Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem
perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka
inilah yang membawa suatu dampak ekonomis yaitu terjadinya perdagangan
internasional antar negara-negara di dunia. Keterbukaan secara ekonomi dan
finansial merupakan salah satu syarat agar suatu bangsa dapat berkembang dan
bersaing di era globalisasi. Interaksi antar negara ini melalui perdagangan
internasional dalam bentuk barang dan jasa yang sudah ada sejak dulu karena
menguntungkan suatu perekonomian melalui spesialisasi yang menghasilkan
beberapa macam keunggulan antara lain, keunggulan absolut, (absolute
advantage), keunggulan kompetitif (competitiveness advantage), dan keunggulan
komparatif (comparative dvantage). Perkembangan interaksi global ini dapat
dilihat dari lalu lintas modal dan volume transaksi internasional yang semakin
meningkat karena liberalisasi finansial dan peningkatan teknologi negara-negara
di dunia.
Indonesia sendiri merupakan negara terbuka, yang dikenal sebagai small
open economy. Pengertian ini sesuai kajian yang dilakukan oleh Siregar dan Ward
(2002) serta Siswanto, et al (2001) yang menunjukkan bahwa perekonomian
Indonesia merupakan perekonomian terbuka dan kecil. Sebagai suatu negara
terbuka, Indonesia sangat tergantung pada berbagai faktor baik yang berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri. Kompleksnya keterkaitan ini, menyulitkan bagi
pengambil kebijakan dalam menentukan keputusan ekonominya, terutama bagi
otoritas moneter.
Dengan adanya perdagangan internasional inilah maka akan dijumpai
masalah baru yakni perbedaan mata uang yang digunakan oleh negara-negara
yang bersangkutan. Akibat adanya perbedaan mata uang yang digunakan baik di
negara yang menjadi pengimpor maupun pengekspor maka menimbulkan suatu
perbedaan nilai tukar mata uang (kurs), oleh karena itu diperlukan penukaran mata
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
2
Universitas Indonesia
uang antar negara. Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada
prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang
tersebut (Levi, 1996:129). Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting
dalam perekonomian terbuka, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca
transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Kurs
dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara.
Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut
memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil (Salvator, 1997: 10).
Nilai tukar merupakan salah satu variabel ekonomi yang memiliki peran
yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perbedaan nilai tukar
mata uang suatu negara (kurs) dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi
perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil
menunjukkan bahwa perekonomian suatu negara dalam keadaan yang baik.
Sebaliknya, kondisi nilai tukar yang buruk akan berbahaya bagi perekonomian
dan bahkan dapat menimbulkan krisis, seperti yang dialami oleh Indonesia pada
Agustus 1997. Hal ini merupakan suatu fenomena yang dapat dijadikan contoh
bagaimana krisis pada sektor keuangan dapat menjadi pemicu krisis ekonomi.
Pada tahun 1997, akibat terintegrasinya pasar finansial Indonesia terhadap negara-
negara ASEAN terutama Thailand menyebabkan Indonesia mengalami krisis
perekonomian yang memuncak menjadi krisis multidimensi. Hal ini bermula dari
jatuhnya pasar finansial Thailand yang menyebabkan nilai tukar Bath bergejolak,
dan akhirnya nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga mencapai kisaran Rp
15.000,00 /US$ dari periode sebelumnya yang hanya sekitar Rp 2.500,00/US$.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang semula sekitar 7-9%, pada
tahun 1997-1998 menurun drastis, bahkan mencapai -13,1%.
Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1990-an ini memicu terjadinya
perubahan sistem nilai tukar yang dianut oleh banyak negara yang sebelumnya
menganut sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system) atau sistem nilai
tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate system) menjadi
sistem nilai tukar mengambang (free floating exchange rate system). Menurut
Krugman dan Obstfeld (2000) alasannya adalah agar bank sentral dapat lebih
independen dalam melaksanakan kebijakan moneternya.
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
3
Universitas Indonesia
Perubahan sistem nilai tukar juga terjadi di Indonesia. Sejak tahun 1978
sistem nilai tukar Indonesia bergerak semakin fleksibel dengan kisaran intervensi
yang semakin diperlebar sehingga akhirnya sistem tersebut dihapus pada tanggal
14 Agustus 1997, dan akhirnya menganut sistem nilai tukar mengambang bebas
(free floating exchange rate system).
Pergerakan nilai tukar rupiah pada periode sistem nilai tukar mengambang
terkendali dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini
Gambar 1.1 Nilai Tukar Rupiah per USD Periode Q1 1990 – Q3 1997
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Dari gambar 1.1 di atas terlihat bahwa pada saat diberlakukannya sistem nilai
tukar mengambang terkendali ini, nilai tukar Indonesia relatif stabil. Namun sejak
pertengahan tahun 1997 diwarnai dengan gejolak yang sangat tajam dan disertai
dengan tekanan depresiasi yang kuat.
Pada periode mulai diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang
(floating exchange rate system), gejolak nilai tukar masih ditandai dengan
fluktuasi yang sangat tajam akibat krisis yang bermula dari krisis di Thailand.
Gejolak nilai tukar pada saat krisis dapat terlihat pada gambar 1.2 di bawah ini.
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Q1-
90Q
2-90
Q3-
90Q
4-90
Q1-
91Q
2-91
Q3-
91Q
4-91
Q1-
92Q
2-92
Q3-
92Q
4-92
Q1-
93Q
2-93
Q3-
93Q
4-93
Q1-
94Q
2-94
Q3-
94Q
4-94
Q1-
95Q
2-95
Q3-
95Q
4-95
Q1-
96Q
2-96
Q3-
96Q
4-96
Q1-
97Q
2-97
Q3-
97Kurs
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
4
Universitas Indonesia
Namun setelah krisis terlihat bahwa nilai tukar mulai menguat kembali secara
berangsur-angsur namun kondisinya masih rawan terhadap berbagai sentimen
negatif di pasar.
Gambar 1.2 Nilai Tukar Rupiah per USD Periode Q4 1997 – Q4 2009
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Fluktuasi nilai tukar bagi sebagian orang dianggap sebagai salah satu
penyebab terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Ketidakstabilan nilai tukar ini
mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional.
Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri
mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari
melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang milik
Indonesia mengalami peningkatan. Dengan melemahnya kurs rupiah
menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi
dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri. Mengingat besarnya dampak
dari fluktuasi kurs terhadap perekonomian ini maka jelas diperlukan suatu
manajemen kurs yang baik sehingga kurs menjadi stabil dan fluktuasinya dapat
diprediksi, sehingga pasar maupun otoritas moneter mampu melakukan langkah-
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Q4-
97Q
1-98
Q2-
98Q
3-98
Q4-
98Q
1-99
Q2-
99Q
3-99
Q4-
99Q
1-00
Q2-
00Q
3-00
Q4-
00Q
1-01
Q2-
01Q
3-01
Q4-
01Q
1-02
Q2-
02Q
3-02
Q4-
02Q
1-03
Q2-
03Q
3-03
Q4-
03Q
1-04
Q2-
04Q
3-04
Q4-
04Q
1-05
Q2-
05Q
3-05
Q4-
05Q
1-06
Q2-
06Q
3-06
Q4-
06Q
1-07
Q2-
07Q
3-07
Q4-
07Q
1-08
Q2-
08Q
3-08
Q4-
08Q
1-09
Q2-
09Q
3-09
Q4-
09
Kurs
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
5
Universitas Indonesia
langkah antisipasif meredam dampak negatif berfluktuasinya kurs terhadap
perekonomian sehingga perekonomian dapat tetap berjalan dengan stabil,
sehingga jika terjadi kegagalan pada manajemen kurs maka hal tersebut
merupakan gangguan terhadap ketidakstabilan perekonomian yang akan
berdampak luas kepada proses pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Melemahnya nilai tukar rupiah berkorelasi dengan naiknya tingkat harga
baik harga produsen atau harga perdagangan besar (PPI) maupun harga konsumen
(CPI) sebagaimana terlihat pada gambar 1.3. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa pada tahun 1997-1998 terjadi lonjakan indeks harga yang sangat besar
sebagai cerminan dari tingginya tingkat inflasi. Dengan demikian, memahami
keterkaitan antara pergerakan nilai tukar dan tingkat inflasi baik dilihat dari inflasi
CPI dan PPI, merupakan hal yang penting dan sangat menentukan dalam
pengambilan kebijakan moneter di Indonesia.
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
6
Universitas Indonesia
Gambar 1.3 Perkembangan IHK, IHPB dan Nilai Tukar Rupiah/USD Periode Q1 1990 – Q4 2009
Sumber: Bank Indonesia dan BPS (diolah)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
Q1
-90
Q2
-90
Q3
-90
Q4
-90
Q1
-91
Q2
-91
Q3
-91
Q4
-91
Q1
-92
Q2
-92
Q3
-92
Q4
-92
Q1
-93
Q2
-93
Q3
-93
Q4
-93
Q1
-94
Q2
-94
Q3
-94
Q4
-94
Q1
-95
Q2
-95
Q3
-95
Q4
-95
Q1
-96
Q2
-96
Q3
-96
Q4
-96
Q1
-97
Q2
-97
Q3
-97
Q4
-97
Q1
-98
Q2
-98
Q3
-98
Q4
-98
Q1
-99
Q2
-99
Q3
-99
Q4
-99
Q1
-00
Q2
-00
Q3
-00
Q4
-00
Q1
-01
Q2
-01
Q3
-01
Q4
-01
Q1
-02
Q2
-02
Q3
-02
Q4
-02
Q1
-03
Q2
-03
Q3
-03
Q4
-03
Q1
-04
Q2
-04
Q3
-04
Q4
-04
Q1
-05
Q2
-05
Q3
-05
Q4
-05
Q1
-06
Q2
-06
Q3
-06
Q4
-06
Q1
-07
Q2
-07
Q3
-07
Q4
-07
Q1
-08
Q2
-08
Q3
-08
Q4
-08
Q1
-09
Q2
-09
Q3
-09
Q4
-09
E
x
c
h
a
n
g
e
R
a
t
e
C
P
I
d
a
n
P
P
I
CPI PPI Kurs
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
7
Universitas Indonesia
Pemberlakuan UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah
membawa perubahan mendasar pada perumusan dan pelaksanaan kebijakan
moneter di Indonesia. Sejalan dengan itu, sejak tahun 2000 BI telah mulai
menempuh langkah-langkah untuk penerapan kerangka kerja kebijakan moneter
berdasarkan suatu kerangka yang dikenal dengan Inflation Targeting Framework.
Hal ini tercermin pada penetapan dan pengumuman sasaran inflasi sebagai tujuan
utama kebijakan moneter, penjelasan secara periodik kepada masyarakat
mengenai pelaksanaan kebijakan moneter yang ditempuh maupun pemberian
independensi kepada BI dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan
moneter.
Inflation Targeting Framework merupakan kerangka kerja kebijakan
moneter yang relatif baru digunakan. Kerangka kerja kebijakan moneter ini
pertama kali digunakan oleh Selandia Baru pada tahun 1989, dan semakin banyak
diterapkan oleh bank sentral negara-negara lain sebagai langkah dasar dalam
memperkuat efektivitas penerapan kebijakan moneternya. Di negara maju
misalnya Inggris, Kanada, Australia, Spanyol, Swedia, dan Finlandia. Sementara
itu negara berkembang yang menerapkan inflation targeting adalah Indonesia,
Israel, Brazil, Chili, Afrika Selatan, Ceska, Polandia, Korea selatan, Filipina dan
Thailand. Secara umum, kerangka kerja ini diyakini dapat membantu bank sentral
untuk mencapai dan memelihara kestabilan harga dengan menentukan sasaran
kebijakan moneter secara eksplisit dengan berdasarkan pada proyeksi dan target
inflasi tertentu ke depan.
Berkaitan dengan masalah nilai tukar, bank sentral yang menerapkan ITF
akan merespon pergerakan nilai tukar selama pergerakan tersebut diperkirakan
akan mempengaruhi pencapaian target inflasi. Dalam penerapannya persyaratan
terpenting adalah adanya independensi bank sentral dan tidak adanya pembiayaan
defisit anggaran pemerintah. Penerapan ITF tentulah bukan hal yang tidak
beralasan. Mishkin (2008) berpendapat bahwa dalam jangka panjang, kebijakan
moneter hanya akan berdampak pada inflasi dan memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap aktivitas ekonomi riil. Oleh karena itu penerapan ITF menjadi
hal yang esensial dalam perekonomian, khususnya dalam jangka panjang
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
8
Universitas Indonesia
Jika dihubungkan dengan nilai tukar, depresiasi yang terjadi pada nilai
tukar akan menyebabkan kenaikan inflasi akibat adanya proses mekanisme
transmisi nilai tukar terhadap perubahan harga atau yang lebih dikenal dengan
istilah pass-through effect, dari kenaikan barang impor dan meningkatnya
permintaan ekspor. Untuk selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan istilah
pass-through effect sebagai pengganti dari mekanisme transmisi melalui nilai
tukar. Yang dimaksud dengan pass-through effect adalah dampak
kenaikan/penurunan harga impor sebagai akibat dari depresiasi/apresiasi nilai
tukar domestik (Pilbeam, 2006). Dikatakan complete pass-through apabila
depresiasi 10 % dari nilai tukar misalnya, akan menyebabkan kenaikan harga
impor sebesar 10 % pula. Akan tetapi apabila 10 % depresiasi tersebut hanya
menyebabkan kenaikan sebesar 6 % pada harga impor maka disebut partial pass-
through, dengan elastisitas pass-through sebesar 0,6. Dalam dunia nyata, partial
pass-through lah yang seringkali menjadi fenomena dalam jangka pendek.
Depresiasi nilai tukar dapat memicu terjadinya krisis ekonomi sehingga
banyak negara yang menganut ITF tetap memperhatikan fluktuasi nilai tukar
ketika menjalankan inflation targeting. Beberapa negara membiarkan nilai tukar
berfluktuasi sesuai dengan mekanisme pasar, tetapi dalam batasan tertentu bank
sentral melakukan intervensi dalam pasar valas agar tidak terjadi fluktuasi nilai
tukar yang berlebihan yang dapat membahayakan pencapaian target inflasi dan
stabilitas keuangan. Dalam mengatasi masalah instabilitas keuangan dengan tetap
fokus pada pencapaian target inflasi, bank sentral harus meningkatkan
transparansi dari setiap intervensi yang dilakukannya pada pasar valas dengan
memberikan penjelasan yang jelas bahwa tujuannya adalah untuk mengatasi
fluktuasi nilai tukar yang berlebihan dan bukan untuk mencegah nilai tukar pada
tingkat keseimbangan pasar. Intervensi ini dilakukan melalui cadangan devisa
dengan menambah atau mengurangi.
1.2. Perumusan Masalah
Sudah sejak lama nilai tukar telah menjadi perdebatan kebijakan makro
ekonomi dalam emerging markets. Banyak negara yang menggunakan nilai tukar
nominal untuk menurunkan inflasi. Krisis keuangan biasanya dihasilkan dari
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
9
Universitas Indonesia
kelebihan penilaian nilai tukar riil yang tajam. Setelah krisis keuangan yang
dahsyat di akhir 1990an dan awal 2000an, banyak negara berkembang beralih dari
„kekakuan nilai tukar‟ dan mengadopsi suatu kombinasi nilai tukar yang fleksibel
dan inflation targeting. Karena pergeseran ini maka penerapan inflation targeting
menimbulkan banyak pertanyaan tentang seberapa penting hubungannya dengan
nilai tukar.
Penerapan inflation targeting dipercaya dapat menstabilkan tingkat harga
karena adanya komitmen yang kuat untuk mencapai tingkat inflasi yang
ditargetkan. Tingkat pass-through yang rendah tentunya akan berdampak baik
bagi perekonomian dimana inflasi tetap terjaga (minimal imported inflation). Oleh
karena itu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh perubahan nilai tukar terhadap inflasi CPI dan PPI setelah penerapan
inflation targeting, apakah penerapan inflation targeting dapat menurunkan
derajat pass-through di Indonesia dalam sistem nilai tukar mengambang.
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis apakah penerapan inflation targeting framework di Indonesia dapat
menurunkan derajat pass-through baik dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang selama sistem nilai tukar mengambang.
1.4. Hipotesa
Hipotesis yang akan dibangun dari penelitian ini adalah :
Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, pengaruh perubahan
nilai tukar terhadap perubahan harga (pass-through) sebelum penerapan
inflation targeting lebih besar daripada setelah penerapan inflation
targeting dalam sistem nilai tukar mengambang
Perubahan nilai tukar lebih berpengaruh terhadap inflasi PPI daripada
inflasi CPI.
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
10
Universitas Indonesia
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah
mekanisme transmisi melalui nilai tukar atau pass-through di Indonesia selama
periode sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate system).
Penelitian menggunakan data indeks harga konsumen (CPI) Indonesia, indeks
harga perdagangan besar atau indeks harga produsen (PPI) Indonesia, nilai tukar
nominal rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan indeks harga luar negeri
yang dicerminkan dengan indeks harga produsen (PPI) Amerika Serikat. Dan
seluruh data yang digunakan adalah data setelah sistem sistem nilai tukar floating
dari kuartal ke-4 tahun 1997 sampai kuartal ke-4 tahun 2009, yang terbagi
menjadi data sebelum penerapan inflation targeting periode kuartal ke-4 tahun
1997 sampai kuartal ke-2 tahun 2005 dan setelah penerapan inflation targeting
periode kuartal ke-3 tahun 2005 sampai kuartal ke-4 tahun 2009.
1.6. Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan seperti
dalam Gambar 1.4 di bawah ini
Fluktuasi Nilai Tukar
Inflation Targeting Framework
Stabilisasi Nilai Tukar Stabilisasi Harga
Apakah menurunkan derajat pass-
through ?
Sistem Floating Exchange Rate
Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran Penelitian
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
11
Universitas Indonesia
Fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi kondisi perekonomian di
Indonesia. Pengalaman Indonesia dalam menerapkan sistem nilai tukar
mengambang (floating exchange rate system) ditandai sejak Agustus 1997 dan
terlihat bahwa dalam sistem nilai tukar mengambang fluktuasi nilai tukar lebih
berfluktuasi dibandingkan dengan sistem mengambang terkendali. Namun
demikian diyakini oleh banyak negara bahwa hal tersebut dapat diatasi dengan
menerapkan kerangka kebijakan inflation targeting. Kerangka kebijakan inflation
targeting adalah suatu kebijakan yang bertujuan untuk mempertahankan stabilitas
nilai tukar dan stabilitas harga. Dengan diterapkannya ITF di Indonesia sejak Juli
2005 secara resmi, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah apakah
penerapan ITF di Indonesia dapat menurunkan dampak atau pengaruh perubahan
nilai tukar terhadap perubahan harga atau inflasi baik melalui CPI maupun PPI.
1.7. Metode Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini seperti yang diuraikan dalam
perumusan masalah serta untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat maka
penelitian mengenai dampak penerapan inflation targeting terhadap exchange rate
pass-through di Indonesia ini khususnya dilakukan dengan menggunakan
pendekatan OLS (Ordinary Least Squares) dari model yang telah diteliti
sebelumnya oleh Edwards (2006) untuk 7 Negara yakni 2 negara maju dan 5
negara berkembang.
Edwards (2006) menggunakan model yang sama yang digunakan oleh
Campa and Goldberg (2002), Gagnon and Ihrig (2004) dan untuk mengetahui
penerapan inflation targeting pada harga domestik maka Edwards (2006)
mengestimasi model menjadi :
∆ ln Pt = β0 + β1 ∆lnEt + ∑β2i xit + β3 ∆lnPt* + β4 ∆lnPt-1 + β5 ∆lnEt .DIT +
β6 ∆lnPt-1 . DIT + ωt (1.1)
dimana
Pt adalah indeks harga domestik (tradeable or non tradeable goods) yang
dicerminkan oleh IHK dan IHP
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
12
Universitas Indonesia
E adalah nilai tukar mata uang domestik terhadap Dollar Amerika Serikat
Pt* adalah indeks harga luar negeri yang dicerminkan oleh PPI Amerika
Serikat
β adalah parameter yang akan diestimasi
xit adalah variabel pengendali
ωt adalah error time
dimana DIT adalah variabel dummy yang bernilai satu saat inflation targeting
diterapkan, dan bernilai nol pada saat inflation targeting belum diterapkan.
1.8. Sistematika Penulisan
Untuk mengkaji hubungan dampak penerapan inflation targeting terhadap
exchange rate pass-through di Indonesia maka penulisan tesis akan dibagi
menjadi beberapa bab yaitu :
Bab I Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesa, kerangka pemikiran, metode
penelitian dan sistematika penulisan
Bab II Landasan Teori
Teori dasar yang terkait dengan topik penelitian dan penelitian sejenis
yang pernah dilakukan akan diuraikan dalam bab ini yaitu : tingkat
harga dan inflasi, nilai tukar termasuk termasuk pengertian nilai tukar
dan sistem nilai tukar, penerapan kebijakan inflation targeting dan
hubungannya terhadap exchange rate pass-through dan tinjauan
empiris penelitian sejenis.
Bab III Metodelogi Penelitian
Bab ini menjelaskan data yang digunakan dalam penelitian dan
sumbernya, model ekonometri yang digunakan, serta definisi
operasional variabel
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.
13
Universitas Indonesia
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini akan mendeskripsikan hasil matematis yang telah diperoleh
pada bab terdahulu agar lebih mudah dimengerti dan dilakukan
pendekatan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini akan menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik dari
pembahasan bab-bab sebelumnya serta saran yang dapat diajukan
kepada pengambil kebijakan secara khusus dan pembaca secara umum
berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Selain itu juga akan
menerangkan keterbatasan dalam penelitian
Analisis dampak..., Agnes Sediana Milasari D., FE UI, 2010.