34
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengunjung melakukan perjalanan wisata didasari oleh berbagai hal, antara lain untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan, baik secara jasmani maupun rohani. Saat ini berwisata sudah menjadi bagian dari kebutuhan setiap kelompok masyarakat. Meningkatnya antusiasme masyakat Indonesia terlihat dari meningkatnya tren pengunjung dosmestik dalam satu dekade terakhir. Begitu pula dengan pengunjung mancanegara, seperti yang diungkapkan oleh Pusat Komunikasi Publik Kementrian Pariwisata dalam siaran pers yang diterima oleh CNN Indonesia bahwa jumlah pengunjung mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia pada Februari 2015 sebesar 786.653 wisman atau mengalami pertumbuhan 11,95 persen dibanding Februari 2014 yang berjumlah 702.666 wisman 1 . Yogyakarta sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang menawarkan beragam jenis wisata, salah satunya wisata edukasi. Hal ini berkaitan erat dengan julukan kota Yogyakarta sebagai kota pelajar. Setiap liburan sekolah kota Yogyakarta dipenuhi oleh bus-bus dari berbagai daerah, ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan pihak sekolah dalam menyambut liburan setelah kegiatan belajar yang hanya dilakukan di lingkungan sekolah. Hal tersebut telah 1 http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150403155216-269-44067/kunjungan-wisatawan- asing-ke-indonesia-catat-rekor-tertinggi/ diakses pada 27 Februari 2016 pukul 16:30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/114912/potongan/S1-2017... · Edukasi merupakan proses pembelajaran dari sebuah pengalaman, sebuah pengalaman

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengunjung melakukan perjalanan wisata didasari oleh berbagai hal, antara

lain untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan, baik secara jasmani maupun

rohani. Saat ini berwisata sudah menjadi bagian dari kebutuhan setiap kelompok

masyarakat. Meningkatnya antusiasme masyakat Indonesia terlihat dari

meningkatnya tren pengunjung dosmestik dalam satu dekade terakhir. Begitu pula

dengan pengunjung mancanegara, seperti yang diungkapkan oleh Pusat

Komunikasi Publik Kementrian Pariwisata dalam siaran pers yang diterima oleh

CNN Indonesia bahwa jumlah pengunjung mancanegara (wisman) yang datang ke

Indonesia pada Februari 2015 sebesar 786.653 wisman atau mengalami

pertumbuhan 11,95 persen dibanding Februari 2014 yang berjumlah 702.666

wisman1.

Yogyakarta sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang

menawarkan beragam jenis wisata, salah satunya wisata edukasi. Hal ini berkaitan

erat dengan julukan kota Yogyakarta sebagai kota pelajar. Setiap liburan sekolah

kota Yogyakarta dipenuhi oleh bus-bus dari berbagai daerah, ini merupakan

kegiatan rutin yang dilakukan pihak sekolah dalam menyambut liburan setelah

kegiatan belajar yang hanya dilakukan di lingkungan sekolah. Hal tersebut telah

1http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150403155216-269-44067/kunjungan-wisatawan-

asing-ke-indonesia-catat-rekor-tertinggi/ diakses pada 27 Februari 2016 pukul 16:30

2

menjadi kebutuhan bagi pelajar karena setiap libur sekolah dipastikan diadakan

studi tur2. Seperti yang diungkapkan ketua yayasan Widya Budaya Yogyakarta,

Widi Utaminingsih bahwa Wisatawan pelajar bukan sekadar mengunjungi obyek

wisata atau daerah tertentu, tetapi mestinya melalui kegiatan wisata mereka

mengenal seni, adat istiadat maupun budaya, memahami dan mendalami kekayaan

alam yang beragam3.

Edukasi merupakan proses pembelajaran dari sebuah pengalaman, sebuah

pengalaman yang melibatkan siswa kedalam proses pembelajaran partisipasi

langsung. Proses belajar tidak hanya dapat dilakukan didalam sekolah tetapi juga

dapat dilakukan di luar sekolah. Wisata minat khusus sering dikaitkan dengan

kegiatan di luar ruangan. Menurut Tabata (dalam Hall, 1992:4-5) Perjalanan

seharusnya akan memberi manfaat, memperkaya, menantang dan menjadi sebuah

pengalaman pembelajaran.

Dalam melakukan perjalanannya, wisatawan tidak lagi hanya datang

melihat tempat yang mereka kunjungi, namun juga mencari sebuah pengalaman dan

pembelajaran yang dapat mereka rasakan dalam hidup mereka. Hal ini didukung

dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Pearce (dalam Hall, 1992:5) bahwa

pariwisata di masa depan disarankan tidak hanya datang ke suatu lokasi tetapi juga

ikut berpartisipasi, belajar dan memberikan pengalaman.

2http://travel.kompas.com/read/2012/05/29/13592447/Yogya.Perlu.Siapkan.Paket.Wisata.Berbasis.Pelajar diakses pada 12 Juni 2016 pukul 2:10 3http://travel.kompas.com/read/2013/06/23/2052372/Yogyakarta.Diramaikan.Wisatawan.Pelajar diakses pada 12 Juni 2016 pukul 3:08

3

Di Indonesia belum ada kurikulum pendidikan konservasi atau alam

lingkungan yang jelas di sekolah4. Di sisi lain, Indonesia merupakan sebuah negara

yang memiliki kekayaan biodiversitas dan sumber daya alam yang beragam. Ini

membuka peluang untuk mengembangkan pariwisata berbasis konservasi sumber

daya alam. Ekowisata merupakan pariwisata dewasa yang bertanggung jawab

dengan konsep ramah lingkungan guna mengurangi dampak buruk dari kegiatan

pariwisata itu sendiri. Tujuan utama dari pendidikan lingkungan adalah untuk

memberikan peserta didik pengetahuan yang komprehensif dari pekerjaan alam dan

lingkungan, memberikan pengalaman dalam menilai kualitas lingkungan,

memberikan pemahaman terhadap dampak atas tindakan perseorangan pada

kualitas lingkungan dan dapat menjadi sumber bimbingan dalam bertindak sebagai

warga negara yang lebih bertanggung jawab dengan rasa kesadaran bermasyarakat

yang meningkat (Devi & Reddy, 2007:3).

Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pariwisata akan memberikan

dampak negatif bagi lingkungan kerusakan disebabkan oleh kegiatan pariwisata

ketika jumlah pengunjung lebih besar dari kapasitas daya tampung, namun hal itu

dapat diminimalkan dampaknya. Dibutuhkan edukasi sejak dini agar dapat

mengurangi dampak kerusakan pada lingkungan, kurangnya minat dan perhatian

pada pendidikan lingkungan di sekolah membuat kesadaran akan melindungi dan

melestarikan lingkungan menjadi rendah.

4 http://www.tngunungmerapi.org/urgensi-pendidikan-konservasi/ diakases pada 20 April 2017 pukul 21:56

4

Kabupaten Kulon Progro adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dengan ibukota bernama Wates. Kabupaten ini berbatasan

dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di bagian timur, samudra Hindia

di bagian selatan, Kabupaten Purworejo di bagian barat, serta Kabupaten Magelang

di bagian utara. Pada bagian barat laut berupa pegunungan Bukit Menoreh

sedangkan di bagian selatan merupakan daratan rendah yang landai yang terdapat

beberapa pantai seperti Pantai Glagah, Pantai Trisik dan Pantai Congot5. Wildlife

Rescue Centre terletak di Kabupaten Kulon Progo merupakan field project dari

Yayasan Konservasi Alam Yogyakartayang befokus pada konservasi alam dan

satwa Indonesia. Banyak orang yang belum mengtahui tentang Wildlife Rescue

Centre walaupun lokasinya sangat berdekatan dengan wisata Kalibiru yang saat ini

sedang banyak diminati pengunjung. Dalam website resmi Dinas Pariwisata

Pemuda dan Olah Raga Kulon Progo Wildlife Rescue Centre masuk dalam kategori

wisata pendidikan6.

Program pendidikan konservasi di Wildlife Rescue Centre di kembangkan

untuk memberikan pengetahuan tentang konservasi alam dan ilmu pengetahuan

dengan metode praktek langsung (learing by doing) melalui permainan dan diskusi,

target yang dituju adalah pelajar dari bangku TK hingga SLTA. Dalam pendidikan

konservasi ada tiga jenis kegiatan yaitu detektif pohon, detektif serangga dan

animal care.

5http://www.kulonprogokab.go.id/v21/Kondisi-Umum_6_hal diakses pada 22-04-2016 pukul 17:06 6http://dinparpora.kulonprogokab.go.id/pages-54-wild-rescue-centre-wrc.html dikses pada 23-04-2016

5

Program Pendidikan Konservasi dikembangkan untuk memberikan

pengetahuan tentang konservasi alam dan ilmu pengetahuan dengan metode praktik

langsung melalui permainan-permainan menyenangkan. Target grup dari

Pendidikan Konservasi ini adalah anak-anak tingkat pendidikan TK hingga SLTA.

Program Pendidikan Konservasi dikembangkan dengan metode-metode paket

sesuai dengan point of interest, yaitu:

1) Detektif Pohon, yaitu program pembelajaran identifikasi dan pengenalan

tentang jenis-jenis dan fungsi pohon yang ada di kawasan Wildlife Rescue

Centre.

2) Detektif Serangga, yaitu program berburu serangga untuk belajar tentang

jenis, ciri-ciri, dan habitat serangga.

3) Animal Care, yaitu program pengenalan jenis-jenis satwa yang ada di

Wildlife Rescue Centre, pengenalan metode pemeliharaan satwa dan

pengenalan tentang pentingnya satwa bagi kehidupan alam.

Untuk dapat melihat tingkat keberhasilan dari sebuah program wisata

edukasi diperlukan adanya evaluasi yang lebih mendalam untuk dapat mengetahui

bagaimana peranan dari wisata edukasi lingkungan terhadap peningkatan kesadaran

akan pelestarian lingkungan dan satwa di Wildlife Rescue Centre Pengasih,

Kabupaten Kulon Progo.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan

beberapa rumusan masalah yaitu:

6

1) Bagaimana tingkat pemahaman pengunjung sebelum mengikuti program

edukasi lingkungan?

2) Bagaimana tingkat pemahaman pengunjung sesudah mengikuti program

edukasi lingkungan?

3) Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman pengunjung antara sebelum dan

sesudah mengikuti program edukasi lingkunga?

1.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Mengingat banyaknya jumlah kunjungan di Wildlife Rescue Centre namun

hanya sedikit yang mengambil paket edukusi lingkungan maka penelitian ini

dibatasi pada tingkat pemahaman wisata edukasi pada pengunjung yang telah

mengambil paket program pendidikan lingkungan. evalusi tersebut berupa melihat

tingkat pemahaman akan materi-materi yang diberikan selama mengikuti program

di Wildlife Rescue Centre. Kemudian permasalahan dianalisis dengan

menggunakan metode kuantitatif pre-post test untuk dapat mengukur perubahan

yang diterima oleh pengunjung peneliti menggunakan empat aspek kognitif sebagai

indikator pembuatan kuisioner yaitu: pengetahuan (knowledge); pemahaman

(comprehension); evaluasi (evaluation).

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1) Mampu menjabarkan kegiatan apa saja yang diikuti oleh pengunjung selama

mengikuti program wisata edukasi lingkungan.

7

2) Memperoleh gambaran tingkat pemahaman antara sebelum dan sesudah

mengikuti program wisata edukasi lingkungan pada pengunjung pelajar

satwa di Wildlife Rescue Centre.

3) Menghasilkan rumusan alternatif yang dapat direkomendasikan untuk

perbaikan kualitas program wisata edukasi lingkungan di Wildlife Rescue

Centre di masa depan.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Terdapat dua manfaat yang akan dihasilkan dari adanya penelitian ini,

diantaranya adalah:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para akademisi sebagai acuan untuk

melaksanakan penelitian lanjutan atau penelitian serupa yang berkaitan dengan

peran wisata edukasi bagi pengunjung terhadap kesadaran akan pelestarian

lingkungan dan satwa.

2) Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak Wildlife

Rescue Centre sebagai salah satu masukan untuk lebih mengembangan edukasi

lingkungan.Selain itu juga dapat digunakan pada wisata edukasi lain sebagai

masukan dalam perencaan wisata edukasi di masa mendatang.

8

1.6 TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat

pemahaman pengunjung terhadap wisata edukasi lingkungan animal care dilihat

dari perbedaan hasil skor pada pre test dan post test.

Wisata edukasi animal care merupakan salah satu program pendidikan

konservasi lingkungan di Wildlife Rescue Centre yang tujuanya memberikan

manfaat tentang pengetahuan satwa Indonesia khususnya satwa yang dilindung

sehingga diharapkan dapat membentuk karakteristik anak yang lebih bertanggung

jawab dengan lingkungan. Secara langsung belum pernah ada penelitian yang

membahas tentang pengevaluasian tingkat pemahaman wisata edukasi lingkungan

di Wildlife Rescue Centre. Namun, ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan

dengan kesamaan lokasi penelitian. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

sebagai berikut:

Artiesa Vefriana (2014) dari Universitas Gadjah Mada dalam penelitiannya

yang berjudul “Strategi Promosi Taman Satwa Wildlife Rescue Centre

Yogyakarta” menyatakan bahwa daftar kunjungan wisatawan pada bulan

Januari 2012 sampai Juli 2012 jumlah kunjungan wisatawan nusantara

adalah sebanyak 6991 pengunjung sedangkan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara sebanyak 75 pengunjung. Efektifitas strategi promosi Taman

Satwa Wildlife Rescue Centre pada wisatawan mancanegara dapat diukur

dengan target wisatawan mancanegara pada tiap bulannya sebanyak 5

orang. Total kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 75 pengunjung.

Apabila dilakukan evaluasi secara keseluruhan dari 7 bulan tersebut maka

9

jumlah total kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 75 volunteer

dibagi 7 bulan sama dengan 10,714 maka melebihi dari target 5 orang

volunteer pada tiap bulannya. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa

target jumlah kunjungan sebanyak 5 orang volunteer pada tiap bulannya

dapat tercapai.

Dalam taman konservasi, penggalangan dana merupakan salah satu faktor

yang terpenting, oleh sebab itu program volunteer berbayar biasa tersedia dalam

sebuah yayasan taman konservasi. Dalam penelitian ini, persamaan terletak pada

lokasi penelitian namun memiliki perbedaan pada tema permasalahan yang dibahas.

Selain penelitian yang berhubungan dengan lokasi penelitian Wildlife

Resceu Centre, ada pula beberapa penelitian yang tidak memiliki kesamaan lokasi

penelitian namun memiliki metode penelitian yang mendukung penelitian ini.

Beberapa penelitian tersebut di antaranya:

1) Anindita Sindhiayu Hapsari (2014) dari Universitas Gadjah Mada dalam

sebuah skripsi dengan judul “Evaluasi Kualitas Pelayanan pada Bus Tingkat

Wisata Werkudara di Kota Surakarta”. Dalam penelitian ini penulis

menganalisis tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola bus

werkudara di mata wisatawan. Penelitian ini menggunakan metode mix

methods yang merupakan gabungan dari metode kualitatif dan kuantitatif

dengan menggunankan dimensi Serqual (service quality/kualitas

pelayanan). Metode Serqual digunakan untuk mengetahui kualitas

pelayanan dengan menghitung nilai gap dan memberikankan saran

perbaikan dari setiap gap yang ada. Dari hasil penelitian yang dianalisis

10

disimpullkan bahwa dari ketujuh belas aspek pelayanan yang diberikan

pengelola Bus Werkudara masih menunjukkan kekurangan. Keseluruhan

aspek pelayanan yang ada dalam dimensi Serqual, yaitu: Tangible,

Reliability Responsiveness, Assurance dan Emphaty memperoleh skor gap

negatif. Perbaikan kualitas perlu dilakukan pada ketujuh belas aspek

pelayanan agar kesenjangan dapat diminimalisir.

2) Arie Noviasanti (2011) dari Universitas Pendidikan Indonesia dalam sebuah

skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar

Siswa”. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen one group pre

test - post test design. Dalam penelitian ini peneliti berharap dengan

memberikan pengalaman sains langsung kepada siswa untuk memahami

fisika secara utuh, sehingga siswa terdorong untuk menggunakan

kemampuan berpikirnya dalam memecahkan masalah di kehidupan sehari-

hari. Sebelum melakukan penelitian di lapangan peneliti terlebih dahulu

melakukan wawancara dengan guru fisika dan melihat laporan hasil harian

siswauntuk pokok bahasan Besaran dan Turunan sebagian besar nilai siswa

berada di bawah KKM (Kriterian Ketuntasan Minimum). Setelah

melakukan analisis soal ulangan harian tersebut mencakup empat aspek

kognitif menurut Bloom yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C6

(evaluasi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

kemampuan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika setelah

diterapkan model pembelajaran berbasis masalah. Dari penelitian tersebut

11

ditemukan adanya hasil peningkatan kemampuan keterampilan proses sains

dan hasil belajar setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah

dengan rata-rata gain ternormalisasi <g> sebesar 0,61.

3) Dwi Prasetiyo (2013) “Efektivitas Model Pembelajaran ARIAS Berbantuan

Multimedia Pembelajaran Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ranah

Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran TIK” dalam skripsi dari Universitas

Pendidikan Indonesia. Pada penelitiannya penulis meneliti adakah

peningkatan hasil belajar ranah kognitif dengan tiga tingkat yaitu

pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3) pada siswa yang

dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajan ARIAS

berbantuan Multimedia lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dalam

pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Jenis dari penelitian

ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode quasi

experiment dan desain penelitian menggunakan pre test post test control

group design. Subjek yang digunakan adalah dua kelas dari seluruh kelas

VIII di SMP Negeri 1 Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.

4) Gisca Nadya (2013) dalam skripsi dari Universitas Pendidikan Indonesia

dengan judul skripsi “Efektivitas Teknik Permainan Pinoy Henyo Dalam

Pembelajaran Kosakata (Meishi) Bahasa Jepang Tingkat Dasar (Studi

Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran

2012/1013”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan

siswa dalam mengingat kosakata bahasa Jepang sebelum dan sesudah

menggunakan permainan Pinoy Henyo, metode yang digunakan adalah

12

kuasi eksperimen dengan menggunakan eksperimen semu maka penelitian

hanya menggunakan satu kelompok subjek penelitian tanpa perbandingan

dari kelompok lainnya (one group before after pre test post test design).

Hasil tes sebelum dan setelah diberikan perlakuan kemudian dibandingkan

untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat

kemampuan siswa dalam mengingat kosakata bahasa Jepang, setelah dan

sebelum menggunakan teknik permainan Pinoy Henyo.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini

membahas perubahan tingkat pemahaman terhadap satwa yang dirasakan oleh

pengunjung di Wildlife Rescue Centre. Belum ada penelitian yang meneliti

perubahan tingkat pemahaman pada pengunjung yang merupakan salah satu

program wisata edukasi di Wildlife Rescue Centre. Adakah perubahan peningkatan

pemahaman dan pengetahuan yang dirasakan pengunjung setelah mengikuti

program animal care.

1.7 LANDASAN TEORI : WISATA EDUKASI

Edukasi merupakan salah satu tujuan dari berwisata. Pembelajaran terfokus

pada hasil akhir sebagai alat untuk mencapai tujuan, sedangkan pembelajaran

sebagai proses dan fungsi lebih berfokus pada langkah-langkah yang dilakukan

hingga menuju proses akhir. Dalam pembelajaran sebagai produk, berfokus pada

pengalaman yang dirasakan berupa fasilitas dan penambahan pengetahuan oleh apa

yang telah dipelajari. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Kalinowski dan Weiler

(1989:17) pembelajaran wisata edukasi berfokus pada pengalaman akan

13

keterlibatan individu selama proses pemahaman sesuatu yang sedang dipelajari dan

mendorong kemahiran atau pengusaan atas sesuatu yang sudah diketahui seperti

wisata mengunjungi peternakan sapi pengunjung akan dijelaskan bagaimana cara

merawat sapi, bagaimana cara pemerasan susu sapi dan bagaimana cara

mengolanya kemudian ada saat dimana pengunjung dapat mencoba memerah susu

sapi.

Dalam wisata edukasi diharapkan dapat memberikan awal yang baik dalam

pendidikan serta memungkinkan untuk dapat mengembangkan dan memperkaya

diri dengan pengetahuan yang dapat berguna di masa depan. Hal ini di dukung

dengan pernyataan dari IUCN/UNESCO (1970) dalam (Nakagawa, Soedarsono, &

Bandem, 2006:17):

“...Environmental education is the process of recognizing values and

clarifying concepts in order to develop skills and attitudes neccessary to understand

and appreciate the inter-relatedness among man, his culture, and his biophysical

surroundings. Environmental education also entains practice in decision-making

and self-formulation of code of behavior about issues concerning environmental

quality...”.

Edukasi lingungan merupakan proses mengenali nilai dan mengklarifikasi

konsep untuk mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk

memahami dan menghargai saling berkaitan antara manusia, budaya dan

biofisiknya. Edukasi lingkungan juga mencakup praktek dalam pengambilan

keputusan dan formulasi diri terhadap tanda perilaku tentang isu – isu mengenai

kualitas lingkungan.

14

Berdasarkan data badan ketahanan pangan, Kementrian Pertanian Republik

Indonesia bahwa Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang telah dikenal

dengan kekayaan flora dan faunanya yang sangat beragam7. Kekayaan alam telah

memberi keuntungan tersendiri bagi sektor pariwisata. Saat ini ekowisata telah

berkembang, dengan berkunjung ke kawasan ekowisata kita tidak hanya menikmati

pemandangan alam melainkan juga dapat mempelajari sesuatu yang berhubungan

dengan lingkungan, budaya lokal dan tidak hanya berupa informasi melainkan juga

mendapatkan pengalaman langsung. Hal tersebut di dukung oleh pendapat The

Nature Conservation Society of Japan (dalam Nakagawa, Soedarsono, & Bandem,

2006:6) definisi ekowisata merupakan pariwisata yang peka terhadap pendidikan

lingkungan sehingga pengunjung dapat memahami, menghargai dan menikmati

alam dan budaya tanpa menyebabkan dampak dan kerusakan ekosistem.

Hasil belajar diperlukan untuk mengetahui keberhasilan dalam sebuah

program pendididikan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1990:22). Menurut

pendapat Bloom (1956) tujuan dari pendidikan dibagi menjadi tiga aspek

kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan

psikomotorik. Tujuan aspek kognitif adalah menekan proses-proses intelektual

seperti mengingat, mengerti, memecahkan masalah (Soeitoe, 1982:49). Proses

dalam berpikir yang menggambarkan tahapan berpikir yang perlu dikuasai oleh

siswa agar mampu mengaplikasikan teori yang dipelajarinya kedalam tindakan

7 http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/08/wujudkan-kedaulatan-pangan-dengan-keanekaragaman-hayati diakses pada 1 Mei 2017 pukul 22:10

15

nyata. Aspek kognitif ini terdiri atas enam level yaitu, knowledge, comprehension,

application, analysis, synthesis, dan evaluation namun dalam penelitian ini hanya

menggunakan beberapa aspek kognitif yaitu:

1) Knowledge (pengetahuan)

Mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan,

menjodohkan, menyebutkan, menyebutkan, menyatakan, mereprosedur.

2) Comprehension (pemahaman)

Mempertahankan, membedakan, menduga (estimasi), menerangkan,

memperluas, menyimpulkan, menggeneralisir, memberikan contoh, menuliskan

kembali, memperkirakan.

3) Evaluation (penilaian)

Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengeritik,

mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan.

1.8 METODE PENELITIAN

1.8.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk menganalisis tingkat

pemahaman yang dirasakan oleh pengunjung sebelum dan sesudah mengikuti

program wisata edukasi lingkungan animal care di Wildlife Rescue Centre. Tujuan

dari penelitian deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan sesuatu yaitu sebuah

penelitian yang dibuat untuk mengevaluasi efektifitas dari wisata edukasi

16

lingkungan dalam programnya yaitu animal care terhadap pengunjung yang

mengambil paket tersebut.

Dengan melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan menganalisis

apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat sehingga

memberikan dampak peningkatan pemahaman dan pengetahuan pada pengunung

yang mengikuti program animal care. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

berguna untuk pihak manajemen Wildlife Rescue Centre sebagai masukan dalam

penyusunan materi dan strategi peningkatan program wisata edukasi lingkungan

agar harapan untuk mengedukasi anak-anak dari usia diri terwujud dengan baik.

Penelitian kuantitatif akan dilakukan dua kali dalam waktu yang berbeda

dengan menggunakan satu alat uji yang sama. Metode yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah metode pre post test, dimana metode ini peneliti hanya

memiliki satu seri tes tetapi dicobakan sebanyak dua kali. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui tingkat pemahaman pengunjung wisata edukasi lingkungan

animal care di Wildlife Rescue Centre. Tes adalah penilaian yang komprehensif

terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program. Tes

mempunyai fungsi yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan

program pengajaran (Arikuto, 1984:27). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes tertulis, dengan jawaban pilihan ganda sebanyak 25 soal.

Jenis soal terdiri dari tiga indikator yang diambil dari aspek kogitif yaitu sepuluh

soal dengan indikator pengetahuan, sembilan soal dengan indikator pemahaman

dan enam soal dengan indikator evaluasi.

17

1.8.2 Ruang Lingkup Penelitian

Responden yang diteliti di sini adalah pengunjung pelajar yang mengambil

paket wisata edukasi lingkungan animal care. Dalam penelitian ini, penulis

melakukan pre test terhadap 100 orang siswa dari kelas III dan IV dari tiga sekolah

yang berbeda yaitu SDIT Ar-Raihan Bantul, SDN Ungaran I Yogyakarta dan SDIT

Alam Nurul Islam Yogyakarta. Responden penelitian ini adalah 100 siswa dari

kelas tiga dan kelas empat sekolah dasar. Data dalam penelitian ini meliputi data

skor pre test dan skor post test hasil tes dari program animal care. Kemudian,

penulis melakukan pengajaran atau treament wisata edukasi animal care.

Selanjutnya melakukan post test setelah treatment atau pembelajaran diberikan.

Dari kedua tes tersebut kemudian akan dianalisis perbedaan hasil tes yang diberikan

kepada pengunjung pelajar. Data dalam penelitian ini juga disertai dengan hasil

observasi partisipan, dimana peneliti terlibat dalam kegiatan orang yang sedang

diamati yang digunakan sebagai sumber data penelitian. peneliti melakukan

pengamatan dan melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.

1.8.3 Wilayah Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Wildlife Rescue Centre yang beralamatkan

di Jl. Kawijo, Sendangsari, Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Kabupaten Kulon Progo terletak kurang lebih 33,2 kilometer dari Kota

Yogyakarta.

Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pada alasan bahwa Daerah

Istimewa Yogyakarta merupakan kota pariwisata yang mempunyai banyak atraksi

18

wisata yang ditawarkan. Setiap liburan sekolah Daerah Istimewa Yogyakarta akan

dipenuhi oleh bis sekolah yang sedang berlibur. Yogyakarta yang dikenal sebagai

kota pelajar juga menawarkan berbagai wisata edukasi dari mulai wisata edukasi

budaya sampai wisata edukasi alam dan lingkungan.

1.8.4 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain one group pre test post test design.

Dalam desain ini, sebelum dilakukan perlakuan (treatment) diberikan terlebih

dahulu sampel diberi pre test (tes awal) dan di akhir sampel diberi post test (tes

akhir) dengan pertanyaan yang sama tanpa diketahui oleh sampel. Desain ini dipilih

karena mempunyai tujuan yang sesuai dengan kehendak yang ingin dicapai yaitu

ingin mengetahui pemahaman yang diterima oleh wisatawan pelajar setelah

mengikuti program wisata edukasi lingkungan. Berikut merupakan tabel desain one

group pre test post test design.

Tabel 1.1

Pre test Treatment Post test

O1 X O2

(Sugiono, 2008:111)

Keterangan:

O1 : Tes awal sebelum perlakuan diberikan

X : Perlakuan yang diberikan kepada responden yaitu program animal care

O2 : Tes akhir setelah perlakuan diberikan.

19

1.8.5 Teknik Pengolahan Data

Dalam pengolahan data, penulis mengambil langkah-langkah sebagai

berikut:

Menentukan skor tes awal (pre test) dan skor akhir (post test) dengan

menghitung jumlah skor yang didapat. Dalam penelitian ini ada 25 soal

pilihan ganda yang diberikan sebagai pre test dan post test. Setiap jawaban

yang benar mendapatkan skor 1 dan jawaban yang salah mendapatkan skor

0 dan jawaban yang benar semua akan mendapatkan skor 25.

1.8.6 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan waktu sekitar enam

bulan untuk menyesaikan penelitian. Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2016

dan berakhir pada bulan oktober 2016. Berikut asdalah tahapan-tahapan yang

dilakukan penulis dalam melakukan penelitian:

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan berlangsung dari bulan Agustus 2016 sampai September

2016. Pada tahap ini penulis melakukan observasi untuk menentukan tema

penelitian dengan melakukan wawancara terbuka dengan staf di Wildlife Rescue

Centre.

Setelah menemukan permasalahan penelitian, penulis mengurus perijinan

penelitian dan mencari literatur yang terkait dengan permasalahan penelitian utnuk

dipergunakan sebagai acuan pembuatan kuisioner bagi wisatawan pelajar sebagai

respondennya.

20

2) Tahap Pelaksanaan

Secara keseluruhan tahap pelaksanaan dilakukan pada bulan Oktober 2016.

Pada tahap ini, penulis melakukan penelitain lapangan untuk mendapatkan data dan

jawaban dari kuisioner yang telah disiapkan penulis untuk wisatawan pelajar

dengan beberapa kriteria responden. Penyebaran kuisioner diberikan secara dua kali

yaitu pada sebelum responden melakukan program edukasi lingkungan dan setelah

responden melakukan program edukasi lingkungan yang diberikan oleh pihak

Wildlife Rescue Centre, selama program edukasi lingkungan berlangsung penulis

juga akan ikut dalam setiap kegiatan yang diberikan oleh wisatawan hal ini

diharapkan agar penulis juga dapat merasakan bagaimana proses program edukasi

lingkungan tersebut berlangsung kemudian akan di dokumentasikan.

3) Tahap Penyesaian

Tahap penyesaian dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai dengan

Januari 2017. Pada tahap penyelesaian, penulis melakukan analisis terhadap data-

data yang diperoleh dari tahap pelaksanaan dan studi literatur untuk kemudian

dilanjutkan dengan penyusunan laporan akhir.

1.8.7 Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu pelajar dari

tingkatan Sekolah Dasar kelas 3, 4, 5, 6 yang mengikuti program wisata edukasi

lingkungan di Wildlife Rescue Centre. Dalam penelitian ini menggunakan teknik

tersebut karena pertimbangan sampel responden yaitu pengunjung yang mengambil

21

paket wisata edukasi di Wildlife Rescue Centre. Besarnya jumlah sampling yang

diambil berdasarkan rumus Slovin (1990) dalam Kusmayadi dan Sugiarto (2000:4)

yaitu:

n merupakan ukuran sampel yang dibutuhkan, N adalah jumlah populasi dan e

merupakan margin eror yang berkisar antara 5-10%. Populasi diambil dari jumlah

pengunjung yang mengambil paket pendidikan konservasi di Wildlife Rescue

Centre pada tahun 2015-2016, seperti terlihat pada tabel di bawah :

Tabel 1.2

Jumlah Data Pengunjung yang Mengambil Paket Wisata Edukasi

Wildlife Rescue Centre

No Tahun Bulan Pengunjung

1 2015 Januari 358 anak

2 Februari 603 anak

3 Maret 645 anak

4 April 610 anak

5 Mei 875 anak

6 2016 Januari 935 anak

7 Februari 210 anak

8 Maret 546 anak

9 April 1211 anak

10 Mei 348 anak

11 Juni 180 anak

12 Juli 457 anak

TOTAL 6978 anak

(Sumber : Data Soft File Marketing Executif Wildlife Rescue Centre, 2016)

Jumlah pengunjung yang mengambil paket wisata edukasi di Wildlife

Rescue Centre pada 12 bulan terakhir dari tahun 2015 sampai 2016 terhitung

22

sebanyak 6978 anak, maka apabila dimasukan dalam rumus tersebut dengan

menggunakan margin eror 10% menjadi:

𝑛 =6978

1 + 6978 𝑥 (0,10)2

𝑛 = 98, 58717152

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel responden yang

dibutuhkan untuk disebar yaitu 98 kuisioner tes namun untuk melengkapi jumlah

kuisioner maka jumlah kuisisoner yang disebar sebanyak 100 kuisioner tes. Hasil

tes yang berupa data primer diolah, dan dianalisa secara deskriptif.

Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Pengumpulan data dengan observasi berperan serta (Participation

observation) peneliti akan terlibat dengan kegiatan orang yang sedang diamati

(Sugiono, 2010:145). Dengan observasi partisipan selain melakukan pengamatan,

peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dengan observasi

partisipan maka data yang diperoleh akan lebih lengkap karena peneliti juga ikut

merasakannya secara langsung. Pengamatan dilakukan terhadap apa saja kegiatan

yang dilakukan oleh pengunjung selama mengikuti program wisata edukasi

lingkungan dalam upaya peningkatan kesadaran lingkungan dan satwa kemudian

mendokumentasikannya.

2) Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data melalui tanya jawab secara

langsung antara peneliti dengan narasumber yaitu fasilitator yang bertugas untuk

23

memandu pelajar yang mengambil paket edukasi dengan beberapa pertanyaan

mengenai kegiatan edukasi lingkungan di objek penelitian. Wawancara dilakukan

dengan pihak pengelola Wildlife Rescue Centre untuk mendapat informasi yang

diperlukan dalam penelitian terkait dengan program edukasi lingkungan. ada dua

jenis wawancara, yaitu wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tak

berstruktur). Dalam penelitian ini akan menggunakan wawancara bebas, yakni

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dn lengkap untuk pengumpulan datanya,

pedoman hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiono,

2010:140).

3) Ujian/tes

Pengumpulan data dengan membagikan daftar pertanyaan untuk diisi

sendiri oleh responden. Pertanyaan mengacu pada kumpulan materi yang diberikan

oleh pihak Wild Rescue Centre kepada pelajar sebagai bahan ajar, pertanyaan yang

diajukan secara tertulis kepada responden dan jawaban yang diperoleh juga dalam

bentuk tertulis. Pengumpulan data melalui ujian/tes biasa digunakan untuk

mengetahui tingkat pemahaman atau perubahan dari suatu perilaku. Untuk

mendapatkan data perubahan tersebut, sebelum memulai pelatihan peserta diminta

mengisi soal-soal (pre-test). Soal yang sama kemudian di ujikan kembali pada saat

pelatihan berakhir (post-test), kemudian hasilnya dievaluasi. Nilai tes setelah

pelatihan dikurangi dengan nilai tes sebelum pelatihan hasilnya merupakan tingkat

penyerapan terhadap materi pelatihan (Kusmayadi & Sugiarto, 2000:85).

24

1.8.8 Identifikasi Aspek Kognitif

Evaluasi tingkat pemahaman wisata edukasi lingkungan animal care.

berikut adalah uraian masing-masing aspek kognitif tersebut:

1) Pengetahuan (c1), terdiri dari 10 pertanyaan, yaitu:

(1) pada soal nomor 1 (c1.1) dengan pertanyaan, apa nama dari hewan di

samping ? pada gambar menunjukan foto hewan owa jawa, dengan soal

pilihan ganda responden diminta untuk memilih jawaban yang benar

dengan pilihan a) gorila; b) orangutan; c) owa jawa. Pada pilihan

jawaban yang salah yaitu gorila dan orangutan merupakan nama hewan

yang sering dilihat oleh anak-anak pada buku dan televisi, hal tersebut

membuat anak-anak mengenali bagaimana gambar dari gorila dan

orangutan sehingga mereka dapat menyadari bahwa kedua jawaban

tersebut merupakan jawaban yang salah.

(2) Pada soal nomor 4 (c1.2) dengan pertanyaan, apa makanan utama dari

hewan tersebut? gambar yang dimaksud pada soal nomor 4 adalah

gambar dari owa jawa. Pada pertanyaan nomor 1 seperti yang dijelaskan

sebelumnya responden diminta untuk memilih jawaban yang benar dari

gambar di samping, jika pada pertanyaan nomor 1 responden memilih

jawaban yang salah maka hal tersebut akan berpengaruh pada jawaban

responden di nomor 4 karena pada pertanyaan nomor 1 pilihan jawaban

yang salah yaitu gorila dan orangutan merupakan hewan pemakan

segala yaitu omnivora. Pada pilihan jawaban terdiri dari a) serangga,

25

katak dan tikus; b) buah-buahan, serangga dan hewan kecil; c) buah-

buahan, daun dan bunga.

(3) Pada soal nomor 7 (c1.3) dengan pertanyaan, dimana habitat asli hewan

tersebut? Hewan yang dimaksud pada pertanyaan nomor 7 adalah

orangutan. Pada pertanyaan nomor 7 responden diminta untuk memilih

jawaban yang benar dengan pilihan jawaban yaitu a) dataran tinggi; b)

hutan hujan tropis; c) hutan mangrove.

(4) Pada soal nomor 9 (c1.4) dengan pertanyaan, apa nama dari hewan di

samping?. Gambar pada pertanyaan nomor 9 merupakan gambar dari

burung nuri bayan, responden diminta untuk menyebutkan nama dari

gambar hewan di samping dengan pilihan jawaban, a) burung kakak

tua; b) burung nuri bayan; c) burung elang.

(5) Pada soal nomor 10 (c1.5) dengan pertanyaan, apakah makanan utama

dari hewan tersebut? Gambar hewan yang dimaksud pada soal nomor

10 adalah burung nuri bayan, burung nuri merupakan hewan yang

sering dijadikan sebagai peliharaan walaupun saat ini burung nuri bayan

telah termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi oleh undang-

undang. Pertanyaan nomor 10 dengan pilihan jawaban a) madu, susu

kental manis dan nektar; b) buah-buahan, kacang dan biji-bijian; c)

serangga kecil, semut dan kroto.

(6) Pada soal nomor 12 (c1.6) dengan pertanyaan, dari gambar di bawah

manakah yang merupakan gambar elang brontok?. Elang merupakan

salah satu brung yang banyak dietahui oleh masyarat, jenis burung ini

26

sangat khas karena mempunyai ciri-ciri fisik yang membedakan dari

jenis burung lainnya, namun di Indonesia terdapat berbagai macam

jenis elang dengan ciri fisik yang berbeda-beda. Pilihan jawaban yang

terdapat pada soal nomor 12 diantaranya ada gambar dari elang, a)

elang brontok; b) elang kepala abu; c) elang hitam.

(7) Pada soal nomor 13 (c1.7) dengan pertanyaan, di indonesia daerah

mana elang brontok banyak dijumpai? Elang brontok merupakan hewan

yang saat ini statusnya beresiko (least concern), saat ini elang brontok

semakin susah ditemui di alam bebas karena perburuan liar. Pilihan

jawaban pada pertanyaan nomor 13 diantaranya yaitu a) Maluku dan

Papua; b) Kalimantan dan Sulawesi; c) Sumatra, Jawa dan Nusa

Tenggara.

(8) Pada soal nomor 14 (c1.8) dengan pertanyaan, apakah makanan utama

dari elang brontok?. Pertanyaan nomor 14 merupakan pertanyaan yang

berhubungan dengan pertanyaan nomor 12 karena pada soal nomor 12

terdapat gambar elang yang akan mempermudah responden untuk

menjawab pertanyaan pada soal nomor 14. Dengan melihat bentuk

paruh dari gambar soal nomor 12 responden akan dapat

mengidentifikasi makanan yang dimakan oleh hewan tersebut.

(9) Pada soal nomor 20 (c1.9) dengan pertanyaan, sebutkan nama latin dari

orangutan kalimantan? Orangutan merupakan satwa yang dilindungi

oleh undang-undang karena populasinya yang sudah mengkhawatirkan.

Pengenalan satwa yang dilindung yang dilakukan oleh berbagai pihak

27

baik dari sekolah maupun luar sekolah selalu memperkenalkan

orangutan sebagai satwa yang dilindung dari sekian banyak satwa

Indonesia yang dilindungi. Pada soal nomor 20 dengan pilihan jawaban

diantaranya, a)pongo pygmaeus; b) ailurops ursinus; c) hylobates

moloch.

(10) Pada soal nomor 21 (c1.10) dengan pertanyaan, elang ular bido

merupakan hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur yang

biasa disebut juga dengan?. Pada pertanyaan nomor 21 responden

diminta untuk menyebutkan nama lain dari hewan yang bereproduksi

secara bertelur, dengan pilihan jawaban; a) ovipar; b)vivipar; c)

ovovivipar.

2) Pemahaman (c2), terdiri dari 9 pertanyaan yaitu:

(1) Pada pertanyaan nomor 2 (c2.1) dengan pertanyaan, apa ciri-ciri khusus

dari hewan tersebut? Hewan yang dimaksud pada pertanyaan ini adalah

gambar hewan yang terdapat pada soal nomor 1 yang terletak pada

indikator pengetahuan yaitu gambar Owa Jawa. Pada gambar yang

tertera pada baris soal nomor 1 ditampilkan gambar muka close up dari

Owa Jawa yang sudah terlihat ciri-ciri fisik dari Owa Jawa. Namun soal

nomor 2 merupakan soal yang berhubungan dengan soal nomor 1 maka

jika pada soal nomor 1 responden tidak dapat menjawab dengan benar

apakah nama dari gambar yang tersedia di samping maka besar

kemungkinan bahwa respoden juga akan menjawab salah soal nomor 2.

28

(2) Pada soal nomor 5 (c2.2) dengan pertanyaan, manakah yang merupakan

gambar dari orangutan? Soal nomor 5 responden dimita untuk memilih

dan membedakan mana yang merupakan gambar dari orangutan dengan

pilihan jawaban berupa gambar dari tiga hewan yang semuannya

merupakan jenis primata yaitu a) gambar kera ekor panjang; b)

orangutan; c) bekantan.

(3) Pada soal nomor 6 (c2.3) dengan pertanyaan, orangutan betina biasanya

melahirkan pada usia 7-10 tahun, berapa lama usia masa kandungan

orangutan?. Pada soal nomor 6 responden diminta untuk

memperkirakan usia kandungan pada orangutan engan pilihan jawaban

yaitu a) 6 – 7 bulan; b) 8,5 – 9 bulan; c) 9 - 10 bulan.

(4) Pada soal nomor 8 (c2.4) dengan pertanyaan, gambar hewan di atas

merupakan hewan yang saat ini statusnya terancam punah, hal tersebut

dikarenakan?. Pertanyaan pada soal nomor 8 meminta responden untuk

menduga apakah yang menjadi penyebab terancam punahnya hewan

pada gambar, gambar yang dimaksud pada soal nomor 8 merupakan

jawaban benar dari soal 5 yaitu orangutan. Jika pada soal nomor 5

responden memilih jawaban yang salah maka hal tersebut akan

berpengaruh pada jawaban responden di soal nomor 8.

(5) Pada soal nomor 11 (c2.5) dengan pertanyaan, hewan tersebut masuk

ke dalam hewan golongan?. Hewan yang dimaksud pada soal nomor 11

adalah jawaban benar dari pertanyaan soal nomor 9, namun pada soal

nomor 11 jawaban salah ataupun jawaban benar pada pertanyaan nomor

29

9 tidak berpengaruh pada jawaban soal nomor 11 dikarenakan pada

pilihan jawaban di soal nomor 9 semua pilihan jawaban merupakan

jenis burung, hal tersebut membuat jawaban benar atau salah menjadi

tidak berpengaruh pada soal nomor 11 dengan pilihan jawaban a)

mammalia; b) amphibia; c) aves.

(6) Pada soal nomor 15 (c2.6) dengan pertanyaan, siamang merupakan

hewan yang statusnya terancam punah, hal tersebut dikarenakan?. Pada

pertanyaan ini responden diminta untuk menduga apa yang menjadi

penyebab utama dari terancam punahnya siamang di alam liar. Foto

gambar siamang terdapat pada soal berikutnya yaitu soal nomor 16, di

soal nomor 16 juga diberitahukan bahwa foto yang terdapat pada butir

pertanyaan tersebut merupakan hewan siamang. Diharapkan dengan

adanya foto gambar siamang responden dapat menduga penyebab dari

terancam punahnya siamang saat ini. Pada soal nomor 15 dengan

pilihan jawaban sebagai berikut, a) perdagangan hewan ilegal; b)

dimangsa oleh predator lain; c) kerusakan lingkungan.

(7) Pada soal nomor 16 (c2.7) dengan pertanyaan, apakah fuungsi dari

kantung puskular pada siamang?. Soal nomor 16 dilengkapi dengan

foto gambar dari siamang yang sedang menggelembungkan kantung

puskularnya, kantung yang letah tepat pada tenggorokan dan cukup

besar saat sedang menggelembung sehingga foto gambar tersebut dapat

dilihat dengan jelas oleh respoden sebelum memilih jawaban dengan

30

pilihan jawaban, a) untuk menyimpan makanan; b) cadangan air

minum; c) membuat suara menjadi lebih keras.

(8) Pada soal nomor 17 (c2.8) dengan pertanyaan, pada habitat aslinya,

umumnya siamang mampu bertahan hidup hingga usia?. Pertanyaan

nomor 17 merupakan pertanyaan yang dapat menilai wawasan

pengetahuan respoden terhadap dunia satwa. Siamang merupakan

hewan yang saat ini statusnya dilindung karena sudah terancam punah.

Pilihan jawaban pada pertanyaan ini diantaranya, a) 10-20 tahun; b) 35-

40 tahun; c) 30-50 tahun.

(9) Pada soal nomor 19 (c2.9) dengan pertanyaan, hewan yang melakukan

aktivitasnya di siang hari disebut juga? Kategori hewan berdasarkan

aktivitasnya terbag menjadi tiga yaitu norturnal, diural dan krepuskular,

ketiga kategori tersebut digunakan sebagai pilihan jawaban pada soal

nomor 19 untuk mengetahui apakah responden benar paham akan

materi mengkategorikan satwa berdasarkan aktivitasnya.

3) Evaluasi (c6) terdiri dari 6 pertanyaan yaitu:

(1) Pada soal nomor 3 (c6.1) dengan pertanyaan, hewan tersebut

merupakan hewan arboreal yang berarti? Seperti halnya pada soal

nomor 2, soal nomor 3 juga merupakan soal yang berhubungan dengan

soal nomor 1 karena gambar yang dimaksud pada soal nomor 3

merupakan gambar yang terdapat pada soal nomor 1 yaitu gambar Owa

Jawa. Owa Jawa merupakan hewan primata sama halnya seperti kera

dan orangutan, pada soal nomor 3 responden diminta untuk

31

menjelaskan definisi dari hewan arboreal dengan pilihan jawaban; a)

hewan yang menghabiskan waktu hidupnya di atas pohon; b) hewan

yang aktif di malam hari; c) hewan yang mempunyai tulang belakang.

(2) Pada soal nomor 18 (c6.2) dengan pertanyaan, sekitar 75% makanan

siamang merupakan buah, daun, bunga dan 25% makanan dari siamang

adalah serangga, laba-laba dan telur burung. Dengan begitu siamang

dapat dikategorikan sebagai hewan?. Pada soal nomor 18 responden

diminta untuk menyimpulkan termasuk dalam kategori apakah siamang

jika dilihat dari jenis makanannya. Pada pertanyaan tersebut dijelaskan

bahwa 75% makanan siamang merupakan tumbuhan dan 25% lainnya

merupakan hewan yang berupa serangga-serangga kecil.

(3) Pada soal 22 (c6.3) dengan pertanyaan, selama masa karantina satwa

yang ada di Wildlife Rescue Centre diberi makan dengan takaran yang

tepat yang telah ditentukan, berapa takaran makanan tersebut?. Pada

pertanyaan tersebut responden diminta untuk mengevaluasi takaran

makanan yang diberikan kepada satwa yang ada disana, takaran

makanan yang diberikan kepada satwa telah diukur dan disesuaikan

dengan berat badan tiap satwa.

(4) Pada soal 23 (c6.4) dengan pertanyaan, mengapa dalam proses

pemberian makanan pada satwa harus menggunakan takaran yang

tepat?. Dalam pertanyaan tersebut responden diminta untuk mengeritik

mengapa dalam pemberian makanan harus menggunakan takaran yang

benar, responden diminta untuk mengevaluasi mengapa dalam

32

pemberian makanan harus menggunakan takaran yang tepat dengan

pilihan jawaban; a) untuk menghemat biaya pengeluaran makanan; b)

agar satwa tersebut tidak mengalami kegemukan dan tetap dapat

beraktifitas; c) agar tidak udah lapar.

(5) Pada soal nomor 24 (c6.5) dengan pertanyaan, apakah perbedaan fisik

dari burung nuri bayan jantan dan nuri bayan betina?. Pada pertanyaan

tersebut responden diminta untuk membedakan perbedaan fisik burung

nuri jantan dan betina. Foto gambar burung nuri jantan dan betina telah

ada di soal nomor 9, hal tersebut akan memudahkan responden untuk

menjawab pertanyaan nomor 24 dengan pilihan jawaban, a) perbedaan

warna bulu; b) perbedaan bentuk ukuran badan; c) perbedaan bentuk

paruh.

(6) Pada soal nomor 25 (c6.6) dengan pertanyaan, orangutan termasuk

dalam kategori hewan vertebrata, yang berarti?. Pada pertanyaan nomor

25 responden diminta untuk menjelaskan apa definisi dari hewan

vertebrata dengan pilihan jawaban, a) hewan yang mempunyai tulang

belakang; b) hewan yang menyusui; c) hewan yang menghabiskan

sebagian besar hidupnya di atas pohon.

1.8.9 Studi Pustaka

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data dan informasi pendukung

dengan menggunakan kajian pustaka dan referensi yang relevan dan berkaitan

33

dengan topik penelitian. Pengumpulan data tersebut bersumber dari buku, jurnal,

maupun artikel yang sesuai dengan tema penelitian.

1.9 ANALISIS DATA

Data penelitian yang didapatkan akan dikumpulkan dan disesuaikan untuk

dianalisis. Hasil yang berupa data yang telah diisi oleh responden akan dikaitkan

dengan teori yang digunakan. Secara keseluruhan, hasil dari pembahasan tersebut

akan memaparkan seberapa besar tingkat pemahaman pengunjung pelajar setelah

mengikuti program wisata edukasi lingkungan di Wildlife Rescue Centre dengan

menggunakan aspek kognitif diantaranya; pengetahuan, pemahaman, sintesis dan

evaluasi sebagai indikatornya.

Hasil penelitian yang di dapatkan akan di kumpulkan dan disesuaikan untuk

dianalisis, sumber data yang berupa tes pilihan ganda yang dibuat dengan

menggunakan tiga indikator dari aspek kognitif yaitu pengetahuan (c1);

pemahaman (c2); evaluasi (c6). Hasil tes pilihan ganda yang telah di isi oleh

responden kemudian dihitung jumlah jawaban yang benar dengan pemberian skor

1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Kemudian hasil dari skor

post test akan dikurangi dengan hasil dari skor pre test sehingga dapat diketahui

bahwa adakah perubahan tingkat pemahaman pengunjung antara sebelum dan

sesudah mengikuti program.

34

1.10 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam skripsi ini menyusun 4 bab dengan susunan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam BAB I, penulis menjelaskan tentang hal yang melatar belakangi

masalah yang akan diteliti, merumuskan masalah, tujuan penelitian, memaparkan

metode yang dipakai dan menyusun sistematika laporan.

BAB II : GAMBARAN UMUM WILDLIFE RESCUE CENTRE

Dalam BAB II, penulis menjelaskan gambaran umum obyek penelitian

yang mencakup sejarah, profil, lokasi, struktur organisasi, dan atraksi yang ada

di Taman Satwa Wildlife Rescue Centre

BAB III: EVALUASI TINGKAT PEMAHAMAN WISATA EDUKASI ANIMAL

CARE PADA PENGUNJUNG PELAJAR DI WILDLIFE RESCUE CENTRE

KULON PROGO

Dalam BAB III, penulis mulai membahas permasalahan yang telah

dirumuskan, yaitu menganalisis seberapa peranan wisata edukasi lingkungan pada

pengunjung pelajardi Wildlife Rescue Centre.

BAB IV : PENUTUP

Dalam BAB IV, penulis menyimpulkan atas hasil penelitian yang telah

dilakukan dan memberikan saran terhadap hasil penelitian.