12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama dan gender berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Pendidikan yang bermutu merupakan prasyarat adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu warga negara yang unggul dalam intelektual, anggun dalam moral, kompeten dalam Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS), produktif dalam karya, dan memiliki komitmen yang tinggi untuk berbagai peran sosial, serta berdaya saing terhadap bangsa lain di era global Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai sekolah dasar untuk membekali siswa berpikir logis, analitis, kritis, sistematis, kreatif, bekerjasama serta dapat melatih sikap pribadi yang bernalar. Artinya bahwa 1 Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia tanpa

memandang status sosial, ras, etnis, agama dan gender berhak memperoleh

pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.

Pendidikan yang bermutu merupakan prasyarat adanya Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu warga negara yang unggul dalam

intelektual, anggun dalam moral, kompeten dalam Ilmu Pengetahuan

Teknologi dan Seni (IPTEKS), produktif dalam karya, dan memiliki

komitmen yang tinggi untuk berbagai peran sosial, serta berdaya saing

terhadap bangsa lain di era global

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan

matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan

matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan

diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai sekolah dasar

untuk membekali siswa berpikir logis, analitis, kritis, sistematis, kreatif,

bekerjasama serta dapat melatih sikap pribadi yang bernalar. Artinya bahwa

1

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

2

siswa yang berkemampuan matematis akan memiliki daya kreatif dan

inovatif terkait dengan kemampuan menggunakan penalaran. Kemampuan

penalaran ini meliputi kemampuan mengeksplorasi, membuat dugaan

(konjektur), dan kemampuan menyelesaikan persoalan matematika yang

muncul (Tim Pekerti MIPA, 2000: 5). Siswa yang memiliki kemampuan

menalar secara matematis baik secara langsung maupun tidak langsung

dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki kecerdasan logis

matematis. Jenis kecerdasan ini sering dicirikan sebagai pemikiran kritis dan

digunakan sebagai bagian dari metode ilmiah.

Siswa yang memilki kecerdasan logis matematis ini gemar bekerja

dengan data yaitu mengumpulkan dan mengorganisasi, menganalisis,

menginterpretasi, menyimpulkan dan meramalkan (Jasmine, 2007: 19).

Serangkaian kegiatan ini memerlukan pemahaman kontekstual. Pemahaman

konntekstual artinya bahwa siswa benar-benar dapat memahami isi dari

permasalahan yang sebenarnya akan diungkap. Hal ini terutama dilakukan

siswa untuk mengungkapkan penalarannya terhadap soal matematika.

Dalam pembelajaran matematika permasalahan yang utama adalah

pemahaman rumus matematika dan aplikasinya. Pengungkapan

permasalahan matematika terkait dengan aplikasinya dalam kehidupan

sehari-hari banyak diwujudkan dalam soal cerita matematika.

Berdasarkan analisis UASBN yang dikeluarkan Unit Pelaksana Teknis

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Cilacap Utara

menunjukkan bahwa prosentase soal cerita matematika dari tahun pelajaran

2008/2009 sebanyak 22,5%, tahun 2009/2010 sebanyak 25%, dan tahun

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

3

2010/2011 sebanyak 30%. Hal ini menunjukkan bahwa tipe soal cerita

matematika dari tahun ke tahun meningkat. Berdasarkan analisis tersebut

dapat terungkap bahwa siswa dituntut mampu menggunakan penalarannya

terkait dengan penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Pernyataan tersebut sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006

yang menyebutkan salah satu tujuan pengajaran Matematika SD adalah

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

Hasil jejak pendapat dengan beberapa guru matematika di berbagai

kelas memperoleh jawaban yang sama. Bahwa faktor yang menyebabkan

penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang

cermat dan kurang memahami isi bacaan. Sehingga mereka kesulitan dalam

menentukan maksud pernyataannya, belum dapat menggunakan

penalarannya. Bahkan bisa terjadi miskonsepsi terhadap penalarannya

sendiri sehingga tidak sesuai dengan maksud dari pernyataan. Ditambah lagi

banyak siswa yang tidak menyenangi matematika.

Di sisi lain kemampuan membaca pemahaman sangat berhubungan

dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Dari hasil

analisis terhadap nilai Bahasa Indonesia terutama pada ketrampilan

membaca hampir sama dengan nilai matematika terutama pada nilai soal

cerita. Maksudnya apabila nilai matematika baik, maka nilai Bahasa

Indonesia juga baik. Demikian pula sebaliknya, siswa yang nilai Matematika

kurang baik, nilai Bahasa Indonesia juga kurang baik. Hal ini menunjukkan

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

4

bahwa kemampuan bernalar sangat menentukan hasil belajar. Jika

kemampuan bernalarnya baik maka hasil belajarnya juga baik.

Tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan

kita untuk selalu belajar. Proses belajar yang efektif adalah membaca.

Dengan membaca akan memperoleh pengetahuan dan informasi baru yang

menarik (Burn,1984). Semakin banyak membaca, semakin banyak

pengetahuan dan informasi yang kita dapatkan. Menurut Syafi’ie (1999: 6-

7), membaca sebagai suatu aktivitas dalam memperoleh pengetahuan dan

informasi sangat penting untuk semua orang, apalagi pelajar.

Untuk mengetahui isi bacaan diperlukan pemahaman, baik yang

tersurat maupun yang tersirat. Namun untuk memahami suatu bacaan

tidaklah mudah, sehingga rata-rata anak sekolah khususnya siswa SD

pemahaman bacaannya sangat rendah. Rendahnya minat baca siswa,

disebabkan kurang menariknya cara pengajaran atau metode membaca.

Pengajaran membaca seringkali hanya dilakukan sekadar menjawab

pertanyaan, mencari kata-kata sulit atau menentukan ide pokok. Padahal

dengan membaca dapat kita lakukan dengan diskusi atau debat, menanggapi

bacaan, atau bahkan sebagai acuan dalam kegiatan keterampilan yang lain

Pembelajaran membaca merupakan bagian yang sangat esensial

dalam pembelajaran bahasa Indonesia, namun dalam kenyataannya

pembelajaran membaca kurang mendapat perhatian yang sewajarnya.

Sebagian guru lebih menfokuskan materi teoretik yang mengarah

keberhasilan siswa dalam pencapaian nilai Ujian Nasional. Hal ini membuat

keterampilan membaca siswa kurang memadai. Kurangnya perhatian dalam

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

5

pembelajaran membaca inilah, yang menjadi penyebab salah satu dari

rendahnya minat baca siswa.

Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca,

adalah faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal antara lain:

penguasaan diksi, penguasaan kosakata, penguasaan kalimat, minat baca,

bakat, prestasi belajar bahasa Indonesia, mental dan sebagainya. Faktor

eksternal misalnya: metode pembelajaran, guru, kelengkapan buku yang ada

di sekolah, lingkungan, kurikulum. Faktor sosial budaya serta ekonomi

keluarga juga berpengaruh terhadap kegiatan membaca siswa.

Karena pentingnya membaca, maka dalam penelitian ini akan

meneliti tentang membaca pemahaman. Demikian juga kemampuan

menyelesaikan soal cerita matematika merupakan kendala yang dialami

siswa. Banyak siswa yang tidak bisa menyelesaikan soal cerita matematika

karena terbatasnya pemahaman terhadap bacaan. Untuk itu perlu latihan

yang rutin, menyelesaikan soal cerita matematika yang berbentuk deskriptif,

naratif, dan eksposisi perbandingan agar kemampuan memahami bacaan

terus terasah sehingga akan mempengaruhi kemampuan membaca

pemahaman siswa.

Apabila siswa terbiasa menyelesaikan soal cerita dengan berbagai

bentuk tersebut, maka siswa akan lebih peka dalam memahami suatu

bacaan. Jenis soal cerita tersebut memuat empat pengerjaan hitung yaitu

penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian. Dengan rutin

menyelesaikan soal cerita matematika berbentuk deskriptif, naratif, dan

eksposisi perbandingan, tentu pemahaman terhadap soal matematika

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

6

maupun teks bacaan lebih meningkat. Jadi ada hubungannya antara

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dengan kemampuan

membaca pemahaman siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dapat dirumuskan pokok permasalahan

sebagai berikut.

1. Adakah hubungan antara kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika deskriptif dengan membaca pemahaman siswa kelas V?

2. Adakah hubungan antara kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika naratif dengan membaca pemahaman siswa kelas V?

3. Adakah hubungan antara kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika ekspositif perbandingan dengan membaca pemahaman

siswa kelas V?

4. Apakah ada hubungan antara kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika secara bersama-sama dengan kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas V?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dikembangkan dan dilakukan untuk mengetahui hubungan:

1. kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika deskriptif dengan

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V;

2. kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika naratif dengan

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V;

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

7

3. kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika ekspositif

perbandingan dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas

V;

4. adakah hubungan antara kemampuan menyelesaikan soal cerita

matematika secara bersama-sama dengan kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas V.

D. Hipotesis Penelitian

Menurut (Nasution, 2000: 39) Hipotesis adalah pernyataan tentatif

yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam

usaha untuk memahaminya. Hipotesis merupakan pernyataan atau dugaan

yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang

kebenarannya masih perlu diuji secara empiris. Pengujian hipotesis adalah

suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan yaitu menerima

atau menolak hipotesis. Fungsi hipotesis adalah membuka kemungkinan

untuk menguji kebenaran teori, memberi ide untuk mengembangkan suatu

teori dan memperluas pengetahuan kita mengenai gejala-gejala yang kita

pelajari.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat

diajukan hipotesis sebagai berikut.

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan menyelesaikan

soal cerita deskriptif dengan membaca pemahaman siswa kelas V.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan menyelesaikan

soal cerita naratif dengan membaca pemahaman siswa kelas V.

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

8

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan menyelesaikan

soal cerita ekspositif perbandingan dengan membaca pemahaman siswa

kelas V.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan menyelesaikan

soal cerita matematika secara bersama-sama dengan kemampuan

membaca pemahaman siswa kelas V.

E. Kegunaan Hasil Penelitian / Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan selesainya penelitian ini akan diperoleh dua

manfaat yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pendukung dan sebagai

bahan kajian yang relevan bagi peneliti lain atau lanjutan landasan

teori yang meneliti kemampuan membaca pemahaman sebagai

pelengkap.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, guru

dan sekolah atau instansi. Manfaat praktisnya sebagai berikut.

a. Manfaat bagi Guru

Bagi guru umumnya dan guru Bahasa Indonesia SD pada

khususnya akan mendapat informasi mengenai hubungan

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika terhadap

kemampuan membaca pemahaman siswa Kelas V.

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

9

b. Bagi siswa

Siswa dapat mengembangkan kemampuan membaca untuk

menambah cakrawala ilmu pengetahuan. Serta meningkatkan

prestasi belajar dengan kemampuan membaca pemahaman yang

benar.

c. Manfaat bagi Sekolah/ Instansi

Penelitian ini akan memberikan sumbangsih dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan di SD se-kecamatan Cilacap Utara

dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam

pembelajaran kemampuan membaca pemahaman dan dapat

dijadikan sebagai bahan informasi di instansi pendidikan terkait.

F. Asumsi Penelitian

1. Pada dasarnya tujuan pendidikan nasional adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

2. Dari sekian banyak pelajaran di sekolah dasar, ada dua mata pelajaran

yang menjadi dasar kompetensi siswa yaitu Bahasa Indonesia dan

Matematika.

3. Secara tematis Bahasa Indonesia dan Matematika itu memiliki media

yang sama yaitu bahasa

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

10

4. Kedua pembelajaran itu mengantarkan kompetensi tamatan dari sekolah

dasar yang memiliki kompetensi berpikir logis dan kritis.

5. Kelogisan dan kekritisan ini dapat terwujud jika ada pemahaman yang

lebih terhadap pencapaian setiap standar kompetensi dan kompetensi

dasar dalam kurikulum.

6. Salah satu kompetensi dasar yang satu tema dari kedua pelajaran ini

adalah membaca pemahaman atau membaca telaah isi dalam Bahasa

Indonesia dan menyelesaikan soal cerita dalam Matematika.

7. Kedua kompetensi dasar tersebut dapat menjadi barometer pencapaian

kompetensi tamatan.

Gambar 2.1 : Skema Kerangka Berpikir/Asumsi Penelitian

Tujuan Pembelajaran di SD

Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tujuan Pembelajaran Matematika

KD Membaca Pemahaman

KD Menyelesaikan Soal Cerita

Bahasa

Kompetensi berpikir logis dan

kritis

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

11

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tentang kemampuan membaca

pemahaman tersebut, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada variabel

1. kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika berbentuk deskriptif,

naratif, ekspositif perbandingan siswa SD kelas V di Kecamatan Cilacap Utara

tahun 2010/2011;

2. kemampuan membaca pemahaman yang akan diteliti adalah kemampuan dalam

hal : menemukan informasi faktual (detail bacaan), menemukan ide pokok yang

tersirat, menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab akibat yang tersirat,

membuat kesimpulan, menemukan tujuan pengarang, memprediksi dampak,

mengikuti petunjuk, menilai keutuhan dan keruntutan gagasan.

H. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel

bebas (independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable).

Variabel bebasnya adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

deskriptif ( ) soal cerita matematika naratif ( ), soal cerita matematika

ekspositif perbandingan ( ) dan variabel terikat kemampuan membaca

pemahaman (Y).

1. Hubungan adalah keterkaitan antara dua hal atau keadaan berhubungan

satu dengan yang lain.

2. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan

sesuatu.

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/7271/2/NARTI BAB I.pdf · penalaran matematika di kelas V kurang baik adalah karena siswa kurang cermat dan kurang memahami

12

3. Menyelesaikan soal cerita Matematika adalah memecahkan soal

matematika penerapan dengan operasi penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk

deskriptif, naratif dan ekspositif perbandingan.

4. Membaca pemahaman adalah kegiatan menelaah isi bacaan untuk

menemukan informasi faktual (detail bacaan), menemukan ide pokok yang

tersirat, menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab akibat yang

tersirat, membuat kesimpulan, menemukan tujuan pengarang,

memprediksi dampak, membedakan opini dan fakta, mengikuti petunjuk,

menilai keutuhan dan keruntutan gagasan.

Dari definisi operasional di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan

antara kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dengan

membaca pemahaman adalah keterkaitan antara kesanggupapan

memecahkan soal cerita matematika penjumlahan, pengurangan, perkalian

dan pembagian yang berbentuk deskriptif, naratif, dan ekspositif

perbandingan dalam kehidupan sehari-hari dengan kemampuan menelaah

isi bacaan yang dibuktikan dengan kemampuan menjawab pertanyaan

tentang isi bacaan.

Hubungan Kemampuan Menyelesaikan..., Narti, Program Pascasarjana UMP, 2011