Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes adalah gangguan metabolik kronis di mana prevalensi telah
meningkat secara terus-menerus di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan
karena peningkatan kadar glukosa darah menjadi lebih tinggi dari biasanya.
Ini juga disebut hiperglikemia. Diabetes tipe 2 adalah bentuk diabetes yang
paling umum. Jika seseorang terdiagnosa diabetes tipe 2, maka tubuhnya tidak
menggunakan insulin dengan benar. Hal ini disebut resistensi insulin. Pada
awalnya, pankreas membuat insulin ekstra untuk menggantikannya. Namun,
pankreas tidak mampu menjaga dan tidak dapat membuat insulin yang cukup
untuk menjaga glukosa darah pada tingkat normal (Olokoba, Obateru, &
Olokoba, 2012). Sedangkan hipertensi merupakan tekanan darah persisten
dengan tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg (Silviana &
Pramestutie, 2016). Menurut WHO hipertensi merupakan suatu kondisi di
mana pembuluh darah terus meningkatkan tekanannya. Darah dibawa dari
jantung ke seluruh tubuh di dalam pembuluh. Setiap kali jantung berdetak, ia
memompa darah ke dalam pembuluh. Tekanan darah diciptakan oleh
kekuatan darah mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa
oleh jantung. Semakin tinggi tekanan semakin sulit jantung memompa.
Menurut WHO Prevalensi penyakit hipertensi di dunia sekitar 972
juta jiwa atau 26,4%. Pengidap hipertensi di dunia paling banyak berada di
negara berkembang yaitu sebanyak 639 juta jiwa. Sedangkan di negara maju
2
sebanyak 333 juta jiwa. Jumlah orang dengan diabetes terus meningkat dari
108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun 2014.Prevalensi
diabetes di kalangan orang dewasa di atas 18 tahun telah meningkat dari 4,7%
pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014. Pada 2015 sekitar 1,6 juta
kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. 22 juta kematian lainnya
disebabkan oleh glukosa darah yang tinggi. Hampir setengah dari semua
kematian disebabkan glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun.
WHO memproyeksikan bahwa diabetes akan menjadi penyebab kematian
ketujuh di tahun 2030.
Di Indonesia untuk umur lebih dari 18 tahun sebesar 25,8%, akan
tetapi yang terdiagnosis oleh petugas kesehatan ataupun rutin minum obat
hanya sebesar 9,5%. Proporsi penderita diabetes melitus meningkat seiring
meningkatnya usia. Pada penyakit DM untuk umur lebih dari 15 tahun
didapatkan bahwa sebanyak 26,3% yang telah terdiagnosis dan 73,7% tidak
terdiagnosis (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit diabetes melitus dan
hipertensi di Indonesia diduduki oleh provinsi Jawa Timur dengan jumlah
penderita 330. 512 jiwa. Sedangkan jumlah penderita hipertensi sebanyak
935.736 jiwa (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016). Jumlah penderita
hipertensi di puskesmas Polowijen Kota Malang sebanyak 458 orang
sedangkan penderita DM tipe 2 sebanyak 129 orang.
Hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 termasuk dalam golongan
penyakit kronis dimana penyakit ini merupakan penyakit yang mempunyai
durasi waktu yang lama. Hipertensi, diabetes melitus, stroke, kanker, dan
3
penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Di
Indonesia penyakit kronis adalah penyebab kematian terbesar. Pencegahan
penyakit kronis dapat dilakukan namun membutuhkan pembiayaan cukup
besar. Maka dari itu dalam penanganan penyakit kronis dibutuhkan program
yang besifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif secara terus-
menerus (Assupina, Misnaniarti, & Rahmiwati, 2013). Berdasarkan peraturan
bersama sekretaris jenderal kementerian kesehatan RI dan direktur utama
BPJS kesehatan nomor HK.01.08/III/980/2017 nomor 2 tahun 2017
tentang petunjuk teknis pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis
pemenuhan komitmen pelayanan pada fasilitas tingkat pertama pemerintah
mengeluarkan suatu program yang dinamakan Prolanis (Program Pengelolaan
Penyakit Kronis).
Prolanis merupakan sistem pelayanan kesehatan di bawah
pengawasan secara langsung oleh pihak BPJS dan dilakukan di faskes tingkat
I yang dikhususkan kepada pasien hipertensi dan diabetes melitus tipe 2
dengan tujuan agar penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dan
mendapatkan hasil yang optimal dengan pembiayaan yang efisien sehingga
dapat mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Prolanis tertuju
kepada penderita DM tipe 2 dan HT dikarenakan kedua penyakit tersebut
dapat ditanggulangi terlebih dahulu di faskes tingkat I. Pasien- pasien yang
telah terdiagnosis HT dan DM tipe 2 dianjurkan untuk rutin berkunjung dan
ikut serta dalam kegiatan Prolanis dengan harapan kesehatan para penderita
khususnya lansia dapat terpantau secara maksimal. (Panduan Praktis Prolanis,
BPJS). Prolanis merupakan program yang baru dirilis oleh pemerintah
4
sehingga dibutuhkan sosialisasi ekstra kepada masyarakat guna pengenalan
Prolanis. Tindakan yang dapat dilakukan untuk memunculkan minat untuk
berkunjung dan ikut serta dalam kegiatan yaitu melakukan kunjungan ketika
ada kegiatan masyarakat guna memperkenal serta mensosialisasikan program
baru yaitu Prolanis agar mereka tertarik untuk ikut serta pada kegiatan
Prolanis (Warsiman, 2016). Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi minat untuk berkunjung yaitu dukungan keluarga, fasilitas
kesehatan yang didalamnya termasuk jarak rumah dengan fasilitas kesehatan,
sikap dan perilaku serta tingkat pengetahuan (Ningsih, Arneliwati, & Lestari,
2014)
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki
oleh manusia semasa hidupnya. Pengetahuan terjadi setelah melakukan
pengindraan terhadap suatu objek. Dalam hal ini pengetahuan yang baik dan
benar memegang peran penting untuk mengubah perilaku seseorang ke arah
yang lebih baik (Kustantya & Anwar, 2013). Pengetahuan yang harus dimiliki
oleh seorang penderita hipertensi maupun DM tipe 2 yaitu mengenai arti dari
hipertensi dan DM tipe 2, tanda gejala, tatalaksana penyakit dalam jangka
panjang, komplikasi, dan pencegahan (Silviana & Pramestutie, 2016).
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 28 Oktober 2018 jumlah
penderita hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Polowijen
sebanyak 587 jiwa. Penyakit tidak menular masih menjadi problematika
hingga saat ini. Petugas puskesmas mengatakan bahwa mayoritas penderita
HT dan DM tipe 2 berusia 40-60 tahun ke atas. Berdasarkan data dari
5
puskesmas Polowijen yang menjadi anggota Prolanis serta rutin berkunjung
sebanyak 19 orang. Hal ini disebabkan karena tidak mudah untuk
mensosialisasikan program ini kepada masyarakat. Petugas puskesmas
mengatakan bahwa kurangnya kesadaran diri dan kurangnya pengetahuan
mengenai pentingnya program ini merupakan hambatan yang utama.
Kegiatan Prolanis ini diadakan 1 bulan sekali. Terdapat beberapa kegiatan di
Prolanis yaitu pengecekan tekanan darah dan gula darah, IMT, pendidikan
kesehatan, pemberian obat secara rutin dan senam Prolanis. Petugas
puskesmas mengatakan untuk semua penderita hipertensi dan DM disarankan
untuk mengikuti kegiatan Prolanis dengan tujuan agar kesehatan terkontrol
dengan maksimal.
Hasil studi pendahuluan mengenai Prolanis dan minat kunjungan
Prolanis ke puskesmas kepada 20 responden didapatkan hasil 11 orang tidak
mengetahui mengenai Prolanis, tidak mengikuti kegiatan dan tidak
mengetahui manfaat yang didapat setelah mengikuti program tersebut.
Sedangkan 9 orang mengetahui tentang Prolanis, mengikuti secara rutin
seluruh kegiatannya, dan mengetahui manfaat dari mengikuti program
tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti tentang
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Program Pengelolaan Penyakit
Kronis (Prolanis) Dengan Minat Kunjungan ke Prolanis di wilayah
Puskesmas Polowijen, Malang”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: “Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Dengan minat kunjungan ke
Prolanis di wilayah Puskesmas Polowijen, Malang”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang Program Pengelolaan
Penyakit Kronis (Prolanis) dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah
Puskesmas Polowijen, Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita DM tipe 2 dan HT
tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).
2. Untuk mengetahui minat kunjungan ke Prolanis.
3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dengan minat kunjungan
ke Prolanis.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan
pengetahuan masyarakat mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis
7
(Prolanis) serta meningkatkan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah
Puskesmas Polowijen, Malang.
1.4.2 Manfaat Teoritis
a. Bagi puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya untuk melakukan
sosialisasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan dalam pelayanan
Prolanis di puskesmas.
b. Bagi Prolanis dan petugas Prolanis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta dampak
positif untuk lebih meningkatkan pelayanan bagi petugas Prolanis dan
sebagai informasi bagi pemerintah agar lebih memperhatikan kesehatan
masyarakat serta sistem dari Prolanis.
c. Bagi penderita DM tipe 2 dan HT
Penelitian ini diharapkan dapat mendorong penderita agar lebih aktif
untuk mengikuti berbagai kegiatan Prolanis yang diadakan di puskesmas.
d. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk peneliti lain yang
meneliti mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dengan minat kunjungan ke
Prolanis.
1.5 Keaslian penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah, Elly L, Abdul R, K dengan judul
“Faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Jumlah Kunjungan Peserta
8
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Minasa
Upa Kota Makassar”. Subjek penelitian sebanyak 51 orang. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Hasil dari penelitian ini adalah peserta prolanis yang tidak rutin
melakukan kunjungan dan kegiatan prolanis memicu timbulnya
komplikasi bagi penderita DM dan hipertensi sehingga tidak dapat
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan yang lebik baik.
Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada
penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini
tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan
kuesioner kepada masnyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.
Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat
pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,
Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Deiby, Herlina I.S.W dan Hedison P
dengan judul “Pengaruh Senam Prolanis Terhadap Penyandang
Hipertensi” menggunakan jenis penelitian eksperimental pre-post group
design. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling pada lansia
dengan diagnosis hipertensi di Klinik Husada Sario Manado. Sampel yang
digunakan sebanyak 25 lansia. Sebelum dilakukan senam prolanis
diadakan pengukuran tekanan darah kepada responden. Pada penelitian
9
ini responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok senam prolanis
yang melakukan senam sebanyak 2x/seminggu dan kelompok senam
prolanis yang melakukan senam sebanyak 3x/seminggu. Setelah dilakukan
pelatihan selama 1 bulan, diukur tekanan darahnya kembali. Hasil dari
penelitian ini adalah adanya penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada kedua kelompok senam prolanis setelah dilakukan senam
prolanis selama 1 bulan.
Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada
penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini
tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan
kuesioner kepada masyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.
Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat
pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,
Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Primahuda dan Untung Sujianto
meneliti mengenai “Hubungan Antara Kepatuhan Mengikuti Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS dengan Stabilitas Gula
Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Babat Kabupaten
Lamongan”. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasi analitik
dengan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif non-eksperimental.
Sampel yang bepartisipan sebanyak 82 responden. Pengambilan data
10
menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat kepatuhan maka semakin baik stabilitas gula darah
pasien.
Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada
penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini
tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan
kuesioner kepada masyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.
Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat
pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,
Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.
4. Penelitian yang dilakukan okeh Mahmud Killic, Tugba Uzuncakma, dan
Huseyin Ede melakukan penelitian mengenai “The Effect of Knowledge about
Hypertension on The Control High Blood Pressure”. Metode pada penelitian ini
adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 485 responden
dan dibagikan kuesioner serta suervei informasi pribadi yang sudah
disiapkan sesuai literatur. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar
subjek memiiki pengetahuan yang rendah atau tidak memadai mengenai
hipertensi, dua petiga dari subjek tidak menyiratkan modifikasi pola hidup
yang signifikan untuk hipertensi.
Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada
penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat
11
pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini
tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan
kuesioner kepada masyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.
Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat
pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,
Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Yee Cheng Kueh, Tony Morris, Erika, B,
et al. melakukan penelitian dengan judul “Modelling of Diabetes Knowledge,
Attitudes, Self- Management, and Quality of Life: a Cross Sectional Study with an
Australian Sample. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Sebanyak 291 peserta yang terdiri dari 192 laki- laki dan 99 perempuan
menjadi responden pada penelitian ini. Para responden mengisi kuesioner
mengenai pengetahuan DM, sikap, manajemen diri, dan QoL (Quality of
Life Scale). Hasil dari penelitian ini adalah Pengetahuan diabetes, sikap,
dan manajemen diri merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup di antara orang-orang dengan diabetes tipe 2.
Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan dilakukan yaitu pada
penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan tentang Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas. Penelitian ini
tidak memberikan intervensi apapun, hanya dengan membagikan
kuesioner kepada masnyarakat yang terdiagnosis HT dan DM tipe 2.
12
Tujuan pembagian kuesioner tersebut untuk mengetahui tingkat
pengetahuan mengenai Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
dengan minat kunjungan ke Prolanis di wilayah puskesmas Polowijen,
Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional.