Upload
trandieu
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengunjung melakukan perjalanan wisata didasari oleh berbagai hal, antara
lain untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan, baik secara jasmani maupun
rohani. Saat ini berwisata sudah menjadi bagian dari kebutuhan setiap kelompok
masyarakat. Meningkatnya antusiasme masyakat Indonesia terlihat dari
meningkatnya tren pengunjung dosmestik dalam satu dekade terakhir. Begitu pula
dengan pengunjung mancanegara, seperti yang diungkapkan oleh Pusat
Komunikasi Publik Kementrian Pariwisata dalam siaran pers yang diterima oleh
CNN Indonesia bahwa jumlah pengunjung mancanegara (wisman) yang datang ke
Indonesia pada Februari 2015 sebesar 786.653 wisman atau mengalami
pertumbuhan 11,95 persen dibanding Februari 2014 yang berjumlah 702.666
wisman1.
Yogyakarta sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang
menawarkan beragam jenis wisata, salah satunya wisata edukasi. Hal ini berkaitan
erat dengan julukan kota Yogyakarta sebagai kota pelajar. Setiap liburan sekolah
kota Yogyakarta dipenuhi oleh bus-bus dari berbagai daerah, ini merupakan
kegiatan rutin yang dilakukan pihak sekolah dalam menyambut liburan setelah
kegiatan belajar yang hanya dilakukan di lingkungan sekolah. Hal tersebut telah
1http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150403155216-269-44067/kunjungan-wisatawan-
asing-ke-indonesia-catat-rekor-tertinggi/ diakses pada 27 Februari 2016 pukul 16:30
2
menjadi kebutuhan bagi pelajar karena setiap libur sekolah dipastikan diadakan
studi tur2. Seperti yang diungkapkan ketua yayasan Widya Budaya Yogyakarta,
Widi Utaminingsih bahwa Wisatawan pelajar bukan sekadar mengunjungi obyek
wisata atau daerah tertentu, tetapi mestinya melalui kegiatan wisata mereka
mengenal seni, adat istiadat maupun budaya, memahami dan mendalami kekayaan
alam yang beragam3.
Edukasi merupakan proses pembelajaran dari sebuah pengalaman, sebuah
pengalaman yang melibatkan siswa kedalam proses pembelajaran partisipasi
langsung. Proses belajar tidak hanya dapat dilakukan didalam sekolah tetapi juga
dapat dilakukan di luar sekolah. Wisata minat khusus sering dikaitkan dengan
kegiatan di luar ruangan. Menurut Tabata (dalam Hall, 1992:4-5) Perjalanan
seharusnya akan memberi manfaat, memperkaya, menantang dan menjadi sebuah
pengalaman pembelajaran.
Dalam melakukan perjalanannya, wisatawan tidak lagi hanya datang
melihat tempat yang mereka kunjungi, namun juga mencari sebuah pengalaman dan
pembelajaran yang dapat mereka rasakan dalam hidup mereka. Hal ini didukung
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Pearce (dalam Hall, 1992:5) bahwa
pariwisata di masa depan disarankan tidak hanya datang ke suatu lokasi tetapi juga
ikut berpartisipasi, belajar dan memberikan pengalaman.
2http://travel.kompas.com/read/2012/05/29/13592447/Yogya.Perlu.Siapkan.Paket.Wisata.Berbasis.Pelajar diakses pada 12 Juni 2016 pukul 2:10 3http://travel.kompas.com/read/2013/06/23/2052372/Yogyakarta.Diramaikan.Wisatawan.Pelajar diakses pada 12 Juni 2016 pukul 3:08
3
Di Indonesia belum ada kurikulum pendidikan konservasi atau alam
lingkungan yang jelas di sekolah4. Di sisi lain, Indonesia merupakan sebuah negara
yang memiliki kekayaan biodiversitas dan sumber daya alam yang beragam. Ini
membuka peluang untuk mengembangkan pariwisata berbasis konservasi sumber
daya alam. Ekowisata merupakan pariwisata dewasa yang bertanggung jawab
dengan konsep ramah lingkungan guna mengurangi dampak buruk dari kegiatan
pariwisata itu sendiri. Tujuan utama dari pendidikan lingkungan adalah untuk
memberikan peserta didik pengetahuan yang komprehensif dari pekerjaan alam dan
lingkungan, memberikan pengalaman dalam menilai kualitas lingkungan,
memberikan pemahaman terhadap dampak atas tindakan perseorangan pada
kualitas lingkungan dan dapat menjadi sumber bimbingan dalam bertindak sebagai
warga negara yang lebih bertanggung jawab dengan rasa kesadaran bermasyarakat
yang meningkat (Devi & Reddy, 2007:3).
Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pariwisata akan memberikan
dampak negatif bagi lingkungan kerusakan disebabkan oleh kegiatan pariwisata
ketika jumlah pengunjung lebih besar dari kapasitas daya tampung, namun hal itu
dapat diminimalkan dampaknya. Dibutuhkan edukasi sejak dini agar dapat
mengurangi dampak kerusakan pada lingkungan, kurangnya minat dan perhatian
pada pendidikan lingkungan di sekolah membuat kesadaran akan melindungi dan
melestarikan lingkungan menjadi rendah.
4 http://www.tngunungmerapi.org/urgensi-pendidikan-konservasi/ diakases pada 20 April 2017 pukul 21:56
4
Kabupaten Kulon Progro adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan ibukota bernama Wates. Kabupaten ini berbatasan
dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di bagian timur, samudra Hindia
di bagian selatan, Kabupaten Purworejo di bagian barat, serta Kabupaten Magelang
di bagian utara. Pada bagian barat laut berupa pegunungan Bukit Menoreh
sedangkan di bagian selatan merupakan daratan rendah yang landai yang terdapat
beberapa pantai seperti Pantai Glagah, Pantai Trisik dan Pantai Congot5. Wildlife
Rescue Centre terletak di Kabupaten Kulon Progo merupakan field project dari
Yayasan Konservasi Alam Yogyakartayang befokus pada konservasi alam dan
satwa Indonesia. Banyak orang yang belum mengtahui tentang Wildlife Rescue
Centre walaupun lokasinya sangat berdekatan dengan wisata Kalibiru yang saat ini
sedang banyak diminati pengunjung. Dalam website resmi Dinas Pariwisata
Pemuda dan Olah Raga Kulon Progo Wildlife Rescue Centre masuk dalam kategori
wisata pendidikan6.
Program pendidikan konservasi di Wildlife Rescue Centre di kembangkan
untuk memberikan pengetahuan tentang konservasi alam dan ilmu pengetahuan
dengan metode praktek langsung (learing by doing) melalui permainan dan diskusi,
target yang dituju adalah pelajar dari bangku TK hingga SLTA. Dalam pendidikan
konservasi ada tiga jenis kegiatan yaitu detektif pohon, detektif serangga dan
animal care.
5http://www.kulonprogokab.go.id/v21/Kondisi-Umum_6_hal diakses pada 22-04-2016 pukul 17:06 6http://dinparpora.kulonprogokab.go.id/pages-54-wild-rescue-centre-wrc.html dikses pada 23-04-2016
5
Program Pendidikan Konservasi dikembangkan untuk memberikan
pengetahuan tentang konservasi alam dan ilmu pengetahuan dengan metode praktik
langsung melalui permainan-permainan menyenangkan. Target grup dari
Pendidikan Konservasi ini adalah anak-anak tingkat pendidikan TK hingga SLTA.
Program Pendidikan Konservasi dikembangkan dengan metode-metode paket
sesuai dengan point of interest, yaitu:
1) Detektif Pohon, yaitu program pembelajaran identifikasi dan pengenalan
tentang jenis-jenis dan fungsi pohon yang ada di kawasan Wildlife Rescue
Centre.
2) Detektif Serangga, yaitu program berburu serangga untuk belajar tentang
jenis, ciri-ciri, dan habitat serangga.
3) Animal Care, yaitu program pengenalan jenis-jenis satwa yang ada di
Wildlife Rescue Centre, pengenalan metode pemeliharaan satwa dan
pengenalan tentang pentingnya satwa bagi kehidupan alam.
Untuk dapat melihat tingkat keberhasilan dari sebuah program wisata
edukasi diperlukan adanya evaluasi yang lebih mendalam untuk dapat mengetahui
bagaimana peranan dari wisata edukasi lingkungan terhadap peningkatan kesadaran
akan pelestarian lingkungan dan satwa di Wildlife Rescue Centre Pengasih,
Kabupaten Kulon Progo.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah yaitu:
6
1) Bagaimana tingkat pemahaman pengunjung sebelum mengikuti program
edukasi lingkungan?
2) Bagaimana tingkat pemahaman pengunjung sesudah mengikuti program
edukasi lingkungan?
3) Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman pengunjung antara sebelum dan
sesudah mengikuti program edukasi lingkunga?
1.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Mengingat banyaknya jumlah kunjungan di Wildlife Rescue Centre namun
hanya sedikit yang mengambil paket edukusi lingkungan maka penelitian ini
dibatasi pada tingkat pemahaman wisata edukasi pada pengunjung yang telah
mengambil paket program pendidikan lingkungan. evalusi tersebut berupa melihat
tingkat pemahaman akan materi-materi yang diberikan selama mengikuti program
di Wildlife Rescue Centre. Kemudian permasalahan dianalisis dengan
menggunakan metode kuantitatif pre-post test untuk dapat mengukur perubahan
yang diterima oleh pengunjung peneliti menggunakan empat aspek kognitif sebagai
indikator pembuatan kuisioner yaitu: pengetahuan (knowledge); pemahaman
(comprehension); evaluasi (evaluation).
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1) Mampu menjabarkan kegiatan apa saja yang diikuti oleh pengunjung selama
mengikuti program wisata edukasi lingkungan.
7
2) Memperoleh gambaran tingkat pemahaman antara sebelum dan sesudah
mengikuti program wisata edukasi lingkungan pada pengunjung pelajar
satwa di Wildlife Rescue Centre.
3) Menghasilkan rumusan alternatif yang dapat direkomendasikan untuk
perbaikan kualitas program wisata edukasi lingkungan di Wildlife Rescue
Centre di masa depan.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Terdapat dua manfaat yang akan dihasilkan dari adanya penelitian ini,
diantaranya adalah:
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para akademisi sebagai acuan untuk
melaksanakan penelitian lanjutan atau penelitian serupa yang berkaitan dengan
peran wisata edukasi bagi pengunjung terhadap kesadaran akan pelestarian
lingkungan dan satwa.
2) Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak Wildlife
Rescue Centre sebagai salah satu masukan untuk lebih mengembangan edukasi
lingkungan.Selain itu juga dapat digunakan pada wisata edukasi lain sebagai
masukan dalam perencaan wisata edukasi di masa mendatang.
8
1.6 TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pemahaman pengunjung terhadap wisata edukasi lingkungan animal care dilihat
dari perbedaan hasil skor pada pre test dan post test.
Wisata edukasi animal care merupakan salah satu program pendidikan
konservasi lingkungan di Wildlife Rescue Centre yang tujuanya memberikan
manfaat tentang pengetahuan satwa Indonesia khususnya satwa yang dilindung
sehingga diharapkan dapat membentuk karakteristik anak yang lebih bertanggung
jawab dengan lingkungan. Secara langsung belum pernah ada penelitian yang
membahas tentang pengevaluasian tingkat pemahaman wisata edukasi lingkungan
di Wildlife Rescue Centre. Namun, ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan
dengan kesamaan lokasi penelitian. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan
sebagai berikut:
Artiesa Vefriana (2014) dari Universitas Gadjah Mada dalam penelitiannya
yang berjudul “Strategi Promosi Taman Satwa Wildlife Rescue Centre
Yogyakarta” menyatakan bahwa daftar kunjungan wisatawan pada bulan
Januari 2012 sampai Juli 2012 jumlah kunjungan wisatawan nusantara
adalah sebanyak 6991 pengunjung sedangkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara sebanyak 75 pengunjung. Efektifitas strategi promosi Taman
Satwa Wildlife Rescue Centre pada wisatawan mancanegara dapat diukur
dengan target wisatawan mancanegara pada tiap bulannya sebanyak 5
orang. Total kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 75 pengunjung.
Apabila dilakukan evaluasi secara keseluruhan dari 7 bulan tersebut maka
9
jumlah total kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 75 volunteer
dibagi 7 bulan sama dengan 10,714 maka melebihi dari target 5 orang
volunteer pada tiap bulannya. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa
target jumlah kunjungan sebanyak 5 orang volunteer pada tiap bulannya
dapat tercapai.
Dalam taman konservasi, penggalangan dana merupakan salah satu faktor
yang terpenting, oleh sebab itu program volunteer berbayar biasa tersedia dalam
sebuah yayasan taman konservasi. Dalam penelitian ini, persamaan terletak pada
lokasi penelitian namun memiliki perbedaan pada tema permasalahan yang dibahas.
Selain penelitian yang berhubungan dengan lokasi penelitian Wildlife
Resceu Centre, ada pula beberapa penelitian yang tidak memiliki kesamaan lokasi
penelitian namun memiliki metode penelitian yang mendukung penelitian ini.
Beberapa penelitian tersebut di antaranya:
1) Anindita Sindhiayu Hapsari (2014) dari Universitas Gadjah Mada dalam
sebuah skripsi dengan judul “Evaluasi Kualitas Pelayanan pada Bus Tingkat
Wisata Werkudara di Kota Surakarta”. Dalam penelitian ini penulis
menganalisis tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola bus
werkudara di mata wisatawan. Penelitian ini menggunakan metode mix
methods yang merupakan gabungan dari metode kualitatif dan kuantitatif
dengan menggunankan dimensi Serqual (service quality/kualitas
pelayanan). Metode Serqual digunakan untuk mengetahui kualitas
pelayanan dengan menghitung nilai gap dan memberikankan saran
perbaikan dari setiap gap yang ada. Dari hasil penelitian yang dianalisis
10
disimpullkan bahwa dari ketujuh belas aspek pelayanan yang diberikan
pengelola Bus Werkudara masih menunjukkan kekurangan. Keseluruhan
aspek pelayanan yang ada dalam dimensi Serqual, yaitu: Tangible,
Reliability Responsiveness, Assurance dan Emphaty memperoleh skor gap
negatif. Perbaikan kualitas perlu dilakukan pada ketujuh belas aspek
pelayanan agar kesenjangan dapat diminimalisir.
2) Arie Noviasanti (2011) dari Universitas Pendidikan Indonesia dalam sebuah
skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar
Siswa”. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen one group pre
test - post test design. Dalam penelitian ini peneliti berharap dengan
memberikan pengalaman sains langsung kepada siswa untuk memahami
fisika secara utuh, sehingga siswa terdorong untuk menggunakan
kemampuan berpikirnya dalam memecahkan masalah di kehidupan sehari-
hari. Sebelum melakukan penelitian di lapangan peneliti terlebih dahulu
melakukan wawancara dengan guru fisika dan melihat laporan hasil harian
siswauntuk pokok bahasan Besaran dan Turunan sebagian besar nilai siswa
berada di bawah KKM (Kriterian Ketuntasan Minimum). Setelah
melakukan analisis soal ulangan harian tersebut mencakup empat aspek
kognitif menurut Bloom yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C6
(evaluasi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemampuan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika setelah
diterapkan model pembelajaran berbasis masalah. Dari penelitian tersebut
11
ditemukan adanya hasil peningkatan kemampuan keterampilan proses sains
dan hasil belajar setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah
dengan rata-rata gain ternormalisasi <g> sebesar 0,61.
3) Dwi Prasetiyo (2013) “Efektivitas Model Pembelajaran ARIAS Berbantuan
Multimedia Pembelajaran Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ranah
Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran TIK” dalam skripsi dari Universitas
Pendidikan Indonesia. Pada penelitiannya penulis meneliti adakah
peningkatan hasil belajar ranah kognitif dengan tiga tingkat yaitu
pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3) pada siswa yang
dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajan ARIAS
berbantuan Multimedia lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dalam
pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Jenis dari penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode quasi
experiment dan desain penelitian menggunakan pre test post test control
group design. Subjek yang digunakan adalah dua kelas dari seluruh kelas
VIII di SMP Negeri 1 Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.
4) Gisca Nadya (2013) dalam skripsi dari Universitas Pendidikan Indonesia
dengan judul skripsi “Efektivitas Teknik Permainan Pinoy Henyo Dalam
Pembelajaran Kosakata (Meishi) Bahasa Jepang Tingkat Dasar (Studi
Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran
2012/1013”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan
siswa dalam mengingat kosakata bahasa Jepang sebelum dan sesudah
menggunakan permainan Pinoy Henyo, metode yang digunakan adalah
12
kuasi eksperimen dengan menggunakan eksperimen semu maka penelitian
hanya menggunakan satu kelompok subjek penelitian tanpa perbandingan
dari kelompok lainnya (one group before after pre test post test design).
Hasil tes sebelum dan setelah diberikan perlakuan kemudian dibandingkan
untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
kemampuan siswa dalam mengingat kosakata bahasa Jepang, setelah dan
sebelum menggunakan teknik permainan Pinoy Henyo.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini
membahas perubahan tingkat pemahaman terhadap satwa yang dirasakan oleh
pengunjung di Wildlife Rescue Centre. Belum ada penelitian yang meneliti
perubahan tingkat pemahaman pada pengunjung yang merupakan salah satu
program wisata edukasi di Wildlife Rescue Centre. Adakah perubahan peningkatan
pemahaman dan pengetahuan yang dirasakan pengunjung setelah mengikuti
program animal care.
1.7 LANDASAN TEORI : WISATA EDUKASI
Edukasi merupakan salah satu tujuan dari berwisata. Pembelajaran terfokus
pada hasil akhir sebagai alat untuk mencapai tujuan, sedangkan pembelajaran
sebagai proses dan fungsi lebih berfokus pada langkah-langkah yang dilakukan
hingga menuju proses akhir. Dalam pembelajaran sebagai produk, berfokus pada
pengalaman yang dirasakan berupa fasilitas dan penambahan pengetahuan oleh apa
yang telah dipelajari. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Kalinowski dan Weiler
(1989:17) pembelajaran wisata edukasi berfokus pada pengalaman akan
13
keterlibatan individu selama proses pemahaman sesuatu yang sedang dipelajari dan
mendorong kemahiran atau pengusaan atas sesuatu yang sudah diketahui seperti
wisata mengunjungi peternakan sapi pengunjung akan dijelaskan bagaimana cara
merawat sapi, bagaimana cara pemerasan susu sapi dan bagaimana cara
mengolanya kemudian ada saat dimana pengunjung dapat mencoba memerah susu
sapi.
Dalam wisata edukasi diharapkan dapat memberikan awal yang baik dalam
pendidikan serta memungkinkan untuk dapat mengembangkan dan memperkaya
diri dengan pengetahuan yang dapat berguna di masa depan. Hal ini di dukung
dengan pernyataan dari IUCN/UNESCO (1970) dalam (Nakagawa, Soedarsono, &
Bandem, 2006:17):
“...Environmental education is the process of recognizing values and
clarifying concepts in order to develop skills and attitudes neccessary to understand
and appreciate the inter-relatedness among man, his culture, and his biophysical
surroundings. Environmental education also entains practice in decision-making
and self-formulation of code of behavior about issues concerning environmental
quality...”.
Edukasi lingungan merupakan proses mengenali nilai dan mengklarifikasi
konsep untuk mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk
memahami dan menghargai saling berkaitan antara manusia, budaya dan
biofisiknya. Edukasi lingkungan juga mencakup praktek dalam pengambilan
keputusan dan formulasi diri terhadap tanda perilaku tentang isu – isu mengenai
kualitas lingkungan.
14
Berdasarkan data badan ketahanan pangan, Kementrian Pertanian Republik
Indonesia bahwa Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang telah dikenal
dengan kekayaan flora dan faunanya yang sangat beragam7. Kekayaan alam telah
memberi keuntungan tersendiri bagi sektor pariwisata. Saat ini ekowisata telah
berkembang, dengan berkunjung ke kawasan ekowisata kita tidak hanya menikmati
pemandangan alam melainkan juga dapat mempelajari sesuatu yang berhubungan
dengan lingkungan, budaya lokal dan tidak hanya berupa informasi melainkan juga
mendapatkan pengalaman langsung. Hal tersebut di dukung oleh pendapat The
Nature Conservation Society of Japan (dalam Nakagawa, Soedarsono, & Bandem,
2006:6) definisi ekowisata merupakan pariwisata yang peka terhadap pendidikan
lingkungan sehingga pengunjung dapat memahami, menghargai dan menikmati
alam dan budaya tanpa menyebabkan dampak dan kerusakan ekosistem.
Hasil belajar diperlukan untuk mengetahui keberhasilan dalam sebuah
program pendididikan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1990:22). Menurut
pendapat Bloom (1956) tujuan dari pendidikan dibagi menjadi tiga aspek
kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Tujuan aspek kognitif adalah menekan proses-proses intelektual
seperti mengingat, mengerti, memecahkan masalah (Soeitoe, 1982:49). Proses
dalam berpikir yang menggambarkan tahapan berpikir yang perlu dikuasai oleh
siswa agar mampu mengaplikasikan teori yang dipelajarinya kedalam tindakan
7 http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/08/wujudkan-kedaulatan-pangan-dengan-keanekaragaman-hayati diakses pada 1 Mei 2017 pukul 22:10
15
nyata. Aspek kognitif ini terdiri atas enam level yaitu, knowledge, comprehension,
application, analysis, synthesis, dan evaluation namun dalam penelitian ini hanya
menggunakan beberapa aspek kognitif yaitu:
1) Knowledge (pengetahuan)
Mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan,
menjodohkan, menyebutkan, menyebutkan, menyatakan, mereprosedur.
2) Comprehension (pemahaman)
Mempertahankan, membedakan, menduga (estimasi), menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, menggeneralisir, memberikan contoh, menuliskan
kembali, memperkirakan.
3) Evaluation (penilaian)
Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengeritik,
mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan.
1.8 METODE PENELITIAN
1.8.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk menganalisis tingkat
pemahaman yang dirasakan oleh pengunjung sebelum dan sesudah mengikuti
program wisata edukasi lingkungan animal care di Wildlife Rescue Centre. Tujuan
dari penelitian deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan sesuatu yaitu sebuah
penelitian yang dibuat untuk mengevaluasi efektifitas dari wisata edukasi
16
lingkungan dalam programnya yaitu animal care terhadap pengunjung yang
mengambil paket tersebut.
Dengan melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan menganalisis
apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat sehingga
memberikan dampak peningkatan pemahaman dan pengetahuan pada pengunung
yang mengikuti program animal care. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
berguna untuk pihak manajemen Wildlife Rescue Centre sebagai masukan dalam
penyusunan materi dan strategi peningkatan program wisata edukasi lingkungan
agar harapan untuk mengedukasi anak-anak dari usia diri terwujud dengan baik.
Penelitian kuantitatif akan dilakukan dua kali dalam waktu yang berbeda
dengan menggunakan satu alat uji yang sama. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah metode pre post test, dimana metode ini peneliti hanya
memiliki satu seri tes tetapi dicobakan sebanyak dua kali. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat pemahaman pengunjung wisata edukasi lingkungan
animal care di Wildlife Rescue Centre. Tes adalah penilaian yang komprehensif
terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program. Tes
mempunyai fungsi yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan
program pengajaran (Arikuto, 1984:27). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes tertulis, dengan jawaban pilihan ganda sebanyak 25 soal.
Jenis soal terdiri dari tiga indikator yang diambil dari aspek kogitif yaitu sepuluh
soal dengan indikator pengetahuan, sembilan soal dengan indikator pemahaman
dan enam soal dengan indikator evaluasi.
17
1.8.2 Ruang Lingkup Penelitian
Responden yang diteliti di sini adalah pengunjung pelajar yang mengambil
paket wisata edukasi lingkungan animal care. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan pre test terhadap 100 orang siswa dari kelas III dan IV dari tiga sekolah
yang berbeda yaitu SDIT Ar-Raihan Bantul, SDN Ungaran I Yogyakarta dan SDIT
Alam Nurul Islam Yogyakarta. Responden penelitian ini adalah 100 siswa dari
kelas tiga dan kelas empat sekolah dasar. Data dalam penelitian ini meliputi data
skor pre test dan skor post test hasil tes dari program animal care. Kemudian,
penulis melakukan pengajaran atau treament wisata edukasi animal care.
Selanjutnya melakukan post test setelah treatment atau pembelajaran diberikan.
Dari kedua tes tersebut kemudian akan dianalisis perbedaan hasil tes yang diberikan
kepada pengunjung pelajar. Data dalam penelitian ini juga disertai dengan hasil
observasi partisipan, dimana peneliti terlibat dalam kegiatan orang yang sedang
diamati yang digunakan sebagai sumber data penelitian. peneliti melakukan
pengamatan dan melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.
1.8.3 Wilayah Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Wildlife Rescue Centre yang beralamatkan
di Jl. Kawijo, Sendangsari, Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kabupaten Kulon Progo terletak kurang lebih 33,2 kilometer dari Kota
Yogyakarta.
Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pada alasan bahwa Daerah
Istimewa Yogyakarta merupakan kota pariwisata yang mempunyai banyak atraksi
18
wisata yang ditawarkan. Setiap liburan sekolah Daerah Istimewa Yogyakarta akan
dipenuhi oleh bis sekolah yang sedang berlibur. Yogyakarta yang dikenal sebagai
kota pelajar juga menawarkan berbagai wisata edukasi dari mulai wisata edukasi
budaya sampai wisata edukasi alam dan lingkungan.
1.8.4 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain one group pre test post test design.
Dalam desain ini, sebelum dilakukan perlakuan (treatment) diberikan terlebih
dahulu sampel diberi pre test (tes awal) dan di akhir sampel diberi post test (tes
akhir) dengan pertanyaan yang sama tanpa diketahui oleh sampel. Desain ini dipilih
karena mempunyai tujuan yang sesuai dengan kehendak yang ingin dicapai yaitu
ingin mengetahui pemahaman yang diterima oleh wisatawan pelajar setelah
mengikuti program wisata edukasi lingkungan. Berikut merupakan tabel desain one
group pre test post test design.
Tabel 1.1
Pre test Treatment Post test
O1 X O2
(Sugiono, 2008:111)
Keterangan:
O1 : Tes awal sebelum perlakuan diberikan
X : Perlakuan yang diberikan kepada responden yaitu program animal care
O2 : Tes akhir setelah perlakuan diberikan.
19
1.8.5 Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, penulis mengambil langkah-langkah sebagai
berikut:
Menentukan skor tes awal (pre test) dan skor akhir (post test) dengan
menghitung jumlah skor yang didapat. Dalam penelitian ini ada 25 soal
pilihan ganda yang diberikan sebagai pre test dan post test. Setiap jawaban
yang benar mendapatkan skor 1 dan jawaban yang salah mendapatkan skor
0 dan jawaban yang benar semua akan mendapatkan skor 25.
1.8.6 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan waktu sekitar enam
bulan untuk menyesaikan penelitian. Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2016
dan berakhir pada bulan oktober 2016. Berikut asdalah tahapan-tahapan yang
dilakukan penulis dalam melakukan penelitian:
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan berlangsung dari bulan Agustus 2016 sampai September
2016. Pada tahap ini penulis melakukan observasi untuk menentukan tema
penelitian dengan melakukan wawancara terbuka dengan staf di Wildlife Rescue
Centre.
Setelah menemukan permasalahan penelitian, penulis mengurus perijinan
penelitian dan mencari literatur yang terkait dengan permasalahan penelitian utnuk
dipergunakan sebagai acuan pembuatan kuisioner bagi wisatawan pelajar sebagai
respondennya.
20
2) Tahap Pelaksanaan
Secara keseluruhan tahap pelaksanaan dilakukan pada bulan Oktober 2016.
Pada tahap ini, penulis melakukan penelitain lapangan untuk mendapatkan data dan
jawaban dari kuisioner yang telah disiapkan penulis untuk wisatawan pelajar
dengan beberapa kriteria responden. Penyebaran kuisioner diberikan secara dua kali
yaitu pada sebelum responden melakukan program edukasi lingkungan dan setelah
responden melakukan program edukasi lingkungan yang diberikan oleh pihak
Wildlife Rescue Centre, selama program edukasi lingkungan berlangsung penulis
juga akan ikut dalam setiap kegiatan yang diberikan oleh wisatawan hal ini
diharapkan agar penulis juga dapat merasakan bagaimana proses program edukasi
lingkungan tersebut berlangsung kemudian akan di dokumentasikan.
3) Tahap Penyesaian
Tahap penyesaian dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai dengan
Januari 2017. Pada tahap penyelesaian, penulis melakukan analisis terhadap data-
data yang diperoleh dari tahap pelaksanaan dan studi literatur untuk kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan laporan akhir.
1.8.7 Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu pelajar dari
tingkatan Sekolah Dasar kelas 3, 4, 5, 6 yang mengikuti program wisata edukasi
lingkungan di Wildlife Rescue Centre. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
tersebut karena pertimbangan sampel responden yaitu pengunjung yang mengambil
21
paket wisata edukasi di Wildlife Rescue Centre. Besarnya jumlah sampling yang
diambil berdasarkan rumus Slovin (1990) dalam Kusmayadi dan Sugiarto (2000:4)
yaitu:
n merupakan ukuran sampel yang dibutuhkan, N adalah jumlah populasi dan e
merupakan margin eror yang berkisar antara 5-10%. Populasi diambil dari jumlah
pengunjung yang mengambil paket pendidikan konservasi di Wildlife Rescue
Centre pada tahun 2015-2016, seperti terlihat pada tabel di bawah :
Tabel 1.2
Jumlah Data Pengunjung yang Mengambil Paket Wisata Edukasi
Wildlife Rescue Centre
No Tahun Bulan Pengunjung
1 2015 Januari 358 anak
2 Februari 603 anak
3 Maret 645 anak
4 April 610 anak
5 Mei 875 anak
6 2016 Januari 935 anak
7 Februari 210 anak
8 Maret 546 anak
9 April 1211 anak
10 Mei 348 anak
11 Juni 180 anak
12 Juli 457 anak
TOTAL 6978 anak
(Sumber : Data Soft File Marketing Executif Wildlife Rescue Centre, 2016)
Jumlah pengunjung yang mengambil paket wisata edukasi di Wildlife
Rescue Centre pada 12 bulan terakhir dari tahun 2015 sampai 2016 terhitung
22
sebanyak 6978 anak, maka apabila dimasukan dalam rumus tersebut dengan
menggunakan margin eror 10% menjadi:
𝑛 =6978
1 + 6978 𝑥 (0,10)2
𝑛 = 98, 58717152
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel responden yang
dibutuhkan untuk disebar yaitu 98 kuisioner tes namun untuk melengkapi jumlah
kuisioner maka jumlah kuisisoner yang disebar sebanyak 100 kuisioner tes. Hasil
tes yang berupa data primer diolah, dan dianalisa secara deskriptif.
Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi
Pengumpulan data dengan observasi berperan serta (Participation
observation) peneliti akan terlibat dengan kegiatan orang yang sedang diamati
(Sugiono, 2010:145). Dengan observasi partisipan selain melakukan pengamatan,
peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dengan observasi
partisipan maka data yang diperoleh akan lebih lengkap karena peneliti juga ikut
merasakannya secara langsung. Pengamatan dilakukan terhadap apa saja kegiatan
yang dilakukan oleh pengunjung selama mengikuti program wisata edukasi
lingkungan dalam upaya peningkatan kesadaran lingkungan dan satwa kemudian
mendokumentasikannya.
2) Wawancara
Wawancara merupakan cara pengumpulan data melalui tanya jawab secara
langsung antara peneliti dengan narasumber yaitu fasilitator yang bertugas untuk
23
memandu pelajar yang mengambil paket edukasi dengan beberapa pertanyaan
mengenai kegiatan edukasi lingkungan di objek penelitian. Wawancara dilakukan
dengan pihak pengelola Wildlife Rescue Centre untuk mendapat informasi yang
diperlukan dalam penelitian terkait dengan program edukasi lingkungan. ada dua
jenis wawancara, yaitu wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tak
berstruktur). Dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara bebas, yakni
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dn lengkap untuk pengumpulan datanya,
pedoman hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiono,
2010:140).
3) Ujian/tes
Pengumpulan data dengan membagikan daftar pertanyaan untuk diisi
sendiri oleh responden. Pertanyaan mengacu pada kumpulan materi yang diberikan
oleh pihak Wild Rescue Centre kepada pelajar sebagai bahan ajar, pertanyaan yang
diajukan secara tertulis kepada responden dan jawaban yang diperoleh juga dalam
bentuk tertulis. Pengumpulan data melalui ujian/tes biasa digunakan untuk
mengetahui tingkat pemahaman atau perubahan dari suatu perilaku. Untuk
mendapatkan data perubahan tersebut, sebelum memulai pelatihan peserta diminta
mengisi soal-soal (pre-test). Soal yang sama kemudian di ujikan kembali pada saat
pelatihan berakhir (post-test), kemudian hasilnya dievaluasi. Nilai tes setelah
pelatihan dikurangi dengan nilai tes sebelum pelatihan hasilnya merupakan tingkat
penyerapan terhadap materi pelatihan (Kusmayadi & Sugiarto, 2000:85).
24
1.8.8 Identifikasi Aspek Kognitif
Evaluasi tingkat pemahaman wisata edukasi lingkungan animal care.
berikut adalah uraian masing-masing aspek kognitif tersebut:
1) Pengetahuan (c1), terdiri dari 10 pertanyaan, yaitu:
(1) pada soal nomor 1 (c1.1) dengan pertanyaan, apa nama dari hewan di
samping ? pada gambar menunjukan foto hewan owa jawa, dengan soal
pilihan ganda responden diminta untuk memilih jawaban yang benar
dengan pilihan a) gorila; b) orangutan; c) owa jawa. Pada pilihan
jawaban yang salah yaitu gorila dan orangutan merupakan nama hewan
yang sering dilihat oleh anak-anak pada buku dan televisi, hal tersebut
membuat anak-anak mengenali bagaimana gambar dari gorila dan
orangutan sehingga mereka dapat menyadari bahwa kedua jawaban
tersebut merupakan jawaban yang salah.
(2) Pada soal nomor 4 (c1.2) dengan pertanyaan, apa makanan utama dari
hewan tersebut? gambar yang dimaksud pada soal nomor 4 adalah
gambar dari owa jawa. Pada pertanyaan nomor 1 seperti yang dijelaskan
sebelumnya responden diminta untuk memilih jawaban yang benar dari
gambar di samping, jika pada pertanyaan nomor 1 responden memilih
jawaban yang salah maka hal tersebut akan berpengaruh pada jawaban
responden di nomor 4 karena pada pertanyaan nomor 1 pilihan jawaban
yang salah yaitu gorila dan orangutan merupakan hewan pemakan
segala yaitu omnivora. Pada pilihan jawaban terdiri dari a) serangga,
25
katak dan tikus; b) buah-buahan, serangga dan hewan kecil; c) buah-
buahan, daun dan bunga.
(3) Pada soal nomor 7 (c1.3) dengan pertanyaan, dimana habitat asli hewan
tersebut? Hewan yang dimaksud pada pertanyaan nomor 7 adalah
orangutan. Pada pertanyaan nomor 7 responden diminta untuk memilih
jawaban yang benar dengan pilihan jawaban yaitu a) dataran tinggi; b)
hutan hujan tropis; c) hutan mangrove.
(4) Pada soal nomor 9 (c1.4) dengan pertanyaan, apa nama dari hewan di
samping?. Gambar pada pertanyaan nomor 9 merupakan gambar dari
burung nuri bayan, responden diminta untuk menyebutkan nama dari
gambar hewan di samping dengan pilihan jawaban, a) burung kakak
tua; b) burung nuri bayan; c) burung elang.
(5) Pada soal nomor 10 (c1.5) dengan pertanyaan, apakah makanan utama
dari hewan tersebut? Gambar hewan yang dimaksud pada soal nomor
10 adalah burung nuri bayan, burung nuri merupakan hewan yang
sering dijadikan sebagai peliharaan walaupun saat ini burung nuri bayan
telah termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi oleh undang-
undang. Pertanyaan nomor 10 dengan pilihan jawaban a) madu, susu
kental manis dan nektar; b) buah-buahan, kacang dan biji-bijian; c)
serangga kecil, semut dan kroto.
(6) Pada soal nomor 12 (c1.6) dengan pertanyaan, dari gambar di bawah
manakah yang merupakan gambar elang brontok?. Elang merupakan
salah satu brung yang banyak dietahui oleh masyarat, jenis burung ini
26
sangat khas karena mempunyai ciri-ciri fisik yang membedakan dari
jenis burung lainnya, namun di Indonesia terdapat berbagai macam
jenis elang dengan ciri fisik yang berbeda-beda. Pilihan jawaban yang
terdapat pada soal nomor 12 diantaranya ada gambar dari elang, a)
elang brontok; b) elang kepala abu; c) elang hitam.
(7) Pada soal nomor 13 (c1.7) dengan pertanyaan, di indonesia daerah
mana elang brontok banyak dijumpai? Elang brontok merupakan hewan
yang saat ini statusnya beresiko (least concern), saat ini elang brontok
semakin susah ditemui di alam bebas karena perburuan liar. Pilihan
jawaban pada pertanyaan nomor 13 diantaranya yaitu a) Maluku dan
Papua; b) Kalimantan dan Sulawesi; c) Sumatra, Jawa dan Nusa
Tenggara.
(8) Pada soal nomor 14 (c1.8) dengan pertanyaan, apakah makanan utama
dari elang brontok?. Pertanyaan nomor 14 merupakan pertanyaan yang
berhubungan dengan pertanyaan nomor 12 karena pada soal nomor 12
terdapat gambar elang yang akan mempermudah responden untuk
menjawab pertanyaan pada soal nomor 14. Dengan melihat bentuk
paruh dari gambar soal nomor 12 responden akan dapat
mengidentifikasi makanan yang dimakan oleh hewan tersebut.
(9) Pada soal nomor 20 (c1.9) dengan pertanyaan, sebutkan nama latin dari
orangutan kalimantan? Orangutan merupakan satwa yang dilindungi
oleh undang-undang karena populasinya yang sudah mengkhawatirkan.
Pengenalan satwa yang dilindung yang dilakukan oleh berbagai pihak
27
baik dari sekolah maupun luar sekolah selalu memperkenalkan
orangutan sebagai satwa yang dilindung dari sekian banyak satwa
Indonesia yang dilindungi. Pada soal nomor 20 dengan pilihan jawaban
diantaranya, a)pongo pygmaeus; b) ailurops ursinus; c) hylobates
moloch.
(10) Pada soal nomor 21 (c1.10) dengan pertanyaan, elang ular bido
merupakan hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur yang
biasa disebut juga dengan?. Pada pertanyaan nomor 21 responden
diminta untuk menyebutkan nama lain dari hewan yang bereproduksi
secara bertelur, dengan pilihan jawaban; a) ovipar; b)vivipar; c)
ovovivipar.
2) Pemahaman (c2), terdiri dari 9 pertanyaan yaitu:
(1) Pada pertanyaan nomor 2 (c2.1) dengan pertanyaan, apa ciri-ciri khusus
dari hewan tersebut? Hewan yang dimaksud pada pertanyaan ini adalah
gambar hewan yang terdapat pada soal nomor 1 yang terletak pada
indikator pengetahuan yaitu gambar Owa Jawa. Pada gambar yang
tertera pada baris soal nomor 1 ditampilkan gambar muka close up dari
Owa Jawa yang sudah terlihat ciri-ciri fisik dari Owa Jawa. Namun soal
nomor 2 merupakan soal yang berhubungan dengan soal nomor 1 maka
jika pada soal nomor 1 responden tidak dapat menjawab dengan benar
apakah nama dari gambar yang tersedia di samping maka besar
kemungkinan bahwa respoden juga akan menjawab salah soal nomor 2.
28
(2) Pada soal nomor 5 (c2.2) dengan pertanyaan, manakah yang merupakan
gambar dari orangutan? Soal nomor 5 responden dimita untuk memilih
dan membedakan mana yang merupakan gambar dari orangutan dengan
pilihan jawaban berupa gambar dari tiga hewan yang semuannya
merupakan jenis primata yaitu a) gambar kera ekor panjang; b)
orangutan; c) bekantan.
(3) Pada soal nomor 6 (c2.3) dengan pertanyaan, orangutan betina biasanya
melahirkan pada usia 7-10 tahun, berapa lama usia masa kandungan
orangutan?. Pada soal nomor 6 responden diminta untuk
memperkirakan usia kandungan pada orangutan engan pilihan jawaban
yaitu a) 6 – 7 bulan; b) 8,5 – 9 bulan; c) 9 - 10 bulan.
(4) Pada soal nomor 8 (c2.4) dengan pertanyaan, gambar hewan di atas
merupakan hewan yang saat ini statusnya terancam punah, hal tersebut
dikarenakan?. Pertanyaan pada soal nomor 8 meminta responden untuk
menduga apakah yang menjadi penyebab terancam punahnya hewan
pada gambar, gambar yang dimaksud pada soal nomor 8 merupakan
jawaban benar dari soal 5 yaitu orangutan. Jika pada soal nomor 5
responden memilih jawaban yang salah maka hal tersebut akan
berpengaruh pada jawaban responden di soal nomor 8.
(5) Pada soal nomor 11 (c2.5) dengan pertanyaan, hewan tersebut masuk
ke dalam hewan golongan?. Hewan yang dimaksud pada soal nomor 11
adalah jawaban benar dari pertanyaan soal nomor 9, namun pada soal
nomor 11 jawaban salah ataupun jawaban benar pada pertanyaan nomor
29
9 tidak berpengaruh pada jawaban soal nomor 11 dikarenakan pada
pilihan jawaban di soal nomor 9 semua pilihan jawaban merupakan
jenis burung, hal tersebut membuat jawaban benar atau salah menjadi
tidak berpengaruh pada soal nomor 11 dengan pilihan jawaban a)
mammalia; b) amphibia; c) aves.
(6) Pada soal nomor 15 (c2.6) dengan pertanyaan, siamang merupakan
hewan yang statusnya terancam punah, hal tersebut dikarenakan?. Pada
pertanyaan ini responden diminta untuk menduga apa yang menjadi
penyebab utama dari terancam punahnya siamang di alam liar. Foto
gambar siamang terdapat pada soal berikutnya yaitu soal nomor 16, di
soal nomor 16 juga diberitahukan bahwa foto yang terdapat pada butir
pertanyaan tersebut merupakan hewan siamang. Diharapkan dengan
adanya foto gambar siamang responden dapat menduga penyebab dari
terancam punahnya siamang saat ini. Pada soal nomor 15 dengan
pilihan jawaban sebagai berikut, a) perdagangan hewan ilegal; b)
dimangsa oleh predator lain; c) kerusakan lingkungan.
(7) Pada soal nomor 16 (c2.7) dengan pertanyaan, apakah fuungsi dari
kantung puskular pada siamang?. Soal nomor 16 dilengkapi dengan
foto gambar dari siamang yang sedang menggelembungkan kantung
puskularnya, kantung yang letah tepat pada tenggorokan dan cukup
besar saat sedang menggelembung sehingga foto gambar tersebut dapat
dilihat dengan jelas oleh respoden sebelum memilih jawaban dengan
30
pilihan jawaban, a) untuk menyimpan makanan; b) cadangan air
minum; c) membuat suara menjadi lebih keras.
(8) Pada soal nomor 17 (c2.8) dengan pertanyaan, pada habitat aslinya,
umumnya siamang mampu bertahan hidup hingga usia?. Pertanyaan
nomor 17 merupakan pertanyaan yang dapat menilai wawasan
pengetahuan respoden terhadap dunia satwa. Siamang merupakan
hewan yang saat ini statusnya dilindung karena sudah terancam punah.
Pilihan jawaban pada pertanyaan ini diantaranya, a) 10-20 tahun; b) 35-
40 tahun; c) 30-50 tahun.
(9) Pada soal nomor 19 (c2.9) dengan pertanyaan, hewan yang melakukan
aktivitasnya di siang hari disebut juga? Kategori hewan berdasarkan
aktivitasnya terbag menjadi tiga yaitu norturnal, diural dan krepuskular,
ketiga kategori tersebut digunakan sebagai pilihan jawaban pada soal
nomor 19 untuk mengetahui apakah responden benar paham akan
materi mengkategorikan satwa berdasarkan aktivitasnya.
3) Evaluasi (c6) terdiri dari 6 pertanyaan yaitu:
(1) Pada soal nomor 3 (c6.1) dengan pertanyaan, hewan tersebut
merupakan hewan arboreal yang berarti? Seperti halnya pada soal
nomor 2, soal nomor 3 juga merupakan soal yang berhubungan dengan
soal nomor 1 karena gambar yang dimaksud pada soal nomor 3
merupakan gambar yang terdapat pada soal nomor 1 yaitu gambar Owa
Jawa. Owa Jawa merupakan hewan primata sama halnya seperti kera
dan orangutan, pada soal nomor 3 responden diminta untuk
31
menjelaskan definisi dari hewan arboreal dengan pilihan jawaban; a)
hewan yang menghabiskan waktu hidupnya di atas pohon; b) hewan
yang aktif di malam hari; c) hewan yang mempunyai tulang belakang.
(2) Pada soal nomor 18 (c6.2) dengan pertanyaan, sekitar 75% makanan
siamang merupakan buah, daun, bunga dan 25% makanan dari siamang
adalah serangga, laba-laba dan telur burung. Dengan begitu siamang
dapat dikategorikan sebagai hewan?. Pada soal nomor 18 responden
diminta untuk menyimpulkan termasuk dalam kategori apakah siamang
jika dilihat dari jenis makanannya. Pada pertanyaan tersebut dijelaskan
bahwa 75% makanan siamang merupakan tumbuhan dan 25% lainnya
merupakan hewan yang berupa serangga-serangga kecil.
(3) Pada soal 22 (c6.3) dengan pertanyaan, selama masa karantina satwa
yang ada di Wildlife Rescue Centre diberi makan dengan takaran yang
tepat yang telah ditentukan, berapa takaran makanan tersebut?. Pada
pertanyaan tersebut responden diminta untuk mengevaluasi takaran
makanan yang diberikan kepada satwa yang ada disana, takaran
makanan yang diberikan kepada satwa telah diukur dan disesuaikan
dengan berat badan tiap satwa.
(4) Pada soal 23 (c6.4) dengan pertanyaan, mengapa dalam proses
pemberian makanan pada satwa harus menggunakan takaran yang
tepat?. Dalam pertanyaan tersebut responden diminta untuk mengeritik
mengapa dalam pemberian makanan harus menggunakan takaran yang
benar, responden diminta untuk mengevaluasi mengapa dalam
32
pemberian makanan harus menggunakan takaran yang tepat dengan
pilihan jawaban; a) untuk menghemat biaya pengeluaran makanan; b)
agar satwa tersebut tidak mengalami kegemukan dan tetap dapat
beraktifitas; c) agar tidak udah lapar.
(5) Pada soal nomor 24 (c6.5) dengan pertanyaan, apakah perbedaan fisik
dari burung nuri bayan jantan dan nuri bayan betina?. Pada pertanyaan
tersebut responden diminta untuk membedakan perbedaan fisik burung
nuri jantan dan betina. Foto gambar burung nuri jantan dan betina telah
ada di soal nomor 9, hal tersebut akan memudahkan responden untuk
menjawab pertanyaan nomor 24 dengan pilihan jawaban, a) perbedaan
warna bulu; b) perbedaan bentuk ukuran badan; c) perbedaan bentuk
paruh.
(6) Pada soal nomor 25 (c6.6) dengan pertanyaan, orangutan termasuk
dalam kategori hewan vertebrata, yang berarti?. Pada pertanyaan nomor
25 responden diminta untuk menjelaskan apa definisi dari hewan
vertebrata dengan pilihan jawaban, a) hewan yang mempunyai tulang
belakang; b) hewan yang menyusui; c) hewan yang menghabiskan
sebagian besar hidupnya di atas pohon.
1.8.9 Studi Pustaka
Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data dan informasi pendukung
dengan menggunakan kajian pustaka dan referensi yang relevan dan berkaitan
33
dengan topik penelitian. Pengumpulan data tersebut bersumber dari buku, jurnal,
maupun artikel yang sesuai dengan tema penelitian.
1.9 ANALISIS DATA
Data penelitian yang didapatkan akan dikumpulkan dan disesuaikan untuk
dianalisis. Hasil yang berupa data yang telah diisi oleh responden akan dikaitkan
dengan teori yang digunakan. Secara keseluruhan, hasil dari pembahasan tersebut
akan memaparkan seberapa besar tingkat pemahaman pengunjung pelajar setelah
mengikuti program wisata edukasi lingkungan di Wildlife Rescue Centre dengan
menggunakan aspek kognitif diantaranya; pengetahuan, pemahaman, sintesis dan
evaluasi sebagai indikatornya.
Hasil penelitian yang di dapatkan akan di kumpulkan dan disesuaikan untuk
dianalisis, sumber data yang berupa tes pilihan ganda yang dibuat dengan
menggunakan tiga indikator dari aspek kognitif yaitu pengetahuan (c1);
pemahaman (c2); evaluasi (c6). Hasil tes pilihan ganda yang telah di isi oleh
responden kemudian dihitung jumlah jawaban yang benar dengan pemberian skor
1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Kemudian hasil dari skor
post test akan dikurangi dengan hasil dari skor pre test sehingga dapat diketahui
bahwa adakah perubahan tingkat pemahaman pengunjung antara sebelum dan
sesudah mengikuti program.
34
1.10 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam skripsi ini menyusun 4 bab dengan susunan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam BAB I, penulis menjelaskan tentang hal yang melatar belakangi
masalah yang akan diteliti, merumuskan masalah, tujuan penelitian, memaparkan
metode yang dipakai dan menyusun sistematika laporan.
BAB II : GAMBARAN UMUM WILDLIFE RESCUE CENTRE
Dalam BAB II, penulis menjelaskan gambaran umum obyek penelitian
yang mencakup sejarah, profil, lokasi, struktur organisasi, dan atraksi yang ada
di Taman Satwa Wildlife Rescue Centre
BAB III: EVALUASI TINGKAT PEMAHAMAN WISATA EDUKASI ANIMAL
CARE PADA PENGUNJUNG PELAJAR DI WILDLIFE RESCUE CENTRE
KULON PROGO
Dalam BAB III, penulis mulai membahas permasalahan yang telah
dirumuskan, yaitu menganalisis seberapa peranan wisata edukasi lingkungan pada
pengunjung pelajardi Wildlife Rescue Centre.
BAB IV : PENUTUP
Dalam BAB IV, penulis menyimpulkan atas hasil penelitian yang telah
dilakukan dan memberikan saran terhadap hasil penelitian.