengontrol halusinasi

dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain serta memperagakan

percakapan yaitu 4 orang (66,7%) dan sebagian kecil yang kurang mampu

yaitu 2 orang (33,3%). Sebagai contoh pada saat halusinasi datang pasien

mengajak perawat atau temannya untuk bercakap-cakap.

Page 40: BAB I-III TAK

40

5. Sesi V

Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok pada klien halusinasi

sebagian besar klien mampu untuk mengontrol halusinasi dengan

membuat jadwal kegiatan terjadwal yaitu 5 orang (83,3%) dan sebagian

kecil yang kurang mampu yaitu 1 orang (16,7%). Hal ini menunjukkan

bahwa lebih banyk klien yang mampu untuk mengontrol halusinasi dengan

membuat kegiatan terjadwal. Sebagai contoh halusinasi muncul pada pagi

hari klien bisa mengontrol halusinasi tersebut karena klien mengetahui

bahwa pagi har I biasanya klien beraktivitas senam pagi.

Dalam pelaksanaan TAK ini jumlah anggota kelompok adalah

sebanyak 6 orang sesuai dengan fasilitator sehingga kelompok ini

merupakan kelompok ideal untuk diberikan TAK, karena dengan jumlah

yang ideal dan tidak terlalu banyak anggota kelompok mampu atau dapat

berinteraksi dan bekerja sama dalam pelaksanaan TAK.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Page 41: BAB I-III TAK

41

Sesuai dengan hasil pelaksanaan terapi aktivitas kelompok dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Sesi I dari 6 terapissebagian besar klien dalam kategori mampu

mengenal isi halusinasi, menyebutkan waktu terjadinya, frekuensi dan

respon pasien saat halusinasi muncul yaitu 4 orang (66,6%) dan

sebagian kecil yang kurang mampu yaitu 1 orang (16,7%) dan tidak

mampu 1 orang (16,7).

2. Sesi II dari 6 terapis yang telah mengikuti terapi aktivitas kelompok

diperoleh hasil jika semua anggota terapi mampu untuk menyebutkan

cara yang selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektivan

cara yang digunakan sertamelakukan cara mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik yaitu 6 orang (100%).

3. Sesi III dari 6 terapis yang telah mengikuti terapi aktivitas

kelompokdiperoleh hasilsebagian besar klien mampu menyebutkan

jenis obat, keuntungan minum obat,kerugian tidak minum obat, efek

samping serta 5 benar minum obat yaitu 3 orang (50%) dan sebagian

kecil yang tidak mampu yaitu 1 orang (16,7%).

4. Sesi IV dari 6 terapis yang telah mengikuti terapi aktivitas

kelompokdiperoleh hasil sebagian besar klien mampu untuk melakukan

cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang

lain serta memperagakan percakapan yaitu 4 orang (66,7%) dan

sebagian kecil yang kurang mampu yaitu 2 orang (33,3%).

5. Sesi V dari 6 terapis yang telah mengikuti terapi aktivitas

kelompokdiperoleh hasil sebagian besar klien mampu untuk mengontrol

halusinasi dengan membuat jadwal kegiatan terjadwal yaitu 5 orang

(83,3%) dan sebagian kecil yang kurang mampu yaitu 1 orang (16,7%).

Page 42: BAB I-III TAK

42

B. SARAN

Dari kesimpulan di atas maka kami dapat memberikan beberapa saran

sebagai berikut

1. Perawat

a) Tenaga kesehatan khusunya perawat adalah sebagai pemberi

asuhan keperawatan yang perlu meningkatkan askep TAK orientasi

realitas karena dapat meningkatkan kemampuan mengontrol

halusinasi bagi klien halusinasi.

b) Pemberian asuhan keperawatn TAK orientasi realitas yang selama

ini telah diterapkan perlu dikembangkan lebih dalam lagi sesuai

dengan SOP yang ada di RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta agar

kemampuan dalam mengontrol halusinasi pada klien halusinasi

dapatmeningkat.

c) TAK orientasi realitas akan lebih efektif apabila diberikan untuk

klien halusinasi yang sudah kooperatif karena klien lebih muda

diajak untuk berkomunikasi dan bekerjasama dalam pelaksanaan

TAK.

2. Bagi terapis selanjutnya

Perlu dilakukan terapi lebih lanjut lagi agar klien lebih paham tentang

bagaimana cara untuk mengontrol halusinasi persepsi sensori.

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi dan acuan bagi peneliti dan mahasiswa praktekan

selanjutnya khususnya mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani

stase keperawatan jiwa.

34

Page 43: BAB I-III TAK

43

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna., Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional

Jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat, Dr. Budi Anna, S.Kp, M.App.Sc, & Akemat S.Kp, M.Kep.

2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika.

Stuart G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Page 44: BAB I-III TAK

44

lampiran

Tabel Sesi I TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Kemampuan Personal Mengenal Halusinasi

No Nama KlienMenyebut Isi Halusinasi

Menyebut Waktu terjadi Halusinasi

Menyebut Situasi Halusinasi Muncul

Menyebut Perasaan saat berhalusinasi

1.2.3.4.5.6.

Ny. NNy. SMNy. SSNy. ANy. SNNn. I

Tabel Sesi II TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)Mengontrol Halusinasi Dengan Cara Menghardik

No Nama Klien

Menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasi

Menyebutkan efektivitas cara yang digunakan

Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik

Memperagakancara menghardik halusinasi

1.2.3.4.5.6.

Ny. NNy. SMNy. SSNy. ANy. SNNn. I

No Nama KlienMenyebutkan 5 benar cara minum obat

Menyebutkan keuntungan minum obat

Menyebutkan akibat tidak patuh minum obat

1.2.3.4.

Ny. NNy. SMNy. SSNy. A

34

Page 45: BAB I-III TAK

45

5.6.

Ny. SNNn. I

No Nama KlienMenyebutkan orang yang diajak bicara

Memperagakan percakapan

Menyebutkan tiga cara mengontrol dan mencegah halusinasi

1.2.3.4.5.6.

Ny. NNy. SMNy. SSNy. ANy. SNNn. I

No Nama Klien

Menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan

Mempergakan kegiatan yang biasa dilakukan

Menyusun jadwal kegiatan harian

Menyebutkan 2 cara mengontrol halusinasi

1.2.3.4.5.6.

Ny. NNy. SMNy. SSNy. ANy. SNNn. I