13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling menunjang dan saling berkaitan. Kemahiran berbahasa itu adalah bersifat berurutan, untuk pandai berbahasa seseorang harus mampu menyimak, untuk pandai menulis seseorang harus pandai membaca. Membaca dan menulis merupakan dua aspek keterampilan berbahasa yang tidak bisa dipisahkan. Kemampuan menulis seseorang dipengaruhi oleh kemampuan membacanya dan begitu pula sebaliknya. Kedua kemampuan tersebut tidak diperoleh secara alami ataupun diwariskan secara turun-temurun. Kemampuan tersebut hanya bisa diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah, dengan latihan-latihan secara teratur. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa membaca banyak sekali memberikan manfaat positif. Membaca akan menambah pengetahuan dan memberikan wawasan. Selain itu membaca juga dapat melatih seseorang untuk berpikir kritis, begitupun dengan menulis. Melalui kegiatan menulis seseorang bisa belajar untuk menuangkan gagasan dan pikiran berupa tulisan juga berlatih untuk merangkai kata. Oleh karena itu, dengan kemampuan membaca dan menulis yang baik seseorang akan mampu mempelajari ilmu lain dengan mudah, bisa mengomunikasikan gagasan serta mengekspresikan diri. Sehingga hal itu pun akan membentuk sumber daya manusia yang unggul. Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/7500/2/TUMIARTI BAB I.pdf · Kemahiran berbahasa itu adalah bersifat berurutan, untuk pandai berbahasa seseorang harus

  • Upload
    dohanh

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling menunjang dan saling

berkaitan. Kemahiran berbahasa itu adalah bersifat berurutan, untuk pandai

berbahasa seseorang harus mampu menyimak, untuk pandai menulis seseorang

harus pandai membaca. Membaca dan menulis merupakan dua aspek

keterampilan berbahasa yang tidak bisa dipisahkan. Kemampuan menulis

seseorang dipengaruhi oleh kemampuan membacanya dan begitu pula sebaliknya.

Kedua kemampuan tersebut tidak diperoleh secara alami ataupun diwariskan

secara turun-temurun. Kemampuan tersebut hanya bisa diperoleh melalui proses

belajar mengajar di sekolah, dengan latihan-latihan secara teratur.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa membaca banyak sekali memberikan

manfaat positif. Membaca akan menambah pengetahuan dan memberikan

wawasan. Selain itu membaca juga dapat melatih seseorang untuk berpikir kritis,

begitupun dengan menulis. Melalui kegiatan menulis seseorang bisa belajar untuk

menuangkan gagasan dan pikiran berupa tulisan juga berlatih untuk merangkai

kata. Oleh karena itu, dengan kemampuan membaca dan menulis yang baik

seseorang akan mampu mempelajari ilmu lain dengan mudah, bisa

mengomunikasikan gagasan serta mengekspresikan diri. Sehingga hal itu pun

akan membentuk sumber daya manusia yang unggul.

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

2

Menurut Benjamin S. Bloom (dalam Hamzah B. Uno, 2008: 211) dalam

tahap perkembangannya, siswa SMP berada pada tahap periode perkembangan

yang sangat pesat dan segala aspek, yaitu, perkembangan aspek kognitif

(cognitive domain), aspek afektif (affective domain), dan aspek psikomotorik

(motor skill domain). Pada perkembangan aspek kognitif, periode yang dimulai

pada usia 12 tahun, yaitu lebih kurang sama dengan usia siswa SMP, merupakan

„period of formal aperation’. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah

kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu cara bermakna

tanpa memerlukan objek yang konkrit atau bahkan objek visual. Siswa telah

memahami hal-hal yang bersifat imajinatif.

Berdasarkan tahap kemampuan kognitif (berpikir), anak usia SMP sangat

potensial dalam mengoptimalkan kemampuan intelektualnya. Intelektual

merupakan suatu kecerdasan yang dimiliki seorang individu yang dapat

dikembangkan melalui proses belajar. Sebagai generasi penerus bangsa, anak usia

SMP diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan yang dimilikinya tersebut

melalui belajar, baik melalui buku, pengalaman, lingkungan sekitarnya dan

melalui media-media yang dapat menunjang proses belajar tersebut. Dengan

mengembangkan keterampilan intelektual siswa SMP dapat berpikir secara kritis.

Keberhasilan proses pembelajaran juga ditentukan oleh pemahaman tentang

perkembangan ranah afektif siswa. Ranah afektif tersebut mencakup emosi atau

perasaan yang dimiliki oleh setiap siswa. Pemahaman terhadap apa yang

dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu

hal yang sangat penting dalam kegiatan membaca.

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

3

Setelah seseorang melampaui tahapan kognitif dan afektif, maka tahap

selanjutnya adalah tahap melaksanakan untuk seterusnya (adopsi-inovatif). Dalam

proses seperti ini siswa berada pada psychomotor domain. Untuk dapat

melaksanakan suatu inovasi, maka seseorang perlu menguasai, bukan saja ilmu

pengetahuan atau informasi dari inovasi tersebut, tetapi juga mempunyai

keterampilan (skill) tertentu. Bila diperlukan, maka penguasaan keterampilan ini

akan di ulang beberapa kali sampai siswa tersebut dapat memanipulasi tindakan

yang ia lakukan berdasarkan petunjuk yang diberikan untuk melaksanakan

tindakan tersebut. Keterampilan tersebut dituangkan ke dalam kemampuan

menulis siswa.

Namun kenyataan yang ditemui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Progres in international Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi

internasional dalam bidang membaca pada anak-anak seluruh dunia yang

disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievment

menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan membaca anak Indonesia berada pada

urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia (Latief, 2009). Artinya, bahwa

kemampuan membaca anak Indonesia masih tergolong rendah.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), mencatat tahun 2008 angka

buta aksara di Indonesia sebanyak 10,1 juta orang dengan usia antara umur 15-44

tahun. Buta aksara ini, turut mempengaruhi rendahnya kemampuan membaca

siswa Indonesia paling rendah di kawasan ASEAN. Indonesia menduduki

peringkat 38 dari 39 negara. Hal itu, menyebabkan United Nations Development

Program (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan rendah dalam hal

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

4

pembangunan sumber daya manusia (Adhitama, 2008). Berdasarkan penelitian-

penelitian di atas menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia

masih tergolong rendah.

Hasil penelitian terakhir yang dilaksanakan PISA (2003), dari 40 negara,

Indonesia berada pada peringkat terbawah dalam kemampuan membaca. Tiga

besar teratas diduduki Finlandia, Korea, dan Kanada. Bagi Indonesia, ini berarti

dari lima tingkat kemampuan membaca model PISA, kemampuan anak-anak

Indonesia usia 14-15 tahun baru berada pada tingkat satu. Artinya, hanya mampu

memahami satu atau beberapa informasi pada teks yang tersedia. Kemampuan

untuk menafsirkan, menilai, atau menghubungkan isi teks dengan situasi di luar

terbatas pada pengalaman hidup di lingkungannya (Witdarmono, 2007).

Nurhadi (2011: 85) dalam penelitiannya, menemukan bahwa rata-rata

kecepatan membaca siswa SMP di Kedya Malang adalah 216 kata per menit.

Idealnya, kecepatan membaca bagi siswa SMP adalah 225 kata per menit. Lebih

lanjut, ditemukan rata-rata tingkat pemahaman terhadap isi bacaan sebesar 60,4

%. Hasil pemahaman tersebut adalah batas minimal pencapaian untuk memahami

isi bacaan. Idealnya, tingkat pemahama terhadap isi bacaan antara 60-80%.

Sebagai implikasi dari kondisi-kondisi tersebut, tidak ada jalan lain bagi

guru selain harus berupaya keras menjadikan murid-muridnya sebagai pembaca

yang mahir. Untuk menjadi pembaca-pembaca yang mahir diperlukan banyak

latihan membaca dan banyak terlibat dalam aktivitas baca. Kegiatan membaca

bukan hanya sekedar dipandang sebagai kebiasaan, melainkan sebagai kebutuhan.

Siswa yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

5

yang akan meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab

tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Berdasarkan hal itu, maka

kemampuan membaca dan menulis sejak dini perlu dikembangkan dengan baik.

Namun di sisi lain, diakui atau tidak, minat baca siswa khususnya di negara

Indonesia masih terhitung sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari intenstitas

membaca siswa yang peneliti amati. Rata-rata siswa melakukan kegiatan

membaca pada saat melakukan belajar saja, di luar itu sedikit sekali siswa yang

melakukan kegiatan membaca, bahkan tidak sedikit pula yang tidak membaca

sama sekali. Terlebih lagi di zaman serba canggih ini mereka lebih senang

menghabiskan waktu bersama gadget mereka.

Kenyataan yang muncul saat ini adalah anak-anak lebih senang mengisi

waktu mereka dengan permainan-permainan digital mereka. Banyak juga anak-

anak yang tidak sadar rela menghabiskan waktu mereka berjam-jam dengan media

sosial mereka dibandingkan membaca, sedangkan meluangkan waktu untuk

membaca sangat sulit.

Problema utama pembelajaran membaca di sekolah saat ini adalah bahwa

pembelajaran membaca masih dilaksanakan secara asal-asalan. Kebiasaan buruk

terlihat dari kenyataan bahwa pembelajaran membaca jarang sekali dilaksanakan

untuk mendorong siswa agar memiliki kecepatan dan gaya membaca yang tepat

melainkan hanya ditujukan untuk kepentingan praktis belaka yakni siswa mampu

menjawab pertanyaan bacaan. Dampaknya adalah bahwa siswa hanya memiliki

kecepatan membaca yang rendah bahkan diikuti pula oleh tingkat pemahaman

yang rendah pula. Hasilnya, berbagai penelitian menunjukan bahwa kemampuan

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

6

efektif membaca siswa dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi

sangatlah rendah.

Faktor lain juga membuktikan bahwa masih banyak anak sekolah di

beberapa daerah, terutama daerah terpencil yang tidak bisa membaca dan menulis.

Fakta tersebut menunjukkan keadaan yang memprihatinkan mengenai kualitas

para pelajar Indonesia. Kualitas para siswa itu tentu saja berpengaruh pada proses

pendidikan pada jenjang berikutnya kelak.

Hal tersebut dapat disebabkan beberapa faktor, baik secara pribadi maupun

secara umum. Secara pribadi, biasanya berkaitan dengan kurangnya minat dan

motivasi dalam diri siswa untuk menanamkan bahwa membaca buku merupakan

suatu kegiatan yang perlu dan bermanfaat. Secara umum, faktor yang sangat

berpengaruh besar adalah lingkungan sekitar siswa yang memang jauh dari

kebiasaan atau budaya membaca.

Seseorang yang sudah membudidayakan membaca akan menjadikan

membaca sebagai kegiatan yang sangat penting dan menjadikan membaca sebagai

suatu kebutuhan. Namun masalahnya saat ini adalah masih banyak siswa yang

tidak membudidayakan kegiatan membaca.

Terdapat berbagai masalah yang menyebabkan pembaca tidak dapat

mencapai kemampuan maksimal. Masalah-masalah dimaksud terutama adalah

yang berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan membaca tertentu, motivasi,

kebiasaan serta minat membaca. Kemampuan membaca maksimal tidak dapat

dicapai, jika masih ada kebiasaan-kebiasaan membaca tertentu yang merugikan

para pembaca. Walaupun kebiasaan-kebiasaan tertentu ini tidak ada, jika metode-

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

7

metode dan teknik-teknik membaca yang efisien dan efektif dan bahasa tidak

dikuasai, maka kemampuan maksimal itu juga tidak tercapai. Selanjutnya, tanpa

motivas dan kebiasaan serta minat membaca yang tinggi, kemampuan maksimal

dimaksud juga tidak akan tercapai, walaupun masalah-masalah di atas tadi telah

teratasi. Karena itu, hanya dengan mengatasi masalah-masalah tersebut secara

keseluruhanlah kemampuan membaca maksimal dapat tercapai.

Untuk dapat menghadapi atau membantu permasalahan yang berkaitan

dengan kemampuan membaca dan menulis tersebut, kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) terus menggenjot minat baca masyarakat khususnya

peserta didik. Salah satu terobosan yang dilakukan pemerintah adalah dengan

menerbitkan Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)

Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Permendikbd ini

diwujudkan dengan wajib membaca khususnya bagi siswa SD, SMP, atau SMA.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengembangkan Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) sebagai upaya untuk mengatasi minat baca yang rendah pada

siswa di Indonesia. GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara

menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang

warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

GLS dikembangkan berdasarkan 9 agenda prioritas (Nawacita) yang terkait

dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8 dan 9.

Empat butir Nawacita tersebut terkait erat dengan komponen literasi sebagai

modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif, dan

berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

8

Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik

serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai

secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal,

nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di

bidang pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga

satuan pendidikan yaitu sekolah. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat

juga menjadi komponen penting dalam keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS).

Gerakan literasi sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif

berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa

pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15

menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati,

yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan

membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan

pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan

dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.

Dalam pelaksanannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan

asesmen agar dampak keberadaan gerakan literasi sekolah dapat diketahui dan

terus-menerus dikembangkan.

Gerakan literasi sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah,

pemangku kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki,

melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam

kehidupan.

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

9

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai

“Perbedaan Kemampuan Membaca dan Kemampuan Menulis Siswa di Sekolah

ber‟KTSP‟ dengan ber‟K13‟: sebuah Kajian di Empat SMP Negeri KutasarI

Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2017/2018” untuk mendeskripsikan

kemampuan membaca dan kemampuan menulis siswa SMP.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat mengidentifikasikan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan gerakan literasi sekolah?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam gerakan literasi sekolah?

3. Sejauh mana kemampuan membaca siswa SMP Negeri Kutasari Tahun

Pelajaran 2017/2018?

4. Sejauh mana kemampuan menulis siswa SMP Negeri Kutasari Tahun

Pelajaran 2017/2018?

5. Apakah gerakan literasi akan cocok dengan kemampuan membaca siswa

SMP Negeri Kutasari Tahun Pelajaran 2017/2018?

6. Apakah gerakan literasi akan cocok dengan kemampuan menulis siswa SMP

Negeri Kutasari Tahun Pelajaran 2017/2018?

7. Bagaimana sikap siswa SMP Negeri Kutasari Tahun Pelajaran 2017/2018

setelah diterapkannya gerakan literasi di sekolah?

8. Bagaimana minat siswa SMP Negeri Kutasari Tahun Pelajaran 2017/2018

terhadap gerakan literasi di sekolah?

9. Seperti apakah kemampuan membaca siswa SMP Negeri di Kutasari yang

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

10

menerapkan GLS dengan KTSP?

10. Seperti apakah kemampuan membaca siswa SMP Negeri di Kutasari yang

menerapkan GLS dengan K13?

11. Seperti apakah kemampuan menulis siswa SMP Negeri di Kutasari yang

menerapkan GLS dengan KTSP?

12. Seperti apakah kemampuan menulis siswa SMP Negeri di Kutasari yang

menerapkan GLS dengan K13?

13. Adakah perbedaan antara kemampuan membaca siswa di sekolah yang

menerapkan GLS dengan KTSP dan sekolah dengan K13?

14. Adakah perbedaan antara kemampuan menilis siswa di sekolah yang

menerapkan GLS dengan KTSP dan sekolah dengan K13?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah

pada:

1. Kemampuan membaca siswa SMP Negeri di Kutasari yang menerapkan

GLS dengan KTSP.

2. Kemampuan membaca siswa SMP Negeri di Kutasari yang menerapkan

GLS dengan K13.

3. Kemampuan menulis siswa SMP Negeri di Kutasari yang menerapkan GLS

dengan KTSP.

4. Kemampuan menulis siswa SMP Negeri di Kutasari yang menerapkan GLS

dengan K13.

5. Perbedaan antara kemampuan membaca siswa di sekolah yang menerapkan

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

11

GLS dengan KTSP dan sekolah dengan K13.

6. Perbedaan antara kemampuan menulis siswa di sekolah yang menerapkan

GLS dengan KTSP dan sekolah dengan K13.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah yaitu:

1. Seperti apakah kemampuan membaca siswa SMP Negeri di Kutasari yang

menerapkan GLS dengan KTSP?

2. Seperti apakah kemampuan membaca siswa SMP Negeri di Kutasari yang

menerapkan GLS dengan K13?

3. Seperti apakah kemampuan menulis siswa SMP Negeri di Kutasari yang

menerapkan GLS dengan KTSP?

4. Seperti apakah kemampuan menulis siswa SMP Negeri di Kutasari yang

menerapkan GLS dengan K13?

5. Adakah perbedaan antara kemampuan membaca siswa di sekolah yang

menerapkan GLS dengan KTSP dan sekolah dengan K13?

6. Adakah perbedaan antara kemampuan menulis siswa di sekolah yang

menerapkan GLS dengan KTSP dan sekolah dengan K13?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan besar manfaatnya bagi peneliti, yang akan

memberikan arahan pokok-pokok yang akan diteliti. Hal ini memudahkan peneliti

untuk mengerjakan dan mencari data-data yang diperlukan. Tujuan penelitian ini

adalah:

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

12

1. untuk mengetahui kemampuan membaca siswa SMP Negeri di Kutasari

yang menerapkan GLS dengan KTSP,

2. untuk mengetahui kemampuan membaca siswa SMP Negeri di Kutasari

yang menerapkan GLS dengan K13,

3. untuk mengetahui kemampuan menulis siswa SMP Negeri di Kutasari yang

menerapkan GLS dengan KTSP,

4. untuk mengetahui kemampuan menulis siswa SMP Negeri di Kutasari yang

menerapkan GLS dengan K13,

5. untuk mengetahui perbedaan antara kemampuan membaca siswa di sekolah

yang menerapkan GLS dengan KTSP dan sekolah dengan K13,

6. untuk mengetahui perbedaan antara kemampuan menulis siswa di sekolah

yang menerapkan GLS dengan KTSP dan sekolah dengan K13.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang

bersifat teoretis maupun yang praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan terutama

mengenai hubungan gerakan literasi sekolah dengan kemampuan membaca

dan menulis serta dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi guru tentang

hubungan gerakan literasi dengan kemampuan membaca dan

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018

13

kemampuan menulis siswa agar dapat menciptakan prestasi yang baik di

masa depan mereka.

b) Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan ide

untuk diteliti lanjut untuk melihat perkembangan gerakan literasi

sekolah di Indonesia juga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya melalui literasi.

c) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan

khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah.

d) Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam

mencapai tujuan pendidikan.

Perbedaan Kemampuan Membaca..., Tumiarti, Pascasarjana UMP 2018