Upload
nguyenmien
View
222
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka pencapaian tujuan nasional dan tujuan pembangunan nasional
tersebut diperlukan peran serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur
negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang tugasnya adalah untuk melaksanakan
pemerintahan dan tugas pembangunan. Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian, pada Bab II, Pasal 3 ayat (1) ditegaskan bahwa :
“Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan”.
Negara sesungguhnya merupakan suatu wahana bagi bersatunya sekelompok
orang yang merasa senasib, terkait oleh lokasi tanah air, dan punya tujuan-tujuan
sama, maka tahap selanjutnya adalah memahami pola perilaku aparat-aparat negara
itu dalam menerjemahkan kepentingan-kepentingan rakyat.5
Pada dasarnya penyelenggaraan bidang kepegawaian lambat laun mengalami
perbaikan dan penyempurnaan, perubahan-perubahan berlangsung tahap demi tahap
sesuai dengan keadaan dan kemajuan-kemajuan yang diperoleh seperti perkembangan
5 Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2001), hal. 105.
Universitas Sumatera Utara
sistem pengangkatan di Indonesia sejak tanggal 18 Agustus tahun 1945 sampai
dengan sekarang telah banyak mengalami perubahan-perubahan.
Terjadinya perubahan dan penyempurnaan pengaturan tersebut dilakukan
secara bertahap oleh pemerintah menurut batas-batas kemampuan anggaran, baik
untuk pengembangan aparaturnya maupun untuk memenuhi prasarana fisiknya, agar
mampu menjalankan fungsi umum pemerintah, dan mampu menjalankan fungsi
pembangunan. Sehingga untuk mampu melaksanakan tugas-tugas pemerintah dan
tugas-tugas pembangunan diperlukan adanya pejabat-pejabat yang dapat dipercaya
dan memiliki kemampuan kerja sesuai dengan kebutuhan organisasi.6
(1) Ketentuan pelaksanaan pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini.
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil mengatur tentang
ketentuan pelaksanaan pengadaan calon pegawai yang terdapat di dalam pasal 4 ayat
(1) dan (2) yang berbunyi:
(2) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini, maka Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah kegiatan untuk mengisi formasi yang
lowong. Pada umumnya formasi yang lowong disebabkan adanya Pegawai Negeri
6 Musanef. Manajemen Kepegawaian Di Indonesia. (Jakarta: PT. Gunung Agung. 1986), hal. 50.
Universitas Sumatera Utara
Sipil yang berhenti, pensiun, meninggal dunia atau adanya perluasan organisasi, yang
kemudian ditetapkan dalam keputusan Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendayagunaan aparatur negara karena tujuan pengadaan Pegawai Negeri Sipil untuk
mengisi formasi yang lowong, maka pengadaan Pegawai Negeri Sipil harus
berdasarkan kebutuhan, baik dalam arti jumlah maupun kompetensi jabatan yang
diperlukan. Setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama
untuk melamar menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan. Syarat-syarat tersebut tidak boleh didasarkan atas jenis kelamin,
suku, agama, ras, golongan, atau daerah.
Formasi dari satuan-satuan organisasi dapat membesar atau mengecil sesuai
dengan perkembangan dari organisasi tersebut. Membesar atau bertambahnya jumlah
formasi dalam satuan-satuan organisasi antara lain karena untuk mencapai tujuan,
maka organisasi tersebut perlu mengembangkan tugas-tugas pokok sehingga
perkembangan tugas-tugas pokok akan mengakibatkan adanya pertambahan jumlah
personil karena adanya perluasan dari organisasi tersebut yang disebabkan kemajuan-
kemajuan yang dicapai organisasi tersebut cukup baik.
Penerimaan Pegawai Negeri Sipil hanya diperkenankan dalam batas formasi
yang telah ditetapkan, dengan memprioritaskan:
1. Pegawai pelimpahan/penarikan dari Departemen/Lembaga Pemerintahan Non
Departemen/Pemerintah Daerah yang kelebihan pegawai.
2. Siswa/Mahasiswa ikatan dinas, setelah lulus dari pendidikannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Tenaga kesehatan yang telah selesai melaksanakan masa bakti sebagai
pegawai tidak tetap.
4. Tenaga lain yang sangat diperlukan.
Animo masyarakat untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) nampak masih
terus meningkat seperti pada tahun 2013 sebanyak 1.612.854 peserta secara serentak
mengikuti Tes Kompetensi Dasar untuk diterima sebagai Calon Pegawai Negeri
Sipil.7 Sementara untuk tahun 2014 jumlah pelamar yang sudah melakukan
pendaftaran dalam penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) mencapai 2,5
(dua koma lima) juta orang pelamar.8
Sistem rekruitmen CPNS dengan berbagai prosedur ditetapkan dalam
beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya Peraturan
Pemerintah No. 48 Tahun 2005 dan diubah menjadi PP. 43 Tahun 2007 Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga
Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil dan PP No. 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan CPNS Jo. PP No. 11 Tahun 2002 Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil. Tradisi pelaksanaan
rekruitmen oleh pemerintah diselenggarakan setiap tahunnya secara nasional,
sehingga hampir seluruh daerah disibukkan oleh kegiatan penerimaan CPNS.
Penyelenggaraan rekruitmen CPNS tersebut banyak menarik perhatian sejumlah
7 http://www.pikiran-rakyat.com/node/257258, diakses tanggal 10 Januari 2014. 8 http://finance.detik.com/read/2014/10/04/114524/2709607/4/jumlah-pelamar-cpns-tembus-
25-juta-orang, diakses tanggal 6 Oktober 2014.
Universitas Sumatera Utara
pencari kerja dengan berbagai level dan latar belakang pendidikan serta pengalaman
yang berbeda-beda, untuk ikut serta mendaftarkan diri dalam bersaing
memperebutkan lowongan pekerjaan yang sangat terbatas disediakan oleh masing-
masing pemerintahan daerah termasuk di Kota Medan.
Pemerintah Kota Medan melaksanakan rekruitmen CPNS setiap tahunnya.
Pelaksanaan rekruitmen ini pada dasarnya dimaksudkan selain memenuhi kebutuhan
akan ketersediaan jumlah sumber daya aparatur atau PNS Daerah. Ketersediaan
jumlah sumber daya yang memadai diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
pelayanan kepada masyarakat dalam berbagai sektor kehidupan dan aktivitas
pembangunan daerah. Jumlah formasi untuk CPNS setiap tahunnya berbeda-beda.
Jumlah formasi CPNS yang diterima pada tahun 2008 sebanyak 500 orang, tahun
2009 sebanyak 688 orang sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 324 orang.9
Atas persetujuan dari Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara,
pejabat yang berwenang melakukan pengangkatan pelamar menjadi Calon Pegawai
Untuk
tahun 2011 dan tahun 2012 pemerintah Kota Medan tidak mengadakan rekruitment
CPNS karena pada tahun tersebut anggaran belanja untuk pengadaan CPNS tidak
tersedia.
Sejumlah permasalahan terjadi diantaranya dalam proses rekruitmen CPNS
terjadi penyajian data yang salah dan simpang siur serta manipulatif yang berdampak
pada belum adanya kejelasan (titik terang) pada CPNS yang melamar.
9 Hasil wawancara dengan Bapak Adrian Saleh SE, Kepala Bidang Informasi dan Pengadaan Pegawai di Pemko Medan, tanggal 18 Juni 2013
Universitas Sumatera Utara
Negeri Sipil. Dalam kedudukan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan menjalani masa pecobaan selama sekurang-kurangnya satu tahun dan
sebanyak-banyaknya dua tahun dan memenuhi syarat-syarat lain yang ditentukan.
Apabila selama masa percobaan berakhir dan ternyata tidak memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan maka yang bersangkutan diberhentikan sebagai Calon Pegawai
Negeri Sipil.
Rumusan Pasal 3 UU. Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, telah tegas dan
limitatif diatur prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik atau lebih dikenal dengan
istilah good governance. Kesemua prinsip-prinsip good governance harus jadi
pedoman bagi pemerintah daerah dalam menjalankan kewenangan penerimaan
CPNS, khususnya prinsip akuntabilitas, transparansi, dan kepastian hukum. Hal ini
dimaksudkan agar filosofi the right man on the right place tetap menjadi dasar
pertimbangan dalam rangka penerimaan CPNS.10
Berdasarkan kondisi diatas, maka Tesis yang berjudul Analisis Hukum
Penerimaan Pegawai Negeri Sipil di Daerah Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun
1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Suatu Penerimaan PNS di Pemko Medan
diharapkan mampu menjelaskan suatu keadaan di mana dalam proses kebijaksanaan
selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan
oleh pembuat kebijaksanaan dengan apa yang senyatanya dicapai.
10 httppasca.unhas.ac.idjurnalfiles02c6b8fce7eee7a8b63f0236e0afb856.pdf di akses tanggal 29 Mei 2013.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan gambaran latar belakang tersebut di atas, maka
perumusan masalah yang akan diajukan adalah:
1. Bagaimana prosedur penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di Pemko
Medan?
2. Apakah prosedur penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di Pemko Medan
berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas?
3. Bagaimana penerimaan Pegawai Negeri Sipil dalam menciptakan good
governance di Pemko Medan?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui prosedur penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di
Pemko Medan.
2. Untuk mengetahui prosedur penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di
Pemko Medan telah melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas.
3. Untuk mengetahui penerimaan Pegawai Negeri Sipil dalam menciptakan
good governance di Pemko Medan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Secara Teoritis
a) Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan
perbandingan bagi para peneliti tentang Peraturan Penerimaan Pegawai
Negeri Sipil di Pemko Medan.
b) Sebagai bahan bagi pemerintah Republik Indonesia dalam penyempurnaan
peraturan Perundangan-undangan tentang pengaturan Penerimaan Pegawai
Negeri Sipil.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pihak-pihak yang berhubungan langsung terutama kepada Calon Penerimaan Pegawai
Negeri Sipil di Pemko Medan.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan dari hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai masalah Analisis Hukum Peraturan Penerimaan Pegawai Negeri Sipil di
Daerah Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian Suatu Penerimaan PNS di Pemko Medan belum pernah dilakukan
penelitian dalam topik dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian ini dapat disebut
asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan objektif serta
terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran
ilmiah, sehingga penelitian ini dapat saya pertanggungjawabkan kebenarannya secara
ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Kajian pustaka merupakan aktivitas penelitian yang sangat berguna dalam
menemukan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian yang telah
dirumuskan. Kajian pustaka diperoleh melalui buku teks, monograf, jurnal, disertasi
maupun hasil-hasil penelitian yang terdokumentasikan. Setelah masalah penelitian
dirumuskan, langkah berikutnya yang dilakukan adalah mencari teori, konsep serta
generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan landasan teoritis untuk
penelitian yang dilakukan.11 Penyusunan kerangka teori menjadi keharusan, agar
masalah yang diteliti dapat dianalisis secara komprehensif dan objektif. Kerangka
teori disusun untuk menjadi landasan berpikir yang menunjukkan sudut pandang
pemecahan masalah yuang telah disusun.12
Kegiatan penelitian senantiasa berkaitan erat dengan teori. Dengan penelitian,
pengkaji dapat menguji teori dan mengembangkannya sesuai dengan keluasan dan
ruang lingkup yang dibahas. Teori akan mengarahkan kegiatan penelitian dalam
upaya memperluas cakrawala pengetahuan secara teoritis.
13 Teori juga bermanfaat
untuk memberi dukungan analisis atas topik yang sedang dikaji14
11 Sumardi Suryabrata. Metodologi Penelitian. (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal. 18. 12 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 93. 13 Agus Salim, Bangunan Teori : Metodologi Penelitian Untuk Bidang Sosial, Psikologi, dan
Pendidikan, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006), hal. 84. 14 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op.Cit, hal. 44.
serta bermanfaat
sebagai pisau analisis dalam pembahasan terhadap masalah penelitian, berupa fakta
Universitas Sumatera Utara
dan peristiwa hukum yang terjadi.15
Teori menempati tempat yang terpenting dalam penelitian, sebab teori
memberikan sarana untuk merangkum dan memahami masalah yang dikaji secara
lebih baik. Hal-hal yang pada awalnya terlibat tersebar dan berdiri sendiri dapat
disatukan dan ditujukan kaitannya satu sama lain secara bermakna, sehingga teori
berfungsi memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan
mensistematisasikan masalah yang dikaji.
Dengan demikian teori dapat digunakan untuk
menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai
wacana yang memperkaya dan mempertajam argumentasi dalam memahami masalah
yang menjadi objek penelitian.
16
Teori dipergunakan untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala
spesifik atau proses tertentu terjadi.
17 Kerangka teori merupakan landasan dari teori
atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari
permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori maksudnya adalah kerangka pemikiran
atau butir-butir pendapat teori tesis sebagai pegangan baik disetujui atau tidak
disetujui.18
15 Ibid, hal. 146. 16 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 253. 17 JJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Penyunting M. Hisyam, (Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996), hal. 203. 18 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Madju, 1994), hal.80
Universitas Sumatera Utara
Teori yang dipergunakan dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan
arahan/petunjuk serta menjelaskan gejala yang diamati.19
1. Kepastian Hukum
Dikarenakan penelitian ini
merupakan penelitian hukum, maka kerangka teori diarahkan secara ilmu hukum dan
mengarahkan diri kepada unsur hukum. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teori tujuan hukum yang terdiri dari kepastian hukum, kemanfaatan
dan keadilan.
Kepastian hukum adalah kepastian aturan hukum, bukan kepastian tindakan
terhadap atau tindakan yang sesuai dengan aturan hukum. Karena frasa kepastian
hukum tidak mampu menggambarkan kepastian perilaku terhadap hukum secara
benar-benar. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara
normatif, bukan sosiologis. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu
peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis.
Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis dalam
artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan
atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari
ketidakpastian aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi
norma.
Teori kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu pertama adanya
aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh
19 Snelbecker dalamLexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 203.
Universitas Sumatera Utara
atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari
kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum
itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dilakukan oleh negara terhadap
individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang
melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang
satu dengan putusan hakim yang lainnya untuk kasus yang serupa yang telah
diputuskan.20
Menurut Gustav Radbruch bahwa kepastian hukum merupakan bagian dari
tujuan hukum.
21 Tujuan hukum menurut Utrecht adalah untuk menjamin suatu
kepastian di tengah-tengah masyarakat dan hanya keputusan dapat membuat
kepastian hukum sepenuhnya, maka hukum bersifat sebagai alat untuk mencapai
kepastian hukum.22
Pemikiran mainstream beranggapan bahwa kepastian hukum merupakan
keadaan dimana perilaku manusia, baik individu, kelompok, maupun organisasi,
terikat dan berada dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan hukum.
23
20 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2008), hal. 158.
21 Muhamad Erwin. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2011), hal. 123.
22 Utrecht & Moh. Saleh Jindang. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. (Jakarta: Ichtiar Baru,1983), hal. 14.
Secara
etis, pandangan seperti ini lahir dari kekhawatiran yang dahulu kala pernah
dilontarkan oleh Thomas Hobbes bahwa manusia adalah serigala bagi manusia
23 http://lapatuju.blogspot.com/2013/03/keadilan-kemanfaatan-dan-kepastian.html, Diakses Tanggal 16 Agustus 2013.
Universitas Sumatera Utara
lainnya (homo hominilupus). Manusia adalah makhluk yang beringas yang
merupakan suatu ancaman. Untuk itu, hukum lahir sebagai suatu pedoman untuk
menghindari jatuhnya korban.
Kemudian muncul pengaruh pemikiran Francis Bacon di Eropa terhadap
hukum pada abad XIX nampak dalam pendekatan law and order (hukum dan
ketertiban). Salah satu pandangan dalam hukum ini mengibaratkan bahwa antara
hukum yang normatif (peraturan) dapat dimuati ketertiban yang bermakna sosiologis.
Sejak saat itu, manusia menjadi komponen dari hukum berbentuk mesin yang rasional
dan terukur secara kuantitatif dari hukuman-hukuman yang terjadi karena
pelanggarannya. Jadi kepastian hukum adalah kepastian aturan hukum, bukan
kepastian tindakan terhadap atau tindakan yang sesuai dengan aturan hukum. Karena
frasa kepastian hukum tidak mampu menggambarkan kepastian perilaku terhadap
hukum secara benar-benar.
Hukum dibentuk bukan tanpa visi atau dibuat secara tak bermaksud. Hukum
pada umumnya dibentuk atau dibuat dengan visi atau tujuan untuk memenuhi rasa
keadilan, kepastian, dan ketertiban. Penganut aliran normatif positivisme, secara
dogmatis lebih menitikberatkan hukum pada aspek kepastian hukum bagi para
pendukung hak dan kewajiban.
Kepastian hukum bagi subjek hukum dapat diwujudkan dalam bentuk yang
telah ditetapkan terhadap suatu perbuatan dan peristiwa hukum. Hukum yang berlaku
pada prinsipnya harus ditaati dan tidak boleh menyimpang atau disimpangkan oleh
subjek hukum. Ada tertulis istilah fiat justitia et pereat mundus yang diterjemahkan
Universitas Sumatera Utara
secara bebas menjadi “meskipun dunia runtuh hukum harus ditegakkan” yang
menjadi dasar dari asas kepastian dianut oleh aliran positivisme.
Penganut aliran positivisme lebih menitikberatkan kepastian sebagai
bentuk perlindungan hukum bagi subjek hukum dari kesewenang-wenangan pihak
yang lebih dominan. Subjek hukum yang kurang bahkan tidak dominan pada
umumnya kurang bahkan tidak terlindungi haknya dalam suatu perbuatan dan
peristiwa hukum. Kesetaraan hukum adalah latar belakang yang memunculkan teori
tentang kepastian hukum. Hukum diciptakan untuk memberikan kepastian
perlindungan kepada subjek hukum yang lebih lemah kedudukan hukumnya.
Kepastian hukum bermuara pada ketertiban secara sosial. Dalam kehidupan
sosial, kepastian adalah menyaratakan kedudukan subjek hukum dalam suatu
perbuatan dan peristiwa hukum. Dalam paham positivisme, kepastian diberikan oleh
negara sebagai pencipta hukum dalam bentuk undang-undang. Pelaksanaan kepastian
dikonkretkan dalam bentuk lembaga yudikatif yang berwenang mengadili atau
menjadi wasit yang memberikan kepastian bagi setiap subjek hukum.
Kepastian hukum dalam masyarakat dibutuhkan demi tegaknya ketertiban dan
keadilan. Ketidakpastian hukum akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan
masyarakat dan setiap anggota masyarakat akan saling berbuat sesuka hati serta
Universitas Sumatera Utara
bertindak main hakim sendiri. Keberadaan seperti ini menjadikan kehidupan berada
dalam suasanan kekacauan sosial.24
2. Kemanfaatan
Ide dasar utilitarianisme sangat sederhana, yang benar untuk dilakukan adalah
yang menghasilkan kebaikan terbesar. Karena fakta menunjukkan bahwa ide seperti
ini merupakan cara banyak orang mendekati putusan-putusan etis, sangat mudah
untuk melihat kenapa teori ini memiliki daya tarik yang sangat besar.
Definisi singkat prinsip utilitarian dikemukakan Mill dalam pernyataan
berikut ini: Kemanfaatan atau prinsip kebahagiaan terbesar mernyatakan bahwa
tindakan tertentu benar jika cenderung memperbesar kebahagiaan, keliru jika
cenderung menghasilkan berkurangnya kebahagiaan. Yang dimaksudkan dengan
kebahagiaan adalah kesenangan dan tidak adanya rasa sakit.25
Soebekti menyatakan, bahwa tujuan hukum itu mengabdi kepada tujuan
negara, yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya. Artinya, tujuan
hukum hendaknya memberikan manfaat (nilai guna) yang sebesar-besarnya kepada
warga masyarakat. Dalam teori ini, hukum dipandang semata-mata hanya untuk
24 M. Yahya Harahap, Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hal. 76.
25 Karen Leback, Teori-Teori Keadilan, (Bandung : Nusa Media, 2011), hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
memberikan kebahagiaan bagi warga masyarakat dan pelaksanaan hukum tetap
mengacu pada manfaat bagi warga masyarakat.26
Hukum baru dikatakan berhasil guna atau bermanfaat apabila sebanyak
mungkin dapat mewujudkan keadilan. Mengeluarkan keadilan dari lingkungan
hukum, maka muncul asumsi bahwasanya hukum identik dengan kekuasaan. Hal
tersebut tentu kurang tepat, sebab hukum dan kekuasaan saling membutuhkan.
Seperti pandangan Mochtar Kusumaatmadja bahwa, “hukum tanpa kekuasaan adalah
angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kedzaliman.
Kemanfaatan dalam penegakan hukum merupakan hal yang tidak bisa
dilepaskan dalam mengukur keberhasilan penegakan hukum di Indonesia. Menurut
aliran Utilitarianisme, penegakan hukum mempunyai tujuan berdasarkan manfaat
tertentu (teori manfaat atau teori tujuan), dan bukan hanya sekedar membalas
perbuatan pembuat pidana, bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan atau
pengimbalan kepada orang yang melakukan tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan-
tujuan tertentu yang bermanfaat.27
Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan
(happiness). Hukum yang baik adalah hukum yang memberikan kebahagiaan bagi
banyak orang.
26Irawan el Azzam, Belajar Ilmu Hukum dan Hukum Islam, http://irawan-elazzam.blogspot.com/2013/04/teori-tujuan-hukum-dan-macam-delik_11.html, Diakses Tanggal 16 Agustus 2013.
27 Syaiful Bakhri, Pidana Denda Dan Korupsi, (Yogyakarta : Total Media, 2009), hal. 129.
Universitas Sumatera Utara
3. Keadilan
Hakekat keadilan adalah penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan
dengan mengkajinya pada suatu norma yang menurut pandangan subyektif (subyektif
untuk kepentingan golongannya dan sebagainya) melebihi norma-norma lain. Dalam
hal ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang
menerima perlakuan: orang tua dan anaknya, majikan dan buruh, hakim dan
yustisiabel, pemerintah dengan warganya serta kreditur dengan debitur.28
Pada umumnya keadilan merupakan penilaian yang hanya dapat dilihat dari
pihak yang menerima perlakuan saja : para yustisiabel (pada umumnya pihak yang
dikalahkan dalam perkara perdata) menilai putusan hakim tidak adil, buruh yang
diputuskan hubungan kerjanya merasa diperlakukan tidak adil oleh majikannya,
dalam hal pencabutan hak atas tanah atau pemungutan pajak warga negara yang
bersangkutan merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintahnya. Jadi penilaian
tentang keadilan itu pada umumnya hanya ditinjau dari satu pihak saja, yaitu pihak
yang menerima perlakuan.
29
Keadilan selalu mengandung unsur penghargaan, penilaian atau pertimbangan
dan karena itu ia lazim dilambangkan dengan keadaan suatu neraca keadilan.
Dikatakan bahwa keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan tiap orang harus
menerima bagian yang sama pula. Keadilan menurut Subekti, berasal dari Tuhan
28 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty, 2005), hal. 77.
29 Ibid, hal. 78.
Universitas Sumatera Utara
Yang Maha Esa, tetapi seorang manusia diberi kecakapan atau kemampuan untuk
meraba atau merasakan keadaan yang dinamakan adil itu.30
Di dalam perjalanan sejarah, isi keadilan itu ditentukan secara historis dan
selalu berubah menurut tempat dan waktu, maka tidak mudah menetukan isi keadilan.
Tentang keadilan sukar untuk memberikan batasannya. Dalam tulisannya
“Rhetorica”, Aristoteles membagi keadilan kedalam dua jenis yaitu : keadilan
distributif (justitia distributiva), yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang
jatah menurut jasanya. Artinya keadilan tidak menuntut supaya setiap orang
mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan
kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang. Keadilan komutatif (justitia
commutativa), yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama banyaknya,
tanpa mengingat jasa-jasa perseorangan. Artinya, hukum menuntut adanya suatu
persamaan dalam memperoleh prestasi atau suatu hal tanpa memperhitungkan jasa
perseorangan.
31
Kalau keadilan distributif (justitia distributiva) merupakan urusan
pembentukan undang-undang, maka keadilan komutatif (justitia commutativa)
terutama merupakan urusan hakim. Hakim memperhatikan hubungan perorangan
yang mempunyai kedudukan proporsional yang sama tanpa membedakan orang
30 Sudarsono. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), hal. 50. 31 Marwan Mas. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), hal. 73.
Universitas Sumatera Utara
(equality before the law). Kalau justitia distributiva itu sifatnya proporsional, maka
justitia commutativa karena memperhatikan kesamaan, sifatnya mutlak.32
2. Konsepsi
“Konsep adalah suatu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan
sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang
disebut dengan operational definition33. Pentingnya definisi profesional adalah untuk
menghindari perbedaaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu
istilah yang dipakai”34
Konsepsi merupakan unsur pokok dalam suatu penelitian atau untuk membuat
karya ilmiah. Sebenarnya yang dimaksud dengan konsepsi adalah “suatu pengertian
mengenai sesuatu fakta atau dapat berbentuk batasan atau definisi tentang sesuatu
yang akan dikerjakan. Jadi jika teori kita berhadapan dengan sesuatu hasil kerja yang
telah selesai, sedangkan konsepsi masih merupakan permulaan dari sesuatu karya
yang setelah diadakan pengolahan akan dapat menjadikan suatu teori”
.
35
32 Sudikno, Op.Cit, hal. 79. 33 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi
Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993), hal. 10.
34 Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara (Medan: PPs-USU, 2002), hal. 35.
35 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 5.
.
Konsepsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Analisis hukum adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
2. Penerimaan Pegawai Negeri Sipil atau Civil Servant merupakan salah satu organ
penting bagi eksistensi suatu negara, keberadaan Pegawai Negeri Sipil selain
sebagai bagian dari eksekutif juga terdapat pada organ-organ kenegaraan lainnya
seperti lembaga yudikatif maupun lembaga legislatif. Jadi kalau Pengertian
Pegawai Negeri menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian, adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau, diserahi tugas Negara lainnya dan
digaji berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini
bersifat deskriptif analitis, artinya memberi gambaran dan analisis Penerimaan
Pegawai Negeri Sipil yang berkaitan dengan prosedur penerimaan CPNS di Pemko
Universitas Sumatera Utara
Medan, proses pengangkatan CPNS di Pemko Medan, dan pengaruh penerimaan
CPNS dalam menciptakan good governance di Pemko Medan.
Penelitian yang digunakan yaitu:
a. Penelitian hukum normatif, yaitu mengkaji kaidah-kaidah hukum yang
berkaitan dengan metode atau cara dalam merekrut Pegawai Negeri Sipil.
b. Penelitian hukum empiris, yaitu penelitian efektifitas penerapan
perundang-undangan dan menggali fakta-fakta tentang bagaimana cara
pemerintah merekrut Pegawai Negeri Sipil.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa :
a. Bahan hukum primer, berupa bahan hukum yang meliputi peraturan
perundang-undangan yang mendukung yaitu Undang-Undang UU No. 43
Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintahan
Nomor 99 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, Peraturan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil.
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku atau jurnal
hukum yang berisi mengenai prinsip-prinsip dasar (asas hukum), pandangan
para ahli hukum (doktrin), hasil penelitian hukum, kamus hukum dan
Universitas Sumatera Utara
ensklopedia hukum serta wawancara yang mana terdapat kaitannya dengan
tesis ini.
c. Bahan hukum tertier yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer
dan sekunder berupa kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris,
Indonesia, Belanda, dan artikel-artikel lainnya baik yang berasal dari dalam
maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil law maupun common law.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait didalamnya, yakni
staf yang ada di wilayah Pemko Medan, sebagai responden.
2) Studi dokumen yaitu pengumpulan data, yaitu mempelajari referensi umum
(perundang-undangan, pengaturan, buku-buku teks, kamus dan sebagainya)
dan referensi khusus (jurnal, laporan penelitian).
4. Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya akan disusun dan dianalisis secara kualitatif.
Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian yang
sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya
semua data diseleksi dan diolah kemudian disajikan secara deskriptif sehingga selain
menggambarkan dan mengungkapkan diharapkan akan memberikan solusi atas pokok
permasalahan dalam penelitian tesis ini.
Universitas Sumatera Utara