Upload
phungminh
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.1.1 Keberagaman Alam Dan Budaya Indonesia Yang Belum Dioptimalkan Dengan gugusan pulau yang tersebar luas dari ujung barat ke ujung timur,
Indonesia memiliki keberagaman alam dan budaya yang sangat tinggi.banyak
akademisi baik dari dalam maupun luar negri Indonesia dari zaman penjajahan
hingga sekarang telah berkunjung dan mendokumentasikan keberagaman yang
tidak ada habisnya tersebut. karena keberagaman tersebut, Indonesia telah
menarik banyak sekali minat individu untuk berkunjung mengelilingi gugusan
negara kepulauan Indonesia terbesar di dunia ini, baik minat secara akademisi
yang ingin mempelajari lebih dalam keberagaman Indonesia mapun hanya
sekedar pencari kesenangan di kala lelahnya hidup yang monoton. Tentu apapun
minatnya tidak bisa dipungkiri,bahwa keberagaman Indonesia baik secara
lingkungan maupun budaya adalah potensi industri terbesar di Indonesia, industri
pariwisata.
1.1.2 Negara Maritim dan Industri Pariwisata Kapal Pesiar Eksotisme ragam budaya antrhopologi dan keragaman hayati terbungkus
rapi dalam satu kesatuan negara kepulauan tropis yang menjadi surga bagi
wisatawan mancanegara. Pariwisata bahari akan kekayaan bawah laut dan
keindahan pemandangan yang dimiliki Indonesia merupakan potensi terbesar
yang bisa digunakan untuk kebutuhan perkembangan Indonesia. Potensi tersebut
pun terbukti dengan meningkatnya permintaan akan industri pariwisata
internasional yang saat ini sedang marak permintaannya, industri pariwisata kapal
pesiar.
Wisata atau perjalanan dengan menggunakan kapal pesiar adalah salah satu
kegiatan dalam industri pariwisata bahari. Adapun pengertian dari “wisata bahari”
itu sendiri adalah segala kegiatan wisata yang bersumber dan berhubungan
2
dengan kelautan baik dalam konteks sebagai sumber daya alam, kekayaan alam
maupun yang berhubungan dengan pemanfaatan lingkungan kelautan.
Sedangkan arti dari wisata kapal pesiar adalah segala kegiatan kepariwisataan
yang menggunakan kapal laut atau perahu untuk pesiar atau mengunjungi
tempat-tempat obyek wisata. 1
Industri pariwisata kapal pesiar merupakan industri yang hampir seluruh
kegiatannya berkutat diseputar kelautan, oleh karena itu negara maritim adalah
sumber utama dari industri kapal pesiar. Kalangan jetset yang menjadi penggiat
pariwisata kapal pesiar pun menjadi potensi besar untuk kemasukan negara,
meningkatkan devisa negara secara lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan
dibanding industri devisa lainnya seperti pertambangan. Oleh karena itu,
pengadaan sarana yang dapat mengakomodasikan industri ini merupakan
urgensi yang tinggi untuk segera ditanggapi.
Memang belum seperti di negara-negara kawasan Karibia yang sangat ramai
dikunjungi wisatawan kapal pesiar. Virgin Islands misalnya, jumlah kunjungan
wisatawan kapal pesiar di sana lebih 2 juta setahun, sementara jumlah
penduduknya hanya berkisar 100.000 jiwa. Padahal negara ini hanya
mengandalkan pulau, pantai, dan barang-barang impor yang dijual kepada
wisatawan. Tidak ada ragam seni dan budaya seperti Indonesia miliki. Dampak
ekonomi wisata kapal pesiar bagi Indonesia sangat signifikan dan kontribusinya
ke daerah-daerah yang disinggahi cukup besar pula.
Dampak ekonominya akan kian terasa pula terutama bagi masyarakat di
daerah tujuan singgah kapal. Wisata kapal pesiar dunia terus berkembang dari
tahun ke tahun sehingga menjadi penting ditangkap bagi industri wisata berbagai
negara dunia. Pada 1990 wisatawan kapal pesiar dunia hanya 5 juta, 2009
menjadi 13juta, 2010 naik lagi menjadi 15juta, dan pada 2015 diperkirakan
menjadi 24 juta. Indonesia tentu harus jeli melihat dan menangkap
1 (Yoeti, drs. Oka A. 1990. Ilmu Pengantar Pariwisata, Bandung: Angkasa Bandung)
3
perkembangan ini. Pembuatan kapal pesiar juga berkembang pesat. Pada 2000-
an lebih 100 kapal pesiar dibuat. Sementara pada 1980-1990-an hanya 402. 2
1.1.3 Pariwisata Kapal Pesiar di Indonesia Wisata kapal pesiar pun tercatat terus berkembang dari tahun ke tahun.
Walau sejauh ini tujuan pariwisata kapal pesiar di Indonesia masih bertuju kepada
Bali, Lombok, dan beberapa bagian dari Nusa Tenggara Timur, wisatawan kapal
pesiar yang datang pun sudah berada di angka yang tinggi. Kenaikan dari jumlah
wisatawan kapal pesiar dunia yang pada tahun 2009 sejumlah 68.500 orang dan
naik secara pesat di tahun 2010 menjadi 113.000 orang, memberikan sebuah
gambaran perkiraan bahwa di tahun 2016 jumlah wisatawan kapal pesiar dunia
akan mencapai 500.000 orang.
Pendapatan Indonesia pada tahun 2010 sebesar USD 8,7 juta sangatlah
kecil jika dibanding Australia yang mencapai USD 430 juta. Hal ini dikarenakan
kunjungan kapal pesiar yang datang hanya sejumlah 190 kapal dengan 94.372
wisatan, sedang australia bisa mendapatkan kunjungan kapal pesiar hingga 521
kapal dengan 863.000 orang. Sedikitnya kapal yang berkunjung ke Indonesia
dikarenakan minimnya fasilitas untuk mewadahi kunjungan tersebut, sehingga
perusahaan-perusahaan kapal pesiar besar di dunia hanya sedikit yang
melakukan port of call ke Indonesia. Melihat urgensi ini, Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Kementrian Perhubungan sedang
menyiapkan sedikitnya 10 pelabuhan sebagai pintu masuk kapal pesiar dunia di
Indonesia.
1.1.4 Rencana Pembangunan Pelabuhan Kapal Pesiar di Wakatobi “Pengembangan wisata bahari melalui kapal pesiar ringan atau yacht dan
kapal pesiar atau cruise sedang dilakukan, karena sektor itu sangat diminati para
wisatawan mancanegara dan akan banyak menarik devisa. Itu diungkapkan
Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenbudpar, Firmansyah Rahim.
2 http://www.koran-sindo.com/node/302701 CSM dan wisata pesiar indonesia downloaded 27.05.2013
4
"Guna menarik wisatawan yang menggunakan kapal pesiar untuk datang ke
Indonesia dengan memerbaiki regulasi yang ada dan pembangunan marina,"
kata Firmansyah saat ditemui Okezone, belum lama ini.
"Untuk marina, saat ini di Indonesia hanya memiliki lima sampai enam marina
kecil yang belum berstandar internasional. Sedangkan yang dibutuhkan adalah
marina besar dan bertaraf internasional. Untuk itu, ke depannya kita harus
membangun marina yang bertaraf Internasional agar devisa dari para wisatawan
yang berada di kapal pesiar tidak lari," sambungnya. Lebih lanjut Firmansyah
menambahkan, potensi wisatawan dari kapal pesiar sangat besar karena
Indonesia wilayahnya 75 persen laut. Pasalnya, tidak sampai 1.000 kapal pesiar
yang masuk ke Indonesia dan mereka biasa singgah di Darwin, tapi berlibur ke
Indonesia.
"Untuk itu, kita pilih daerah yang berpotensial untuk dibangun marina yang
bertaraf internasional dan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat
untuk menawarkan kepada investor," tutupnya.3
Keindahan laut dengan gugusan karang terindah di dunia, menjadikan Kabupaten
Wakatobi, sebagai daerah persinggahan 150 kapal layar (yacht). Konsekuensi
logis dari pengakuan pemerintah pusat atas keindahan dan keunikan bawah laut
(undewater) dan budaya Wakatobi, membuat daerah kepulauan tukang besi
makin dikenal di manca negara.
Gambar 1. Coral Triangle Dunia
(sumber: www.dephut.go.id/files/Wakatobi.pdf )
3 http://travel.okezone.com/read/2011/07/11/407/478452/kembangkan-wisata-bahari-devisa-negara-naik kembangkan wisata bahari downloaded 04.04.2013
5
“Ada beberapa persyaratan teknik yang disarankan panitia pusat, misalnya
pengadaan mooring buoy. Pemda menyanggupi untuk mengadakannya. Dan itu
sudah mulai dikerjakan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika,”
dikatakan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Drs H Hasirun Ady Msi.
Menurutnya, secara umum Pemda Wakatobi, telah siap menyambut
kunjungan 150 buah kapal layar. Untuk memenuhi persyaratan teknik, khususnya
yang berkaitan dengan tambat labuh kapal mewah tersebut, Pemda telah
menyiapkan pelabuhan. Bahkan telah ditinjau selama tiga hari oleh panitia pusat,
tentang kelayakan pelabuhan dan tempat-tempat destinasi wisata lokal.
Kunjungan kapal pesiar (yacht) di Wakatobi akan dimanfaatkan secara maksimal,
sebagai moment yang paling strategis untuk daerah Wakatobi. Jika kapal tersebut
menjangkau Wakatobi, maka hampir dipastikan sekitar 500 orang awak kapal
mewah itu, akan berada di Kota Wangiwangi.
Untuk menciptakan daya tarik dan kesan yang baik dan mendalam di hati
para traveler ini, Pemda Wakatobi melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
telah mengagendakan kegiatan atrakesi budaya, lomba dayung tradional, tour
dive, festival makanan tradisional dan handycraft expo.
Secara nasional, Sail Indonesia – Bunken 2009 merupakan rangkaian,
kegiatan WOC dan CTI Summit di Manado. Dan Sulawesi Utara (Sulut)
merupakan icon destinasi wisata bahari dunia yang berpusat di perairan laut
Indonesia. Sekaligus event ini dimaksudkan menyemarakan Visit Indonesia Year
2009 ( Tahun Kunjungan Wisata Indonesia) dalam tema kelautan.
Gambar 2. Rute Pelayaran Indonesia
( sumber: http://i702.photobucket.com/albums/ww24/pakeko_04/sail_bunaken_09/route-sail-Indonesia.jpg )
6
“Nah, di Wakatobi, melihat event internasional ini, maka memperkokoh
daerah ini menjadi daerah kunjungan wisata. Dan dalam moment ini, semakin
memperekenalkan existensi daerah secara langsung kepada turis. Bukankah, Ini
media promosi yang efektif dan murah. Ketika mereka senang dan gembira
dengan pelayanan kita, maka mereka akan bercerita kepada masyarakat dunia,”
paparnya.
Diakui, pengembangan wisata bahari memiliki arti yang sangat penting dalam
mendorong peningkatan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Kita di
Wakatobi telah lebih awal menuangkan dalam dokumen perencanaan
pembangunan sebagai perwujudan, pencitraan visi daerah berbasis kelautan dan
pariwisata,” terang Hasirun.
Karena itu dengan masuknya 157 kapal ini, merupakan Test Sail, apakah
daerah Wakatobi dapat memberi keamanan kepada kapal-kapal mewah itu,”
ungkap Hasirun, mengutip pernyataan Aji Sularso. Sekedar diketahui, kapal-kapal
tersebut, rata-rata harganya diatas 5 miliar rupiah. Diantara kapal tersebut ada
sebuah kapal bernama Star Cruise yang harganya sama dengan harga Pesawat
Boeing 737, dan dikategorikan salah satu kapal yang termahal di dunia.4
1.1.5 Arsitektur Atmosfer Untuk Pariwisata Sebagai akses utama para wisatawan yang akan berkunjung ke Wakatobi,
maka pelabuhan ini merupakan pintu gerbang dari pariwisata Wakatobi. Sebagai
titik awal dimulainya pariwisata dan sebagai titik akhir selesainya kegiatan
pariwisata, tentu pelabuhan sebagai pintu gerbang ini harus memiliki gagasan
konsep desain yang mampu memberikan makna berkualitas terhadap
pengalaman berwisata setiap wisatawan.
Dalam arsitektur dan desain spasial, atmosphere merujuk pada kualitas
sensorial yang dikeluarkan dari ruang tersebut. atmosphere merupakan bentuk
sewaktu-waktu dari persepsi fisik, dan dirasakan melalui sensibilitas emosional.
Menggunakan arsitektur atmosphere sebagai kerangka desain pelabuhan
4 http://hariruwanci.blogspot.com/2009/07/rute-wakatobi-sail-indonesia-ditetapkan.html rute wakatobi sail downloaded 08.04.2013
7
pariwisata, akan memberikan sebuah pengalaman pariwisata yang berkualitas,
sehingga sejalan dengan tujuan para wisatawan untuk berpariwisata.
1.2 Permasalahan 1.2.1 Permasalahan umum
Pembangunan yang begitu pesat di kawasan Asia Tenggara, termasuk
Indonesia pada dekade yang lalu memang telah dapat menaikkan taraf hidup
masyarakat di segala bidang. Akan tetapi pembangunan yang berlangsung cepat
tersebut terkadang membawa dampak. Begitupun terhadap lingkungan wilayah
pantai dengan berbagai pembangunan yang dilakukan telah menimbulkan
kerusakan ataupun bencana ekologis di kawasan pantai dan pesisir.
Pelaksanaan pembangunan yang dillakukan yang berdampak terhadap
kerusakan disekitar wilayah pesisir seperti misalnya pencemaran perairan terus
berlangsung, bukan saja berasal dari kegiatan di daratan dan di daerah aliran
sungai, tetapi juga di kawasan pantai dan pesisir dari arah laut.
Perusakan habitat sumber daya hayati melalui berbagai cara yang tidak
wajar, bukan saja berakibat buruk pada sumber daya hayatinya (hutan mangrove,
terumbu karang, ikan dan sebagainya) yang berakibat pada pemusnahan plasma
nutfah, juga telah membawa akibat pada penurunan pendapatan masyarakatnya.
Berbagai kegiatan pembangunan yang berlangsung di kawasan pantai dan
pesisir seperti pembangunan pelabuhan, industri, perumahan, pariwisata,
pertambangan dan perikanan memunculkan berbagai isu dan masalah sebagai
hasil dari penggunaan dan pemanfaatannya serta konflik kepentingan antara
berbagai pihak.
Keadaaan di atas terjadi karena ketidakjelasan pengaturan pemanfaatan
kawasan pantai dan pesisir. Terlalu banyak pihak (lembaga maupun departemen)
terkait dan mungkin mengaitkan diri dengan kawasan ini. Ironisnya pemerintah
daerah sendiri sebagai pemilik kawasan boleh dikatakan tidak berdaya dalam
mengatur dan memanfatkan kawasan dan pesisir.
8
1.2.2 Permasalahan Khusus 1.2.2.1 Permasalahan Pembangunan Pelabuhan
Pembangunan pelabuhan demi memenuhi kebutuhan negara akan
perkembangan sektor pariwisata bahari memiliki banyak sekali permasalahan
baru yang harus dihadapi. Membangun pelabuhan baru akan merusak ekosistem
garis pantai (pengerukan kedalaman laut, penggunaan bahan kimia operasional
pelabuhan, pencekikan ekosistem dasar laut, dan perluasan dead zone
ekosistem). Hal ini justru akan semakin membahayakan potensi keberlangsungan
industri pariwisata kedepannya.
Untuk menghindari pengrusakan ekosistem dan akibat kebutuhan dasar
perancangan bangunan pelabuhan, mengkonservasi kondisi ekosistem laut
Indonesia salah satu nya adalah dengan mengubah konsep perancangan
pelabuhan yang selama ini ada pada umumnya. Perancangan pembangunan
lepas pantai merupakan solusi baru untuk menjawab permasalahan tersebut.
Tentu solusi ini menimbulkan permasalahan baru, bangunan pelabuhan yang
pada dasarnya menuntut kestabilan kondisi kelautan akhirnya harus menghadapi
pada dinamisme kondisi kelautan laut Indonesia (ombak, perubahan arus laut,
musim badai).
1.2.2.2 Dampak Ekologis Lingkungan
Dengan hadirnya pintu gerbang pariwisata baru, ancaman tentang perusakan
lingkungan pun hadir dengan arus yang besar. Kesadaran akan para wisatawan
akan pentingnya keberlangsungan ekosistem di tempat wisata tidak berada pada
kondisi mereka siap untuk menjaga dan menghargai lingkungan ekologi tempat
tersebut. permasalahan ini selalu hadir pada setiap bentuk pariwisata yang
berbasis pada pariwisata alam.
9
Gambar 3. Kerusakan Laut
(sumber : http://bangka.tribunnews.com/foto/berita/2012/1/13/Pelabuhan_Muntok__kotor.jpg )
Dengan ancaman yang besar tersebut tentu peringatan terhadap para
wisatawan harus bisa dihadirkan, salah satunya dalam bentuk desain arsitektural.
Mencoba untuk mendesain lansekap pelabuhan dengan gagasan ide
bioengineering. Menggunakan disiplin ilmu bioengineering berupa
bioluminescence, ekologi yang diciptakan dari lansekap pelabuhan akan
menimbulkan rasa baru pada pengalaman arsitektural dalam wisata, memberikan
sebuah peringatan secara kontinyu kepada wisatawan agar menghargai
lingkungannya.
Selain berguna sebagai rambu peringatan, bioluminescence ini akan menjadi
penunjang kebutuhan akan energi bangunan pada malam hari. Memberi sebuah
gagasan ide yang meng oposisi standar bangunan internasional tentang
kebutuhan cahaya di malam hari, keborosan energi yang dibutuhkan untuk
memenuhi standar tersebut dikurangi dengan cara penggunaan ide desain
cahaya yang remang untuk mengoptimalkan pendaran cahaya dari setiap
organisme penghasil bioluminescence. dengan pencahayaan yang remang
tersebut akan memberikan pengalaman ruang berbeda dan tentu itu akan
menjadi budaya pariwisata baru yang hemat energi dari bangunan ini.
1.2.2.3 Dampak Sosial Budaya
“semenjak banyak peraturan untuk daerah kawasan taman nasional, nelayan
sendiri tidak boleh masuk ke wilayah-wilayah tersebut, di jaga ketat oleh polisi
laut dan juga kesadaran untuk tidak melanggar peraturan yang ada, akhirnya
10
hasil laut yang bisa digunakan sebagai mata pencaharian pun berkurang jauh,
sekarang ikan susah dan mahal” (amirudin tulu, mahasiswa arsitektur asal
wakatobi).
Sebagai mereka yang tinggal di wilayah wakatobi, datangnya gelombang
pariwisata yang di targetkan oleh pemerintah justru menekan mereka untuk
kehilangan mata pencaharian dan semakin sulit menuju masyarakat mandiri.
Fasilitas-fasilitas yang ada sekarang pun hanya dimiliki oleh pejabat-pejabat
daerah dan orang asing, mengakibatkan pariwisata itu sendiri tidak memberi
lahan bagi warga lokal untuk dapat menikmati dan menjadikan tanah mereka
sebagai langkah kehidupan mandiri mereka.
Pintu pariwisata yang akan mendatangkan wisatawan secara masif ke suatu
daerah akan memutar balikkan sebuah kebudayaan masyarakat yang ada disana
sebelumnya. Pertemuan antara masyarakat kota sebagai wisatawan dan
masyarakat rural sebagai penerima tamu telah secara lama terbukti memberi
dampak negatif yang cukup besar. Sebagai contoh masyarakat tengger di gunung
bromo, pariwisata gunung berapi Bromo yang telah mendatangkan banyak
wisatawan tersebut mengubah budaya hidup dan cara pandang masyarakat
tentang kehidupan, budaya diperjualkan sebagai barang dagangan wisata,
masyarakat berdebat memperebutkan pelanggan wisata, mata pencaharian
mereka berubah pesat dan keharmonisan yang dulu ada secara perlahan
berubah menjadi komersialisme. Keramahan adalah sebuah penawaran, bukan
lagi sebagai murni keramahan.
Hal ini harus diperhatikan secara mendalam, dengan gagasan arsitektural
tentu ide desain harus bisa menghindari permasalahan tersebut. dengan melihat
kondisi sosial budaya di sekitar site, masyarakat Wakatobi adalah masyarakat
nautik. Masyarakat yang sebagian besar penduduknya berpenghasilan dari laut.
budaya pesisir (marine antrhopologis) merupakan embrio gagasan ide yang bisa
diterapkan kepada gagasan ide arsitektural.
11
Gambar 4. Perkampungan Bajo
( Sumber : http://v-images2.antarafoto.com/gpr/1301362811/bajo-darat-11.jpg )
Salah satu aspek marine antropologis yang bisa diterapkan adalah pelayaran
rakyat. Menyelaraskan dengan mendesain sebuah pelabuhan transisi dari
pelayaran kapal pesiar yang mewah berpindah menggunakan pelayaran rakyat
akan membentuk zona transisi kebudayaan yang tepat. Dengan menyediakan
desain bagi pelayaran masyarakat, masyarakat setempat bisa memiliki andil yang
cukup besar di industri pariwisata. Menjadi tokoh utama dalam desain pintu
gerbang pariwisata Wakatobi akan mampu memberikan sebuah keselarasan
sosial budaya antara masyarakat dan wisatawan.
1.3 Tujuan & sasaran
• Merumuskan desain pelabuhan wisata lepas pantai berstandard internasional
yang mampu menjadi pilihan terbaik destination port bagi jalur kapal pesiar
internasional di Indonesia.
• Merumuskan pemanfaatan bioluminescence sebagai bagian konsep arsitektural
yang menunjang atraksi wilayah dan menjadi trademark kawasan wisata.
• Merumuskan ide desain dalam pemanfaatan budaya masyarakat sebagai
trademark kawasan wisata dan juga sebagai guideline konservasi budaya yang
baik.
1.4 Keaslian Penulisan “Pengembangan Pelabuhan Benoa Bali Sebagai Turn Around Cruise Port”
Savitri Estiningtyas 02/157769/TK/27533
Persamaan :
- Pembangunan pelabuhan sebagi penyokong industri pariwisata
12
- Menjadikan kapal pesiar sebagai pengguna utama pelabuhan
- Terletak di kawasan potensi pariwisata internasional
Perbedaan :
- Menggunakan sistem turn around port
- Menggunakan pendekatan sirkulasi
- Tidak terletak di kawasan yang memiliki urgensi konservasi alam
1.5 Kerangka Pemikiran
CON
CE
PT
TEMAFUNGSIKONTEKS
IDE
A
CORAL TRIANGLE OF THE WORLD
RICH OFCULTURE
SULAWESITENGGARA
INTERNATIONALDESTINATION
ECOLOGYDESTRUCTION
ANTHROPOLOGYDESTRUCTION
BUILDINGACCESS
ACCESSNEEDED
MARINE ECOLOGYSURROUNDING
MARINE ANTHROPOLOGYSURROUNDING
TOURISMSTARTING POINT
ICONICDESIGN
ECOLOGYPOTENTIAL
INDONESIA
ANTHROPOLOGYPOTENTIAL
NATIONAL PARKWAKATOBI
OFFSHOREDESTINATION PORT
ATMOSPHERESARCHITECTURE
CRUISETOURISM
AN
THR
OPO
LOG
Y
BA
CKG
RO
UN
D
ISS
UE
ECO
LOG
Y
BAC
KGRO
UN
D
ISSU
E
MAIN ISSUE
ANALISISSITE
TEORI PERANCANGANPELABUHAN
TEORI ARSITEKTURATMOSFER
GUIDELINE OFDESIGN
TANGIBLEDESIGN
INTANGIBLEDESIGN
MARINE RADIANCE EXCITING
TH
EOR
YA
NA
LYS
ISM
AIN
ISSU
E
Diagram 1. Kerangka Pemikiran
( sumber : Analisis Penulis )
13
1.6 Sistematika Penulisan - BAB 1. Pendahuluan
Berisi latar belakang pemilihan tema, permasalahan yang ada pada
tema tersebut, arah dan lingkup pembahasan, serta format sistem
dan metodologi penulisan yang digunakan.
- BAB 2. Kajian Pustaka
Berisi tinjauan pustaka, dasar-dasar perancangan pelabuhan dan
bangunan lepas pantai, serta dasar-dasar teori untuk perancangan
desain arsitektur menggunakan konsep pendekatan atmosfer
arsitektur.
- BAB 3. Kajian Lapangan
Berisi tentang analisis daerah taman nasional Wakatobi, zonasi yang
boleh digunakan, lokasi yang sesuai dan memenuhi kebutuhan
pembangunan pelabuhan.
- BAB 4. Analisis
Berisi analisa hasil penggabungan fungsi terhadap konteks, konteks
terhadap tema, tema terhadap fungsi, dan hasil analisa bagaimana
ditemukan konsep perancangan yang tepat.
- BAB 5. Konsep perancangan
Berisi tentang deskripsi konsep, dasar-dasar desain yang akan
dimasukkan, ditail-ditail sederhana desain untuk melatar belakangi
pengembangan desain di tahap selanjutnya.