Upload
dangnga
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, berbagai usaha telah
dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan antara lain
penyempurnaan kurikulum, latihan kerja guru, penyediaan sarana, pengadaan alat
bantu pengajaran, pemantapan proses belajar mengajar, mengefektifkan dan
mengefisienkan proses belajar mengajar dengan penggunaan metode belajar mengajar
yang tepat.
Prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat penguasaan guru
terhadap materi pelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh pemilihan dan penggunaan
strategi mengajar. Oleh sebab itu dalam mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu
diperlukan strategi mengajar yang tepat, sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan
dan kondisi siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (1989),
bahwa mengajar pada hakekatnya adalah proses yakni proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan
dan mendorong siswa melakukan proses belajar.
Selain itu, motivasi siswa untuk belajar adalah faktor yang tidak dapat
diabaikan. Dalam mengikuti pelajaran, tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan sungguh-sungguh, ada siswa yang hanya duduk tanpa merasa membutuhkan
atau tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, kemudian setelah kembali
1
2
ke rumahnya siswa tidak ada niat untuk mempelajari kembali materi pelajaran yang
telah dipelajari di sekolah. Sebagai akibatnya siswa yang bersangkutan tidak
mendapat nilai yang memuaskan.
Sejalan dengan itu, seorang guru dituntut harus mampu memilih dan
menggunakan strategi mengajar yang tepat sehingga dapat memotivasi untuk lebih
aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar serta lebih giat belajar di rumah. Beberapa
cara yang dapat memotivasi siswa untuk lebih giat mengikuti pelajaran serta giat
belajar dirumah adalah pemberian tes awal pada setiap kegiatan belajar mengajar (Pre
Test), pemberian tes akhir pada setiap kegiatan belajar mengajar (Post Test) maupun
gabungannya (Pre dan Post Test).
Pada umumnya siswa yang mengetahui bahwa pada pertemuan berikutnya
akan diadakan tes, maka siswa akan berusaha untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar serta giat belajar di rumah. Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis
termotivasi untuk meneliti perbedaan hasil belajar Matematika siswa antara yang
diajar melalui Pre Test, Post Test, serta Pre dan Post Test setiap kegiatan belajar
mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
3
1. Seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test setiap kegiatan
belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten
Takalar?
2. Seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar melalui Post Test pada setiap
kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan
Kabupaten Takalar?
3. Seberapa besar hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre dan Post Test Pada
setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong
Selatan Kabupaten Takalar?
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test, Post
Test serta Pre dan Post Test pada setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa
kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar?
C. Tujuan Penelitian
Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan menjawab semua pertanyaan yang
telah dirumuskan diatas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre Test setiap
kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan
Kabupaten Takalar.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar melalui Post Test setiap
pertemuan kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3
Galesong Selatan Kabupaten Takalar.
4
3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar melalui Pre dan Post Test
setiap kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong
Selatan Kabupaten Takalar.
4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar
melalui Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test setiap kegiatan belajar
mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten
Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi para guru matematika
untuk memilih salah satu dari ketiga perlakuan ini untuk diterapkan dalam proses
belajar mengajar.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain di masa yang akan
datang dalam meneliti hal-hal yang berkaitan dengan ketiga strategi belajar
mengajar ini.
3. Agar siswa senantiasa berlatih menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru
dengan maksud agar mereka dapat meningkatkan hasil belajar matematikanya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan ketrampilan,
kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang
disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan
dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku.
Seperti dikemukakan oleh Slameto (1995) bahwa: Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interkasi dengan lingkungannya.
Selanjutnya Haling (2004) mengemukakan bahwa: Belajar merupakan suatu
proses psikologis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan
dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan yang
bersifat permanen. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru segera
nampak dalam perilaku yang nyata.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
5
6
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, ketrampilan, kecakapan,
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
2. Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan
harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa.
Oleh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti
membutuhkan rumusan yang dapat meliput seluruh kegiatan dan tindakan dalam
perbuatan mengajar itu sendiri.
Terdapat aneka ragam rumusan pengertian tentang mengajar. Setiap rumusan
mempunyai kaitan arti dalam praktek pelaksanaannya. Rumusan itu sendiri
bergantung pada pandangan perumusannya. Seseorang berpandangan bahwa
mengajar hanya sekedar menyampaikan pelajaran, tentu akan merumuskan pengertian
yang sederhana. Rumusan yang dibuat tentang mengajar adalah “upaya
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa.”
Bila pengertian sederhana itu diterima, maka pelaksanaan atau praktek
pengajaran berlangsung sederhana pula. Yakni, disatu pihak guru menyampaikan
bahan pelajaran, sedangkan di lain pihak siswa menerima pelajaran yang diberikan.
Proses penyampian biasanya berlangsung secara inposisi, yakni guru menuangkan
sejumlah informasi atau bahan pelajaran kepada siswa yang akan diisi dengan
7
pengetahuan. Jadi kegiatan di kelas banyak didominasi oleh guru, aktivitas siswa
lebih banyak mendengar atau menerima.
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan.
Bila diterima pengertian ini, sasaran akhir dari proses pengajaran adalah siswa
belajar. Oleh karena itu upaya apapun dapat dilakukan, asalkan upaya itu disengaja
dengan penuh rasa tanggung jawab mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan.
Tujuan itu dicapai melalui proses pengajaran sedangkan kemungkinan terjadinya
proses belajar itu sendiri amat beraneka ragam. Bisa terjadi guru tampil di depan
kelas untuk mengajar langsung dapat pula menggunakan perangkat pengajaran.
Rumusan pengertian di atas sejalan dengan pandangan Willam H Burton (Ali,
1987) yang menyatakan bahwa: Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang,
bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Bertitik tolak dari pengertian di atas, Burton (Ali, 1987) memandang bahwa
bahan pelajaran hanya sebagai perangsang saja. Sedangkan arah yang akan dituju
oleh proses belajar adalah tujuan pengajaran yang diketahui siswa. Dengan strategi
mengajar tetentu proses belajar dapat terbimbing secara lebih baik. Dengan
memberikan tugas atau latihan, siswa diberikan kesempatan untuk melakukan
sesuatu. Ini adalah dorongan untuk terjadinya proses belajar lebih jauh lagi.
8
Semua upaya bagaimana dirumuskan oleh Burton bila dikaji secara cermat,
pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam memberi kemungkinan bagi siswa
agar terjadi proses belajar.
Gagne dan Briggs (Ali, 1987) dalam hal ini juga melihat pentingnya proses
belajar siswa secara aktif dalam pengajaran. Jadi, yang penting dalam mengajar
bukan upaya guru dalam menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat
mempelajari bahan sesuai dengan tujuan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa aktivitas yang menonjol
dalam pengajaran ada pada siswa. Namun demikian bukanlah berarti peran guru
tersisihkan, melainkan diubah. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi
Tetapi bertindak sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses
belajar.
3. Hakikat Matematika
Elea Tinggih (Suherman, 2001) matematika adalah ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh
tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas
dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil
observasi atau ekeperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil
pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, Ruseffendi
dalam (Suherman, 2001).
9
Pendapat lain oleh James (Suherman, 2001) mengemukakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnyadengan
jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam bidang, yaitu aljabar, anlaisis dan
geometri.
Johnson dan Rising (Suherman, 2001) mengemukakan bahwa matematika
adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan
akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Reys, dkk (Suherman, 2001) mengatakan bahwa Matematika adalah telaah
tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, dan suatu bahasa.
sedangkan Kline (Suherman, 2001) Mengatakan bahwa matematika itu bukanlah
pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
Dengan uraian-uraian di atas mudah-mudahan cakrawala pengertian kita
tentang Matematika makin bertambah luas, tidak terlalu sempit dengan hanya
memandang saja. Akan tetapi walaupun diberikan dengan panjang lebar secara
tertulis atau secara lisan penjelasannya, tidak akan memberi jawaban secara utuh
yang dapat dipahami secara menyeluruh tentang apa matematika itu. Ibarat enaknya
masakan, meskipun diceritakan dengan bahasa yang bagaimanapun indahnya, tanpa
10
mencobanya tak akan terasa enak. Tapi meskipun demikian mudah-mudahan sedikit
banyak dapat menambah luasnya cakrawala pengetahuan kita. Benar sekali seperti
diucapkan oleh Courant dan Robbin (Suherman, 2001) bahwa untuk dapat
mengetahui apakah matematika sebenarnya, seseorang harus mempelajari, mengkaji,
dan mengerjakannya. Termasuk pengkajian sejauh timbulnya Matematika dan
perkembangannya.
4. Pre dan Post Test
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya. Sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang
dari lingkungan.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan
pembelajaran mencakup tiga hal: Pre Test, Proses, dan Post Test. Pada kesempatan
ini akan dibahas Pre Tes dan Post Tes.
4.1. Pre Test (Tes Awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan Pre Test.
Pre Test ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajaki proses pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Oleh karena itu Pre Test memegang peranan yang cukup penting
11
dalam proses pembelajaran. Fungsi Pre Test ini antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a. Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan Pre Test
maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab.
b. Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan
hasil Pre Test dengan Post Test.
c. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai
bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
d. Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-
tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu
mendapat penekanan dan perhatian khusus.
Untuk mencapai fungsi yang ketiga dan keempat maka hasil Pre Test harus
segera diperiksa, sebelum pelaksanaan proses pembelajaran inti dilaksanakan.
Pemeriksaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat jangan sampai mengganggu
suasana belajar dan mengalihkan perhatian peserta didik.
4.2. Post Tes (Tes Akhir)
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan Post Test. Sama
halnya dengan Pre Test, Post Test juga memiliki banyak kegunaan terutama dalam
melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi Post Test antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut:
12
a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang
telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui
dengan membandingkan antara hasil Pre Tes dan Post Tes.
b. Untuk mengetahui kompetensi dengan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh
peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya.
Sehubungan dengan kompetensi dan tujuan yang belum dikuasai ini, apabila
sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali.
c. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, kegiatan
pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul
(kesulitan belajar).
d. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen
modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan baik terhadap
perencanaan maupun pelaksanaan evaluasi.
5. Pokok Bahasan Barisan Bilangan dan Deret
5.1. Barisan Bilangan
a. Pengertian Barisan Bilangan.
Jika bilangan-bilangan diurutkan dengan aturan tertentu, maka akan diperoleh
suatu barisan bilangan. Tiap-tiap bilangan yang terdapat pada barisan bilangan
disebut suku dari barisan itu. Jika aturan suatu barisan telah diketahui, maka suku
berikutnya dari barisan tersebut dapat ditentukan.
13
b. Suku ke-n Suatu Barisan Bilangan
Jika kita ingin mengetahui suku ke-100 dari suatu barisan bilangan, tentunya
kurang praktis jika kita harus menulis suku demi suku sampai yang ke-100. untuk itu
pada bahasan ini akan dipelajari cara menentukan suku keberapapun yang selanjutnya
disebut dengan suku ke-n dengan n sembarang bilangan asli.
Suku ke-n dari suatu barisan bilangan dapat ditulis Un dengan demikian, suku
ke-1 dapat ditulis U1 , dan suku ke-100 ditulis U100 .
Barisan dengan aturan ditambah bilangan yang sama.
Contoh:
3, 6, 9, 12, ……
U1 = 3 = 3 x 1, U2 = 6 = 3 x 2, U3 = 9 = 3 x 3
Jadi, suku ke-n = Un = 3 x n = 3n.
Barisan dengan aturan dikali atau dipangkatkan
Untuk menentukan suku ke-n pada barisan seperti ini, maka harus ditentukan
hubungan antara masing-masing suku dengan bentuk bilangan berpangkat.
Contoh:
2, 4, 8, 16, ……..
U1 = 2 = 21,
U2 = 4 = 22
U3 = 8 = 2 3
Bilangan pokok selalu 2, dan pangkat sesuai dengan urutan suku, maka : Un = 2n.
14
Menggunakan rumus suku ke-n
Jika rumus suku ke-n dari suatu barisan bilangan telah diketahui, maka dapat
ditentukan barisan bilangan tersebut dengan menggunakan rumus suku ke-n yang
telah ditentukan.
5.2. Deret Aritmetika
a. Pengertian Deret Aritmetika, Suku dan Beda
Dari suatu barisan bilangan, jika suku-suku dari barisan bilangan itu
dijumlahkan, maka penjumlahan berturut-turut dari suku-suku barisan itu disebut
deret.
Pada barisan bilangan, tiap-tiap bilangan yang terdapat pada barisan bilangan
disebut suku. Hal ini juga berlaku untuk deret, yaitu setiap bilangan pada suatu deret
disebut suku.
Pada deret 1 + 5 + 9 + 13 + 17 + …..maka :
Suku ke-1 = 1, ditulis U1 = 1
Suku ke-2 = 5, ditulis U2 =5 dan seterusnya.
Pada suatu deret, jika hasil dari U2 - U1, U3 – U2, U4– U3, selalu tetap atau
selalu sama, maka deret tersebut disebut deret aritmetika atau deret hitung. Bilangan
yang selalu tetap itu disebut beda.
b. Rumus Suku ke-n Deret Aritmetika
Un = U1 + (n – 1) b, dengan Keterangan :
Un = suku ke-n n = banyak suku
U1 = suku pertama b = beda
15
c. Rumus Jumlah n Suku Pertama
Rumus jumlah n suku pertama untuk deret aritmetika adalah:
Sn = 2
1n (U1 + Un) atau Sn =
2
1n (2U1 + (n +1)b)
5.3. Deret Geometri
Suatu deret yang memiliki rasio (Perbandingan) yang tetap atau hasil dari:
1
2
U
U,
2
3
U
U,
3
4
U
U,
1n
n
U
Uselalu tetap disebut deret geometri atau deret ukur.
a. Rumus suku ke-n untuk Deret Geometri adalah:
Un = U1 . rn-1
b. Rumus jumlah n suku pertama untuk Deret Geometri:
Sn = 1
)1(1
r
rU n
, r >1 atau Sn = r
rU n
1
)1(1 , r <1
5.4. Menggunakan Sifat-sifat Deret
Sifat-sifat deret aritmetika dan deret geometri dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu diingatkembali
tentang sifat-sifat pada deret arimetika maupun deret geometri.
a. Sifat-sifat Deret Aritmetika
Untuk suku pertama = U1, suku terakhir = Un, beda = b, banyak suku = n dan
jumlah n suku pertama = Sn, maka :
Rumus suku ke-n Deret Aritmetika adalah:
Un = U1 + (n – 1)b
16
Rumus jumlah n suku pertama Deret Aritmetika adalah:
Sn = 2
1n (U1 + Un) atau Sn =
2
1n [2U1 + (n – 1)b]
b. Sifat-sifat Deret Geometri
Untuk suku pertama = U1, suku terakhir = Un, rasio = r, banyak suku = n dan
jumlah n suku pertama = Sn, maka :
Rumus suku ke-n Deret Geometri:
Un = U1 . rn-1
Rumus jumlah n suku pertama Deret Geometri:
Sn = 1
)1(1
r
rU n
atau Sn = r
rU n
1
)1(1
B. Kerangka Berpikir
Untuk menciptakan suatu kondisi atau keadaan yang dapat mengarahkan
siswa untuk lebih aktif belajar, peranan seorang guru sangat menentukan. Bagaimana
guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan dorongan
agar siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Dengan penelusuran tiga metode pengajaran untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa diharapkan dapat diketahui metode yang paling baik untuk memecahkan
masalah yang dikemukakan di atas.
17
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut:
“Ada perbedaan antara hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan
pemberian pre tes dengan pemberian pos tes serta pemberian Pre dan Post Tes pada
kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan
Kabupaten Takalar.”
Secara statistika, hipotesis penelitian di atas dirumuskan sebagai berikut:
H0 : µ1 = µ2 = µ3 Lawan H1 : ada µi ≠ µj , i ≠ j , i =1,2,3, j = 1,2,3
Keterangan :
µ1 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode pemberian
Pre Tes
µ2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode pemberian
Post Tes
µ3 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode pemberian
Pre and Post Tes.
Dengan kriteria:
Ho diterima jika p ≥ 0,05 (tingkat keyakinan 95 %)
Ho ditolak jika p < 0,05
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang diselidiki adalah hasil belajar matematika
siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar tahun pelajaran
2005/2006 semester II melalui pengajaran Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model “Nonequivalent Control Group”. Untuk
lebih jelasnya desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
R X1 0
R X2 0
R X3 0
Keterangan:
R = Pengacakan kelas
X1 = Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa Pre Test
X2 = Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa Post Test
X3 = Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa Pre dan Post Test
0 = Pengukuran pada kelas Eksperimen.
18
19
B. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
variabel yang diselidiki dalam penelitian ini. Batasan operasional dari variabel
tersebut diuraikan sebagai berikut :
Hasil belajar siswa adalah skor yang diperoleh siswa dengan memberikan tes
prestasi belajar setelah perlakuan berupa pemberian Pre Test, Post Test, serta Pre dan
Post Test pada setiap proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten
Takalar pada tahun ajaran 2005/2006 semester II. Pelaksanaan penelitian ini
berlangsung selama 4 minggu.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 3
Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang terdiri atas 6 Kelas dengan jumlah sekitar
190 siswa.
2. Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXA, IXB, dan
IXC dengan asumsi bahwa siswa dari ke enam kelas IX mempunyai kemampuan
Matematika yang homogen.
20
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Sebelum memulai penelitian, peneliti bersama guru bidang studi matematika
menyampaikan kegiatan penelitian tersebut kepada siswa kelas IX yang menjadi
subyek penelitian, agar mereka siap mengikuti prosedur penelitian yang
direncanakan.
1. Pertemuan I
Pada pertemuan pertama tidak ada perlakuan Pre Test, Post Test, serta Pre dan
Post Test pada siswa yang diajar.
2. Pertemuan II sampai IV
Pada siswa kelas IXA diajar melalui Pre Test pada setiap proses belajar
mengajar di kelas.
Pada siswa kelas IXB diajar melalui Post Test pada setiap proses belajar
mengajar di kelas.
Pada siswa kelas IXC diajar melalui Pre dan Post Test pada setiap proses
belajar mengajar di kelas.
Adapun materi yang diajarkan adalah kelanjutan dari materi yang telah
diajarkan oleh guru matematika mereka. Sedangkan soal yang diberikan adalah tes
yang sama dengan jumlah soal 1 item yang dapat diselesaikan oleh siswa sekitar 5
sampai 10 menit. Hal ini dimaksudkan agar tidak menyita waktu terlalu banyak.
3. Pertemuan V
Diadakan tes hasil belajar dengan materi Barisan dan Deret Bilangan.
21
Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan
pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Langsung.
Kegiatan Guru Kegiatan siswa
a. Menyampaikan tujuan Pembelajaran a. Memahami tujuan pembelajaran
b. Mendemonstrasikan keterampilan
dan menyajikan informasi tahap demi
tahap
b. Memahami dan menyalin materi tahap
demi tahap
c. Memberikan bimbingan pelatihan c. Memahami dan mencatat soal latihan
d. Mengecek pemahaman siswa dan
memberikan umpan balik
d. Menjawab pertanyaan yang akan
diberikan guru
e. Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan
e. Menanyakan hal-hal yang kurang
dimengerti
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar pada
pertemuan terakhir, baik pada kelas yang diberikan Pre Test, Post Test maupun yang
diberikan Pre dan Post Test yang dilaksanakan secara bersamaan untuk menghindari
kebocoran soal.
22
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penlitian ini dianalisis dengan dua teknik
analisis statistika, yaitu:
1. Analisis Statistika Deskriptif
Analisis statistika deskriptif yang dimaksudkan untuk menggambarkan
karakteristik hasil belajar siswa yang meliputi; nilai tertinggi, nilai terendah, nilai
rata-rata, rentang nilai, standar deviasi, varians dan tabel distribusi frekuensi. kriteria
yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika siswa kelas IX
SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar dalam penelitian ini adalah
menggunakan skala lima yang disusun oleh Suherman (1990) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Menurut Suherman (1990).
Nilai Hasil Belajar Kategori
9 – 10
7,5 – 8,9
5,5 – 7,4
4,0 – 5,4
0,0 – 3,9
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
23
2. Analisis Statistika Nonparametrik.
Analisis Statistika Nonparametrik digunakan untuk menguji perbedaan hasil
belajar siswa antara ketiga kelas yang diberi perlakuan yang berbeda. Statistik
Nonparametrik yang digunakan adalah Uji Kruskal-Wallis.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Statistika Deskriptif
Hasil analisis statistika deskriptif menunjukkan karakteristik distribusi skor
masing-masing kelas perlakuan dan sekaligus merupakan jawaban atas masalah yang
telah dirumuskan dalam penelitian ini.
a. Hasil Belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kab.
Takalar melalui Pre Test.
Hasil analisis statistika deskriptif berkaitan dengan skor variabel hasil belajar
matematika yang diajar melalui pre test pada pokok bahasan barisan dan deret
bilangan. Secara sederhana hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1, dan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.
Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong
Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre Test.
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel 36
Nilai tertinggi 9,0
Nilai Terendah 4,0
Rentang Nilai 5,0
Nilai rata-rata 6,80
Standar Deviasi 1,70
24
25
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar Matematika siswa
yang diajar melalui Pre Test adalah 6,80 dari skor total 10 yang mungkin dicapai
(Skor ideal). Jika skor hasil belajar Matematika siswa pada perlakuan ini, di
kelompokkan dalam skala lima, maka diperoleh distribusi skor pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3
Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre Tes.
Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuensi Persentase (%)
9,0 - 10 Sangat Tinggi 6 16,67
7,5 – 8,9 Tinggi 11 30,56
5,5 – 7,4 Sedang 7 19,44
4,0 – 5,4 Rendah 12 33,33
0 - 3,9 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 36 100
Jika pada Tabel 4.1 dikaitkan dengan Tabel 4.2. maka hasil belajar
Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang
diajar melalui Pre Test dikategorikan “Sedang“.
26
b. Hasil Belajar Matematika Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten
Takalar Melalui Post Test.
Nilai tes hasil belajar Matematika yang menunjukkan hasil belajar
Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar
melalui Post Test selengkapnya disajikan pada Lampiran C.
Berdasarkan Lampiran C tersebut, dari hasil analisis deskriptif diperoleh
rangkuman nilai statistik hasil belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3
Galesong Selatan Kabupaten Takalar melalui Post Test seperti di tunjukkan pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong
Selatan Kabupaten Takalar Melalui Post Tes.
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel 33
Nilai tertinggi 9,5
Nilai Terendah 4,0
Rentang Nilai 5,5
Nilai rata-rata 7,42
Standar Deviasi 1,66
Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar Matematika Siswa
yang diajar melalui Post Test adalah 7,42 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.
27
Jika skor hasil belajar Matematika siswa pada perlakuan ini di kelompokkan dalam
skala lima, maka diperoleh distribusi skor pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3
Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Post Test.
Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuensi Persentase (%)
9,0 - 10 Sangat Tinggi 8 24,24
7,5 - 8,9 Tinggi 9 27,28
5,5 - 7,4 Sedang 10 30,3
4,0 - 5,4 Rendah 6 18,18
0 - 3,9 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 33 100
Jika pada Tabel 4.3 dikaitkan dengan Tabel 4.4. maka hasil belajar
Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang
diajar melalui Post Test dikategorikan “ Sedang “.
c. Hasil Belajar Matematika Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten
Takalar Melalui Pre dan Post Test.
Hasil analisis statistika deskriptif berkaitan dengan skor variabel hasil belajar
matematika yang diajar melalui Pre dan Post Test pada pokok bahasan barisan dan
deret bilangan. Secara sederhana hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.5, dan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.
28
Tabel 4.5. Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Galesong
Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre dan post Test.
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel 31
Nilai tertinggi 10,0
Nilai Terendah 5,0
Rentang Nilai 5,0
Nilai rata-rata 7,96
Standar Deviasi 1,44
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar Matematika siswa
yang diajar melalui Pre dan Post Test adalah 7,96 dari skor total 10 yang mungkin
dicapai (Skor ideal). Jika skor hasil belajar Matematika siswa pada perlakuan ini, di
kelompokkan dalam skala lima, maka diperoleh distribusi skor pada tabel berikut ini:
29
Tabel 4.6 Distribusi Kategori Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 3
Galesong Selatan Kabupaten Takalar Melalui Pre dan Post Test.
Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuensi Persentase (%)
9,0 - 10 Sangat Tinggi 13 41,94
7,5 - 8,9 Tinggi 9 29,03
5,5 - 7,4 Sedang 7 22,58
4,0 - 5,4 Rendah 2 6,45
0 - 3,9 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 36 100
Jika pada Tabel 4.5 dikaitkan dengan Tabel 4.6 maka hasil belajar Matematika
siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar
melalui Pre dan Post Test dikategorikan “Tinggi.”
2. Hasil Analisis Statistik Nonparametrik
Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka statistika Nonparametrik yang
digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah Uji Kruskal–Wallis. Uji ini
digunakan untuk menguji hipotesis nol Ho bahwa k contoh itu berasal dari populasi
yang identik dan Uji ini merupakan alternatif bagi uji F untuk pengujian kesamaan
beberapa nilai tengah dalam analisis ragam bila kita ingin menghindar dari asumsi
bahwa contoh diambil dari populasi normal. (generalisasi uji dua-contoh Wilcoxon
untuk k > 2 contoh).
30
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan UJi Kruskal–
Wallis Test seperti yang di sajikan pada Lampiran C diperoleh signifikansi sebesar
0,018 (nilai signifikansi). Dengan α = 0,05. Karena p = 0,018 lebih kecil dari α= 0,05,
maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan hasil
belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten
Takalar yang diajar melalui Pre Test, Post Tes serta yang diajar melalui Pre dan Post
Test.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas maka secara
deskriptif, hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan
Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test dengan rata-rata 6,80 dengan standar
deviasi 1,70 berada pada interval 5,5–7,4 (kategori sedang), sedangkan persentase
siswa yang memperoleh nilai hasil belajar matematika paling banyak berada pada
kategori rendah 33,33 %. Untuk hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri
3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar saat mengikuti pembelajaran melalui Post
Test adalah rata-rata 7,42 dengan standar deviasi 1,66 berada pada interval 5,5–7,4
(kategori sedang), sedangkan persentase siswa yang paling banyak berada pada
kategori sedang yaitu sebesar 30,3 %.
Secara dekriptif diketahui pula bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IX
SMP Negeri 3 Galesong Selatan Kabupaten Takalar saat mengikuti pembelajaran
melalui Pre dan Post Test adalah rata-rata 7,96 dengan standar deviasi 1,44 berada
31
pada interval 7,5–8,9 (kategori tinggi), sedangkan persentase siswa yang paling
banyak berada pada kategori sangat tinggi yaitu sebesar 41,94 %.
Berdasarkan hasil analisa tersebut, maka secara deskriptif terlihat adanya
perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan
Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test dengan yang mengikuti pembelajaran
dengan perlakuan Post Test maupun dengan yang mengikuti pembelajaran dengan
perlakuan Pre dan Post Test. Hasil ini diperkuat oleh hasil analisis statistik
Nonparametrik dengan menggunakan Uji Kruskal–Wallis Test. dari hasil pengujian
tersebut diketahui bahwa secara umum ada perbedaan hasil belajar matematika dari
ketiga kelompok eksperimen yang menggunakan perlakuan yang berbeda, yaitu
melalui Pre Test, Post Test serta Pre dan Post Test pada siswa kelas IX SMP Negeri 3
Galesong Selatan Kabupaten Takalar.
Lebih lanjut pada Uji Mann–Whitney Test (Lampiran C ) nampak bahwa ada
perbedaan hasil belajar Matematika antara siswa yang diajar melalui Pre Test dengan
siswa yang diajar melalui Pre dan Post Test, dengan nilai signifikansi sebesar 0,044.
sedangkan hasil belajar siswa yang diajar melalui pre test dengan hasil belajar siswa
yang diajar melalui post Test tidak terdapat perbedaan yang berarti, demikian juga
hasil belajar matematika siswa yang diajar melalui Post Test dengan hasil belajar
siswa yang diajar melalui Pre dan Post Tes tidak terdapat perbedaan yang berarti.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan
Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test berada pada kategori “Sedang”
dengan rata-rata 6,80 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.
2. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan
Kabupaten Takalar yang diajar melalui Post Test berada pada kategori “Sedang”
dengan rata-rata 7,42 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.
3. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Galesong Selatan
Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre dan Post Test berada pada kategori
“Tinggi” dengan rata-rata 7,96 dari skor total 10 yang mungkin dicapai.
4. Ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa kelas IX SMP Negeri 3
Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang diajar melalui Pre Test dengan siswa
yang diajar melalui Post Test maupun yang diajar melalui Pre dan Post Test.
32
33
B. Saran
Sebagai implikasi dari kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat disarankan:
1. Pemberian Pre dan Post Test sebaiknya sesering mungkin dilakukan karena dapat
memotivasi siswa untuk belajar lebih giat terhadap materi pelajaran dan soal-soal
yang diberikan kepadanya.
2. Kepada para peneliti dibidang pendidikan, agar mengadakan penelitian lebih
lanjut dengan metode ini pada pokok bahasan lain dalam matematika, sebagai
salah satu upaya peningkatan mutu proses pembelajaran matematika.
3. Agar dapat dijadikan referensi Guru Matematika dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan Matematika.
34
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad.2000. Dasar-dasar Statistika. Makassar:Badab Penerbit Universitas
Negeri Makassar
Ali, Muhammad. 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Haling, A.2004. Belajar Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNM
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP
Malang
Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang : IKIP Malang.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Purwanto, Ngalim. 1990. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana, N.1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru
Suherman, E.1990. Petunjuk Praktek Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Matematika
untuk Guru dan Calon Guru Matematika. Bandung: Wijaya Kusuma
Walpole, Ronald E.1997. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama