13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin perilaku modern. Akibatnya banyak terjadi pergeseran pola hidup dalam masyarakat, terutama bagi yang tinggal di daerah perkotaan. Perubahan pola hidup tersebut dapat terlihat dari kebiasaan masyarakat yang lebih sering mengkonsumsi makanan siap saji (fast food), memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, bekerja dengan berlebihan, kurang berolah raga, serta rentan mengalami stres (Wijayakusuma, 2005). Adanya perubahan pola hidup yang terjadi pada masyarakat Indonesia diiringi pula dengan perubahan pola penyakit yang diderita. Bermula dari penyakit infeksi dan rawan gizi, kini mulai banyak masyarakat yang menderita penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) (Susiana, 2006). Perubahan pola hidup yang berubah tersebut menimbulkan dampak yang cukup besar dalam masyarakat. Wijayakusuma (2005) mengungkapkan bahwa penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Yaitu biasa diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun keatas, karena usia merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung. Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat

yang dianggap sebagai cermin perilaku modern. Akibatnya banyak terjadi

pergeseran pola hidup dalam masyarakat, terutama bagi yang tinggal di

daerah perkotaan. Perubahan pola hidup tersebut dapat terlihat dari kebiasaan

masyarakat yang lebih sering mengkonsumsi makanan siap saji (fast food),

memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, bekerja

dengan berlebihan, kurang berolah raga, serta rentan mengalami stres

(Wijayakusuma, 2005).

Adanya perubahan pola hidup yang terjadi pada masyarakat

Indonesia diiringi pula dengan perubahan pola penyakit yang diderita.

Bermula dari penyakit infeksi dan rawan gizi, kini mulai banyak masyarakat

yang menderita penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan

pembuluh darah (kardiovaskuler) (Susiana, 2006).

Perubahan pola hidup yang berubah tersebut menimbulkan dampak

yang cukup besar dalam masyarakat. Wijayakusuma (2005) mengungkapkan

bahwa penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang

tua. Yaitu biasa diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun

keatas, karena usia merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung.

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

2

Namun dengan adanya perubahan pola hidup yang terjadi terutama pada

orang muda yang tinggal di perkotaan, pada saat ini ada kecenderungan

penyakit jantung koroner dapat diderita oleh pasien dibawah usia 40 tahun.

Hal ini tentu dapat menimbulkan peningkatan jumlah penderita jantung di

Indonesia.

Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan

bahwa 26,3 persen penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh

darah, kemudian diikuti dengan penyakit infeksi, pernafasan, pencernaan

serta kecelakaan lalu lintas (Susiana, 2006). Sementara WHO menyebutkan

bahwa penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomer satu di

Indonesia. Hampir satu dari lima kematian di Indonesia disebabkan oleh

penyakit tersebut. Pada tahun 2011, penyakit jantung koroner telah

menyebabkan kematian 243.048 orang Indonesia. Dari setiap 100 ribu orang

Indonesia yang masih hidup, rata-rata 150 orang akan meninggal karena

penyakit jantung koroner per-tahunnya (Siantoro, 2014).

Kasus penyakit jantung koroner di Indonesia setiap tahun mengalami

peningkatan. Hal tersebut seperti yang terjadi di RSUD Hj. Anna Lasmanah

Banjarnegara, dimana penderita penyakit tersebut mengalami peningkatan

pada tahun 2014.

Tabel 1

Jumlah penderita penyakit jantung koroner

di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara

No. Tahun Jumlah

1. 2013 149

2. 2014 (November) 186

Sumber: Rekam Medis RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

3

Siantoro (2014) mengungkapkan bahwa penyakit jantung koroner

terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah akibat atheroma atau

tumpukan kolesterol. Penumpukan tersebut dimulai dari masa kanak-kanak

dan terus terakumulasi. Kecepatan proses penumpukan tersebut dapat berbeda

pada setiap orang, tergantung dari perilaku dan gaya hidup. Faktor lain yang

dapat menentukan kecepatan penumpukan atheroma adalah cardiovascular

reactivityi (CVR) atau seberapa sering, besar dan lamanya kenaikan tekanan

darah dan denyut jantung seseorang. Denyut jantung dan tekanan darah yang

sering meningkat secara drastis dan sulit turun menyebabkan jaringan

pembuluh darah cepat rusak. Jaringan yang rusak tersebut akan menumpuk

dan kemudian menyumbat pembuluh darah sehingga dapat memicu serta

memperparah penyakit jantung koroner.

Pada saat individu mengalami penyakit kronis seperti jantung

koroner, individu dan keluarganya akan mengalami goncangan dan ketakutan,

hal ini karena sesuatu yang dialami tidak pernah diduga sebelumnya. Bagi

penderita penyakit jantung kehidupan selanjutnya merupakan sebuah fase

baru dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan dan perubahan.

Mengingat bahwa penyakit jantung tergolong ke dalam penyakit kronis yang

berlangsung lama dan sulit disembuhkan. Penderita jantung koroner harus

melakukan perubahan pada pola hidupnya, dari pola hidup yang kurang sehat

menuju pola hidup yang lebih sehat. Semua perubahan yang harus dijalani

tersebut dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi penderita (Pratiwi,

2009).

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

4

Pratiwi (2009) mengungkapkan gejala psikologis yang dialami

penderita jantung koroner ditunjukkan semenjak pertama kali individu

divonis mengalami penyakit jantung koroner. Yaitu subjek akan merasa

terkejut (shock), selanjutnya akan timbul rasa kecemasan (anxiety) karena

ancaman kekambuhan atau bahkan kematian yang dapat terjadi sewaktu-

waktu. Individu juga akan merasa tidak berdaya karena tidak dapat

melakukan apapun dan merasa sesuatu yang buruk akan menimpa, serta

merasa kegiatannya dibatasi dari akibat penyakit jantung. Pada individu yang

lain akan merasa bosan, kesepian, bahkan merasa diasingkan oleh

lingkungan.

Kondisi mental negatif seperti kecemasan, perasaan tidak berdaya,

hilangnya minat, kurangnya inisiatif, mempunyai perasaan hampa, merasa

tidak memiliki tujuan hidup, merasa tidak berarti, serba bosan dan selalu

memikirkan tentang kematian menjadikan kebermaknaan hidup menjadi

masalah berikutnya yang muncul. Kondisi tersebut merupakan bentuk dari

hilang atau berkurangnya kebermaknaan hidup pada seseorang (Frankl dalam

Koeswara, 1992).

Bastaman (2007) mengungkapkan makna hidup ada dalam

kehidupan itu sendiri dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang

menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan.

Ungkapan seperti “makna dalam derita” (meaning in suffering) atau „hikmah

dalam musibah” (blessing in disguise) menunjukkan bahwa dalam

penderitaan sekalipun makna hidup dapat ditemukan. Bila hasrat ini dapat

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

5

dipenuhi maka kehidupan yang berguna, berharga dan berarti (meaningfull)

akan dirasakan. Sebaliknya bila hasrat ini tak terpenuhi akan menyebabkan

kehidupan yang dirasakan menjadi tidak bermakna (meaningless). Penderita

penyakit jantung koroner yang mengalami berbagai keterbatasan harus tetap

mampu memiliki makna hidup di dalam penderitaan, serta mampu

mengambil hikmah dan pelajaran hidup dari musibah yang sedang terjadi.

Sehingga individu dapat merasakan hidup yang bermakna.

Menurut Bastaman (2005), kebermaknaan hidup adalah hal-hal yang

dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi

seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in

life). Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan

kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan

bahagia (happiness). Orang yang menghayati hidup bermakna ketika berada

dalam situasi yang tidak menyenangkan atau mengalami penderitaan maka

akan menghadapi dengan sikap tabah serta sadar bahwa senantiasa ada

hikmah yang “tersembunyi” di balik penderitaan.

Proses pencarian makna hidup dapat dicapai melalui karya

bermanfaat dan kebajikan kepada orang lain, meyakini dan menghayati

keindahan, kearifan dan cinta kasih serta hubungan akrab dengan orang lain

(dengan anggota keluarga, teman, rekan sekerja). Serta merasa diperlukan dan

memerlukan orang lain, dicintai dan mencintai orang lain tanpa

mementingkan diri sendiri merupakan salah satu faktor yang sangat berperan

dalam penemuan makna hidup seseorang. (Agustina, 2006).

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

6

Fitzgerald (1998) mengungkapkan bahwa perasaan cinta dan kasih

sayang terhadap orang lain, keinginan untuk membantu dan berbagi, serta

kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa apresiasi dan

kehendak baik, meliputi intensi menolong dan membalas kebaikan orang lain,

merupakan komponen dalam kebersyukuran.Menurut Emmons dkk, (2007),

dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan tidak hanya menunjukkan

keadaan mental yang lebih positif (misalnya antusias, tekun, dan penuh

perhatian), tetapi juga lebih murah hati, peduli, dan membantu orang lain.

Sehingga kebersyukuran dapat dilihat sebagai salah satu upaya dalam

meningkatkan makna di dalam kehidupan.

Gumelar (2008) menjelaskan dalam penelitiannya mengenai

kebersyukuran pada Mahasiswa Universitas Islam Indonesia,

mengungkapkan bahwa individu yang bersyukur tidak akan merasa tersesat

dalam hidup dan dinyatakan mempunyai perasaan meluap-luap. Hal ini sudah

memenuhi konsep hidup bermakna yaitu hidup bersemangat, penuh gairah

dan tidak mudah bosan serta tidak merasa hampa. Individu yang bersyukur

juga mempunyai kecendrungan untuk menghargai kebahagiaan kecil

sekalipun sehingga jika mengalami penderitaan atau musibah, tetap bersikap

tabah serta sadar bahwa selalu ada hikmah dibalik musibah itu yang juga

merupakan salah satu indikator hidup yang bermakna.

Lyubomirskry (2007) mengungkapkan ketika seseorang mampu

menerima dan bersikap tabah pada saat menghadapi penyakit kronis seperti

jantung koroner, dapat membantu untuk menyesuaikan diri dan melanjutkan

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

7

kehidupan, serta membuat hidup menjadi lebih bahagia. Hal tersebut dapat

menunjang rasa penghargaan diri (self esteem) dan kebergunaan diri (self

worth). Praktek bersyukur juga bertentangan dengan emosi negatif dan

bahkan mengurangi atau menghalangi munculnya perasaan marah akibat

penyakit yang dideritanya. Frankl (dalam Bastaman, 2007) mengungkapkan

bahwa sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah dari hal-hal tragis yang

tidak mungkin dielakkan lagi merupakan sumber dari hidup yang bermakna.

Peneliti melakukan studi pendahuluan kepada subjek N (56 tahun)

pada tanggal 14 November 2014 di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.

Subjek mengatakan bahwa telah divonis menderita jantung koroner pada

tahun 2012. Subjek mengaku pola hidupnya kurang sehat, dimana subjek

adalah perokok berat, jarang berolahraga, dan senang mengkonsumsi

makanan berlemak. Subjek masih rutin menjalani pengobatan medis, dan

telah melakukan operasi pemasangan ring. Namun walaupun subjek telah

melakukan operasi, hingga saat ini subjek mengatakan bahwa terkadang

subjek masih merasakan kekambuhan. Gejala yang timbul adalah rasa sesak

dan sakit yang teramat sangat didalam dadanya. Menurut subjek, perasaan

tersebut seperti sudah mau mati. Subjek juga mengatakan bahwa subjek

sering merasa cemas dan belum siap jika sewaktu-waktu akan diambil

nyawanya oleh Tuhan. Mengingat subjek memiliki anak yang masih

bersekolah, dan ada perasaan iba jika suatu saat nanti anak-anaknya sudah

tidak mempunyai ayah lagi.

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

8

Subjek mengaku jika sekarang subjek tidak bisa lagi melakukan

pekerjaan-pekerjaan yang berat seperti dulu. Subjek juga mengatakan, bahwa

rasa sakit tersebut akan muncul jika subjek sedang stress dan banyak pikiran.

Menurut subjek, kini subjek merasa tidak berdaya karena tidak dapat

membantu istrinya bekerja. Subjek juga merasa bersalah karena subjek

menjadi ketergantungan terhadap orang lain, khususnya istri dan anak-

anaknya. Namun subjek mengaku jika sedang tidak kambuh, subjek selalu

membantu pekerjaan istrinya dan masih mencari nafkah untuk keluarganya.

Karena menurut subjek, sebagai kapala keluarga subjek harus tetap

bertanggungjawab terhadap istri dan anak-anaknya. Subjek mengaku bahwa

subjek yakin akan sembuh, mengingat segala usaha pengobatan yang telah

subjek lakukan. Dan kondisinya lebih baik bila dibandingkan ketika subjek

sebelum melakukan operasi.

Wawancara kedua dilakukan pada subjek R (66 tahun) pada tanggal

14 November 2014. Subjek mengaku sudah empat tahun menderita penyakit

jantung koroner. Awalnya subjek sering merasakan nyeri di dada dan sulit

bernafas, lalu subjek memeriksakan diri ke dokter. Awal mula di diagnosis

menderita jantung koroner, subjek mengaku sangat kaget. Bahkan subjek

sempat tidak percaya diagnosis dari dokter. Subjek sering merasa bahwa

umurnya tidak akan lama lagi, mengingat usianya yang sudah lansia. Subjek

mengaku bahwa subjek menjadi lebih tertutup, dan lebih banyak berdiam diri

dirumah dari pada bertemu dengan teman-temannya. Namun setelah rutin

menjalani pengobatan dan banyak bertemu dengan sesama pasien jantung,

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

9

subjek menyadari bahwa bukan hanya subjek saja yang menderita penyakit

jantung. Subjek mulai menyadari bahwa sakit jantung yang dialaminya adalah

karena akibat dari pola hidupnya yang tidak sehat. Dimana sebelum

menderita penyakit jantung, subjek mengaku sangat jarang berolah raga dan

senang mengkonsumsi makanan berlemak, walaupun subjek bukanlah

seorang perokok.

Subjek mengaku bahwa subjek sering merasa cemas setelah tahu

bahwa dirinya menderita penyakit jantung koroner. Subjek sering merasa

takut jika berada di rumah sendirian, karena khawatir penyakit jantungnya

akan kambuh. Subjek mengatakan jika terkadang subjek merasa sangat

tersiksa dengan keadannya saat ini yang tidak bisa lagi melakukan aktivitas

berat. Subjek juga merasa terkekang karena keluarga selalu mengatur pola

hidup subjek. Namun subjek mengaku bahwa subjek bersyukur masih

diberikan umur panjang oleh Allah, walaupun subjek mengalami sakit

jantung. Subjek mengaku jika subjek merasa lebih beruntung dari pada orang

lain yang mengalami sakit jantung di usia yang lebih muda dari subjek. Hal

tersebut membuat subjek lebih mendekatkan diri kepada Allah. Menurut

subjek, subjek mulai menerima keadaannya dan selalu memperbanyak ibadah

untuk bekal jika sewaktu-waktu subjek dipanggil oleh sang Pencipta.

Wawancara ketiga dilakukan pada subjek B (50 tahun) pada tanggal

21 Februari 2015 di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. Subjek

mengatakan jika subjek divonis menderita penyakit jantung koroner sejak

satu tahun yang lalu. Menurut subjek, subjek masih tidak percaya kenapa

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

10

subjek bisa mengalami penyakit jantung. Subjek merasa bahwa pola hidupnya

sudah cukup sehat, dan subjek tidak pernah membayangkan sebelumnya jika

subjek akan menderita penyakit jantung. Subjek mengatakan bahwa banyak

yang berubah sejak subjek divonis menderita jantung koroner, antara lain

sikap keluarga subjek yang overprotective terhadap subjek. Dimana subjek

sangat diatur dalam hal pola makan dan pola tidur. Menurut subjek, sekarang

dia tidak sebebas saat sebelum divonis jantung. Subjek yang bekerja di

sebuah bank swasta mengatakan bahwa subjek terbiasa tidur larut malam

untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun sekarang subjek tidak bisa lagi

melakukan hal tersebut, sehingga mengakibatkan subjek kurang produktif

dalam bekerja. Sehingga mulai muncul permasalahan baru dalam

pekerjaannya.

Dengan kondisi tersebut, subjek mengaku justru merasa sangat

tertekan. Subjek merasa bahwa subjek sudah tidak bisa melakukan apa-apa

lagi karena akibat dari penyakit yang dideritanya. Subjek menjadi lebih

banyak konflik dengan orang-orang di sekitarnya, karena subjek merasa

diremehkan karena sering jatuh sakit. Subjek mengatakan bahwa subjek

berencana akan berhenti dari pekerjaannya, karena subjek sudah tidak bisa

bekerja produktif seperti dulu. Subjek juga mengatakan bahwa dia sudah

tidak bisa bersaing dengan sesama rekan kerjanya lagi, akibatnya hal tersebut

sering membuat subjek marah pada keadaan dirinya. Hal ini menjadikan

subjek lebih sering menghabiskan waktu sendiri, dari pada harus bertemu

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

11

orang banyak. Subjek mengatakan bahwa subjek tidak suka bertemu orang

banyak karena akan ada yang menanyakan tentang kondisi kesehatannya.

Menurut subjek, seharusnya subjek tidak menderita penyakit jantung

koroner. Subjek mengatakan jika kadang timbul rasa ingin protes terhadap

Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya. Mengingat subjek merasa bahwa

pola hidup yang subjek jalani sudah cukup sehat, sementara itu subjek merasa

bahwa usianya masih cukup muda untuk bisa mengalami jantung koroner.

Subjek mengatakan bahwa pengobatan yang sedang subjek jalani adalah

karena adanya dorongan dari anak dan istrinya. Menurut subjek, subjek yakin

jika usianya sudah ada yang menentukan. Sehingga walaupun menjalani

pengobatan atau tidak, jika sudah datang waktunya maka subjek akan

meninggal juga.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap ketiga orang

subjek, diketahui bahwa gambaran kebermaknaan hidup ketiga subjek tidak

jauh berbeda. Ketiga subjek seringkali merasakan emosi negatif seperti

munculnya perasaan takut dan cemas, merasa tidak berdaya karena penyakit

yang dideritanya, merasa tidak berarti karena bergantung kepada keluarga,

sering merasa bosan dan selalu memikirkan tentang kematian. Kondisi

tersebut merupakan bentuk dari hilang atau berkurangnya kebermaknaan

hidup pada seseorang (Frankl dalam Koeswara, 1992). Namun pada subjek N

dan R masih bisa menerima keadaan dirinya, sementara subjek B belum bisa

menerima jika subjek menderita penyakit jantung koroner.

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

12

Dari uraian di atas, maka peneliti merasa perlu mengkaji

permasalahan yang terjadi pada penderita jantung koroner dengan judul

“hubungan kebersyukuran dan kebermaknaan hidup pada penderita jantung

koroner di RSUD hj. Anna Lasmanah Banjarnegara”

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan

kebersyukuran dan kebermaknaan hidup pada pasien jantung koroner di

rumah sakit hj. Anna Lasmanah Banjarnegara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kebersyukuran dan kebermaknaan hidup pada pasien jantung koroner di

Poliklinik Dalam RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan

keilmuan di bidang psikologi, khususnya bidang psikologi klinis.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau saran bagi

pihak rumah sakit (perawat dan dokter) yang terkait agar lebih dapat

memahami kondisi penderita jantung koroner. Sehingga dapat

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/596/2/IZANATUL LAILY MAULIDAH BAB I.pdfA. Latar Belakang Masalah ... daerah perkotaan. ... Bermula dari penyakit infeksi

13

diberikan pelatihan kebersyukuran untuk dapat meningkatkan makna

hidup pasien jantung koroner.

b. Bagi penderita jantung koroner dapat dijadikan masukan untuk lebih

dapat bersyukur, sehingga mampu mencapai kebermaknaan dalam

menjalani hidup.

c. Bagi keluarga penderita jantung koroner diharapkan dapat lebih

memahami dan tetap mendukung penderita jantung koroner dalam

menjalani kehidupan.

Hubungan Kebersyukuran Dan..., Izanatul Laily Maulidah, Fakultas Psikologi UMP, 2015