Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Islam di Indonesia tidak terlepas dari peran pedagang
muslim, semenjak kedatangan pertama kali di bumi Nusantara1. Para pedagang
muslim berasal dari kawasan Gujarat, Arab dan Persia serta mendirikan sebuah
pemukiman yang berada di daerah pesisir pantai. Para ahli memperkirakan bahwa
pedagang dari Arab pertama kali masuk ke daerah Pasai pada abad ke -13, hal ini
berdasarkan catatan penjelajah dari Italia bernama Marcopolo yang singgah pada
tahun 692 H/1292 M, ia mengatakan bahwa Islam telah banyak diajarkan dan
disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari jazirah Arab. Begitu pula dengan
penjelajah dari tanah Arab yang bernama Ibnu Battuta yang ketika itu singgah di
Aceh pada tahun 746 H/1435 M. Ia menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar sebuah
Madzhab Syafi’i yang sampai sekarang dianut oleh Indonesia.
Islam datang dengan dakwah mereka yang sangat menonjol, persuasif,
penuh kedamaian, serta dapat beradaptasi dengan kebudayaan masyarakat
1 Sejarah masuknya Islam di Indonesia disebarkan melalui tiga metode yaitu
oleh para pedagang muslim yang melakukan kunjungan dagang, para dai’i atau
pendakwah dari jazirah Arab, maupun orang suci (kepercayaan orang Hadramaut).
Lihat Azyumardi Azra, 1989, Perspektif Islam di Asia Tenggara, YOI : Jakarta.
2
setempat2. Inilah yang menjadi keunggulan Islam dalam menyebarkan ajarannya di
Nusantara, lambat laun para penduduk yang berada di pesisir pantai mulai masuk
Islam yang disebarkan oleh para pedagang muslim. Selain berdagang, mereka
mendirikan perkampungan Arab hingga menikahi para putri pribumi, pernikahan
menjadi media islamisasi yang paling efektif dalam penyebaran agama Islam di
Nusantara khususnya tanah Jawa. Para pedagang diduga merupakan penjelajah
yang berasal dari Tanah Arab untuk menemukan tempat baru dalam kegiatan
berdagang sekaligus menyebarkan ajaran agama Islam. Mayoritas para pendatang
berasal dari kawasan Hadramaut atau dikenal dari Yaman Selatan. Beberapa teori
yang mendukung pernyataan ini diantaranya adalah teori yang dikemukakan oleh
Crawfurd (1820), ia berpendapat bahwa Islam datang langsung dari Arab, ia juga
menyebutkan tentang adanya orang-orang Mohammaden (Pemeluk Ajaran Rasul
Muhammad), selain itu mereka adalah pemeluk Madzhab Syafi’i yang taat.
Pendapat ini juga didukung oleh Niemann (1861) dan Hollander (1861) yang
menyebut bahwa meraka adalah orang Hadramaut dan bukanlah orang Mesir.
Menurut Van den Berg, beberapa diantaranya adalah mereka yang datang dari
Maskat, di tepian Teluk Persia, Hijaz, Mesir atau dari pantai Timur Afrika3.
Pemukiman pertama didirikan di daerah Pasai pada abad ke – 13, hingga
menyebar ke daerah lain di kawasan Nusantara. Memasuki tahun 1870, pulau Jawa
2 Menurut G.E von Grunebaum, Islam dipandang sebagai suatu budaya atau
peradaban. Lihat Herman Leonard Beck, dkk, 1993, Studi Belanda Kontemporer
tentang Islam, INIS : Jakarta, halaman : 87. 3 Van den Berg, 1989. Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. INIS :
Jakarta, halaman : 1
3
memiliki enam pemukiman besar Arab yang tersebar di enam kota besar seperti
Batavia (Jakarta), Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya4.
Keturunan Hadramaut yang datang pertama kali di Indonesia yaitu kaum
Sayyid5serta kaum Syaikh. Kaum Sayyid banyak berasimilasi dengan dengan
penduduk asli terutama keluarga kerajaan setempat, hingga menyebabkan garis
keturunan mereka sudah mulai tidak dikenali lagi. Memasuki abad ke 18, para
pendatang mulai membatasi pernikahan dengan penduduk asli dan sudah datang
dengan marga masing-masing. Sedangkan kaum syaikh melebur bersama
masyarakat pribumi.
Surabaya dikenal sebagai kota pelabuhan, dimana banyak saudagar muslim
menetap di kawasan utara Surabaya. Komunitas Arab di kota Surabaya menetap di
suatu kawasan bernama Kampung Ampel. Pendirian kampung Ampel tidak terlepas
dari salah satu tokoh bernama Sunan Ampel. Sunan Ampel adalah tokoh yang
sangat dikeramatkan oleh orang-orang Ampel keturunan Arab. Dalam kepercayaan
orang-orang Hadramaut, orang-orang yang dikeramatkan adalah figur penting
dalam penyebaran ajaran agama Islam. Mereka adalah orang-orang yang memiliki
kontribusi penting dalam mengembangkan komunitasnya, terutama dalam kasus ini
adalah komunitas Islam yang memberikan sebuah pembelajaran mengenai
4 Nurus Sholihah, 2009. Tradisi Haul Habibi Ali Al-Habsyi Masyarakat
Muslim Muhibbin di Pasar Kliwon Surakarta Tahun 1980 – 2006. Tidak
Diterbitkan. Surakarta : Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret,
halaman : 18 5 Ibid halaman : 61
4
spiritualisme, the way of life, maupun berbagai ajaran-ajaran penting lainnya6.
Sehingga, sampai sekarang Sunan Ampel merupakan figur penting dalam
membangun kawasan pemukiman Ampel hingga saat ini. Tahun 1420, Raden
Rahmat menjadikan Ampel sebagai pusat penyebaran Islam di Surabaya dan Jawa
Timur atas legitimasi Majapahit, ujar Amminudin, ahli sejarah Universitas Negeri
Surabaya7.
Sunan Ampel merupakan salah satu pendiri kampung Ampel yang sampai
saat ini memberikan pengaruh siginifikan terhadap perkembangan syiar Islam di
Tanah Jawa. Beliau merupakan anak dari pamannya yang bernama Maulana Malik
Ibrahim atau Sunan Gresik. Sunan Ampel merupakan salah satu mubaligh yang
gencar dalam melakukan proses islamisasi di tanah Jawa dengan mendirikan
pondok pesantren untuk para penduduk di Ampel, Surabaya8. Pembuatan pondok
bertujuan untuk mencetak seorang da’i yang ahli dan terdidik dalam menyebarkan
ajaran agama Islam di berbagai tempat. Pondok tersebut kemudian dinamakan
sebagai pondok pesantren ‘Ampel Denta’ yang berada tidak jauh dari kawasan
kompleks masjid agung Sunan Ampel. Beberapa lulusan terkenal diantaranya
6 K. Mandal, Sumit 2012. Popular Sites of Prayer, Transoceanic Migration,
and Cultural Diversity, Exploring the significane of Keramat in Southeast Asia.
Southeast Asia Journal Collection. Cambridge University Press : United Kingdom,
halaman : 2. 7 Kampung Ampel : Tidak Ada Orang Arab Disini
(http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/13/kampung-ampel-%E2%80%9Ctidak-
ada-orang-arab-di-sini%E2%80%9C-486503.html Diakses Tanggal 3 Maret. 2015) 8 Pondok pesantren Ampel Denta adalah salah satu pondok pesantren tertua
di tanah Jawa yang memberikan akses pendidikan bagi penduduk pribumi untuk
ikut dalam mendalami ilmu pasti maupun ilmu keagamaan.
5
adalah Muhammad Ainul Yaqin (Sunan Giri) serta Raden Fatah yang kemudian
menjadi raja pertama dari kerajaan Islam Demak9.
Selain mendirikan pondok pesantren, beliau juga mendirikan salah satu
bangunan bernama Masjid Agung Sunan Ampel. Masjid dibangun pada tahun 1421
M dan berdiri di tanah pemberian Prabu Brawijaya V atau Brhe Kertabumi yang
mendukung itikad baik dari Sunan Ampel atau Raden Rahmat untuk menyebarkan
agama Islam. Pada awalnya bangunan ini merupakan sebuah langgar yang
berukuran 15 m x 16 m bernama Musholla Abdurrahman10. Masjid akhirnya selesai
dibangun dengan disangga oleh 16 tiang dari kayu jati yang berukuran 46,8 m x
44,2 m atau 2,068 m2. Beberapa bagian dari masjid dipengaruhi oleh berbagai gaya
arsitektur yang cukup menarik seperti misalnya konstruksi bata gaya kolonial yang
mulai masuk pada abad ke 16. Batu bata asli yang dulunya dibangun selama masa
pembangunan awal masjid kini diganti dengan batu marmer yang berwarna biru
kehitam-hitaman11.
Pembangunan Masjid Ampel memberikan dampak positif terhadap
perkembangan dinamika masyarakat Ampel secara umum. Kampung Ampel
dikenal sebagai pusat syiar keagamaan, politik, maupun ekonomi. Memasuki masa
setelah kemerdekaan, Ampel berubah menjadi kawasan wisata religi yang cukup
menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Keberadaan masjid
9 Muhammad Hasan Al-Adyrus, 1996, Penyebaran Islam di Asia Tenggara
: Asyraf Hadramaut dan Peranannya, Lentera : Jakarta, halaman : 70 10 Ramli Nawawi, 2000, Masjid Ampel: Sejarah, Fungsi, dan Peranannya,
UIN Sunan Kalijaga Press : Yogyakarta, halaman : 14 11 Ibid halaman : 15
6
Ampel dirasakan masyarakat sebagai aset wisata budaya yang terkenal hingga
sampai ke mancanegara dikarenakan memiliki karakteristik arsitektur yang khas
berupa campuran arsitektur Jawa, Belanda, Timur Tengah, hingga Jepang. Bahkan
beberapa waktu lalu pernah datang orang-orang yang berasal dari Malaysia, Brunei
Darussalam, dan Italia yang mengadakan riset mengenai Masjid Ampel dan
sekitarnya.
Keberadaan kompleks Masjid Sunan Ampel memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap perkembangan masyarakat Arab di Ampel, terutama kaum
santri. Mereka adalah golongan yang dikatakan oleh Geertz dalam memberikan
sebuah gagasan penting mengenai tiga kelompok besar dalam masyarakat Jawa.
Masyarakat Jawa terbelah menjadi tiga bagian besar yaitu Santri, Priyayi dan
Abangan sehingga mereka nantinya juga akan membentuk subkultur masing12.
Mereka berusaha menegakkan syariat Islam yang bebas dari ritual mistis maupun
kejawen, jadi syariat Islam sangat ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari anggota
masyarakat komunitas arab Ampel13.
Kehidupan masyarakat komunitas Arab Ampel juga tidak bisa lepas dari
bentuk keragaman budaya yang berasal dari Timur Tengah kemudian dipadukan
dengan kebudayaan lokal setempat. Beberapa bentuk kesenian seperti seni gambus,
tradisi Haul Sunan Ampel, maupun berbagai kesenian lainnya turut andil dalam
12 Lihat Pembagian subkultur masyarakat Islam Jawa dalam : Clifford
Geertz, 1970, The Religion of Java, The Free Pers : New York. 13 Lihat Abdul Munir Mulkham, 2003, Moral Politik Santri : Agama dan
Pembebasan Kaum Tertindas, Erlangga : Jakarta.
7
mengembangkan dinamika kehidupan masyarakat Ampel14. Beberapa tokoh
terkenal yang berasal dari kampung Ampel diantaranya : Syekh Albar seniman
gambus legendaris, Achmad Albar vokalis God Bless, grup band yang aktif
menyuarakan suara kebebasan maupun kritik sosial pada era orde baru, hingga A.R
Baswedan salah satu tokoh pergerakan Nasional dan pendiri Partai Arab Indonesia
(PAI)15. Boulding menyebut bahwa agama yang memberikan inspirasi terhadap
perubahan dan transformasi sosial sebagai salah satu solusi dalam mewujudkan
masyarakat madani16. Tahun 1955, Ampel menjadi tempat pergumulan dua
kekuatan politik antara Islam (Masyumi) dan Komunisme (PKI).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatarbelakangi pemukiman Arab di Kampung Ampel ?
2. Bagaimana dinamika sosial budaya masyarakat Arab selama tahun 1955 –
1998 terhadap dinamika kampung Ampel ?
3. Bagaimana pengaruh dinamika masyarakat Arab tahun 1955 - 1998
terhadap masyarakat kampung Ampel ?
14 Dimensi keagamaan nampak pada berbagai aspek kehidupan manusia,
termasuk kegiatan-kegiatan seni. Manifestasi kesenian yang dihasilkan bergantung
kepada susunan kehidupan itu sendiri. Lihat Abdurrachman Wahid, 1981, Islam di
Tengah Pergumulan, Leppenas : Jakarta, halaman : 22. 15 IAV atau Indo Arabische Verbond sepenuhnya didukung oleh gerakan
progresif pemuda Arab baik dari golongan Alawi maupun Non Alawi. Lihat Hamid
Al-Gadri, 1994, Dutch Policy Against Islam & Indonesians of Arab Descent in
Indonesia. LP3ES : Jakarta. 16 Dawam Rahardjo, 2002, Islam dan Transformasi Budaya, PT Dana
Bhakti Prima Jaya : Yogyakarta, halaman : 249.
8
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui latar belakang pemukiman Arab di kampung Ampel Surabaya.
2. Mengetahui dinamika sosial budaya masyarakat Arab selama kurun waktu
1955 – 1998.
3. Mengetahui pengaruh masyarakat Arab terhadap perkembangan sosial
budaya ekonomi masyarakat Ampel.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi kajian
mengenai sejarah sosial budaya maupun perkembangan suatu komunitas
masyarakat, selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan
mengenai kebudayaan maupun pluralisme antar suku bangsa.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dimaksudkan agar memberikan informasi maupun
pengetahuan penting mengenai sejarah ‘Komunitas Keturunan Arab’ di
Kampung Ampel Surabaya beserta pengaruhnya terhadap kehidupan sosial
masyarakat sekitar. Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan bagi para peneliti
yang menaruh minat terhadap kajian studi sejarah sosial budaya dan masyarakat
terutama mengenai komunitas Arab di Nusantara.
9
E. Kajian Pustaka
Buku-buku yang menjadi bahan acuan dalam penelitian diantaranya adalah
buku berjudul Moral Politik Santri : Agama dan Pembebasan Kaum Tertindas
karangan Abdul Munir Mulkham, tahun 2003. Buku ini menjelaskan mengenai
konflik kepentingan yang kapan saja terjadi mewarnai perjalanan suatu komunitas
dalam masyarakat Islam, sebut saja organisasi keagamaan NU dan Muhammadiyah.
Walaupun mereka sama-sama beraliran Sunni, namun kedua belah pihak seringkali
tidak bisa menerima alasan untuk bisa di TBC-kan (Tahayul, Bid’ah, dan Khurafat).
Buku berjudul Ensiklopedia Dunia Islam Modern karangan John L.
Esposito, tahun 2000. Buku ini menjelaskan bagaimana etnisitas tertanam dalam
sistem makna sosial, satu unsur dari identitas sosial sebagian lainnya melihat
etnisitas dan sektarianisme, pada prinsipnya sebagai produk keadaan politik dan
ekonomi global. Sehingga berujung pada keberlanjutan kekhasan sosial yang lebih
baru.
Buku berjudul Perspektif Islam di Asia Tenggara karangan Azyumardi
Azra, tahun 1989. Buku ini mengkaji mengenai bagaimana Islam masuk ke Asia
Tenggara pada abad ke – 18 terutama di Indonesia, beberapa sumber-sumber
sejarah mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh pedagang Arab
atau lebih tepatnya Hadramaut, pendapat ini dikemukakan oleh Crawfud (1820),
Keyzer (1859), Niemann (1861), de Hollarder (1861) dan Veth. Crawfurd
berpendapat bahwa Islam langsung datang dari Arab, meskipun ia menyebut
tentang adanya orang-orang Mohammaden (sebutan untuk orang-orang penganut
10
ajaran agama Islam). Muslim Hadramaut adalah penganut madzhab Syafi’i seperti
hal nya Nusantara. Niemann dan Hollander mempunyai pandangan yang berbeda
bahwa mereka hanya menyebut Hadramaut, bukan orang Mesir. Veth sendiri juga
mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang Arab, bukan dari tempat lain.
Pandangan yang terakhir adalah dari Buya Hamka, menurut beliau dalam makalah
yang dipresentasikan pada seminar sejarah tahun 1962, ia berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia langsung dari Arab, bukan melalui India, dan bukan pula dalam
abad ke 11, melainkan pada abad pertama 1 H atau 7 M.
Buku berjudul Dekonstruksi Tradisi Gelegar Pemikiran Arab Islam
karangan Issa j. Boullata, tahun 2001. Buku ini menjelaskan dan mengkaji
mengenai bagaimana para intelektual Arab memahami dan menundukkan diri
mereka di hadapan modernitas global. Di dalam buku ini juga diperlihatkan
bagaimana ‘Islam’, ‘Arab’, dan identitas-identitas lainnya dirumuskan cita-cita
masa depan yang dipancangkan. Ketegangan berlangsung antara kesetian pada
‘tradisi’ dan harapan serta keyakinan pada ‘progesi’ atau kemajuan.
Buku berjudul Masyarakat Religius karangan Nurcholis Madjid, tahun
1997. Buku ini menjelaskan mengenai konsep masyarakat dalam tuntunan Islam.
Agama merupakan sistem keyakinan yang menyediakan konsep tentang hakikat
dan makan hidup itu tetapi ia tidak terdapat pada segi-segi formalitas atau bantuk
lahiriah keagamaan yang berada dibaliknnya. Masyarakat komunitas Arab Ampel
merupakan salah satu contoh masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
keyakinan ajaran Islam yang murni serta mengedepankan toleransi antar umat
beragama, di samping itu integrasi mereka antara etnis lain juga berperan penting
11
dalam menjaga keutuhan dan mencegah adanya disintegrasi akibat konflik-konflik
yang bersifat horizontal.
Buku berjudul Sosiologi Islam karangan Ilyas ba Yunus, tahun 1985. Buku
ini menjelaskan mengenai pandangan para sosiolog mengenai penduduk umat Islam
yang dijadikan model bagi masyarakat yang memiliki tingkat toleransi yang sangat
tinggi. Islam secara umum merupakan sebuah pandangan hidup, jalan hidup atau
the way of life bagi masing-masing individu untuk memilih jalannya masing-
masing. Masyarakat Islam menolak adanya primordialisme yang sempit walaupun
kadangkala memiliki kecenderungan mengarah pada ekstrimisme. Sikap-sikap
seperti ini harus dihilangkan dengan adanya pembangunan spiritual dan material
untuk menahan gempuran spiritualisme yang bersifat ekstrim. Penduduk komunitas
Arab sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan kebersamaan, masyarakat
etnis Arab membaur dengan masyarakat antaretnis dalam keragaman penduduk
kampung Ampel.
Buku berjudul Budaya dan Masyarakat karangan Dr. Kuntowijoyo, tahun
1987. Buku ini menjelaskan mengenai kedudukan Masjid dan Pasar sebagai akar
ketegangan budaya di masa pembangunan. Masjid dan pasar adalah dua simbol
yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat modern, masjid
merupakan simbol dari agama serta sumber majelis ilmu sedangkan pasar mewakili
kepentingan ekonomi yan masing-masing dapat merubah tatanan sosial masyarakat
dan bahkan mengubah tatanan dunia.
12
Buku berjudul Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan,
Perbincangan mengenai Islam, Masyarakat Madani dan Etos Kewirausahaan
karangan Bachtiar Effendy, 2001. Buku ini berisi kajian mengenai karakteristik
masyarakat madani dan pluralisme antar umat beragama. Agama diposisikan
sebagai suatu wajah yang memiliki dua muka atau janus face. Di satu sisi agama
bersifat eksklusif, partikularis, dan primordial. Sedangkan agama juga kaya akan
identitas yang bersifat inclusive, universalist, dan transcending. Masyarakat
komunitas Arab Ampel memposisikan dirinya sebagai masyarakat yang pluralis,
inklusif, dan dapat berbaur dengan masyarakat etnis lain. Etos kerja mereka juga
sangat tinggi sehingga sampai sekarang mereka dikenal sebagai pengusaha sukses
yang menerapkan pola kerja cerdas dan kerja ikhlas, semuanya hanya untuk meraih
ridho sang Ilahi semata. Berbagai keinginan inilah yang membentuk sebuah tatanan
masyarakat madani yang menjadi impian bagi seluruh kalangan umat Islam yang
ada di seluruh dunia
Buku berjudul Moral Politik Santri : Agama dan Pembebasan Kaum
Tertindas karangan Abdul Munir Mulkham, 2003. Buku ini menjelaskan mengenai
konflik kepentingan yang kapan saja terjadi mewarnai perjalanan suatu komunitas
dalam masyarakat Islam, sebut saja organisasi keagamaan NU dan Muhammadiyah.
Walaupun mereka sama-sama beraliran Sunni, namun kedua belah pihak seringkali
tidak bisa menerima alasan untuk bisa di TBC-kan (Tahayul, Bid’ah, dan Khurafat).
Tidak menutup kemungkinan kalau di kawasan kampung Ampel terdapat berbagai
aliran pemikiran dan politik yang berbeda-beda.
13
Buku berjudul The Religion of Java karangan Clifford Geertz, 1970. Buku
ini menjadi pedoman bagi para peneliti yang tertarik dengan fenomena keagamaan
di tanah Jawa. Geertz memberikan sebuah gagasan bahwa masyarakat Jawa
terbelah menjadi tiga garis besar yaitu santri, priyayi, dan abangan, hingga
embentuk sub kultur masing-masing. Ricklefs sendiri menambahkan bahwa apa
yang dikemukakan Geertz hampir sama dengan pandangannya, hanya saja ia
mengkategorikannya bersifat dilematis berupa : priyayi-abangan-kolot modern dan
priyayi-santri-modern (Six Centuries of Islamization in Java).
Buku berjudul Social Systems karangan Talcot Parsons, tahun 1991. Parsons
menjelaskan bahwa kebudayaan memiliki sebuah peran penting dalam
melegitimasi tatanan sosial dan dengan kemudian memungkinkan adanya sebuah
eksistensi kebudayaan yang terpisah namun tetap terintegrasi dengan struktur
sosial. Kebudayaan memiliki peran sentral dalam memastikan keseimbangan dan
homeostatis internal suatu sistem secara keseluruhan. Sistem budaya yang ada pada
komunitas Arab Ampel maupun masyarakat Ampel secara keseluruhan sama-sama
mempunyai peran penting di dalam menjaga tatanan sosial masyarakat dan
menghindari konflik horizontal maupun disintegrasi sosial yang mengancam
rusaknya keseimbangan maupun kesatuan yang sudah dilakukan oleh berbagai etnis
yang ada.
14
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitan sejarah yang terdiri dari 4
langkah yaitu : heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.
1. Heuristik
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan metode
heuristik, metode ini bertujuan untuk menyediakan sumber-sumber data yang
sifatnya masih acak untuk diproses dan dipilah untuk mendukung tulisan dari
penelitian ini. Dalam langkah ini, data yang diperoleh menggunakan tekik
pengumpulan data berupa : studi pustaka (buku referensi), studi dokumen, hingga
wawancara yang sifatnya lisan.
a. Studi dokumen
Studi dokumen merupakan cara untuk mempelajari dokumen-
dokumen pendukung yang berhasil dikumpulkan dan disortir untuk
mendukung dasar-dasar dari penelitian ini. Ketersedian dokumen seringkali
dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga seringkali hanya mencakup hal-hal
yang sifatnya khusus. Studi dokumen mempunyai arti metodologis yang
sangat penting, sebab selain bahan dokumen, sejumlah fakta-fakta dan
sejarah, bahan ini juga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan apa,
kapan, siapa, dimana, mengapa, dan bagaimana17.
17 Sartono Kartodirdjo, 1982, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi
Indonesia :Suatu Alternatif, Jakarta, Gramedia Pustaka, Halaman : 97.
15
Dokumen-dokumen penting yang dijadikan acuan dan referensi
untuk penelitian ini diantaranya adalah : Peta Wilayah Kampung Ampel
Surabaya, Foto Koleksi KITLV : De Ampel Moskee aan het elende van een
winkelstraat in de arabische wijk van Soerabaja jaar 1870 – 1900, Foto
Koleksi KITLV : De oude gemeentemark (pasar) Pabean te Soerabaja,
Java, Foto Koleksi KITLV : Markt Pabean te Soerabaja jaar 1928, koleksi
foto klub Asy-Syabaab, arsip Tim Koordinasi Warga Ampel, dan lain-lain.
(Lihat Daftar Arsip atau Sumber dalam Lampiran)
b. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah data yang bersifat sekunder, sehingga untuk
melengkapi data primer yang telah diperoleh maka studi pustaka sangat
dianjurkan dalam memperkaya data pendukung untuk suatu penelitian.
Adapun buku-buku yang digunakan dalam penulisan ini adalah buku-buku
yang berasal dari Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Perpustaakan Daerah Provinsi Jawa Timur, Perpustakaan Islam Kartopuran
Surakarta, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Rekso
Poestaka Mangkunegaran, Perpustaakan Program Studi Ilmu Sejarah
Universitas Sebelas Maret Surakarta, maupun koleksi buku-buku pribadi.
Selain buku-buku, penulis juga menggunakan sumber-sumber yang bersifat
elektronik berupa e-journal maupun e-book yang diakses dari sumber
kredibel dan dapat dipercaya.
16
c. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh kedua
belah pihak antara pewawancara (interviewer) dengan yang diwawancarai
(interviewee). Metode pengumpulan data dengan teknik ini dilakukan
dengan melakukan observasi langsung ke dalam masyarakat dengan
melakukan sosialisasi terhadap masyarakat secara langsung. Wawancara
bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari narasumber.
narasumber diwawancarai untuk penelitan ini diantaranya adalah : Drs.
Muhammad Khotib, Umar Askari, Achmad Affandi, Raden Moehario,
Muhammad Attuwy, Ramadhani Bahalwan, Rintoko B. Basuki,
Mukhofifah (Lihat Daftar Informan dalam Lampiran).
2. Kritik Sumber
Langkah kedua adalah melakukan kritik sumber, baik kritik internal
maupun kritik eksternal. Kritik internal berguna untuk menentukan kredibilitas
data. Suatu data dianggap kredibel (dapat diterima dengan kenyataan) apabila
unsur-unsurnya paling dekat dengan peristiwa yang sesungguhnya terjadi pada
waktu lampau dan sekarang, semakin jauh penyelidikannya maka semakin baik
sumber-sumber yang akan didapatkan. Kemudian kritik ekstenal merupakan cara
yang digunakan untuk melihat data dari keadaan fisik sumber yang digunakan untuk
sumber penelitian.
17
3. Interpretasi
Langkah ketiga adalah dengan melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan
keterangan yang saling berhubungan secara kronologis untuk dikritisi dengan fakta
sejarah yang ada. Fakta sebenarnya adalah merupakan produk dari prooes mental
(sejarawan) atau memorisasi, fakta juga hakikatnya bersifat subjekif yang memut
unsur dari subjek18. Beberapa fakta-fakta dan data pendukung yang sudah ada
dikumpulkan dan selanjutnya ditafsirkan secara historis dan kronologis. Ketepatan
analisa sangat diperlukan dalam bobot suatu penelitian, agar penelitian yang
dilakukan sejalan dengan apa yang telah dirumuskan.
Teknik analisa yang digunakan adalah teknik deskriptif kualititatif, teknik
ini digunakan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-konstektual melalui
pengumpulan data & latar alami dengan memanfaatkan penelitian sebagai
instrumen kunci19. Teknik yang menggunakan penelitian ini cenderung bersifat
deskriptif, naratif, serta kreatif dalam mendukung penulisannya. Hal ini dilakukan
agar penelitian yang ditulis tidak terlihat membosankan atau terlalu baku.
4. Historiografi
Langkah paling terakhir dari penelitian sejarah adalah historiografi, atau
suatu penulisan sejarah yang dihasilkan dari data-data yang sudah dikumpulkan
18 Sartono Kartodirdjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah, Gramedia Pustaka : Jakarta. Halaman : 17 19 Ardial, Bahdin Nur Tanjung. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Proposal, Skripsi, Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah.
Kencana Prenadamedia : Jakarta. Halaman : 2
18
berdasarkan fakta-fakta yang telah dipilih. Data-data yang telah dipilih akan
memberikan argumen yang kuat dan harmonis sehingga isi penulisannya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini dijelaskan mengenai beberapa permasalahan
yang dituangkan dalam berbagai bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut :
Bab I berjudul ‘Pendahuluan’ meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan
masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penelitian, Studi Pustaka, serta Metode
Penelitian yang terdiri dari : 1. Metode, 2. Teknik Pengumpulan Data, 3. Analisa
Data, dan 4. Sistematika Penulisan
Bab II berjudul ‘Sejarah Berdirinya Masyarakat Arab Ampel’ meliputi :
Awal Mula Berdirinya Pemukiman Arab di Nusantara serta Perkembangan
Pemukiman Arab di Surabaya.
Bab III berjudul ‘Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Arab Ampel tahun
1955 – 1998’ meliputi : Sistem Sosial Masyarakat Arab Ampel, serta Dinamika
Sosial Budaya Masyarakat Arab Kampung Ampel tahun 1955 – 1998.
Bab IV berjudul ‘Pengaruh Eksistensi Masyarakat Arab Ampel terhadap
Kehidupan Sosial Budaya Ekonomi Kampung Ampel’ meliputi : Perkembangan
19
Ideologi Komunisme tahun 1955 – 1966, Tradisi-Modernisasi, dan Perkembangan
Kampung Ampel sebagai Kawasan Wisata Religi.
Bab V Penutup, berisi simpulan.