Upload
tuan-muda
View
156
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 1/17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
Setelah ditemukan adanya cadangan maka proses eksploitasi (produksi),
angkutan,dan industri penunjang lainnya akan memiliki nilai ekonomis yang
sangat tinggi sehingga akan terbuka persaingan usaha di dalam rangkaian industri
tersebut.
Dengan karakteristik kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara
tersebut maka diperlukan kepastian berusaha dan kepastian hukum di dunia
pertambangan mineral dan batubara. Tahun 2009 merupakan babak baru bagi pertambangan mineral dan batubara di Indonesia dengan disahkannya Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU
Minerba),menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan (UU No.11 Tahun 1967).
1.2. Maksud dan Tujuan
Beberapa tujuan penulisan yang berusaha dicapai dalam makalah ini antara
lain:
1) Mengetahui Tentang UU penerapan Minerba no. 4 tahun 2009
2) Mengetahui tahapan perizinan UU penerapan Minerba no. 4 tahun 2009
3) Mengetahui persyaratan pengajuan perizinan dan lama waktu dalam perizinan
4) Mengetahui proses pinjam pakai kawasan hutan Permenhut No. P-
43/MENHUT-II/2008
1
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 2/17
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas mengenai Izin Usaha Pertambangan Khusus(IUPK) dimana didalamnya menyangkut dengan tahapan perizinan, persyaratan
pengajuan perizinan dan lama waktu izin. Serta proses pinjam pakai kawasan
hutan Permenhut No. P-43/MENHUT-II/2008.
2
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 3/17
BAB II
PEMBAHASAN
Asas dan Tujuan UU Minerba
1. Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola berasaskan:
a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
c. partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;
d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
2. Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan,
tujuan pengelolaan mineral dan batubara adalah:
a. menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha
pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing;
b. menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup;
c. menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku
dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri;
d. mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar
lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat; dan
f. menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara.
Lahirnya Undang-Unadng Nomor 4 Tahun 2009 ini dengan sistem
pertambangan yang baru di dalamnya, dengan sendirinya menghapus beberapa
sistem di dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertambangan seperti Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya,
dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara ( PKP2B ) yang
terdapat di dalam substansi undang-undang ini beserta peraturan
3
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 4/17
pelaksanaannya. Sehingga munculnya peraturan baru ini dengan beberapa
sistem pertambangannya yang baru ini memaksa para pengusaha tambang di
Indonesia ini menyesuaikan diri terhadap peraturan yang baru ini.
Selama era otonomi daerah, khususnya sejak tahun 2001 ketika
dikeluarkannya PP 75 tahun 2001, yaitu ketika penegasan tentang pemberian
Kuasa Pertambangan (KP) dilakukan oleh Pemerintah Daerah, yang
berdasarkan aturan tersebut diberikan oleh bupati, gubernur atau menteri sesuai
dengan kewenangannya. Dalam prakteknya sebagian besar dari KP yang
dikeluarkan selama otonomi daerah tersebut diterbitkan oleh kabupaten. Hal ini
dapat dimengerti karena untuk perizinan KP yang dikeluarkan oleh propinsi
harus yang berbatasan antara sedikitnya 2 kabupaten, sedangkan yang
dikeluarkan menteri harus yang berbataskan sedikitnya 2 propinsi. Kriteria ini
sangat jarang ditemui dilapangan, baik sengaja atau tidak sengaja.
Saat ini jumlah KP yang dikeluarkan di daerah yang terinventarisir di
Ditjen Mineral, Batubara dan pans Bumi sudah melebihi angka 2500 KP,belum
terhitung yang tidak aktif dan tidak membayar royalti, sehingga bila
dijumlahkandari seluruh propinsi jumlahnya bisa lebih dari 3000 KP. Bila rata-
rata satu KP memilki 5. 000-10.000 Ha bayangkan betapa luasnya wilayah
tambang yang ada untuk KP saat ini. Berdasarkan hasil inspeksi di berbagai
wilayah ditemukan bhwa banyak dari KP-KP ini yang belum secara serius
menerapkan prinsip-prinsip penambangan yang baik dan benar. Disamping
supply-demand balance menjadi sangat sulit diketahui pada kondisi ini,
disebabkan rendahnya kesadaran untuk memberikan laporan yang baik dan
benar kepada Pemerintah. Terlebih lagi sebagian besar dari komoditi tambang
tersebut dijual dalam bentuk bahan mentah. Ini adalah salah satu ekses dariotonomi daerah dimana diperlukan pengaturan, komitmen dan kerjasama lebih
lanjut untuk memperbaiki kondisi ini ke-depan. Disinilah peran UU minerba.
Berdasarkan pada UU Minerba, KP yang sudah ada sebelum UU
Minerba ini disahkan wajib mengikuti mekanisme yang ada di dalam UU
Minerba dan istilah KP diganti menjadi IUP, dengan penjelasan lebih lanjut
akan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah. Seyogyanya dan memang
ketentuannya demikian, setelah UU Minerba disahkan, Pemerintah Daerah
4
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 5/17
sudah menghentikan pemberian KP baru sambil menunggu ketentuan PP yang
mengatur soal ini lebih lanjut. Hal ini karena di dalam mekanisme UU Minerba
tersebut, pemberian IUP tidak dengan pemberian atau penunjukan langsung
seperti sebelumnya tapi harus melalui mekanisme lelang.
Ada yang mengatakan bahwa UU Minerba melanggengkan rejim keruk
habis sumberdaya mineral. Pendapat ini tidak tepat. UU Minerba justru
berkehendak pengaturan yang lebih baik untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Sesuai dengan Pasal 102 pada Bab XIII Hak dan Kewajiban, perlu
dipahami bahwa Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang
(vide Pasal 1 angka 6), di samping itu setiap peningkatan tahap kegiatan tidak
secara langsung diberikan, tetapi akan dilakukan dievaluasi terlebih dahulu,
apabila sudah dianggap layak baru dapat disetujui peningkatan tahap
kegiatannya.
Di samping itu, "Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai
tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan
penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan
batubara". Hal di atas dimaksudkan bahwa pemegang IUP dan IUPK (tahap
Operasi Produksi) tidak diperkenankan untuk menjual bahan tambang
asalan/raw material secara langsung dan wajib melakukan kegiatan pengolahan
dan pemurnian terhadap bahan tambang tersebut sehingga memiliki nilai jual
lebih yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan Negara dari royalty
penjualan bahan tambang. Alasannya cukup jelas, sudah cukup lama Indonesiamenjadi pengekspor bahan mentah (raw material) untuk komoditi tambang,
sementara di saat kita membutuhkan barang yang sudah jadi, kita import
dengan harga yang sudah berlipat ganda. Ini bukanlah pekerjaan mudah tapi
membutuhkan kerjasama dengan semua pihak dan komitmen yang besar untuk
itu
5
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 6/17
2.1. Tahapan IUPK menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU
Minerba) :
Dalam UU Minerba perizinan dilakukan dengan lelang untuk mineral logam
dan batubara, sedangkan untuk mineral bukan logam dan batuan perijinan
dilakukan dengan permohonan wilayah. Dalam UU sebelumnya tata cara
perizinan dilakukan dengan permohonan.
pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegitaan
pascatambang. Berangkat dari definisi itu, kegiatan reklamasi tidak hanya
dilaksanakan pada tahap operasi produksi saja, melainkan juga pada tahap
eksplorasi.
Pemegang IUPK eksplorasi harus mereklamasi lahan terganggu akibat
kegiatan eksplorasi. Reklamasi yang dilakukan meliputi reklamasi lubang
pengeboran, sumur uji, dan/atau parit uji. Meskipun masih pada tahap ekplorasi,
mereka sudah berkewajiban menyediakan jaminan reklamasi.
Pada tahap eksplorasi, pemegang IUPK harus menyiapkan rencana
reklamasi yang akan dilaksanakan pada tahap operasi produksi. Diantaranya de-
ngan membuat tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang, rencana
pembukaan lahan, program reklamasi pada lahan bekas tambang dan di luar bekas
tambang, kriteria keberhasilan reklamasi dan rencana biaya reklamasi. Yang
tercakup dalam lahan di luar bekas tambang adalah timbunan tanah penutup,
timbunan bahan baku/produksi, jalan transportasi, instalasi pengolahan, instalasi
pemurnian, kantor dan perumahan, pelabuhan, lahan penimbunan dan pengen-
dapan tailing .
6
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 7/17
Sejak awal tahap eksplorasi, rencana pascatambang sudah disiapkan.
Meskipun umur tambangnya masih beberapa puluh tahun yang akan datang.
Proses perencanaan tersebut dilakukan bersamaan dengan penyusunan studi
kelayakan dan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Isi rencana
pascatambang tersebut harus memuat profit wilayah, deskripsi kegiatan
pertambangan, rona lingkungan akhir lahan pascatambang, program
pascatambang, organisasi, kriteria keberhasilan pascatambang dan rencana biaya
pascatambang. Namun, dalam menyusun rencana pascatambang, pemegang IUPK
harus berkonsultasi dengan instansi pemerintah dan/atau instansi pemerintah
daerah yang membidangi pertambangan mineral dan/atau batubara, instansi
terkait, dan masyarakat. Hal itu dilakukan untuk mengakomodir kepentingan
pemerintah (pusat & daerah) dan masyarakat.
Reklamasi dan pascatambang dinyatakan selesai bila telah berhasil
memenuhi kriteria keberhasilan. Namun, bila reklamasi berada di kawasan hutan,
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, maka pelaksanaan dan kriteria
keberhasilannya disesuaikan setelah berkoordinasi dengan Instansi terkait sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUPK
wajib melaksanakan:
a. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
b. keselamatan operasi pertambangan;
c. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan
reklamasi dan pascatambang;
d. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
e. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam
bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan
sebelum dilepas ke media lingkungan.
IUPK Khusus diberikan oleh Menteri berdasarkan permohonan yang
diajukan oleh BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta.
7
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 8/17
IUPK diberikan melalui tahapan:
1. Pemberian WIUPK
Menteri harus terlebih dahulu menawarkan kepada BUMN atau BUMD
dengan cara prioritas. Jika peminat lebih dari 1 BUMN/ BUMD, WIUPK
diberikan kepada BUMN/BUMD dengan membayar biaya kompensasi
data informasi. Jika lebih dari 1 BUMN/ BUMD, WIUP diberikan dengan
cara lelang. Pemenang lelang dikenai kewajiban membayar biaya
kompensasi data informasi sesuai dengan nilai lelang.
2. Pemberian IUPK
BUMN/ BUMD yang diberikan WIUPK berdasarkan prioritas atau
pemenang lelang WIUPK mineral logam atau batubara, harus
menyampaikan permohonan IUPK Eksplorasi kepada Menteri dalam
jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penetapan
pengumuman pemenang lelang WIUPK . Permohonan wajib memenuhi
persyaratan administratif, persyaratan teknis, persyaratan lingkungan dan
persyaratan finansial, persyaratan teknis, persyaratan lingkungan dan
persyaratan finansial.
2.2. Persyaratan Pengajuan Perizinan dan Lama Waktu Izin
dalam IUPK menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 .
Persyaratan luas wilayah dan jangka waktu sesuai dengan kelompok usaha
pertambangan yang berlaku bagi pemegang IUPK meliputi:
a) luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan
mineral logam diberikan dengan luas paling banyak 100.000 (seratus ribu)
hektare.
b) luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan
mineral logam diberikan dengan luas paling banyak 25.000 (dua puluh
lima ribu) hektare.
8
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 9/17
c) luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan
batubara diberikan dengan luas paling banyak 50.000 (lima puluh ribu)
hektare.
d) luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan
batubara diberikan dengan luas paling banyak 15.000 (lima belas ribu)
hektare.
e) jangka waktu IUPK Eksplorasi pertambangan mineral logam dapat
diberikan paling lama 8 (delapan) tahun.
f) jangka waktu IUPK Eksplorasi pertambangan batubara dapat diberikan
paling lama 7 (tujuh) tahun.
g) jangka waktu IUPK Operasi Produksi mineral logam atau batubara dapat
diberikan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua)
kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun.
9
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 10/17
2.3Proses pinjam pakai kawasan hutan “ PERMENHUT No.
10
Untuk mengikuti lelang pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
PersyaratanAdministratif
1.Untuk badan usaha :
• Mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
• Akte pendirian yang sudah disahkan yang berwenang yang
• tujuannya bergerak di usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat
yang berwenang; dan
2.Untuk koperasi :
• Mengisi formilir yang sudah disiapkan panitia lelang;
• Profil koperasi;
• Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
3. Untuk orang perseorangan :
• Mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang;
• KTP;dan
• NPWP
4. Untuk perusahaan firma dan perusahaan komanditer
• Mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang.
• Profil perusahaan..
• Akte pendirian perusahaan firma atau perusahaan komanditer yang sah; dan
• NPWP.
Dalam eksploitasi Izin Usaha Pertambangan Khusus terdapat beberapa persyaratan
yaitu :
a) Luas dan Jangka Waktu IUPK
Eksploitasi :
• Logam Maximal 100.000 ha.
• Batubara Maximal 50.000 ha.
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 11/17
Pinjam pakai kawasan hutan adalah salah satu bentuk ijin yang
diberikan oleh Pemerintah Departemen Kehutanan guna memfasilitasi
kepentingan masyarakat atau Pemerintah sendiri untuk menggunakan
kawasan hutan bagi kepentingan-kepentingan pembangunan, antara lain
untuk pertambagangan, jalan, menara telekomunikasi, jaringan listrik,
pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.
Secara singkat definisi pinjam-pakai kawasan hutan menurut
Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.43/Menhut-II/2008 adalah
penggunaan atas sebagian kawasan hutan kepada pihak lain untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah
status, peruntukan dan fungsi kawasan tersebut.
Izin pinjam pakai kawasan hutan diterbitkan oleh Menteri setelah
dipenuhinya seluruh kewajiban dalam persetujuan prinsip sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi lahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a diatur dengan ketentuan :
a. Untuk pinjam pakai kawasan hutan yang bersifat komersial, pada provinsi yang luas kawasan hutannya kurang dari 30 % (tiga puluh
perseratus) dari luas daratan provinsi, pemohon wajib menyediakan
dan menyerahkan lahan kompensasi seluas 2(dua) kali luas kawasan
hutan yang dipergunakan kepada Departemen Kehutanan yang clear
and clean dan direboisasi.
b. Untuk penggunaan kawasan hutan yang bersifat non komersial pada
provinsi yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% (tiga puluh
perseratus) dari luas daratan provinsi, pemohon wajib menyediakan
dan menyerahkan lahan kompensasi seluas 1(satu) kali luas kawasan
hutan yang dipergunakan kepada Departemen Kehutanan yang clear
and clean dan direboisasi.
c. Lahan kompensasi harus dipenuhi oleh pemohon pinjam pakai
kawasan hutan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 2 (dua)
tahun sejak diterbitkannya persetujuan prinsip pinjam pakai kawasan
hutan oleh Menteri.
11
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 12/17
d. Pinjam pakai kawasan hutan dengan membayar PNBP Penggunaan
Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dan
Pasal 25 ayat (1) huruf b besarnya dana PNBP tersebut dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut :
PNBP = (L1 x tarif) + (L2 x 4 x tarif) + (L3 x 2 x tarif) Rp/tahun.
e. Tata cara pengenaan, pemungutan dan penggunaan dana PNBP
penggunaan kawasan hutan diatur tersendiri.
JANGKA WAKTU DAN PERPANJANGAN IZIN PINJAM PAKAI
KAWASAN HUTAN
1) Jangka waktu izin pinjam pakai kawasan hutan selama-lamanya 20
(dua puluh) tahun, dan dapat diperpanjang sesuai dengan perizinan
dibidangnya dan dapat dicabut oleh Menteri jika terjadi pelanggaran
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Izin kegiatan survei, izin kegiatan penyelidikan umum dan izin
kegiatan eksplorasi untuk kegiatan di luar kehutanan dalam kawasan
hutan diberikan selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang sesuai
dengan rencana kerja sektornya dan dapat dicabut oleh KepalaBadan Planologi Kehutanan Menteri jika terjadi pelanggaran
terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3) Perpanjangan izin pinjam pakai kawasan hutan dan izin kegiatan
survei, izin kegiatan penyelidikan umum dan izin kegiatan
eksplorasi untuk kegiatan di luar kehutanan, diberikan berdasarkan
hasil evaluasi.
4) Jangka waktu pinjam pakai kawasan hutan untuk kepentingan
pertahanan negara dan sarana untuk keselamatan lalu lintas
laut/udara serta jalan umum berlaku selama digunakan untuk
kepentingan dimaksud.
Permohonan pinjam pakai kawasan hutan dapat diajukan oleh :
a. Koperasi; e. Instansi Pemerintah
b. Yayasan;
12
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 13/17
c. BUMN/BUMD;
d. BUMS;
Permohonan pinjam pakai kawasan hutan diajukan oleh Pimpinan
Instansi Pemerintah/Pimpinan Perusahaan/Pimpinan Koperasi/Pimpinan
Yayasan kepada Menteri, dengan tembusan disampaikan kepada:
a. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan;
b. Kepala Badan Planologi Kehutanan;
c. Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan;
d. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam;
e. Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial ;
f. Kepala Balai Pemantapan Kawasan Hutan.
Pinjam pakai kawasan hutan hanya dapat dilakukan untuk penggunaan
kawasan hutan dengan tujuan strategis dan untuk kepentingan umum terbatas.
1. Penggunaan kawasan hutan dengan tujuan strategis adalah untuk :
• Kepentingan religi
• Pertahanan dan keamanan;
• Pertambangan;
• Pembangunan ketenagalistrikan dan instalasi teknologi energi
terbarukan;
• Pembangunan jaringan telekomunikasi; atau
• Pembangunan jaringan instalasi air.
2. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan umum terbatas adalah
untuk :
Jalan umum dan jalan (rel) kereta api;
• Saluran air bersih dan atau air limbah;
• Pengairan;
• Bak penampungan air;
• Fasilitas umum;
• Repeater telekomunikasi;
13
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 14/17
• Stasiun pemancar radio; atau
• Stasiun relay televisi.
Tujuan pinjam pakai kawasan hutan adalah:
a. Membatasi dan mengatur penggunaan sebagian kawasan hutan
untuk kepentingan umum terbatas atau kepentingan pembangunan
lainnya di luar sektor kehutanan tanpa mengubah status,fungsi dan
peruntukannya.
b. Menghindari terjadinya enclave di dalam kawasan hutan.
Izin pinjam pakai dituangkan dalam bentuk perjanjian yang disebut
Perjanjian Pinjam Pakai Kawasan Hutan Isinya antara lain memuat
kewajiban dan syarat lain yang harus dipenuhi pihak kedua (pemohon)
seperti:
a. Membayar ganti rugi nilai tegakan pohon/vegetasi lainnya yang
ditebang.
b. Setiap tahun mereklamasi, menanam dan menyuburkan kembali
kawasan pinjam pakai yang telah selesai dieksploitasi.
c. Menjaga keamanan hutan, menghindari timbulnya bahaya
kebakaran, kerusakan hutan, erosi dan tanah longsor di dalam dan di
sekitar kawasan hutan yang dipinjam.
d. Dilarang melakukan kegiatan pada daerah yang ditetapkan sebagai
kawasan perlindungan setempat, seperti sempadan sungai, pantai,
kawasan sekitar danau atau waduk dan sekitar mata air.
Perjanjian izin pinjam pakai ini sewaktu-waktu dapat dibatalkan bila salah satu
syarat yang ditentukan tidak dipenuhi serta memiliki jangka waktu selama lima
tahun, dan dapat diperpanjang untuk periode berikutnya setelah diadakan evaluasi.
Persyaratan Permohonan ijin pinjam-pakai kawasan hutan sebagaimana
Peraturan Menteri Kehutanan (Pasal 9 ayat 4) yakni :
• Rencana kerja, peta & citra satelit
• Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
• Rekommendasi Gubernur atau Rekomendasi Bupati
14
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 15/17
• Pernyataan kesanggupan untuk memenuhi semua kewajiban dan biaya
• Pertimbangan Teknis Perum Perhutani (khusus Jawa)
• Izin atau perjanjian disektor non kehutanan (KK/KP/SIPD/lainnya)
• Untuk kegiatan pertambangan yang diterbitkan oleh Propinsi/Kabupaten,
diperlukan pertimbangan dari ESDM
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem pelaksanaan menurut UU No.4 tahun 2009 tentang pertambangan
mineral dan batu bara tidak ada pembedaan antara penanaman modal
dalam negeri dan penanaman modal asing yakni dengan sistem perizinan
melalui Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan
Khusus (IUPK).
2. IUPK diberikan melalui tahapan:
a. pemberian WIUPK; dan
b. pemberian IUPK.
15
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 16/17
3. Keuntungan yang dapat diperoleh dari diberlakukannya UU No.4 tahun
2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara sehubungan dengan
investasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
- Bahwa pengutamaan BUMN dan badan usaha milik swasta untuk
memperoleh IUPK merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam
rangka kemandirian energi dengan mengusahakan pertambangan
dikerjakan sendiri oleh tenaga,otak, dan uang sendiri.
4. Tahun 2009 merupakan babak baru bagi pertambangan mineral dan
batubara di Indonesia dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU
Minerba),menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan (UU No.11 Tahun 1967).
5. pemegang IUPK harus menyiapkan rencana reklamasi yang akan
dilaksanakan pada tahap operasi produksi. Diantaranya dengan membuat
tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang, rencana pembukaan
lahan, program reklamasi pada lahan bekas tambang dan di luar bekas
tambang, kriteria keberhasilan reklamasi dan rencana biaya reklamasi.
6. Dalam UU Minerba perizinan dilakukan dengan lelang untuk mineral
logam dan batubara, sedangkan untuk mineral bukan logam dan batuan
perijinan dilakukan dengan permohonan wilayah. Dalam UU sebelumnya
tata cara perizinan dilakukan dengan permohonan.
7. Secara singkat definisi pinjam-pakai kawasan hutan menurut Peraturan
Menteri Kehutanan nomor P.43/Menhut-II/2008 adalah penggunaan atas
sebagian kawasan hutan kepada pihak lain untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah status,
peruntukan dan fungsi kawasan tersebut.
8. Prioritas kepada BUMN dan BUMD untuk Wilayah Izin Usaha
pertambangan Khusus bersifat netral dengan tujuannya untuk menjamin
manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup. Prioritas kepada BUMN dan BUMD
dalam pemberian WIUPK dilakukan dengan alasan untuk memudahkan
16
5/11/2018 Bab i n Pembahasan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-n-pembahasan 17/17
kontrol dan karena wilayah pertambangan yang dimaksud mempunyai
kondisi khusus, antara lain wilayah dengan jumlah cadangan yang kurang
menguntungkan, wilayah yang harus dilestarikan.
17