Upload
phamthuy
View
218
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peranan
yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan
perkembangan bangsa itu sendiri. Pendidikan tidak lagi hanya dilihat dari dimensi
rutinitas, melainkan harus diberi makna mendalam dan bernilai bagi perbaikan
kinerja pendidikan sebagai salah satu instrumen utama pengembangan
sumberdaya manusia dengan multi kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada
hasil belajar mencakup ujian, tugas-tugas dan pengamatan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, memerlukan guru dan
peserta didik, karena merupakan satu unsur dalam melaksanakan proses belajar
mengajar yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Selain itu sekolah
sebagai salah satu unsur dalam dunia pendidikan saat ini sedang menjadi
perhatian dari berbagai pihak, karena pendidikan sangat diperlukan oleh
masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat kompleks. Pendidikan saat
ini terus berbenah diri menemukan cara yang terbaik untuk mencapai hasil yang
sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Ada dua pendekatan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah yaitu
pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan pendekatan yang menekankan
proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran yang baik dapat memberikan
hasil belajar yang baik, sebaliknya suatu hasil belajar yang baik harus diimbangi
dengan proses pembelajaran yang baik juga. Pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas merupakan salah satu tugas utama guru dalam membimbing peserta didik.
Kegiatan pembelajaran yang baik harus terjadi interaksi dua arah antara guru
dengan peserta didik. Guru dalam menyampaikan materi harus mendapatkan
respon yang baik dari peserta didik. Peserta didik harus memperhatikan
penjelasan, bertanya apabila ada materi yang kurang jelas, serta aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk
1
2
mencapai tujuan pembelajaran tidak lepas dengan penggunaan metode
pembelajaran yang digunakan. Ketepatan guru dalam menggunakan metode
pembelajaran sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran,
mencapai tujuan pembelajaran, serta berdampak pada peningkatan hasil belajar
peserta didik.
Berdasarkan wawancara pratindakan dengan guru Geografi kelas XI IPS
Ibu Dra. Puji Wijayanti di SMA Negeri 5 Surakarta pada bulan Desember 2014
diperoleh informasi bahwa pembelajaran Geografi yang dilakukan guru
didominasi penggunaan metode pembelajaran ceramah disertai bantuan slide
powerpoint. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemberian kesempatan peserta
didik untuk bersikap aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga apabila
dilakukan secara terus menerus menyebabkan kejenuhan peserta didik dalam
memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.
Berdasarkan nilai peserta didik pada semester gasal yang diperoleh dari
dokumen daftar nilai guru Geografi kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta tahun
pelajaran 2013 / 2014 menunjukkan bahwa nilai rata – rata ulangan harian
Geografi semester ganjil kelas XI IPS 1 sebesar 75,74, kelas XI IPS 2 sebesar
75,71, kelas XI IPS 3 sebesar 74,89, kelas XI IPS 4 sebesar 74,79, kelas XI IPS 5
sebesar 77,11. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata – rata
hasil belajar peserta didik setiap kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta pada tahun
pelajaran 2013 / 2014 dengan metode pembelajaran yang telah dilakukan oleh
guru menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik sudah mencapai nilai kriteria
ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditetapkan yaitu 72. Meskipun sudah
mencapai nilai KKM akan tetapi ditemukan permasalahan berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran, antara lain belum bervariasinya penggunaan metode
mengajar serta dalam kegiatan pembelajaran masih sering ditemui adanya
kecenderungan meminimalkan keterlibatan peserta didik. Dominasi guru dalam
proses pembelajaran mengakibatkan kecenderungan peserta didik lebih bersifat
pasif, sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap yang mereka butuhkan.
3
Belum optimalnya aktifitas peserta didik dalam kelas, kondisi kelas kurang
kondusif menjadi suatu permasalahan dalam proses kegiatan pembelajaran.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu metode
pembelajaran yang mampu memperbaiki kegiatan pembelajaran yang nantinya
mampu mengoptimalkan kembali hasil belajar peserta didik, bagaimana caranya
guru menyampaikan materi agar peserta didik merasa senang dan mudah paham
terhadap materi yang dipelajari, serta aktifitas peserta didik lebih optimal dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar Geografi akan meningkat
apabila ada pembaharuan dalam pembelajaran terutama penggunaan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Prinsip umum penggunaan metode pembelajaran adalah bahwa tidak
semua metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan
pembelajaran. Hal demikian disebabkan karena setiap metode pembelajaran
memiliki kekhasan masing – masing. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
sering digunakan adalah pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning ).
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kelompok kecil supaya peserta didik
dapat bekerjasama dalam kelompok untuk mempelajari isi kandungan pelajaran
dari berbagai kemahiran.
Metode pembelajaran NHT ( Numbered Heads Together ) dan STAD
( Student Team Achievement Division ) merupakan dua jenis metode di antara
sekian banyak metode dalam cooperative learning. Metode pembelajaran NHT
dan STAD diduga cocok untuk materi dengan konsep penalaran, analisis, serta
pemahaman materi dalam kehidupan sehari – hari. Menurut Karyadi, Widodo,
Joko., & Muhsin (2012:5),“Pada sistem pembelajaran NHT memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan temannya akan lebih
meningkat kemampuannya dalam memahami materi“. Dengan demikian,
penggunaan metode pembelajaran NHT dan STAD diduga cocok pada materi
kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya
dengan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan karakteristik masing-masing
metode pembelajaran tersebut. Dengan melakukan diskusi, peserta didik dapat
bertukar pikiran dan saling membantu dalam kelompoknya apabila ditemukan
4
permasalahan. Dengan metode ini semua peserta didik memiliki kesempatan yang
sama untuk menyumbangkan yang terbaik untuk tim kelompoknya, bertanggung
jawab terhadap hasil diskusi kelompoknya sehingga semua anggota kelompok
dituntut untuk benar – benar memahami materi yang dipelajari. Metode
pembelajaran NHT dan STAD menuntut peserta didik untuk diskusi dengan
sungguh – sungguh, bertanggung jawab terhadap hasil diskusi kelompoknya, serta
tidak mengandalkan pada peserta didik yang pandai karena mereka juga akan
menghadapi kuis secara individu setelah selesai pembelajaran. Penggunaan
metode pembelajaran dalam suasana kerjasama baik kerjasama tim maupun
tanggung jawab individu pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan ini
diharapkan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan berdampak positif
terhadap hasil belajar Geografi peserta didik yang lebih optimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran NHT dan STAD
Terhadap Hasil Belajar Geografi Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2013 / 2014”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Proses kegiatan pembelajaran masih terfokus pada guru (teacher centre),
metode pembelajaran yang digunakan didominasi penggunaan metode ceramah
disertai bantuan slide powerpoint sehingga kurang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bersikap aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Kurangnya variasi metode pembelajaran mengakibatkan mata pelajaran
Geografi di SMA Negeri 5 Surakarta kurang mendapat respon yang baik oleh
sebagian peserta didik. Peserta didik cenderung belajar serta bersikap pasif di
dalam kelas sebagai akibat kegiatan pembelajaran yang berlangsung satu arah
antara guru dengan peserta didik, sehingga suasana kerjasama kelompok tidak
ditemui seperti dalam metode pembelajaran NHT dan STAD.
5
C. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan permasalahan – permasalahan dapat lebih
mendalam dan tidak terlalu luas cakupannya, maka masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada efektivitas metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT),
Student Team Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar Geografi pada
kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA
Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode
pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement
Division ( STAD ), dan ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014 ?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode
pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode pembelajaran
Student Team Achievement Division ( STAD ) pada kompetensi dasar
“Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 ?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode
pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode pembelajaran
ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan
hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik
kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 ?
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode
pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) dengan metode
6
pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan”
peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran
2013/2014 ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan
metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team
Achievement Division ( STAD ), dan ceramah pada kompetensi dasar
“Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan
metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode
pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) pada kompetensi
dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan
metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode
pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan”
peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran
2013/2014.
4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan
metode pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) dengan
metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
7
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan Geografi
khususnya teori tentang metode pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) dan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
yang mampu mempengaruhi hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar
mendiskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi peserta didik :
Mendapat kemudahan dalam memahami materi pelajaran dalam suasana
baru untuk meningkatkan hasil belajar Geografi dalam proses kegiatan
pembelajaran.
b. Manfaat bagi guru :
Memberikan masukan kepada guru tentang metode pembelajaran yang tepat
dan inovatif khususnya penggunaan metode pembelajaran Numbered Heads
Together ( NHT) dan metode pembelajaran Student Team Achievement
Division ( STAD ) pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
c. Manfaat bagi sekolah :
Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka
perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
d. Manfaat bagi peneliti :
Menerapkan ilmu yang telah diterima di bangku kuliah khususnya yang
berkaitan dengan pendidikan Geografi serta mendapatkan pengalaman
8
langsung dalam penerapan metode pembelajaran Numbered Heads Together
( NHT ), Student Team Achievement Division ( STAD ), dan metode ceramah
pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup
dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas
XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013 / 2014.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Model Pembelajaran
Menurut Trimo (2006:3), ”Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Sedangkan Wahab (2009:52) berpendapat, ”Model mengajar adalah merupakan
sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh
pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku
peserta didik seperti yang diharapkan”.
Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan sebuah kerangka konseptual yang digunakan dalam perencanaan
pembelajaran oleh guru untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
Dalam mengajarkan suatu materi pelajaran hendaknya guru harus memilih
model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Isjoni (2010 :16 ) mengemukakan bahwa
cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik, digunakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan guru
pada saat kegiatan pembelajaran. Untuk mendefinisikan pengertian
pembelajaran kooperatif. Sugiyanto (2009:37) berpendapat, “Model
pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar“. Slavin (2009:4) juga
berpendapat, “ Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok – kelompok kecil untuk
saling membantu sama lainnya dalam membelajari materi pelajaran “. Solihatin
9
10
(2008:4) berpendapat, “ Cooperative learning merupakan suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih diana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
setiap anggota kelompok itu sendiri. Isjoni (2010:15) juga berpendapat,
” Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar
dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah
dalam belajar”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang lebih mengutamakan kerjasama peserta
didik dalam kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
terkait dengan materi pelajaran.
Keberhasilan dalam model cooperatif learning bukan semata – mata
ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan hasil
belajar akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama – sama dalam
kelompok – kelompok belajar yang terstruktur dengan baik. Slavin (2009:10)
mengemukakan bahwa “Tiga konsep penting bagi cooperative learning antara
lain : penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses
yang sama”.
Dengan demikian, peserta didik akan merasa terdorong dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran,
karena peserta didik dapat bekerja sama dengan peserta didik lain dalam
menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap masalah materi
pelajaran yang dihadapi. Peserta didik akan bekerjasama secara maksimal.
Kerjasama disini adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu
dalam menguasai bahan materi. Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan
tinggi harus membantu teman sekelompoknya yang memiliki kemampuan
rendah karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Dengan
demikian setiap anggota kelompok harus memiliki rasa tanggung jawab
11
terhadap kelompoknya. Apabila kelompok mengalami kesulitan dalam
pemecahan masalah, peranan guru dalam membimbing sangat diperlukan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nengah D.N., Wayan L., & Nyoman D
(2013:5), menyatakan bahwa adanya kegiatan belajar peserta didik secara
berkelompok akan sukses secara akademis dibandingkan bekerja sendiri karena
kerja kelompok mendorong peserta didik untuk saling membantu satu sama
lain untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian guru hendaknya
menggunakan beberapa pembelajaran kooperatif agar peserta didik mampu
terdorong untuk menyelesaikan permasalahan bersama sehingga hasil belajar
mereka dapat meningkat.
Menurut Iqbal Javel, Kousar, Rahman (2011:256) menyatakan tujuan
pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
Collaborative learning prepares students to work collaboratively and
creates new ideas for students It was also revealed that collaborative
learning provided user friendly environment and promotes positive
interdependence among student and teacher. It encouraged group
discussion and developed team work skills. It was also found that it
provided feedback on assessment work and knowledge. Collaborative
learning is easy in group work and createed decision making ability
about the task assigned.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif memiliki tujuan untuk memersiapkan peserta didik bekerja sama
dalam menciptakan ide – ide baru, memberikan saling ketergantungan positif
antara peserta didik dengan guru, memberikan umpan balik pada hasil
pekerjaan dan pengetahuan, serta memberikan kemudahan kelompok dalam
pengambilan keputusan tentang tugas yang diberikan oleh guru.
Menurut Slavin (2009:11) beberapa metode pembelajaran kooperatif
diantaranya : Student Team Achievement Division ( STAD ), Team Games
Tournament ( TGT ), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and
Composition ( CIRC ), dan Team Accelerated Instruction ( TAI ). Masing –
masing metode tersebut melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab
individual, dan kesempatan sukses yang sama tetapi dengan cara yang berbeda.
12
Sedangkan menurut Suprijono (2009:89), terdapat metode – metode
pembelajaran kooperatif yaitu : (1) Jigsaw, (2) Thing-pair-share, (3) Numbered
Heads Together, (4) Group Investigasi, (5) Two Stay two stray, (6) Make a
match,(7) Listening team, (8) Inside-Outside circle, (9) Bamboo Dancing,(10)
Point-Counter-Paint,(11) The Power of two
Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen menggunakan dua
pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran NHT dan STAD.
Sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah.
a. Metode Numbered Head Together (NHT)
Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan
oleh Spencer Kagan tahun 1992 (dalam Anita Lie 2007:59). Lie (2007:59),
mengemukakan Numbered Heads Together ( NHT ) memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide – ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Sedangkan Ane,
Lestariyani, Kumala & Widiastuti (2012:94), berpendapat “Cooperative
learning, Numbered Heads Together (NHT) type is learning type which is
conducted for influencing the interaction between students and for
increasing student achievement”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran NHT merupakan metode pembelajaran dengan memberikan
kesempatan peserta didik untuk berinteraksi antara guru dengan peserta
didik lain, bertanggung jawab terhadap hasil kelompoknya sehingga
mampu mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Metode NHT ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan
ide, mempertimbangkan jawaban dengan tepat, serta mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Menurut Karyadi, Widodo, Joko., & Muhsin (2012:5), “Pada sistem
pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan temannya akan lebih meningkat kemampuannya dalam
memahami materi “. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
13
dapat melatih peserta didik untuk memiliki sikap bertanggung jawab,
bekerjasama dengan temannya, berpendapat, serta mengambil sebuah
keputusan sehinggga akan dapat mempermudah peserta didik dalam
memahami materi yang disajikan oleh guru. Pemahaman materi yang
meningkat juga akan berdampak pada hasil belajar mereka.
Menurut Lie (2007:60) terdapat 4 langkah pembelajaran kooperatif tipe
NHT antara lain :
(1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok
mendapat nomor. (2) Guru memberikan tugas dan masing – masing
kelompok mengerjakannya. (3) .Kelompok memutuskan jawaban yang
dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota keompok
mengetahui jawaban ini. (4). Guru memanggil salah satu nomor. Siswa
dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
Agar pembelajaran NHT dapat berjalan sesuai prosedurnya, Suprijono
(2009) menyatakan:
Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together
diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok –
kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan
jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu
kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok, maka tiap
kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap orang diberi nomor 1-8.
Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan
yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Berikan kesempatan
kepada tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together “
berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang
memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok. Mereka diberi
kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterima dari
guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor
yang sama dari masing – masing kelompok mendapat giliran
memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban –
jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam,
sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu
sebagai pengetahuan yang utuh (hlm.92).
14
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
langkah – langkah dalam pembelajaran NHT, antara lain :
1) Pembentukan kelompok dan penomoran ( numbering )
Dalam tahap ini guru membagi kelas dalam kelompok. Pembagian
kelompok dibuat secara heterogen ditinjau dari jenis kelamin,
kemampuan belajar. Pemberian nomor juga ditentukan berdasarkan
nomor urut anggota pada masing – masing kelompok. Dalam setiap
kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik.
2) Pemberian tugas
Dalam tahap ini guru memberikan tugas kepada setiap kelompok. Tugas
yang diberikan merupakan diskusi analisis kaitannya pada kompetensi
yang hendak dicapai. Tugas yang diberikan guru pada umumnya dapat
diberikan setelah guru memberikan materi secara sekilas.
3) Melakukan diskusi
Dalam tahap ini guru membagikan tugas kepada masing – masing
kelompok. Setiap peserta didik dalam kelompok berdiskusi dengan
sesama anggota kelompoknya untuk menyelesaikan pemecahan masalah
sesuai dengan materi yang diberikan. Diskusi kelompok hendaknya
setiap peserta didik harus bersikap aktif, artinya pendapat masing –
masing anggota kelompok nantinya dapat diuraikan dalam jawaban
kelompoknya serta menyatukan pendapat mereka. Guru dapat
membimbing masing – masing kelompok apabila setiap kelompok ada
yang belum paham terhadap materi yang disampaikan.
4) Konfirmasi Jawaban
Dalam tahap ini guru secara acak memanggil salah satu nomor. Peserta
didik dengan nomor yang dipanggil oleh guru mempresentasikan hasil
jawaban diskusi kelompok mereka. Apabila selesai mempresentasikan
guru dapat menghidupkan suasana kelas untuk berdiskusi serta
memberikan penguatan terhadap materi pelajaran setelah pelajaran
berakhir.
15
Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode NHT, setiap
individu selain bertanggung jawab terhadap kelompoknya mereka juga akan
bertanggung jawab terhadap hasil diskusi kelompoknya secara individu.
Guru secara acak akan memanggil salah satu peserta didik dalam kelompok
tersebut. Sehingga setiap peserta didik harus siap dan mengetahui jawaban
hasil kelompoknya untuk dipertanggung jawabkan di depan kelas ketika
guru memanggil salah satu peserta didik dalam mewakili kelompoknya.
Metode NHT diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab peserta
didik, memperdalam pemahaman materi serta mampu meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
b. Metode Student Team Achievement Division (STAD)
Slavin (2005:143) berpendapat, “ STAD merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model
yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif”. Menurut Sugiyanto (2009:44) para
guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik
baru kepada siswa setiap minggu baik penyajian verbal maupun tertulis.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran STAD merupakan salah satu metode dalam pembelajaran
kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi
dengan kelompoknya bertujuan untuk mendapatkan informasi materi baru
kemudian dicari solusi permasalahan tersebut.
Pada pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa macam komponen
utama, Slavin (2009:143) berpendapat, “STAD memiliki lima komponen
utama, yaitu: (1) presentasi kelas; (2) tim; (3) kuis; (4) skor kemajuan
individual; (5) rekognisi tim”.
Menurut Sugiyanto ( 2009 : 44 ) langkah metode STAD antara lain :
(1) para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau
tim, masing – masing terdiri atas 4-5 anggota kelompok. Tiap tim
memiliki anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun
kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).(2) Tiap anggota tim
16
menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu
untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar
sesama anggota tim.(3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau
tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan
mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.(4) Tiap siswa
dan tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada
siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau
memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa langkah – langkah
dalam metode pembelajaran STAD antara lain sebagai berikut :
1) Apersepsi pelajaran
Dalam tahap ini guru menyampaikan pengenalan metode STAD kepada
peserta didik. Selain itu guru juga menyampaikan materi pelajaran
secara sekilas. Dalam penyampaian materi guru dapat menggunakan
media pembelajaran audiovisual untuk mempermudah guru dalam
menyajikan materi di depan kelas.
2) Pembentukan tim dan pemberian tugas kelompok
Tim terdiri dari 4-5 peserta didik anggota yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal prestasi akademik maupun jenis kelamin. Fungsi
utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar –
benar belajar, dan khususnya lagi bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari
materi, dan berbagai soal analisis berkaitan dengan materi pelajaran
yang diberikan oleh guru.
3). Melakukan kuis individual maupun kelompok
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode pengelompokan tim, peserta
didik akan mengerjaka kuis individual maupun kuis kelompok. Peserta
didik tidak diperkenankan untuk saling membantu dalam mengerjakan
kuis. Sehingga tiap individu bertanggung jawab untuk memahami
materinya.
17
4). Skor kemajuan individual
Tujuan utama adanya skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada tiap peserta didik tujuan dan kinerja yang akan
dapat tercapai apabila mereka lebih giat dan memberikan kinerja yang
lebih baik daripada sebelumnya. Tiap individu dapat memberikan
kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Tiap peserta didik
diberikan skor awal yang diperoleh dari rata – rata kinerja peserta didik
sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Peserta didik
selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan
tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal
mereka.
5). Apresiasi tim
Tim akan memperoleh penghargaan dari guru apabila skor rata – rata
mereka mencapai kriteria tertentu.
Gagasan utama menerapkan metode pembelajaran STAD adalah untuk
mendorong peserta didik saling membantu sama lain. Kerjasama kelompok
sangat diperlukan dalam penguasaan materi, pemecahan masalah yang
diberikan oleh guru. Apabila peserta didik menghendaki agar kelompok
mereka memperoleh penghargaan, maka mereka harus lebih
bertanggungjawab dalam kelompoknya. Mereka harus saling membangun
kerjasama dalam kelompoknya dan meyakinkan kepada anggota
kelompoknya bahwa mereka melakukan kerjasama untuk melakukan yang
terbaik baik kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas kedua metode pembelajaraan kooperatif tipe
NHT dan STAD memiliki kesamaan yaitu sama – sama merupakan metode
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam kelompok belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
Perbedaan metode pembelajaran NHT dan STAD terletak pada langkah
pembelajarannya. Metode pembelajaran NHT memiliki ciri khusus bahwa
guru hanya menunjuk seorang peserta didik dengan nomor tertentu untuk
mewakili kelompoknya. Metode pembelajaran STAD memiliki ciri khusus
18
dengan membagi peserta didik ke dalam kelompoknya untuk belajar
bersama untuk mengerjakan permasalahan dalam diskusi kelompok maupun
mengerjakan kuis individu pada setiap akhir pertemuan. Keberhasilan tim
dalam menyelesaikan permasalahan ditentukan oleh keaktifan peserta didik
dalam kelompok tersebut.
c. Metode Ceramah
Dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran guru dalam
memberikan materi. Dalam lingkungan pendidikan modern, metode
pembelajaran ceramah menjadi perdebatan karena banyak orang yang ingin
menolak sama sekali metode tersebut dengan alasan terlalu kuno. Namun
sebagian juga masih mempertahankan metode pembelajaran ceramah
dalamm kegiatan pembelajaran dengan berdalih bahwa metode tersebut
sejak dahulu sudah digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran.
Sagala ( 2010 : 201 ) berpendapat “ Ceramah adalah sebuah bentuk
interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta
didik “. Dalam kegiatan ceramah dominasi penuturan secara lisan oleh guru
sangat berperan penting. Sejalan dengan Sagala, Anitah (2009:85) juga
berpendapat “ Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh
guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah
berbicara “.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik
secara lisan. Materi pembelajaran akan mudah disampaikan apabila guru
menyampaikan materi tersebut dengan rinci dan jelas. Dalam kegiatan
ceramah, peserta didik berperan sebagai pendengar dan teliti dalam
mencatat pokok – pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Bagi dunia
pendidikan metode pembelajaran ceramah sudah tidak asing bagi kalangan
guru. Hal ini disebabkan metode pembelajaran ceramah lebih mudah
19
digunakan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah berjalan dengan lancar
perlu adanya langkah – langkah yang harus dikuasai oleh guru.
Menurut Suradji (2008:12) jalannya pengajaran metode ceramah
sebagai berikut :
(1)Tahap persiapan. Dalam tahap ini perlu membangkitkan perhatian
serta minat peserta didik (2) Tahap penyajian bahan. Dalam tahap ini
yang perlu dilakukan ialah menghubungkan bahan baru dengan bahan
yang telah diketahui pembaca. (3) Tahap evaluasi. Dalam tahap ini guru
menanyakan bahan yang telah disajikan. Pertanyaan hendaknya ada yang
menuntut jawaban pikiran ( menyimpulkan sesuatu ). Apabila ternyata
ada bahan yang tidak mengerti oleh peserta didik maka guru perlu
mengulangi, menerangkan secara singkat tentang bahan
tersebut.(4)Tahap penutup. Dalam tahap ini guru menyimpulkan isi dari
bahan pelajaran yang baru disajikan, kemudian memberi waktu mencatat
( apa – apa yang disimpulkan ) atau guru menugaskan peserta didik
mengerjakan tugas tertentu.
Anitah (2009:88) mengemukakan sebagai metode pembelajaran,
pemberian pelajaran melalui ceramah mempunyai kelebihan dalam hal guru
menguasai arah pembicaraan seluruh kelas serta organisasi kelas sederhana.
Pusat perhatian materi yang disampaikan berasal dari guru, sehingga guru
mampu mengorganisasi suasana kelas.
Menurut Suradji (2008:14) kebaikan metode ceramah antara lain :
“(1) Ketertiban kelas mudah menjaganya, (2) Organisasi kelas
sederhana (3) Menghemat baik waktu maupun model lainnya,(4)
Melatih peserta didik untuk menggunakan pendengarannya dengan baik
serta menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan tepat, tepat
dan dalam waktu singkat”.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
keunggulan metode ceramah antara lain :
1) Guru menguasai kondisi kelas
Dengan metode ceramah, informasi pembelajaran diperoleh dari guru
ketika menyampaikan materi. Apabila kondisi kelas tidak kondusif maka
guru akan menegur dengan teguran lisan.
2) Melatih peserta didik untuk menggunakan pendengarannya dengan baik
20
Dalam menerima informasi pelajaran yang diperoleh guru, peserta didik
harus memperhatikan penjelasan guru. Peserta didik harus mendengarkan
penjelasan guru, mencatat pokok – pokok materi pelajaran,
menyimpulkan isi ceramah apabila menginginkan hasil belajarnya baik.
Meskipun metode ceramah memiliki kelebihan ternyata metode ini
juga memiliki kelemahan. Menurut Anitah (2009:88), kelemahan metode
ceramah antara lain : guru tidak dapat mengetahui sampai dimana peserta
didik telah mengerti pembicaraannya, kata – kata yang diucapkan guru
ditafsirkan lain oleh peserta didik.
2. Hasil Belajar Geografi
Sudjana (2005:22) berpendapat, “Hasil belajar adalah kemampuan–
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya“. Masidjo (1995:25) mengemukakan hasil belajar merupakan hasil
akhir yang telah dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program
studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa
dinyatakan dengan nilai – nilai yang diperoleh melalui tes formatif.
Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan hasil belajar Geografi merupakan
hasil usaha yang diperoleh dari peserta didik selama proses pembelajaran
ditunjukkan dengan adanya nilai tes yang telah diberikan.
Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat
ditunjukan dengan penilaian hasil belajar peserta didik yang dinyatakan dengan
angka. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005:22), berpendapat, “Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah
yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik “.
Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dilakukan
guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam mengusai materi
pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran NHT, STAD, dan
ceramah digunakan untuk mengetahui hasil belajar Geografi dalam ranah
kognitif. Dalam melakukan penilaian hasil belajar berupa tes. Tes pada
21
umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik,
terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam melakukan penilaian,
test terdiri dari dua macam, yaitu tes uraian dan tes objektif.
(Sudjana, 2005 : 35). Dalam penelitian ini digunakan tes objektif untuk
penilaian metode pembelajaran. Tes objektif digunakan digunakan karena
luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudah menilai
jawaban yang diberikan. Tes objektif lebih fleksibel dan efektif untuk
mengukur pengetahuan, pengertian, kosakata, pengetrapan prinsip dan
kemampuan untuk menafsirkan data. Soal objektif yang digunakan dalam
penilaian hasil belajar adalah soal pilihan ganda. Bentuk pilihan ganda ini
terdiri atas suatu pernyataan atau pertanyaan dan sejumlah pilihan atau
alternatif jawaban. ( Masidjo, 2005 : 48 ). Dalam penelitian ini untuk
mengetahui hasil belajar Geografi dapat diukur dengan memberikan tes kepada
peserta didik. Tes tersebut diberikan dengan dua tahap yaitu pretest dan
posttest. Pretest diberikan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik
sebelum diberikan perlakuan, sedangkan posttest diberikan untuk mengetahui
kemampuan peserta didik setelah diberikan perlakuan menggunakan metode
pembelajaran. Masing–masing soal tes tersebut berupa tes objektif dalam
bentuk pilihan ganda.
Efektivitas merupakan bentuk kata benda dari kata efektif. Efektif berarti
dapat membawa hasil, berhasil guna, ada pengaruhnya, ada akibatnya, ada
efeknya. Efektivitas merujuk pada kata keefektifan yang memiliki arti
keberhasilan, keadaan berpengaruh ( Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007).
Roestiyah (2001:12) juga berpendapat, “ Efektif menunjuk pada sesuatu yang
mampu memberikan dorongan atau bantuan dalam mencapai suatu tujuan”.
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut
Trianto ( 2009: 17 ) menyatakan bahwa “ Pembelajaran merupakan interaksi
dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi
komunikasi ( transfer ) yang intens dan terarah menuju suatu target yang telah
ditetapkan sebelumnya”. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya terjadi
22
komunikasi antara pihak guru dengan peserta didik sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Trianto (2009:20) dalam kegiatan pembelajaran dapat dikatakan
efektif apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(1) Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM.
(2) Rata – rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa. (3)
Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
( orientasi keberhasilan belajar ) diutamakan. (4) Mengembangkan suasana
belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang
mendukung bukti tanpa mengabaikan butir.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa efektivitas
pembelajaran menunjukkan suatu keberhasilan tercapai atau tidaknya dalam
pembelajaran yang telah ditetapkan diukur dari kemampuan peserta didik.
Dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif seharusnya ditinjau dari
hubungan antara guru terhadap peserta didik dalam mengajar kelompok peserta
didik tersebut. Salah satu tolak ukur untuk mengetahui efektivitas pembelajaran
dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana (2005 : 22) terdapat
empat unsur utama yang harus terpenuhi dalam kegiatan pembelajaran antara
lain :
(1) Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya
adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa
setelah menerima dan menempuh pengalaman belajar. (2) Bahan / materi
adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum
untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar
sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. (3) Metode dan alat adalah
cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. (4) Penilaian
adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dapat
dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Suatu metode
pembelajaran yang tepat merupakan metode pembelajaran yang disesuaikan
dengan materi yang diajarkan, sedangkan metode pembelajaran yang efektif
merupakan metode yang memanfaatkan semua potensi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu
23
metode pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil yang mendekati
sasaran serta sesuai dengan yang diharapkan berarti semakin tinggi
efektivitasnya. Dengan adanya hasil belajar Geografi antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol maka dapat diketahui efektivitas
perlakuan metode pembelajaran tersebut. Suatu perlakuan akan dikatakan
efektif apabila hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada
kelompok kontrol. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran NHT
dan STAD yang diharapkan mampu mengefektifkan pembelajaran Geografi dan
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik.
Dalam kegiatan belajar, peserta didik tidak akan lepas peran guru dalam
membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan. Sagala
(2010:61) berpendapat, ”Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang
dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau
nilai yang baru”. Makna pembelajaran hakikatnya merupakan kegiatan
interaksi antara guru dengan peserta didik dalam mempelajari suatu materi
untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut.
Pada penelitian ini menekankan pada keefektifan metode NHT dan STAD
pada pembelajaran Geografi di kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013 / 2014 yang diukur dengan memberikan tes. Pakar Geografi
pada seminar dan Lokakarya peningkatan kualitas pengajaran Geografi di
Semarang tahun 1988 dalam Sumaatmadja (1997:11 ), telah merumuskan
konsep Geografi. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau
kewilayahan dalam konteks keruangan. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Geografi merupakan kegiatan interaksi
antara guru dengan peserta didik dalam mengkaji fenomena – fenomena
permukaan bumi dengan sudut pandang keruangan, kelingkungan, dan
kewilayahan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian, penekanan ilmu Geografi adalah mempelajari
fenomena– fenomena yang ada di permukaan bumi dilihat dari berbagai sudut
pandang, baik sudut pandang keruangan ( spasial ), sudut pandang ekologi
24
( kelingkungan ), dan sudut pandang kewilayahan ( region ). Oleh karena itu
dalam pembelajaran Geografi di tingkat sekolah membekali peserta didik
mengenali fenomena – fenomena di muka bumi dilihat dari sudut pandang
keruangan, ekologi, dan kewilayahan.
3. Materi Pelajaran
Materi pembelajaran Geografi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah
pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Indikator yang harus dicapai
peserta didik setelah mengikuti pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
(a)Mendeskripsikan konsep pelestarian lingkungan hidup, (b) Mengidentifikasi
beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup, (c) Memberi contoh
tindakan – tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, (d) Menyimpulkan pentingnya
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan.
1) Mendeskripsikan konsep pelestarian lingkungan hidup
Pembangunan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembangunan selalu akan membawa
perubahan, baik berdampak positif maupun negatif. Pembangunan yang
membawa dampak positif sangat diharapkan oleh manusia demi
kelangsungan hidup. Modal pembanguan tersebut berupa modal buatan
manusia maupun sumberdaya alam. Untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan, pembangunan haruslah berwawasan lingkungan, dengan kata
lain pembangunan berwawasan lingkungan merupakan syarat yang harus
dipenuhi agar dapat berkelanjutan.
2) Mengidentifikasi beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup
Dalam melakukan upaya melestarikan lingkungan hidup dapat dilakukan
dengan berbagai langakah, antara lain :konservasi sumberdaya pada
tingkat,konservasi sumberdaya pada tingkat nasional,konservasi
25
sumberdaya pada tingkat regional, serta konservasi sumberdaya pada tingkat
internasional
3) Contoh tindakan – tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan
hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan
Beberapa contoh tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan
antara lain : pelestarian tanah, pelestarian udara, pelestarian laut dan pantai,
pelestarian hutan serta pelestarian flora dan fauna
4) Menyimpulkan pentingnya pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya
dengan pembangunan berkelanjutan.
Dalam pembangunan berwawasan lingkungan hidup, peran serta
masyarakat juga sangat dibutuhkan. Kemajuan tingkat pembangunan pada
setiap sektor kehidupan masyarakat dewasa ini membawa implikasi
terhadap adanya perilaku manusia yang memiliki wawasan terhadap
pelestarian lingkungan hidup sebagai habitat bagi akumulasi dan interaksi
berbagai komponen biotik dan abiotik. Dengan demikian pelestarian dan
pemanfaatan lingkungan hidup mutlak diperlukan demi terwujudnya
pembangunan berkelanjutan sehingga potensi dan kekayaan alam Indonesia
dapat diwariskan pada generasi yang akan datang. Materi pelajaran
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
4. Penelitian yang Relevan
Suwatik ( 2010 ). Judul Penelitian : Penerapan Metode Numbered Heads
Together (NHT) Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Geografi Pada
Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer Dan Dampaknya Terhadap
Kehidupan Di Muka Bumi Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun
2009/2010. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK ).
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kritis dan
analisis deskriptif komparatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar
pada siklus I menunjukan bahwa penerapan metode NHT dalam pembelajaran
geografi belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan
26
indikator keberhasilan penelitian, ditunjukkan hasil belajar siswa yang baru
mencapai 63% dan minat siswa baru mencapai 71%. Hasil penelitian Siklus II
menunjukan bahwa penerapan NHT dalam pembelajaran geografi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan telah mencapai target keberhasilan
penelitian, ditunjukkan hasil belajar siswa telah mencapai 86% dan minat siswa
mencapai 83% dari jumlah siswa. (2) Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus
II meningkat 23% (siklus I = 63% dan siklus II = 86%), Minat belajar siswa
meningkat 12% (siklus I = 71% dan siklus II = 83%), hal ini menunjukkan
bahwa penerapan metode Numbered Heads Together yang kemudian disertai
dengan media google earth dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai
indikator keberhasilan penelitian.
Mega Nusantara Putri ( 2012 ). Judul Penelitian : Efektivitas
Penggunaan Metode Numbered Heads Together ( NHT ), Team Assisted
Individualization ( TAI ), Dan Ceramah Tanya Jawab Terhadap Hasil Belajar
Geografi Siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali Tahun 2011 / 2012. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu dengan mengomparasikan 3 metode pembelajaran NHT, TAI, dan
ceramah tanya jawab. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis varian satu arah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat
perbedaan hasil belajar Geografi yang signifikan antara menggunakan metode
pembelajaran NHT dengan metode pembelajaran TAI, dan metode
pembelajaran ceramah tanya jawab pada kompetensi dasar menganalisis
hidrosfer dan dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi siswa kelas X
SMA Negeri 2 Boyolali tahun 2011 / 2013 yang ditunjukkan dengan harga
Fhitung>Ftabel (17.941>3.088). (2) Terdapat perbedaan hasil belajar Geografi
yang signifikan antara menggunakan metode NHT dengan TAI ditunjukkan
dengan harga Qhitung>Qtabel(3.978>3.82). (3) Terdapat perbedaan hasil
belajar Geografi yang signifikan antara menggunakan metode NHT dengan
ceramah ditunjukkan dengan harga Qhitung>Qtabel (8.466>3.82). (4) Terdapat
27
perbedaan hasil belajar Geografi yang signfikan antara menggunakan metode
TAI dengan ceramah ditunjukkan dengan harga Qhitung>Qtabel (4.488 >3.82).
Annik Qurniawati ( 2013 ). Judul Penelitian : Efektivitas Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together ( NHT ) Dengan
Media Kartu Pintar Dan Kartu Soal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada
Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester Genap SMA Negeri 8 Surakarta
Tahun Pelajaran 2012 / 2013”. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Teknik analisis yang
digunakan pada penelitian ini adalah uji-t satu pihak.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan media kartu pintar dan kartu soal
lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar hidrokarbon siswa kelas X
SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2012 / 2013. Hal ini ditunjukkan dari
rata – rata selisih, yaitu kenaikan prestasi belajar aspek kognitif kelas
eksperimen ( 59,5000 ) lebih tinggi dari rata – rata selisih nilai posttest dan
pretest aspek kognitif kelas kontrol ( 52,6786) serta rata – rata nilai afektif
untuk kelas eksperimen ( 119,5000 ) lebih tinggi daripada rata – rata nilai
afektif kelas kontrol ( 109, 6786 ).
28
Tabel. 2 1 Penelitian Relevan
Suwatik Mega Nusantara Putri Annik Qurniawati Bhian Rangga J R
Judul Penerapan Metode Numbered
Heads Together (NHT) Untuk
Meningkatkan Minat Dan
Hasil Belajar Geografi Pada
Kompetensi Dasar
Menganalisis Hidrosfer Dan
Dampaknya Terhadap
Kehidupan Di Muka Bumi
Siswa Kelas X-2 SMA Negeri
6 Surakarta Tahun 2009/2010
Efektivitas Penggunaan Metode
Numbered Heads Together ( NHT ),
Team Assisted Individualization (
TAI ), Dan Ceramah Tanya Jawab
Terhadap Hasil Belajar Geografi
Siswa kelas X SMA Negeri 2
Boyolali Tahun 2011 / 2012
Efektivitas Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together ( NHT ) Dengan
Media Kartu Pintar Dan Kartu Soal
Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Materi Pokok Hidrokarbon
Kelas X Semester Genap SMA
Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajarn
2012 / 2013.
Efektivitas Metode Pembelajaran
NHT dan STAD Terhadap Hasil Belajar
Geografi Peserta Didik Kelas XI IPS
SMA Negeri 5 Surakarta
Tahun Pelajaran 2013 / 2014
Tujuan (1) untuk mengetahui
peningkatan minat belajar
geografi siswa kelas X-2
SMA Negeri 6 Surakarta
tahun pelajaran
2009/2010 dengan
menggunakan metode
Numbered Heads
Together (NHT)
(1) untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar Geografi antara
menggunakan metode
pembelajaran NHT dengan
metode pembelajaran TAI, dan
metode pembelajaran ceramah
tanya jawab pada kompetensi
dasar menganalisis hidrosfer
dan dan dampaknya terhadap
kehidupan di muka bumi siswa
kelas X SMA Negeri 2 Boyolali
tahun 2011 / 2013
Untuk mengetahui efektivitas
penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe numbered Heads
Together ( NHT ) dengan media
kartu pintar dan kartu soal terhadap
prestasi belajar siswa pada materi
pokok Hidrokarbon kelas X SMA
Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran
2012 / 2013.
(1) Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar Geografi antara
menggunakan metode pembelajaran
Numbered Heads Together ( NHT ),
Student Team Achievement Division
( STAD ), dengan ceramah pada
kompetensi dasar „Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas
XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014.
(2) untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar
geografi siswa kelas X-2
SMA Negeri 6 Surakarta
tahun pelajaran
2009/2010 dengan
menggunakan metode
(2) untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar Geografi antara
menggunakan metode NHT
dengan TAI pada kompetensi
dasar menganalisis hidrosfer
dan dan dampaknya terhadap
kehidupan di muka bumi siswa
kelas X SMA Negeri 2 Boyolali
(2) Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar Geografi antara
menggunakan metode Numbered
Heads Together ( NHT ) dengan
metode Student Team Achievement
Division ( STAD ) pada kompetensi
dasar “Mendeskripsikan pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya
28
29
Numbered Heads
Together (NHT)
tahun 2011 / 2013 dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas
XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014.
(3) untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar Geografi antara
menggunakan metode NHT
dengan Ceramah Tanya Jawab
pada kompetensi dasar
menganalisis hidrosfer dan dan
dampaknya terhadap kehidupan
di muka bumi siswa kelas X
SMA Negeri 2 Boyolali tahun
2011 / 2013
(3) Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar Geografi antara
menggunakan metode Numbered
Heads Together ( NHT ) dengan
metode ceramah pada kompetensi
dasar „Mendeskripsikan pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya
dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas
XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014.
(3) untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar Geografi antara
menggunakan metode TAI
dengan Ceramah Tanya Jawab
pada kompetensi dasar
menganalisis hidrosfer dan dan
dampaknya terhadap kehidupan
di muka bumi siswa kelas X
SMA Negeri 2 Boyolali tahun
2011 / 2013
(4) Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar Geografi antara
menggunakan metode Student Team
Achievement Division ( STAD )
dengan metode ceramah pada
kompetensi dasar “Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas
XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Metode PTK Eksperimen semu Eksperimen semu Eksperimen semu
Teknik Analisis
Data
analisis deskriptif komparatif Anava satu arah Uji-t satu pihak Anava satu arah dan uji pasca anava
Hasil (1) Hasil belajar pada siklus I
menunjukan bahwa
penerapan metode NHT
dalam pembelajaran
(1) terdapat perbedaan hasil belajar
Geografi yang signifikan antara
menggunakan metode pembelajaran
NHT dengan metode pembelajaran
metode pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan
media kartu pintar dan kartu
soal lebih efektif untuk
29
30
geografi belum mampu
meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai
dengan indikator
keberhasilan penelitian,
ditunjukkan hasil belajar
siswa mencapai 63% dan
minat siswa baru
mencapai 71%. Hasil
penelitian Siklus II
menunjukan bahwa
penerapan NHT dalam
pembelajaran geografi
disertai dengan media
pembelajaran google earth
dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dan telah
mencapai target
keberhasilan penelitian.
Hasil belajar siswa setelah
Siklus II telah mencapai
86% dan minat siswa
mencapai 83% dari
jumlah siswa.
TAI, dan metode pembelajaran
ceramah tanya jawab pada
kompetensi dasar menganalisis
hidrosfer dan dan dampaknya
terhadap kehidupan di muka bumi
siswa kelas X SMA Negeri 2 Boyolali
tahun 2011 / 2013 yang ditunjukkan
dengan harga Fhitung>Ftabel
(17.941>3.088)
meningkatkan prestasi
belajar hidrokarbon siswa
kelas X SMA Negeri 8
Surakarta tahun pelajaran
2012 / 2013. Hal ini
ditunjukkan dari rata – rata
selisih, yaitu kenaikan
prestasi belajar aspek
kognitif kelas eksperimen
( 59,5000 ) lebih tinggi dari
rata – rata selisih nilai
posttest dan pretest aspek
kognitif kelas kontrol
( 52,6786) serta rata – rata
nilai afektif untuk kelas
eksperimen ( 119,5000 )
lebh tinggi daripada rata –
rata nilai afektif kelas
kontrol ( 109, 6786 ).
(2) Hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus II
meningkat 23% (siklus I =
63% dan siklus II = 86%),
Minat belajar siswa
meningkat 12% (siklus I =
71% dan siklus II = 83%).
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa
penerapan metode
(2) Terdapat perbedaan hasil belajar
Geografi yang signifikan antara
menggunakan metode NHT dengan
TAI ditunjukkan dengan harga
Qhitung>Qtabel(3.978 >3.82)
30
31
Numbered Heads
Together yang kemudian
disertai dengan media
google earth dapat
meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai
indikator keberhasilan
penelitian.
(3) Terdapat perbedaan hasil belajar
Geografi yang signifikan antara
menggunakan metode NHT dengan
ceramah ditunjukkan dengan harga
Qhitung>Qtabel (8.466>3.82 )
(4) Terdapat perbedaan hasil belajar
Geografi yang signfikan antara
menggunakan metode TAI dengan
ceramah ditunjukkan dengan harga
Qhitung>Qtabel (4.488 >3.82).
31
32
B. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran di kelas dapat terwujud apabila proses
pembelajaran dilakukan dengan optimal. Pencapaian hasil belajar yang baik
seharusnya diimbangi dengan kegiatan pembelajaran yang baik pula. Salah satu
unsur terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru untuk mengaktifkan kegiatan peserta didik di kelas.
Dalam pembelajaran Geografi di SMA Negeri 5 Surakarta terdapat
permasalahan dalam kegiatan pembelajaran antara lain dominasi penggunaan
metode tertentu (penggunaan metode ceramah disertai bantuan slide power point)
sehingga kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersikap
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu belum optimalnya penggunaan
media pembelajaran yang sesuai dengan isi materi sehingga peserta didik merasa
bosan terhadap matapelajaran Geografi. Meskipun nilai rata – rata ulangan
Geografi masing – masing kelas sudah mencapai KKM perlu adanya
pembaharuan dalam proses pembelajaran terutama variasi metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru.
Terkait permasalahan tersebut perlu adanya variasi penggunaan metode
yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Aktif dalam arti adanya saling interaksi antara peserta
didik dengan guru, maupun interaksi antara peserta didik dengan peserta didik
lainnya sehingga mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif dan mampu
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penerapan model cooperative learning
dengan menggunakan metode Numbered Heads Together ( NHT ) dan Student
Team Achivement Divisions ( STAD ) menekankan adanya kegiatan pembelajaran
yang mampu meningkatkan kerjasama peserta didik sehingga hasil belajarnya
akan meningkat.
Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang dipakai adalah metode
pembelajaran NHT sebagai kelas eksperimen 1, metode pembelajaran STAD
sebagai kelas eksperimen 2, serta metode pembelajaran ceramah sebagai kelas
kontrol. Dalam metode pembelajaran STAD setiap peserta didik mampu untuk
bekerjasama dalam tim kelompoknya dan keberhasilan tim maupun keberhasilan
33
individu melalui kuis ditentukan oleh kontribusi masing – masing peserta didik.
Sedangkan pada metode pembelajaran NHT peserta didik harus bertanggung
jawab terhadap hasil pembahasan diskusi kelompoknya karena guru akan
memanggil salah satu peserta didik dengan nomor yang dipanggil untuk
melaporkan hasil kerjasama kelompok. Setelah setiap kelas diberikan perlakuan
( treatment ) diperoleh hasil belajar peserta didik akan dihitung dengan uji anava
satu jalan untuk membuktikan hipotesis dalam perbandingan hasil belajar masing–
masing metode yang diberikan.
Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan alur kerangka berpikir
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Metode Pembelajaran
Ceramah
Hasil Belajar Geografi
Kondisi Awal
Dominasi penggunaan metode pembelajaran ceramah akan mengakibatkan
kecenderungan peserta didik lebih bersifat pasif dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga akan berdampak terhadap hasil belajar
Geografi
Kelompok Eksperimen
2
Kelompok Eksperimen
1 Kelompok Kontrol
Metode Pembelajaran NHT Metode Pembelajaran STAD
Hasil Belajar Geografi Hasil Belajar Geografi
Perbandingan hasil belajar Geografi
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran
Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement Division ( STAD ), dan ceramah
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran
Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode pembelajaran Student Team Achievement Division
( STAD )
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran
Numbered Heads Together ( NHT ) dengan metode pembelajaran ceramah
4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran Student
Team Achievement Division ( STAD ) dengan metode pembelajaran ceramah
Gambar 2.1. Proses Kerangka Berpikir
34
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah teruraikan,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
5. Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode
pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement
Division ( STAD ), dan ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
6. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan
metode pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) pada
kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS
SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
7. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan
metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
8. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team
Achievement Division ( STAD ) lebih baik daripada hasil belajar Geografi
menggunakan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar
“Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Surakarta yang beralamat
di Jalan Letjen Sutoyo 18 Surakarta. Alasan pemilihan lokasi penelitian
dikarenakan di SMA Negeri 5 Surakarta terdapat permasalahan pada kegiatan
pembelajaran Geografi di kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 – Juni 2014. Untuk
lebih jelasnya waktu penelitian disajikan dalam Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Jenis
Kegiatan
Waktu penelitian
Des
2013
Jan
2014
Feb
2014
Mar
2014
Apr
2014
Mei
2014
Juni
2014
1 Penyusunan
Proposal
2 Penyusunan
Instrumen
Penelitian
3 Pengumpulan
Data
4 Analisis Data
5 Penulisan
Laporan
Penelitian
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu ( quasi-
experimental research ), artinya semua variabel dalam penelitian tidak dapat
dikontrol dengan ketat, karena obyeknya adalah peserta didik. Eksperimen yang
dimaksud adalah memberikan perlakuan atau treatment pada kelompok
eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran NHT dan STAD pada
35
36
kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya
dengan pembangunan berkelanjutan. Tujuan adanya penelitian eksperimen adalah
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi pada peserta didik dengan
menggunakan metode pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah.
Jenis desain eksperimen yang digunakan adalah desain nonrandomized
Control Group pretest-postest design ( desain pretes- pascatest kelompok kontrol
tanpa acak). Desain tersebut termasuk dalam desain eksperimen semu ( quasi
experiment ) karena dalam desain ini tidak memungkinkan melakukan
penempatan subjek secara acak, baik karena kelompok kontrol atau komparasi
tidak ada. Dengan demikian, desain ini Sedang memadai untuk dilakukan di
dalam situasi yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan penugasan
secara acak di dalamnya dan lebih ditekankan kepada hasil posttest sehingga efek
dari eksperimen lebih dapat terlihat secara jelas. Dalam desain ini peneliti
memilih dua atau lebih kelompok subjek yang sudah ada kemudian memberikan
perlakuan eksperimental. Eksperimen ini dilakukan di suatu kelas tertentu dengan
kondisi peserta didik yang telah ada atau sebagaimana apa adanya. Peneliti tidak
mungkin mengubah kondisi kelas dalam menentukan subjek untuk kelompok
eksperimen. Sampel penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu dua kelas
eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas Eksperimen diterapkan pembelajaran
NHT dan STAD. Kelompok kontrol diterapkan metode pembelajaran ceramah
Peserta didik pada awal kegiatan penelitian diberikan pretest ( tes awal ). Hal
ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum diberikan
perlakuan. Setelah mengadakan pretest, peserta didik diberikan perlakuan dengan
menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) untuk
kelompok eksperimen 1, sedangkan untuk kelompok eksperimen 2 menggunakan
metode Student Team Achievement Division ( STAD ). Kelompok kontrol
diberikan metode pembelajaran ceramah. Pada akhir penelitian, peserta didik
diberikan posttest ( tes akhir ). Hasil kedua tes tersebut dapat dipakai sebagai data
penelitian kemudian diolah dan dibandingkan hasilnya dengan analisis statistik.
37
Adapun bentuk rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2. Rancangan Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan /
treatment
Posttest
Eksperimen 1 ( Metode NHT ) Y1 X1 Y2
Eksperimen 2 ( Metode STAD ) Y1 X2 Y2
Kontrol ( Metode ceramah ) Y1 - Y2
Keterangan :
Y1 : pretest
Y2 : posttest
X1 : pembelajaran dengan metode NHT
X2 : pembelajaran dengan metode STAD
- : pembelajaran dengan metode ceramah
Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam rancangan ini adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian
2. Mengelompokkan sampel menjadi tiga kelompok, yaitu dua kelas eksperimen
dan satu kelas kontrol
3. Memberikan pretest ( Y1 ) pada kedua kelompok eksperimen dan satu
kelompok kontrol untuk mengukur rata – rata kemampuan kognitif sebelum
diberikan perlakuan ( treatment).
4. Memberikan perlakuan X1 pada kelompok eksperimen 1 berupa metode
pembelajaran NHT, perlakuan X2 pada kelompok eksperimen 2 berupa metode
pembelajaran STAD dan kelompok kontrol berupa metode pembelajaran
ceramah
5. Memberikan posttest ( Y2 ) pada kelompok eksperimen 1, kelompok
eksperimen 2, dan kelompok kontrol untuk mengukur rata – rata hasil belajar
dari aspek kognitif yang telah dicapai setelah adanya perlakuan ( X1, X2, - )
6. Membandingkan hasil posttest ketiga kelompok dengan anava (analisis varian )
satu jalan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan.
38
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian, (Arikunto, 2002 :108)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPS semester genap
SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2013 / 2014 sebanyak 160 peserta
didik yang terdiri dari 5 kelas, yaitu kelas XI IPS 1 ( 32 peserta didik ), kelas
XI IPS 2 ( 32 peserta didik ), kelas XI IPS 3 ( 32 peserta didik ), kelas XI IPS 4
( 32 peserta didik ), kelas XI IPS 5 ( 32 peserta didik ).
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian atau wakil keseluruhan populasi yang diteliti
( Arikunto, 2002 : 109 ). Sampel penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Sampel yang digunakan
merupakan sampel kelas. Kelas Eksperimen diterapkan metode pembelajaran
NHT dan STAD. Kelas kontrol diterapkan metode pembelajaran ceramah.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple
random sampling. Dapat dikatakan simple ( sederhana ) karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu ( Sugiyono, 2009 : 120 ). Cara demikian dilakukan
bila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara mengundi kelima kelas yang menjadi anggota populasi. Undian tersebut
dilakukan dengan dalam satu tahap dengan tiga kali pengambilan. Nomor undian
pertama keluar akan ditetapkan sebagai kelompok eksperimen 1, nomor undian
kedua akan ditetapkan sebagai kelompok eksperimen 2, dan nomor undian ketiga
akan ditetapkan sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan undian ditetapkan bahwa
kelompok eksperimen 1 ( metode pembelajaran NHT ) adalah kelas XI IPS 2,
kelompok eksperimen 2 (metode pembelajaran STAD ) adalah kelas XI IPS 3, dan
kelompok kontrol ( metode pembelajaran ceramah ) adalah kelas XI IPS 4.
39
F. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Menurut Sugiyono ( 2009 : 62 ), berpendapat “ variabel bebas merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen ( terikat ). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student
Team Achievement Division ( STAD ), dan metode pembelajaranceramah.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar Geografi peserta didik pada kompetensi dasar
mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi :
a. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data hasil
belajar peserta didik Geografi kelas XI IPS tahun pelajaran 2013 / 2014,
foto dan video pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas menggunakan
metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT), Student Team
Achievement Division ( STAD ), dan metode ceramah. Data hasil belajar
peserta didik selengkapnya disajikan pada Lampiran 37. Foto pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di kelas menggunakan metode pembelajaran NHT,
STAD, dan ceramah selengkapnya disajikan pada Lampiran 46-48.
b. Wawancara
Penggunaan wawancara dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan
penelitian. Wawancara dilakukan kepada guru pengampu pelajaran Geografi
kelas XI untuk mendapatkan informasi awal metode pembelajaran yang
40
digunakan oleh guru. Instrumen pedoman wawancara dengan guru
selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap objek
penelitian. Dalam melakukan observasi selama pelajaran berlangsung
peneliti bertindak sebagai guru pelaksana dalam pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran NHT, STAD dan ceramah serta dibantu
guru mata pelajaran Geografi kelas XI IPS ( guru kolaborasi ) bertindak
sebagai pengamat ( observer ). Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan
oleh guru pelaksana apakah sudah melaksanakan pembelajaran NHT, STAD
dan ceramah dapat dilakukan dengan memberikan tanda checklist pada
lembar observasi kinerja guru yang telah disiapkan. Instrumen observasi
kinerja guru selengkapnya disajikan pada Lampiran 11-13. Sedangkan untuk
mendapatkan informasi berkaitan dengan respon peserta didik setelah
pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah yang telah dilaksanakan
menggunakan instrumen angket respon peserta didik. Instrumen respon
peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah
selengkapnya disajikan pada Lampiran 17-19.
d. Tes
Tes dilakukan pada saat penelitian. Pemberian tes dilakukan dengan tryout
untuk ujicoba instrumen soal, pretest dilakukan untuk mengetahui
kemampuan kognitif awal peserta didik sebelum diberikan tindakan dalam
penggunaan metode pembelajaran, serta posttest dilakukan untuk
mengetahui kemampuan kognitif peserta didik setelah diberikan tindakan
penggunaan metode pembelajaran. Instrumen tryout selengkapnya disajikan
pada Lampiran 4. Instrumen soal pretest-posttest selengkapnya disajikan
pada Lampiran 6.
G. Validasi Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan soal tes hasil belajar
Geografi, lembar observasi dan angket.
41
1. Instrumen Tes Hasil Belajar Geografi
Pada penelitian ini, aspek yang dinilai adalah hasil belajar Geografi pada
ranah kognitif. Ranah kognitif digunakan untuk penelitian karena berkaitan
dengan kemampuan peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Bentuk soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan
ganda dan soal tes yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sama untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Sebelum soal tes diberikan kepada peserta didik, terlebih dahulu soal tes
diujicobakan kepada peserta didik di luar subjek penelitian. Adapun tujuan
utama ujicoba soal ini adalah untuk mengetahui apakah alat ukur ini layak
dipakai atau tidak dipakai sebagai alat pengumpul data, sehingga perlu
dilakukan uji validitas, uji reabilitas, tingkat kesukaran item, dan daya
pembeda soal. Ujicoba ( tryout ) dilakukan pada peserta didik di luar sampel
penelitian, yaitu kelas XI IPS 5 SMA Negeri 5 Surakarta. Kompetensi dasar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan. Kompetensi dasar ini meliputi 4 indikator pembelajaran yaitu:
(1) mendeskripsikan konsep pelestarian lingkungan hidup hidup ( UU No. 32
Tahun 2009 ), (2) mengidentifikasi beberapa upaya dalam melestarikan
lingkungan hidup, (3) memberi contoh tindakan – tindakan yang
mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan, serta (4) menyimpulkan pentingnya pelestarian
lingkungan hidup hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Sebaran soal objektif yang diberikan meliputi ranah C1
(mengingat,menghafal,ide,fenomena),C2(menerjemahkan,mengnterpretasikan,
menyimpukan fakta, konsep), dan C3(menggunakan konsep dan prosedur
untuk memecahkan masalah ). Adapun jumlah item soal ujicoba( tryout )
sebanyak 60 butir soal. Instrumen yang digunakan adalah tes berisi soal
objektif dengan 5 alternatif pilihan. Berdasarkan hasil ujicoba diperoleh 46
butir soal yang valid dan reliabel untuk dilakukan posttest.
42
Kisi – kisi soal instrumen soal pretest-posttest pada kompetensi dasar
mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan dapat disajikan dalam tabel 3.3 sebagai berikut ini
Tabel 3.3. Kisi – Kisi Soal Instrumen Soal Pretest-Posttest
No Indikator Sub Indikator Aspek Jumlah
C1 C2 C3
1 Mendeskripsikan
konsep
pelestarian
lingkungan hidup
hidup ( UU No.
32 Tahun 2009 )
Mendeskripsikan konsep pelestarian
lingkungan hidup hidup menurut UU
No. 32 Tahun 2009
21, 46 2
Mendefinisikan pelestarian
lingkungan hidup hidup
6 1
Mendefinisikan daya dukung
lingkungan hidup
5 1
Mendefinisikan daya tampung
lingkungan hidup
9, 42 7 3
Membedakan daya dukung dan daya
tampung dalam kehidupan sehari -
hari
18 43,4
5
3
Menyebutkan upaya terpadu dalam
pengelolaan lingkungan hidup
33,34 2
Menunjukkan setiap upaya terpadu
dalam pengelolaan lingkungan hidup
dalam kehidupan sehari – hari
36,38 2
2 Mengidentifikasi
beberapa upaya
dalam
melestarikan
lingkungan hidup
Menjelaskan upaya dalam pelestarian
lingkungan hidup hidup
1 13,30 3
Menyebutkan kerusakan lingkungan
hidup
8,32 2
Menjelaskan kegiatan konservasi
pada tingkat individu
17,23,4
4
3
Menjelaskan kegiatan konservasi
pada tingkat nasional
14,24 2
Menjelaskan kegiatan konservasi
pada tingkat regional
12 1
Menjelaskan kegiatan konservasi
pada tingkat internasional
20,29 2
3 Memberi contoh
tindakan –
tindakan yang
mencerminkan
pelestarian
Menunjukkan contoh tindakan yang
mencerminkan pelestarian
lingkungan hidup hidup
4,37 2
Menunjukkan contoh pelestarian
sumberdaya tanah
28 1
43
lingkungan hidup
hidup dalam
kaitannya dengan
pembangunan
berkelanjutan
Menunjukkan contoh pelestarian
sumberdaya udara
27 1
Menunjukkan contoh pelestarian
sumberdaya hutan
16,25,2
6
3
Menunjukkan contoh pelestarian
sumberdaya laut
3,15,39 3
Menunjukkan contoh pelestarian
sumberdaya air
22 1
Menunjukkan contoh pelestarian
sumberdaya flora dan fauna
11 1
Menjelaskan AMDAL 10,35,4
1
3
4 Menyimpulkan
pentingnya
pelestarian
lingkungan hidup
hidup dalam
kaitannya dengan
pembangunan
berkelanjutan
Mengidentifikasi pentingnya
pelestarian lingkungan hidup hidup
31 1
Mendeskripsikan ciri pembangunan
berwawasan lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan
19 1
Mendeskripsikan hubungan antara
pelestarian lingkungan hidup hidup
dengan pembangunan berkelanjutan
40 1
Jumlah Instrumen Soal 46
a. Uji Validitas Butir
Validitas item adalah sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor
pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Berdasarkan hasil
ujicoba instrumen kognitif yang diujikan kepada 32 peserta didik,
diketahui bahwa dari 60 soal tryout yang dibuat, diperoleh 46 butir soal
yang valid dan 14 butir yang tidak valid yaitu soal nomer
2,3,6,11,16,17,25,27,29,30,31,42,46,50
Berikut ini disajikan ringkasan hasil uji validitas item soal tryout sebagai
berikut :
44
Tabel 3.4. Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Tryout
No Rxy r tabel Keputusan No Rxy r tabel Keputusan
1 0,519 0,349 Valid 31 0,008 0,349 Tidak Valid
2 -0,093 0,349 Tidak Valid 32 0,496 0,349 Valid
3 0,115 0,349 Tidak Valid 33 0,594 0,349 Valid
4 0,403 0,349 Valid 34 0,724 0,349 Valid
5 0,408 0,349 Valid 35 0,517 0,349 Valid
6 -0,041 0,349 Tidak Valid 36 0,536 0,349 Valid
7 0,347 0,349 Valid 37 0,468 0,349 Valid
8 0,640 0,349 Valid 38 0,793 0,349 Valid
9 0,482 0,349 Valid 39 0,764 0,349 Valid
10 0,426 0,349 Valid 40 0,459 0,349 Valid
11 0,034 0,349 Tidak Valid 41 0,607 0,349 Valid
12 0,507 0,349 Valid 42 0,149 0,349 Tidak Valid
13 0,603 0,349 Valid 43 0,724 0,349 Valid
14 0,576 0,349 Valid 44 0,378 0,349 Valid
15 0,552 0,349 Valid 45 0,371 0,349 Valid
16 -0,058 0,349 Tidak Valid 46 0,111 0,349 Tidak Valid
17 -0,223 0,349 Tidak Valid 47 0,404 0,349 Valid
18 0,720 0,349 Valid 48 0,473 0,349 Valid
19 0,355 0,349 Valid 49 0,414 0,349 Valid
20 0,726 0,349 Valid 50 0,050 0,349 Tidak Valid
21 0,607 0,349 Valid 51 0,619 0,349 Valid
22 0,444 0,349 Valid 52 0,724 0,349 Valid
23 0,610 0,349 Valid 53 0,643 0,349 Valid
24 0,369 0,349 Valid 54 0,494 0,349 Valid
25 -0,182 0,349 Tidak Valid 55 0,555 0,349 Valid
26 0,419 0,349 Valid 56 0,625 0,349 Valid
27 0,250 0,349 Tidak Valid 57 0,460 0,349 Valid
28 0,783 0,349 Valid 58 0,400 0,349 Valid
29 0,187 0,349 Tidak Valid 59 0,606 0,349 Valid
30 -0,321 0,349 Tidak Valid 60 0,807 0,349 Valid
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 20 )
Dengan demikian, terdapat 46 butir soal yang valid dapat digunakan untuk
soal pretest-posttest dalam penelitian, sedangkan 14 butir soal yang tidak
valid tidak dapat digunakan untuk penelitian. Perhitungan butri soal nomor
1 diperoleh 𝑟𝑥𝑦 sebesar 0,519 sedangkan harga r tabel pada N= 60 sebesar
0,349 dengan taraf signifikansi 5%, karena 𝑟𝑥𝑦> r tabel atau 0,519>0,349
45
maka dapat disimpulkan bahwa butir soal nomor 1 dinyatakan valid. Hasil
Uji validitas item soal selengkapnya disajikan pada Lampiran 20.
b. Uji Reliabilitas
Tes dapat dikatakan reliabel apabila tes tersebut memiliki keajegan atau
ketetapan apabila diujikan kepada objek yang sama secara berkali – kali
dengan waktu yang berlainan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap ( Arikunto, 2005 : 86 ). Soal yang dapat dihitung reliabilitasnya
merupakan soal yang valid. Sedangkan soal yang tidak valid maka tidak
akan dihitung reliabilitasnya karena tidak akan digunakan di dalam
penelitian. Untuk menghitung reliabilitas soal menggunakan rumus
Cronbach Alpha, yang besarnya dapat dihitung dengan menggunakan
komputer program SPSS.
Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal
Jumlah soal Reliabilitas Kriteria
46 0,941 Sangat tinggi
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 21 )
Dari 46 butir soal tryout yang valid dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan rumus Cronbach Alpha, dan diperoleh diperoleh hasil
perhitungan ( r hitung > r tabel ) ,rhitung = 0,941 >0,349 , yang berarti tes
sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dinyatakan
reliabel dengan kriteria reliabilitas sangat tinggi. Hasil uji reliabilitas soal
selengkapnya dapat disajikan pada Lampiran 21.
c. Uji Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang mudah tidak merangsang peserta didik untuk
mempertinggi usaha untuk memecahkan masalah. Soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan peserta didik menjadi cepat putus sasa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi.
46
Hasil pengujian terhadap tingkat kesukaran soal tryout menunjukkan
sebesar 36 soal mudah, 20 soal mudah, dan 4 soal sukar, sehingga dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa soal tersebut tergolong mudah. Hasil
perhitungan uji kesukaran soal dapat dilihat pada tagel 3.6. Perhitungan
tingkat kesukaran item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Taraf Kesukaran
No Tingkat
Kesukaran
Keputusan No Tingkat
Kesukaran
Keputusan
1 0,813 mudah 31 0,625 sedang
2 0,563 sedang 32 0,469 sedang
3 0,656 sedang 33 0,750 mudah
4 0,438 sukar 34 0,938 mudah
5 0,875 mudah 35 0,875 mudah
6 0,563 sedang 36 0,813 mudah
7 0,563 sedang 37 0,875 mudah
8 0,719 mudah 38 0,875 mudah
9 0,688 sedang 39 0,875 mudah
10 0,625 sedang 40 0,531 sedang
11 0,813 mudah 41 0,969 mudah
12 0,875 mudah 42 0,750 mudah
13 0,656 sedang 43 0,938 mudah
14 0,875 mudah 44 0,625 sedang
15 0,813 mudah 45 0,250 sukar
16 0,219 sukar 46 0,563 sedang
17 0,469 sedang 47 0,656 sedang
18 0,813 mudah 48 0,656 sedang
19 0,688 mudah 49 0,781 mudah
20 0,844 mudah 50 0,938 mudah
21 0,969 mudah 51 0,813 mudah
22 0,813 mudah 52 0,938 mudah
23 0,719 mudah 53 0,781 mudah
24 0,594 sedang 54 0,813 mudah
25 0,531 sedang 55 0,844 mudah
26 0,313 sedang 56 0,719 mudah
27 0,313 sedang 57 0,813 mudah
28 0,875 mudah 58 0,563 sedang
29 0,750 mudah 59 0,875 mudah
30 0,156 sukar 60 0,844 mudah
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 22)
47
d. Daya Pembeda Soal
Daya beda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara peserta didik yang pandai dengan peserta yang kurang
pandai. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi ( D ).
Tabel 3.7 Ringkasan Hasil Uji Daya Beda
No Daya
Beda
Keputusan No Daya
Beda
Keputusan
1 0,250 Sedang 31 0,125 Jelek
2 -0,125 Jelek 32 0,313 Sedang
3 0,313 Sedang 33 0,250 Sedang
4 0,375 Sedang 34 0,125 Jelek
5 0,125 Jelek 35 0,125 Jelek
6 0,125 Jelek 36 0,250 Sedang
7 0,375 Sedang 37 0,125 Jelek
8 0,438 Baik 38 0,250 Sedang
9 0,125 Jelek 39 0,250 Sedang
10 0,250 Sedang 40 0,313 Sedang
11 -0,125 Jelek 41 0,063 Jelek
12 0,125 Jelek 42 0,375 Sedang
13 0,563 Baik 43 0,125 Jelek
14 0,250 Sedang 44 0,250 Sedang
15 0,250 Sedang 45 0,375 Sedang
16 0,063 Jelek 46 0,000 Jelek
17 -0,188 Jelek 47 0,313 Sedang
18 0,250 Sedang 48 0,313 Sedang
19 0,250 Sedang 49 0,313 Sedang
20 0,313 Sedang 50 0,125 Jelek
21 0,063 Jelek 51 0,250 Sedang
22 0,125 Jelek 52 0,125 Jelek
23 0,313 Sedang 53 0,313 Sedang
24 0,313 Sedang 54 0,250 Sedang
25 -0,188 Jelek 55 0,063 Jelek
26 0,375 Sedang 56 0,438 Baik
27 0,125 Jelek 57 0,250 Sedang
28 0,250 Sedang 58 0,250 Sedang
29 0,125 Jelek 59 0,250 Sedang
30 -0,063 Jelek 60 0,313 Sedang
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 23)
48
Hasil pengujian daya beda item soal menunjukkan sebesar 24 soal
memiliki daya beda jelek, 33 soal memiliki daya beda sedang, dan 3
soal memiliki daya beda baik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa soal test memiliki daya beda jelek. Perhitungan daya beda soal
dalam penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
kinerja guru pelaksana dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode
NHT, STAD, dan ceramah. Pengamatan langsung dalam penelitian ini dibantu
oleh guru Geografi Kelas XI IPS selama kegiatan pembelajaran yang bertindak
sebagai pengamat ( observer ). Diharapkan dengan adanya pengisian lembar
observasi guru dapat menerapkan penggunaan metode pembelajaran NHT,
STAD, dan ceramah sesuai prosedur yang telah ditentukan dan benar. Untuk
mengetahui aktifitas peserta didik ketika pelaksanaan pembelajaran metode
NHT, STAD, dan ceramah tanya jawab dapat digunakan lembar observasi
keaktifan peserta didik dan keaktifan kelompok.
3. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
informasi berkaitan dengan respon peserta didik setelah mendapatkan
pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah yang telah dilaksanakan pada akhir
pertemuan.
H. Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum data dianalisis, perlu melakukan pengujian prasyarat terlebih dahulu
dengan uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah suatu sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Semua penggunaan uji
49
statistik mengenai beda rerata mensyaratkan sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal. Untuk melakukan uji normalitas menggunakan uji
Liliefors dengan taraf signifikansi 5%.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians antara
kelompok kontrol dengan eksperimen dilakukan dengan menggunakan uji
Bartlett pada taraf signifikansi 5%.
2. Pengujian Hipotesis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varian satu
jalan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05 ). Hasil anava satu jalan bertujuan
untuk mengetahui bahwa perlakuan – perlakuan yang diteliti hanya
memberikan pengaruh yang berbeda. Untuk menguji hipotesis tersebut
berdasarkan hasil postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen 1 diberikan perlakuan metode pembelajaran NHT,
kelompok eksperimen 2 diberikan perlakuan metode pembelajaran STAD, dan
kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah.
Pengujian hipotesis menggunakan anava satu jalan diuraikan sebagai berikut :
a. Hipotesis pertama
H0= µ1= µ2 =µ3, tidak terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode
pembelajaran yaitu NHT, STAD, dan ceramah memberikan rerata hasil
belajar yang sama )
H1= terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode pembelajaran yaitu
NHT, STAD, dan ceramah memberikan satu rerata hasil belajar yang
tidak sama )
Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
Apabila Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat satu rerata hasil
belajar yang berbeda dengan rerata lainnya. Hal tersebut berarti terdapat
perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran
50
Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement Division
( STAD ), dengan ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan”.
Perhitungan di atas belum dapat mengetahui manakah dari perlakuan –
perlakuan itu yang secara signifikan berbeda dengan lain. Oleh karena itu
perlu dilakukan uji pasca anava ( disebut juga uji lanjut ) yang salah satu
antara yang mudah dan paling ketat ialah metode Scheffe’.
b. Hipotesis Kedua
H0 = µ1 = µ2 , tidak terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar
metode NHT dan STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
H1 = µ1 > µ2 , terdapat beda skor yang signifikan (rerata hasil belajar
metode NHT dan STAD menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
Apabila Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata hasil
belajar metode NHT dan STAD menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi menggunakan metode
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil
belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team
Achievement Division ( STAD ) pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
.
51
c. Hipotesis Ketiga
H0 = µ1 = µ3 , tidak terdapat beda skor yang signifikan( rerata hasil belajar
metode NHT dan ceramah tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
H1 = µ1 > µ3 , terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar
metode NHT dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
Apabila Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata hasil
belajar metode NHT dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi menggunakan metode
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil
belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada
kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS
SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
d. Hipotesis Keempat
H0 = µ2 = µ3 , tidak terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar
metode STAD dan ceramah tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
H1 = µ2 > µ3 , terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar
metode STAD dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
Apabila Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata hasil
belajar metode STAD dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi menggunakan metode
pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) lebih baik
daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah
pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup
52
dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas
XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui berbagai tahap kegiatan yang dijadikan
sebagai prosedur penelitian. Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan kegiatan awal sebelum penelitian. Tahap persiapan dalam
penelitian ini adalah menemukan permasalahan terkait pembelajaran Geografi
di SMA Negeri 5 Surakarta. Selain itu juga mempersiapkan referensi buku,
jurnal, skripsi, penelitian terkait metode pembelajaran yang akan digunakan
dalam penelitian.
2. Pengajuan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal merupakan rancangan penelitian yang disusun sebagai
pengajuan untuk melakukan penelitian. Melalui proposal diuraikan tentang
pendahuluan, kajian pustaka, dan metode penelitian yang nantinya akan
digunakan.
3. Penyusunan Instrumen Penelitian
Tahapan ini merupakan pembuatan instrumen yang digunakan untuk penelitian
berupa instrumen kognitif dan lembar observasi yang seluruhnya digunakan
dalam perolehan data.
4. Pengumpulan Data
Tahap ini dilakukan pengumpulan semua data yang berhubungan dengan
penelitian.Pengumpulan data dilakukan dengan mengeksperimenkan metode
pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah pada kompetensi dasar
mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Untuk memperoleh data hasil belajar
Geografi peserta didik dapat dilakukan dengan melakukan uji coba instrumen
soal, pretest dan posttest sehingga nantinya dapat dilakukan uji analisis untuk
membuktikan hipotesis.
53
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji analisis varian
satu arah ( anava ) dilanjutkan uji pasca anava untuk menguji hipotesis.
6. Penyusunan Laporan Penelitian
Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian. Tahap ini
merupakan tahap penulisan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara
sistematis dalam bentuk skripsi dan akan dilanjutkan dengan ujian skripsi
dihadapan tim penguji skripsi.
Prosedur penelitian untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram alur
penelitian sebagai berikut :
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Efektivitas Metode Pembelajaran Numbered Heads Togethe
(NHT), Student Team Achievement Division
(STAD) Terhadap Hasil Belajar Geografi
Kondisi Awal
Uji validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, daya beda soal Uji Coba Instrumen Soal
( Tryout)
Penentuan Sampel
Tes Kemampuan Awal
( Pretest)
Uji prasyarat : normalitas,
homogenitas
Uji prasyarat : normalitas,
homogenitas
Uji Hipotesis :
uji anava satu jalan,
uji pasca anava
( uji Scheffe’ )
Perbandingan
Hasil Belajar
Geografi
Kelas
STAD
Kelas
ceramah
Tes Kemampuan Akhir
( Posttest)
Kelas
STAD
Kelas
NHT
Kelas
NHT Kelas
ceramah
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
J. Deskripsi Data
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran
Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement Division
( STAD ), dan metode ceramah. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil
belajar Geografi peserta didik pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi dan tes
kognitif. Berikut ini deskripsi lokasi penelitian dan deskripsi hasil pengolahan
data setiap variabel.
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMA Negeri 5 Surakarta dalam koordinat UTM terletak antara
481264 - 481366 mT dan antara 9165473 - 9165458 mU. SMA Negeri 5
Surakarta secara administratif terletak di Jalan Letjen Sutoyo No. 18 Surakarta.
Lokasi sekolah yang strategis, mudah dijangkau oleh sarana transportasi yang
memadai serta berada di lingkungan yang kondusif mendorong kegiatan
pembelajaran peserta didik dapat berjalan lancar. SMA Negeri 5 Surakarta
pada tahun pelajaran 2013 / 2014 memiliki jumlah peserta didik sebanyak 868
peserta didik terdiri dari 160 peserta didik kelas X MIPA, 126 peserta didik
kelas X IPS,129 peserta didik kelas XI IPA, 160 peserta didik kelas XI IPS,139
peserta didik kelas XII IPA, 154 peserta didik kelas XII IPS. Kondisi sarana
dan prasarana yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran mendorong
terlaksananya kegiatan pembelajaran. SMA Negeri 5 Surakarta memiliki 29
kelas yang terdiri dari : 5 kelas X MIPA, 4 kelas X IPS, 5 kelas XI IPS, 5
kelas XI IPA, 5 kelas XII IPS, 5 kelas XII IPS. Masing – masing kelas
memiliki LCD, papan tulis, kursi, meja guru dan peserta didik yang
mendukung kegiatan belajar mengajar. Lokasi penelitian dapat dilihat pada
peta citra SMA Negeri 5 Surakarta tahun 2014 berikut ini :
54
56
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
a. Deskripsi Pelaksanaan Pratindakan
Untuk mengukur kemampuan kognitif awal peserta didik sebelum
diberikan perlakuan terhadap penguasaan materi pada kompetensi dasar
mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan dilakukan pretest. Pelaksanaan pretest ini
dilaksanakan di kelas XI IPS 2 ( metode NHT ) pada hari Selasa 4 Maret
2014 dengan alokasi waktu 1x45 menit pada jam pelajaran ke- 1(pukul
06.30-07.15 WIB ), kelas XI IPS 3 (metode STAD ) dilaksanakan pada
hari Rabu 5 Maret 2014 dengan alokasi waktu 1x45 menit pada jam
pelajaran ke-1 (pukul 06.30-07.15 WIB ), dan kelas XI IPS 4 ( metode
ceramah ) dilaksanakan pada hari Senin, 3 Maret 2014 dengan alokasi
waktu 1x45 menit pada jam pelajaran ke-3 (pukul 09.30-10.15 WIB).
Pelaksanaan pretest tersebut dihadiri 32 peserta didik setiap kelas.
Berdasarkan hasil pretest yang telah dilakukan, diperoleh nilai rata - rata
pretest kelas XI IPS 2 sebesar 68,03, nilai rata pretest kelas XI IPS 3
menggunakan metode pembelajaran STAD sebesar 66,97 dan nilai rata –
rata pretest kelas XI IPS 4 menggunakan metode ceramah sebesar 64,16.
b. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pelaksanaan Metode Pembelajaran NHT
Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 18
Mei 2014 di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi
waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 1-2 (pukul 06.30-08.00
WIB). Pada saat pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru
pelaksana dan guru kolaborasi bertindak sebagai observer ( pengamat ).
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dengan
ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas dan
mengajak peserta didik untuk berdoa. Guru mengecek kehadiran peserta
didik dengan melakukan presensi kelas. Jumlah peserta didik yang
hadir pada hari itu sejumlah 31 peserta didik. Terdapat 2 peserta didik
57
yang datang terlambat masuk dikarenakan suasana lalu lintas jalan yang
macet. Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan kegunaan
materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari – hari,
menyampaikan kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada
pertemuaan ini, serta menjelaskan secara singkat kepada peserta didik
tentang metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) yang
akan digunakan agar peserta didik paham dengan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai pelajaran,
kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan video
pembelajaran animasi degradasi lingkungan hidup dan video tentang
banjir di Jakarta yang merusak lingkungan. Guru meminta peserta didik
menganalisa antara video tersebut dengan tema yang hendak
disampaikan dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk
merespon terhadap video yang telah ditayangkan. Terdapat 2 peserta
didik yang menjawab pertanyaan guru maupun memberikan respon
terkait video yang telah ditayangkan. Setelah menjelaskan isi dari video
tersebut guru melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan materi yang
disampaikan yaitu konsep dasar pelestarian lingkungan hidup hidup.
Pada saat proses pembelajaran terlihat 4 peserta didik yang aktif
bertanya selama pelajaran berlangsung terkait dengan materi yang telah
disampaikan oleh guru. Seluruh peserta didik antusias memperhatikan
penjelasan guru terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru
pada saat guru menyampaikan materi, namun dalam proses
pembelajaran masih dijumpai peserta didik yang menunjukkan kurang
mendukung terhadap keberhasilan proses. Hal tersebut dapat dilihat
ketika guru menjelaskan materi terdapat 1 peserta didik yang tidak
kondusif / tidak memperhatikan penjelasan guru dengan cara berbicara
dengan teman sebangku. Guru menegur peserta didik tersebut agar
lebih fokus terhadap penjelasan guru.
58
Setelah penyampaian materi, guru membagi peserta didik ke dalam
kelompok heterogen. Pembagian kelompok tersebut bersifat heterogen
berdasarkan sebaran nilai pretest. Terdapat 8 kelompok dalam kelas.
Masing – masing kelompok terdiri dari 4 peserta didik. Guru memberi
nomor kepada peserta didik dalam setiap kelompoknya ( numbering ).
Guru memberikan kertas nomor masing – masing peserta didik yang
dipakai di atas nama dada pada tiap kelompok. Guru meminta peserta
didik untuk duduk sesuai dengan kelompok yang ditentukan. Setelah
masing – masing kelompok berkumpul, guru memberikan tugas kepada
masing – masing kelompoknya untuk didiskusikan ( questioning ).
Masing-masing anggota kelompok saling berdiskusi, menyatukan
berbagai pendapatnya untuk memecahkan permasalahan terkait tugas
yang telah diberikan guru ( heads together ). Pada kegiatan ini, kondisi
kelas sering kurang kondusif. Hal ini dikarenakan peserta didik masih
saling mengenali antar teman sekelompoknya dan mereka terlihat
bingung apa yang semestinya dilakukan karena hal ini baru pertama
kalinya dan sebelumnya mereka belum mengalami kegiatan
pembelajaran dengan metode NHT. Mereka tampak malu – malu,
kurang percaya diri dan kurang kompak saat diskusi kelompok.
Meskipun demikian, kegiatan pembelajaran dengan metode NHT
direspon positif dari para peserta didik.
Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau jalannya
diskusi kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing – masing
kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah waktu pengerjaan diskusi
selesai, guru memanggil secara acak salah satu nomor peserta didik dari
satu kelompok dan nomor yang dipanggil menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas ( answering ).
Sistem yang digunakan dalam pemanggilan secara acak salah satu
nomor dalam metode NHT berdasarkan undian. Kegiatan presentasi
hasil diskusi kelompok, beberapa peserta didik melakukannya dengan
cukup percaya diri dengan suara yang cukup keras di depan kelas,
59
namun beberapa peserta didik melakukannya tampak masih malu –
malu dengan suara yang kurang jelas. Masing – masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi. Beberapa peserta didik dari kelompok
lain memberikan respon / tanggapan terhadap hasil kerja kelompok
yang presentasi, baik melalui pertanyaan maupun sanggahan terhadap
pendapat hasil diskusi kelompok. Terdapat 6 peserta didik yang
memberikan pendapat maupun pertanyaan ketika berdiskusi / presentasi
berlangsung. Dalam kegiatan presentasi hasil diskusi kelompok banyak
peserta didik yang mengobrol sehingga suasana kelas menjadi kurang
kondusif. Guru sudah berulang kali mengkondisikan suasana kelas,
namun tetap saja ada beberapa peserta didik yang tidak menghiraukan
anjuran guru untuk kondusif. Pada akhir pertemuan, guru memberikan
penguatan terhadap hasil diskusi terhadap materi yang telah
disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk
membaca materi pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.
Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Juni
2014 di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi waktu
2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 3-4 ( pukul 08.00-09.30 WIB ).
Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka. Jumlah peserta didik
yang hadir pada hari itu 29 peserta didik. Sebelum memulai
pembelajaran, guru mengingatkan kembali tentang metode
pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) yang akan digunakan
pada pertemuan kedua. Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai
pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan
video tentang kebakaran hutan di Riau. Setelah menampilkan video
tersebut guru menggali pengetahuan peserta didik tentang upaya dalam
melestarikan dilingkungan hidup dengan cara memancing peserta didik
menganalisa antara video tersebut sesuai tema materi serta menampung
berbagai pendapat peserta didik mengenai beberapa upaya dalam
melestarikan lingkungan hidup. Terdapat 3 peserta didik yang
60
menjawab pertanyaan guru maupun memberikan pendapatnya terkait
video yang telah ditayangkan.
Setelah menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan
pelajaran dengan menjelaskan materi yang disampaikan tentang
beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup. Guru
memberikan contoh kerusakan lingkungan hidup dengan menampilkan
media peta hotspot Provinsi Riau pada 12 Maret 2014. Pada saat
pembelajaran, guru melibatkan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya maupun memberikan pendapatnya terkait materi yang telah
disampaikan. Terdapat 4 peserta didik yang aktif bertanya selama
pelajaran berlangsung. Seluruh peserta didik antusias memperhatikan
penjelasan guru terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru
pada saat guru menyampaikan materi, namun terdapat 2 peserta didik
yang tidak kondusif / tidak memperhatikan penjelasan guru dengan
cara berbicara dengan teman sebangku.
Setelah penyampaian materi, guru menyuruh peserta didik untuk
duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan
sebelumnya. Setelah masing – masing kelompok berkumpul, guru
memberikan tugas. Guru memberikan tugas kepada masing – masing
kelompoknya untuk didiskusikan ( questioning ). Masing–masing
anggota kelompok saling berdiskusi, menyatukan berbagai pendapatnya
untuk memecahkan permasalahan terkait tugas yang telah diberikan
guru ( heads together ). Pada kegiatan ini, kondisi kelas mulai kondusif.
Peserta didik mulai menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang
digunakan yaitu metode NHT. Selama kegiatan diskusi berlangsung,
guru memantau jalannya diskusi kelompok. Guru melakukan
bimbingan pada masing – masing kelompok yang mengalami kesulitan.
Setelah waktu pengerjaan diskusi selesai, guru memanggil secara acak
salah satu nomor peserta didik dari satu kelompok dan nomor yang
61
dipanggil menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas
( answering ).
Sistem yang digunakan dalam pemanggilan secara acak salah satu
nomor dalam metode pembelajaran NHT berdasarkan undian. Kegiatan
presentasi hasil diskusi kelompok, beberapa peserta didik
melakukannya dengan cukup percaya diri dengan suara yang cukup
keras di depan kelas, namun masih ada beberapa peserta didik
melakukannya tampak masih malu – malu dengan suara yang kurang
jelas ketika membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas.
Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok
di depan kelas. Terdapat 6 peserta didik yang memberikan pendapat
maupun pertanyaan ketika berdiskusi. Pada akhir pertemuan, guru
memberikan penguatan terhadap hasil diskusi terhadap materi yang
telah disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk
membaca materi pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.
Pelaksanaan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa,
8 April 2014 di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi
waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 1-2 (pukul 06.30-08.00
WIB). Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam
dengan ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas dan
mengajak peserta didik untuk berdoa. Guru mengecek kehadiran peserta
didik dengan melakukan presensi kelas. Jumlah peserta didik yang
hadir pada hari itu sejumlah 29 peserta didik. Sebelum memulai
pembelajaran, guru menjelaskan kembali bahwa kegiatan pembelajaran
pertemuan ketiga metode yang digunakan adalah metode pembelajaran
NHT. Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai pelajaran,
kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan video
tentang sumur resapan di Jakarta dan video tentang Taman kota di
Surabaya. Setelah menampilkan video tersebut guru menggali
pengetahuan peserta didik tentang tindakan – tindakan yang
62
mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan.
Guru memancing peserta didik menganalisa antara video tersebut
sesuai tema materi serta menampung berbagai pendapat peserta didik
mengenai beberapa tindakan yang mencerminkan pelestarian
lingkungan hidup hidup kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Terdapat 3 peserta didik yang menjawab pertanyaan guru maupun
memberikan pendapatnya terkait video yang telah ditayangkan. Setelah
menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan pelajaran dengan
menjelaskan materi yang disampaikan tentang tindakan – tindakan yang
mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan.
Pada saat pembelajaran, guru melibatkan peserta didik untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya maupun memberikan pendapatnya terkait
materi yang telah disampaikan. Terdapat 4 peserta didik yang aktif
bertanya selama pelajaran berlangsung. Seluruh peserta didik antusias
memperhatikan penjelasan guru terbukti mencatat hal – hal penting
penjelasan guru pada saat guru menyampaikan materi, namun terdapat
1 peserta didik yang tidak kondusif dengan belajar materi lain saat guru
menerangkan materi.
Setelah penyampaian materi, guru menyuruh peserta didik untuk
duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan
sebelumnya. Setelah masing – masing kelompok berkumpul, guru
memberikan tugas. Guru memberikan tugas kepada masing – masing
kelompoknya untuk didiskusikan ( questioning ). Masing – masing
anggota kelompok saling berdiskusi, menyatukan berbagai pendapatnya
untuk memecahkan permasalahan terkait tugas yang telah diberikan
guru ( heads together ). Pada kegiatan ini, kondisi kelas mulai kondusif.
Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan antusias,
peserta didik lebih aktif untuk berpartisipasi dalam kelompoknya.
63
Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau jalannya diskusi
kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing – masing
kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah waktu pengerjaan diskusi
selesai, guru memanggil secara acak salah satu nomor peserta didik dari
satu kelompok dan nomor yang dipanggil menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas ( answering ).
Masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Dalam kegiatan presentasi, terdapat 6 peserta didik yang
memberikan pendapat maupun pertanyaan ketika berdiskusi. Pada akhir
pertemuan, guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi terhadap
materi yang telah disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk mempelajari materi pertemuan ke 1-3, kemudian pada
pertemuan selanjutnya diadakan tes akhir ( posttest ) pada kompetensi
dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya
dengan pembangunan berkelanjutan. Kegiatan peserta didik dalam
pelaksanaan metode pembelajaran NHT selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 44.
Pelaksanaan posttest dilakukan pada hari Sabtu, 12 April 2014 di
kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi waktu 1 x 45
menit pada jam pelajaran ke 1-2 ( pukul 06.30-07.15 WIB ). Soal
posttest terdiri dari 46 item soal dengan bentuk soal pilihan ganda.
Suasana pelaksanaan posttest berjalan lancar. Masing – masing peserta
didik antusias mengerjakan soal posttest yang diberikan oleh guru.
2) Pelaksanaan Pembelajaran Metode STAD
Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 17
Maret 2014 di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi
waktu 2x45 menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-11.00 WIB).
Pada saat pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru pelaksana dan
guru kolaborasi bertindak sebagai observer ( pengamat ). Guru
mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dengan ramah
64
kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas. Guru mengecek
kehadiran peserta didik dengan melakukan presensi kelas. Jumlah
peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah 30 peserta didik.
Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan kegunaan materi
yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari – hari, menyampaikan
kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada pertemuaan ini,
serta menjelaskan secara singkat kepada peserta didik langkah - langkah
metode pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD )
yang akan digunakan agar peserta didik paham dengan pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Guru membagi peserta didik ke dalam 8
kelompok yang heterogen, setiap kelompok terdiri dari 4 peserta didik.
Ketika pembagian kelompok kondisi kelas tidak kondusif. Hal ini
dikarenakan peserta didik masih saling bertanya dengan teman, saling
berinteraksi dan mengenal teman sekelompoknya.
Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai pelajaran,
kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan video
pembelajaran animasi degradasi lingkungan hidup dan video tentang
banjir di Jakarta yang merusak lingkungan. Sebagian peserta didik
memperhatikan video tersebut. Guru meminta peserta didik
menganalisa antara video tersebut dengan tema yang hendak
disampaikan dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk
merespon terhadap video yang telah ditayangkan. Terdapat 1 peserta
didik yang menjawab pertanyaan guru maupun memberikan respon
terkait video yang telah ditayangkan.
Setelah menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan
pelajaran dengan menjelaskan materi yang disampaikan yaitu konsep
dasar pelestarian lingkungan hidup hidup. Pada saat proses
pembelajaran terlihat 2 peserta didik yang aktif bertanya selama
pelajaran berlangsung terkait dengan materi yang telah disampaikan
oleh guru. Seluruh peserta didik antusias memperhatikan penjelasan
guru terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru pada saat guru
65
menyampaikan materi, namun dalam proses pembelajaran masih
dijumpai peserta didik yang menunjukkan kurang mendukung terhadap
keberhasilan proses. Hal tersebut dapat dilihat ketika guru menjelaskan
materi terdapat 7 peserta didik yang tidak kondusif / tidak
memperhatikan penjelasan guru dengan cara berbicara dengan teman
sebangku. Setelah menjelaskan materi, guru membagikan soal diskusi
kelompok pada lembar kegiatan kelompok. Masing – masing kelompok
berdiskusi, menyatukan pendapat mereka untuk mengerjakan soal
kelompok. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau
jalannya diskusi kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing –
masing kelompok yang mengalami kesulitan.
Selama kegiatan diskusi kelompok, terdapat 5 peserta didik yang
tidak mengerjakan tugas diskusi kelompok. Mereka masih merasa
tergantung anggota kelompok untuk mengerjakan soal diskusi tersebut.
Guru menegur peserta didik tersebut untuk lebih aktif berdiskusi agar
mereka bisa mengerjakan soal kuis individu nantinya. Setelah waktu
diskusi kelompok selesai, guru meminta perwakilan masing – masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Terdapat 2
peserta didik yang memberikan pendapat maupun pertanyaan ketika
berdiskusi / presentasi berlangsung. Guru meminta peserta didik untuk
kembali ke tempat duduk mereka masing – masing untuk mengerjakan
soal kuis individu ke-I. Selama mengerjakan kuis individu, peserta
didik terlihat serius mengerjakan kuis, meskipun terdapat beberapa
peserta didik terlihat bekerja sama dengan teman sebangkunya, guru
menegur peserta didik tersebut. Setelah peserta didik selesai
mengerjakan kuis individu, guru meminta peserta didik mencocokkan
lembar jawaban milik temannya dengan cara menukarkan lembar
jawaban kuis individu teman sebangkunya. Peserta didik memulai
menilai jawaban teman mereka. Guru menampilkan kunci jawaban soal
kuis individu ke-I dengan memberikan penjelasan kebenaran jawaban
66
soal kuis individu tersebut. Guru meminta peserta didik untuk
mengembalikan lembar jawaban kuis individu.
Setelah kuis individu ke-I selesai, guru meminta peserta didik
untuk kembali duduk dengan teman kelompoknya. Guru meminta
peserta didik menghitung skor kemajuan individu dan kelompok pada
lembar rangkuman kelompok. Dalam kegiatan perhitungan skor
kemajuan individu maupun skor kemajuan kelompok, beberapa
kelompok masih bingung cara menghitungnya. Guru menjelaskan
kembali bagaimana cara perhitungan poin kemajuan kelompok. Poin
kemajuan kelompok diperoleh berdasarkan rata – rata kelompok. Untuk
menghitung rata – rata kelompok dapat dilakukan terlebih dahulu
membandingkan skor dasar individu ( nilai pretest ) dengan nilai kuis
individu pada pertemuan pertama, kemudian dimasukkan ke dalam poin
masing - masing individu dalam kelompok. Setelah menghitung jumlah
poin individu, perlu dihitung total skor kelompok dengan cara
membandingkan jumlah poin masing – masing individu dengan jumlah
anggota kelompok yang hadir. Setelah menghitung total skor kelompok,
dilakukan perhitungan rata – rata kelompok dengan cara menjumlahkan
total skor kelompok dengan jumlah anggota kelompok. Kemudian
ditentukan pula kriteria kelompok berdasarkan ketentuan yang telah
ditentukan. Kriteria kelompok dapat diklasifikasikan menjadi kelompok
baik, hebat, dan super.
Pada akhir pertemuan guru memberikan penghargaan ( reward )
kepada masing – masing kelompok dengan apresiasi tepuk tangan
berdasarkan kriteria kelompok. Peserta didik dalam kelompok merasa
termotivasi dan antusias dalam melaksanakan metode pembelajaran
STAD. Pada akhir pertemuan, guru memberikan penguatan terhadap
hasil diskusi terhadap materi yang telah disampaikan. Guru
memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca materi
pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.
67
Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum‟at, 21
Maret 2014 di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi
waktu 2x45 menit pada jam pelajaran ke 1-2 (pukul 06.30-08.00 WIB).
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dengan
ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas dan
mengajak berdoa. Guru mengecek kehadiran peserta didik dengan
melakukan presensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu
sejumlah 30 peserta didik. Sebelum memulai inti pembelajaran, guru
mengingatkan kembali tentang metode pembelajaran STAD yang akan
digunakan pada pertemuan kedua. Guru meminta peserta didik untuk
duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing – masing
seperti pada pertemuan pertama. Setelah peserta didik dirasa sudah siap
memulai pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan
menampilkan video tentang kebakaran hutan di Riau. Setelah
menampilkan video tersebut guru menggali pengetahuan peserta didik
tentang upaya dalam melestarikan dilingkungan hidup dengan cara
memancing peserta didik menganalisa antara video tersebut sesuai tema
materi serta menampung berbagai pendapat peserta didik mengenai
beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup. Terdapat 4
peserta didik yang menjawab pertanyaan guru maupun memberikan
pendapatnya terkait video yang telah ditayangkan.
Setelah menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan
pelajaran dengan menjelaskan materi yang disampaikan tentang
beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup. Guru
memberikan contoh kerusakan lingkungan hidup dengan menampilkan
media peta hotspot Provinsi Riau pada 12 Maret 2014. Pada saat
pembelajaran, guru melibatkan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya maupun memberikan pendapatnya terkait materi yang telah
disampaikan. Terdapat 4 peserta didik yang aktif bertanya selama
pelajaran berlangsung. Seluruh peserta didik antusias memperhatikan
68
penjelasan guru terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru
pada saat guru menyampaikan materi. Kondisi kelas pada pertemuan
kedua sudah mulai kondusif, namun masih saja dijumpai 1 peserta didik
yang tidak kondusif / tidak memperhatikan penjelasan guru dengan
cara berbicara dengan teman sebangku. Guru mengingatkan kepada
peserta didik tersebut agar fokus terhadap materi pelajaran.
Setelah menjelaskan materi, guru membagikan soal diskusi
kelompok pada lembar kegiatan kelompok. Masing – masing kelompok
berdiskusi, menyatukan pendapat mereka untuk mengerjakan soal
kelompok. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau
jalannya diskusi kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing –
masing kelompok yang mengalami kesulitan. Dalam kegiatan diskusi
kelompok. Masing – masing kelompok antusias untuk mengerjakan
tugas guru.
Setelah waktu diskusi kelompok selesai, guru meminta perwakilan
masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Terdapat 6 peserta didik yang aktif memberikan pendapat / pertanyaan
ketika pembahasan diskusi kelompok. Guru meminta peserta didik
untuk kembali ke tempat duduk mereka masing – masing untuk
mengerjakan soal kuis individu ke-II. Setelah peserta didik selesai
mengerjakan kuis individu, guru meminta peserta didik mencocokkan
lembar jawaban milik temannya dengan cara menukarkan lembar
jawaban kuis individu teman sebangkunya.Guru menampilkan kunci
jawaban soal kuis individu ke-II dengan memberikan penjelasan
kebenaran jawaban soal kuis individu tersebut.
Setelah kuis individu ke-II selesai, guru meminta peserta didik
untuk kembali duduk dengan teman kelompoknya. Guru meminta
peserta didik menghitung skor kemajuan individu dan kelompok pada
lembar rangkuman kelompok. Dalam perhitungan skor kemajuan
individu dan kelompok, peserta didik sudah tidak merasa kesulitan dan
tidak bingung dalam menghitung skor kemajuan individu dan
69
kelompok. Poin kemajuan kelompok diperoleh berdasarkan rata – rata
kelompok. Untuk menghitung rata – rata kelompok dapat dilakukan
terlebih dahulu membandingkan nilai kuis individu pertemuan pertama
dengan nilai kuis individu pada pertemuan kedua, kemudian
dimasukkan ke dalam poin masing - masing individu dalam kelompok.
Setelah menghitung jumlah poin individu, perlu dihitung total skor
kelompok dengan cara membandingkan jumlah poin masing – masing
individu dengan jumlah anggota kelompok yang hadir. Setelah
menghitung total skor kelompok, dilakukan perhitungan rata – rata
kelompok dengan cara menjumlahkan total skor kelompok dengan
jumlah anggota kelompok. Kemudian ditentukan pula kriteria
kelompok berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan.
Kriteria kelompok dapat diklasifikasikan menjadi kelompok baik,
hebat, dan super. Pada akhir pertemuan guru memberikan penghargaan
( reward ) kepada masing – masing kelompok dengan apresiasi tepuk
tangan berdasarkan kriteria kelompok. Peserta didik dalam kelompok
merasa termotivasi dan antusias dalam melaksanakan metode
pembelajaran STAD. Pada akhir pertemuan, guru memberikan
penguatan terhadap hasil diskusi terhadap materi yang telah
disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk
membaca materi pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam.
Pelaksanaan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum‟at,
4 April 2014 di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi
waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 1-2 ( pukul 06.30-08.00
WIB). Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam
dengan ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas dan
mengajak berdoa. Guru mengecek kehadiran peserta didik dengan
melakukan presensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu
sejumlah 30 peserta didik. Sebelum memulai inti pembelajaran, guru
mengingatkan kembali tentang metode pembelajaran STAD yang akan
digunakan pada pertemuan ketiga.
70
Guru meminta peserta didik untuk duduk berkelompok sesuai
dengan kelompoknya masing – masing seperti pada pertemuan
sebelumnya. Setelah peserta didik dirasa sudah siap memulai pelajaran,
kemudian guru memberikan apersepsi dengan menampilkan video
tentang sumur resapan di Jakarta dan video tentang Taman kota di
Surabaya. Setelah menampilkan video tersebut guru menggali
pengetahuan peserta didik tentang tindakan – tindakan yang
mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan. Guru memancing peserta didik
menganalisa antara video tersebut sesuai tema materi serta menampung
berbagai pendapat peserta didik mengenai beberapa tindakan yang
mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan. Terdapat 3 peserta didik yang menjawab
pertanyaan guru maupun memberikan pendapatnya terkait video yang
telah ditayangkan. Setelah menjelaskan isi dari video tersebut guru
melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan materi yang disampaikan
tentang tindakan – tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan
hidup hidup kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Seluruh peserta didik antusias memperhatikan penjelasan guru
terbukti mencatat hal – hal penting penjelasan guru pada saat guru
menyampaikan materi. Kondisi kelas pada pertemuan kedua sudah
mulai kondusif, namun masih saja dijumpai 1 peserta didik yang tidak
kondusif / tidak memperhatikan penjelasan guru dengan cara berbicara
dengan teman sebangku. Guru mengingatkan kepada peserta didik
tersebut agar fokus terhadap materi pelajaran.
Setelah menjelaskan materi, guru membagikan soal diskusi
kelompok pada lembar kegiatan kelompok. Masing – masing kelompok
berdiskusi, menyatukan pendapat mereka untuk mengerjakan soal
kelompok. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru memantau
jalannya diskusi kelompok. Guru melakukan bimbingan pada masing –
masing kelompok yang mengalami kesulitan. Dalam kegiatan diskusi
71
kelompok. Masing – masing kelompok antusias untuk mengerjakan
tugas guru.
Setelah waktu diskusi kelompok selesai, guru meminta perwakilan
masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Terdapat 3 peserta didik yang aktif memberikan pendapat / pertanyaan
ketika pembahasan diskusi kelompok. Guru meminta peserta didik
untuk kembali ke tempat duduk mereka masing – masing untuk
mengerjakan soal kuis individu ke-III. Setelah peserta didik selesai
mengerjakan kuis individu, guru meminta peserta didik mencocokkan
lembar jawaban milik temannya dengan cara menukarkan lembar
jawaban kuis individu teman sebangkunya.Guru menampilkan kunci
jawaban soal kuis individu ke-III dengan memberikan penjelasan
kebenaran jawaban soal kuis individu tersebut. Setelah kuis individu
ke-III selesai, guru meminta peserta didik untuk kembali duduk dengan
teman kelompoknya. Guru meminta peserta didik menghitung skor
kemajuan individu dan kelompok pada lembar rangkuman kelompok.
Dalam perhitungan skor kemajuan individu dan kelompok, peserta
didik tidak lagi bingung dalam menghitungnya. Kondisi kelas semakin
menarik karena masing – masing kelompok merasa semakin tertarik
dan senang terhadap pembelajaran STAD. Hal ini dibuktikan nilai
masing – masing kuis individu mereka semakin meningkat.
Pada akhir pertemuan guru memberikan penghargaan ( reward )
kepada masing – masing kelompok berdasarkan kriteria kelompok.
Pada kegiatan ini, guru mengapresiasi terhadap kelompok A sebagai
Juara umum 1 , kelompok B sebagai juara umum 2, dan kelompok C
sebagai juara umum 3 berdasarkan total skor kelompok tiap pertemuan.
Pada akhir pertemuan, guru memberikan penguatan terhadap materi
yang telah disampaikan. Guru memberikan tugas kepada peserta didik
untuk mempelajari materi pertemuan ke 1-3, kemudian pada pertemuan
selanjutnya diadakan tes akhir ( posttest ) pada kompetensi dasar
mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
72
pembangunan berkelanjutan. Kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan
metode pembelajaran STAD selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
44.
Pelaksanaan posttest dilakukan pada hari Senin, 7 April 2014 di
kelas XI IPS 3 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi waktu 1 x 45
menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-10.15 WIB ). Soal
posttest terdiri dari 46 item soal dengan bentuk soal pilihan ganda.
Suasana pelaksanaan posttest berjalan lancar. Masing – masing peserta
didik antusias mengerjakan soal posttest yang diberikan oleh guru.
3) Pelaksanaan Pembelajaran Metode Ceramah
Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 19
Maret 2014 di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi
waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 3-4 (pukul 08.30 - 09.00
WIB). Pada saat pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru
pelaksana dan guru kolaborasi bertindak sebagai observer ( pengamat ).
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dengan
ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas. Guru
mengecek kehadiran peserta didik dengan melakukan presensi kelas.
Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah 32 peserta didik.
Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan kegunaan materi
yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari – hari, menyampaikan
kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada pertemuan ini
melalui slide power point. Setelah peserta didik dirasa sudah siap
memulai pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan
menampilkan video pembelajaran animasi degradasi lingkungan hidup
dan video tentang banjir di Jakarta yang merusak lingkungan. Sebagian
peserta didik memperhatikan video tersebut.
Guru meminta peserta didik menganalisa antara video tersebut
dengan tema yang hendak disampaikan dengan memberikan
kesempatan peserta didik untuk merespon terhadap video yang telah
73
ditayangkan. Terdapat 1 peserta didik yang menjawab pertanyaan guru
maupun memberikan respon terkait video yang telah ditayangkan.
Setelah melakukan apersepsi guru melanjutkan pelajaran dengan
menjelaskan materi yang disampaikan yaitu konsep dasar pelestarian
lingkungan hidup hidup. Kondusi kelas tidak kondusif karena guru
hanya menjelaskan materi saja di depan kelas tanpa memberikan
kesempatan peserta didik untuk bersikap aktif. Dalam proses kegiatan
pembelajaran saat guru menjelaskan materi, terdapat 7 peserta didik
yang tidak kondusif dengan berbicara dengan teman sebangkunya.
Selain itu juga terdapat 4 peserta didik yang mengerjakan tugas / materi
lain selain mata pelajaran Geografi. Peserta didik sebagian besar tidak
mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Mereka merasa bosan
karena guru hanya monoton menjelaskan materi dengan metode
ceramah tanpa memberikan kesempatan peserta didik untuk bersikap
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru sudah seoptimal mungkin
menegur peserta didik agar lebih fokus terhadap materi yang telah
disampaikan.
Setelah menjelaskan materi, guru memberikan tugas secara
individu kepada peserta didik kemudian menyuruh beberapa peserta
didik mengerjakan hasil tugas tersebut di papan tulis. Terdapat 2 peserta
didik yang memberanikan diri mengerjakan hasil tugas tersebut di
papan tulis. Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas kepada
peserta didik untuk membaca materi pada pertemuan selanjutnya dan
mengucapkan salam salam penutup.
Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu,
5 April 2014 di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi
waktu 2x 45 menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-11.00
WIB). Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam
dengan ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang kelas. Guru
mengecek kehadiran peserta didik dengan melakukan presensi kelas.
Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah 31 peserta didik.
74
Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan kembali
kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada pertemuan ini
melalui slide power point. Setelah peserta didik dirasa sudah siap
memulai pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan
menampilkan video tentang kebakaran hutan di Riau. Setelah
menampilkan video tersebut guru menggali pengetahuan peserta didik
tentang upaya dalam melestarikan dilingkungan hidup dengan cara
memancing peserta didik menganalisa antara video tersebut sesuai tema
materi serta menampung berbagai pendapat peserta didik mengenai
beberapa upaya dalam melestarikan lingkungan hidup. Terdapat 1
peserta didik yang menjawab pertanyaan guru. Setelah melakukan
apersepsi guru melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan materi yang
disampaikan yaitu tentang beberapa upaya dalam melestarikan
lingkungan hidup.
Guru memberikan contoh kerusakan lingkungan hidup dengan
menampilkan media peta hotspot Provinsi Riau pada 12 Maret 2014.
Pada saat pembelajaran, guru melibatkan peserta didik untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya maupun memberikan pendapatnya terkait
materi yang telah disampaikan. Terdapat 3 peserta didik yang aktif
bertanya selama pelajaran berlangsung. Kondusi kelas mulai tidak
kondusif saat guru guru menjelaskan materi pelajaran. Dalam proses
kegiatan pembelajaran saat guru menjelaskan materi, terdapat 8 peserta
didik yang tidak kondusif dengan berbicara dengan teman sebangkunya.
Selain itu juga terdapat 6 peserta didik yang mengerjakan tugas / materi
lain selain mata pelajaran Geografi. Peserta didik sebagian besar tidak
mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Mereka merasa bosan
karena guru hanya monoton menjelaskan materi dengan metode
ceramah tanpa memberikan kesempatan peserta didik untuk bersikap
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru sudah seoptimal mungkin
75
menegur peserta didik agar lebih fokus terhadap materi yang telah
disampaikan.
Dalam menjelaskan materi terlihat hanya satu peserta didik yang
mencatat hal – hal penting yang telah disampaikan oleh guru. Setelah
menjelaskan materi, guru memberikan tugas secara individu kepada
peserta didik kemudian menyuruh beberapa peserta didik mengerjakan
hasil tugas tersebut di papan tulis. Terdapat 1 peserta didik yang
memberanikan diri mengerjakan hasil tugas tersebut di papan tulis.
Sebelum mengakhiri pertemuan kedua, guru menyuruh seluruh peserta
didik mengumpulkan tugas individu tersebut dikumpulkan di meja
guru. Terdapat 2 peserta didik yang tidak mengerjakan tugas, kemudian
guru segera meminta klarifikasi dan menyuruh peserta didik tersebut
segera mengumpulkan tugas tersebut. Pada akhir pertemuan, guru
memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca materi pada
pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam salam penutup.
Pelaksanaan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu,
12 April 2014 di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Surakarta dengan
alokasi waktu 2x 45 menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-
11.00 WIB). Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan
salam dengan ramah kepada peserta didik ketika memasuki ruang
kelas. Guru mengecek kehadiran peserta didik dengan melakukan
presensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu sejumlah
32 peserta didik. Sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan
kembali kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada pertemuan
ini melalui slide power point. Setelah peserta didik dirasa sudah siap
memulai pelajaran, kemudian guru memberikan apersepsi dengan
menampilkan video tentang sumur resapan di Jakarta dan video tentang
Taman kota di Surabaya.
Setelah menampilkan video tersebut guru menggali pengetahuan
peserta didik tentang tindakan – tindakan yang mencerminkan
pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan pembangunan
76
berkelanjutan. Guru memancing peserta didik menganalisa antara video
tersebut sesuai tema materi serta menampung berbagai pendapat peserta
didik mengenai beberapa tindakan yang mencerminkan pelestarian
lingkungan hidup hidup kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Terdapat 1 peserta didik yang menjawab pertanyaan guru maupun
memberikan pendapatnya terkait video yang telah ditayangkan. Setelah
menjelaskan isi dari video tersebut guru melanjutkan pelajaran dengan
menjelaskan materi yang disampaikan tentang tindakan – tindakan yang
mencerminkan pelestarian lingkungan hidup hidup kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan.
Dalam kegiatan pembelajaran, kondisi kelas tidak kondusif. Hal ini
disebabkan peserta didik merasa bosan terhadap penjelasan guru. Guru
hanya monoton menyampaikan materi tanpa memberikan kesempatan
penuh kepada peserta didik ketika menjelaskan materi. Akibat dari
kebosanan tersebut, terdapat 11 peserta didik yang kurang antusias
terhadap penyampaian materi guru. Mereka lebih asyik mengobrol dan
bercanda dengan teman sebangkunya pada saat guru menjelaskan
materi. Setelah menjelaskan materi, guru memberikan pertanyaan
seputar materi yang telah disampaikan. Terdapat 4 peserta didik yang
aktif menjawab serta memberikan pertanyaan kepada guru. Mereka
memberikan pertanyaan karena kurang paham terhadap materi yang
telah disampikan oleh guru. Guru kemudian menjelaskan kembali
dengan detail materi tersebut kepada peserta didik.
Sebelum mengakhiri pertemuan, guru memberikan tugas secara
individu kepada peserta didik kemudian menyuruh beberapa peserta
didik mengerjakan hasil tugas tersebut di papan tulis.
Sebelum mengakhiri pertemuan kedua, guru menyuruh seluruh
peserta didik mengumpulkan tugas individu tersebut dikumpulkan di
meja guru. Terdapat 1 peserta didik yang tidak mengerjakan tugas,
kemudian guru segera meminta klarifikasi dan menyuruh peserta didik
tersebut segera mengumpulkan tugas tersebut. Pada akhir pertemuan,
77
guru memberikan penguatan terhadap materi yang telah disampaikan.
Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi
pertemuan ke 1-3, kemudian pada pertemuan selanjutnya diadakan tes
akhir ( posttest ) pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan metode pembelajaran
ceramah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 44.
Pelaksanaan posttest dilakukan pada hari Sabtu, 17 April 2014 di
kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Surakarta dengan alokasi waktu 1 x 45
menit pada jam pelajaran ke 5-6 ( pukul 09.30-10.15 WIB ). Soal
posttest terdiri dari 46 item soal dengan bentuk soal pilihan
ganda.Suasana pelaksanaan posttest berjalan lancar.Masing – masing
peserta didik antusias mengerjakan soal posttest yang diberikan oleh
guru.
3. Deskripsi Nilai Pretest-Posttest Metode Pembelajaran NHT
Adapun dalam pengukuran tes kognitif pretest dan posttest terdiri dari 46
butir soal objektif pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Jumlah soal antara kelas kontrol maupun kelas eksperimen tes kognitif pretest
dan posttest adalah sama sebanyak 46 butir. Deskripsi statistik nilai pretest –
posttest kelompok eksperimen NHT di kelas XI IPS 2 dapat disajikan pada
tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Data statistik Pretest dan Posttest Metode NHT
Metode
Pembelajaran NHT N Mean SD
Nilai
Minimal
Nilai
Maksimal
Pretest 32 68,03 8,67 46 83
Posttest 32 82,69 4,98 74 93
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 37)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dinyatakan bahwa nilai terendah pretest
sebesar 46, nilai tertinggi pretest sebesar 83, nilai rata – rata pretest sebesar
78
68,03 dengan standar deviasi sebesar 8,67 dengan jumlah responden (N)
sebesar 32 peserta didik. Nilai terendah posttest sebesar 74, nilai tertinggi
posttest sebesar 93, nilai rata – rata sebesar 82, 69 dengan standar deviasi
sebesar 4, 98 dengan jumlah responden ( N ) sebesar 32 peserta didik.
Berdasarkan rerata antara pretest dan posttest menunjukkan terjadi kenaikan
rerata sebesar 14,66. Hal ini menunjukan bahwa rerata nilai posttest lebih
tinggi dibandingkan dengan pretest setelah peserta didik diberikan perlakuan
dengan metode pembelajaran NHT di kelas XI IPS 2.
Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen
metode pembelajaran NHT dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest-Posttest Kelompok NHT
Interval
Nilai
Frekuensi Persentase Frekuensi
Pretest Posttest Pretest Posttest
41-50 1 0 3% 0%
51-60 5 0 16% 0%
61-70 14 0 44% 0%
71-80 11 12 34% 38%
81-90 1 19 3% 59%
91-100 0 1 0% 3%
Jumlah 32 32 100% 100%
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 38 )
Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi pretest –posttest kelompok NHT
dapat dinyatakan bahwa frekuensi pretest terbanyak pada interval nilai 61-70
sebanyak 14 peserta didik dengan persentase 44%. Frekuensi posttest
terbanyak pada interval nilai 81-90 sebanyak 19 peserta didik dengan
persentase 59%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan
/ tindakan pembelajaran metode NHT, persentase jumlah nilai posttes
mengalami peningkatan pada nilai 81-90. Tabel distribusi frekuensi tersebut
dapat diperjelas dengan histogram pada gambar 4.2 berikut ini :
79
Gambar 4.2 Histogram Nilai Pretest Posttest Metode Pembelajaran NHT
Berdasarkan hasil analisis angket respon peserta didik menggunakan metode
NHT di kelas XI IPS 2, diperoleh rerata persentase aspek ketertarikan,
kemudahan, efektivitas dan kerjasama dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Angket Respon Peserta Didik Metode NHT
No Aspek Respon Peserta Didik Persentase
1 Ketertarikan 79 %
2 Kemudahan 83 %
3 Efektivitas 78 %
4 Kerjasama 82%
Total rata – rata aspek respon peserta didik 80,50%
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 45 )
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dinyatakan bahwa total rata – rata aspek
respon peserta didik terhadap pembelajaran NHT sebesar 80,50%. Dalam
metode pembelajaran NHT rata – rata aspek ketertarikan sebesar 79%, aspek
kemudahan 83 %, aspek efektivitas 78% serta aspek kerjasama 82%. Apabila
dilihat dari ketercapaian tiap aspek, aspek respon yang tingkat terendah
adalah aspek efektivitas sedangkan aspek respon dengan tingkat tertinggi
adalah aspek kemudahan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam metode
0
5
10
15
20
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Histogram Nilai Pretest dan Posttest
Metode Pembelajaran NHT
Frekuensi Pretest
Frekuensi Posttest
80
pembelajaran NHT peserta didik lebih mudah memahami materi dan
memecahkan masalah yang dihadapi.
4. Deskripsi Nilai Pretest-Posttest Metode Pembelajaran STAD
Deskripsi statistik nilai pretest –posttest kelompok eksperimen STAD di
kelas XI IPS 3 dapat disajikan pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Data Statistik Pretest dan Posttest Metode STAD
Metode
Pembelajaran STAD N Mean SD
Nilai
Minimal
Nilai
Maksimal
Pretest 32 66,97 7,86 52 80
Posttest 32 79,88 5,57 70 91
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 37)
Berdasarkan data statistik tabel 4.4 dapat dinyatakan bahwa nilai terendah
pretest sebesar 52, nilai tertinggi pretest sebesar 80, nilai rata – rata sebesar
66,97 dengan standar deviasi sebesar 7,86 dengan jumlah responden ( N )
sebesar 32 peserta didik. Nilai terendah posttest sebesar 70, nilai tertinggi
posttest sebesar 91, nilai rata – rata sebesar 79,88 dengan standar deviasi
sebesar 5,5 dengan jumlah responden ( N ) sebesar 32 peserta didik.
Berdasarkan rerata antara pretest dan posttest menunjukkan terjadi kenaikan
rerata sebesar 12,91. Hal ini menunjukan bahwa rerata nilai posttest lebih
tinggi dibandingkan dengan pretest setelah peserta didik diberikan perlakuan
dengan metode pembelajaran STAD di kelas XI IPS 3.
Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen
metode pembelajaran NHT dapat disajikan dalam tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest kelompok STAD
Nilai
Frekuensi Persentase Frekuensi
Pretest Posttest Pretest Posttest
41-50 0 0 0% 0%
51-60 6 0 19% 0%
61-70 16 1 50% 3%
71-80 10 17 31% 53%
81-90 0 13 0% 41%
91-100 0 1 0% 3%
Jumlah 32 32 100% 100%
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 (lampiran 38 )
81
Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi pretest –posttest kelompok
STAD dapat dinyatakan bahwa frekuensi pretest terbanyak pada interval nilai
61-70 sebanyak 16 peserta didik dengan persentase 50%. Frekuensi posttest
terbanyak pada interval nilai 71-80 sebanyak 17 peserta didik dengan
persentase 53%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan
perlakuan tindakan pembelajaran metode STAD, persentase jumlah nilai
posttes mengalami peningkatan pada interval nilai 71-80. Tabel distribusi
frekuensi tersebut dapat diperjelas dengan histogram pada gambar 4.3 berikut
ini :
Gambar 4.3 Histogram Nilai Pretest Posttest Metode Pembelajaran STAD
Berdasarkan hasil analisis angket respon peserta didik menggunakan metode
STAD di kelas XI IPS 3, diperoleh persentase aspek ketertarikan, kemudahan,
efektivitas dan kerjasama dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Angket Respon Peserta Didik Metode STAD
No Aspek Respon Peserta Didik Persentase
1 Ketertarikan 78 %
2 Kemudahan 78 %
3 Efektivitas 74 %
4 Kerjasama 81%
Total rata – rata aspek respon peserta didik 77,75%
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 45 )
0
5
10
15
20
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Histogram Nilai Pretest dan Posttest
Metode Pembelajaran STAD
Frekuensi Pretest
Frekuensi Posttest
82
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dinyatakan bahwa rata – rata aspek respon
peserta didik terhadap pembelajaran STAD sebesar 77,75%. Dalam metode
pembelajaran STAD rata – rata aspek ketertarikan sebedar 78%, aspek
kemudahan 78 %, aspek efektivitas 74% serta aspek kerjasama 81%. Apabila
dilihat dari ketercapaian tiap aspek, aspek respon yang tingkat terendah
adalah aspek ketertarikan sedangkan aspek respon dengan tingkat tertinggi
adalah aspek kerjasama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam metode
pembelajaran STAD peserta didik mampu bekerjasama dalam memecahkan
masalah, baik melalui kuis individu maupun kemajuan kelompoknya.
5. Deskripsi Nilai Pretest-Posttest Metode Pembelajaran Ceramah.
Deskripsi statistik nilai pretest –posttest kelompok kontrol Ceramah di kelas
XI IPS 4 dapat disajikan pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Data Statistik Pretest dan Posttest Metode Ceramah
Metode
Pembelajaran
Ceramah
N Mean SD Nilai
Minimal
Nilai
Maksimal
Pretest 32 64,16 7,45 49 80
Posttest 32 73,91 5,17 64 84
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 37)
Berdasarkan data statistik tabel 4.7 dapat dinyatakan bahwa nilai terendah
pretest sebesar 49, nilai tertinggi pretest sebesar 80, nilai rata – rata sebesar
64,16 dengan standar deviasi sebesar 7,45 dengan jumlah responden ( N )
sebesar 32 peserta didik. Nilai terendah posttest sebesar 64, nilai tertinggi
posttest sebesar 84, nilai rata – rata sebesar 73,91 dengan standar deviasi
sebesar 5,17 dengan jumlah responden ( N ) sebesar 32 peserta didik.
Berdasarkan rerata antara pretest dan posttest menunjukkan terjadi kenaikan
rerata sebesar 9,75. Data statistik pretest dan posttest metode pembelajaran
ceramah selengkapnya apat dilihat pada Lampiran 37.
Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kelompok kontrol metode
pembelajaran ceramah dapat disajikan dalam tabel 4.8 berikut :
83
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest kelompok Ceramah
Interval
Nilai
Frekuensi Persentase Frekuensi
Pretest Posttest Pretest Posttest
41-50 1 0 3% 0%
51-60 9 0 16% 0%
61-70 15 7 44% 22%
71-80 7 21 34% 66%
81-90 0 4 3% 13%
91-100 0 0 0% 0%
Jumlah 32 32 100% 100%
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 (lampiran 38 )
Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi pretest –posttest kelompok
ceramah dapat dinyatakan bahwa frekuensi pretest terbanyak pada interval
nilai 61-70 sebanyak 15 peserta didik dengan persentase 44%. Frekuensi
posttest terbanyak pada interval nilai 71-80 sebanyak 21 peserta didik dengan
persentase 66%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan
perlakuan tindakan pembelajaran metode ceramah, persentase jumlah nilai
posttest mengalami peningkatan pada interval nilai 71-80. Meskipun terjadi
peningkatan nilai posttest akan tetapi nilai peserta didik tidak begitu terjadi
peningkatan secara signifikan terhadap hasil belajar pada metode
pembelajaran ceramah. Tabel distribusi frekuensi di atas dapat diperjelas
dengan histogram pada gambar 4.4 berikut ini :
Gambar 4.4 Histogram Nilai Pretest- Posttest Metode Pembelajaran ceramah
0
5
10
15
20
25
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Nilai Pretest dan Posttest
Metode Pembelajaran Ceramah
Frekuensi Pretest
Frekuensi Posttest
84
Berdasarkan hasil analisis angket respon peserta didik menggunakan metode
Ceramah di kelas XI IPS 4, diperoleh rata – rata persentase aspek
ketertarikan, kemudahan, efektivitas dan kerjasama dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.9 Angket Respon Peserta Didik Metode Ceramah
No Aspek Respon Peserta Didik Persentase
1 Ketertarikan 56 %
2 Kemudahan 61 %
3 Efektivitas 58 %
4 Kerjasama 33%
Rata – rata aspek respon peserta didik 63,00%
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 45)
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dinyatakan bahwa total rata – rata aspek
respon peserta didik terhadap pembelajaran ceramah sebesar 77,75%. Dalam
metode pembelajaran ceramah rata – rata aspek ketertarikan sebedar 56%,
aspek kemudahan 61 %, aspek efektivitas 58% serta aspek kerjasama 33%.
Apabila dilihat dari ketercapaian tiap aspek, aspek respon yang tingkat
terendah adalah kerjasama. Dalam pembelajaran metode ceramah membuat
peserta didik kurang tertarik serta minimnya peran aktif peserta didik. Hal ini
disebabkan dalam pembelajaran ceramah, peran peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran sangat kurang.
K. Pengujian Prasyarat Analisis
Normalitas data dan homogenitas data merupakan syarat pokok yang harus
dipenuhi sebelum melakukan hipotesis uji anava ( analisis varian ) satu jalan. Data
yang dapat dipergunakan dalam uji prasyarat analisis tersebut adalah data nilai
kognitif pretest dan posttest pada metode pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah.
1. Uji Normalitas Data
Normalitas data merupakan syarat penting yang harus dilakukan sebelum
melakukan uji anava. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Normalitas suatu
data penting karena dengan data yang berdistribusi normal, maka data tersebut
85
dianggap dapat mewakili suatu populasi. Uji kenormalan dapat dilakukan
dengan metode Liliefors dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji normalitas
pada masing – masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.10 dan
selengkapnya disajikan pada Lampiran 29 dan lampiran 35.
Tabel 4.10. Hasil Rangkuman Uji Normalitas Data
No Metode
Pembelajaran
Kelompok
Tes
Jumlah
sampel
Harga L
L
hitung
L
tabel Kesimpulan
1 NHT Pretest 32 0,077 0,157 Data berdistribusi Normal
Posttest 32 0,132 0,157 Data berdistribusi Normal
2 STAD Pretest 32 0,12 0,157 Data berdistribusi Normal
Posttest 32 0,119 0,157 Data berdistribusi Normal
3 Ceramah Pretest 32 0,114 0,157 Data berdistribusi Normal
Posttest 32 0,15 0,157 Data berdistribusi Normal
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 29 & lampiran 35)
Untuk menentukan normalitas dari data tersebut cukup membaca pada
nilai Lhitung dibandingkan dengan nilai L tabel. Jika Lhitung < Ltabel, maka
kesimpulannya data berdistribusi normal. Tetapi jika nilai Lhitung>Ltabel maka
data tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diperoleh
informasi nilai Lhitung pada masing – masing kelompok tes lebih kecil dari Ltabel,
sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian
yang terdiri dari kelompok NHT, STAD, dan ceramah berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas perlu dilakukan sebelum melakukan anava untuk
mengetahui apakah varian data dari data sama atau berbeda. Hal tersebut perlu
dilakukan karena uji anava berasumsi bahwa varian kelompok data adalah
sama atau berbeda. Uji homogenitas terhadap data pretest maupun posttest
masing – masing kelas menggunakan metode Bartlett dengan taraf signifikansi
5%. Untuk menentukan homogenitas dari data tersebut cukup membaca pada
nilai Χ2
obs dibandingkan dengan nilai Χ2
tabel. Jika Χ2
obs < Χ2
tabel, maka
kesimpulannya data bersifat homogen. Tetapi jika nilai Χ2
obs > Χ2
tabel maka
86
data tersebut bersifat tidak homogen. Hasil rangkuman uji homogenitas data
pretest dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11 Hasil Rangkuman Uji Homogenitas Data Pretest
Metode
Pembelajaran Χ
2obs Χ
2tabel Kesimpulan
NHT
STAD
Ceramah
0,633 5,991 Data homogen
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 30)
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dinyatakan bahwa nilai Χ2
obs sebesar 0, 633
sedangkan nilai Χ2
tabel sebesar 5,991. Hal tersebut membuktikan bahwa nilai
Χ2
obs<Χ2
tabel. Dengan demikian data pretest menggunakan metode
pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah berasal dari populasi yang homogen.
Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30.
Hasil rangkuman uji homogenitas data Posttest dapat dilihat pada tabel 4.11
sebagai berikut
Tabel 4.12 Hasil Rangkuman Uji Homogenitas Data Posttest
Metode
Pembelajaran Χ
2obs Χ
2tabel Kesimpulan
NHT
STAD
Ceramah
0,351 5,991 Data homogen
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 36)
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dinyatakan bahwa nilai Χ2
obs sebesar 0, 351
sedangkan nilai Χ2
tabel sebesar 5,991. . Hal tersebut membuktikan bahwa nilai
Χ2
obs<Χ2
tabel. Dengan demikian data posttest menggunakan metode
pembelajaran NHT, STAD, dan ceramah berasal dari populasi yang homogen.
Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36.
L. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Setelah uji normalitas data dan uji homogenitas data terpenuhi, maka
langkah selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis 1 dengan anava ( analisis
87
varian ) satu arah. Anava digunakan untuk menguji perbandingan tiga atau
lebih rata – rata kelompok sampel yang independen dengan satu arah.
Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu arah sebagai berikut :
H0= µ1= µ2 =µ3, tidak terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode
pembelajaran yaitu NHT, STAD, dan ceramah memberikan rerata hasil
belajar yang sama )
H1= terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode pembelajaran yaitu
NHT, STAD, dan ceramah memberikan satu rerata hasil belajar yang tidak
sama )
Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
Perhitungan lengkap anava dapat disajikan pada Lampiran 39, sedangkan
rangkuman hasil anava satu arah dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini :
Tabel 4.13 Rangkuman hasil perhitungan anava satu arah
ANAVA
Sumber
Varian JK dk RK Fobs Fα
Metode 1286,896 2 643,448 23,384 3,095
Galat 2559,094 93 27,517
Total 3845,990 95
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 39 )
Berdasarkan tabel 4.13 menjelaskan tentang hasil uji analisis variansi satu
arah dengan sel yang sama. Untuk menentukan keputusan uji cukup melihat
nilai Fobs dibandingkan dengan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 23, 384 sedangkan
nilai Fα sebesar 3, 095. Hal ini dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak
apabila Fobs > Fα ( 23,384 > 3,095 ). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat beda skor yang signifikan ( ketiga metode pembelajaran yaitu
NHT, STAD, dan ceramah memberikan satu rerata hasil belajar yang tidak
sama ).
Hal ini membuktikan sesuai hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa
ada perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode
88
pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement
Division ( STAD ), dengan ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Untuk mengetahui manakah dari perlakuan – perlakuan itu yang secara
signifikan berbeda dengan lain perlu dilakukan uji pasca anava dengan metode
Scheffe‟. Metode Scheffe” menghasilkan cacah beda rerata signifikan pada
masing – masing perlakuan.
Hasil perhitungan uji pasca anava dengan metode scheffe‟ selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 40.
Berikut merupakan rangkuman hasil uji pasca anava dengan metode
Scheffe‟ pada hasil belajar geografi yang disajikan dalam tabel 4.14 berikut ini:
Tabel 4.14 Rangkuman Uji Pasca Anava Dengan Metode Scheffe”
Xi NHT NHT STAD
Xj STAD Ceramah Ceramah
Rata - rata Xi 82,688 82,688 79,875
Rata - rata Xj 79,875 73,906 73,906
N 32 32 32
− −𝑿𝒊 − 𝑿𝒋 𝟐
7,912 77,123 35,628
𝑹𝑲𝑮 ( 𝟏
𝒏𝒊+
𝟏
𝒏𝒋 ) 1,719 1,719 1,719
F hitung 4,602 44,865 20,726
F tabel 3,095 3,095 3,095
Keputusan Uji Ho ditolak
Ho ditolak
Ho ditolak
Kesimpulan Beda Beda Beda
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2014 ( lampiran 40)
Untuk melakukan pengujian hipotesis kedua dapat dilakukan sebagai
berikut :
89
H0 = µ1 = µ2 , tidak terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar
metode NHT dan STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
H1 = µ1 > µ2 , terdapat beda skor yang signifikan (rerata hasil belajar
metode NHT dan STAD menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
Berdasarkan tabel 4.14 menjelaskan tentang hasil uji pasca analisis
variansi satu arah dengan metode Scheffe”. Untuk menentukan keputusan uji
dalam pengujian hipotesis kedua cukup melihat nilai Fobs dibandingkan
dengan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 4,602 sedangkan nilai Fα sebesar 3, 095.
Hal ini dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak dengan nilai Fobs > Fα
( 4,602 >3,095). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata
hasil belajar metode NHT dan STAD menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hal ini membuktikan sesuai hipotesis kedua yang menyebutkan
bahwa hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi
menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division
( STAD ) pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan
hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik
kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Untuk melakukan pengujian hipotesis ketiga dapat dilakukan sebagai
berikut :
H0 = µ1 = µ3 , tidak terdapat beda skor yang signifikan( rerata hasil belajar
metode NHT dan ceramah tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
90
H1 = µ1 > µ3 , terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar
metode NHT dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan)
Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
Berdasarkan tabel 4.14 menjelaskan tentang hasil uji pasca analisis
variansi satu arah dengan metode Scheffe”. Untuk menentukan keputusan
uji dalam pengujian hipotesis ketiga cukup melihat nilai Fobs dibandingkan
dengan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 44,86 sedangkan nilai Fα sebesar 3, 095.
Hal ini dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak dengan nilai Fobs > Fα
( 44,865 >3,095). Dengan demikian dapat disimpulkan maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat rerata hasil belajar metode NHT dan ceramah
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti sejalan
dengan hipotesis ketiga yang menyebutkan hasil belajar Geografi
menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih
baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran
ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan
hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik
kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Untuk melakukan pengujian hipotesis keempat dapat dilakukan sebagai
berikut:
H0 = µ2 = µ3 , tidak terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar
metode STAD dan ceramah tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
H1 = µ2 > µ3 , terdapat beda skor yang signifikan ( rerata hasil belajar
metode STAD dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan )
Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
91
Berdasarkan tabel 4.14 menjelaskan tentang hasil uji pasca analisis variansi
satu arah dengan metode Scheffe”. Untuk menentukan keputusan uji dalam
pengujian hipotesis keempat cukup melihat nilai Fobs dibandingkan dengan
nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 20,726 sedangkan nilai Fα sebesar 3, 095. Hal ini
dapat dilakukan keputusan uji H0 ditolak dengan nilai Fobs > Fα
( 20,726 >3,095 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat rerata
hasil belajar metode STAD dan ceramah menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hal ini berarti sejalan dengan hipotesis keempat yang menyebutkan
bahwa Hal tersebut berarti hasil belajar Geografi menggunakan metode
pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) lebih baik daripada
hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada
kompetensi dasar “Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS
SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014
M. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Pelaksanaan Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk melakukan uji hipotesis pertama dalam penelitian perlu dilakukan uji
analisis varian ( Anava ) satu jalan. Berdasarkan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai Fobs > Fα (23, 384 >3, 095). Keputusan uji anava
menunjukkan H0 ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar yang signifikan antara metode NHT, STAD dan ceramah.
Pernyataan tersebut sejalan dengan hipotesis pertama yang menyebutkan
bahwa ada perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode
pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement
Division ( STAD ), dan ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014. Selanjutnya untuk mengetahui rerata mana yang leih baik
92
atau pengaruh mana yang lebih besar dari masing – masing metode
pembelajaran tersebut dilakukan uji lanjut pasca anava.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Untuk melakukan pengujian hipotesis kedua dapat dilakukan dengan
memperbandingkan beda rerata yang signifikan pada masing – masing
perlakuan dengan uji pasca anava menggunakan metode Scheffe”. Hasil uji
Scheffe” menunjukkan nilai Fobs > Fα ( 4,602 >3,095 ). Keputusan uji
menunjukkan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar
Geografi menggunakan metode pembelajaran NHT dan STAD terdapat adanya
perbedaan yang signifikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan hipotesis kedua
yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi menggunakan metode
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil
belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team
Achievement Division ( STAD ) pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Berdasakan nilai posttest menunjukkan bahwa rerata kelas XI IPS 2 yang
diberikan perlakuan menggunakan metode NHT sebesar 82,69 sedangkan nilai
rerata posttest kelas XI IPS 3 yang diberikan perlakuan menggunakan metode
STAD sebesar 79,88. Hal ini menunjukkan rerata nilai posttest peserta didik
pada kelompok NHT lebih tinggi daripada hasil belajar peserta didik pada
kelompok STAD. Metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT )
merupakan salah satu metode pembelajaran dalam cooperative learning
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan
teman sekelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan materi yang terkait
dengan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran NHT di kelas XI IPS 2, guru membagi kelompok menjadi 8
kelompok dalam kelas. Masing – masing kelompok terdiri dari 4 peserta didik.
Ciri khas dalam pembelajaran menggunakan metode NHT adalah guru
93
memberikan nomer pada setiap peserta didik. Setelah pemberian nomer
(numbering), guru memberikan beberapa soal diskusi yang harus diselesaikan
bersama dalam setiap kelompoknya. Soal diskusi yang diberikan guru terkait
dengan kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup
dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan peserta didik kelas XI
IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun 2013 / 2014. Masing – masing peserta
didik saling bekerjasama untuk menyelesaikan pemecahan masalah dalam
diskusi tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal diskusi, guru secara acak
memanggil peserta didik yang memiliki normor yang sama dari tiap – tiap
kelompok. Hal tersebut juga menjadi ciri khas dalam pembelajaran NHT.
Selain bertanggung jawab terhadap terhadap kelompoknya, peserta didik juga
bertanggungjawab untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan
kelas. Dengan demikian pembelajaran menggunakan metode NHT mampu
meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik dalam memperdalam
pemahaman materi pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan metode STAD pada dasarnya sama – sama
merupakan metode pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berdiskusi dengan kelompok dalam memecahkan
permasalahan yang terkait dengan materi pelajaran. Dalam pembelajaran STAD
peserta didik setiap akhir pertemuan diberikan kuis untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Hal
inilah yang menyebabkan peserta didik merasa bosan dan kurang tertarik
terhadap soal – soal yang diberikan pada setiap akhir pertemuan. Sebenarnya
metode ini sangat menarik untuk diberikan karena membuat peserta didik aktif
untuk diskusi dalam kelompok untuk memperdalam pemahaman materi, akan
tetapi disisi lain menyebabkan kebosanan peserta didik karena setiap akhir
pertemuan peserta didik harus menyelesaikan beberapa kuis individu serta
mendekati jam berakhirnya pelajaran Geografi di kelas XI IPS 3 sehingga
kondisi kelas kurang begitu kondusif pada akhir pertemuan.
Berdasarkan angket respon peserta didik setalah diberikan perlakuan
metode pembelajaran, metode NHT memiliki total rata – rata aspek respon
94
peserta didik sebesar 80,50 % dan metode STAD memiliki total rata-rata aspek
respon peserta didik sebesar 77,75%. Dalam metode pembelajaran NHT aspek
kemudahan memiliki rerata sebesar 83%, dan untuk metode STAD sebesar
78%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran NHT peserta didik lebih mudah
memahami materi dan memecahkan masalah yang dihadapi sehingga akan
berdampak terhadap hasil belajar Geografi. Peserta didik akan mudah paham
konsep karena peserta didik memiliki tanggungjawab baik secara individu
maupun kelompok yang menuntut mereka untuk memahami konsep Geografi
berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh guru.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Untuk melakukan pengujian hipotesis ketiga dapat dilakukan dengan
memperbandingkan beda rerata yang signifikan pada masing – masing
perlakuan dengan uji pasca anava menggunakan metode Scheffe”. Hasil uji
Scheffe” menunjukkan nilai Fobs > Fα ( 44,865 >3,095). Keputusan uji
menunjukkan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar
Geografi menggunakan metode pembelajaran NHT dan ceramah terdapat
adanya perbedaan yang signifikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan
hipotesis ketiga yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi menggunakan
metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada
hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada
kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS
SMA Negeri 5 Surakarta Tahun 2013/2014.
Pembelajaran Geografi dengan menggunakan metode NHT memiliki ciri
khas guru membentuk kelompok dan memberikan penomoran kepada peserta
didik. Setelah guru memberikan permasalahan terkait dengan pembelajaran,
guru secara acak memanggil nomor sesuai dengan nomor yang ditentukan.
Peserta didik penuh tanggung jawab mempresentasikan hasil diskusi kelompok
di depan kelas. Kegiatan tersebut menjadi ciri khas dalam pelaksanaan
95
pembelajaran menggunakan metode NHT sehingga pembelajaran tersebut lebih
efektif dibandingkan metode ceramah.
Berdasakan nilai posttest menunjukkan bahwa rerata kelas XI IPS 2 yang
diberikan perlakuan menggunakan metode NHT sebesar 82,69 sedangkan nilai
rerata posttest kelas XI IPS 4 yang diberikan perlakuan menggunakan metode
ceramah sebesar 73,91. Hal ini menunjukkan rerata nilai posttest peserta didik
pada kelompok NHT lebih tinggi daripada hasil belajar peserta didik pada
kelompok ceramah. Pembelajaran menggunakan metode ceramah, guru hanya
menyampaikan materi dengan bantuan slide powerpoint di depan kelas tanpa
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersikap aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode
ceramah, peserta didik kurang mendapatkan permasalahan – permasalahan
berkaitan dengan materi pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan dalam kehidupan sehari – hari. Kondisi kelas yang
kurang kondusif menyebabkan peserta didik merasa bosan dalam
memperhatikan penjelasan guru. Kesempatan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran hanya diberikan setelah guru selesai menyampaikan materi. Guru
memberikan sebuah pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Peserta didik
yang rajin mencatat materi yang telah disampaikan guru, mendengarkan
dengan seksama diharapkan mampu menjawab pertanyaan tersebut. Sebaliknya
apabila peserta didik malas untuk mencatat materi yang telah disampaikan
guru, tidak memperhatikan secara seksama maka peserta didik tidak dapat
menjawab pertanyaan tersebut. Hal tersebut akan berdampak terhadap
rendahnya hasil belajar Geografi peserta didik.
Berdasarkan angket respon peserta didik setalah diberikan perlakuan
metode pembelajaran, metode NHT memiliki total rata– rata aspek respon
peserta didik sebesar 80,50 % dan metode ceramah memiliki total rata-rata
aspek respon peserta didik sebesar 63,00%. Ditinjau dari aspek kerjasama,
metode NHT memiliki rata – rata respon kerjasama sebesar 82 % sedangkan
metode ceramah memiliki rata – rata respon kerjasama sebesar 33%. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan metode NHT peserta
96
didik diberikan kesempatan kerjasama dalam diskusi kelompok untuk
memecahkan permasalahan berkaitan dengan kompetensi dasar yang
disampaikan oleh guru. Sehiggga akan berdampak terhadap hasil belajar
geografi peserta didik. Bila dibandingkan dengan metode ceramah, kesempatan
kerjasama pada kelompok NHT tersebut tidak dijumpai dalam metode
pembelajaran ceramah. Metode pembelajaran ceramah peserta didik cenderung
bersikap pasif saat pembelajaran. Kesempatan untuk berdiskusi tidak dijumpai
dalam metode ini, peran aktif peserta didik bersifat terbatas. Dengan
terbatasnya kesempatan peserta didik untuk bersikap aktif maka akan
berdampak pula terhadap hasil belajar Geografi tersebut
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Untuk melakukan pengujian hipotesis keempat dapat dilakukan dengan
memperbandingkan beda rerata yang signifikan pada masing – masing
perlakuan dengan uji pasca anava menggunakan metode Scheffe”. Hasil uji
Scheffe” menunjukkan nilai Fobs > Fα ( 20,726 >3,095 ). Hal ini menunjukkan
bahwa rerata hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran STAD
dan ceramah terdapat adanya perbedaan yang signifikan. Pernyataan tersebut
sejalan dengan hipotesis keempat yang menyebutkan bahwa hasil belajar
Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement
Division ( STAD ) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan
metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Berdasakan nilai posttest menunjukkan bahwa rerata kelas XI IPS 3 yang
diberikan perlakuan menggunakan metode STAD sebesar 79,88 sedangkan
nilai rerata posttest kelas XI IPS 4 yang diberikan perlakuan menggunakan
metode ceramah sebesar 73,91. Hal ini menunjukkan rerata nilai posttest
peserta didik pada kelompok STAD lebih tinggi daripada hasil belajar peserta
didik pada kelompok ceramah. Metode pembelajaran STAD dapat dikatakan
97
lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah karena
proses pembelajaran metode STAD memberikan kesempatan aktif kepada
peserta didik untuk memahami materi pelajaran dengan memcahkan
permasalahan yang berkaitan dengan materi tersebut. Peserta didik akan
bekerja sama dalam pemecahan masalah dalam kelompok diskusi tersebut.
Peserta didik juga saling membantu dalam diskusi kelompoknya dengan
memberikan bantuan kepada teman sekelompok apabila ada hal – hal yang
kurang dimengerti. Peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi akaan
membantu peserta didik yang memiliki kemampuan rendah. Adanya kerjasama
yang bersifat positif tersebut memberikan dampat terhadap termotivasinya
peserta didik dalam menyelesaikan solusi permasalahan sehingga mampu
meningkatkan hasil belajar Geografi peserta didik. Untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan masing – masing individu dalam memahami materi setiap
akhir pertemuan guru memberikan kuis individu. Kuis individu tersebut
nantinya akan berpengaruh terhadap skor kemajuan kelompok. Setelah
penskoran kuis individu, masing – masing kelompok menghitung skor
kemajuan kelompok pada lembar rangkuman kelompok Kriteria penghargaan
kelompok terdiri dari team super, team hebat, dan team baik.
Dengan adanya kuis individu dan penghargaan kelompok erdasarkan skor
kemajuan kelompok menyebabkan peserta didik termotivasi dalam
peningkatan hasil belajar mereka.
Proses pembelajaran tersebut tidak dijumpai dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah. Proses pembelajaran
metode Ceramah di kelas XI IPS 4 guru hanya memberikan materi disertai
bantuan slide powerpoint di depan kelas. Keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran sangat minim karena peserta didik merasa bosan terhadap
penyampaian materi yang diberikan guru. Tidak adanya kesempatan peserta
didik untuk aktif dan bekerjasama dengan antar teman serta tidak adanya
pemberian permasalahan – permasalahan yang berkaitan dengan tema
pembelajaran menyebabkan peserta didik kurang tertarik terhadap
pembelajaran menggunakan metode ceramah. Pada akhir pertemuan guru
98
memberikan kesempatan kepada peserta didik bertanya apabila kurang paham
terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu ketika akhir pertemuan,
guru memberikan pertanyaan serta tugas yang harus dikerjakan oleh setiap
individu. Guru juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengerjakan tugas di depan kelas. Peserta didik yang mendengarkan, rajin
mencatat, serta memperhatikan penjelasan guru pada setiap pertemuan
dipastikan bisa menjawab pertanyaan tersebut. Sebaliknya apabila ada peserta
didik yang tidak mendengarkan, tidak rajin mencatat penjelasan guru maka
peserta didik tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan guru. Proses
pembelajaran metode ceramah yang demikian menyebabkan peserta didik
merasa bosan, kurang minat terhadap pelajaran Geografi menyebabkan hasil
belajar Geografi belum optimal dibandingkan pembelajaran menggunakan
metode STAD.
Berdasarkan angket respon peserta didik setalah diberikan perlakuan
metode pembelajaran, metode STAD memiliki total rata–rata aspek respon
peserta didik sebesar 77,74 % dan metode ceramah memiliki total rata-rata
aspek respon peserta didik sebesar 63,00%. Ditinjau dari rata – rata aspek
kerjasama, metode STAD memiliki rerata 81% , untuk metode ceramah sebesar
33 %. Pembelajaran metode STAD lebih efektif karena kesempatan aktif
peserta didik dijumpai dalam metode ini. Sehingga dengan adanya kesempatan
aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berdampak pada hasil belajar
mereka. Peserta didik akan mudah memcahkan masalah karena mereka
melakukan kerjasama dengan teman sekelompoknya. Berbeda halnya dengan
metode ceramah tidak dijumpai peran aktif peserta didik karena dalam metode
pembelajaran ceramah guru hanya menyampaikan materi secara satu arah
terhadap peserta didik tanpa melibatkan peran aktif peserta didik untuk
berdiskusi kelompok maupun aktif bertanya. Sehingga akan berpengaruh
terhadap hasil belajar mereka. Peserta didik cenderung belajar sendiri
( perseorangan ) sebagai akibat kegiatan pembelajaran yang berlangsung satu
arah antara guru dengan peserta didik. Tanpa adanya kerjasama peserta didik
dalam menyelesaikan permasalahan terkait dengan materi pembelajaran tentu
99
akan berdampak pula terhadap hasil belajar Geografi peserta didik. Peserta
didik merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru. Pada
kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup kaitannya
dengan pembangunan berkelanjutan, terdapat indikator pembelajaran memberi
contoh tindakan – tindakan yang mencerminkan pelestarian lingkungan hidup
dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Tanpa adanya kerjasama
peserta didik dalam menggali pengetahuan dengan teman sebayanya, tentu
saja peserta didik akan mengalami kesulitan dalam memberikankan contoh-
contoh tindakan yang mencermikan pelestarian lingkungan hidup.
100
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan tersebut
dapat disimpulkan sebagai berikut :
5. Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode
pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ), Student Team Achievement
Division ( STAD ), dengan ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
6. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan
metode pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) pada
kompetensi dasar „Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS
SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
7. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan
metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar „Mendeskripsikan
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan
berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2013/2014.
8. Hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team
Achievement Division ( STAD ) lebih baik daripada hasil belajar Geografi
menggunakan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar
“Mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan” peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
100
101
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat
dikemukakan implikasi secara teoritis maupun praktis dalam rangkan
meningkatkan hasil belajar Geografi sebagai berikut :
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa hasil
belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran NHT lebih efektif
dibandingkan metode pembelajaran STAD dan ceramah, metode pembelajaran
NHT lebih efektif dibandingkan metode pembelajaran ceramah, metode
pembelajaran STAD lebih efektif dibandingkan metode pembelajaran ceramah
pada kompetensi dasar mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan peserta didik kelas XI IPS SMA
Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran NHT
mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan hasil
belajar Geografi di kelas XI IPS. Peningkatan hasil belajar tersebut juga harus
didukung oleh proses pembelajaran yang kondusif. Selain itu, pembelajaran
menggunakan metode NHT dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
penelitian eksperimen maupun penelitian sejenis lainnya.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, secara praktis pembelajaran menggunakan
metode NHT dapat diterapkan dalam pembelajaran Geografi di SMA untuk
meningkatkan hasil belajar Geografi peserta didik pada kompetensi dasar
mendeskripsikan pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi, dapat dikemukakan saran sebagai
berikut :
1. Penggunaan metode pembelajaran Numbered Heads Together ( NHT ) dan
Student Team Achievement Division (STAD ) dapat meningkatkan hasil
belajar Geografi peserta didik, sebaiknya guru dapat mengembangkan metode
102
pembelajaran NHT dan STAD melalui penyempurnaan penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) sesuai dengan silabus pembelajaran serta
perangkat pembelajaran dilengkapi dengan media pembelajaran Geografi
(peta, citra, foto /gambar, video ) sesuai dengan materi yang hendak
disampaikan.
2. Dalam pembelajaran NHT dan STAD guru hendaknya mempersiapkan alokasi
waktu dengan baik sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan lancar.
Jangan sampai pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung tidak tepat
waktu sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan
3. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru hendaknya selalu memonitoring
kegiatan peserta didik baik kegiatan individu maupun kegiatan kelompok
sehingga peserta didik akan terbantu memahami materi maupun hal – hal
berkaitan dengan pelajaran yang belum tersampaikan ketika presentasi.
4. Perlu adanya pengembangan hasil penelitian dalam penggunaan metode
pembelajaran NHT dan STAD pada kompetensi dasar lain yang berkaitan
dengan pembelajaran Geografi maupun pengembangan penelitian lain yang
relevan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Geografi.
103
DAFTAR PUSTAKA
Anitah,Sri. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta:Yuma Perkasa
Arikunto, Suharsimi. ( 2002 ). Dasar Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. ( 2005 ). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi
Revisi.Jakarta : Bumi Aksara
Iqbal, Javel M, Kousar N, Rahman F. ( 2011 ). Cooperative Learning Strategies :
Potential Application In Distance Education. International Journal of
Business and Social Science Vol 2 No. 12 July 2011. Diperoleh pada 3
Februari 2014 dari
http://ijbssnet.com/journals/Vol._2_No._12;_July_2011/27.pdf
Isjoni. ( 2010 ). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung : Alfabeta
Kamus Besar Bahasa Indonesia.( 2007 ). Jakarta :Balaipustaka
Karyadi, Widodo, Joko., & Muhsin (2012). Keefektifan Metode Pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Fungsi Konsumsi Dan
Fungsi Tabungan (versi Elektronik ). Economic Education Analysis Journal
1(1)(2012). Diperoleh 2 Januari 2014, dari
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/view/532
Lane, TS, Lestariyani, S, Kumala W, Widiastuti T. (2012). Proceeding
International Seminar Satya Wacana Christian University “Applying
Cooperative Learning Numbered Head Togegher (NHT) Type in
Trigonometri Topic on XB Grade Student of Telekomunikasi Tunas
Harapan Vocational High School. Diperoleh 2 Januari 2014, dari
http://repository.petra.ac.id/15664/1/pdfProses_Karakter_MAGDA_to_UKS
W_-_call_for_paper.pdf.
Lie, Anita. ( 2007 ). Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo
Masidjo. ( 1995 ). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta : Kanisius
Nengah D.N., Wayan L., & Nyoman D.(2013). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tehnik STAD Terhadap Hasil Belajar Dilihat dari Sikap Sosial
dalam Pembelajaran IPS ( versi elektronik ).Jurnal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha.Volume 3, 5-6. Diperoleh 2 Januari 2014,
103
104
dari http://pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/560/352
Putri, Mega Nusantara. ( 2012). Efektivitas Penggunaan Metode Numbered Heads
Together ( NHT ), Team Assisted Individualization ( TAI ), Dan Ceramah
Tanya Jawab Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa kelas X SMA Negeri 2
Boyolali Tahun 2011 / 2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Qurniawati, Annik. ( 2013 ). Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together ( NHT ) Dengan Media Kartu Pintar Dan Kartu
Soal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hidrokarbon
Kelas X Semester Genap SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2012 /
2013. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Roestiyah, N.K. ( 2001 ). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : rineka cipta
Sagala, Syaiful. ( 2010 ). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Slavin, Robert E. ( 2009 ). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik.
Bandung : Nusa Media
Solihatin, Etin & Raharjo ( 2008 ) Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta Bumi aksara
Sudjana, Nana.( 2005 ). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Sugiyanto. ( 2009 ). Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma
Perkasa
Sugiyono. ( 2009 ). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sumaatmadja, Nursid. ( 1997 ). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi
Aksara
Suprijono, Agus. ( 2009 ). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Suradji ( 2008 ). Strategi Belajar Mengajar. Surkarta : Sebelas Maret University
Press
Suwatik ( 2010 ). Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) Untuk
Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Geografi Pada Kompetensi Dasar
Menganalisis Hidrosfer Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Di Muka
105
Bumi Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun 2009/2010. Skripsi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Trianto. ( 2009 ). Mendesain Model pembelajaran Inovatif. Jakarta : Kencana
Trimo, Lavyanto. ( 2006 ). Model – Model Pembelajaran Inovatif. Bandung :
Citra Praya
Wahab, Abdul Azis. ( 2009 ). Metode dan Model – Model mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Bandung : Alfabeta