20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang mengakui adanya hubungan antara hukum adat dan hukum Islam. Hanya yang diperselisihkan mengenai sejauh mana hubungan itu telah terjadi dan sejauh mana pula yang mungkin akan terjadi diberbagai daerah di Indonesia. Untuk itu perlu mengetahui bahwa terjadi hubungan antara hukum adat dengan hukum Islam. Kendati demikian tidak semua hukum adat itu bisa diterima ke dalam hukum Islam. Hanya saja kita perlu mencermati apakah hukum adat itu bisa dimasukkan dan diterima kedalam hukum Islam atau tidak. Karena selama hukum adat itu tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka hukum adat itu bisa diterima ke dalam hukum Islam. Hubungan antara hukum adat dengan hukum Islam itu bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1. Adat itu dapat diterima oleh perasaan sehat dan diakui oleh pendapat umum 2. Tidak ada persetujuan lain antara kedua belah pihak 3. Tidak bertentangan dengan nash, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. 1 Sebagaimana Iddah telah dijelaskan secara eksplisit oleh nash al-Qur’an maupun Sunnah. Akan tetapi ketika iddah tersebut dihadapkan pada suatu tradisi hukum adat yang berlaku didaerah tertentu, maka iddah tersebut menjadi sebuah masalah yang membutuhkan pengkajian secara cermat. 2 1 Kusumadi Pudjosewojo, Pengantar Hukum Adat, (Jakarta,tt 2012), hlm.105 2 eprints.walisongo.ac.id/1383

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalaheprints.unisnu.ac.id/454/2/BAB I.pdfterjadi dan sejauh mana pula yang mungkin akan terjadi diberbagai daerah di Indonesia. Untuk itu perlu mengetahui

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua orang mengakui adanya hubungan antara hukum adat dan hukum

Islam. Hanya yang diperselisihkan mengenai sejauh mana hubungan itu telah

terjadi dan sejauh mana pula yang mungkin akan terjadi diberbagai daerah di

Indonesia. Untuk itu perlu mengetahui bahwa terjadi hubungan antara hukum adat

dengan hukum Islam. Kendati demikian tidak semua hukum adat itu bisa diterima

ke dalam hukum Islam. Hanya saja kita perlu mencermati apakah hukum adat itu

bisa dimasukkan dan diterima kedalam hukum Islam atau tidak. Karena selama

hukum adat itu tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka hukum

adat itu bisa diterima ke dalam hukum Islam. Hubungan antara hukum adat

dengan hukum Islam itu bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Adat itu dapat diterima oleh perasaan sehat dan diakui oleh pendapat umum

2. Tidak ada persetujuan lain antara kedua belah pihak

3. Tidak bertentangan dengan nash, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.1

Sebagaimana Iddah telah dijelaskan secara eksplisit oleh nash al-Qur’an

maupun Sunnah. Akan tetapi ketika iddah tersebut dihadapkan pada suatu tradisi

hukum adat yang berlaku didaerah tertentu, maka iddah tersebut menjadi sebuah

masalah yang membutuhkan pengkajian secara cermat.2

1 Kusumadi Pudjosewojo, Pengantar Hukum Adat, (Jakarta,tt 2012), hlm.105

2 eprints.walisongo.ac.id/1383

2

Sebenarnya masalah iddah secara umum adalah sesuatu yang sudah

disepakati oleh para ulama selain juga telah dijelaskan secara eksplisit oleh nash

al-Qur‟an maupun Sunnah. Iddah memang merupakan suatu persoalan yang

sangat krusial di kalangan pemikir-pemikir zaman sekarang maupun dahulu.

Selain dinilai sebagai bias gender sehingga banyak mengundang para

cendekiawan mengkaji esensi dari iddah ini, para ulama‟ terutama ulama‟ fiqh

juga masih memperdebatkan masalah iddah karena adanya perkembangan

permasalahan fiqh. Hal ini tak luput dari adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. 3 Bila rahim perempuan itu telah berisi sel yang akan menjadi anak,

dalam beriddah itu akan kelihatan tandanya. Itulah sebabnya ia diharuskan

menunggu dalam masa yang ditentukan.4 Hitungan iddah itu telah ditentukan

sehingga wajib bagi setiap muslim untuk mengikuti ketentuan itu. Seperti dalam

surat Al-Baqarah ayat 228 :

(٢٢٢)امبقراة:

3 Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Direktorat

Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 2001), hlm. 71 4 Ibnu Mas‟ud, Zainal Abidin S, Fiqih Madzab Syafi‟i, buku 2 (Muamalat, Munakahat,

Jinayat), Cet. II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007, hlm. 372

3

Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka ( menunggu)

tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan

Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan Hari

Akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti

itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita

mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang

ma’ruf. Tetapi para suami, mempunyai kelebihan diatas mereka. Dan

Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al-Baqarah: 228).5

Allah Ta’ala juga menjelaskan tentang masalah-masalah rumah tangga,

khususnya adalah bagi seorang istri yang suaminya meninggal dunia, apa yang

harus dia lakukan setelahnya dan berapa lama masa Iddahnya. Allah Ta’ala

berfirman dalam surat al-baqarah ayat 234:

(٢٣٤اة:)امبقر Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan

istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah)

empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka

tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri

mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

(Al-Baqarah: 234).6

Iddah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bersihnya rahim

seorang perempuan apakah ketika berlangsung perceraian si istri dalam keadaan

hamil ataupun tidak sehingga tidak tercampur antara keturunan suami yang

pertama dan suami setelah perceraian, yang kedua yaitu untuk memberi

5 Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Cipta

Aksara), hlm.55 6 Departemen Agama RI, Op.cit.hlm.237

4

kesempatan kepada suami-istri yang berpisah untuk kembali kepada kehidupan

semula jika mereka menganggap hal tersebut baik, dan yang terakhir adalah untuk

menjunjung tinggi masalah perkawinan yaitu agar dapat menghimpunkan orang-

orang yang arif untuk mengkaji masalahnya dan memberikan tempo berpikir

panjang. Jika tidak diberikan kesempatan demikian, ia tak ubahnya seperti anak-

anak kecil bermain sebentar disusun sebentar dirusak lagi. Jika terjadi sesuatu

yang mengharuskan putusnya ikatan tersebut, untuk mewujudkan tetap terjaganya

kelanggengan tersebut maka harus diberi tempo beberapa saat untuk

memikirkannya dan mempertimbangkannya 7. Hal itu sesuai dengan hadist nabi

muhammad saw yang diriwayatkan oleh Ummu Athiyah ra:

د امرأة عىل ميت فوق صىل هللا عليه وسمل قال: ) ل ت لث ثوعن أم عطية; أن رسول الل

ل ثوب عصب, ول تكتحل,ا, ول ثلبس ثوب مصبوغا, ا ل عىل زوج أربعة أشهر وعش

ول ا

ذا طهرت هبذة من قسط أو أظفار. ل ا

اخرجه امبخارى((ثمس طيبا, ا

Dari Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu

'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah seorang perempuan berkabung atas

kematian lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya ia boleh

berkabung empat bulan sepuluh hari, ia tidak boleh berpakaian warna-wanri

kecuali kain 'ashob, tidak boleh mencelak matanya, tidak menggunakan

wangi-wangian, kecuali jika telah suci, dia boleh menggunakan sedikit sund

dan adhfar (dua macam wewangian yang biasa digunakan perempuan untuk

membersihkan bekas haidnya(.8

Oleh sebab itulah permasalahan iddah ini merupakan suatu issue yang

wajib dipahami oleh seluruh umat Islam baik laki-laki maupun perempuan, karena

selain mengandung beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perempuan

iddah juga menyuruh laki-laki untuk menunaikan kewajibannya. Seperti contoh

7 Sayid Sabiq, Op. Cit., hlm.136.

8 Imam Al-Mundziri, Hadis Shohih Muslim, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), hlm.478

5

dalam hal nafkah laki-laki wajib memenuhi nafkah istri yang sedang

melaksanakan iddah.

Berbicara mengenai kewajiban laki-laki dan perempuan dalam masa iddah

sebagaimana yang peneliti ketahui bahwa banyak sekali para janda di Desa

Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara yang mayoritas masyarakatnya

adalah pesisir yang tidak melaksanakan kewajibannya untuk beriddah setelah

dicerai suaminya baik karena cerai hidup ataupun cerai mati, karena

ketidakfahaman mereka mengenai maksud dan tujuan iddah itu sendiri, selain itu

para janda tersebut juga tidak pernah mendapatkan haknya ketika masa iddah dan

itupun karena mereka tidak mengetahui ataupun tidak memintanya, seperti hak

dan kewajiban mereka dalam masa iddah serta batas waktu Padahal sebagaimana

penjelasan di atas bahwa iddah merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan bagi

umat Islam karena bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Sekedar memberikan wawasan mengenai bentuk kehidupan masyarakat

pesisir dimana, secara sosiologis, karakter masyarakat dipengaruhi oleh etnik

yang tergambar dalam serangkaian tata nilai dan budaya. Psikologi memandang

adanya pengaruh lingkungan dalam membentuk karakter masyarakat. Jadi dari

dua sudut pandang tersebut peneliti simpulkan, bahwa karakteristik para janda

khususnya yang ada di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara

adalah karakter jawa dan pesisir. Masyarakat pesisir secara sosio-kultural

merupakan masyarakat yang mempunyai budaya pada maritim laut, pantai dan

6

berorientasi pasar. Tradisi ini berkembang menjadi budaya dan sikap hidup yang

kosmopolitan, inklusivistik, egaliter, dinamis dan pluralistik 9.

Perbedaan mendasar masyarakat pesisir dan masyarakat agraris adalah

pada akses terhadap sumberdaya Alam. Laut merupakan sumberdaya Alam yang

bersifat open acces sehingga siapapun dapat mengaksesnya. Hal ini sangat

berbeda dengan sumberdaya alam pada masyarakat agraris. Sumberdaya yang

bersifat terbuka ini menyebabkan persaingan antar nelayan menjadi semakin

keras. Tidak mengherankan nelayan atau penduduk pesisir pada umumnya

memiliki karakter yang keras dan kasar. Nur Syam mengungkapkan tentang orang

pesisir atau yang biasa disebut nelayan bahwa orang nelayan itu berbantal ombak

dan berselimut langit. Ungkapan ini menggambarkan betapa kerasnya kehidupan

seorang nelayan 10

.

Keadaan ini semakin diperparah dengan resiko pekerjaan yang tinggi baik

dalam keselamatan jiwa maupun ekonomi. Etnis jawa lebih dikenal sebagai

masyarakat agraris dibanding masyarakat pesisir. Jadi kesan jawa yang “halus

dan alon-alon waton kelakon”, tertutup oleh kesan pesisir-nya. Pun demikian

“kekerasan dan kekasaran” ala pesisir, tertutup oleh jawa-nya.

Adanya kehidupan yang keras itulah yang memaksa para janda di sana

untuk harus cepat menjalankan pekerjaan ketika mereka mengalami masa

perceraian baik karena ditinggal mati suaminya ataupun karena dicerai untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Antara janda yang satu dengan janda yang

lain memiliki banyak perbedaan dalam memahami iddah, karena alasan

9 Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural (=beragam) yang

berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham, 10

Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm. 95

7

pendidikan, banyak diantara mereka yang tidak mengetahui konsep iddah yang

sebenarnya bahkan tidak jarang dari mereka yang tidak memahami maksud dan

tujuan iddah.

Untuk lebih jelas peneliti mengambil contoh dari kehidupan janda karena

ditinggal mati suaminya, berdasarkan pada ketentuan syari’ah seorang perempuan

yang ditinggal mati suaminya harus melaksanakan iddah dirumah suaminya dan

tidak boleh keluar rumah dalam jangka waktu yang sudah ditentukan, dan yang

demikian inilah yang sering disalahfahami dan tidak dilakukan oleh para janda di

Desa Telukawur tersebut. Begitu pula para janda yang diceraikan suaminya, tidak

jarang dari mereka yang hilang pada saat iddah dalam artian bahwa setelah terjadi

perceraian mereka tidak memberikan kesempatan kepada suami yang akan

merujuknya karena mereka telah berada jauh dari tempat tinggal. Karena

pengaruh lingkungan sehingga mereka mengikuti trend untuk bekerja jauh seperti

halnya menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) keluar negeri, merantau ke kota dan

lain sebagainya, hal ini dilakukan karena untuk menghilangkan sakit hati dan

mengobati rasa sedih yang mereka rasakan setelah dicerai suaminya.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, peneliti menemukan beberapa

faktor penyebab dari pelaksanaan iddah yang kurang efektif dan kurang dipahami

oleh para Janda khususnya janda masyarakat pesisir Desa Telukawur. Faktor-

faktor yang menyebabkan ketidakefektifan pelaksanaan iddah dan pemahaman di

Masyarakat Pesisir Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara

adalah: 1) pendidikan, 2) Faktor ekonomi, dan 3). Faktor lingkungan.

8

Banyaknya ketidafahaman para janda mengenai semua hal yang

berhubungan dengan iddah tersebut maka peneliti beranggapan penelitian ini patut

untuk diteliti. Oleh Karena itulah peneliti mengangkat permasalahan tersebut

dalam sebuah skripsi berjudul “Studi Analisis Iddah Menurut Pandangan

Hukum Islam Dan Hukum Adat (Studi Kasus Di Desa Telukawur

Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara)”, merupakan suatu penelitian yang

patut untuk diteliti mengingat bahwa banyak sekali hak-hak perempuan yang

terabaikan karena keterbatasan pemahaman dari perempuan itu sendiri. Dengan

adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui tentang faktor- faktor yang

menyebabkan ketidakfahaman tersebut dan bagaimana tindakan mereka setelah

diadakan penelitian ini.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis memberikan

interpretasi terhadap judul di atas sebagai berikut:

1. Studi Analisis Iddah

Studi ialah penyelidikan.11

analisis adalah mengamati atau mengkaji secara

rinci.12

Iddah ialah masa menanti yang diwajibkan atas perempuan yang

diceraikan suaminya ( cerai hidup atau cerai mati), gunanya supaya diketahui

kandungannya berisi atau tidak.13

11

John M. Echols dan Hasan Shadaily, Kamus Inggris-Indonesia, ( Jakarta: Ithaca,

1998), hlm.563 12

Imam Taufiq, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, ( Jakarta, Ganeca Exact, 2010), hlm.

62 13

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, ( Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), hlm. 414

9

Sehingga yang dimaksud dengan Studi Analisis Iddah adalah

penyelidikan dengan mengamati dan mengkaji secara rinci tentang masa

menanti yang diwajibkan atas perempuan yang diceraikan suaminya ( cerai

hidup atau cerai mati), gunanya supaya diketahui kandungannya berisi atau

tidak.

2. Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Adat

Pandangan yang dimaksud disini adalah ialah melihat sesuatu agak

lama.14

Yang maksud penulis adalah pertimbangan yang dijadikan pegangan,

pedoman, arahan yang merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan

pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.

Hukum Islam adalah kehendak Allah untuk mengatur perbuatan-

perbuatan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan

bermasyarakat. 15

Hukum adat ialah hukum yang tidak bersumber pada peraturan-

peraturan.16

Hukum adat mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dan

elastis karena peraturan-peraturannya tidak tertulis. Dalam hukum adat dikenal

juga Masyarakat Hukum adat yaitu sekumpulan orang yang di ikat oleh tatanan

hukum/ peraturan adat sebagai warga bersama dalams satu persekutuan hukum

yang tumbuh karena dasar keturunan ataupun kesamaan lokasi tempat tinggal.

Sehingga yang dimaksud Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Adat

adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, dan

14

Imam Taufik, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Bandung: Ganeca, 2010), hlm.819 15

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Adat Bagi Umat Islam, (Yogyakarta: Fakultas Hukum

UII, 1999), hlm. 5. 16

Surojo Wignjodipuro, Pengantar Dan Asas Hukum Adat, (Jakarta: PT Toko Gunung

Agung, 1967), hlm.14

10

arahan dari ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan dari

peraturan tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat

yang hanya ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis deskripsikan bahwa yang

dimaksud dengan judul Analisis iddah menurut pandangan hukum islam dan

hukum adat ialah mengkaji secara rinci terhadap masa menanti yang

diwajibkan atas perempuan yang diceraikan suaminya (cerai hidup atau cerai

mati) menurut pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman,

dan arahan dari ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan dari

peraturan tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat

yang hanya ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan.

C. Rumusan Masalah

Untuk melakukan proses penelitian, agar penelitian yang dilakukan tidak

keluar dari jalur pembahasan maka peneliti membatasinya dalam hal sebagai

berikut:

1. Bagaimana pemahaman para janda di lingkungan Desa Telukawur Kecamatan

Tahunan Kabupaten Jepara mengenai iddah?

2. Apakah faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam melaksanakan iddah

para janda di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten ?

D. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemahaman para janda di lingkungan Desa Telukawur

Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara mengenai iddah.

11

2. Untuk mengetahui Apakah faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam

melaksanakan iddah para janda di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan

Kabupaten.

E. Manfaat Penulisan

1.Secara teoritis penelitian ini dilakukan untuk:

a. Mengetahui lebih jelas mengenai bagaimana konsep iddah menurut hukum

Islam.

b. Mengetahui berapa banyak masyarakat yang melaksanakan iddah sesuai

dengan yang diajarkan agama Islam.

2. Secara praktis penelitian ini dilakukan untuk:

a. Memberikan motivasi kepada sejumlah masyarakat yang belum sepenuhnya

melaksanakan iddah.

b. Memberikan pemahaman kepada janda pada khususnya, dan seluruh

masyarakat desa Telukawur pada umumnya.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid, maka peneliti akan

menerangkan beberapa metode yang dipergunakan dalam skrispsi ini:

1. Jenis dan Pendekatan

a) Jenis Penelitian

Jenis peneliti menggunakan jenis penelitian deskriftif, yaitu

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

12

satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan antara variabel, satu dengan variabel yang lain.17

Penelitian ini berusaha menjawab pertannyaan-pertannyaan apakah

dan mendeskripsikan hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti akan

memberikan kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian

laporan.

b) Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif.

Menurut Bogman dan Tailor yang dikutif Lexi J. Moeleong,

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku

yang diamati.18

Kegunaan Metode Kualitatif menurut Lexi J. Moeleong seperti

yang di kutif Nur Khoiri adalah :

1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah

2) Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti

dengan responden

3) Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.19

2. Waktu dan tempat penelitian.

17

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, ( Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 11 18

Lexi J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004),hlm. 4 19

Nur Khoiri, Metode Penelitian Pendidikan, ( Jepara: INISNU, 2012), hlm. LXII

13

Penelitian ini dilakukan di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan yang

dimulai tanggal 25 Februari sampai dengan 26 Maret 2014.

3. Subyek Penelitian

Adapun subyek penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Kepala KUA Kecamatan Tahunan

Kepala KUA disini sebagai orang yang mempunyai wewenang dalam

menentukan kebijakan di wilayahnya terkait dengan masalah Pernikahan

dan status hukumnya.

b) Petugas Pencatat Nikah ( PPN) atau Modin

Petugas Pencatat Nikah atau Modin merupakan orang yang melaksanakan

akad nikah di desa Desa Telukawur . Maka dari itu, peran Petugas Pencatat

Nikah sangat penting dalam penelitian ini, serta sebagai sumber data primer

dalam penelitian ini.

c) Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat dalam hal ini sebagai unsur yang juga memiliki peran

penting guna tercapainya tujuan penelitian. Tokoh masyarakat sebagai

subyek dalam memberikan Pandangan terhadap iddah dalam pandangan

hukum islam dan hukum adat.

4. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui lebih jelas mengenai bagaimana konsep iddah menurut hukum

Islam.

14

b. Mengetahui berapa banyak masyarakat yang melaksanakan iddah sesuai

dengan yang diajarkan agama Islam.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang ada dalam penelitian ini adalah data kepustakaan (Library

research), data merupakan teori-teori dari para ahli yang berhubungan dengan

penelitian ini, data yang diperoleh dengan cara peneliti terjun kelapangan.

Untuk mempermudah memperoleh data di lapangan, penulis menggunakan

beberapa Teknik, yaitu:

a) Wawancara

Merupakan alat informasi dengan cara mengajukan sejumlah

pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.20

Teknik

wawancara menghendaki komunikasi langsung antara penyelidikan subjek

atau responden. Berdasarkan strukturnya, pada penelitian kualitatif ada 2

jenis wawancara yaitu:

1) Wawancara relatif tertutup, wawancara format ini difokuskan pada topik

khusus atau umum, panduan dibuat rinci, namun nara sumber tetap

terbuka dalam berfikir.

2) Wawancara terbuka, peneliti memberi kebebasan diri kepada nara

sumber untuk berbicara secara luas dan mendalam, pada wawancara ini,

subjek peneliti lebih kuat pengaruhnya dalam menentukan isi

wawancara.21

20

S Margono, Op.Cit., hlm. 165. 21

Sudarwan Danim, Op.Cit, hlm. 132.

15

Teknik ini digunakan untuk menggali data tentang profil Desa

Telukawur , keadaan umum Desa Telukawur dan pelaksanaan Faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi Pandangan masyarakat Desa Telukawur

terhadap Iddah.

a) Observasi

Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu

obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.22

Teknik ini juga

digunakan untuk mengetahui pengelolaan secara keseluruhan, letak

geografis serta untuk mengembangkan data-data yang terkait dengan

hukum yang berlaku di desa Telukawur.

b) Dokumentasi

Teknik Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen, monografi desa, agenda dan sebagainya.23

Teknik ini

dipergunakan untuk memperoleh data tentang keadaan dan situasi umum

Desa Telukawur serta data-data lain yang bersifat dokumen.

6. Teknik Keabsahan Data

Pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

empat kriteria, yaitu (a) kredibelitas, (b) transferabilitas, (c) dependibilitas, dan

(d)konfirmabilitas.24

a. Kredibilitas

22

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1998), hlm.199 23

Ibid, hlm. 201. 24

Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian Kualitatif , ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000),

hml. 36

16

Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang

berhasil dikumpulkan sesuai dengan dunia nyata serta terjadi sebenarnya.

Untuk mencapai nilai kredibilitas digunakan teknik triangulasi sumber,

pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, diskusi

teman sejawat, pengamatan secara terus-menerus dan pengecekan

kecukupan referensi

b. Transferabilitas

Teknik pengujian data ini merupakan standart pengujian yang

dilakukan dengan cara memperkaya deskripsi tentang latar dan konteks

focus penelitian. Penjelasan yang detail tentang latar dan konteks

obyek penelitian, akan menambah valid hasil penelitian ini.25

c. Dependibilitas

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya

kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan

data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Cara

untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan

melalui audit dependebilitas oleh auditor independen guna mengkaji

kegiatan yang dilakukan peneliti. Dalam penelitian ini sebagai auditor

adalah dosen pembimbing.

d. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil penelitian yang

dilakukan dengan cara mengecek data, informasi, dan interpretasinya

25

Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 107.

17

dikonfirmasikan denganberbagai pihak guna ikut meriview proses

penelitian, agar temuan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah melalui

proses uji keakuratan perolehan penelitian.26

7. Teknik Analisis dan metode

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi wawancara dan lainnya guna meningkatkan

pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menjadikannya sebagai

teman bagi orang lain. Sedangkan demi meningkatkan pemahaman tersebut

analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.27

Pola analisis penelitian ini menggunakan pola pikir induktif yaitu

mengangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus

tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan

generalisasi yang bersifat umum.

Sedangkan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain adalah teknik triangulasi. Teknik

triangulasi berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alasan yang berbeda dalam

penelitian kualitatif hal itu dapat dicapai dengan beberapa jalan, diantaranya:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara.

b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

26

Ibid 27

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,

1996), hlm. 104.

18

c. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknis

pengumpulan data dan

d. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan Teknik yang

sama.28

Analisis data yang digunakan yaitu analisis nonstatistik yaitu

menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data yang diwujudkan

bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian-

uraian.29

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Agar skripsi ini lebih mudah untuk dimengerti dan difahami sebelum

membaca secara keseluruhan, maka penulis memberikan sistematika pembahasan

sebagai berikut :

1. Bagian Depan Skripsi.

Pada bagian ini memuat beberapa halaman yaitu: Halaman Judul,

Halaman Persetujuan Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Motto

dan Persembahan, Halaman Abstraksi, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan

Daftar Lampiran.

2. Bagian Isi.

Pada bagian ini memuat lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar Belakang Masalah,

Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat

Penelitian, Sistematika Penelitian.

28

Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 330-331. 29

Lexy J. Moleong, Ibid, hlm. 103.

19

BAB II : LANDASAN TEORI MELIPUTI:

A. Talak, berisi tentang Pengertian talak, Syarat-syarat talak,

Rukun talak, Macam-macam talak, Hukum talak

B. Iddah membahas tentang Definisi iddah menurut hukum islam

dan hukum adat, Dasar hukum iddah, Macam-macam iddah,

Hak dan kewajiban perempuan dalam masa iddah, Hikmah

iddah.

C. Hukum islam dan hukum adat di Desa Telukawur

BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITIAN

A. Deskripsi umum tentang Desa Telukawur Kecamatan Tahunan

kabupaten Jepara.

Menjelasakan tentang letak geogtrafis, asal-usul sejarah desa

Desa Telukawur, keadaan sarana-prasarana,Visi dan Misi,

demonografi Desa Telukawur .

B. Data Khusus

1. Pandangan hukum islam terhadap iddah

2. Pandangan Masyarakat Desa Telukawur Terhadap Iddah

BAB IV : PEMBAHASAN TENTANG IDDAH MENURUT

PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT ( STUDI

KASUS DI DESA TELUKAWUR KECAMATAN TAHUNAN

KABUPATEN JEPARA)

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan, saran-saran, kata penutup.

20

3. Bagian Akhir.

Bagian ini memuat Daftar Kepustakaan, Lain-lain, dan Daftar

riwayat pendidikan penulis.