18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan berbeda budaya khususnya berbeda agama di Indonesia banyak dilakukan, meskipun di dalam peraturan hukum di Indonesia sudah tertulis mengenai pernikahan berbeda agama. Di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 1 tentang perkawinan (UUP) menyatakan bahwa suatu pernikahan akan dinyatakan sah apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agama dan kepercayannya. Perkawinan tersebut dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan mengenai pencatatan perkawinan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 (PP No. 9/1975). Berdasarkan ketentuan mengenai sahnya suatu perkawinan yang ditentuan dalam UU No. 1 Tahun 1974, maka permasalahan yang dapat timbul apabila dilangsungkannya suatu perkawinan beda agama antara lain 1 : 1. Keabsahan perkawinan. Mengenai sahnya perkawinan yang dilakukan sesuai agama dan kepercayaanya yang diatur dalam pasal 2 ayat (1) UUP. Hal ini berarti UU Perkawinan menyerahkan keputusannya sesuai dengan ajaran dari agama masing-masing. Namun, permasalahannya apakah agama yang dianut oleh masing-masing pihak tersebut membolehkan untuk dilakukannya perkawinan beda agama. 1 Permasalahan yang timbul jika dilakukan pernikahan berbeda agama didapat dari http//masalah dalam perkawinan beda agama/masalah_perkawinan_beda_agama.html diakses 15 Januari 2012 pukul 17.50

BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

  • Upload
    lephuc

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan berbeda budaya khususnya berbeda agama di Indonesia

banyak dilakukan, meskipun di dalam peraturan hukum di Indonesia sudah

tertulis mengenai pernikahan berbeda agama. Di dalam Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 pasal 2 ayat 1 tentang perkawinan (UUP) menyatakan bahwa suatu

pernikahan akan dinyatakan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agama dan kepercayannya. Perkawinan tersebut dicatat menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan mengenai pencatatan perkawinan

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 (PP No. 9/1975). Berdasarkan ketentuan

mengenai sahnya suatu perkawinan yang ditentuan dalam UU No. 1 Tahun 1974,

maka permasalahan yang dapat timbul apabila dilangsungkannya suatu

perkawinan beda agama antara lain1:

1. Keabsahan perkawinan. Mengenai sahnya perkawinan yang dilakukan

sesuai agama dan kepercayaanya yang diatur dalam pasal 2 ayat (1) UUP.

Hal ini berarti UU Perkawinan menyerahkan keputusannya sesuai dengan

ajaran dari agama masing-masing. Namun, permasalahannya apakah

agama yang dianut oleh masing-masing pihak tersebut membolehkan

untuk dilakukannya perkawinan beda agama.

1 Permasalahan yang timbul jika dilakukan pernikahan berbeda agama didapat dari http//masalah

dalam perkawinan beda agama/masalah_perkawinan_beda_agama.html diakses 15 Januari 2012 pukul

17.50

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

2

2. Pencatatan perkawinan. Apabila perkawinan beda agama tersebut

dilakukan oleh orang yang beragama Islam dan Kristen, maka terjadi

permasalahan mengenai pencatatan perkawinan. Apakah di Kantor Urusan

Agama atau di Kantor Catatan Sipil oleh karena ketentuan pencatatan

perkawinan untuk agama Islam dan di luar agama Islam berbeda. Apabila

ternyata pencatatan perkawinan beda agama akan dilakukan di Kantor

Catatan Sipil, maka akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah

perkawinan beda agama yang dilangsungkan tersebut memenuhi

ketentuan dalam pasal 2 UUP tentang syarat sahnya suatu perkawinan.

Apabila pegawai pencatat perkawinan berpendapat bahwa terhadap

perkawinan tersebut ada larangan menurut UUP maka pegawai pecatat

perkawinan dapat menolak untuk melakukan pencatatan perkawinan

(pasal 21 ayat 1 UUP).

3. Status anak. Apabila pencatatan perkawinan pasangan beda agama

tersebut ditolak, maka hal itu juga akan memiliki akibat hukum terhadap

status anak yang terlahir dalam perkawinan. Menurut ketentuan pasal 42

UUP, anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai

akibat perkawinan yang sah. Oleh karena tidak dilakukannya pencatatan

perkawinan, maka menurut hukum anak tersebut bukanlah anak yang sah

dan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya atau keluarga

ibunya (pasal 43 ayat 1 UUP).

4. Perkawinan beda agama yang dilakukan di luar negeri. Apabila ternyata

perkawinan beda agama tersebut dilakukan di luar negeri, maka dalam

kurun waktu satu tahun setelah suami istri itu kembali ke wilayah

Indonesia harus mendaftarkan surat bukti perkawinan mereka ke Kantor

Pencatatan Perkawinan tempat tinggal mereka (pasal 56 ayat 2 UUP).

Permasalahan yang timbul akan sama seperti halnya yang dijelaskan

dalam poin 2, meskipun tidak sah menurut hukum Indonesia, bisa terjadi

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

3

Catatan Sipil tetap menerima pendaftaran perkawinan tersebut. Pencatatan

di sini bukan dalam konteks sah tidaknya perkawinan, melainkan sekedar

pelaporan.

Dari data yang tercatat pada tahun 1985 - 1986 terjadi 327 kasus

pernikahan berbeda agama di Pulau Jawa, akan tetapi ketika pada 1994,

penelitian Nuryamin Aini MA, pengajar Fakultas Syariah UIN Syarif

Hida-yatullah dan peneliti Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia UIN,

mencoba melihat fakta pernikahan beda agama dengan data-data empiris sesuai

sampel sensus penduduk tahun 1980. Pada tahun 1980, terdapat 15 kasus menikah

beda agama dari 1000 kasus pernikahan tercatat di Yogyakarta. Pada 1990, naik

menjadi 18 kasus, tapi turun menjadi 12 kasus pada 2000. Dari hasil penelitian

tersebut juga menyebutkan bahwa dampak pernikahan berbeda agama lebih pada

dampak yang negatif yaitu perceraian karena masing-masing individu kuat

berpegang teguh pada ajaran agamanya masing-masing. Di antara penyebab

diajukannya gugatan cerai, yang diterima dan diputuskan oleh Pengadilan Agama

adalah perselisihan agama. Perselisihan agama ini dilatarbelakangi oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah perbedaan agama kedua belah pihak, adanya ajakan

untuk pindah agama, dan perbedaan prinsip dalam mendidik anak.

Berbicara mengenai mendidik anak atau hak asuh dalam sebuah

pernikahan berarti berkaitan pula dengan keluarga. Di dalam hasil penelitian yang

dilakukan oleh Interfaith Relationship Indonesia ( IRI ) pada tahun 2011 lalu yang

berjudul Makna Pacaran Beda Agama Antara Anak dan Orang Tua menyebutkan

bahwa salah satu faktor pendorong perselisihan di dalam pernikahan beda agama

adalah ketika masing-masing keluarga pasangan mempunyai jiwa yang otoriter

dimana seorang anak harus memilih pasangan sesuai dengan keinginan orang tua,

dalam hal ini adalah dengan agama yang sama. Penelitian yang sama mengenai

pola mengasuh anak di dalam pernikahan berbeda agama juga diteliti oleh Nine Is

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

4

Pratiwi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma pada tahun 2005, yang

menyebutkan bahwa dasar seorang individu melaksanakan pernikahan berbeda

agama adalah karena adanya ikatan cinta di antaranya, kemudian melihat

permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam pernikahan berbeda tersebut,

dan melihat pola asuh anak dan hal yang melatarbelakanginya.

Pernikahan berbeda budaya yang dilakukan di Indonesia selain

pernikahan berbeda agama tersebut adalah pernikahan berbeda etnis. Pernikahan

antar etnis bukan merupakan masalah yang baru di Negara Indonesia, karena

mengingat bahwa Indonesia merupakan Negara yang multikultural. Hal ini terjadi

sejak kaum imigran Cina datang ke Indonesia untuk mendapatkan kehidupan

yang lebih baik. Secara jasmani, pernikahan manusia antar etnis adalah hal yang

sama sekali tidak mustahil, masalah yang paling besar bukan datang dari sudut

jasmani melainkan persoalan terberat justru datang dari masalah rohani, yaitu

dalam bidang budaya dan sistem nilai. Di Indonesia ada suku yang menganut

pandangan patriarkhi dan ada pula yang tidak, oleh karena itu pandangan tersebut

bisa saja diterima atau tidak dengan etnis lain di Indonesia. Ada dan banyak orang

yang berpikir bahwa pernikahan adalah urusan pribadinya. Orangtua tidak perlu

ikut campur. Tapi bagi sebagian orang lain, urusan pernikahan adalah urusan

seluruh keluarga besar. Keluarga besarlah yang harus ikut menyetujui dengan

siapa si A akan menikah. Keluarga besarlah juga harus ikut menentukan tanggal,

jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis sama

halnya dengan pernikahan beda agama, yaitu jika suami dan istri masing-masing

kuat akan adat istiadat dan norma di dalam kebudayaannya masing-masing maka

akan terjadi benturan dalam pengambilan keputusan dan akan berujung pada

perceraian.

Data perceraian yang tercatat 4.420 lebih pasangan yang menikah

berbeda budaya di Indonesia, tidak sedikit di antaranya yang mengakhiri dengan

perceraian. Dari data Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kementerian Agama, angka

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

5

perceraian di Indonesia meningkat 10% dalam setiap tahunnya. Data dari

Bimbingan Masyarakat tersebut menyatakan bahwa tahun 2009 lalu, perkara

perceraian yang diputus Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah mencapai

223.371 perkara baik itu perceraian karena berbeda agama ataupun berbeda etnis.

Melihat tingkat perceraian di Indonesia yang semakin tinggi dan fakta

yang telah dipaparkan di atas, bahwa banyak pernikahan berbeda agama dan etnis

yang berakhir perceraian. Contohnya Dewi Sandra dan Glen yang telah

melaksanakan pernikahan berbeda agama dan etnis yang akhirnya bercerai, Yuni

Shara dengan Henri Siahaan, Kiki , calon suami Sheila Marsha dengan Siska.

Untuk menekan tingkat perceraian tersebut maka perlu adanya kewaspadaan bagi

pasangan berbeda agama dan etnis yang sedang berpacaran. Sebuah tahapan

hubungan yang sangat penting diperhatikan oleh pasangan yang berbeda tersebut

sebelum akhirnya memutuskan untuk memasuki tahapan yang lebih serius lagi

yaitu pernikahan. Sikap dimana masing-masing individu harus belajar untuk

memahami dan mengerti karakter yang membentuk pribadi pasangannya.

Sehingga tercipta sikap saling menghargai untuk dasar utama pernikahan agar

tidak terjadi perceraian.

Banyak kasus pacaran berbeda agama dan etnis di kalangan artis di

Indonesia, contohnya Bella Saphira yang masih ragu menikah dengan pacarnya

yang berbeda agama, meskipun usianya sudah cukup tua2, Laura Basuki tidak

ingin berpacaran berbeda agama lagi karena merasa trauma dengan

pengalamannya ditentang orang tua3, sedangkan Reza Rahardian memilih untuk

2 Bella Saphira ragu menikah didapat dari http:// pacaran-beda-agama-bella-saphira-ragu.html

diakses 5 Februari 2012 pukul 11.07

3 Laura Basuki tidak ingin pacaran beda agama didapat dari http://laura_basuki_ogah_pacaran_beda_agama.html diakses 5 Februari 2012 pukul 11.05

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

6

tidak ingin berpacaran berbeda agama4. Sandra Dewi yang memantapkan hati dan

masih menanti pasangan hidupnya nanti dengan seseorang yang mempunyai

agama dan etnis yang sama, yaitu Kristen Khatolik dan yang beretnis Tionghoa.

Dari fakta tersebut terlihat bahwa beberapa artis masih mementingkan komitmen

diri mengenai agama dan etnis masing-masing untuk mencegah dampak negatif

pernikahan campuran yaitu perceraian.

Banyak fakta lain juga dari pacaran berbeda agama dan etnis yang

terjadi di Indonesia dilihat dalam sebuah forum diskusi di internet5. Dari

permasalahan pacaran berbeda agama dan etnis yang mereka jalani justru

pengaruh terbesar adalah dari pihak keluarga masing-masing Keluarga

mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan seorang anak dalam

memutuskan untuk memilih pasangannya ketika berpacaran. Maka agama dan

etnis yang berbeda dianggap menjadi satu hal yang dapat menimbulkan

kesalahpahaman bagi hubungan yang berbeda tersebut. Pengaruh keluarga yang

besar itu mengenai perbedaan akan membuat seorang anak yang berpacaran

berbeda agama dan etnis memiliki kepercayaan yang kuat dengan agama dan

etnis yang ada dalam dirinya.

Berbicara mengenai agama dan etnis yang merupakan sebuah budaya

tidak akan lepas dengan komunikasi. Budaya dan komunikasi merupakan bagian

yang saling berkaitan satu sama lain, dimana melalui komunikasi masyarakat

dapat membentuk sebuah kebudayaan dan budaya merupakan bagian dari proses

komunikasi. Hal tersebut juga dipaparkan oleh Edward T Hall dalam ( Mulyana

4 Reza Rahardian tidak ingin pacaran berbeda agama didapat dari http://kapanlagi.com/reza-rahadian-takut-pacaran-beda-agama.html diakses 5 Februari 2012 pukul 11.11

5 Forum diskusi di internet didapat dari http://kaskus.com/showthread.php diakses 5 Februari 2012 pukul 11.27

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

7

dan Rakhmat, 2005: 6) culture is communication dan communication is culture.

Terdapat beberapa jenis kebudayaan yang nantinya dapat membedakan antara

individu dengan individu lainnya. Di Indonesia yang merupakan Negara

kepulauan yang terbentang wilayahnya dari Sabang sampai Merauke memiliki

kebudayaan yang beranekaragam. Keanekaragaman tersebut yang nantinya akan

mempengaruhi komunikasi masing-masing individu dan yang nantinya terwujud

adanya komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya dapat tercipta melalui

komunikasi interpersonal dan komunikasi antarkelompok. Komunikasi tersebut

tentunya juga melalui sebuah media komunikasi. Media komunikasi tersebut juga

seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja

dalam pengertian pengembangan seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian

pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma (McQuail, 1987 : 3).

Gundykunst dalam Psikologi Komunikasi (Liliweri, 2002:260)

menyatakan bahwa adanya tingkat kegelisahan dan tingkat ketidakpastian yang

tinggi dapat menciptakan pertentangan antara kelompok yang berbeda budaya.

Sehingga Indonesia yang mempunyai keanekaragaman budaya dapat berpotensi

terjadinya konflik antar budaya. Beberapa contoh konflik budaya yang terjadi di

Indonesia antara lain konflik di Kalimantan antara suku Dayak dan Madura sejak

tahun 1972 sampai terakhir tahun 2000, peristiwa perang antar etnis Tionghoa-

Jawa pada tahun 1998, perang antar suku di Papua tahun 2011, kerusuhan di

Ambon pada tahun 2011 dan juga adanya pengeboman di beberapa tempat ibadah

yang mengatasnamakan agama, seperti kasus terbaru pengeboman di gereja yang

berada di Solo tahun 2011 lalu. Konflik antar budaya yang terjadi tersebut

biasanya dipengaruhi oleh ketegangan antar individu yang berbeda budaya. Hal

yang sama mengenai adanya ketegangan antar individu berbeda budaya masih

banyak terjadi di Indonesia, seperti yang sudah dipaparkan dalam fakta-fakta di

atas adalah mengenai pernikahan dan pacaran berbeda agama dan etnis.

Ketegangan yang terjadi di dalam pernikahan akan dapat dikurangi dan diperbaiki

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

8

ketika sedang berpacaran. Dalam pacaran berbeda budaya ketegangan biasanya

adalah dalam hal penyesuaian antar individu yang mempunyai latar belakang

yang berbeda. Penyesuaian dalam pola komunikasi yang terjadi di dalam pacaran

berbeda budaya menuntut sikap saling pengertian satu sama lain untuk dapat

saling menerima perbedaan. Penerimaan atas perbedaan dan tenggang rasa adalah

kepuasan yang tidak dapat diukur oleh apapun, kepuasannya akan menjadi

berbeda jika semuanya memiliki kesamaan.

Konflik antarbudaya yang terjadi di Indonesia beberapa diantaranya

masih menyisakan batasan atau sekat antara etnis yang berkonflik. Contohnya

adalah etnis Jawa dan Tionghoa, konflik yang terjadi antar etnis Jawa dan

Tionghoa di beberapa tempat seperti Semarang, Surakarta, Jakarta dan Kudus

berdampak pada sekat atau batasan wilayah secara geografis. Begitu pula dalam

sebuah hubungan pacaran hingga pernikahan, etnis Jawa memilih untuk

membatasi hubungan tersebut dengan sesama etnis dan begitu juga dengan etnis

Tionghoa untuk membatasi hubungan pacaran dan pernikahan dengan sesama

etnis. Sebuah jurnal penelitian yang ditulis oleh Farah Fitriani mahasiswi

Universitas di Bandung Fakultas Psikologi pada tahun 2011 lalu yang meneliti

mengenai hubungan berbeda etnis dan agama dimana seorang laki-laki etnis

Tionghoa beragama Kristen yang berada di Bandung dengan seorang perempuan

etnis Sunda beragama Islam, menyebutkan bahwa hubungan yang didasari dengan

perbedaan dari mulai pacaran sampai pada pernikahan seharusnya dapat dicegah

karena banyak dampak yang kurang baik untuk keduanya, dari sikap pengertian,

menghargai, keluarga dan keabsahan di mata hukum. Hal ini menjadi salah satu

contoh kasus nyata dimana etnis Tionghoa masih terdapat batasan dan ketegangan

dengan etnis lainnya khususnya Jawa.

Fakta-fakta menarik mengenai pernikahan dan pacaran yang telah

dipaparkan di atas membuat peneliti ingin meneliti pengaruh kebudayaan dalam

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

9

komunikasi interpersonal, dengan studi kasus dari penelitian ini adalah pengaruh

perbedaan etnis Jawa-Tionghoa dan agama Islam-Kristen terhadap komunikasi

interpersonal di dalam hubungan berpacaran di Salatiga. Peneliti memilih antara

Jawa-Tionghoa karena suku Jawa dimaksudkan adalah suku pribumi Indonesia

sedangkan etnis Tionghoa adalah etnis pendatang dari Cina yang berkembang di

Indonesia, oleh karena itu perbedaan antara kedua etnis tersebut akan kontras

dilihat, sehingga banyak konflik yang terjadi di antara kedua suku tersebut.

Konflik antara etnis Jawa dan Tionghoa terjadi sejak masa penjajahan

Belanda. Pada awalnya kontak budaya, dialog agama dan hubungan spiritual

antara etnis Jawa dan Tionghoa hadir dalam konteks saling memberi, bukan

melalui paksaan ataupun diskriminasi sosial. Akan tetapi kedatangan kolonial

Belanda di Indonesia yang bertujuan menjajah bangsa Indonesia menjadikan

keharmonisan yang terjadi antara etnis Jawa dan Tionghoa sebagai hambatan

Belanda untuk menaklukan Indonesia, sehingga banyak konflik terjadi dari mulai

politik, ekonomi, agama dan budaya dan muncul sebutan bagi etnis Jawa dan

Tionghoa sebagai warga pribumi dan non pribumi. Sejak saat itu konflik antar

etnis Jawa-Tionghoa terus terjadi, etnis Jawa ingin mempertahankan etnisitasnya

sebagai masyarakat pribumi sedangan etnis Tionghoa yang masih

mempertahankan identitas dirinya di Indonesia6.

Lepas dari masa penjajahan Belanda, ketegangan yang terjadi antara

etnis Jawa dan Tionghoa masih berlangsung di masa Soekarno dan Soeharto

(Orde Baru). Di dalam jurnal penelitian oleh Erin Kite mahasiswa ACICIS

Malang pada tahun 2004 lalu memaparkan kebijakan-kebijakan yang sudah

dilakukan oleh Soekarno dan Hatta adalah melakukan asimilasi dan pembaharuan

6 Sejarah terjadinya konflik antara etnis Jawa dan Tionghoa di Indonesia didapat dari

http://kedaulatanrakyat.com.detail.php.html diakses 20 Februari 2012 pukul 10.55

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

10

bagi etnis Tionghoa, dimana di dalan kebijakan tersebut etnis Tionghoa

diharapkan untuk mengganti nama, agama, kepercayaan dan adat istiadat mereka.

Akan tetapi walaupun undang-undang ini diciptakan untuk mendorong adanya

tujuan pencapaian pembauran lengkap, masih ada beberapa hukum-hukum,

khususnya di bidang perekonomian, yang menentang tujuan tersebut

(Suryadinata,1978: 4).

Pada masa Orde Baru, Soeharto kemudian menginginkan pembauran

lengkap antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat bukan Tionghoa, mereka

masih memperbolehkan aktivitas dan undang-undang yang mendorong dan

memperkuat identitas etnis Tionghoa yang terpisah. Misalnya perbedaan

perlakuan yang diterima masyarakat Tionghoa dicerminkan dalam Keppres No.

14A/1980 yang berisi bahwa semua lembaga pemerintah dan kementerian harus

memberikan perlakuan istimewa kepada pengusaha pribumi. Itu juga mewajibkan

bahwa di mana ada patungan antara seorang pribumi dan seorang bukan pribumi,

pengusaha pribumi harus memilik 50% dari nilai perusahaan dan juga harus

memegang peranan aktif dalam menjalankan perusahaannya (Suryadinata,2002:

91). Untuk memperkuat undang-undang tersebut maka Soeharto juga menerapkan

adanya sistem cukong, yaitu sistem pembagian bisnis dimana pribumi

menyediakan surat ijin dan fasilitas sedangkan Tionghoa menanamkan modal

dalam bisnis dan menjalankan (Suryadinata, 2002: 91).

Syarat lain yang masih diteruskan sampai sekarang adalah Kartu

Tanda Penduduk orang keturunan Tionghoa yang masih berbeda pada nomor

identifikasi daripada nomor yang berada pada KTP bukan Tionghoa. Akan tetapi

kebijakan, aktivitas, praktek, dan hukum ini semuanya membantu masyarakat

Tionghoa memperkuat posisi terpisah dari masyarakat lain dan kemudian justru

membuat etnis Tionghoa semakin kuat dan pribumi semakin lemah sehingga

konflik justru semakin bertambah, salah satu contohnya adalah peristiwa Mei

1998 di Jakarta yang menelan banyak korban, dimana banyak toko etnis Tionghoa

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

11

yang dirusak dan perempuan keturunan Tionghoa diperkosa (Suryadinata, 2002:

98).

Kota Salatiga merupakan tempat yang sangat terkenal pada masa

penjajahan Belanda. Salatiga yang dikenal berhawa sejuk ini kemudian dijadikan

tempat untuk orang Belanda beristirahat, sehingga kota Salatiga merupakan salah

satu kota yang terpengaruh akan dirusaknya keharmonisan etnis Jawa dan

Tionghoa, sehingga kota Salatiga inilah yang menarik untuk diteliti. Dari kota

Salatiga peneliti memfokuskan penelitiannya pada Universitas Kristen Satya

Wacana, dimana Universitas ini adalah gambaran pluralitas dari kota Salatiga

secara nyata. Secara khusus juga peneliti memfokuskan agama Islam dan Kristen

karena di Indonesia agama Islam merupakan agama yang penganutnya terbanyak

dan secara fakta banyak kerusuhan yang terjadi di Indonesia mengatasnamakan

agama. Contohnya adanya pengeboman gereja-gereja oleh seseorang yang

mengatasnamakan agama Islam pada kasus pengebomam gereja yang berada di

Solo tahun 2011 lalu. Oleh karena itu perbedaan yang kontras antara ke dua etnis

dan agama serta di dalam fakta-fakta yang ada akan menjadi menarik untuk

diteliti ketika individu dengan perbedaan, berkomunikasi dengan individu lain

yang berbeda di dalam satu ikatan cinta yaitu pada hubungan berpacaran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

Bagaimana proses komunikasi interpersonal dalam berpacaran di Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga yang dilatarbelakangi oleh perbedaan etnis Jawa-

Tionghoa dan agama Islam-Kristen ?

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

12

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal dalam pacaran di Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga yang dipengaruhui oleh adanya perbedaan etnis

Jawa-Tionghoa dan agama Islam-Kristen.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti memiliki harapan bahwa penelitian ini dapat mempunyai

manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan etnis dan agama

terhadap komunikasi interpersonal dalam hubungan berpacaran, sehingga

dapat menjadi bahan pembelajaran mengenai karakteristik kebudayaan dan

komunikasi antar budaya khususnya dalam hubungan berpacaran.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dapat pula memberikan saran kepada para individu yang

sedang berpacaran dengan adanya perbedaan etnis dan agama agar dapat

menjadikan sebuah perbedaan menjadi semangat untuk dapat mengerti antara

satu budaya dengan budaya yang lain, khususnya Jawa dan Tionghoa serta

agama Islam dan Kristen. Kemudian dapat pula memberikan pandangan dan

menambah wawasan bagi mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana,

khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi tentang adanya

pengaruh perbedaan etnis dan agama bagi komunikasi interpersonal tersebut.

1.5 Batasan Penelitian

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

13

1.5.1 Fokus penelitian ini adalah bagaimana komunikasi interpersonal

terjadi di dalam hubungan berpacaran masyarakat Salatiga dan secara khusus

berada pada lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana yang dipengaruhui

oleh adanya perbedaan etnis Jawa-Tionghoa dan agama Islam-Kristen.

Hubungan berpacaran lebih difokuskan dengan usia hubungan berpacaran

minimal 1 tahun dan sudah mempunyai keseriusan harapan untuk melanjutkan

ke pernikahan. Usia mahasiswa yang sedang berpacaran beda etnis dan agama

juga dibatasi pada usia minimal 20 tahun, dimana seorang laki-laki dan

perempuan dikatakan dewasa pada usia 20 tahun.

1.6 Definisi Konsep

1.6.1 Agama

Manusia modern atau homo sapiens ada karena suatu proses

perkembangan yang panjang dan dalam rentang waktu lama. Proses panjang

dan lama itu terjadi karena manusia berkembang dari organisme sederhana

menjadi makhluk yang relatif sempurna dan segala sesuatu yang bertalian

dengan manusia serta kemanusiaannya juga berkembang karena adanya proses

evolusi. Hal ini berbanding terbalik dengan Kitab Suci, dimana Tuhan yang

berperan dalam proses penciptaan bumi dan seluruh isinya. Salah satu aspek

yang biasanya ada dalam suatu komunitas masyarakat adalah cara-cara

penyembahan kepada kekuatan lain di luar dirinya. Hal itu terjadi karena

manusia mempunyai naluri religius yang universal. Kekuatan lain di luar diri

manusia itu bersifat Ilahi, supra natural, berkuasa, mempunyai kemampuan

maha dasyat, sumber segala sesuatu, dan memiliki Kekuasaan Yang Tertinggi

melebihi apapun yang ada di alam semesta.

Kata agama berasal dari bahasa Sanskerta, a yang berarti tidak dan

gama yang berarti kacau, sehingga agama berarti tidak kacau atau adanya

keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Sedangkan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

14

agama hanya bisa didefinisikan berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan di dalam

agama mana saja (Durkheim, 2006:48-49). Ide lain yang digunakan menurut

M.Reville (Durkheim, 2006:56) menyatakan bahwa:

“Agama merupakan daya penentu kehidupan manusia, yaitu

sebuah ikatan yang menyatukan pikiran manusia dan pikiran misterius

yang menguasai dunia dan diri yang disadari, dan dengan hal-hal yang

menimbulkan ketentraman bila terikat dengan hal tersebut”.

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa agama dapat

didefinisikan sebagai kesatuan sistem kepercayaan dan praktek-praktek yang

berkaitan dengan yang sakral, yaitu hal-hal yang disisihkan dan terlarang.

Kepercayaan dan praktek-praktek yang menyatukan seluruh orang yang

menganut dan meyakini hal-hal tersebut ke dalam satu komunitas moral.

Objek dalam sebuah agama akan mengatur hubungan-hubungan

manusia dengan suatu yang khas, maka agama hanya bisa ada jika ada doa,

kurban, ritus tolak balak dan sejenisnya. Agama juga merupakan sebuah

kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian yaitu sistem-sistem mitos,

dogma, ritus dan upacara yang kompleks akan tetapi agama bekerja seolah-

olah sebagai satu entitas yang tidak dapat dipilah dan dibagi-bagi (Durkheim,

2006:65).

Jim Chew ( Chew, 2006:4) melihat agama dari pandangan dunia,

kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku. Pandangan dunia dari agama tersebut

adalah yang sesuai dengan kenyataan merupakan inti dari agama itu sendiri,

dari pandangan dunia mengenai agama itu datang kepercayaan dan nilai-nilai

suatu agama yang mana dapat mempengaruhi perilaku masing-masing individu

dalam memeluk suatu agama tertentu.

Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan

masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila

KeTuhanan Yang Maha Esa. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

15

kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Pada tahun 2010, kira-kira

85,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2%

Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha. Berdasarkan

Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, Agama-agama yang

dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu,

Budha dan Khong Hu Cu. Tidak sembarangan membentuk suatu agama, di

Indonesia syarat – syarat dikatakan sebagai agama adalah jika7 :

1. Adanya Tuhan. Tuhan yang diyakini sebagai suatu pencipta dan

pengatur alam semesta ini. Baik secara penyebutan tentang panggilan sayang

terhadap Tuhannya hingga pengaturan secara simbolis melalui lambang dan

simbol.

2. Adanya Kitab Suci. Untaian kata – kata yang menenangkan dari

pencipta yang tertuang dalam satu buku sakral yang diyakini sebagai firman

Tuhan yang dibawa oleh utusan-Nya sebagai syarat mutlak kedua harus

dipenuhi karena jika tidak keberadaan agama itu sendiri masih disangsikan.

3. Cara Peribadatan / Penyembahan. Ini merupakan suatu prosesi

pengakuan diri dari hamba terhadap penguasanya. Jadi dalam hal ini tata cara

dalam beribadah menjadi kunci utama yang membedakan antara agama yang

satu dengan yang lainnya meskipun memiliki tujuan yang sama.

4. Mempunyai Hari Raya Keagamaan. Hampir setiap bangsa atau

golongan manusia dan agama di dunia ini memiliki hari raya yang dianggap

7 Syarat-syarat agama di Indonesia didapat dari http://sangaayuudara.com/syaratberdirinyaagama/html

diakses 20 Februari 2012 pukul 10.57

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

16

suci serta keramat untuk memperingati suatu kejadian. Pada umumnya yang

berlaku di dunia, hari-hari raya itu adalah peringatan dari pelaksanaan

keagamaan dan lambat laun ditambah pula dengan hari raya kebangsaan.

1.6.2 Etnis

Pada awalnya istilah etnis hanya digunakan untuk suku-suku tertentu

yang dianggap bukan asli Indonesia, namun telah lama berbaur dalam

masyarakat, serta tetap mempertahankan identitas mereka melalui cara-cara

khas mereka yang dikerjakan, dan atau karena secara fisik mereka benar-benar

khas, misalnya etnis Cina, etnis Arab, dan etnis Tamil-India. Menurut

perkembangan istilah etnis juga dipakai sebagai sinonim dari kata suku pada

suku-suku yang dianggap asli Indonesia. Misalnya etnis Bugis, etnis Minang,

etnis Dairi-Pakpak, etnis Dani, etnis Sasak, dan ratusan etnis lainnya. Istilah

etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok.

Seperti halnya dalam agama, Jim Chew ( Chew, 2006:4) melihat etnis

dalam sebuah budaya dari pandangan dunia, kepercayaan, nilai-nilai dan

perilaku. Pandangan dunia dari etnis tersebut adalah sesuai dengan kenyataan

merupakan inti dari etnis itu sendiri, dari pandangan dunia mengenai etnis itu

datang kepercayaan dan nilai-nilai suatu etnis yang mana dapat mempengaruhi

perilaku masing-masing individu.

Menurut Ensiklopedi Indonesia tahun 2007 etnis berarti orang-orang

dalam kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai

arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan

sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam

hal sejarah keturunan, bahasa baik yang digunakan ataupun tidak, sistem nilai,

serta adat-istiadat dan tradisi. Definisi etnis di dalam Ensiklopedi Indonesia

menjelaskan pembatasan-pembatasan kelompok etnis yang didasarkan pada

populasi tersendiri, terpisah dari kelompok lain, dan menempati lingkungan

geografis tersendiri yang berbeda dengan kelompok lain. Sebuah kelompok

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

17

etnis pertama kali diidentifikasi melalui hubungan darah. Antara satu etnis

dengan etnis lainnya kadang-kadang juga terdapat kemiripan bahasa.

Kesamaan bahasa itu dimungkinkan karena etnis-etnis tersebut memiliki

kesamaan sejarah tradisi kuno yang satu, yang mewariskan tradisi yang mirip

dan juga bahasa yang mirip pula8.

1.6.3 Pacaran

Pacaran merupakan suatu hubungan interpersonal, dimana terdapat

dua individu yang berbeda menjalin komitmen untuk menjalani sebuah

hubungan berdasarkan kasih sayang, sikap saling pengertian, perhatian dan

kesabaran. Pada umumnya pacaran dilakukan karena masing-masing individu

merasa tertarik dan nyaman antara lawan jenis, dimana kedua individu tersebut

sama-sama belajar untuk memahami karakter dan sikap pasangannya masing-

masing. Pacaran juga bisa dilakukan berkali-kali atau bahkan tidak sama sekali

dalam hidup seseorang. Hal itu tergantung oleh masing-masing individu.

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia9. Ini

merupakan proses pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang

dikenal dengan pernikahan. Dalam pacaran, ada aktivitas yang disebut dengan

kencan. Aktivitas ini berupa kegiatan yang telah direncana, maupun tak

terencana. Kencan yang tak terencana disebut dengan kencan buta. Tradisi

pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya. Dimulai dari proses

pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi

yang ekslusif. Pembedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh

8 Pengertian etnis dalam ensiklopedi didapat dari http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/etnik-

dan-etnisitas.html diakses 10 Januari 2012 pukul 17.26 9 Pengertian pacaran didapat dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran diakses 5Februari 2012 pukul

12.03

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3992/2/T1_362007067_BAB I.pdf · jalannya upacara pernikahan dan lainnya. Dampak pernikahan beda etnis

18

kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Berdasarkan tradisi zaman kini,

sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih

yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan.

Berkaitan dengan itu Stenberg dalam (Rahmanto,2008) komponen

terpenting dalam cinta adalah gairah, keintiman dan komitmen. Keintiman

adalah komponen emosional yang melibatkan perasaan, gairah adalah

komponen motivasional yang mencakup daya tarik seksual dan romantisme

sedangkan komitmen adalah komponen kognitif dimana seseorang mempunyai

keinginan untuk mempertahankan suatu hubungan. Hal ini berbanding terbalik

oleh pendapat Bowman (dalam Yusuf, 2007) yang menyatakan bahwa dalam

hubungan cinta daya tarik fisik sangatlah penting, dan hal ini tidak dapat

dikatakan sebagai cinta murni ketika kecantikan fisik tersebut hilang maka

tidak ada lagi cinta karena ketertarikan secara fisik.

Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga,

2002:807) pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan

mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Berpacaran adalah bercintaan,

berkasih-kasihan dengan pasangan atau pacar. Memacari adalah mengencani

atau menjadikan dia sebagai pacar. Sementara kencan sendiri menurut kamus

tersebut adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu

yang telah ditetapkan bersama.