8
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sejalan dengan meningkatnya morbilitas dan kepadatan penduduk. Menurut WHO, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat penting di Indonesia dan bahkan juga merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mendunia (Nawi, 2005). Penyakit ini ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan subtropik baik secara endemik maupun epidemik dengan outbreak yang berkaitan dengan datangnya musim penghujan. (Djunaedi, 2006). Beberapa dekade terakhir ini, insiden demam dengue menunjukkan peningkatan yang sangat pesat di seluruh penjuru dunia. Sebanyak dua setengah milyar atau dua perlima penduduk dunia berisiko terserang demam dengue. Sebanyak 1,6 milyar (52%) dari penduduk yang berisiko tersebut hidup di wilayah Asia Tenggara. Selanjutnya menurut WHO (2002), terdapat 2.500 juta atau 2/5 penduduk dunia mempunyai resiko untuk t erserang DB D dengan perkiraan 50 juta kasus

Bab i My Skripsi ah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab i My Skripsi ah

8/6/2019 Bab i My Skripsi ah

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-my-skripsi-ah 1/8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun

ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat dan

daerah penyebarannya bertambah luas, sejalan dengan meningkatnya

morbilitas dan kepadatan penduduk.

M enurut WHO, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat penting di

Indonesia dan bahkan juga merupakan suatu masalah kesehatan

masyarakat yang mendunia (Nawi, 2005). Penyakit ini ditemukan nyaris di

seluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan subtropik baik secara

endemik maupun epidemik dengan outbreak yang berkaitan dengan

datangnya musim penghujan. (Djunaedi, 2006).

Beberapa dekade terakhir ini, insiden demam dengue

menunjukkan peningkatan yang sangat pesat di seluruh penjuru dunia.

Sebanyak dua setengah milyar atau dua perlima penduduk dunia berisiko

terserang demam dengue. Sebanyak 1,6 milyar (52%) dari penduduk

yang berisiko tersebut hidup di wilayah Asia Tenggara. Selanjutnya

menurut WHO (2002), terdapat 2.500 juta atau 2/5 penduduk dunia

mempunyai resiko untuk terserang DBD dengan perkiraan 50 juta kasus

Page 2: Bab i My Skripsi ah

8/6/2019 Bab i My Skripsi ah

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-my-skripsi-ah 2/8

2

setiap tahunnya dan 24 juta kematian diseluruh dunia. Bahkan menurut

Nawi (2005) dan Hadinegoro (2002), rata-rata 23.000 orang penderita

yang mesti dirawat karena DBD dengan kematian yang mencapai 15.231orang selama 30 tahun sejak tahun 1968, membuat WHO

mengkategorikan Indonesia bersama negara-negara lainnya sebagai

negara dengan kasus tertinggi di dunia.

Penyakit DBD pertama kali ditemukan di Indonesia sendiri

dilaporkan pertama kali tahun 1968 di Surabaya . Sejak pertama

ditemukan penyakit DBD di Indonesia yaitu di Surabaya dan Jakarta pada

tahun 1968, jumlah kasus yang dilaporkan cenderung meningkat dan

daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga pada tahun 1994 DBD

telah tersebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Pada tahun 1968 jumlah

kasus yang di laporkan sebanyak 58 kasus dengan jumlah kematian 24

orang. Diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,32

%. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi

di Indonesia, dengan jumlah kasus yang slalu meningkat. Sejak itu

penyakit DBD menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus

dan luas daerah terjangkit, dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap

tahun serta sering menimbulkan penderita dan kematian yang besar

(Yudhastuti, 2005).

M eskipun sudah lebih dari 35 tahun berada di Indonesia, DBD

bukannya terkendali, tetapi semakin mewabah. Pada tahun 2005,

Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di Indonesia telah menyerang 95.279

Page 3: Bab i My Skripsi ah

8/6/2019 Bab i My Skripsi ah

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-my-skripsi-ah 3/8

3

orang dengan angka kematian 1,36 persen dan incid e nc e rate nasional

sebesar 43,42 kasus per 100.000 penduduk (Kompas Cyber M edia,

2008). Pada tahun 2006 selama periode Januari ± September tercatat 3provinsi mengalami KLB (Kejadian Luar Biasa), yaitu Jawa Barat,

Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat di 8 Kabupaten/Kota dengan

jumlah kasus 1.323 orang, 21 orang di antaranya meninggal dengan CFR

(1,59%). Jumlah KLB pada tahun 2006 ini menurun tajam dibandingkan

jumlah KLB pada tahun 2005 yang tejadi di 12 provinsi di 35

Kabupaten/Kota dengan jumlah kasus 3.336 orang, 55 0rang diantaranya

meninggal (CFR = 1,65%). Total jumlah kasus DBD di Indonesia selama

10 tahun terakhir mencapai lebih dari 538.000 kasus dengan jumlah

kematian lebih dari 8.600 orang (Depkes RI,2007).

Untuk Kalimantan Timur sendiri menempati urutan ke-2 untuk

angka kasus DBD terbanyak di Indonesia dengan incid e nc e rate sebesar

121,74 per 100.000 penduduk di tahun 2005. Pada tahun 2008 tercatat

Kalimantan timur memiliki kasus DBD sebanyak 5. 776 kasus dan 105

kasus kematian (CFR = 1, 82%) dengan Incidence rate (IR) 187,38 per

100.000 penduduk. Lalu pada tahun 2009 tercatat Kalimantan timur

mengalami penurunan kasus DBD dimana pada tahun ini jumlah kasus

yang ada sebanyak 5. 342 kasus dan 68 kasus kematian (CFR = 1, 27% ,

IR = 173,58 per 100.000 penduduk). Dan pada tahun 2010 tercatat

Kalimantan Timur mengalami peningkatan kasus dimana pada tahun ini

terdapat 5.860 kasus dengan 43 kematian.

Page 4: Bab i My Skripsi ah

8/6/2019 Bab i My Skripsi ah

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-my-skripsi-ah 4/8

4

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur,

kasus DBD di Kabupaten Kabupaten Kutai Timur paling banyak terdapat

di kecamatan Sangatta Utara. Hasil rekapitulasi laporan DinkesKabupaten Kutai Timur pada tahun 2008, jumlah kasus DBD yang terjadi

di Kabupaten Kutai Timur adalah sebanyak 344 kasus, dimana kasus

yang paling banyak terdapat di daerah kecamatan Sangatta Utara pada

tahun 2008 yaitu sebanyak 254 kasus dan 3 kasus kematian. Untuk tahun

2009 Kejadian DBD mengalami penurunan dimana pada tahun ini jumlah

kasus DBD yang terjadi sebanyak 275 kasus. Dengan kasus paling

terbanyak di daerah kecamatan Sangatta Utara pada tahun 2009 yaitu

sebanyak 233 kasus dan 0 kematian. Lalu pada tahun 2010 jumlah kasus

DBD yang terjadi di Kabupaten Kutai Timur adalah 427 kasus DBD dan 7

Kasus Kematian. Dimana dalam hal ini kasus DBD banyak terdapat di

daerah kecamatan Sangatta Utara pada tahun 2010 dengan jumlah 56

kasus dan 2 kasus kematian untuk periode Juni - Desember. (Dinas

Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, 2010).

Dalam hal ini Kabupaten Kutai Timur khususnya Sangatta Utara

merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang lumayan tinggi. Hal ini

tentunya akan berdampak pada penyebaran penyakit DBD. Tingginya

angka kejadian DBD di Kecamatan ini tentu dapat dikaitkan dengan

adanya beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan yang buruk, adanya

keberadaan jentik ,kurangnya perhatian masyarakat terhadap Tindakan

Page 5: Bab i My Skripsi ah

8/6/2019 Bab i My Skripsi ah

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-my-skripsi-ah 5/8

5

3M (mengubur, menutup, dan menguras tempat penampungan air ) dan

sebagainya.

Dalam hal ini sanitasi lingkungan yang dapat berkaitan dengantimbulnya penyakit DBD mencakup penyediaan air bersih, sampah, dan

lingkungan sekeliling rumah. Pada dasarnya di sangatta utara

penduduknya masih banyak menggunakan air sumur bor dan tampungan

air hujan. Karena penggunaan fasilitas air PDA M masih minim didaerah

sangatta. Dengan adanya tampungan air bersih tersebut setidaknya dapat

menjadi tempat tumbuh kembang nyamuk aedes aegepty. Disamping itu

pula rumah-rumah di Sangatta Utara memiliki jarak yang lumayan dekat

satu sama lain sehingga hal tersebut dapat memudahkan terjadinya

penularan penyakit demam berdarah dengue.

Selain itu keberadaan akan jentik nyamuk merupakan salah satu

pemicu timbulnya penyakit demam berdarah dengue. Dimana dengan

adanya jentik nyamuk maka akan menambah populasi vektor nyamuk

yang dapat membawa virus dengue sehingga dalam jangka waktu

tertentu jumlah nyamuk semakin banyak sehingga penularan DBD akan

semakin cepat.

Keberadaan jentik di suatu wilayah dapat diketahui dengan

indikator Angka Bebas Jentik (ABJ). M enurut Sutomo (2005), angka

bebas jentik (ABJ) dapat dijadikan sebagai indikator pelaksanaan 3 M .

Standar ABJ bagi setiap daerah adalah minimal 95% yaitu setiap 100

rumah minimal 95 rumah harus bebas dari jentik nyamuk Aedes aegypti.

Page 6: Bab i My Skripsi ah

8/6/2019 Bab i My Skripsi ah

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-my-skripsi-ah 6/8

6

Tingginya penyebaran penyakit DBD juga disebabkan diantaranya

oleh perilaku penduduk tentang 3 M yang masih rendah. Dalam hal ini

beberapa penelitian menunjukkan tindakan masyarakat dalam melakukan3M masih sangat rendah, lalu tempat penampungan air yang dibiarkan

terbuka, tidak pernah dikuras dan tidak diberi abate.

Tindakan untuk melakukan 3 M sangatlah penting, karena

pelaksanaan 3 M dapat memutus siklus kehidupan nyamuk Aedes

aegypty. Jika 3 M gagal dilaksanakan maka akan tersedia tempat-tempat

bagi nyamuk Aedes aegypty untuk berkembang biak sehingga dalam

jangka waktu tertentu jumlah nyamuk semakin banyak sehingga

penularan DBD akan semakin cepat.

Dari uraian diatas yang menunjukkan besarnya pengaruh Sanitasi

lingkungan, Keberadaan Jentik dan tindakan 3 M terhadap penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi alasan penulis mengadakan

penelitian ini. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

ada hubungan antara Sanitasi Lingkungan, Keberadaan Jentik dan

tindakan 3 M dengan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan

Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut :

Page 7: Bab i My Skripsi ah

8/6/2019 Bab i My Skripsi ah

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-my-skripsi-ah 7/8

7

1. Apakah ada hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan kejadian

demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Sangatta Utara,

Kabupaten Kutai Timur ?2. Apakah ada hubungan antara tindakan 3 M dengan kejadian demam

berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten

Kutai Timur ?

C . Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

M engetahui hubungan Sanitasi Lingkungan dan Tindakan 3 M dengan

Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Sangatta

Utara, Kabupaten Kutai Timur.

2. Tujuan Khusus

a) M engetahui hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Sangatta Utara,

Kabupaten Kutai Timur.

b) M engetahui hubungan Tindakan 3 M dengan Kejadian Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten

Kutai Timur.

Page 8: Bab i My Skripsi ah

8/6/2019 Bab i My Skripsi ah

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-my-skripsi-ah 8/8

8

D. Manfaat penulisan

a. Bagi Penulis

Melatih dan mengembangkan cara berpikir serta kemampuan

mengidentifikasi dan menganalisa masalah kesehatan hingga

mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut serta memperoleh

pengalaman dalam melakukan studi pustaka dan kegiatan penelitian di

lapangan yang sangat berguna sebagai bekal untuk melaksanakan

penelitian berikutnya.

b. Bagi Fakultas Kesehatan M asyarakat Universitas M ulawarman

Dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian mahasiswa Fakultas

Kesehatan M asyarakat Universitas M ulawarman selanjutnya.

c. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan sumber

informasi penting dalam program pemberantasan penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD).

d. Bagi M asyarakat

M asyarakat dapat memperoleh informasi tentang faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)

sehingga masyarakat mampu memahami pentingnya menjaga

kesehatan dan kebersihan didaerah sekitar lingkungan rumah dan

dapat melakukan upaya pencegahan secara dini agar dapat terhindar

dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)