Upload
vankhanh
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Luxemburg (1989:5), sastra merupakan suatu ciptaan,
sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi. Dalam penciptaan
sebuah karya satra seniman tidak hanya menuangkan sebuah aspek
keindahan saja, tetapi juga mengungkapkan pendapat dan pikirannya
tentang sesuatu.
Karya sastra adalah hasil karya yang menggambarkan masalah
kehidupan. Kehidupan yang ditampilkan lewat sebuah karya fiksi. Dalam
mencerminkan kehidupan tersebut, pengarang juga mengungkapkan
masalah sosial budaya dan agama. Sastra keagamaan menarik untuk
dijadikan objek penelitian karena terdapat kaitan erat antara karya sastra
dan agama. Bentuk sastra seperti itu merupakan hasil perpaduan antara
budaya dan nilai-nilai ajaran agama yang telah dihayati oleh
pengarangnya. Dalam karya sastra seperti itu, tergambarkan adanya reaksi
aktif pengarang dalam menghayati makna kehadiran keagamaan yang
dipeluknya secara teguh (Santosa dkk, 2004:1).
Sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Jika dilacak jauh
ke belakang, kehadiran unsur keagamaan dalam sastra serta keberadaan
sastra itu sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Mangunwijaya bahwa pada
2
awal mulanya, segala sastra adalah religius (Nurgiyantoro, 2007:327).
Seorang yang religius adalah seorang yang mencoba memahami dan
menghayati hidup dan kehidupan ini lebih dari sekadar yang lahiriah saja.
Menurut Suyitno (1991:3), sastra dan nilai tata sosial kehidupan
adalah dua fenomena yang saling melengkapi dalam kemandirian mereka
sebagai suatu yang ekstensial. Kelahiran sastra bersumber dari kehidupan
yang bertata nilai, dan pada gilirannya yang lain sastra juga memberikan
bagian terbentuknya tata nilai. Sastra keagamaan adalah sastra yang
mengandung nilai-nilai ajaran agama, moralitas dan unsur estetika. Karya
sastra seperti itu menunjukkan bahwa pengarang merasa terpanggil untuk
menghadirkan nilai-nilai keagamaan ke dalam karya sastra. Karya sastra
menghadirkan pesan-pesan keagamaan yang isi ceritanya diambil dari
kitab-kitab suci keagamaan.
Di dalam kehidupannya, manusia tidak terlepas dari suatu masalah.
Tidak jarang seseorang mengalami kekosongan jiwa, kekacauan pikiran
dan bahkan stress karena tak mampu lagi mengatasi suatu masalah. Dalam
hal ini, karya sastra dapat berperan sebagai katarsis/pencerahan, serta
sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat diambil hikmah dan pelajaran
untuk kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Haji Saleh (dalam Semi,
1988:20) bahwa tugas sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir-
pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan untuk
menolongnya mengambil suatu keputusan bila mengalami masalah.
3
Melalui karya sastra, dalam hal ini novel khususnya, diharapkan mampu
menyadarkan masyarakat kembali kejalan yang benar.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin mengkaji novel
yang berjudul Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar. Menurut
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:9) bahwa novel merupakan cerita
pendek yang berbentuk prosa. Novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes
Davonar merupakan sebuah novel spiritual pembangun iman. “Keke
adalah sosok gadis remaja yang luar biasa dalam menghadapi cobaan,
kisah hidupnya adalah inspirasi bagi siapapun” Andi F Noya, Host Kick
Andy (Surat Kecil untuk Tuhan, 2011). “ Pribadi Keke yang kuat dan niat
belajar dia yang tinggi adalah panutan dan tauladan yang harus dicontoh”
Harris Nizam, Sutradara Film Surat Kecil untuk Tuhan (Surat Kecil untuk
Tuhan, 2011).
Novel Surat Kecil untuk Tuhan mempunyai sisi kelebihan dari
novel yang lainnya, yaitu pertama merupakan novel pembangun iman
yang di dalamnya banyak mengandung nilai-nilai religius. Nilai-nilai
religius yang dimaksud adalah nilai-nilai yang tercermin melalui perilaku
dan penampilan tokoh utama dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara
berpakaian, bertutur kata, bersosialisasi, belajar, dan sebagainya. Novel ini
juga memberikan gambaran kepada pembaca tentang arti kehidupan dan
hakikat penciptaan manusia. Bahwa manusia hidup di dunia tidak hanya
menjalani hidup dengan segala masalah dan kebahagiaan yang ada, tetapi
juga harus menjalankan kewajiban sebagai umat-Nya.
4
Kelebihan yang kedua pada novel yang berjudul Surat Kecil untuk
Tuhan ini adalah kisah nyata yang sangat mengharukan sehingga
mengundang air mata para pembaca. Terlebih cara penulis menyampaikan
kisah Keke tersebut dengan jelas menggambarkan kisah-kisah Keke yang
penuh misteri, dari kebahagiaan, kesedihan, senyuman, dan air mata. Hal
itu membuat pembaca akan dengan mudah mengerti hingga larut dalam
cerita seperti benar-benar telah mengenal Keke yang tangguh dengan
begitu dekat.
Agnes Davonar sebagai penulis novel Surat Kecil untuk Tuhan
mampu menghipnotis pembaca ikut larut dalam kisah perjuangan seorang
gadis berusia 13 tahun bernama Gitta Sessa Wanda Cantika atau Keke
dalam melawan kanker ganas yang menggerogoti wajahnya sehingga
pembaca dapat mengimajinasikan bagaimana karekter tokoh Keke. Novel
Surat Kecil untuk Tuhan termasuk novel yang ada jajaran best seller dan
telah dibaca lebih dari puluhan juta pembaca online. Banyak pembaca
blognya yang memuji cerita tersebut. Alhasil, cerita itu dibuat dalam
bentuk buku. Seperti halnya di blog yang mengundang banyak pembaca,
novelnya pun laris di pasaran. Terlebih lagi, setelah tampil di sebuah acara
talkshow di salah satu televisi swasta. Saat menulis novel perdananya
tersebut.
Kelebihan pengarang novel Surat Kecil untuk Tuhan yaitu Agnes
Davonar adalah dua bersaudara penulis online yang memulai kariernya
dari sebuah blog. Mereka berdua merupakan sosok blogger yang paling
5
cemerlang di dunia internet, berkat ketulusan dan kerja kerasnya, ia
mampu berkarya dalam sebuah situs menempatkan blognya sebagai
peringkat pertama dari 100 blog terbaik di Indonesia. Beberapa
penghargaan yang pernah ia dapat adalah a) The best asian pasifik sony
ericsson blogger 2010, b) The finalist microsoft bloggership 2010, c) The
most influental blogger Indonesia bubu award 2009, d) The best writer
pesta blogger 2009, e) The best dsfl ford writing contest 2009, f) Finalist
writing jawaban 2009, g)The most inspirating olitopone detik.com 2009,
dan h) Kapan lagi blogger award 2009.
Karya Agnes Davonar, terutama yang berbentuk novel, banyak
dikaji, mendapat tanggapan dari para sastrawan dan pengamat karya sastra,
media masa, serta ada beberapa yang sudah diproduksi sebagai sebuah
film layar lebar, salah satunya adalah novel Surat Kecil untuk Tuhan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan alasan-alasan yang
mendorong dilakukannya penelitian ini, antara lain; sebagai berikut.
a. Novel Surat Kecil untuk Tuhan mempunyai banyak keistimewaan,
salah satunya adalah mengajarkan tentang keagamaan yang
mengedepankan aspek religius yang kompleks dan menarik untuk
dikaji.
b. Sepanjang pengetahuan penulis novel Surat Kecil untuk Tuhan belum
pernah diteliti dengan pendekatan sosiologi sastra.
6
c. Analisis terhadap novel Surat Kecil untuk Tuhan diperlukan guna
menentukan kontribusi pemikiran dalam memahami masalah-masalah
aspek religius di masyarakat.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan struktural untuk
mengkaji unsur intrinsik dalam novel. Pendekatan struktural adalah
pendekatan dasar dalam mengkaji sebuah karya sastra seperti novel. Selain
itu juga digunakan pendekatan sosiologi sastra untuk mengkaji unsur
ekstrinsiknya, yaitu nilai sosial keagamaan yang tercermin pada diri tokoh
dalam kehidupan di keluarga dan hubungan dengan orang-orang di
sekelilingnya.
Berdasarkan isi cerita novel Surat Kecil untuk Tuhan, penelitian ini
dilakukan dengan judul “Aspek Religius dalam Novel Surat Kecil untuk
Tuhan karya Agnes Davonar: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya
sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini dapat mengarah
serta mengenai sasaran yang diinginkan. Sebuah penelitian perlu dibatasi
ruang lingkupnya agar wilayah kajiannya tidak terlalu luas, yang dapat
berakibat penelitiannya menjadi tidak fokus.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah analisis struktural
novel Surat Kecil untuk Tuhan yang meliputi tema, alur, latar, dan
penokohan. Kemudian, menganalisis aspek religius dalam novel Surat
7
Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan menggunakan tinjauan
sosiologi sastra.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah keterjalinan struktur yang membangun novel Surat
Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar?
2. Bagaimanakah aspek religius yang terkandung dalam novel Surat
Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar?
3. Bagaimanakah implikasi novel Surat Kecil untuk Tuhan sebagai bahan
ajar sastra di SMA?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. mendeskripsikan jalinan unsur-unsur yang membangun novel Surat
Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar;
2. mendeskripsikan aspek religius yang terkandung dalam novel Surat
Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan tinjauan sosiologi
sastra;
3. mendeskripsikan implikasi novel Surat Kecil untuk Tuhan sebagai
bahan ajar sastra di SMA.
8
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua,
seperti berikut.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah memberikan
gambaran mengenai isi novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes
Davonar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penulis dapat memaparkan isi dan mendeskripsikan aspek religius
novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
b. Bagi Pembaca
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pembaca dapat
mengetahui aspek religius yang terkandung dalam novel Surat Kecil
untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian lain yang membahas aspek religius dalam karya sastra
adalah Penelitian Akhmad Roni Sulaiman (UMS, 2006) dalam skripsinya
yang berjudul “Aspek Religius Puisi-puisi dalam Kumpulan Puisi
Pembawa Matahari Karya Abdul Hadi W. M: Tinjauan Semiotik”.
Berdasarkan analisis aspek religius dalam Kumpulan Puisi Pembawa
Matahari dapat disimpulkan bahwa (1) Kerinduan kepada Allah, (2)
9
Ketegaran menghadapi cobaan, (3) Tauhid (mengesakan Allah), (4)
Perjalanan spiritual, (5) Hikmah (kematian selalu akrab dengan manusia).
Muhamad Pudjiono (USU, 2006) dalam skripsinya yang berjudul
“Analisis Nilai-nilai Religius dalam Cerpen karya Mizawa Kenzi“
menyimpulkan bahwa (1) hubungan makhkluk hidup dengan Tuhan
dengan alam rasa syukur tersebut diungkap melalui doa, (2) hubungan
makhluk hidup dengan makhluk lain yang dalam hal ini sikap saling
menyayangi, saling menolong dan berbuat baik, (3) hubungan makhluk
hidup dengan lingkungan yang dalam hal ini sikap yang dilakukan ialah
tidak mengotori lingkungan dan selalu menjaga serta merawatnya.
Endar Isdiyanto (UMS, 2007) dalam skripsinya yang berjudul
“Aspek Religius Tokoh Utama dalam Novel Ular Keempat karya Gus TF
Sakai: Tinjauan Semiotik” menyimpulkan bahwa (1) ketaatan menjalankan
ibadah agama Islam yang kelima naik haji, (2) Allah sandaran manusia
dalam menyelesaikan masalah, (3) keyakinan kepada kematian ialah takdir
Allah, (4) agama sebagai pembentukan moral yang baik, (5) keikhlasan
dalam menerima rejeki Allah.
Penelitian Ima Karuniawati (UMS, 2007) dalam skripsinya yang
berjudul “Aspek Sosial Keagamaan dalam Novel Genesis karya Ratih
Kumala: Tinjauan Semiotik” menyimpulkan bahwa ada beberapa masalah
sosial keagamaan, antara lain; konflik antarindividu sebagai pemicu
konflik antarumat beragama, krisis keimanan tokoh utama sebagai akibat
adanya konflik antarumat beragama, bias pendidikan agama dalam
10
keluarga, penyerahan diri kepada Tuhan sebagai penyelesaian krisis
keagamaan dan moralitas keluarga sebagai pemicu konflik dalam keluarga.
Hariyani (UMS, 2008) dalam skripsinya yang berjudul “Aspek
Religius dalam Novel Ayat-ayat Cinta karya Habbiburrahman El Shirazy:
Tinjauan Semiotik” menyimpulkan bahwa aspek religius selalu berkaitan
dengan transendental. Transendental diperlukan karena manusia hanya
mungkin diselamatkan dengan iman. Selain itu, transendental dalam arti
spiritual akan membantu manusia menyelesaikan masalah-masalah
modern, serta mendeskripsikan cinta manusia dengan Tuhan yang
diwujudkan dengan diberikannya cobaan kehidupan berupa petunjuk ayat-
ayat suci Al-Quran dan sunnah Nabi.
Penelitian Nurul Hidayah (UMS, 2011) dalam skripsinya yang
berjudul “Aspek Religius dalam Novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman Al-Azizy: Tinjauan Sosiologi Sastra“ menyimpulkan
bahwa (1) Sikap ikhlas dalam menjalani hidup menjadi seorang yang
kurang mampu (miskin), (2) Sikap pasrah dalam menjalani ujian demi
ujian besar yang diberikan oleh Allah Swt.
Penelitian Meiranti (UMS, 2012) dalam skripsinya yang berjudul
“Aspek Religius dalam Novel Mahabbah Rindu karya Abidah El
Khalieqy: Tinjauan Sosiologi Sastra” menyimpulkan bahwa (1)
perjuangan menggapai cinta sejati ketika status sosial menjadi penghalang
(2) aspek aqidah yang meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat,
11
iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada nabi dan rosul, iman kepada
qadha atau takdir (3) syariah, ibadah dan muamalah.
Penelitian Uswatun Khasanah (UMS, 2012) dalam skripsinya yang
berjudul “Konflik Batin dalam Novel Surat Kecil untuk Tuhan karya
Agens Davonar: Tinjauan Psikologi Sastra” menyimpulkan bahwa (1)
konflik batin mendekat-mendekat terdapat dua konflik (2) konflik batin
mendekat-menjauh terdapat empat konflik (3) konflik batin menjauh-
menjauh terdapat dua konflik.
G. Landasan Teori
1. Novel dan Unsur-unsurnya
Dalam kesusastraan dikenal bermacam-macam jenis sastra (genre).
Menurut Warren dan Wallek (1995: 298) bahwa genre sastra bukan
sekadar nama, karena konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya
membentuk ciri karya tersebut. Menurutnya, teori genre adalah suatu
prinsip keteraturan. Sastra dan sejarah sastra diklasifikasikan tidak
berdasarkan waktu dan tempat, tetapi berdasarkan tipe struktur atau
susunan sastra tertentu. Genre sastra yang umum dikenal adalah puisi,
prosa dan drama.
Menurut Nurgiyantoro (1995:1) Dunia kesusastraan mengenal
prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra di samping
genre-genre yang lain. Prosa dalam pengertian kesusastraan juga
disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif
12
(narrative discourse). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita
rekaan (disingkat: cerkan) atau cerita khayalan.
Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen.
Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia
yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dinia imajinatif, yang
dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot,
tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuannya tentu
bersifat naratif.
Menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2007: 2-3)
fiksi ialah prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya
masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan
hubungan antarmanusia. Fiksi menceritakan berbagai masalah
kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama
interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan.
Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang
terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak
benar jika puisi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka,
melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan
terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Novel berasal dari bahasa italia novella, yang dalam bahasa jerman
Novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke
Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novelle
13
mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette
(Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang
panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu
pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-
aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus
(Nurgiyantoro, 1995:9).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995:694) Novel
adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Dalam lingkup karya fiksi, Stanton (2007:20) mendiskripsikan
unsur-unsur novel dibedakan menjadi tiga bagian, sebagai berikut:
a. Fakta Cerita
Fakta dalam sebuah cerita meliputi karakter (penokohan),
alur (plot), latar (setting).
1) Karakter (penokohan)
Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks
pertama, karakter menunjuk pada individu-individu yang muncul
dalam cerita. Yang kedua, karakter yang menunjuk pada
percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi dan
prinsip novel dari individu-individu (Stanton, 2007:33).
14
2) Alur
Merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dari sebuah
cerita. Istilah alur merupakan peristiwa-peristiwa yang terhubung
secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang
menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain
dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada
keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal
yang fisik saja, seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup
perubahan sikap, karakter, keputusannya dan semua yang menjadi
variabel pengubah dalam dirinya (Stanton, 2007:26).
3) Latar (setting)
Merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa
dalam cerita. Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah
peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-
peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud tempat,
waktu-waktu tertentu, cuaca atau satu periode sejarah ketika
peristiwa berlangsung (Stanton, 2007:35).
b. Tema
Tema adalah aspek cerita yang sejajar dengan makna
perjalanan manusia. Suatu yang menjadikan pengalaman diangkat
(Stanton, 2007:36).
15
c. Sarana Sastra
Sarana pengucapan sastra, sarana kesastraan (literary device)
adalah teknik yang dipergunakan oleh pengarang untuk memilih dan
menyusun detil-detil cerita (peristiwa dan kejadian) menjadi pola yang
bermakna. Tujuan penggunaan sarana sastra adalah untuk
memungkinkan pembaca melihat fakta sebagaimana dilihat
pengarang, menafsirkan makna fakta sebagaimana ditafsirkan
pengarang, dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan
pengarang. Macam sarana kesastraan yang dimaksud antara lain
berupa sudut pandang penceritaan, gaya (bahasa) dan nada,
simbolisme, dan ironi.
Setiap novel akan memiliki tiga unsur pokok, sekaligus
merupakan unsur terpenting, yaitu tokoh utama, konflik utama, dan
tema utama. Ketiga unsur tersebut berkaitan erat dan membentuk satu
kesatuan yang padu, kesatuan organisme cerita. Ketiga unsur inilah
yang terutama membentuk dan menunjukkan sosok cerita dalam
sebuah karya fiksi. Kesatuan organis (organic unity) menunjuk pada
pengertian bahwa setiap bagian subkonflik, bersifat menopang,
memperjelas, dan mempertegas eksistensi ketiga unsur utama cerita
tersebut (Nurgiyantoro, 2007:25-26).
2. Pendekatan Strukturalisme
Secara etimologis struktur berasal dari kata structural (bahasa
latin), yang berarti bentuk atau bangunan. Strukturalisme adalah
16
paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri dengan
mekanisme antarhubungannya, hubungan unsur yang satu dengan yang
lainnya dan hubungan antara unsur dengan totalitasnya. Strukturalisme
sering digunakan oleh peneliti untuk menganalisis seluruh karya sastra
yang menuntut agar kita harus memperhatikan unsur-unsur yang
terkandung dalam karya sastra tersebut. Struktur yang membangun
sebuah karya sastra sebagai unsur estetika dalam dunia karya sastra
antara lain alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan
amanat (Ratna, 2009:19-24).
Pendekatan strukturalisme dipelopori oleh kaum formalis
Rusia dan strukturalisme praha. Sebuah karya sastra menurut kaum
strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara kohesif
oleh berbagai unsur pembangunnya (Nurgiyantoro, 2007:36).
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:36) struktur
karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran
semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara
bersama membentuk kebulatan yang indah. Struktur adalah bagian
yang menjadikan sebuah karya sastra menjadi indah.
Menurut Nurgiyanto (2007:37) bahwa langkah-langkah dalam
menerapkan teori strukturalisme karya sastra adalah sebagai berikut:
a. mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang membangun karya
sastra secara lengkap dan jelas meliputi tema, latar, tokoh dan
alur;
17
b. menggali unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga
diketahui bagaimana tema,latar, tokoh dan alur;
c. mendeskripsikan fungsi masing-masing unsur sehingga
diketahui bagaimana tema, latar, tokoh dan alur.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur
sastra. Karya sastra merupakan suatu struktur otonom yang dapat
dipahami sebagai suatu satuan yang bulat dengan unsur-unsur
pembangunnya yang saling berjalinan. Masing-masing unsur dalam
karya sastra mempunyai kepaduan yang utuh yang tidak terpisahkan
satu dengan lainnya sehingga membentuk satu kesatuan yang padu.
3. Pendekatan Sosiologi Sastra
Roucek dan Warren (dalam Abdulsyani, 1994:5) mengatakan
bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dengan kelompok-kelompok. Sosiologi berusaha ingin
mengetahui keadaan hidup masyarakat. Dengan demikian,
kesusastraan dapat dipelajari berdasarkan disiplin ilmu sosial.
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Menurut
Ratna (2003:1) bahwa sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan
pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang
mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam
masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Kedua ilmu itu
memiliki objek yang sama, yaitu masyarakat.
18
Tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman-
pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat,
menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan. Karya
sastra bukan semata-mata gejala individual, tetapi juga gejala sosial
(Ratna, 2003:11). Sosiologi sastra memandang karya sastra sebagai
hasil interaksi pengarang dengan masyarakat, sebagai kesadaran
kolektif.
Sosiologi sastra merupakan suatu ilmu interdisipliner antara
sosiologi dan sastra (Saraswati, 2003:1). Dalam penelitian ini
sosiologi adalah pendekatan atau parameter pengukur yang
digunakan oleh peneliti untuk menganalisis atau menginterpretasi
karya sastra yang akan diteliti sehingga tidak lagi bebas berkeliaran
dengan imajinasinya atau melangkah liar menuruti intuisinya semata.
Pendekatan sosiologi dilakukan untuk menjabarkan pengaruh
masyarakat terhadap sastra dan kedudukannya dalam masyarakat.
Wellek & Warren (1994:111) mengatakan pendekatan ini bertolak
dari suatu ungkapan bahwa sastra mencerminkan dan
mengeskpresikan kehidupan.
Menurut Wellek & Warren (1994:111) ada tiga macam
pendekatan penelitian yang berkaitan dengan sosiologi sastra, sebagai
berikut.
a. Pertama adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang dan
institusi sastra yang berkaitan dengan dasar ekonomi produksi
19
sastra, latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi
pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar
karya sastra.
b. Kedua adalah isi karya sastra, tujuan serta hal-hal lain yang tersirat
dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah
sosial.
c. Ketiga adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya
sastra.
Analisis novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar
menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang berhubungan dengan
karya sastra itu sendiri, yaitu akan mengkaji isi karya sastra, tujuan
serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra dan yang berkaiatan
dengan aspek religius dan masalah sosial.
4. Pengertian Religiusitas
Pada awal mula, segala sastra adalah religius. Agama lebih
menunjuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan atau kepada
“Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan-
peraturan dan hukum-hukumnya, serta keseluruhan organisasi tafsir
Alkitab dan sebagainya yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan.
Religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati”, riak
getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri
bagi orang lain, karena menepaskan intimitas jiwa, “du coeur” dalam
arti Pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio
20
dan rasa manusiawi) kedalaman si pribadi manusia. Pada dasarnya
religiositas mengatasi, atau lebih dalam dari yang tampak, formal,
resmi (Mangunwijaya, 1982:11-12).
Mangunwijaya (Anggarasari:1997) membedakan antara istilah
religi atau agama dengan istilah religiusitas. Agama atau religi
menunjuk pada aspek formal yang berkaitan dengan aturan-aturan dan
kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek
yang dihayati oleh individu. Hal ini selaras dengan pendapat Dister
(Anggasari, 1997:8), yang mengartikan religius sebagai keberagaman,
yang berarti adanya unsur internalisasi agama itu dalam diri individu.
Jalaluddin (2000:212), mendefinisikan religiusitas sebagai
suatu keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorongnya
untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap
agama. Selanjutnya (Wijanarko, 1997:48) mendefinisikan religiusitas
sebagai keadaan yang ada di dalam diri manusia dalam merasakan dan
mengakui adanya kekuasaan tertinggi yang menaungi kehidupan
manusia dengan cara melaksanakan semua perintah Tuhan sesuai
dengan kemampuannya dan meninggalkan semua larangan-Nya,
sehingga hal ini akan membawa ketenteraman dan ketenangan pada
dirinya.
Jamaluddin (1995:98), membagi dimensi religiusitas menjadi
lima aspek dengan mengacu kepada rumusan religiusitas islam dari
Kementrian Kependudukan dan Lingkungan Hidup, sebagai berikut.
21
a. Aqidah (Keyakinan)
Dimensi aqidah yaitu dimensi yang mengungkap sejauh
mana hubungan manusia dengan keyakinannya terhadap rukun
iman, yang diantaranya yaitu iman kepada Allah, iman kepada
malaikat, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada kitab suci, iman
kepada hari akhir, iman kepada qadha dan qadhar. Jadi inti dari
dimensi aqidah (keyakinan) dalam ajaran agama adalah tauhid atau
peng-Esaan Tuhan.
b. Ibadah (Ritual)
Ibadah atau ritual merupakan dimensi yang berhubungan
dengan sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam
mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana yang
diperintahkan ajaran agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan
tingkat frekuensi intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang.
Ibadah mahdlah (ibadah khusus) dipahami sebagai ibadah yang
aturan, tata cara, syarat, dan rukunnya telah diatur secara pasti oleh
ajaran islam, yang termasuk dimensi ibadah adalah shalat, puasa,
zakat, haji, doa, dzikir, membaca al-qur’an dan sebagainya.
c. Ihsan (Penghayatan)
Ihsan atau penghayatan merupakan dimensi yang
berhubungan dengan masalah seberapa jauh seseorang merasa
dekat dan dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi
ini mencakup pengalaman-pengalaman dan perasaan tentang
22
kehadiran Tuhan dalam kehidupan, sehingga dalam hatinya timbul
perasaan-perasaan tenang dan tenteram dalam hidupnya, takut
melanggar larangan Tuhan, keyakinan menerima pembalasan,
perasaan dekat dengan Tuhan dan dorongan untuk melaksanakan
perintah agama.
Dimensi ihsan dalam religius islam mencakup perasaan-
perasaan dekat dengan Allah, merasa bersyukur atas nikmat Allah,
dan merasa tenang hatinya saat mendengar asma Allah.
d. Ilmu (Pengetahuan)
Ilmu atau pengetahuan merupakan dimensi yang berkaitan
dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran
agamanya, terutama dalam kitab suci. Seseorang yang beragama
harus mengetahui hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar
keyakinan, ritus-ritus serta kitab lainnya. Dimensi ini dalam islam
menyangkut pengetahuan tentang isi al-qur’an, diantanya pokok
ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan.
e. Amal dan Akhlak
Amal dan Akhlak merupakan dimensi yang berkaitan
dengan keharusan seseorang pemeluk agama untuk merealisasikan
ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari
dengan bukti sikap dan tindakannya yang berlandaskan pada etika
dan spiritualitas agama. Dimensi ini menyangkut hubungan
manusia satu dengan hubungan manusia dengan lingkungannya.
23
Manifestasi ini dalam Islam antara lain meliputi: menghormati dan
menghargai orang lain, menjunjung tinggi etika Islam, menolong
sesama, berkata jujur, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya
serta menjaga dan memelihara lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa
religius merupakan suatu keyakinan yang ada dalam diri seseorang
berkaitan erat dengan emosi kepercayaan kepada Tuhan. Religius
merupakan bagian dari kebudayaan dan sistem dalam suatu agama,
antara agama satu dengan agama lain memiliki sistem religius yang
berbeda. Religius merupakan wujud seseorang saat berdoa untuk
yakin dan percaya kepada Tuhan sehingga keadaan emosi mengalami
ketenangan dan kedamaian. Keterikatan manusia terhadap Tuhan
merupakan sumber ketentraman dan kebahagiaan dengan
melaksanakan ajaran agama.
5. Pembelajaran Sastra di Sekolah
a) Pembelajaran Sastra di SMA
Lazar (dalam Ali Imron, 2012) mengajukan beberapa alasan
penggunaan karya sastra dalam pembelajaran bahasa asing/kedua.
Lazar menyatakan bahwa karya sastra merupakan materi pembelajaran
yang menimbulkan motivasi pembelajar. Hal ini didorong oleh
karakter karya sastra itu sendiri yang menawarkan tema-tema yang
kompleks dan segar kepada pembelajar. Sebuah novel atau cerita
pendek yang bagus akan melibatkan pembelajar dalam tegangan plot
24
yang dirangkai sedemikian rupa menarik minat. Motivasi ini dapat
ditimbulkan karena adanya unsur seni yang menyertai teks-teks sastra
tersebut. Motivasi yang dimiliki oleh pembelajar akan semakin
mendorong mereka untuk bergiat dalam belajar bahasa.
b) Fungsi Pembelajaran Sastra
Lazar (dalam Ali Imron, 2012) menjelaskan, bahwa fungsi sastra
adalah: (1) sebagai alat untuk merangsang siswa dalam
menggambarkan pengalaman, perasaan, dan pendapatnya; (2) sebagai
alat untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan
intelektual dan emosionalnya dalam mempelajari bahasa; dan (3)
sebagai alat untuk memberi stimulus dalam pemerolehan kemampuan
berbahasa. Dalam bahasa yang lebih sederhana pembelajaran sastra
memiliki fungsi psikologis, ideologis, edukatif, moral, dan kultural.
Adapun fungsi pembelajaran sastra menurut Lazar (dalam Ali
Imron, 2012) adalah: (1) memotivasi siswa dalam menyerap ekspresi
bahasa; (2) alat simulatif dalam language acquisition; (3) media
dalam memahami budaya masyarakat; (4) alat pengembangan
kemampuan interpretatif; dan (5) sarana untuk mendidik manusia
seutuhnya (educating the whole person).
Frye (dalam Ali Imron, 2012) mengemukakan bahwa melalui
pembelajaran sastra yang apresiatif diharapkan dapat membentuk
pengembangan imajinasi pada siswa. Hal tersebut sangat mungkin
untuk dicapai sebab sastra menyediakan peluang (pemaknaan yang)
25
tak terhingga. Sebagai contoh, melalui membaca roman, siswa dapat
mengenali tema tertentu, bagaimana tema dicerminkan dalam plot,
bagaimana karakter hadir dalam sikap atau nilai-nilai, dan bagaimana
pengisahan menjadi bagian dari pandangan tertentu. Melalui teks
drama, siswa juga dapat berlatih berpikir kritis dalam menyikapi
kehidupan, sebab menurut Satoto (dalam Ali Imron, 2012), dalam
drama (absurd) dapat ditemukan cara pengungkapan baru terhadap
keresahan, keputusasaan, dan ketidakpuasan terhadap kehidupan
sosial.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sastra
memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi kehidupan. Dalam
proses pembelajaran, sastra dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai alat
untuk meningkatkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai kearifan
dalam menghadapi kehidupan yang kompleks dan multidimensi.
Termasuk di dalamnya: realitas sosial, lingkungan hidup, kedamaian
dan perpecahan, kejujuran dan kecurangan, cinta kasih dan kebencian,
kesetaraan dan dan bias jender, keshalihan dan kezhaliman, serta
ketuhanan dan kemanusiaan. Alhasil, melalui pembelajaran sastra,
siswa diharapkan akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang
berbudaya, mandiri, sanggup mengaktualisasikan diri dengan
potensinya, mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan
baik, berwawasan luas, mampu berpikir kritis, berkarakter, halus budi
26
pekertinya, dan peka terhadap lingkungan sosial masyarakat dan
bangsanya.
c) Kriteria Bahan Ajar
Menurut Sayuti (dalam Ali Imron, 2012) pembelajaran sastra yang
apresiatif niscaya akan memberikan kontribusi yang bermakna bagi
proses pendidikan secara komprehensif. Dalam bahasa positivisme
terdapat korelasi positif antara pembelajaran sastra dengan
pembelajaran bidang studi lain.
Untuk dapat mencapai korelasi positif tersebut paling tidak ada dua
hal yang perlu diperhatikan:(1) Pembelajaran sastra harus dilakukan
secara kreatif. Cara-cara tradisional yang lebih bersifat verbalistik dan
inner ideas sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan cara
inovatif yang lebih dinamis, kritis, dan kreatif. (2) Bahan-bahan (karya
sastra) yang diberikan kepada siswa hendaknya merupakan karya-
karya yang diprediksikan dapat membuat mereka lebih kritis, lebih
peka terhadap nilai-nilai dan beragam situasi kehidupan.
H. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian kualitatif hanya merupakan
gambaran bagaimana setiap variabelnya dengan posisinya yang khusus
akan dikaji dan dipahami keterkaitannya dengan variabel yang lain.
Tujuannya adalah untuk menggambarkan bagaimna kerangka berpikir
27
yang digunakan peneliti untuk mengkaji dan memahami permasalahan
yang diteliti (Sutopo, 2002:141).
Langkah pertama yang dikaji dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan
karya Agnes Davonar yaitu dengan menganalisis struktur novel tersebut
yang di dalamnya akan ditemukan fakta, tema, dan sarana sastra. Langkah
selanjutnya yaitu menganalisis dengan menggunakan analisis sosiologi
sastra. Dalam analisis sosiologi sastra akan ditemukan berbagai aspek
religius dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
Langkah selanjutnya mengaitkan hasil analisis struktur dan analisis
sosiologi sastra. Langkah terakhir yaitu menyimpulkan hasil analisis.
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut.
Novel Surat Kecil untuk Tuhan
Karya Agnes Davonar
Analisis Struktural Meliputi Tema,
Alur, Penokohan dan Latar
Analisis Sosiologi Sastra
Meliputi Aspek Religius
Simpulan
Implikasinya sebagai Bahan
Ajar Sastra di SMA
28
I. Metode Penelitian
1. Jenis dan Strategi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam mengkaji novel Surat
Kecil untuk Tuhan Karya Agnes Davonar adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan
berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan
penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu
hal, keadaan fenomena dan tidak terbatas pada pengumpulan data
melainkan meliputi analisis dan interprestasi data tersebut (Sutopo,
2002:137).
Menurut Sutopo (2002:112) dalam penelitian kualitatif perlu
dipahami bahwa tingkatan penelitian hanya dibedakan dalam
penelitian studi kasus terpancang (embedded case study research) dan
studi kasus tidak terpancang (groounded research/penelitian
penjelajahan). Studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara
rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks,
tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan
studinya.
Penelitian ini mengarah pada jenis penelitian terpancang
(embedded case study research) karena penelitian ini terarah pada
batasan atau fokus tertentu yang dijadikan sasaran dalam penelitian.
Adapun arah atau penekanan dalam penelitian ini adalah aspek religius
29
dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar yang
dianalisis dengan urutan sebagai berikut.
a. Struktur yang membangun novel Surat Kecil untuk Tuhan.
b. Analisis aspek religius yang terdapat dalam novel Surat Kecil
untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan menggunakan tinjauan
Sosiologi Sastra.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pokok atau topik sastra (Sangidu,
2004:61). Setiap penelitian mempunyai objek yang akan diteliti.
Adapun objek dalam penelitian ini adalah aspek religius dalam novel
Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan tinjauan
sosiologi sastra dan implikasinya sebagai bahan ajar sastra di SMA.
3. Data dan Sumber Data
a. Data
Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata atau
gambar bukan angka-angka (Aminudin 1990:16). Menurut Muhajir
(dalam Siswantoro 2005:63) data merupakan alat untuk
memperjelas pikiran, sesungguhnya merupakan sumber informasi
yang diperoleh atau dikumpulkan lewat narasi, dialog di dalam
novel atau cerita pendek dengan merujuk pada konsep sebagai
kategori. Adapun data dalam penelitian ini berupa wacana dalam
novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar yang
30
diterbitkan oleh Inandra Publisher, Jakarta, Agustus tahun 2011,
setebal 238 halaman.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data utama penelitian
yang diproses langsung dari sumbernya tanpa melalui perantara
(Siswantoro, 2005:54). Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar,
penerbit Inandra Publisher pada bulan Agustus tahun 2011,
cetakan XIII (cetakan pertama pada bulan Juli tahun 2008),
jumlah 228 +10 halaman.
2) Sumber Data Sekunder
Menurut Imron (2009:11-12) bahwa sumber data skunder
adalah sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian atau
telaah yang dilakukan oleh orang lain yang terdapat dari
berbagai pustaka seperti a) Buku sastra seperti, Stanton, Robert.
2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurgiyantoro,
Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. DR. Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi
Sastra. Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Al-Ma’ruf, Ali Imron.
2010. Dimensi Sosial Keagamaan dalam Fiksi Indonesia
31
Modern. Solo: Smart Media. b) Internet, seperti, posted Ahmad
dalam Macam-macam Sikap Ikhlas pada 14 Desember
2012(http:// notamazter. Blogspot.com). Posted Puspita dalam
Trianggulasi pada 07 Oktober 2012 (http://triangulasi 3lox’s
blog. Blogspot.com).
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka
dan teknik catat. Dalam hal ini sumber data penelitian diperoleh
dengan menggunakan kepustakaan. Arikunto (dalam Sangidu, 2004)
mengungkap bahwa metode kepustakaan sebuah metode yang
memfokuskan sumber data dan jenis dokumen yang berupa transkrip,
buku, majalah dan artikel-artikel lain.
a. Teknik Pustaka
Menurut Subroto (dalam Imron, 2009:12) teknik pustaka
adalah teknik yang mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk
memperoleh data dan konteks kesusastraan dengan dunia nyata
secara mimetik untuk dianalisis. Konteks kesusastraan dapat
dilengkapi dengan penjelasan dari kritikus dan pembaca sastra.
b. Teknik Catat
Menurut Subroto (dalam Imron, 2009:13) teknik catat
berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan pencatatan
secara cermat, terarah, teliti terhadap sumber data primer dan
sekunder.
32
5. Teknik Validitas Data
Untuk mengetahui keabsahan data dalam penelitian ini
digunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi merupakan teknik yang
didasari pola fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya,
untuk mencari simpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara
pandang (Sutopo, 2002:78).
Patton (dalam Sutopo, 2006:92) menyatakan bahwa ada empat
macam teknik trianggulasi sebagai berikut.
a. Trianggulasi sumber
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen,
arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki
sudut pandang yang berbeda.
b. Trianggulasi peneliti
Diharapkan dengan adanya beberapa peneliti yang
melakukan penelitan dengan menggunakan pendekatan yang sama,
akan mendapatkan hasil yang sama.
c. Trianggulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal,
seperti metode wawancara dan metode observasi.
d. Trianggulasi teori
33
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki
syarat.
Berdasarkan empat macam trianggulasi di atas, trianggulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber. Trianggulasi
sumber adalah trianggulasi yang memungkinkan kepastian kebenaran
dengan memanfaatkan data yang sama atau sejenis yang digali dari
berbagai sumber yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
penelitian terhadap novel Surat Kecil untuk Tuhan dengan menggunakan
bermacam-macam sumber/dokumen untuk menguji data yang sejenis
tentang “Aspek Religius dalam Novel Surat Kecil untuk Tuhan karya
Agnes Davonar: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya sebagai
Bahan Ajar Sastra di SMA”.
Sumber sekundernya berupa artikel dari internet, buku-buku sastra,
serta penelitian yang relevan untuk memperkuat argumentasi dan
melengkapi hasil penelitian.
Setiap novel yang dihasilkan oleh pengarang terlebih dahulu ditulis
melalui Blog Agnes Davonar www.agnesdavonar.net. sebelum diterbitkan
ke dalam bentuk buku. Penulis juga membaca artikel-artikel yang
membahas tentang novel Surat Kecil untuk Tuhan dari beberapa blog
lainnya.
34
Buku-buku sastra yang mendukung dalam penelitian ini antara
lain, yaitu Aminudin, Burhan Nurgiyantoro, Robert Stanton, Dr. Faruk,
dan Mangunwijaya.
Hasil dari penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini
untuk memperkuat argumentasi dan melengkapi hasil dari penelitian ini.
Dari beberapa sumber di atas, peneliti mengkaji permasalahan yang
dikaji menggunakan sumber-sumber yang telah disebutkan sehingga
memperoleh hasil yang memuaskan. Adapun langkah-langkah trianggulasi
sumber data digambarkan sebagai berikut.
Sumber 1
Makna Sumber 2 Data
Sumber 3
6. Teknik Analisis Data
Moeleong (2007: 103) mengemukakan bahwa teknik analisis data
adalah proses mengukur urutan data menggolongkannya ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Kegiatan analisis data yang
dilakukan dalam suatu proses, proses berarti pelaksanaannya sudah mulai
sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis novel Surat Kecil
untuk Tuhan karya Agnes Davonar dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data secara dialektik yang dilakukan dengan cara menghubungkan
unsur-unsur yang ada dalam novel dengan mengintegrasikan ke dalam satu
kesatuan makna. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis
35
novel Surat Kecil untuk Tuhan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data secara dialetik. Teknik dialektika merupakan metode yang
menggabungkan unsur-unsur implisit menjadi keseluruhan atau kesatuan
makna, yang akan dicapai dengan beberapa langkah yaitu menganalisis
dan mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dalam novel, Goldman (dalam
Faruk, 1999: 20).
Adapun langkah yang digunakan untuk memahami, menganalisis,
serta menentukan aspek religius dalam novel tersebut adalah, analisis
dengan menggunakan analisis struktural dilakukan dengan membaca dan
memehami kembali data yang sudah diperoleh, selanjutnya
mengelompokkan teks-teks yang terdapat dalam novel Surat Kecil untuk
Tuhan yang mengandung unsur tema, alur, penokohan, dan latar.
Selanjutnya menganalisis novel tersebut dengan tinjauan sosiologi sastra
yang dilakukan dengan membaca dan memahami kembali data yang
diperoleh. Selanjutnya, mengelompokkan teks-teks yang mengandung
aspek religius dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
J. Sistematika Penulisan
Sistematika adalah urutan dari awal sampai akhir secara secara
kronologis penulisan dimulai dari cover sampai daftar pustaka. Untuk
mengetahui gambaran yang jelas mengenai penulisan ini maka
sistematikanya sebagai berikut:
36
Bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode
penelitian dan sistematika penelitian.
Bab II biografi pengarang yang memuat riwayat hidup
Agnes Davonar, latar belakang sosial budaya karya
Agnes Davonar, ciri khas kesusastraan dan hasil
karya Agnes Davonar.
Bab III analisis struktural novel Surat Kecil untuk Tuhan
karya Agnes Davonar, yang akan dibahas antara lain
fakta (fact), tema dan sarana cerita.
Bab IV merupakan bab inti penelitian yang akan membahas
tentang aspek religius dalam novel Surat Kecil
untuk Tuhan karya Agnes Davonar.
Bab V merupakan bab terakhir yang memuat simpulan dan
saran.
Daftar Pustaka dan Lampiran.