12
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bentuk muka bumi yang kita lihat pada saat ini merupakan hasil dari proses- proses rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut, secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik dan proses eksogenik. Proses endogenik merupakan proses dinamik yang terjadi di dalam bumi. Proses tersebut menghasilkan peristiwa pengangkatan dan penurunan di permukaan bumi sebagai respon pergerakan dinamis lempeng bumi. Proses lainnya, yaitu proses eksogenik, terjadi pada permukaan bumi yang menyebabkan pengelupasan permukaan bumi oleh peristiwa pelapukan, erosi, dan deposisi. Kedua proses tersebut berkerja saling berlawanan dalam membentuk permukaan bumi. Kompetisi serta interpretasi dari implikasi geodinamik dan geomorfik dari proses tersebut merupakan fokus dari studi geomorfologi tektonik (Burbank dan Anderson, 2012). Studi geomorfologi tektonik berguna untuk mengetahui proses pembentukan suatu bentuk muka bumi yang terlihat saat ini, baik proses pembentukan secara umum maupun detail, tergantung dari apa dan bagaimana proses pengambilan data yang dilakukan. Sebagai contoh, pada daerah penelitian, terdapat bentukan gawir yang memperlihatkan adanya perbedaan ketinggian yang sangat signifikan pada kedua bagiannya. Menurut Billings (1960), gawir merupakan salah satu indikator kuat yang menunjukkan keberadaan sesar. Hal

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

  • Upload
    lenhu

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Bentuk muka bumi yang kita lihat pada saat ini merupakan hasil dari proses-

proses rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut,

secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik dan

proses eksogenik. Proses endogenik merupakan proses dinamik yang terjadi di

dalam bumi. Proses tersebut menghasilkan peristiwa pengangkatan dan penurunan

di permukaan bumi sebagai respon pergerakan dinamis lempeng bumi. Proses

lainnya, yaitu proses eksogenik, terjadi pada permukaan bumi yang menyebabkan

pengelupasan permukaan bumi oleh peristiwa pelapukan, erosi, dan deposisi.

Kedua proses tersebut berkerja saling berlawanan dalam membentuk permukaan

bumi. Kompetisi serta interpretasi dari implikasi geodinamik dan geomorfik dari

proses tersebut merupakan fokus dari studi geomorfologi tektonik (Burbank dan

Anderson, 2012).

Studi geomorfologi tektonik berguna untuk mengetahui proses

pembentukan suatu bentuk muka bumi yang terlihat saat ini, baik proses

pembentukan secara umum maupun detail, tergantung dari apa dan bagaimana

proses pengambilan data yang dilakukan. Sebagai contoh, pada daerah penelitian,

terdapat bentukan gawir yang memperlihatkan adanya perbedaan ketinggian yang

sangat signifikan pada kedua bagiannya. Menurut Billings (1960), gawir

merupakan salah satu indikator kuat yang menunjukkan keberadaan sesar. Hal

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

2

tersebut menjadi tidak mengherankan, karena pada banyak kasus, gawir terbentuk,

baik secara langsung maupun tak langsung, akibat aktivitas sesar.

Sebenarnya, telah banyak peneliti yang telah melakukan penelitian

menyangkut keberadaan sesar pembentuk gawir di bagian barat Pegunungan

Selatan. Telah dikenal luas, sesar pembentuk gawir yang berada di sebelah barat

Pegunungan Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta dinamakan sebagai Sesar Opak

(Van Bemmelen, 1949; Untung dkk, 1973; Rahardjo dkk, 1995; Sudarno, 1997).

Penamaan tersebut mengacu kepada kelurusan arah aliran sungai yang sejajar

dengan arah memanjangnya gawir. Sungai tersebut bernama Sungai Opak. Dengan

melihat adanya kecocokan pada arah aliran sungai dengan orientasi arah

memanjangnya gawir, diinterpretasikan sesar pembentuk gawir memiliki bidang

patahan berada tepat di bawah aliran Sungai Opak, sehingga sesar tersebut

dinamakan sebagai Sesar Opak.

Umumnya para peneliti sepakat bahwa Sesar Opak merupakan sesar

berjenis sesar turun (Van Bemmelen, 1949; Untung dkk, 1973; Rahardjo dkk,

1995). Sedangkan Sudarno (1997), dalam penelitiannya, memberikan kesimpulan

yang menyebutkan Sesar Opak merupakan sesar turun hasil reaktivasi dari sesar

geser mengiri. Dari pernyataan tersebut, dapat diasumsikan bahwa Sesar Opak

merupakan sesar dengan kemiringan bidang ke arah barat karena blok sebelah timur

bidang sesar memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan blok sebelah

barat.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

3

Kesimpulan tersebut kembali dipertanyakan setelah terjadi peristiwa gempa

Yogyakarta 2006. Pada 27 Mei 2006, gempa bumi mengguncang daerah

Yogyakarta dan sekitarnya. USGS (2006, dalam Abidin dkk, 2009) mencatat gempa

bumi tersebut terjadi pada pukul 05:53:58 WIB dengan posisi episentrum 7,97o

Lintang Selatan dan 110,44o Bujur Timur, kedalaman 10 km, serta momen

magnitudo 6,3. Gempa ini diikuti oleh sekitar 750 gempa susulan, magnitudo

terbesarnya mencapai 5,2 Mw. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km

selatan – barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan –

tenggara Pekalongan dan 440 km timur – tenggara Jakarta (Abidin dkk, 2009).

Hasil pengolahan data gempa Yogyakarta 2006 menunjukkan gempa

tersebut disebabkan oleh aktivitas sesar aktif kerak bumi dangkal. Awalnya,

diperkirakan sesar penyebab gempa tersebut adalah Sesar Opak. Perkiraan awal

tersebut masuk akal karena sebaran kerusakan terberat akibat gempa dekat dengan

lokasi perkiraan keberadaan Sesar Opak (Walter dkk, 2008). Selain itu, sebaran

gempa susulan juga menunjukkan adanya kesinambungan dengan orientasi arah

bidang Sesar Opak (Meilano, 2007, dalam Abidin, 2009). Tetapi, hasil penelitian

menghasilkan kesimpulan yang berbeda dari perkiraan sebelumnya mengenai Sesar

Opak. Sebaran gempa susulan secara vertikal menunjukkan tren kemiringan relatif

ke arah timur (Meilano, 2007, dalam Abidin, 2009). Mekanisme fokal dan

penelitian lainnya menunjukkan sesar penyebab gempa memiliki kinematika

berjenis sesar geser mengiri (Harvard-CMT, NEIC-FMT, dan NIED 2006, dalam

Tsuji dkk, 2009; Abidin dkk, 2009; Tsuji dkk, 2009). Hasil-hasil penelitian tersebut

tidak menunjukkan kesamaan dengan kesimpulan yang telah disepakati mengenai

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

4

Sesar Opak oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Sebenarnya terdapat beberapa

kemungkinan. Pertama, gempa Yogyakarta 2006 disebabkan oleh sesar bukan Sesar

Opak dikarenakan ciri-ciri sesar penyebab gempa tidak sama dengan Sesar Opak

yang disepakati oleh para peneliti sebelumnya. Kedua, jika gempa Yogyakarta 2006

benar-benar terjadi karena Sesar Opak, berarti ciri-ciri Sesar Opak yang disepakati

oleh para peneliti sebelumnya kurang tepat, sehingga perlu diadakannya penelitian

lebih lanjut untuk memastikan kemungkinan ini. Hasil dari penelitian-penelitian

yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dibahas lebih lengkap pada sub

bab lain.

Selain melalui data gempa, jika dilihat melalui citra Digital Elevation Model

(DEM), terdapat kesan adanya suatu kenampakan adanya proses kompresi yang

mengangkat Pegunungan Selatan bagian barat. Kenampakan tersebut berupa

bentukan melengkung landai-curam seperti hasil suatu sesar anjak. Dapat

disimpulkan bahwa daerah bagian barat Pegunungan Selatan merupakan daerah

terpengaruh kompresi. Dengan begitu, menimbulkan pertanyaan besar, bagaimana

suatu sesar turun, dalam hal ini interpretasi Sesar Opak, terbentuk pada wilayah

yang terpengaruh oleh gaya kompresi yang padahal seharusnya terbentuk oleh

pengaruh ekstensi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu nantinya diharapkan akan

dapat terjawab setelah selesainya penelitian ini.

I.2. Rumusan Masalah

Berikut merupakan permasalahan terkait dengan penelitian yang dilakukan:

1. Bagaimana gawir bagian barat Pegunungan Selatan terbentuk?

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

5

2. Bagaimana orientasi sesar pembentuk gawir bagian barat Pegunungan

Selatan?

3. Bagaimana sesar turun di sekitar gawir bagian barat Pegunungan Selatan

dapat terbentuk?

I.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan

pemahaman menyeluruh mengenai perkembangan pembentukan morfologi gawir,

kondisi geologi di sekitar gawir, dan pergerakan blok sesar pembentuk gawir bagian

barat Pegunungan Selatan, khususnya di daerah penelitian.

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini:

1. Mengetahui proses pembentukan gawir bagian barat Pegunungan Selatan di

sekitar daerah penelitian.

2. Mengetahui pergerakan blok sesar pembentuk gawir bagian barat

Pegunungan Selatan, khususnya di daerah penelitian.

3. Mengetahui sebab terbentuknya sesar-sesar turun yang ditemukan di sekitar

gawir bagian barat Pegunungan Selatan, khususnya di daerah penelitian.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat baik bagi perkembangan ilmu geologi

maupun bagi aspek terapannya pada daerah terkait. Manfaat dari hasil penelitian

ini, bagi perkembangan ilmu geologi, adalah memberikan informasi baru umumnya

mengenai kondisi geologi daerah penelitian, khususnya mengenai pergerakan blok

Sesar Opak pasca terjadinya gempa bumi Yogyakarta 2006, sehingga dapat

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

6

digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu,

hasil penelitian ini juga dapat berguna dalam studi geomorfologi tektonik yaitu

berkaitan dengan pengaruh Sesar Opak terhadap pembentukan gawir Pegunungan

Selatan bagian barat. Dengan begitu, hasil penelitian dapat menambah interpretasi

baru pada sejarah geologi Pegunungan Selatan yang telah diperkirakan selama ini.

Selain bagi perkembangan ilmu geologi, hasil penelitian juga dapat

bermanfaat pada ilmu terapannya. Ilmu-ilmu terapan yang dapat memanfaat hasil

penelitian ini, antara lain mitigasi bencana geologi, perencanaan konstruksi teknik,

dan tata guna lahan.

Manfaat penelitian dalam bidang mitigasi adalah sebagai informasi dasar

dalam pembuatan peta mitigasi bencana geologi. Terdapatnya keberadaan sesar di

daerah penelitian, serta kondisi gawir di sepanjang daerah penelitian dengan

kemiringan lereng yang curam dapat menjadi faktor pengontrol pada terjadinya

bencana geologi. Dari data tersebut kemudian diolah lebih lanjut sehingga dapat

dibuat rencana penanganan yang tepat. Dengan begitu, hasil penelitian ini

diharapkan mampu mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi.

Manfaat lainnya yaitu dapat memberikan informasi dasar dalam bidang

konstruksi teknik dan tata guna lahan. Dalam bidang tersebut, data karakteristik

kondisi geologi suatu daerah sangat penting nilainya. Pada daerah yang dilewati

sesar aktif, konstruksi dalam pembangunan pondasi bangunan, rencana

pembangunan jalan dan rencana tata guna lahan, akan berbeda dengan daerah yang

tidak dilewati sesar aktif. Begitupun pada daerah gawir dan sekitarnya, rencana

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

7

pembangunan konstruksi bangunan dan tata guna lahan akan berbeda dibandingkan

dengan daerah datar.

I.5. Lokasi Penelitian

Terdapat beberapa pertimbangan yang membuat dipilihnya daerah

penelitian, diantaranya: (1) terdapat keberadaan gawir di sepanjang daerah

penelitian yang menjadi salah satu ciri morfologi keberadaan sesar, (2) tekstur

topografi kasar pada daerah penelitian mengindikasikan keberadaan struktur

geologi yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian, dan (3) terdapat struktur

geologi diperkirakan pada daerah penelitian dilihat dari Peta Geologi Regional

lembar Yogyakarta skala 1:100.00 oleh Rahardjo dkk (1995), hal tersebut menjadi

pertimbangan mengingat terlalu luasnya gawir yang ada sehingga peneliti

memutuskan untuk membatasi daerah penelitian karena waktu penelitian yang

terbatas.

Daerah penelitian secara administratif berada di Desa Wonolelo, Pleret,

Segoroyoso, Bawuran, Terong, Muntuk, Temuwuh, Jatimulyo, Sitimulyo,

Srimulyo, Jambidan, Wukirsari, Semoyo dan Pengkok, Kecamatan Pleret, Dlingo,

Piyungan, Banguntapan, Imogiri dan Patuk, Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul,

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah penelitian merupakan bagian dari

peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) lembar Imogiri No. 1408-222 bagian utara dan

lembar Timoho No. 1408-224 bagian selatan (Bakosurtanal, 1999). Daerah tersebut

memiliki luas 5,2 x 7,8 km2 atau sekitar 41 km2 (Gambar 1).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

8

Gambar 1. Lokasi penelitian

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

9

Lokasi penelitian dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan

bermotor dengan waktu tempuh sekitar 45 menit dari Kampus Jurusan Teknik

Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Secara umum, lokasi tersebut

memiliki akses jalan yang baik untuk sepeda motor, tetapi terdapat pengecualian

pada beberapa jalan di sekitar gawir yang berada di sepanjang lokasi penelitian.

I.6. Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai geomorfologi tektonik telah banyak dilakukan.

Penelitian tersebut antara lain:

1. Massinai (2012) melakukan penelitian mengenai peranan tektonik dalam

geomorfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Lengkese-Jenelata, Sulawesi

Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deduksi probabilistik dengan pendekatan dedukto-hipotetiko-verifikatif.

Selain itu, digunakan juga analisis statistik uji normalitas data, uji

homogenitas data, uji beda rata-rata, uji beda independen, dan uji regresi-

korelasi. Bahasan penelitian tersebut menunjukkan korelasi jurus kekar

pada masing-masing Sub DAS Jenelata-Lengkese berhubungan secara

signifikan satu dengan lainnya. Selain itu, dibahas pula mengenai sistem

tektonik lengan selatan Sulawesi disimpulkan mengontrol kelurusan

geomorfologi dan segmen sungai pada masing-masing DAS.

2. Hidayat (2010) melakukan penelitian mengenai kaitan antara morfotektonik

dengan potensi gempa bumi dan gerakan tanah di jalur Pegunungan Serayu

Utara, Jawa Tengah. Metode yang dilakukan yaitu pengamatan langsung di

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

10

lapangan, analisis laboratorium meliputi analisis morfotektonik dan analisis

gerakan tanah. Bahasan penelitian tersebut meliputi hubungan aktivitas

tektonik, litologi, kecepatan erosi, dan morfologi yang terbentuk. Selain itu,

dibahas juga mengenai gerakan tanah yang terjadi di sekitar daerah

penelitian. Pada penelitian tersebut juga dibahas mengenai dugaan adanya

sesar aktif.

3. Hidayat (2009); Hidayat dan Raharjo (2009) melakukan penelitian

mengenai sesar Lembang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah dengan analisis morfotektonik. Metode yang digunakan

adalah analisis morfometri dan analisis stratigrafi sagpond. Bahasan

penelitian tersebut melingkupi tingkat keaktifan sesar Lembang pada bagian

barat dan timur. Selain itu, dibahas pula tentang kinematika sesar Lembang

yaitu berjenis sesar normal dengan blok barat (hanging wall) relatif bergeser

turun terhadap blok selatan (foot wall).

Selain itu, telah banyak juga penelitian dilakukan oleh para peneliti

menyangkut pergerakan blok Sesar Opak. Penelitian tersebut antara lain:

1. Tsuji dkk (2009) melakukan penelitian mengenai sesar penyebab gempa

bumi Yogyakarta 2006 dengan menggunakan metode SAR inferterometry.

Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan sesar penyebab gempa

memiliki pergerakan blok berjenis sesar naik dengan komponen geser

mengiri.

2. Abidin dkk (2009) melakukan penelitian mengenai sesar penyebab gempa

bumi Yogyakarta 2006 dengan menggunakan metode survei GPS (Global

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

11

Positioning System). Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan

sesar penyebab gempa adalah sesar mengiri dengan sudut strike 48o dan

sudut kemiringan 89o.

3. Meilano (2007, dalam Abidin dkk, 2009) membuat analisis berdasarkan

data gempa utama serta gempa-gempa susulan yang dicatat segera setelah

gempa utama dalam periode 6 – 7 Juni 2006 dari gempa Yogyakarta 2006.

Hasil analisis menunjukkan tren kemiringan ke arah timur.

4. Harvard-CMT, NEIC-FMT, dan NIED (2006, dalam Tsuji dkk, 2009)

membuat estimasi mekanisme fokal beberapa saat setelah gempa bumi

Yogyakarta 2006 terjadi. Hasil estimasi mekanisme fokal menunjukkan

Sesar Opak memiliki pergerakan lateral berupa geser mengiri.

5. Sudarno (1997) melakukan penelitian pergerakan blok Sesar Opak dengan

menggunakan data sesar minor di permukaan di sekitar Sungai Opak.

Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan berupa Sesar Opak

merupakan sesar geser mengiri yang kemudian mengalami reaktivasi

menjadi sesar turun.

6. Rahardjo dkk (1995), dalam peta geologi lembar Yogyakarta skala

1:100.000, menggambarkan Sesar Opak sebagai sesar terkubur di bawah

Sungai Opak dengan orientasi relatif timur laut – barat daya. Sesar ini

memanjang dari Prambanan hingga Parangtritis. Blok bagian timur Sesar

Opak memiliki kedudukan relatif naik dibanding dengan blok bagian barat

yang relatif turun.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/92797/potongan/S1-2013... · secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses endogenik

12

7. Untung dkk (1973) melakukan penelitian mengenai pergerakan Sesar Opak

dengan menggunakan metode geofisika pengukuran gaya berat.

Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan Sesar Opak merupakan

sesar turun dengan kedudukan blok timur relatif naik dibandingkan dengan

blok barat.