Upload
others
View
10
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang
bersifat informatif, menghibur, maupun mendidik. Dari berbagai media di tanah
air saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling
memberikan pengaruh besar pada masyarakat (Syahputra, 2006:70). Hal ini
karena televisi mempunyai tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan yang
pertama adalah televisi mampu menampilkan gambar hidup bergerak dan suara
untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan yang lainnya adalah penggunaan
frekuensi milik publik. Salah satu stasiun televisi yang ada di Indonesia adalah
Terang Abadi Televisi (TATV).
Terang Abadi Televisi (TATV) adalah stasiun televisi yang berdiri
dibawah PT. Terang Abadi Televisi (TATV) yang telah hadir di kota Solo sejak
April tahun 2004. TATV berdiri dan berkantor di Jalan Brigadir Jenderal
Anumerta Katamso Darmokusumo Nomor.173, Kelurahan Mojosongo,
Kacamatan Jebres, Kota Surakarta.
TATV memiliki beberapa karateristik yang kuat, yakni sebagai penyedia
hiburan, alat informasi lokal yang tajam dan lugas, serta sebagai televisi yang
memberi pencerahan terhadap paradigma berpikir dan berperilaku bagi
masyarakat tanpa meninggalkan budaya lokal dan tetap mengikuti perkembangan
zaman (https://id.wikipedia.org/wiki/TATV_Solo). Salah satu program acara
TATV yang menjadi favorit pemirsanya adalah program acara Preman Pawon.
Program acara Preman Pawon tayang di TATV (Terang Abadi Televisi) setiap
hari Sabtu dan hari Minggu pukul 17.00-17.30 WIB.
Program acara Preman Pawon adalah salah satu program acara yang
termasuk dalam kategori reality show dengan tema wisata kuliner. Reality show
adalah jenis tayangan yang menampilkan aktivitas nyata dari pembawa acara dan
segala aspek pendukung acara (talent, objek, situasi, dramatika) (Set, 2008:98).
Program acara tersebut mengisahkan perjalanan wisata kuliner seorang host
bernama Bowo Landa yang menjajaki makanan dan minuman khas dari sebuah
tempat makan di wilayah Solo dan sekitarnya. Program acara yang mempunyai
tag line “Preman Pawon makan yuk, grrrr” dan sapaan “badhoger” untuk para
pemirsanya ini dipandu oleh Bowo Landa sendiri sebagai hostnya. Keseluruhan
acara disajikan dengan gaya santai di setiap episodenya. Gaya wawancara host
dengan mitra tutur selalu diselipkan celotehan yang mengundang gelak tawa mitra
tutur dan penontonnya bahkan seringkali mitra tuturnya tidak bisa mengimbangi
celotehan Bowo Landa yang kocak dan sedikit konyol.
Dalam perjalanan wisata kuliner pada acara Preman Pawon ini host yang
diperankan oleh Bowo Landa akan mengunjungi sebuah tempat makan yang
menjadi target dalam perjalanan wisata kulinernya. Setibanya di lokasi, Bowo
Landa langsung menemui karyawan atau langsung disambut oleh karyawan dari
tempat makan tersebut. Setelah itu Bowo Landa meminta informasi mengenai
menu makanan atau minuman yang khas dari tempat makan tersebut dan meminta
izin untuk ikut membuatnya. Dalam proses pembuatan makanan atau minuman
khas dari tempat makan, host ikut serta dalam pembuatan menu masakan mulai
dari awal sampai menyajikannya. Di tengah-tengah proses pembuatan masakan,
host juga meminta penjelasan mengenai bahan dasar makanan dan cara
memasaknya, serta meminta penjelasan mengenai nama makanan yang
menurutnya aneh disertai dengan celotehan atau humor yang dilontarkan oleh
Bowo Landa kepada mitra tuturnya. Hal tersebut yang membuat acara Preman
Pawon ini berbeda dengan acara di bidang kuliner lainnya.
Secara garis besar struktur acara Preman Pawon ini dibagi menjadi 3
bagian, yakni bagian awal, tengah/isi, dan akhir/penutup. Pada bagian awal
ditampilkan dhagelan singkat oleh Bowo Landa sebagai tokoh tunggal, akan
tetapi terkadang juga ditemani oleh mitra tutur. Sesuai dengan tema acara Preman
Pawon, pada bagian tengah/isi ditampilkan mengenai proses memasak dan
mengulik secara detail makanan mulai dari bahan-bahan yang digunakan, cara
membuat dan menyajikanannya. Pada bagian akhir/penutup, Bowo Landa
mencicipi masakan yang sudah dibuat bersama karyawan tempat makan, owner
tempat makan atau chef yang ada pada tempat makan yang didatanginya sambil
membicarakan mengenai sejarah berdirinya tempat makan, pemilihan nama
tempat makan, dan menu-menu apa saja yang terdapat di tempat makan tersebut
serta ucapan terima kasih kepada couster sebagai sponsor atas kostum yang
dikenakan oleh Bowo Landa dan himbauan kepada pemirsa untuk menyaksikan
acara Preman Pawon yang tayang di TATV pada hari Sabtu dan Minggu pukul
17.00-17.30 WIB.
Dalam acara Preman Pawon terdapat percakapan-percakapan yang
merupakan sebuah bentuk komunikasi antara host acara tersebut, yaitu Bowo
Landa, dengan mitra tutur yang menjadi target dalam perjalanan wisata kuliner
setiap episodenya tanpa menggunakan skenario. Tayangan yang berlangsung
tanpa skenario ini menghasilkan percakapan-percakapan yang spontan, sehingga
tuturan-tuturannya alami. Dikatakan alami karena host mewawancarai mitra tutur
(koki, karyawan, atau pemilik tempat makan) dengan ikut terjun langsung ke
dapur dan ikut memasak mulai dari proses awal sampai akhir hingga
menyajikannya, sehingga mitra tutur yang diwawancarai menuturkan tuturan yang
spontan. Tuturan-tuturan yang alami tersebut memuat unsur-unsur pragmatik
seperti tindak tutur ekspresif.
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk
mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan
yang tersirat dalam ilokusi (Searle dalam terjemahan Oka, 1993:164). Tindak
tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon dituturkan oleh
penuturnya untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.
Sebuah tuturan dapat dihasilkan dari proses interaksi sosial. Proses
interaksi sosial dapat berupa dialog atau percakapan antara dua orang atau lebih.
Percakapan dapat terjadi jika ada pergantian antara penutur dan mitra tutur dalam
berujar. Proses pergantian dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya
kadang-kadang terjadi dalam waktu yang singkat. Proses percakapan tersebut
sangat dipengaruhi oleh peristiwa atau konteks tertentu saat terjadinya
komunikasi. Artinya maksud yang terdapat di balik tuturan penutur tidak dapat
dipisahkan dari situasi tutur.
Pemahaman yang terlepas dari konteks situsasi sama halnya dengan
pemahaman bahasa yang terlepas dari manusia yang berbahasa dan masyarakat
tempat manusia itu hidup dan mengadakan interaksi sosial.
Pengertian konteks situasi ada dua macam, yaitu konteks bahasa dan
konteks luar bahasa. Teks-teks yang berupa kata-kata atau kalimat-kalimat, yang
berada disekitar teks pokok yang sedang dikaji adalah konteks bahasa (linguistic-
context). Sementara itu lingkungan yang berada di luar teks tetapi masih berkaitan
dengan teks yang sedang dikaji, yang meliputi faktor-faktor situasional dan
kultural merupakan konteks luar bahasa (extra linguistic-context).
Pemahaman terhadap teks dan konteks akan lebih memperkuat keyakinan
bahwa dalam memahami, mengamati, dan mengkaji fenomena-fenomena yang
berada di luar bahasa, yang diungkapkan oleh bahasa, maka banyak penunjuk
yang kita peroleh dengan bergerak diluar bahasa kita mampu menjelaskan arti
bahasa. Dengan demikian dalam suatu pemerian yang lengkap mengenai latar
belakang sosial-budaya yang berkaitan dengannya (dalam Sumarlam, 2013:232-
233).
Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang
dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan
psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan,
kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Tindak tutur itu mungkin disebabkan
oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya
menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur
menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya) (Yule, 2006:93).
Tuturan-tuturan ekspresif yang mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami oleh penutur dalam program acara Preman Pawon dapat digambarkan
pada contoh berikut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika Bowo Landa melihat
sebuah sepeda motor yang menurutnya bagus dan cocok untuk dijadikan sebagai
pengganti kendaraanya agar nanti saat mencari lokasi (tempat makan) yang enak
bisa lebih nyaman.
(1) Bowo Landa : Wa...iki pit montore apik tenan iki. Untung kae wis remuk
tak dol kiloan.
Pelajar : Motorku iki mas, wa..wis. (ND/01-08-15/1)
Bowo Landa : ‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini. Untung itu
sudah hancur saya jual kiloan.
Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini mas, wa..sudah.’
Pada kutipan (1) data di atas Bowo Landa menuturkan subtindak tutur
ekspresif memuji. Subtindak tutur ekspresif memuji yang dituturkan oleh Bowo
Landa tersebut terjadi ketika Bowo Landa melihat sebuah sepeda motor yang
menurutnya bagus dan cocok untuk dijadikan kendaraannya dalam perjalanan
wisata kulinernya.
Pernyataan memuji Bowo Landa dituturkan melalui tuturan Wa...iki pit
montore apik tenan iki. Untung kae wis remuk tak dol kiloan. ‘Wa..ini sepeda
motornya bagus sekali ini. Untung itu sudah hancur saya jual kiloan’. Pemarkah
lingual dari subtindak tutur ekspresif memuji pada tuturan di atas adalah kalimat
Wa...iki pit montore apik tenan iki ‘Wa..ini sepeda motornya bagus sekali ini’.
Kalimat tersebut merupakan pujian yang dituturkan oleh Bowo Landa karena
melihat sepeda motor yang telah membuatnya tertarik untuk memilikinya.
Beberapa penelitian terdahulu yang sejenis dan relevan dalam penelitian ini antara
lain:
1. Danik Fajarwati (2013) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dalam skripsinya yang berjudul
“Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Acara Hati ke Hati Bersama
Mamah Dedeh di ANTV”, mendeskripsikan analisisnya mengenai bentuk
tindak tutur direktif dan bentuk tindak tutur ekspresif dalam acara Hati ke Hati
Bersama Mamah Dedeh di ANTV dan menerangkan implikatur yang terdapat
dalam Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh di ANTV.
2. Devi Andriyani (2010) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dalam skripsinya yang berjudul
“Tindak Tutur Ekspresif dalam Reality show “John Pantau” di Trans TV”,
mendeskripsikan analisisnya mengenai jenis tindak tutur ekspresif dan
penyebab terjadinya tindak tutur ekspresif dalam Reality show “John Pantau” ,
dan menguraikan efek perlokusi yang ditimbulkan oleh tindak tutur ekspresif
dalam Reality show “John Pantau”.
3. “Keefektifan Kesantunan Berbahasa pada Tindak Tutur Ekspresif Mario Teguh
Golden Ways (MTGW) “Jomblo Mulia 8 Juni 2014” (Pragmatik)”. Dalam
SEMINAR NASIONAL PRASASTI yang ditulis oleh Binti Qani’ah pada
tahun 2014. Penelitian ini membahas mengenai jenis tindak tutur ekspresif
yang paling dominan dan mengapa jenis ekspresif itu dominan, serta
bagaimana keefektifan kesantunan pada tindak tutur ekspresifprogram Mario
Teguh Golden Ways (MTGW) ‘Jomblo Mulia’yang ditayangkan pada tanggal
8 Juni 2014.
4. “Jenis dan Fungsi Tindak Tutur Dosen dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa
Arab Di UIN Malang”. Jurnal Thaqafiyyat, Vol 13, No 2, Desember 2012.
Ditulis oleh Wahyudi dari Program Studi Kajian Timur Tengah Sekolah
Pascasarjana UGM pada tahun 2012. Penelitian ini membahas mengenai jenis
dan fungsi tindak bahasa dosen dalam interaksi pembelajaran Bahasa Arab di
UIN Malang.
5. “Tindak tutur dan Peristiwa Tutur”. Jurnal Pena Vol 1, No 1, Desember
2011:77-91. ISSN 2089-3973. Ditulis oleh Andiopenta Purba dari FKIP
Universitas Jambi pada tahun 2011. Penelitian ini membahas mengenai dua
aspek yang penting dalam komunikasi lisan, tindak tutur, dan peristiwa tutur.
6. “Daya Pragmatik Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia”.
Jurnal BASASTRA, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya Vol 2, No 1, April 2013, ISSN I2302-6405. Ditulis oleh Rina
Yuliana dari Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2013. Penelitian
ini membahas mengenai jenis-jenis tindak tutur yang digunakan guru dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII F SMP Negeri 2 Kebak Kramat
Kabupaten Karanganyar, dan daya pragmatik yang terkandung dalam tindak
tutur guru bahasa Indonesia di kelas VIII F SMP Negeri 2 Kebakkramat
Kabupaten Karanganyar.
7. “Kesantunan Berbahasa dalam Pembelajaran Interaksi Bahasa Jawa di SMP N
1 Banyumas”. Jurnal LingTera Vol 1, No 2, Oktober 2014. Ditulis oleh Astiana
Ajeng Rahadini dan Suwarna Universitas Negeri Surakarta dan Universitas
Negeri Yogyakarta pada tahun 2014. Penelitian ini membahas mengenai
bentuk, nilai, dan fungsi kesantunan berbahasa Jawa dalam interaksi antara
guru dan siswa ketika pembelajaran bahasa Jawa di SMP N 1 Banyumas serta
implikasinya bagi pembelajaran.
8. “Realisasi Sapaan Datu dalam Tindak Tutur Ekspresif Bahasa Banjar”. Jurnal
BEBASAN, Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. Vol 2, No 2, Desember
2015. ISSN 2406-7466. Ditulis oleh Rissari Yayuk dari Balai Bahasa Provinsi
Kalimantan Selatan pada tahun 2015. Penelitian ini membahas mengenai
Realisasi Sapaan Datu dalam Tindak Tutur Ekspresif Bahasa Banjar.
Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana wujud sapaan datu dalam
bahasa Banjar dan bagaimana realisasi kesantunan penggunaan sapaan datu
dalam tindak tutur ekspresif pada masyarakat Banjar.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan terkait dengan topik
penelitian ini memberi petunjuk celah fokus penelitian yang belum dilakukan.
Dengan demikian penelitian tentang Tindak Tutur Ekspresif dalam Program
Acara Preman Pawon di TATV belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini
adalah merupakan penelitian yang berfokus baru. Selain daripada itu, penelitian
ini dilaksanakan dengan pertimbangan sebagai berikut.
1. Program acara Preman Pawon merupakan acara reality show yang bertema
wisata kuliner dengan menampilkan menu masakan dan minuman yang khas
dari sebuah tempat makan yang dipandu oleh host bernama Bowo Landa.
Acara tersebut disajikan dengan gaya santai dan selalu diselipkan celotehan
yang seringkali mengundang gelak tawa mitra tutur dan pemirsanya dalam
setiap peristiwa yang dialami Bowo Landa. Tuturan dalam peristiwa tersebut
banyak mengandung tindak tutur ekspresif.
2. Program acara Preman Pawon merupakan program acara yang tidak hanya
menampilkan kuliner siap santap akan tetapi juga menampilkan proses
memasak makanan tersebut dan wawancara langsung antara host dengan
mitra tutur (pemilik tempat makan). Program acara Preman Pawon di TATV
ini berbeda dengan acara reality show di bidang kuliner lainnya yang
biasanya hanya menampilkan kelezatan dari suatu masakan saja. Pada saat
proses memasak makanan dalam acara ini, banyak tuturan yang mengandung
tindak tutur ekspresif seperti memuji dan mengritik yang dituturkan oleh host
Preman Pawon.
3. Hal yang paling menarik dalam acara Preman Pawon adalah tayangan pada
saat proses memasak makanan, di mana host akan mengulik tuntas mengenai
masakan dan pada saat wawancara host dengan owner tempat makan tersebut
dengan gaya bahasanya yang khas dan agak konyol. Hal tersebut membuat
penulis tertarik karena pada saat yang seperti itu banyak tuturan yang
mengandung tindak tutur ekspresif, sehingga penulis menjadikan acara
Preman Pawon ini sebagai objek kajian disamping penelitian terhadap acara
Preman Pawon ini belum ada yang meneliti.
4. Ragam bahasa yang digunakan dalam acara Preman Pawon cenderung
menggunakan ragam bahasa Jawa informal dalam tuturan-tuturannya.
Ketidakformalan penggunaan bahasa tersebut sebagai ciri khas dari acara
Preman Pawon itu sendiri karena dengan digunakannya ragam bahasa
tersebut, penulis melihat dalam acara Preman Pawon banyak terdapat tuturan
yang mengandung subtindak tutur ekspresif seperti memuji, mengucapkan
terima kasih, mengritik, dan mengeluh. Dalam acara Preman Pawon bahasa
komunikasi yang paling dominan digunakan adalah bahasa Jawa akan tetapi
penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seringkali muncul dalam
tuturan, baik tuturan oleh Bowo Landa maupun mitra tuturnya.
5. Suatu tuturan ekspresif dapat dijadikan sarana untuk menyatakan sesuatu
yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-
pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan,
kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Dalam program acara
Preman Pawon tidak terlepas dari penggunaan tindak tutur ekspresif. Tindak
tutur itu disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau
pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Adapun
tuturan ekspresif tersebut yaitu berupa tuturan memuji, mengritik, mengeluh,
mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf.
Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan di atas dan berbagai
pertimbangan dari peneliti, maka peneliti tertarik untuk meneliti program acara
Preman Pawon dari segi tindak tutur ekspresif berdasarkan analisis teori
pragmatik. Hal yang membuat penasaran peneliti, apakah data lain ditemukan
tindak tutur yang lain. Di lain pihak, berbagai subtindak tutur ekspresif yang
ditemukan apakah merata ataukah ada subtindak tutur ekspresif yang frekuensinya
sangat menonjol. Dari berbagai subtindak tutur ekspresif, cenderung mempunyai
berbagai macam latar belakang, dari berbagai latar belakang itu, manakah yang
terdapat dalam data yang digunakan. Atas pertimbangan itulah penulis mengkaji
penelitian ini dari segi tindak tutur yang diujarkan oleh para pelibat (host, dan
narasumber dalam acara Preman Pawon) dengan judul Tindak Tutur Ekspresif
dalam Program Acara Preman Pawon di TATV Sebuah Kajian Pragmatik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Jenis subtindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat dalam program acara
Preman Pawon dan pemarkah lingual apa yang digunakan dalam
subtindak tutur ekspresif tersebut?
2. Jenis subtindak tutur ekspresif apakah yang paling dominan dalam
program acara Preman Pawon dan mengapa subtindak tutur ekspresif
tersebut dominan?
3. Faktor apa saja yang melatarbelakangi adanya subtindak tutur ekspresif
dalam program acara Preman Pawon?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan jenis subtindak tutur ekspresif yang terdapat dalam
program acara Preman Pawon dan pemarkah lingual yang digunakan
dalam subtindak tutur ekspresif tersebut.
2. Mendeskripsikan jenis subtindak tutur ekspresif yang paling dominan
dalam program acara Preman Pawon dan menjelaskan mengapa subtindak
tutur ekspresif tersebut dominan.
3. Menjelaskan faktor yang melatarbelakangi adanya subtindak tutur
ekspresif dalam program acara Preman Pawon.
D. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian pada hakikatnya dilakukan untuk mendapatkan suatu
manfaat, begitu pula dengan penelitian ini. Adapun manfaat yang diharapkan oleh
penulis dari penelitian ini adalah
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan
pengembangan ilmu yaitu ilmu pragmatik. Penelitian ini diharapkan dapat
memperkuat penerapan teori yang sudah ada yaitu teori tentang tindak tutur
ekspresif.
2. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan bagi calon peneliti terutama
dalam memahami jenis subtindak ekspresif, pemarkah lingual yang
terdapat dalam subtindak tutur ekspresif, dan faktor yang
melatarbelakangi tindak tutur ekspresif.
2) Penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi bagi para pendidik atau
para guru yang menangani pembelajaran pragmatik.
E. Landasan Teori
1. Definisi Pragmatik
Istilah pragmatik pertama kali muncul dari seorang filosof tahun 1938
yang bernama Charles Morris. Dia membagi ilmu tentang tanda atau semiotik
menjadi tiga konsep dasar, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. Menurut
Charles Morris yang dikutip dari Levinson dalam Nadar (2009:5) mengartikan
bahwa pragmatik sebagai “the study of relation of signs to interpretes” atau
studi relasi antara tanda-tanda dengan para penafsirnya. Oleh karena itu, tanda-
tanda yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah bahasa yang berawal
dari suatu pemikiran dan kemudian berkembang, pragmatik sebagai salah satu
cabang ilmu linguistik.
Definisi pragmatik telah banyak disampaikan para linguis yang
menggeluti pragmatik. Beberapa pengertian mengenai pragmatik akan
disampaikan pada bagian ini agar didapatkan gambaran yang jelas apa
sebenarnaya yang dimaksud dengan pragmatik itu.
Levinson (dalam Rahardi, 2005:48) mendefinisikan pragmatik
sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya.
Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat
dilepaskan dari struktur bahasanya. Menurut Parker (dalam Rahardi, 2005:48)
pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
eksternal. Adapun yang dimaksud dalam hal itu adalah bagaimana satuan
lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Tokoh ini
membedakan pragmatik dalam studi tata bahasa yang dianggapnya sebagai
seluk beluk bahasa secara internal. Menurutnya, studi bahasa tidak perlu
dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan dengan
konteks.
Dalam buku Prinsip-Prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh Oka,
1993:8), Leech mengatakan “Pragmatik adalah studi tentang makna ujaran di
dalam situasi-situasi ujar (speech situation)”. Leech melihat pragmatik sebagai
bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik.
Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian
dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari
pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik
sebagai dua bidang yang saling melengkapi. Karya Leech yang paling
menonjol di bidang pragmatik adalah teori prinsip kesantunan (politness
principles).
Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatik (edisi terjemahan oleh
Wahyuni dan Mustajab, 2006:3-4) menyebutkan beberapa batasan ilmu
pragmatik. Menurutnya ilmu pragmatik mempunyai empat batasan sebagai
berikut.
1. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur.
2. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual.
3. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih
banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.
4. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang jarak hubungan.
Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994:88-94), pragmatik
adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna
kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya
(force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa
suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan.
Pragmatik mengungkapkan maksud suatu tuturan di dalam peristiwa
komunikasi, oleh karena itu analisis pragmatik berupaya menemukan maksud
penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan
secara tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan dapat diidentifikasikan dengan
mempertimbangkan komponen situasi tutur yang mencakupi penutur, mitra
tutur, tujuan, konteks, tuturan sebagai hasil aktivitas dan tuturan sebagai
tindakan verbal (Rustono, 1999:17).
Terkadang dalam penggunaan bahasa itu sendiri, mereka secara tidak
sadar akan menggunakan tuturan yang sulit dipahami oleh lawan tuturnya.
Oleh karena itu, setiap manusia harus dapat memahami maksud dan makna
tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya. Dalam hal ini, manusia tidak
hanya sekedar mengerti apa yang telah diujarkan oleh si penutur, tetapi juga
konteks yang digunakan dalam ujaran tersebut. Kegiatan semacam ini
berkaitan dengan tindak tutur, yaitu tuturan yang disertai dengan gerak, sikap
anggota badan maupun ekspresi tertentu. Pragmatik adalah studi tentang makna
dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Menurut Purwo “Pragmatik
merupakan salah satu bidang kajian linguistik” (1994: 2). Jadi, dapat dikatakan
bahwa pragmatik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji makna
tuturan dengan cara menghubungkan faktor nonlingual seperti konteks,
pengetahuan, komunikasi, serta situasi pemakaian bahasa dalam rangka
penggunaan tuturan oleh penutur dan lawan tutur. Makna tuturan dalam
pragmatik lebih mengacu pada maksud dan tujuan penutur terhadap tuturannya
(Yuliana, 2013: 3).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat ditegaskan
bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa
secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam
komunikasi. Pragmatik menyelidiki makna yang terkait pada konteks yang
mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Jadi dapat dikatakan bahwa antara
bahasa dengan konteks merupakan dasar pemahaman pragmatik.
2. Situasi Tutur
Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini
sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi
tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi
tutur. Situasi tutur sangat penting di dalam pragmatik. Maksud tuturan yang
sebenarnya hanya dapat diidentifikasikan melalui situasi tutur yang
mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara langsung menggambarkan
makna yang dikandung oleh unsur-unsurnya (Rustono, 1999:25).
Leech (edisi terjemahan oleh Oka, 1993:19-20) membagi aspek-aspek
situasi ujar menjadi lima macam yaitu: (1) penutur dan mitra tutur, (2) konteks
sebuah tuturan, (3) tujuan sebuah tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan
atau kegiatan (tindak ujar), (5) tuturan sebagai produk tindak verbal.
1) Penutur dan Mitra Tutur
Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang
menyampaikan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa
komunikasi. Mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran
sekaligus kawan penutur di dalam periatiwa tutur. Aspek-aspek
yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar
belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
tingkat keakraban.
2) Konteks Sebuah Tuturan
Konteks merupakan suatu pengetahuan latar belakang
bersama yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang
membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks tuturan
penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau
setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Di dalam
pragmatik, konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang
pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur.
Konteks ini membantu mitra tutur di dalam manafsirkan maksud
yang ingin dinyatakan oleh penutur.
3) Tujuan Sebuah Tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur
dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan
adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan
tindakan bertutur. Di dalam peristiwa tutur, bermacam-macam
tuturan dapat diekspresikan untuk menyatakan suatu tuturan, dan
bermacam-macam tujuan dapat dinyatakan dengan tujuan yang
sama.
4) Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Kegiatan (Tindak Ujar)
Tindak tutur merupakan suatu aktivitas. Menuturkan sebuah
tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act). Tindak tutur
sebagai satu tindakan itu sama dengan mencubit atau menendang.
Hanya saja, bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada tindakan
bertutur bagian tubuh yang berperan adalah alat ucap.
5) Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal
Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act)
yang terjadi dalam situasi tertentu. Tuturan tercipta melalui tindakan
verbal, maka tuturan itu merupakan hasil tindak verbal. Tindakan
verbal adalah tindakan mengekspresikan kata-kata atau bahasa.
Imam Syafi’i (sebagaimana dikutip oleh Hamid Hasan Lubis, 1993:58)
(dalam Sumarlam, 2013:77) membedakan empat macam konteks pemakaian
bahasa, yaitu konteks fisik, konteks epistemik, konteks linguistik, dan konteks
sosial. Konteks fisik (physical context) meliputi tempat terjadinya pemakaian
bahasa, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi, dan tindakan para
partisipan dalam peristiwa komunikasi itu. Konteks epistemis (episthemic
context) yaitu latar pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh penutur dan
mitra tutur. Konteks linguistik (linguistic context) terdiri atas tuturan-tuturan
yang mendahului atau yang mengikuti sebuah tuturan tertentu dalam peristiwa
komunikasi. Konteks sosial (social context) yaitu relasi sosial yang
melengkapi hubungan antara penutur dengan mitra tutur.
3. Tindak Tutur
Di dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam
konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Menurut
Rustono (1999:31) tindak tutur (speech act) merupakan entitas yang bersifat
sentral dalam pragmatik. Oleh karena sifatnya yang sentral itulah, tindak tutur
bersifat pokok di dalam pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tertentu bisa
dipandang sebagai melakukan tindakan (mempengaruhi, menyuruh) di samping
memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu.
Interaksi antara penutur dengan petutur pada saat berlangsungnya
komunikasi (percakapan) terjadi secara timbal balik. Petutur (pendengar,
penyimak) yang tadinya bertindak sebagai penerima informasi, setelah
menerima dan memahami informasi itu akan bereaksi melakukan tindak tutur
atau menjadi penutur. Sebaliknya, penutur (pembicara) yang tadinya bertindak
sebagai pemberi informasi setelah menyampaikan informasi itu akan berubah
menjadi petutur (pendengar, penyimak) (Purba, 2011: 84).
Dalam berkomunikasi setiap penutur akan melakukan kegiatan
mengujarkan tuturan. Yule berpendapat bahwa tindak tutur adalah tindakan-
tindakan yang ditampilkan lewat tuturan (dalam terjemahan oleh Wahyuni dan
Mustajab 2006:82). Setiap tindak tutur yang diucapkan oleh seorang penutur
mempunyai makna tertentu, tindak tutur dapat berwujud permohonan,
permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan atau janji.
Searle yang menjadi pendukung dan juga pengkritik gagasan Austin
sekaligus membuat formula-formula pelengkap. Dia menyatakan bahwa
setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang
penutur, yaitu tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. Setiap tuturan dari seorang
penutur memungkinkan mengandung lokusi, ilokusi, dan perlokusi saja.
Namun dapat terjadi satu tuturan mengandung kedua tindak tutur atau ketiga-
tiganya.
Menurut Searle (dalam Martinich (ed) 1996:147), inti dari tindak tutur
adalah tindak ilokusi. Menurutnya, dalam tindak ilokusi, penutur dalam
mengatakan sesuatu juga melakukan sesuatu. Sehubungan dengan itu, Searle
menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima bentuk tuturan yang
masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima jenis tindak tutur tersebut
yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur
ekspresif, dan tindak tutur deklarasi.
Searle (dalam Martinich (ed) 1996:147-149) mengklasifikasikan
tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis. Kelima jenis tindak tutur adalah sebagai
berikut.
1) Tindak Tutur Asertif (Assertives)
Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya
kepada kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya.
Termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini misalnya tuturan-tuturan
menyatakan, melaporkan, memprediksi, menunjukkan, dan
menyebutkan.
2) Tindak Tutur Direktif (Directives)
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh
penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan
yang disebutkan di dalam tuturan itu atau berharap lawan tutur
melakukan sesuatu. Tuturan-tuturan menyuruh, memohon,
menuntut, menyarankan, memerintah, meminta, dan menantang
termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini.
3) Tindak Tutur Komisif (Commisives)
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur untuk mengikat
penuturnya pada suatu tindakan yang dilakukannya pada masa
mendatang dan melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam
tuturan. Misalnya tuturan berjanji, bersumpah, berkaul,
menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan mengancam.
4) Tindak Tutur Ekspresif (Expressives)
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan
maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal
yang disebutkan dalam tuturan atau untuk mengungkapkan sikap
psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan memuji,
mengritik, mengeluh, mengucapkan selamat, mengucapkan
terima kasih, dan meminta maaf termasuk ke dalam jenis tindak
tutur ekspresif ini.
5) Tindak Tutur Deklarasi (Declarations)
Deklarasi didefinisikan sebagai tindak tutur yang bersifat
khas, berhasilnya tindak ilokusi ini akan mengakibatkan adanya
kesesuaian antara isi proposisi dan realitas di dunia. Penutur
deklarasi haruslah seorang yang mempunyai kekuasaan atau
wewenang khusus dalam sebuah institusi tertentu, misalnya
hakim dalam institusi pengadilan yang menjatuhkan hukuman.
Tindak tutur deklarasi ialah tindak tutur yang dilakukan penutur
dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan
sebagainya) yang baru. Misalnya tuturan memutuskan,
membatalkan, melarang, mengizinkan, dan mengangkat.
Masing-masing subtindak tutur ekspresif menurut pengklasifikasian
oleh Searle di atas dapat digambarkan pada contoh berikut.
1. Subtindak Tutur Ekspresif Memuji
Konteks tuturan: Percakapan terjadi di pinggir jalan ketika Bowo Landa
melihat sebuah sepeda motor yang menurutnya bagus. Ia mengatakan
bahwa mesin dari motor tersebut besar dan top serta cocok untuk dijadikan
sebagai pengganti kendaraanya agar nanti saat mencari lokasi yang enak
bisa lebih nyaman.
(2) Bowo Landa :...Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki
(sambil mengelus-elus mesin sepeda motor), cocok
dinggo tumpakanku selanjutnya iki. Oke badhoger-
badhoger ketemu lagi di Preman Pawon. Saat ini
saya sedang mencari penggantinya si Untung, biar
nanti saya kalau keliling-keliling cari tempat-tempat
lokasi yang enak itu, jadi isa luwih nyaman. Hehe.
Syeg...gagah.
Pelajar : Motorku iki Mas, wa..wis. (ND/01-08-15/2)
Bowo Landa :‘Wah...ini mesinnya top sekali besar seperti ini,
cocok untuk kendaraan saya selanjutnya ini. Oke
badhoger-badhoger ketemu lagi di Preman Pawon.
Saat ini saya sedang mencari penggantinya si
Untung, agar nanti saya kalau keliling-keliling
mencari tempat-tempat lokasi yang enak itu, jadi
bisa lebih nyaman. Hehe. Syeg...gagah.’
Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah’
Pada kutipan (2) data di atas terdapat subtindak tutur ekspresif
memuji yang dituturkan oleh Bowo Landa , yakni melalui tuturan Wis
ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki, cocok dinggo
tumpakanku selanjutnya iki ‘Wah...ini mesinnya top sekali besar
seperti ini, cocok untuk kendaraan saya selanjutnya ini’. Pemarkah
lingual yang menandai subtindak tutur ekspresif memuji diatas adalah
Wis ki jan engine top tenan guwedhi ngene ki ‘Wah...ini mesinnya
top sekali besar seperti ini’ yang bermaksud untuk mengungkapkan
kelebihan dari sebuah sepeda motor yang dilihatnya, yaitu sepeda
motor milik seorang pelajar SMA yang sedang berhenti di pinggir
jalan. Selain itu Bowo Landa juga beranggapan bahwa sepeda motor
tersebut cocok untuk dijadikan pengganti kendaraannya (Si Untung)
agar nanti kalau mencari tempat-tempat yang enak akan terasa
nyaman.
2. Subtindak Tutur Ekspresif Mengritik
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan seorang
pelajar SMA di pinggir jalan. Ketika Bowo Landa melihat sebuah motor
yang bagus Bowo Landa ingin membelinya akan tetapi pemilik sepeda
motor tersebut tidak ingin menjualnya lalu Bowo Landa mengritiknya agar
sepeda motornya dijual.
(3) Bowo Landa : Lha mbok didol!! Aku nde rongewu.
Pelajar : Wadhuh rongewui ngge apa. (ND/01-08-15/32)
Bowo Landa : ‘Dijual saja!! Saya punya dua ribu’
Pelajar : ‘Aduh dua ribu itu untuk apa?’
Subtindak tutur ekspresif mengritik pada kutipan (3) data di atas
terdapat pada tuturan Bowo Landa yang mengatakan Lha mbok didol!!
Aku nde rongewu. ‘Dijual saja!! Saya punya dua ribu’. Pemarkah lingual
yang menunjukkan subtindak tutur ekspresif mengritik pada tuturan
tersebut adalah Lha mbok didol!! ‘Dijual saja!!’. Tuturan tersebut
merupakan kritikan atas pernyataan seorang Pelajar SMA. Subtindak tutur
ekspresif mengritik tersebut terjadi karena Bowo Landa ingin membeli
sepeda motor milik seorang pelajar SMA akan tetapi si pelajar SMA tidak
ingin menjualnya.
3. Subtindak Tutur Ekspresif Mengeluh
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan seorang
pelajar SMA di pinggir jalan. Ketika Bowo Landa sedang melihat-lihat
sebuah sepeda motor milik seorang pelajar SMA tiba-tiba pemilik sepeda
motor tersebut datang dan mendekatinya. Pelajar SMA tersebut
mengeluhkan tindakan yang telah dilakukan oleh Bowo Landa yang sedang
melihat dan memegang-megang sepeda motornya.
(4) Pelajar : Motorku iki Mas, wa..wis.
Bowo Landa : Sorry Mas.
Pelajar : Nggih nggih. (ND/01-08-15/54)
Pelajar : ‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah.’
Bowo Landa : ‘Maaf Mas’
Pelajar : ‘Ya, ya.’
Subtindak tutur mengeluh pada kutipan (4) data di atas terdapat
pada tuturan Bowo Landa yang mengatakan Motorku iki Mas, wa..wis.
‘Sepeda motor saya ini Mas, wa..sudah.’. Pemarkah lingual yang
menunjukkan subtindak tutur ekspresif mengeluh pada tuturan tersebut
adalah wa..wis ‘Wa..sudah’. Subtindak tutur ekspresif mengritik tersebut
terjadi ketika Bowo Landa sedang melihat-lihat sebuah sepeda motor
milik seorang pelajar SMA tiba-tiba pelajar tersebut datang dan
mendekatinya. Pelajar SMA tersebut mengeluhkan tindakan yang telah
dilakukan oleh Bowo Landa yang sedang melihat dan memegang sepeda
motornya.
4. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Selamat
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Rudi dan Farid di kelas. Rudi
memberikan selamat kepada Farid atas prestasinya karena PKMnya lolos
seleksi.
(5) Rudi : Eh, kowe wis nikiki pengumuman neng papan mading durung Rid?
Farid : Durungi, ana pengumunan apa?
Rudi : Kowe lolos PKM Rid, selamat ya.
Farid : Tenane Rud? Wah matur nuwun ya
Rudi : ‘Eh, kamu sudah melihat pengumuman di papan pengumuman
belum Rid?’
Farid : ‘Belum, ada pengumuna apa?’
Rudi : ‘Kamu lolos PKM Rid, selamat ya.’
Farid : ‘Serius Rud? Wah terima kasih ya.’
Subtindak tutur ekspresif mengucapkan selamat pada tuturan di
atas terdapat pada tuturan Kowe lolos PKM Rid, selamat ya. ‘Kamu lolos
PKM Rid, selamat ya’. Tuturan tersebut dituturkan oleh Rudi yang
ditujukan kepada Farid karena PKM Farid lolos seleksi. Pemarkah lingual
dari subtindak tutur ekspresif mengucapkan selamat pada tuturan tersebut
adalah frase fatis selamat ya ‘Selamat ya.’
5. Subtindak Tutur Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih
Konteks tuturan: Tuturan terjadi antara Bowo Landa dengan Teki di
dapur restoran Njah Djambon. Ketika Bowo Landa tiba di dapur dia
mengajak orang-orang yang ada di dapur untuk salam preman pawon.
(6) Bowo Landa : Oalah...neng kene ki orange profesional, dadi wis nde
jobe dhewe-dhewe. Bagian nggangsa enek, bagian plating
enek. Mas sapa ki mau?
Teki : Teki.
Bowo Landa : Mas Teki, yuk salam preman pawon dulu (Bowo Landa
dan Teki saling mengulurkan tangan yang mengepal) Oke.
(ND/01-08-15/58)
Bowo Landa : ‘Oalah...di sini itu orangnya profesional, jadi sudah ada
jobnya sendiri-sendiri. Bagian menumis ada, bagian menata
di piring ada. Mas siapa ini tadi?’
Teki : Teki.
Bowo Landa : Mas Teki, yuk salam preman pawon dulu (Bowo Landa
dan Teki saling mengulurkan tangan yang mengepal) Oke.
Subtindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih pada data di
atas dituturkan oleh Bowo Landa kepada Teki karena telah mau diajak
salam preman pawon. Pemarkah lingual yang menandai subtindak tutur
ekspresif mengucapkan terima kasih adalah kata Oke ‘Oke’ yang dia
tuturkan setelah Bowo Landa dan Teki mengulurkan tangan yang mengepal
yang berarti bahwa Teki memberikan respon atas perkataan Bowo Landa.
6. Subtindak Tutur Ekspresif Meminta Maaf
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan di dapur restoran Njah Djambon. Ketika Pak Sholehan
mengenalkan seorang chef di restoran Njah Djambon Bowo Landa
mengira bahwa chef tersebut adalah anak Pak Sholehan.
(7) Bowo Landa : Ini putranya Pak? Bukan? Hehehe.
Sholehan : Oh bukan, ini chef di sini Mas.
Bowo Landa : Hehehe...oh...mas chef, maaf permisi. (ND/01-08-15/62)
Bowo Landa : Ini putranya Pak? Bukan? Hehehe.
Sholehan : ‘Oh bukan, ini koki di sini Mas.’
Bowo Landa : ‘Hehehe...oh...mas koki, maaf permisi.’
Subtindak tutur ekspresif meminta maaf pada kutipan (7) data di
atas terdapat pada tuturan Hehehe...oh...mas chef, maaf permisi.
‘Hehehe...oh...mas koki, maaf permisi.’Tuturan tersebut terjadi ketika Pak
Sholehan mengenalkan seorang chef di restoran Njah Djambon. Bowo
Landa mengira bahwa chef tersebut adalah anak Pak Sholehan. Setelah
mengetahui hal tersebut Bowo Landa merasa malu dan meminta maaf
dengan menuturkan Hehehe...oh...mas chef ‘Hehehe...oh...mas koki’ (Bowo
Landa sambil tertawa dan tubuh yang membungkuk).
Tindak tutur dapat diklasifikasikan berdasarkan teknik penyampaian
dan interaksi makna. Berdasarkan teknik penyampaian tindak tutur dapat
diklasifikasikan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung.
Berdasarkan interaksi makna, tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi
tindak tutur literal dan tindak tutur nonliteral. Bila kalimat berita difungsikan
secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya,
dan kalimat perintah untuk menyuruh, maka tindak tutur yang terbentuk adalah
tindak tutur langsung (Wijana, 1966:30).
Pada sisi yang lain, apabila tuturan perintah diutarakan dengan kalimat
berita atau kalimat tanya yang bertujuan agar orang yang diperintah merasa
dirinya diperintah, maka tindak tutur yang demikian disebut tindak tutur tidak
langsung atau indirect speech act (Wijana, 1966:30). Tindak tutur yang
berlawanan dengan tindak tutur literal adalah tindak tutur tidak literal. Menurut
Wijana (1996:32) tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya
tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang
menyusunnya.
4. Tindak Tutur Ekspresif
Searle menjelaskan tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang
dilaksanakan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi
tentang apa yang disebutkan dalam tuturan untuk mengungkapkan sikap
psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan memuji, mengucapkan
terima kasih, meminta maaf, mengucapkan selamat, mengritik, dan mengeluh
termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif ini (dalam Martinich (ed),
1996a:148).
Leech juga menjelaskan tindak tutur ekspresif dalam teori tindak
tuturnya. Leech mendefinisikan tindak tutur sebagai jenis tindak tutur yang
berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang
sedang dialami oleh mitra tutur. Verba yang menandai tindak tutur ini misalnya
mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, merasa ikut bersimpati,
meminta maaf (dalam Oka, 1993:328).
Menurut Yule, tindak tutur ekspresif adalah jenis tindak tutur yang
menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu
mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan
kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan.
Tindak tutur ekspresif mungkin disebabkan oleh suatu yang dilakukan oleh
penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur
(dalam Wahyuni dan Mustajab, 2006:93).
Dalam penelitian ini pembahasan tindak tutur ilokusi ekspresif
mengacu pada tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Searle.
Pemanfaatan teori Searle ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam
acara Preman Pawon terdapat banyak tuturan yang dapat dianalisis
berdasarkan teori Searle. Teori tindak tutur yang yang dikembangkan Searle
dipandang lebih konkret oleh beberapa ahli.
5. Media Televisi
Berita atau pesan dapat disampaikan melalui berbagai saluran, baik
secara langsung (tatap muka) atau melalui media massa. Media televisi
termasuk dalam media massa, dan bersama-sama radio dan film merupakan
media massa elektronik (Wahyudi, 1984:3-4). Dari berbagai media di tanah air
saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling
memberikan pengaruh besar pada masyarakat (Syahputra, 2006:70). Hal ini
karena televisi mempunyai tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan yang
pertama adalah televisi mampu menampilkan gambar hidup bergerak dan suara
untuk mendalami kekuatan gambar. Kekuatan yang lainnya adalah penggunaan
frekuensi milik publik.
Terang Abadi Televisi (TATV) adalah stasiun televisi yang berdiri
dibawah bendera PT. Terang Abadi Televisi (TATV) dengan channel 50 UHF.
TATV telah hadir di kota Solo sejak April tahun 2004. Layanan coverage
TATV meliputi wilayah Subosukawonosraten (Kota Solo, Karanganyar,
Sragen, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo, Wonogiri). Provinsi
Yogyakarta (Bantul, Sleman,Wonosobo), Magelang, Kebumen, Kudus dan
sekitarnya (http://dokumen.tips/documents/sejarah-tatv.html).
TATV berdiri dan berkantor di Jalan Brigadir Jenderal Anumerta
Katamso Darmokusumo Nomor.173, Kelurahan Mojosongo, Kacamatan
Jebres, Kota Surakarta dengan frekuensi 50 UHF serta kekuatan daya pancar
sebesar 10 KW yang berasal dari Menara Pemancar TATV di Dusun Ngoro-
oro, Patuk, Yogyakarta menjadikan siaran TATV dapat diterima di seluruh
wilayah Solo, Yogyakarta, Sragen, kabupaten Boyolali, dan sebagian besar
wilayah Kabupaten Magelang serta beberapa daerah di wilayah Kabupaten
Nganjuk Jawa Timur. (http://dokumen.tips/documents/sejarah-tatv.html).
Dengan tag-line TATV MANTEB!! (masa kini dan tetap berbudaya),
stasiun televisi yang lahir pada bulan September 2004 di Solo ini berusaha
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Tengah (khususnya Solo) dan
sekitarnya. TATV memiliki beberapa karateristik yang kuat, yakni sebagai
penyedia hiburan, alat informasi lokal yang tajam dan lugas, serta sebagai
televisi yang memberi pencerahan terhadap paradigma berpikir dan berperilaku
bagi masyarakat pemirsa, tanpa meninggalkan budaya lokal dan tetap
mengikuti perkembangan zaman. TATV dengan jangkauan siar yang semakin
luas menjadikan channel TV tersebut dapat dinikmati banyak pemirsa di
wilayah Jawa Tengah (https://id.wikipedia.org/wiki/TATV_Solo).
TATV memiliki program acara daerah yang kuat dengan beberapa
berita yang menggunakan bahasa daerah dan merupakan program-program
favorit pemirsa seperti program acara Surakarta Hari Ini, Jogja Hari Ini, Kabar
Awan, Kabar Wengi, Live Obloran Forum Solusi, Interaktif Live dalam
Jagongan Pasar Gedhe, Preman Pawon dan Campursari.
6. Reality Show
Reality show adalah jenis tayangan yang menampilkan aktivitas nyata
dari pembawa acara dan segala aspek pendukung acara (talent, objek, situasi,
dramatika) (Set, 2008:98). Program acara Preman Pawon merupakan acara
televisi yang termasuk ke dalam kategori reality show. Program acara yang
tayang di TATV pada hari Sabtu dan Minggu pukul 17.00-17.30 WIB tersebut
mengisahkan perjalanan wisata kuliner seorang host bernama Bowo Landa
yang menjajaki makanan dan minuman khas dari sebuah tempat makan di
wilayah Solo dan sekitarnya. Program acara yang mempunyai tag line
“Preman Pawon makan yuk, grrrr” dan sapaan “badhoger” untuk para
pemirsanya ini dipandu oleh Bowo Landa sendiri sebagai hostnya. Keseluruhan
acara disajikan dengan gaya santai di setiap episodenya. Gaya wawancara host
dengan mitra tutur selalu diselipkan celotehan yang mengundang gelak tawa
mitra tutur dan penontonnya bahkan seringkali mitra tuturnya tidak bisa
mengimbangi celotehan Bowo Landa yang kocak dan sedikit konyol.
F. Metode Penelitian
Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan
menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 2008: 153). Dalam metode penelitian
ini akan dibahas beberapa hal, yaitu: (1) jenis penelitian dan pendekatan, (2)
sumber data dan data, (3) alat penelitian, (4) sampel, (5) metode pengumpulan
data, (6) klasifikasi data, (7) metode analisis data, dan (8) teknik penyajian hasil
analisis data.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif. Penelitian kualitatif artinya teknik penentuan sampelnya dengan
cuplikan (nukilan) yang lazim disebut juga dengan purposive sampling. Teknik
nukilan maksudnya sampel ditentukan secara selektif, sumber datanya
diarahkan kepada sumber data yang menghasilkan data secara produktif, yang
penting sesuai dengan permasalahan yang ditentukan, tujuan penelitian, dan
teori yang digunakan (Sutopo, 2002: 36). Di dalam penelitian kualitatif,
paradigma atau prespektif yang digunakan adalah prespektif fenomenologis.
Artinya, penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-
fenomena, peristiwa-peristiwa, dan kaitannya dengan orang-orang atau
masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan dalam situasi yang
sebenarnya (Subroto, 1992:5-6). Penelitian desktiptif artinya studi kasusnya
mengarah ke pendeskripsian secara rinci, mendalam, betul-betul potret kondisi
tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan (Sutopo,
2002:111). Menurut Sudaryanto, (1988:62) penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada
atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya
sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan yang
apa adanya, serta tidak mempertimbangkan benar atau salahnya penggunaan
bahasa oleh para penuturnya.
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan dengan cermat data-
data yang berwujud tuturan yang terdapat dalam program acara Preman
Pawon. Dengan demikian, hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena
tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang mendasarkan diri
pada reaksi atau tanggapan mitra tutur atau lawan tutur (Subroto, 2007:65).
Dalam penelitian ini, pendekatan pragmatik digunakan untuk menjawab
permasalahan dan menginterpretasikan maksud dari tuturan yang di tuturkan.
Tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon
dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor konteks situasi tuturnya.
2. Sumber Data dan Data
Sumber data adalah hal-hal yang dapat dijadikan serta menghasilkan
data yang lengkap, benar dan sahih (Sudaryanto, 1992:35). Sumber data
dalam penelitian ini adalah video acara Preman Pawon di TATV yang
didapat dari youtube.
Data merupakan semua informasi atau bahan yang disediakan oleh
alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh
peneliti (Subroto, 2007:38). Data merupakan bahan jadi penelitian, bukan
bahan mentah penelitian (Sudaryanto, 1988:9). Adapun data dalam penelitian
ini adalah tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif yang terdapat
dalam program acara Preman Pawon di TATV.
3. Alat Penelitian
Alat penelitian terdiri atas alat utama dan alat bantu. Alat utama
penelitian adalah peneliti sendiri, artinya kelenturan sikap peneliti mampu
menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi (Sutopo, 2002:35-36).
Lain daripada itu dengan ketajaman intuisi kebahasaan (lingual) peneliti
mampu membagi data secara baik menjadi beberapa unsur (Sudaryanto,
1993: 21-22).
Terkait dengan alat utama penelitian adalah peneliti sendiri, Edi
Subroto mengatakan bahwa dengan intuisi lingual (kebahasaan) peneliti bisa
bekerja secara serta merta menghayati terhadap bahasa yang diteliti secara
utuh (2007:23).
Alat bantu dalam penelitian ini adalah netbook, head set, flash disk,
pensil, bolpoin, kertas, penghapus, dan penggaris.
4. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling artinya sampel ditentukan secara selektif, sumber datanya
diarahkan kepada sumber data yang menghasilkan data secara produktif,
penting, sesuai dengan permasalahan yang ditentukan, tujuan penelitian dan
teori yang digunakan (Sutopo, 2002: 36). Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam
program acara Preman Pawon di TATV. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini sesuai dengan kriteria yang menghasilkan sumber data yang
produktif, sesuai dengan permasalahan dan teori yang digunakan. Sampel
yang akan diambil dalam penelitian ini adalah tiga video dari program acara
Preman Pawon di TATV yaitu acara Preman Pawon episode Njah Djambon
yang tayang pada 1 Agustus 2015, episode Sambel Mbok Ti yang tayang pada
tanggal 2 Agustus 2015, dan episode Kedai Kopi Ndomblong yang tayang
pada tanggal 20 September 2015.
5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak,
yakni berupa penyimakan yang dilakukan dengan menyimak, yaitu
menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Dalam metode simak
terdapat teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar dari metode
simak dalam penelitian ini adalah teknik sadap yang kemudian diikuti dengan
teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC), dan
teknik catat.
Penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan.
Si peneliti untuk mendapatkan data pertama-tama dengan segenap kecerdikan
dan kemauannya harus menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa
orang. Kegiatan menyadap itu dapat dipandang sebagai teknik dasarnya dan
dapat disebut teknik sadap (Sudaryanto,1993:133). Dalam penelitian ini
penyadapan penggunaan bahasa berupa video yang di dapat dari youtube.
Teknik simak bebas libat cakap (SBLC) menurut Sudaryanto (1993:134)
adalah si peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal wicara;
jadi tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling
berbicara. Selanjutnya untuk teknik catat, dilakukan pencatatan pada kartu
data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan itu dapat
dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai digunakan dan
dengan menggunakan alat tulis tertentu seperti bolpoin, kertas, netbook, head
set, flash disk, pensil, penghapus, dan penggaris. Dalam pada itu,
transkripsinya pun dapat dipilih satu dari antara yang tiga berikut bergantung
pada jenis objek sasarannya, yaitu transkripsi ortografis, fonemis, atau fonetis
(Sudaryanto, 1993: 135-136).
Setelah data dikumpulkan melalui teknik sadap, penulis kemudian
melakukan pencatatan terhadap data tersebut. Teknik catat ialah penulis
mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan
tujuan penelitian (Subroto, 1992:42). Pencatatan dilakukan dengan
melakukan transkripsi data hasil rekaman berupa video yang di dapat dari
youtube ke dalam sebuah transkrip data Preman Pawon agar mudah
dilakukan analisis. Penulis kemudian memaparkan deskripsi data dalam
bentuk teks percakapan sekaligus menjelaskan konteksnya, yaitu berupa
keterangan singkat mengenai situasi yang melatarbelakangi terdapatnya data
relevan tersebut. Dari hasil transkripsi tersebut, kemudian dilakukan
klasifikasi data.
6. Klasifikasi Data
Sebelum data dianalisis, data yang telah disediakan itu perlu
diklasifikasikan atau dikelompokkan terlebih dahulu. Hal itu dilakukan
dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat yang
selanjutnya diharapkan akan dapat mempermudah proses analisis pada
tahapan-tahapan penelitian selanjutnya (Rahardi, 2005:16). Berkenaan
dengan klasifikasi data, (Subroto, 1992:46) menyatakan bahwa klasifikasi
data dapat memberikan arah yang jelas yang bersifat menuntun tahapan demi
tahapan di dalam pelaksanaan penelitian, serta dapat memberikan isyarat-
isyarat tahapan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan
itu dikerjakan. Oleh karena itu, klasifikasi data menurut asas-asas tertentu
dipandang memiliki kepentingan yang cukup strategis di dalam suatu
penelitian.
Di dalam penelitian ini, penulis meneliti tuturan yang mengandung
subtindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara Preman Pawon
dan pemarkah lingual yang terdapat dalam subtindak tutur ekspresif tersebut,
subtindak tutur ekspresif yang paling dominan dalam program acara Preman
Pawon dan mengapa subtindak tutur ekspresif tersebut dominan, serta faktor
yang melatarbelakangi subtindak tutur ekspresif dalam program acara
Preman Pawon. Dengan demikian, klasifikasi data terhadap data penelitian
ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tuturan-tuturan yang
mengandung tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam program acara
Preman Pawon ke dalam masing-masing jenis subtindak tutur ekspresif.
7. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan tahap yang paling penting dan sentral di
dalam penelitian linguistik. Subroto (1992:55) mengungkapkan bahwa
menganalisis merupakan kegiatan mengurai suatu satuan lingual yang
didasarkan atas petunjuk dari kerangka pikiran (teori), atau didasarkan atas
pengujian atas segi-segi tertentu dari suatu satuan lingual yang diteliti.
Dalam penelitian ini data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan metode padan. Metode padan ialah metode yang dipakai untuk
mengkaji atau menentukan satuan lingual dengan memakai alat penentunya
yang berada diluar bahasa, terlepas dari bahasa dan tidak menjadi bagian dari
bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Menurut Subroto (1992: 55-
60), metode padan berdasarkan alat penentunya dapat dibagi menjadi lima
yaitu sebagai berikut.
1. Metode padan dengan alat penentunya referensial dengan kenyataan yang
ditunjuk bahasa (benda, barang, objek, tindakan, peristiwa, perbuatan,
derajat, sifat, kualitas, dan lain-lain) dan benar-benar diluar bahasa terlepas
dan tidak menjadi bagian dari bahasa.
2. Metode padan dengan penentunya alat ucap (fonetis artikulatiris)
3. Metode padan dengan penentunya bahasa lain (translasional)
4. Metode padan dengan penentunya alat tulisan (ortografis)
5. Metode padan dengan penentunya lawan bicara (pragmatis)
Penggunaan metode padan pada penelitian ini adalah metode padan
pragmatik dengan alat penentunya adalah penutur dan mitra tutur. Metode
padan ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang
mengacu pada bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif pada
program acara Preman pawon.
Metode analisis kontekstual adalah cara analisis data dengan
mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks
yang ada (Rahardi, 2005: 16). Konteks adalah semua latar belakang
pengetahuan yang dapat dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Dalam
penganalisisan data penelitian tindak tutur ekspresif program acara Preman
pawon ini, peneliti menyertakan konteks-konteks situasi yang melatari
terjadinya tindak tutur ekspresif tersebut.
Dalam metode padan ini digunakan teknik pilah unsur penentu (PUP)
yang menggunakan alat berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki
oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993:21). Teknik PUP daya pilah pragmatis pada
penelitian ini digunakan untuk menentukan subtindak tutur ekspresif, dan
pemarkah lingual yang digunakan, sedangkan pendekatan kontekstual
digunakan untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi adanya tindak tutur
ekspresif. Contoh penerapan dari metode padan dengan pendekatan kontekstual
sebagai berikut.
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara Bowo Landa dengan Pak
Sholehan selaku manager Njah Djambon. Bowo Landa bertanya kepada Pak
Sholehan mengenai sejak kapan adanya bangunan yang saat ini dijadikan
sebagai restoran Njah Djambon.
(8) Bowo Landa : Nah, Pak ini tempatnya ini udah berapa lama sih Pak?
Sholehan : Ini sudah...kalau bangunanya sudah lama sekali ini, sudah
dari turun temurun.
Bowo Landa : Wua... (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling ruangan)
Sholehan : Cuma kalau restorannya baru dua tahun ini. (ND/01-08-
15/7)
Bowo Landa : ‘Nah, Pak ini tempatnya ini sudah berapa lama sih Pak?’
Sholehan : Ini sudah...kalau bangunanya sudah lama sekali ini, sudah
dari turun temurun.
Bowo Landa : ‘Wah...’ (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling ruangan)
Sholehan : ‘Hanya kalau restorannya baru dua tahun ini.’
Pada kutipan (8) data di atas terdapat subtindak tutur ekspresif
yang ditunjukkan pada tuturan Wua... ‘Wah...’ (sambil melihat-lihat
kondisi sekeliling ruangan). Tuturan Wua... ‘Wah...’ memiliki arti sama
dengan kata ‘Wah’. Ing wêwêngkon Jawa sisih wétan (Jawa Timur) ana
swara rangkep kang awujud diftong kang kêrêp muncul ing sawijining
tembung. Pamuncule diftong iku ngêmu karêp kanggo mbangêraké
surasane tembung (Sasangka, 2013: 9).
Secara kronologis tuturan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut. Bowo Landa bertanya kepada Pak Sholehan selaku manager Njah
Djambon mengenai sudah berapa lama tempat yang dijadikan sebuah
restoran Njah Djambon. Pak Sholehan menjawab bahwa bangunan yang
dijadikan restoran itu sudah lama sekali berdirinya, sudah dari turun
temurun, akan tetapi kalau restoran Njah Djambonnya sendiri baru berdiri
sekitar dua tahun. Pemarkah lingual dari subtindak tutur ekspresif memuji
tersebut yakni Wua... ‘Wah...’ (sambil melihat-lihat kondisi sekeliling
ruangan) yang dituturkan oleh Bowo Landa. Subtindak tutur ekspresif
memuji pada tuturan tersebut dilatarbelakangi oleh rasa kagum Bowo
Landa ketika mengetahui bangunan yang dijadikan tempat restoran Njah
Djambon sudah ada sejak turun temurun.
8. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah data selesai dianalisis, maka hasilnya akan penulis sajikan secara
formal dan informal. Penyajian hasil analisis secara formal adalah perumusan
dengan tanda dan lambang-lambang. Tanda dan lambang yang dimaksud
diantaranya: tanda (+), tanda panah (), tanda kurung biasa (()), tanda kurung
kurawal ({}), tanda kurung siku ([]), adapun lambang yang dimaksud
diantaranya: lambang huruf sebagai isngkatan nama (S, P, O, K, TTE),
lambang sigma Ʃ untuk satuan kalimat, dan berbagai diagram (Sudaryanto,
1993:145).
Sementara itu, penyajian data secara informal adalah merumuskan hasil
analisis data dengan kata-kata biasa yang sangat teknis sifatnya (Sudaryanto,
1993:145). Dengan demikian penyajian secara informal dalam penelitian ini
penulis lakukan dengan cara merumuskan hasil analisis data dengan
menggunakan kata-kata biasa yang sangat teknis sifatnya.
G. Sistematika Penyajian
Sistematika merupakan cara penyajian suatu hal yang mengacu pada
aturan yang sistematis. Sistematika diperlukan untuk memberikan gambaran
mengenai langkah-langkah penelitian. Sistematika penelitian dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Bab pertama yaitu pendahuluan yang mencakup: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori, metode
penelitian, dan sistematika penyajian.
Bab kedua yaitu analisis data yang berisi analisis terhadap data yang
telah tersedia. Berdasakan analisis tersebut, peneliti dapat memperoleh hasil untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan pada bab pertama.
Bab ketiga yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kemudian
dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran.