Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang selalu dibayangi
oleh masalah kependudukan dengan segala keterkaitan berbagai
persoalannya. Usaha langsung untuk melakukan pembangunan perlu
memperhitungkan faktor kependudukan yang merupakan sasaran utama
bagi pembangunan. Usaha perluasan lapangan kerja, pendidikan, kesehatan,
penyediaan pangan dan kebutuhan pokok lainnya berdasarkan fenomena
kependudukan yang dihadapi.
Pengetahuan mengenai perkembangan penduduk Indonesia
merupakan dasar terpenting dari perencanaan pembangunan. Penduduk
sebagai sasaran pembangunan yang setiap waktu terus berkembang pesat
dengan segala aspeknya, agar hasil pembangunan merata dan adil sampai
kepada masyarakat perlu menyeimbangkan antara kedua faktor yaitu jumlah
penduduk dan hasil dari pembangunan.
Program keluarga berencana sebagai salah satu upaya pengendalian
pertumbuhan penduduk. Program keluarga berencana yang berkualitas
dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, mandiri, maju,
mempunyai jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab, memiliki wawasan
ke masa depan, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk meningkatkan kualitas program KB, paradigma baru yang dibangun
oleh BKKBN adalah penekanan upaya menghormati hak – hak reproduksi
dalam meningkatkan kualitas kehidupan keluarga (BKKBN, 2011).
2
Program Keluarga Berencana merupakan salah satu Program Sosial
Dasar yang penting bagi daerah. Program ini memberikan kontribusi yang
besar bagi Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di masa sekarang
dan masa mendatang. Dalam sepuluh tahun terakhir ini telah banyak usaha
yang dilakukan untuk dapat menyelaraskan antara Program Keluarga
Berencana dengan Kesehatan Reproduksi sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan perkembangan zaman. Pelaksanaan pelayanan Keluarga
Berencana yang berkualitas dilandasi oleh Undang – Undang Nomor 10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera. Sejalan dengan hal tersebut, kebijaksanaan pelayanan
Keluarga Berencana tidak hanya berorientasi pada angka kelahiran tetapi
juga terfokus pada upaya – upaya pemenuhan permintaan kualitas
pelayanan. Tantangan terbesar dalam peningkatan upaya penggalakkan
kembali program Keluarga Berencana ini adalah dari tingkat kesadaran
masyarakat itu sendiri. Program Keluarga Berencana di Indonesia sudah
dilaksanakan sejak tahun 1970 dengan dibentuknya Badan Koordinator
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Perkembangan populasi penduduk yang tidak terkendali berkaitan
erat dengan pelaksanaan Program KB di tingkat masyarakat yang belum
optimal. Pola pikir masyarakat Indonesia yang masih beranggapan bahwa
banyak anak akan banyak rejeki juga harus diubah. Pertumbuhan anak
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, untuk pendidikan maupun
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya di masa mendatang.
Ketidakmampuan orang tua untuk membiayai anak-anaknya akan
3
menimbulkan permasalahan termasuk kemiskinan. Pemahaman masyarakat
terkait program KB menjadi salah satu kendala tersendiri terhadap angka
partisipasi KB. Partisipasi Partisipasi seluruh anggota keluarga diperlukan
untuk mengkampanyekan Keluarga Berencana di lingkungan masyarakat
untuk mensukseskan program Keluarga Berencana.
Merencanakan dan mengatur keluarga merupakan permasalahan
kemanusiaan yang saat ini sedang diusahakan pelaksanaannya oleh
pemerintah dan rakyat Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tidak
disertai dengan pertumbuhan yang cukup dalam produksi nasional dapat
menimbulkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya
fasilitas pendidikan, kurangnya penyediaan makanan, pelayanan kesehatan,
kesempatan kerja, dan sebaginya. Ini semua harus diatur oleh pemerintah
dan harus didukung oleh seluruh masyarakat.
Keberhasilan suatu program dalam hal ini Program Keluarga
Berencana, tergantung dari aktifnya partisipasi masyarakat untuk
mensukseskan program tersebut. Sehingga peran aktif masyarakat sangat
penting artinya bagi kelancaran keberhasilan program dan tercapainya
tujuan. Program Keluarga Berencana dicanangkan dalam rangka usaha
pemerintah untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Pada
dasarnya pemerintah berkeinginan untuk membuat perubahan dari suatu
kondisi tertentu menuju keadaan lain yang lebih bernilai. Agar proses
perubahan dapat menjangkau sasaran – sasaran perubahan keadaan yang
lebih baik dan dapat digunakan sebagai pengendali masa depan. Dalam
melaksanakan pembangunan perlu sekali memperhatikan dari segi
4
manusianya karena pembangunan menyangkut makna bahwa manusia itu
obyek pembangunan sekaligus subyek pembangunan. Sebagai subyek
pembangunan, manusia harus diperhitungkan karena mempunyai nilai dan
potensi yang luar biasa. Oleh karena itu, di dalam pembangunan perlu sekali
mengajak subyek untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan
secara berkelanjutan (Pasaribu dan Simanjuntak, 1986: 62).
Berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam program tertentu,
peranan tokoh masyarkat baik formal maupun non – formal sangat penting
terutama dalam mempengaruhi, memberi contoh, dan menggerakkan
keterlibatan seluruh masyarakat di lingkungannya guna mendukung
keberhasilan program. Persepsi masyarakat terhadap program tertentu
merupakan landasan atau dasar utama bagi timbulnya kesediaan untuk ikut
terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan program tersebut. Makna
positif atau negatif hasil persepsi seseorang terhadap program akan menjadi
pendorong atau penghambat baginya untuk berperan dalam kegiatannya.
Kota Malang yang merupakan salah satu kota yang saat ini
menggalakkan program Keluarga Berencana dengan dibuatnya Kampung
Keluarga Berencana (KB) yang dikelola oleh pemerintah setempat dan
masyarakat. Berbagai hal yang melatarbelakangi dibuatnya Kampung
Keluarga Berencana (KB). Hal ini tentunya dimanfaatkan dengan baik oleh
pemerintah dan masyarakat sekitar untuk mendapatkan penghasilan dan
berpartisipasi dalam pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat yang
dijalankan oleh pemerintah.
5
Salah satu Kampung Keluarga Berencana (KB) yang berada di Kota
Malang berlokasi di Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, yang akan
diresmikan pada tahun 2018. Kelurahan Bareng dipilih menjadi tempat
pencanangan Kampung Keluarga Berencana (KB) oleh pemerintah Kota
Malang dikarenakan karena masih masuk dalam kategori kelurahan yang
kesadaran warganya perihal KB masih sangat rendah. Banyak warganya
yang memiliki anak lebih dari dua dengan kesadaran KB yang berada di
bawah rata – rata. Kelurahan ini dipilih sebagai tempat pencanangan KB
juga dikarenakan masuk dalam kategori kawasan kumuh dengan angka
kemiskinannya yang tergolong tinggi.
Kampung KB ini dicanangkan oleh Bapak Presiden RI (Ir. Joko
Widodo) pada tanggal 14 Januari 2016, yang targetnya pada tahun 2017
terdapat satu Kampung KB di setiap satu kecamatan di seluruh Indonesia.
Kampung KB merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi
masalah kependudukan, terutama di wilayah – wilayah yang terpencil.
Kampung KB akan menjadi ikon program Kependudukan, KB dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK). Kehadiran Kampung KB bertujuan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat ditingkat kampung atau yang
setara melalui program KKBPK serta pembangunan sektor lain dalam
rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas.
Prinsip dalam Program KKBPK adalah mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera dengan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Penerapan
fungsi keluarga ini membantu keluarga lebih bahagia dan sejahtera, terbebas
dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Keberhasilan program
6
KKBPK dapat dilihat dari beberapa aspek, Pertama, aspek pengendalian
kuantitas penduduk; Kedua, aspek peningkatan kualitas penduduk yang
dalam hal ini diukur dengan peningkatan ketahanan dan kesejahteraan
keluarganya.
Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dapat dilihat
melalui berbagai indikator yang merupakan pencerminan dari pelaksanaan
delapan fungsi keluarga. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan
Pemerintah No 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi
Keluarga. Dalam PP disebutkan delapan fungsi keluarga meliputi: fungsi
keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan,
fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan
fungsi pembinaan lingkungan (Kominfo, 2017).
Beberapa hal yang menjadi latar belakang pembentukan Kampung
KB ini, yaitu : (1) Program KB tidak lagi bergema dan terdengar gaungnya
seperti pada era Orde Baru; (2) Untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat ditingkat kampung atau yang setara melalui program KKBPK
serta pembangunan sektor terkait dalam rangka mewujudkan keluarga kecil
berkualitas; (3) Penguatan program KKBPK yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat; (4) Mewujudkan cita-cita
pembangunan Indonesia yang tertuang dalam Nawacita, terutama agenda
prioritas ke 3 yaitu “Memulai pembangunan dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan",
agenda Prioritas ke 5 yaitu "Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
7
Indonesia"; (5) Mengangkat dan menggairahkan kembali program KB guna
menyongsong tercapainya bonus demografi yang diprediksi akan terjadi
pada tahun 2010 – 2030.
Sehubungan dengan adanya partisipasi masyarakat melalui
Kampung KB yang berada di Kecamatan Klojen Kota Malang tersebut
maka akan dikaji secara komprehensif dalam sebuah penelitian. Peneliti
merumuskan judul penelitian sebagai berikut, “Program Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Melalui Kampung Keluarga
Berencana (KB)”. Hal – hal yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat sangat berkaitan dengan penelitian ini, karena Kampung KB
adalah salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Melalui Program
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang menjadi
salah satu kegiatan partisipasi di Kampung KB sebagai salah satu bentuk
strategi pembangunan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah:
“Bagaimana Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) Melalui Kampung Keluarga Berencana (KB)?”
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) melalui Kampung Keluarga Berencana (KB).
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini memiliki manfaat untuk memperkuat
kajian tentang strategi pembangunan melalui partisipasi masyarakat
khususnya dalam kajian pembangunan yang berpusat kepada rakyat
(people centered development).
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan nantinya diterapkan
oleh pihak-pihak atau stake holders yang memiliki keterlibatan
dalam ruang lingkup terkait dengan penelitian ini, adapun pihak-
pihak tersebut antara lain:
1.4.2.1 Manfaat bagi penulis
Penulis menjadi lebih paham tentang partisipasi masyarakat
melalui program keluarga berencana, sehingga penulis juga
mampu menerapkan analisis berkaitan dengan pengaplikasian
ilmu yang telah didapat dari bangku perkuliahan.
1.4.2.2 Manfaat bagi pemerintah Kota Malang
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk
mengambil kebijakan dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat, bagi pemerintah Kota Malang khususnya Dinas
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), sehingga
pihak DP3AP2KB dapat menyusun program – program terkait
partisipasi masyarakat melalui Kampung KB. Untuk melihat
9
perkembangan Program Kampung KB sebagai upaya
membangun kualitas sumber daya manusia yang terberdayakan
dan produktif.
1.4.2.3 Civitas Akademika
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru
terkait kajian partisipasi masyarakat, khususnya kajian pada
program Kampung KB, hal ini bertujuan untuk mempertajam
analisis para civitas akademika terkait penelitian yang memiliki
topik sama dengan penelitian ini.
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Kampung Keluarga Berencana (KB)
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Kampung KB merupakan satu kesatuan wilayah
setingkat dusun/ RW dengan kriteria tertentu dimana terdapat
program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga
(KKBPK) yang terintegrasi.
1.5.2 Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS)
Program BKKBN yang diupayakan dalam rangka meningkatkan
program KB pada keluarga miskin melalui bantuan modal usaha
kelompok UPPKS. Yang dimaksud dengan kegiatan Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera adalah kegiatan
bersama dalam bentuk pra koperasi yang dilakukan oleh, dari, dan
10
untuk kelompok akseptor KB melalui berbagai kegiatan ekonomi
produktif skala mikro kecil/ kecil, yang kegiatannya diharapkan
dapat menambah/ meningkatkan pendapatan keluarga dan
menunjang terwujudnya pelembagaan dan pemberdayaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) di masyarakat
(depkes.go.id).
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian secara kualitatif,
dimana peneliti cenderung menggali data dari subjek dan
menyajikannya secara deskriptif, sehingga data yang diperoleh akan
semakin mudah dipaparkan dan juga memudahkan pembaca untuk
memahami hasil penelitian. Menurut Bogdan dan Taylor (Zuriah,
2009: 92), penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis karena dianggap sesuai
dengan tema yang diteliti, dengan menggunakan pendekatan ini
peneliti mudah menggali data tentang partisipasi masyarakat melalui
Kampung KB dalam Program Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera (UPPKS). Pendekatan jenis kualitatif mampu
mendeskripsikan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui
Kampung KB.
11
1.6.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini mengangkat tema tentang partisipasi masyarakat
melalui Kampung KB dalam Program Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera (UPPKS). Merupakan salah satu pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang sebagian besar anggotanya adalah peserta
KB dari Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera yang aktif
berusaha secara kelompok yang merupakan upaya meningkatkan
kesejahteraan dan perekonomian masyarakat.
Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis penelitian studi
kasus. Menurut John W. Best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 20)
menyatakan bahwa studi kasus berkenaan dengan segala sesuatu yang
bermakna dalam searah atau perkembangan kasus yang bertujuan
untuk memahami siklus kehidupan atau bagian dari siklus kehidupan
suatu unit individu atau perorangan, keluarga, kelompok, pranata
sosial suatu masyarakat (dalam Zuriah, 2009).
1.6.3 Lokasi Penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Bareng, Kecamatan
Klojen, Kota Malang yang merupakan salah satu lokasi yang
dicanangkan sebagai Kampung KB di Kota Malang. Lokasi ini dipilih
karena masuk dalam kategori kelurahan yang kesadaran warganya
mengenai KB masih sangat rendah dengan jumlah rata – rata
kesadaran ber-KB sebesar 79 persen. Dan juga kelurahan ini masuk
dalam kategori kawasan kumuh dengan angka kemiskinan sebesar 34
persen.
12
1.6.4 Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel penelitian ini menggunakan purposive
sampling, dimana peneliti menentukan kuota dan kriteria-kriteria
tertentu kepada subjek yang diwawancara. Menurut Sugiyono (2009 :
218), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu.
Kriteria subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Keluarga yang memiliki usaha ekonomi produktif.
2. Keluarga Pra – Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1.
Beberapa kriteria tersebut nantinya mendukung peneliti dalam
menggali data terkait partisipasi masyarakat melalui program Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Kampung
KB, adapun alasan peneliti menentukan kriteria dalam melakukan
wawancara terhadap beberapa sampel tersebut karena beberapa
sampel dianggap menguasai dan paham tentang pemberdayaan
masyarakat di Kampung KB melalui program UPPKS, sehingga data
yang nantinya didapat akan terjamin validitasnya.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis antara
lain:
1.6.5.1 Observasi
Menurut Nawawi dan Martini (1992:74) observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur – unsur
yang tampak dalm suatu gejala – gejala pada objek penelitian.
13
Dengan observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan program
Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
melalui Kampung KB di Kelurahan Bareng. Ber4dasarkan
pemaparan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa observai
merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
oleh peneliti untuk menyempurnakan penelitian agar mendapatkan
hasil yang maksimal. Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti
dalam setiap kegiatan dan program yang diadakan di Kampung KB
Kelurahan Bareng dengan mengamati berbagai kegiatan yang
dilakukan.
1.6.5.2 Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
menggali data terkait pemberdayaan masyarakat melalui program
Kampung KB, melalui pertanyaan - pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti dan jawaban yang diberikan oleh subjek, sehingga
memungkinkan adanya pertukaran informasi. Esterberg (2002)
dalam Sugiyono (2009: 231) mendefinisikan bahwa wawancara
adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.
Teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan subjek
penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Wawancara dilakukan dengan mendatangi tempat usaha/ rumah
yang memiliki usaha mandiri, dan juga melakukan wawancara pada
14
saat diadakan rapat atau pertemuan rutin bersama di balai
pertemuan setempat. Untuk kelengkapan data yang lebih mendalam
juga mewawancarai pembina/ pembimbing dari DP3AP2KB yang
menaungi binaan di Kampung KB terkait program UPPKS di
wilayah tersebut.
1.6.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi dalam hal ini merupakan bukti-bukti yang
telah diabadikan baik dalam jangka waktu dekat maupun dalam
jangka waktu lama. Data tersebut berkaitan dengan jumlah
penduduk, profil desa maupun data-data lain yang berkaitan dengan
tema penelitian yang dibahas. Menurut Sugiyono (2009: 240),
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
Dokumentasi tertulis terkait data awal pembentukan dan
profil Kampung KB dan Program Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera (UPPKS), serta hal yang berkaitan dengan
penelitian didapat melalui Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana (DP3AP2KB) di Kota Malang, selain itu juga
dokumentasi gambar didapat melalui foto dengan alat penunjang
seperti kamera, dan lain sebagainya.
15
1.6.6 Teknik Analisa Data
Merupakan teknik yang digunakan untuk mencari dan menyusun
secara sistematis data penelitian yang didapat dari penelitian
lapangnya. Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono
(2009: 246-253), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Adapun aktivitas dalam analisis data adalah:
1.6.6.1 Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang didapat dari lapang pasti sangat banyak, oleh karena itu
diperlukan proses untuk mencatat secara rinci dan teliti. Reduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,
dengan begitu akan diperoleh gambaran yang lebih jelas, sehingga
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya. Dalam hal ini, fokus data pokok yang dirangkum adalah
bertema tentang Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) melalui Kampung Keluarga Berencana (KB).
1.6.6.2 Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka proses selanjutnya adalah
mendisplaykan data, dalam penelitian kualitatif penyajian data ini
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart, dan sejenisnya. Display data bermanfaat untuk
mempermudah peneliti memahami apa yang terjadi, dan
16
mempermudah merencanakan apa kerja selanjutnya. Dalam
penelitian ini, penyajian data difokuskan dengan menggunakan teks
yang bersifat deskriptif naratif.
1.6.6.3 Conclusion Drawing/ Verification
Langkah ini merupakan penarikan kesimpulan awal. Kesimpulan ini
bisa berubah seiring jalannya penelitian, dan jika ditemukan data-
data kuat yang mendukung, kesimpulan awal ini dilengkapi data-
data yang valid dan mendukung serta konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan awal yang
dikemukakan ini dianggap kesimpulan yang kredibel.
1.6.7 Uji Validitas Data
Merupakan cross-check yang digunakan untuk menguji keabsahan
data, dalam penelitian ini menggunakan uji keabsahan data
triangulasi sumber. Menurut Wiliam Wiersma (1986) dalam
Sugiyono (2009: 274), triangulasi sumber digunakan untuk menguji
kredibilitas data melalui beberapa sumber atau subjek yang berbeda,
kemudian data yang didapat dari beberapa sumber yang berbeda
tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang
sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari beberapa sumber
tersebut.