Upload
zainur
View
12
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
back pain
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Nyeri punggung adalah nyeri di bagian lumbar, lumbosacral, atau di daerah leher.
Nyeri ini sangat beragam ketajaman dan intensitasnya. Nyeri punggung diakibatkan oleh
regangan otot atau tekanan pada akar saraf (1). Nyeri punggung biasanya dirasakan
sebagai rasa sakit, tegangan, atau rasa kaku di bagian punggung. Nyeri ini dapat
bertambah buruk dengan postur tubuh yang tidak sesuai pada saat duduk atau berdiri, cara
menunduk yang salah, atau mengangkat barang yang terlalu berat (2).
Dalam satu penelitian dikatakan bahwa kurang lebih 60-80% individu setidaknya
pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Sebagian besar (75%) penderita akan
mencari pertolongan medis dan 25% di antaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih
lanjut (3). Pentingnya nyeri punggung dan leher ditandai sebagai berikut: (a) biaya yang
dihabiskan selama menderita nyeri punggung ±100 milyar dollar per tahun, termasuk biaya
kesehatan secara langsung ditambah biaya karena produktivitas yang menurun, (b) gejala
nyeri punggung merupakan penyebab utama disabilitas pada individu yang berusia <45
tahun, (c) nyeri punggung bawah merupakan penyebab paling sering kedua untuk berobat
ke dokter di Amerika, (d) ±1% populasi Amerika tidak mampu bekerja dalam waktu yang
lama karena menderita nyeri punggung (4). Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri
PERDOSSI (Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002 menemukan prevalensi penderita NPB
sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia dan
migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang dilakukan di 14
kota di Indonesia juga oleh kelompok studi Nyeri PERDOSSI tahun 2002 ditemukan
18,13% penderita NPB dengan rata-rata nilai VAS sebesar 5,46±2,56 yang berarti nyeri
sedang sampai berat. Lima puluh persen diantaranya adalah penderita berumur antara 41-
60 tahun (5).
1.2.Rumusan masalah
Tingginya insidensi penyakit ini mengharuskan tingginya kontak pasien dengan
tenaga medis sehingga diperlukan pembelajaran agar kasus seperti ini dapat ditangani
dengan tepat sebagaimana penanganan penyakit lainnya yang sering ditemui. Dengan
demikian, rumusan masalah pada tinjauan pustaka ini adalah:
1. Bagaimana algoritma diagnosis nyeri punggung yang tepat?
2. Bagaimana algoritma pengelolaan nyeri punggung yang tepat?
1.3.Tujuan
Tinjauan kepustakaan ini bertujuan menjelaskan dasar teori nyeri punggung yang
terdiri atas definisi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, patofisiologi, diagnosis,
tatalaksana, komplikasi, dan prognosis. vi
1.4.Manfaat
Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa
kedokteran dan praktisi kesehatan agar dapat menegakkan diagnosis dan memberikan
penanganan yang tepat pada kasus nyeri punggung.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Nyeri Punggung Bawah
Dalam bahasa kedokteran, nyeri pinggang dikenal sebagai “low back pain”. Nyeri
Punggung Bawah atau Nyeri Pinggang (Low Back Pain) adalah nyeri di daerah lumbosakral
dan sakroiliaka. Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain, atau sebaliknya nyeri
yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain). NPB pada
hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Masalah
NPB meliputi banyak aspek, bukan hanya penderitaan akibat nyeri yang dialami, tapi juga
menimbulkan pemborosan ekonomi dan peningkatan biaya kesehatan.
2.2. Anatomi Punggung Bagian Bawah
Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus
vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh
ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kokoh dan terdiri atas
masing-masing arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh
berbagai ligament di antaranya ligament interspinal, ligament intertansversa dan ligament
flavum. Pada prosesus spinosus dan transverses melekat otot-otot yang turut menunjang dan
melindungi kolum vertebra.
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari segmen anterior dan
posterior.
a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga badan.
Segmen ini meliputi korpus vertebrata dan diskus intervebralis yang diperkuat oleh ligamentum
longitudinale anterior di bagian depan dan limentum longitudinale posterior di bagian belakang.
Sejak dari oksiput, ligament ini menutup seluruh bagian belakang diskus. Mulai L1 gamen ini
menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligament hanya tinggal separuh asalnya.
b. Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus spinosus. Satu
dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligament serta otot.
Struktur lain yang tak kalah pentingnya dalam persoalan NPB adalah discus intervertebra. Di
samping berfungsi sebagai penyangga beban, discus berfungsi pula sebagai peredam kejut.
Diskus ini terbentuk oleh annulus fibrosus yang merupakan anyaman serat-serat fibroelastik
hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong melekat pada “end
plate” vertebra, sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi
nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Secara
anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L1 sampai seluruh tulang sacrum dan otot-
otot sekitarnya. Dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1.1. Tulang Belakang Gambar 2.1.. Struktur Kolumna
(Kolumna Vertebralis) Vertebralis Lumbal
2.3. Asal dan Sifat Nyeri Pinggang 18, 19
Nyeri punggung bawah dapat dibagi dalam enam jenis, yaitu:
2.3.1. Nyeri punggung lokal.
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan
dan ke kiri. Dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal,
korpus vertebra, artikulasio dan ligament.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Iritasi pada radiks.
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan terasa pada dermatom yang
bersangkutan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi
motoris. Iritasi dapat disebabkan proses desak ruang yang bias terletak pada foramen
intervertebra atau dalam kanalis vertebra.
2.3.3. Nyeri acuan somatik
Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan di bagian lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian lebih dalam dapat dirasakan
di bagian lebih superfisial.
2.3.4. Nyeri acuan
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau di dalam ruang panggul
yang dirasakan di daerah punggung.
2.3.5. Nyeri karena iskemia.
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di
pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Biasanya disebabkan oleh penyumbatan
pada percabangan aorta atau pada arteria iliaka komunis.
2.3.6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi
fasial yang sering berlebihan.
2.4. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
2.4.1. Klasifikasi Menurut Penyebabnya
Nyeri punggung bawah menurut penyebabnya diklasifikasikan sebagai berikut:
a. NPB traumatik
Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah punggung bawah, semua
unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena oleh trauma.
a.1. Trauma pada unsur miofasial
Setiap hari beribu-ribu orang mendapat trauma miofasial, mengingat banyaknya pekerja kasar
yang gizinya kurang baik dengan kondisi kesehatan badan yang kurang optimal. Juga di
kalangan sosial yang serba cukup atau berlebihan keadaan tubuh tidak optimal karena
kegemukan, terlalu banyak duduk dan terlalu kaku karena tidak mengadakan gerakan-gerakan
untuk mengendurkan urat dan ototnya. NPB jenis ini disebabkan oleh lumbosakral strain dan
pembebanan berkepanjangan yang mengenai otot, fasia dan atau ligament.
a.2. Trauma pada komponen keras
Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di vertebrata torakal bawah atau
vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapat terjadi juga pada kondisi tulang belakang yang
patalogik. Karena trauma yang ringan (misal jatuh terduduk dari kursi pendek), kolumna
vertebralis yang sudah osteoporotik mudah mendapat fraktur kompresi.
Universitas Sumatera Utara
Akibat trauma dapat terjadi spondilolisis atau spondilolistesis. Pada spondilolisis istmus pars
interartikularis vertebrae patah tanpa terjadinya korpus vertebra. Spondilolistesis adalah
pergeseran korpus vertebra setempat karena fraktur bilateral dari istmus pars interartikularis
vertebra. Pergeserannya diderajatkan sampai IV. Kalau hanya 25% dari korpus vertebra yang
tergeser ke depan, maka spondolistesisnya berderajat I. Pada pergeserannya secara mutlak,
keadaannya dikenal sebagai spondilolistesis derajat IV. Pada umumnya spondilolistesis terjadi
pada L.4 atau L.5.
b. NPB akibat proses degeneratif
b.1. Spondilosis
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebra berikut
arkus dan prosesus artikularis serta ligament yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang
belakang satu dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai osteoatritis deformans, tapi
kini dinamakan spondilosis.
Pada spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang, penyempitan discus dan osteofit-
osteofit yang dapat menimbulkan penyempitan dariforamina intervetebralis.
b.2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus intervertebralis yang bila
pada suatu saat terobek yang dapat disusul dengan protusio discus intervertebralis yang
akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai discus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5.
b.3. Osteoatritis
Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ialah kartilago artikularisnya,
yang dikenal sebagai osteoatritis. Pada osteoatritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang
terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun. Terbatasnya pergerakan sepanjang kolumna
vertebralis pada osteoatritis akan menyebabkan tarikan dan tekanan pada otot-otot/ ligament
pada setiap gerakan sehingga menimbulkan NPB.
b.4. Stenosis Spinal
Vertebrata lumbosakralis yang sudah banyak mengalami penekanan, penarikan, benturan dan
sebagainya dalam kehidupan sehari-hari seseorang, sudah tentu akan memperlihatkan banyak
kelainan degeneratif di sekitar discus intervertebralis dan persendian fasetal posteriornya. Pada
setiap tingkat terdapat tiga persendian, yaitu satu di depan yang dibentuk oleh korpus vertebra
dengan discus intervertebralis dan dua di belakang yang dibentuk oleh prosesus artularis
superior dan inferior kedua korpus vertebra yang ada di atas dan di bawah discus
intervertebralis tersebut. Kelainan degeneratif yang terjadi di sekitar ketiga persendian itu
berupa osteofit dan profilerasi jaringan kapsel persendian yang kemudian mengeras (hard
lesion). Bangunan degeneratif itu menyempitkan lumen kanalis intervertebralis setempat dan
menyempitkan foramen intervertebra.
c. NPB akibat penyakit inflamasi
c.1. Artritis rematoid
Artritis rematoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang. Sendi yang
terjangkit mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi
mengalami kerusakan. Akibat sinovitis (radang pada sinovium) yang menahun, akan terjadi
kerusakan pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan ligament di sendi.
c.2. Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari poliartritis rematoid yang juga
didapatkan di tempat lain. Rasa nyeri timbul akibat terbatasnya gerakan pada kolumna
vertebralis , artikulus sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan penyempitan foramen
intervertebralis.
d. NPB akibat gangguan metabolisme
Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh menurunnya
massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral tulang disertai dengan kerusakan
mikro arsitektur dari jaringan tulang, dengan akibat menurunnya kekuatan tulang, sehingga
terjadi kecenderungan tulang mudah patah. Menurunnya massa tulang dan memburuknya
arsitektur jaringan tulang ini, berhubungan erat dengan proses remodeling tulang. Pada proses
remodeling, tulang secara kontinyu mengalami penyerapan dan pembentukan. Hal ini berarti
bahwa pembentukan tulang tidak terbatas pada fase pertumbuhan saja, akan tetapi pada
kenyataannnya berlangsung seumur hidup. Sel yang bertanggung jawab untuk pembentukan
tulang disebut osteoblas, sedangkan osteoklas bertanggung jawab untuk penyerapan tulang.
Pembentukan tulang terutama terjadi pada masa pertumbuhan. Pembentukan dan penyerapan
tulang berada dalam keseimbangan pada individu berusia sekitar 30 - 40 tahun. Keseimbangan
ini mulai terganggu dan lebih berat ke arah penyerapan tulang ketika wanita mencapai
menopause. Pada osteoporosis akan terjadi abnormalitas bone turnover, yaitu terjadinya proses
penyerapan tulang lebih banyak dari pada proses pembentukan tulang. Peningkatan proses
penyerapan tulang dibanding pembentukan tulang pada wanita pascamenopause antara lain
disebabkan oleh karena defisiensi hormon estrogen, yang lebih lanjut akan merangsang
keluarnya mediator-mediator yang berpengaruh terhadap aktivitas sel osteoklas, yang berfungsi
sebagai sel penyerap tulang. Jadi yang berperan dalam terjadinya osteoporosis secara
langsung adalah jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk menyerap tulang, yang
dipengaruhi oleh mediatormediator, yang mana timbulnya mediator-mediator ini dipengaruhi
oleh kadar estrogen.
NPB pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan oleh
osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau radikular merupakan keluhan.
Dalam hal itu terdapat fraktur kompresi yang menjadi komplikasi osteoporosis tulang belakang.
e. NPB akibat neoplasma
e.1. Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra dapat mengakibatkan nyeri
hebat yang dirasakan terutama pada malam hari. Hemangioma merupakan tumor yang berada
di dalam kanalis vertebralis dan dapat membangkitkan NPB. Meningioma merupakan suatu
tumor intadural namun ekstramedular. Tumor ini dapat menjadi besar sehingga menekan pada
radiks-radiks. Maka dari itu tumor ini seringkali membangkitkan nyeri hebat pada daerah
lumbosakral.
e.2. Tumor maligna
Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan sekunder. Tumor primer yang
sering dijumpai adalah mieloma multiple. Tumor sekunder yaitu tumor metastatik mudah
bersarang di tulang belakang, oleh karena tulang belakang kaya akan pembuluh darah. Tumor
primernya bisa berada di mama, prostate, ginjal, paru dan glandula tiroidea.
f. NPB akibat kelainan kongenital
Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebra lumbalis merupakan variasi anatomik yang
tidak mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus
vertebra lumbalis. Pada lumbalisasi “lumbosakral strain” lebih mudah terjadi oleh karena
adanya 6 ruas lumbosakral, bagian lumbal kolum vertebral seolah-olah menjadi lebih panjang,
hingga tekanan dan tarikan pada daerah lumbal pada tiap gerakan lebih besar daripada orang
normal. Beban yang lebih berat pada otot-otot dan ligament sering menimbulkan NPB.
g. NPB sebagai referred pain
Walaupun benar bahwa NPB dapat dirasakan seorang penderita ulkus peptikum, pankreatitis,
tumor lambung, penyakit ginjal dan seterusnya, namun penyakit penyakit visceral menghasilkan
juga nyeri abdominal dengan manifestasi masing-masing organ yang terganggu.
NPB yang bersifar referred pain memiliki ciri-ciri khas yaitu:
g.1 Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah
g.2. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal, yakni tidak ada nyeri
tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri isometrik dan motalitas punggung tetap baik.
Walaupun demikian sikap tubuh mempengaruhi bertambah atau meredanya referred pain.
g.3. Referred pain lumbal ada kalanya merupakan ungkapan dini satu-satunya penyakit
visceral.
g.4. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral mengungkapkan adanya keadaan
patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred pain di daerah lumbal.
h. NPB psikoneurotik
Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula bermanifestasi sebagai nyeri
punggung karena menegangnya otot-ototnya. NPB karena problem psikoneuretik misalnya
disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah
NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau
batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan
tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
Ada 3 jenis keluhan NPB pada penderita psikoneurotik. Yang pertama ialah seorang histerik. Ia
sungguh-sungguh merasakan sakit di pinggang, tetapi sakit pinggangnya merupakan ungkapan
penderitaan mentalnya kepada dunia luar. Yang kedua ialah seorang pengeluh . Dalam
hidupnya banyak waktu terbuang untuk merengek rengek saja. Letaknya nyerinya berubah
ubah, misal di kepala, lain kali perutnya kembung, punggung bawah sakit dan seterusnya.
Penyakitnya adalah sekaligus hobinya. Dan yang ketiga adalah seorang yang dengan
keluhannya hendak memperoleh uang ganti rugi. Dan sakit pinggangnya dikenal sebagai NPB
kompensantorik.
j. Infeksi 13
Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut misalnya
kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus). NPB yang disebabkan infeksi kronik misalnya
spondilitis TB.
2.4.2. Diagnosis Banding 21
Berdasarkan penyebab NPB yang telah dijelaskan, masing-masing penyebab tersebut dapat
dikategorikan kedalam beberapa diagnosis banding antara lain:
a. NPB Mekanikal
NPB akibat kondisi mekanik antara lain: kongenital, degeneratif, trauma dan gangguan
mekanik, dan gangguan metabolik.
b. NPB Nonmekanikal
NPB akibat kondisi nonmekanik antara lain: radang, tumor, infeksi, dan problem psikoneurotik.
Universitas Sumatera Utara
c. NPB Penyakit Viseral
NPB karena penyakit viseral adalah penyakit yang berhubungan dengan organ pelvis dan alat-
alat dalam lain misal nephrolitiasis, pyelenopritis, aortic anyeurym, dll.
2.5. Epidemiologi NPB
2.5.1. Distribusi NPB
a. Menurut Orang
Pada umumnya sekitar 70-80% orang dewasa diestimasikan akan pernah menderita Nyeri
Punggung Bawah dalam hidup mereka. Insidensi nyeri pinggang di negara berkembang lebih
kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut
maupun kronik.
Hasil penelitian Perdossi (2001) pada 44 pasien penderita NPB di Jakarta diketahui bahwa
kelompok umur pria yang sering menderita NPB adalah kelompok umur 30-39 tahun,
sedangkan pada wanita adalah kelompok umur 50-59 tahun.
Berdasarkan penelitian Tavafian SS, et al (2004) pada 101 wanita penderita NBP di Iran
diperoleh umur rata-rata wanita yang menderita NPB adalah 44 tahun dengan berat badan rata-
rata 69 kg.
b. Menurut Tempat dan Waktu
Nyeri Punggung Bawah adalah masalah yang banyak dihadapi oleh banyak negara dan
menimbulkan banyak kerugian.16 Berdasarkan data dari penelitian Picavet dan Schouten
(2001) untuk melihat prevalensi nyeri muskoletal (termasuk NPB) pada beberapa negara di
dunia, diketahui prevalensi penderita NPB di Swedia pada tahun 1998 adalah sebesar 56%,
Norwegia pada tahun 1997 sebesar 21,6%, Spanyol pada tahun 1999 sebesar 23,7%, dan di
Belanda pada tahun 2001 adalah sebesar 26,9% dari total populasi. 8
Pada tahun 1998, prevalensi penderita NPB di Inggris adalah 40% dalam 1 tahun terakhir. Ada
sedikit peningkatan dibandingkan tahun 1996 dengan prevalensi NPB 35%. Pada tahun 1992
prevalensi NPB hanya 10%. 38
Menurut Altinel Levent, et al (2008), prevalensi penduduk Turki menderita NPB adalah 51%
selama hidup mereka. 37
Di Rumah sakit Dr. Kariadi Semarang, proporsi pasien baru yang berkunjung di Divisi
Rehabilitasi Medik pada tahun 1995 adalah sebanyak 20% (276 orang) dengan keluhan NPB
dengan 5 orang harus menjalani operasi. Pada bulan Mei tahun 2000 di tempat yang sama
didapatkan 52 penderita (5%) NPB dari 1092 pasien baru yang berkunjung di RS ini. 23
Menurut Harsono (1991) di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita NPB
meliputi kurang dari 5,5% dari jumlah pengunjung, sementara proporsi NPB rawat inap 8-9%.
24
2.5.2. Determinan Nyeri Punggung Bawah
Faktor pencetus untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, pekerjaan, faktor
psikososial, riwayat cedera punggung sebelumnya, aktivitas/ olahraga dan kebiasaan merokok.
a. Usia
Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya NPB, sehingga biasanya diderita oleh
orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga
tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian telah memperlihatkan bahwa resiko dari NPB
meningkat pada pasien yang semakin tua, tetapi ketika mencapai usia sekitar 65 tahun resiko
akan berhenti meningkat. Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda sudah terkena
NPB. Bahkan anak-anak dan remaja saat ini ini semakin beresiko mengalami nyeri punggung
akibat menghabiskan terlalu banyak waktu membungkuk di depan komputer atau membawa tas
sekolah yang berat dari dan ke sekolah. 6
Dalam penelitian Louw, Q.A, et al (2007) di Afrika ditemukan bahwa populasi yang paling
banyak menderita NPB meliputi kelompok usia pekerja/ produktif (48%). Kelompok usia sekolah
yang menderita NPB adalah 15% dari total penderita NPB. Prevalensi anak-anak dan remaja
untuk menderita NPB adalah 33% sedangkan prevalensi orang dewasa menderita NBP adalah
50%. 39
Menurut penelitian Jones, G.T (2004) di Inggris ditemukan bahwa pada anak-anak dan remaja
memiliki resiko yang sama seperti orang dewasa dalam menderita NPB dengan prevalensi 70-
80%. Walaupun banyak kasus anak-anak yang dilaporkan aktivitas sehari-harinya terhambat
karena menderita NPB, namun gangguan serius/parah jarang ditemukan sehingga konsultasi
kesehatan dan rawat inap masih jarang dilakukan.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri punggung bawah
sampai umur 60 tahun. Namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat
mempengaruhi timbulnya NPB, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan
terjadinya NPB.
Berdasarkan penelitian Altinel, Levent, et al (2007) di Turki didapatkan bahwa prevalensi NPB
pada perempuan adalah 63,2% dan pada laki-laki sebesar 33,8% setidaknya satu kali dalam
hidup mereka untuk menderita NPB. 37
c. Obesitas
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya NPB lebih besar, karena
beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan
terjadinya NPB.
Obesitas dapat diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan rumus
BB(kg)/TB2(m). WHO telah menetapkan standar obesitas pada orang Asia yaitu dengan ukuran
IMT ≥ 25kg/m2. 40
Inggris memiliki prevalensi obesitas yang pertumbuhannya paling cepat di negara Barat dan hal
ini mungkin berperan terhadap masalah punggung pada tahun-tahun yang akan datang.
Frekuensi obesitas orang dewasa hampir empat
Universitas Sumatera Utara
kali lipat dalam 25 tahun terakhir. Tiga perempat orang Inggris memiliki berat badan berlebih. 25
Menurut penelitian Putri Perdani (2010) dengan desain penelitian kasus kontrol terhadap 110
responden didapat orang yang mempunyai postur tubuh piknik beresiko 6,9 kali (OR=6,9 )
untuk timbulnya nyeri punggung bawah. Dengan adanya berat badan berlebih, terutama beban
ekstra di daerah perut dapat menyebabkan tekanan pada daerah tersebut meningkat. 26
d. Pekerjaan
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah
kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau
sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis. Oleh karena itu, riwayat pekerjaan sangat
diperlukan dalam penelusuran penyebab NPB.
Berdasarkan penelitian Punnet Laura, et al (2005) dengan desain Kohort pada 1.404 subjek,
diperoleh bahwa kategori pekerjaan pekerja sales (RR=1,38) operator (RR=2,39), pekerja
pelayanan jasa (RR=2,67), dan petani (RR=5,17) memiliki hubungan dalam menimbulkan NPB.
33
e. Faktor Psikososial
Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko NPB. Kecemasan, depresi,
stress, tanggung jawab, ketidakpuasan kerja, mental, stress di tempat kerja dapat
menempatkan orang-orang pada peningkatan risiko NPB kronis.
Menurut penelitian Muto Shigeki et al (2005) di Jepang pada 975 subjek yang bekerja sebagai
guru sekolah dengan desain penelitian cross sectional didapatkan bahwa jumlah kasus guru
berjenis kelamin pria yang menderita NPB dan mengalami depresi dalam pekerjaannya ada
sebanyak 58 kasus (59,2% dibandingkan dengan jumlah subjek pria seluruhnya), sedangkan
guru perempuan penderita NPB yang mengalami depresi dalam pekerjaan ada sebanyak 121
kasus (59,9% dibandingkan dengan jumlah seluruh guru wanita yang diteliti). Berdasarkan
penelitian tersebut, kasus NPB yang dilaporkan dengan gejala depresi jumlahnya lebih banyak
(proporsi 60%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi. 34
f. Riwayat cedera/trauma
Satu-satunya alat prediksi terbaik NPB adalah riwayat cedera/trauma. Seseorang yang pernah
mengalami cedera/trauma sebelumnya beresiko untuk mengalami NPB dikarenakan faktor
kekambuhan atau karena cedera tersebut berlangsung kronis. 41
g. Aktivitas/ olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab NPB yang sering tidak disadari oleh
penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang seperti
duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menyebabkan NPB.
Misalnya seorang pelajar/ mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada
waktu menulis. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang tulang
belakang. Posisi mengangkat beban dengan berdiri lalu langsung membungkuk mengambil
beban merupakan posisi yang salah.
Selain sikap tubuh yang salah yang sering kali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat
seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam sehari, melakukan aktivitas
dengan duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, dapat pula meningkatkan resiko
timbulnya NPB.
Pada penelitian Putri Perdiani (2010) dengan desain penelitian kasus kontrol terhadap 110
responden didapat bahwa posisi duduk memiliki hubungan yang bermakna dengan nyeri
punggung bawah (OR= 6,01), orang yang mempunyai posisi duduk beresiko 6,01 kali untuk
timbulnya NPB. 26
h. Merokok
Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan perokok. Diperkirakan
hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke cakram dan berkurangnya oksigen
darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh darah arteri.
Menurut penelitian Sarnad, Nurul I, dkk (2010) di Malaysia ditemukan bahwa perokok beresiko
1,32 kali (OR=1,32) untuk menderita NPB dibandingkan dengan yang bukan perokok. 5
a. Diagnosis Klinis NPB
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan umum,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
a.1. Anamnesis
Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan dengan organ lain yang terletak
di dalam rongga perut serta rongga pelvis, dan juga mengingat banyaknya faktor penyebab
NPB, maka anamnesis terhadap setiap keluhan NPB akan merupakan sederetan daftar
pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita atau pengantarnya. Daftar pertanyaan
tersebut diharapkan dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal yang terlewatkan dalam
anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah terjadi secara akut atau kronis,
disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, mengalami gangguan tidur, menstruasi
atau libido, disertai nyeri pada tungkai atau menjalar ke tungkai, diperberat oleh batuk/bersin,
memiliki riwayat tuberkulosis, keganasan/operasi tumor, kencing batu, klaudikasio intermitten,
bekerja dengan sikap yang salah atau mengejan kuat, memiliki perasaan cemas atau gelisah,
memiliki riwayat demam atau gangguan buang air kecil/besar, atau memiliki rasa kesemutan
pada tungkai.
Anamnesis NPB mempunyai kerangka acuan tertentu minimal harus meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a) Letak atau lokasi nyeri
Universitas Sumatera Utara
b) Penyebaran nyeri
c) Sifat nyeri
d) Pengaruh aktivitas terhadap nyeri
e) Pengaruh posisis tubuh atau anggota tubuh
f) Trauma
g) Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya
h) Obat-obat analgetika yang pernah diminum
i) Kemungkinan adanya proses keganasan
j) Riwayat menstruasi
k) Kondisi mental/emosional
a.2. Pemeriksaan Umum
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Inspeksi
b) Palpasi dan perkusi
c) Pemeriksaan tanda vital (vital sign)
a.3. Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologik meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik,
serta percobaan-percobaan atau test untuk menentukan apakah sarafnya ada yang mengalami
kelainan.
a.4. Pemeriksaan dengan alat-alat
Yang dimaksud dengan pemeriksaan alat-alat disini ialah neuroimaging dengan menggunakan
alat-alat seperti foto polos vertebra lumbosakral, Bone scan, mielografi, CT Scan (Computerized
Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging), ultrasonografi, biopsi tertutup vertebra
lumbal, densitometri tulang.