13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling luas dan kompleks, sebab masalah kanker tidak hanya berefek pada penderita, tetapi juga berefek pada keluarga, masyarakat, serta pemerintah dan lingkungan. (1) Saat ini, kanker adalah penyebab kematian kedua di dunia setelah penyakit kardiovaskular. (13) Oleh karena itu, kanker menjadi penyakit yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Padahal, apabila kanker diketahui pada stadium dini, kanker masih akan dapat disembuhkan. Tapi sayangnya, kebanyakan kanker diketahui ketika sudah stadium lanjut, sehingga angka kematian akibat kanker masih tinggi. (1) Etiologi penyakit kanker kebanyakan belum diketahui, meskipun sudah ada beberapa gen penyebab kanker yang ditemukan. Tapi sudah diketahui beberapa faktor resiko yang menyebabkan tingginya insiden kanker di seluruh dunia, antara lain pola makan yang kurang sehat, genetik, paparan radiasi, hormonal, dan lain- lain. (1) Insiden kanker meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berkembang akibat dari populasi lansia dan orang dewasa yang meningkat, 1

Bab i, Pendahuluan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKanker merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling luas dan kompleks, sebab masalah kanker tidak hanya berefek pada penderita, tetapi juga berefek pada keluarga, masyarakat, serta pemerintah dan lingkungan.(1) Saat ini, kanker adalah penyebab kematian kedua di dunia setelah penyakit kardiovaskular.(13) Oleh karena itu, kanker menjadi penyakit yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Padahal, apabila kanker diketahui pada stadium dini, kanker masih akan dapat disembuhkan. Tapi sayangnya, kebanyakan kanker diketahui ketika sudah stadium lanjut, sehingga angka kematian akibat kanker masih tinggi.(1)Etiologi penyakit kanker kebanyakan belum diketahui, meskipun sudah ada beberapa gen penyebab kanker yang ditemukan. Tapi sudah diketahui beberapa faktor resiko yang menyebabkan tingginya insiden kanker di seluruh dunia, antara lain pola makan yang kurang sehat, genetik, paparan radiasi, hormonal, dan lain-lain.(1) Insiden kanker meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berkembang akibat dari populasi lansia dan orang dewasa yang meningkat, merokok, serta meningkatnya adopsi gaya hidup western seperti sedentary lifestyle, alkohol, dan western diet.(14)Menurut WHO 2005, kanker yang paling sering terjadi pada wanita di seluruh dunia adalah kanker payudara,(2) berdasarkan 1 dari 3 kanker yang terdiagnosis. Kemungkinan setiap wanita untuk menderita kanker payudara invasif dalam hidupnya kira-kira sebesar 1 dari 8 (12%).(6) Kanker payudara merupakan penyakit yang mengancam hidup wanita, yang mempengaruhi kepercayaan diri, seksualitas, dan feminitas wanita.(3) Kanker payudara menjadi permasalahan kesehatan terbesar di seluruh dunia, karena menyerang wanita di negara maju dan negara berkembang, dan merupakan penyebab kematian terbesar pada wanita di seluruh dunia (WHO 2012),(7) dengan insiden yang terhitung 23% (1.38 juta) dari seluruh kasus kanker baru dan 14% (458.400) dari seluruh total kematian karena kanker di 2008.(14) Insiden tertinggi kanker payudara berada di Amerika Utara pada rata-rata 99,4 tiap 100.000 populasi, diikuti dengan negara Eropa Timur, Amerika Selatan, Afrika Selatan, dan Asia Barat dengan insiden sedang, sedangkan insiden terendah dilaporkan berada pada negara-negara Afrika (WHO 2010). Secara umum, insiden kanker payudara memang meningkat tetapi mortalitasnya sangat menurun di negara-negara maju yang sudah sering melakukan deteksi dini dan terapi yang lebih efektif.(4) Namun berdasarkan data dari WHO, 70% kematian karena kanker di tahun 2005 terjadi di negara-negara miskin dan negara-negara berkembang. Ditambah lagi, insiden di negara-negara berkembang semakin meningkat sebab faktanya, mayoritas dari kasus kanker di negara-negara berkembang ditemukan di stadium akhir (WHO 2010). Peningkatan insiden kanker payudara di negara berkembang disebabkan oleh urbanisasi, banyaknya populasi usia tua, dan perubahan gaya hidup.(4)Di Indonesia, belum ada data yang pasti mengenai insiden kanker payudara. Karena hingga sekarang Indonesia belum memiliki badan atau institusi pendataan kanker seperti di negara-negara maju. Yang Indonesia miliki hanyalah pendataan patologi kanker yang dilakukan oleh Indonesian Association of Anatomic Pathology yang bekerja sama dengan Indonesian Cancer Society. Mereka mengumpulkan data dari 13 laboratorium patologi anatomi yang tersebar di berbagai daerah dan provinsi. Sedangkan data kanker dari rumah sakit dilaporkan oleh Departemen Kesehatan. Karena Indonesia belum memiliki badan atau institusi pendataan kanker sendiri, Departemen Kesehatan berasumsi insiden kanker menjadi 100 per 100.000 orang. Berdasarkan patologi tahun 2002, terdapat 10 jenis kanker yang paling sering terjadi pada laki-laki dan perempuan, kanker payudara menduduki peringkat kedua kanker yang paling sering terjadi pada laki-laki dan perempuan di Indonesia, dengan urutan kanker serviks, kanker payudara, kanker kulit, kanker rektum, kanker nasofaring, kanker ovari, kanker kelenjar getah bening, kanker kolon, kanker tiroid dan kanker jaringan lunak.(9)Kanker payudara lebih sering ditemukan pada usia 45-55 tahun, tapi bukan tidak mungkin kanker payudara menyerang wanita muda, terlebih pada para wanita muda yang memiliki faktor resiko. Faktor resiko adalah faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara pada wanita.(1) Faktor resiko kanker payudara yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, usia, mutasi genetik (BRCA-1 dan BRCA-2), riwayat kanker payudara pada keluarga, mempunyai riwayat penyakit kanker payudara, densitas payudara, mempunyai riwayat tumor pada payudara, usia menarche yang terlalu dini, usia menopause yang terlalu lambat, dan pernah terkena radiasi pada payudara. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah adalah nullipara, riwayat kehamilan pertama kali di atas usia 30 tahun, penggunaan hormon tambahan setelah menopause, penggunaan kombinasi estrogen dan progesteron, tidak pernah menyusui, konsumsi alkohol, obesitas postmenopause, dan kurangnya aktivitas fisik (ACS 2010).(10)Dari beberapa faktor resiko yang diketahui di atas, seorang wanita yang memiliki faktor resiko belum tentu nantinya akan terserang kanker payudara. Namun, wanita yang mempunyai faktor resiko memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk terserang kanker payudara, meskipun pada usia muda.(1)Kanker payudara yang menyerang wanita muda (dibawah usia 40 tahun) umumnya akan berkembang lebih agresif daripada kanker payudara yang menyerang wanita dengen usia yang lebih tua.(17) Hal itulah yang menyebabkan pembuktian pada menelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa angka kematian wanita muda yang terserang kanker payudara cenderung lebih tinggi, dan angka kekambuhan yang lebih tinggi pula, dibandingkan dengan wanita yang berusia lebih tua. Secara klinis, kanker payudara yang dialami oleh wanita muda biasanya berupa massa yang lebih mudah diraba, ukuran tumor yang lebih besar, kanker yang lebih invasif, dan penyebaran ke kelenjar getah bening yang lebih cepat daripada pada wanita yang lebih tua. Penelitian juga menunjukkan bahwa tumor payudara di wanita yang lebih muda biasanya sangat cepat meningkat menjadi stadium yang lebih tinggi daripada tumor payudara pada wanita yang lebih tua.(18) Dan sayangnya, menurut riset lembaga penelitian kanker Inggris, Cancer Research UK, menyatakan bahwa dalam waktu 5 tahun terakhir ini, insiden kanker payudara pada wanita muda meningkat sebesar 11%.(1) Sama seperti kanker pada umumnya, kanker payudara juga dapat sembuh hampir seluruhnya pada stadium awal, namun untuk mendapatkan pelayanan medis lebih awal pada penyakit ini, para wanita harus dapat mengenali gejala awal dari kanker payudara yang bisa didapatkan dari skrining rutin. Gejala kanker payudara biasanya berupa benjolan pada payudara yang tidak sakit. Dan untuk berpartisipasi pada kegiatan skrining, para wanita harus memiliki pengetahuan dan sikap yang positif pada kegiatan skrining.(15) Namun pada kebanyakan kasus, kanker payudara baru terdeteksi di stadium akhir, dan hal itu ternyata berkaitan dengan kurangnya perhatian dan kemampuan untuk mengakses pelayanan kesehatan (WHO 2012).(7) Dan juga, beberapa penelitian menunjukkan bawa pengetahuan dan presepsi wanita akan secara langsung mempengaruhi tindakan dan sikap penerimaan skrining (deteksi dini) dan pengobatan kanker payudara secara dini.(11)Cara mendiagnosis kanker payudara dengan cepat adalah dengan cara deteksi dini. Deteksi dini dan pengobatan secara dini akan meningkatkan survival kanker payudara.(11) Ada 3 cara skrining pada kanker payudara, yaitu dengan melakukan mammografi, Clinical Breast Examination (pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan), dan Breast Self Examination, atau yang di Indonesia dikenal dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Tiga hal ini merupakan salah satu kemajuan di bidang kesehatan dan memegang peranan penting dalam deteksi dini kanker payudara. Walaupun mammografi adalah satu-satunya metode diagnosis yang paling sensitif untuk mengurangi mortalitas kanker payudara, namun tidak dianggap sebagai modalitas yang cocok untuk negara-negara miskin ataupun berkembang, dikarenakan harganya yang mahal dan karena membutuhkan tenaga spesialis,(12) dan juga membutuhkan alat yang memadai, sehingga membutuhkan kunjungan ke rumah sakit.(15) BSE atau SADARI adalah strategi kesehatan preventif individual yang paling penting dan paling direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin setiap bulan untuk para wanita berusia 20 tahun ke atas karena SADARI sangat mudah untuk dilakukan, ekonomis, aman, dan prosedur non-invasif yang tidak membutuhkan peralatan yang spesial, serta SADARI merupakan metode diagnostik yang cukup efektif untuk kanker payudara yang hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk dilakukan.(12) Namun, kebenaran dan ketelitian SADARI harus dipastikan dengan pelayanan medis yang terjangkau, tepat, dan memadai. Walaupun SADARI direkomendasikan untuk semua wanita di atas usia 20 tahun, tapi SADARI juga merupakan pilihan penting untuk para wanita yang berusia lebih muda.(19)Didasari oleh peningkatan insiden kanker payudara pada wanita muda, dan juga didasari oleh bahaya kanker payudara yang memang lebih agresif pada wanita muda, membuat peneliti ingin meneliti para wanita muda. Serta didasari oleh penelitian yang lalu, yang dilakukan oleh Emmanuel Aluamhe Sule, yang menunjukkan kesimpulan bahwa kesadaran kanker payudara pada responden (yaitu pasien yang berkunjung ke RS) cukup tinggi. Namun kurang dari 50% responden yang rutin melakukan SADARI.(16) Dan juga terdapat penelitian lain yang dilakukan oleh Ohene-Yeboah M, Adofo K, Akpaloo M, yang menunjukkan sebuah kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang faktor resiko kanker payudara dan tindakan SADARI pada perawat yang bekerja di Rumah Sakit di Ghana.(20) Insiden dan mortalitas akibat kanker payudara tidak kunjung mengalami penurunan, dan 5 tahun terakhir ini, insiden kanker payudara malah bertambah pada wanita muda. Padahal sudah ditemukan berbagai cara untuk melakukan deteksi dini pada kanker payudara. Kemudian dari penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan salah satu perilaku deteksi dini kanker payudara, yaitu SADARI. Tetapi belum ada penelitian yang menyatakan hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara yang dimiliki orang-orang yang bekerja ataupun belajar di bidang kesehatan dengan implementasi deteksi dini kanker payudara.Hal-hal tersebut di atas membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana pengetahuan wanita muda yang belajar di bidang kesehatan, yaitu para Mahasiswi Kedokteran Universitas Trisakti angkatan 2010 dan 2012, tentang kanker payudara. Sebab belum ada penelitian yang menyatakan hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara yang dimiliki oleh mahasiswa dengan perilaku deteksi dini kanker payudara. Dan peneliti juga ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara yang seharusnya sudah diketahui oleh para Mahasiswi Kedokteran Universitas Trisakti angkatan 2010 dan 2012 dengan implementasi deteksi dini yang pernah dilakukan ataupun yang nantinya akan dilakukan oleh para Mahasiswi Kedokteran Universitas Trisakti angkatan 2010 dan 2012 terhadap kanker payudara.

1.2 Perumusan Masalah1. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara terhadap implementasi deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti?2. Adakah faktor-faktor lain yang mempengaruhi implementasi deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti?3. Bagaimanakah gambaran pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti tentang kanker payudara?4. Bagaimanakah gambaran sikap Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti terhadap deteksi dini kanker payudara?5. Berapakah jumlah Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang pernah/secara teratur melakukan tindakan deteksi dini kanker payudara?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umum: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.1.3.2 Tujuan khusus: Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara terhadap implementasi deteksi dini kanker payudara pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Untuk mengetahui hubungan antara sikap Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti terhadap deteksi dini kanker payudara dengan implementasi deteksi dini kanker payudara. Untuk mengetahui hubungan antara usia Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti dengan implementasi deteksi dini kanker payudara. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti tentang kanker payudara. Untuk mengetahui gambaran sikap Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti terhadap deteksi dini kanker payudara. Untuk mengetahui jumlah Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang pernah/secara teratur melakukan tindakan deteksi dini kanker payudara.

1.4 Hipotesis1. Terdapat hubungan antara pengetahuan kanker payudara dengan implementasi deteksi dini kanker payudara.2. Terdapat hubungan antara sikap terhadap deteksi dini kanker payudara dengan implementasi deteksi dini kanker payudara.3. Terdapat hubungan antara usia dengan implementasi deteksi dini kanker payudara.

1.5 Manfaat1.5.1 Manfaat hasil penelitian bagi ilmu pengetahuan Menambah referensi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan implementasi deteksi dini kanker payudara. Menambah referensi tentang hubungan antara pengetahuan kanker payudara pada wanita muda yang belajar di bidang kesehatan terhadap implementasi deteksi dini kanker payudara yang dilakukan oleh para wanita tersebut. Menambah referensi tentang jumlah wanita muda yang belajar di bidang kesehatan yang melakukan deteksi dini kanker payudara. Sebagai referensi pendidikan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. Sebagai referensi pendidikan untuk melakukan SADARI dan deteksi dini lainnya dengan benar dan teratur.1.5.2 Manfaat hasil penelitian bagi profesi Sebagai motivasi baru bagi para praktisi kesehatan untuk lebih menggalakkan promosi pencegahan kanker payudara, khususnya yang berkaitan dengan deteksi dini. Dapat meningkatkan pengetahuan profesi mengenai hubungan pengetahuan kanker payudara terhadap implementasi deteksi dini kanker payudara pada wanita muda yang belajar di bidang kesehatan. Dapat meningkatkan pengetahuan profesi mengenai gambaran pengetahuan wanita muda yang belajar di bidang kesehatan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. Sebagai data dasar dan informasi untuk melakukan penelitian baru ataupun pengembangan penelitian mengenai kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara.1.5.3 Manfaat hasil penelitian bagi masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara dan deteksi dini pada kanker payudara. Masyarakat menjadi mampu mengimplementasikan deteksi dini kanker payudara dengan benar dan teratur.1