106
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media yang sangat membawa pengaruh terhadap masyarakat. Televisi merupakan media komunikasi yang berbentuk visual dan selalu digunakan oleh masyarakat. Komunikasi merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan. Televisi dan komunikasi merupakan dua bagian penting dalam media massa yang saling berkaitan. Seiring perjalan waktu perkembangan televisi semakin pesat. Perkembangan teknologi membantu kemajuan televisi dan menjadikan televisi sebagai salah satu media massa yang paling digemari. Sebuah variety show juga dikenal sebagai seni atau hinuran berbagai varietas, adalah hiburan yang terdiri dari berbagai tindakan, khususnya pertunjukan musik dan komedi sketsa, dan biasanya diperkenalkan oleh host. Variety show adalah pokok televisi pada awal tahun 1970-an sampai tahun 1980-an. Di beberapa bagian dunia, program seperti ini semakin berkembang dan meluas. Sekian banyak program acara variety show yang ditayangkan oleh stasiun televisi di Indonesia, salah satunya yang dapat merebut perhatian penonton adalah acara variety show Hitam Putih yang di tayangkan oleh stasiun televisi TRANS 7. Keunikan dan ciri khas dari program Hitam Putih ini adalah cara penyajian program tersebut terkesan santai tetapi tetep menampilakn keseriusan dari pembawa acara dan para narasumbernya. Tidak hanya dari pembawa acara dan narasumbernya saja, di acara tersebut terdapat pemain musik yang menjadi pelengkap acara dan menambah meriah dari acara tersebut. Acara ini selalu mengangkat tema yang menarik setiap harinya dengan memunculkan narasumber yang akurat serta memiliki nilai jual yang

BAB I PENDAHULUAN Televisi merupakan salah satu media yang ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2012-1-01158-MC Bab1001.pdf · 1.3.4 Manfaat Sosial ... digunakan, dan arti

  • Upload
    lebao

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Televisi merupakan salah satu media yang sangat membawa pengaruh

terhadap masyarakat. Televisi merupakan media komunikasi yang berbentuk visual

dan selalu digunakan oleh masyarakat. Komunikasi merupakan salah satu bagian

terpenting dalam kehidupan. Televisi dan komunikasi merupakan dua bagian penting

dalam media massa yang saling berkaitan. Seiring perjalan waktu perkembangan

televisi semakin pesat. Perkembangan teknologi membantu kemajuan televisi dan

menjadikan televisi sebagai salah satu media massa yang paling digemari.

Sebuah variety show juga dikenal sebagai seni atau hinuran berbagai varietas,

adalah hiburan yang terdiri dari berbagai tindakan, khususnya pertunjukan musik dan

komedi sketsa, dan biasanya diperkenalkan oleh host. Variety show adalah pokok

televisi pada awal tahun 1970-an sampai tahun 1980-an. Di beberapa bagian dunia,

program seperti ini semakin berkembang dan meluas.

Sekian banyak program acara variety show yang ditayangkan oleh stasiun televisi

di Indonesia, salah satunya yang dapat merebut perhatian penonton adalah acara

variety show Hitam Putih yang di tayangkan oleh stasiun televisi TRANS 7.

Keunikan dan ciri khas dari program Hitam Putih ini adalah cara penyajian program

tersebut terkesan santai tetapi tetep menampilakn keseriusan dari pembawa acara dan

para narasumbernya. Tidak hanya dari pembawa acara dan narasumbernya saja, di

acara tersebut terdapat pemain musik yang menjadi pelengkap acara dan menambah

meriah dari acara tersebut. Acara ini selalu mengangkat tema yang menarik setiap

harinya dengan memunculkan narasumber yang akurat serta memiliki nilai jual yang

2

tinggi. Acara ini juga menggunakan pembawa acara yang berbeda, agar para

penonton tertarik dan acara ini memiliki perbedaan dari program variety show

lainnya.

Hitam Putih tayang setiap hari Senin sampai Jumat pukul 18:30 sampai 19:30 WIB

dan hari Minggu pukul 20:00 WIB. Acara ini menyajikan informasi lebih dalam

mengenai para nara sumber yang hadir. Acara yang dikemas TRANS 7 ini memberi

informasi lebih jauh tentang hal berbeda dari para nara sumber yang kemungkinan

besar belum semua orang mengetahuinya. Acara ini menampilkan fakta yang

langsung diangkat dari nara sumbernya.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengupas lebih mendalam mengenai program

variety show Hitam Putih berkaitan dengan persepsi penonton tentang adanya sisi

berbeda dari nara sumber dan menampilkan informasi yang faktual. Penelitian

ini diberi judul “Persepsi Penonton Terhadap Program Hitam Putih di TRANS 7

Yang Menampilkan Sisi Berbeda Nara Sumber” dan mengambil survey terhadap

warga Rt 002/ Rw 10 Perumahan Banjar Wijaya, Tangerang

1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup adalah batasan-batasan area penelitian yang akan dilaksanakan

dan tidak melenceng dari tujuan penelitian, maka peneliti membuat batasan secara

lebih spesifik mengenail hal-hal yang akan diteliti. Berdasakan dari latar belakang

yang sudah diuraikan, maka peneliti dapat menarik rumusan masalah sebagai berikut:

Ruang lingkup peneliti yaitu, bagaimana persepsi penonton terhadap program hitam

putih di TRANS 7 yang menampilkan sisi lain dari narasumber?

3

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar

sarjana pada jurusan Komunikasi Pemasaran, jenjang pendidikan Strata-

1 di Universitas Bina Nusantara.

2. Untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat tentang

program “Hitam Putih” di TRANS 7 terhadap warga Rt 002 /Rw 10 yang

terletak di Perumahan Banjar Wijaya, Tangerang..

3. Sebagai ilmu tambahan bagi peneliti, untuk memperdalam ilmu

yang dimiliki selama menjalani perkuliahan.

1.3.2 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam kajian teori ilmu komunikasi.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memperluas wawasan

penelitian yang telah dilakukan di bidang komunikasi dan bidang broadcasting

khususnya.

1.3.3 Manfaat Praktis

Menambah referansi yang sudah ada dan dapat berguna oleh semua pihak.

Penelitian ini dapat menjadi tambahan pustaka dan juga menjadi informasi tambahan

yang berguna bagi pembaca.

4

1.3.4 Manfaat Sosial

Memberikan pengetahuan tentang persepsi program “Hitam Putih” yang

bermanfaat dan dapat diharapkan informasi yang ada dapat menjadi inspirasi baru

bagi masyarakat. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi peneliti dalam melakukan penelitian yang serupa.

1.4 Metodologi Penelitian

Penelitian yang ini menggunakan metode penelitian kuantitatif format

deskriptif. Peneliti akan menguji hubungan sebab akibat antara variable, melainkan

menggambarkan situasi yang terjadi dan menjabarkan. Menurut kelebihan

penggunaan survey di dalam penelitian adalah:

1. Survey memungkinkan pemilihan sampel dalam jumlah cukup

besar dan survey bersifat fleksibel. Metode ini memungkinkan

pertanyaan mengenai berbagai hal dalam berbagai topik

menjadikan analisa data juga menjadi lebih fleksibel.

2. Kuisioner yang telah distandarisasi memiliki kekuatan penting

bagi pengukuran secara umum. Penelitian kuantitatif adalah

penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan

fenomena serta hubungan-hubungannya.

5

1.4.1 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang

representative dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian

rupa sehingga diperoleh sebagai sampel yang benar-benar dapat mewakili dan

menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling atau teknik acak sederhana. Penarikan sampel acak

sederhana adalah pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memikirkan

strata yang ada dalam populasi dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan

yang sama menjadi sampel. Teknik acak sederhana ini membutuhkan syarat yang

khusus. Teknik ini dapat dipakai ketika kerangka dan nama sampel lengkap memuat

daftar nama semua anggota populasi.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk melakukan penelitian ini maka peneliti menggunakan teknik

atau metode pengumpulan data yang akan digunakan senbagai berikut :

1. Pengumpulan Data primer

Untuk memperoleh data primer, instrument harus menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

pertanyaan dan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti

variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan daru responden.

6

Dalam penelitian ini, jenis pertanyaan yang akan digunakan adalah pertanyan

tertutup. Diama jawabannya sudah disediakan sehingga responden hanya tinggal

memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Selain mengumpulkan data dengan kuesioner, peneliti juga menggunakan data

melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri data-data

yang ada dalam buku yang terkain dengan topik dan objek peneliti serta situs-situs

internet yang berhubungan.

1.5 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah kegiatan dan bagian penting dalam

keseluruhan proses penelitian. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang

makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya, pengolahan

data dilakukan melalui program komputer dengan program SPSS (Statistical Product

and Service Solution).

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menjelaskan informasi berdasarkan beberapa

tahap. Pada bagian pertama menjelaskan latar belakang masalah yang akan diteliti,

ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian yaitu “ Persepsi Penonton Terhadap

Program Hitam Putih di TRANS 7 yang Menampilkan Sisi Berbeda dari Narasumber

(survey warga Rt 002 / Rw 10 Perumahan Banjar Wijaya, Tangerang). Pada bagian

7

kedua menjelaskan tentang landasan teori yang terdiri dari penjabaran dan ulasan

teori-teori yang diambil dari sumber-sumber tertentu. Pada bagian ketiga peneliti

menjabarkan dan menerangkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam

melakukan survey terhadap warga Rt 002 / Rw 10 yang terletak di Perumahan

Banjar Wijaya, Tangerang. Pada bagian keempat menjelaskan mengenai proses

pengolahan data yang bertujuan menguji hipotesis yang sudah dicantumkan. Pada

bagian kelima berisi tentang kesimpulan dan saran. Dalam bagian kelima peneliti

menarik kesimpulan serta memberikan saran dari hasil penelitian.

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori – Teori Dasar / Umum

2.1.1 Komunikasi

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan

kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada

setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai

manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar dari

kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun

nonverbal. Namun, apa yang dimaksud dengan komunikasi itu sendiri ?

Secara etimologi, komunikasi berasal dari kata Latin communis yang

berarti “sama”, communico,communication, atau communicare, yang berarti

“membuat sama” (Mulyana, 2001, p. 46). Menurut Shanon dan Weaver , komunikasi

adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja

atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga

dalam bentuk hal ekspresi muka, lukisan,seni dan teknologi.(Wiryanto, 2004, p.7)

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa

komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan

pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa

terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek.

Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi.Untuk itu, kita

9

perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi. (Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, p.

23)

Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan

informasi sampai dipahaminya informasi oleh komunikan. Komunikasi adalah suatu

proses, suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para

komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan.

Selanjutnya, ada lima faktor yang mempengaruhi proses komunikasi menurut

William G. Scott dalam buku Pengantar Teori Komunikasi (Suprapto, Pengantar

Teori Komunikai, 2006, p. 7), yakni:

1. The Act (Perbuatan)

Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-

lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-

hubungan yang dilakukan oleh manusia.Pada umumnya lambang-

lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau dalam keadaan

tertentu tanda-tanda lain dapat pula dipergunakan.

2. The Scene (Adegan)

Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini

menekankan hubungannya dengan lingkungan komunikasi.

Adegan ini menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang

digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan kata lain,

dengan menggunakan simbol apa sesuatu itu dapat

dikomunikasikan.

10

3. The Agent (Pelaku)

Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan

komunikasi disebut pelaku komunikasi.Pengirim (komunikator)

dan penerima (komunikan) yang terlibat di dalamnya adalah

contoh pelaku komunikasi tersebut, dan peranannya seringkali

saling menggantikan dalam situasi komunikasi yang berkembang.

4. The Agency (Perantara)

Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat

membangun terwujudnya perantara itu (the agency). Alat-alat itu

selain dapat berwujud komunikasi lisan, tatap muka, dapat juga

alat komunikasi tertulis, seperti surat perintah, memo, buletin,

nota, surat tugas dan jenis lainnya.

5. The Purpose (Tujuan)

Menurut Grace dalam Thoha (Suprapto, Pengantar Teori

Komunikasi, 2006, p. 8) ada 4 macam tujuan tersebut:

1. Tujuan Fungsional (The Functional Goals), ialah tujuan yang

secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi atau lembaga.

2. Tujuan Manipulasi (The Manipulative Goals), tujuan ini

dimaksudkan untuk menggerakkan orang-orang yang mau

menerima ide-ide yang disampaikan baik sesuai atau tidak

sesuai dengan nilai dan sikapnya sendiri.

3. Tujuan Keindahan (The Aesthetics Goals), tujuan ini

bermaksud untuk menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat

kreatif. Komunikasi ini dipergunakan untuk memungkinkan

11

seseorang mampu mengungkapkan perasaan tadi dalam

kenyataan.

4. Tujuan Keyakinan (The Confidence Goals), tujuan ini

bermaksud untuk meyakinkan atau mengembangkan

keyakinan orang-orang pada lingkungan.

Adapun tujuan komunikasi dapat diuraikan sebagai berikut (Effendy, 2003, p. 8) :

1. Perubahan sikap (attitude change)

2. Perubahan pendapat (opinion change)

3. Perubahan perilaku (behavior change)

4. Perubahan sosial (social change)

Inti dari tujuan komunikasi di atas adalah untuk mengharapkan pengertian,

dukungan, gagasan, dan tindakan komunikan.

Pada umumnya fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Fungsi memberitahu (to inform)

Contohnya: rambu-rambu lalu lintas, pengumuman

melalui radio, televisi, dan lainnya.

2. Fungsi mendidik (to educate)

Contohnya: kuliah, ceramah, diskusi, dan lain-lain.

3. Fungsi membujuk (to persuade)

4. Fungsi menghibur (to entertaint)

Contohnya: pemutaran lagu atau musik, lawak.

12

2.1.2 Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa

(media cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk

pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain media

massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh

karena itu masa disini menunjuk pada khalayak, audience, penonton,pemirsa,atau

pembaca. (Nurudin, 2007, p. 2)

Berlo (Wiryanto, 2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang

yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain

dari saluran. Menurut Defleur dan McQuail komunikasi massa adalah suatu proses

dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-

pesan secara luas,dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang

diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-beda

dengan melalui berbagai cara. (Riswandi, 2009, p. 103)

Merangkum definisi- definisi di atas, di sini komunikasi massa di artikan

sebagai jenis komunikasi yang di tujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,

heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang

sama dapat di terima secara serentak dan sesaat. Perkataan “dapat” dalam definisi ini

menekankan pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima komunikasi massa pada

saat tertentu tidaklah essensial.(Morissan, Corry, & Farid, Teori Komunikasi Massa,

2010)

13

Harold D. Lasswell (Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, 2000)

memformulasikan unsur-unsur komunikasi dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut

”Who Says What in Which Channelto Whom With What Effect?”

1. Unsur who (sumber atau komunikator). Siapakah komunikatornya?

2. Unsur says what (pesan). Pesan apa yang dinyatakannya? 3. Unsur in which channel (saluran atau media). Media apa yang digunakan? 4. Unsur to whom (penerima; khalayak; audien). Siapa komunikannya ? 5. Unsur with what effect (dampak). Efek apa yang diharapkan ?

Sedangkan ciri-ciri komunikasi massa, menurut Elizabeth Noelle Neumann

(Rakhmat, 1997) sebagai berikut:

1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis;

2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta

komunikasi;

3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan

anonim;

4. Mempunyai publik yang secara tersebar.

Menurut Dominick dalam (Ardianto & Komala, 2004, pp. 15-22),

Komunikasi massa mempunyai beberapa fungsi bagi masyarakat, antara lain:

1. Pengawasan

Fungsi pengawasan ini dibagi ke dalam 2 bentuk yaitu

pengawasan peringatan (Warning and beware surveillance) yang

14

terjadi ketika media massa menginformasikan tentangancaman

bencana alam, tayangan inflasi, atau serangan militer. Kemudian yang

kedua adalah pengawasanin strumental (instrumental surveillance)

yaitu penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki

kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Penafsiran

Penafsiran pada media dapat dilihat pada halaman tajuk

rencana (editorial). Penafsiran ini berbentuk komentar danopini yang

ditujukan pada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut

pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya.

Tujuan penafsiran mediaadalah untuk mengajak para pembaca atau

pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut

dalam komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok.

3. Pertalian

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang

beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan

minat yang sama tentang sesuatu. Kelompok-kelompok yang

memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis

dipertalikan atau dihubungkan oleh media.

15

4. Penyebaran nilai-nilai

Fungsi ini disebut juga sebagai sosialisasi. Media mewakili

sebagai model dan peran yang kita amati dan harapan untuk

menirunya.

5. Hiburan

Melalui program-program di televisi dan radio, khalayak

dapat memperoleh hiburan yang dikehendaki. Sementara suratkabar

dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen,Teka-Teki

Silang (TTS), dan berita yang mengandung sentuhan manusiawi

(human interest ).

2.1.3 Media Massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan

dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri

adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak

(penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,

film, radio, dan televisi (Cangara H. , 2003, p. 134). Media massa pada dasarnya

dapat dibagi menjadi dua kategori (Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,

2009, p. 103), yakni media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang

dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.

Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio

siaran, televisi, film, media on-line ( internet ).

16

Media massa memiliki beberapa karakteristik seperti yang dikemukakan oleh

(Cangara, 2003:134) antara lain:

− Bersifat melembaga

− Bersifat satu arah

− Meluas dan serempak

− Memakai peralatan teknis atau mekanis

− Bersifat terbuka

Media massa seperti disebutkan di atas memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain

ciri massif (massive) atau massa (massal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang

relatif banyak. Secara umum media massa adalah alat yang di gunakan dalam proses

penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat

komunikasi, baik cetak maupun elektronik.

Seperti yang diungkapkan oleh Donald K. Robert (Rakhmat J. , 2005, p. 218),

efek media massa hanyalah “perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media

massa”. Apabila fokus pada pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang

disampaikan media massa. Selain itu, terdapat tiga pendekatan yang disampaikan

oleh Steven M. Chaffee. Pendekatan yang pertama adalah kecenderungan kita dalam

melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan, maupun media itu

sendiri. Pendekatan yang kedua adalah ketika kita melihat jenis perubahan yang

terjadi pada khalayak. Pendekatan yang ketiga adalah meninjau satuan observasi

yang dikenai efek komunikasi massa, baik itu individu, kelompok, hingga bangsa

sekalipun (Chaffee dalam Rakhmat, 2005, p.218). Berkaitan dengan tipe pendekatan

yang kedua, terdapat tiga efek perubahan yaitu penerimaan informasi, perubahan

17

perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku. Dengan istilah lain, ketiga efek tersebut

adalah:

1. Efek kognitif:

Efek ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,

atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi

pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.

Pembentukan dan perubahan citra terjadi karena realitas yang

disampaikan oleh media massa adalah realitas yang sudah terseleksi.

Akibatnya, muncullah stereotipe. Berkaitan dengan ‘Agenda Setting’,

media mempengaruhi khalayaknya mengenai apa yang dianggap

penting, sehingga hal lain menjadi terabaikan. Efek prososial kognitif

membicarakan bagaimana media massa memberikan manfaat seperti

apa yang dikehendaki oleh khalayaknya.

2. Efek afektif:

Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,

disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan

emosi, sikap, atau nilai. Beberapa faktor yang mempengaruhi

intensitas rangsangan emosional media massa antara lain suasana

emosional (mood), skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi

individual, serta tingkat identifikasi.

18

3. Efek behavioral:

Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang

meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Hal

ini disebabkan karena khalayak belajar dari apa yang disampaikan

oleh media massa. Masyarakat cenderung meniru perilaku yang

mereka amati.

2.1.4 Televisi

Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi

yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum. Dalam (Baksin, 2006, p.

16) mendefinisikan bahwa: “Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-

tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan

audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi

mental, pola pikir, dan tindak individu”.

Menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004: 28) lebih luas lagi

dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan

penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap

dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat

kabel listrik kepada pesawat penerima”.

Berdasarkan kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi adalah

sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam bentuk audiovisual

gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan

kembali gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian, televisi sangat berperan

19

dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya

yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam

menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.

Televisi mempunyai keunggulan yang berbeda dengan media massa lainnya

yaitu :

1. Audio Visual

Televisi memiliki salah satu kelebihan yaitu dapat di

dengar sekaligus juga dapat dilihat (audio visual) jadi, apabila

khalayak radio siaranhanya dapat mendengar kata-kata, musik,

dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar

yang bergerak. Namun demikian, bukan berarti gambar lebih

penting dari kata-kata. Keduanya juga harus ada kesesuaian

secara harmonis.

2. Berpikir dalam gambar

Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara

televisi adalah pengarah acara, ia harus berpikir dalam gambar

(think in picture). Begitu pula bagi seorang komunikator yang

akan menyampaikaninformasi, pendidikan atau persuasi,

sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar.

20

3. Pengoperasian lebih kompleks

Di bandingkan dengan radio siaran, pengoperasian

televisi suara lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan

orang. Peralatan yang digunakan pun lebih rumit dan harus di

lakukan orang-orang yang terampil.

4. Efisiensi Biaya

Salah satu keuntungan televisi adalah kemampuannya

menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Jangkauan

massa ini menimbulkan efisiensi biaya dalam menjangkau

setiap khalayak.

5. Dampak yang Kuat

Keunggulan lainnya adalah kemampuannya

menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen dengan

tekanan sekaligus pada dua panca indera, yaitu penglihatan

dan pendengaran. Televisi juga mampu mengkombinasikan

gerakan, kecantikan, suara, warna, drama, dan humor.

6. Pengaruh yang Kuat

Televisi juga mempunyai kemampuan yang kuat untuk

mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan

masyarakat menghabiskan waktunya di depan televisi sebagai

sumber berita, hiburan, dan sarana pendidikan.

21

Kelemahan Televisi

1. Biaya yang Besar

Kelemahan yang paling serius dalam siaran televisi

ialah biaya yang besar dalam memproduksi suatu acara,

walaupun untuk menjangkau khalayak lebih rendah.

2. Khalayak yang Tidak Selektif

Sekalipun berbagai teknis telah diperkenalkan untuk

menjangkau sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah

media yang tidak selektif karena segmentasinya tidak setajam

surat kabar atau majalah.

3. Kesulitan Teknis

Media ini tidak luwes dalam pengaturan teknis. Acara-

acara yang telah dibuat awalnya dapat berubah begitu saja,

apalagi menjelang jam-jam penyiarannya.

Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep

acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan

terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target

pemirsa acara tersebut. (Rukmananda, 2004, p. 63)

a) Drama (fiksi) : adalah sebuah format acara televisi yang

diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari

kisah-kisah drama atau fiksi yangdirekayasa dan dikreasi

ulang.

22

b) Non drama (non fiksi) : adalah sebuah format acara televisi

yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan

imajinasi kreatif dan realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus

menginterpretasi ulang dan tanpa harusmenjadi dunia

khayalan.

c) Berita dan olahraga : adalah sebuah format acara televisi yang

diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan

peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat

sehari-hari.

2.1.5 Program Televisi

Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming )

diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari

(horizontal programming ) dan dari jam ke jam (vertical programming ) setiap

harinya. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemprograman

(Soenarto, 2007).Sedangkan menurut (Rukmananda,2004,p.213), programming

adalah teknik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara

berurutan.Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai macam jenis program

yang judulnya sangat bervariasi dan jenisnya juga beragam. Pada dasarnya, apapun

yang bisa dijadikan sebuah program acara yang bisa ditayangkan ditelevisi asalkan

menarik dan disukai oleh audien, dan selama itu tidak bertentangan dengan norma-

norma kesopanan, kesusilaan, serta hukum dan peraturan yang berlaku.

23

Berbagai macam jenis program televisi secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu :

1. Program Informasi (jurnalistik)

a) Hardnews (faktual,berita yang cukup kuat, fokus kepada isi

pesan) : Bulletin, Breaking News, Investigasi Talkshow

b) Soft news (kombinasi dari fakta, gossip, dan opini) : Air

Magazine, Dokumenter, Talkshow, Feature, Semi Documenter

2. Program Hiburan (artistik)

a) Drama (acara fiksi yang ditayangkan oleh televisi dalam

bentuk cerita drama hingga cerita detektif yang memiliki

karakter dan plot cerita yang serupa dengan cerita aslinya)

contohnya Sitkom, FTV, Film, Sinetron, Sketsa

b) Non Drama : Music, Variety, Games, Talent, Reality,

Infotainment,Sport, Religy,Talkshow

Selain pembagian jenis program berdasarkan skema diatas, terdapat

pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program bersifat faktual

atau fiktif. Program faktual antara lain meliputi program berita, dokumenter,

dan reality show. Sementara program fiktif antara lain program drama atau

komedi

24

2.1.6 Content Program Televisi

Content program “Hitam Putih” di Trans 7 , yakni:

1. Narasumber

Narasumber biasa disebut sebagai sumber informasi atau

informan. Narasumber sebagai sumber informasi yang berbentuk

informasi tentang diri sendiri atau hal lain diluar diri narasumber itu

sendiri. Mengenai hal-hal penting atau apa pun. Jika narasumber

tersebut memberikan informasi tentang dirinya sendiri, akan ada sisi

berbeda yang terlihat dari narasumber tersebut yang terkadang para

masyarakat tidak mengetahuinya

2. Cerita atau Naskah

Darmanto (1998) mengungkapkan bahwa naskah

merupakan bentuk tertulis dari suatu bentuk gagasan atau

pemikiran orang / kelompok yang telah disistematiskan dan

dimaksudkan untuk mencapai tujuan penyelenggaraan siaran radio

ataupun televisi.

Ada banyak hal – hal yang harus diperhatikan dalam

pembuatan naskah. Peneliti hanya mengambil beberapa hal saja

yang ada di dalam naskah “Hitam Putih” yaitu kesederhanaan,

bermanfaat dan diangkat berdasarkan kisah kehidupan yang nyata.

25

3. Lokasi

Lokasi adalah hal penting dalam membuat suatu program.

Gambaran atau situasi lokasi sangat mendukung program tersebut

agar menjadi lebih real dan penonton dapat merasakan dan

membayangkan setiap adegan yang terjadi saat program tersebut

tayang. Pada program “Hitam Putih” mengambil lokasi di studio

atau indoor.

4. Kostum

Dalam dunia pertelevisian, berpakaian pada saat berbicara

di depan publik tidak selalu harus mewah, cukup berpakaian

dengan menarik. Jika sedang membawakan suatu acara kita harus

memperhatikan kesesuaian pakaian dengan pemirsa. Pakaian yang

dipakai sebaiknya jangan berlebihan karena seharusnya penonton

menyaksikan apa yang penyiar sampaikan, bukan apa yang ia

pakai. (Baksin, 2006 : 169 – 170)

Narasumber / host Hitam Putih mengenakan kostum yang

sesuai dengan kepribadian mereka. Ada yang terlihat mewah

bahkan ada yang terlihat sederhana tetapi tetap mengesankan.

Terkadang kostum yang digunakan narasumber / host berasal dari

program tersebut atau memakai kostum sendiri.

26

5. Gimmick

Gimmick adalah trik – trik yang digunakan untuk

mendapatkan perhatian penonton dalam bentuk sound effect,

musik ilustrasi, mimik, ekspresi, dan acting pemain, jokes, teknik

editing dan pergerakan kamera. Gimmick dapat berdiri sendiri

tanpa harus berkaitan dengan kesinambungan kamera. (Naratama,

2004 : 112)

2.2 Teori Khusus yang Berkaitan dengan Judul Skripsi

2.2.1 Persepsi

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses

tersebut memperngaruhi perilaku kita (Mulyana, 2001, p. 167). Sedangkan menurut

Covey (2001:31). Persepsi adalah cara memandang sesuatu, kerangka acuan atau

keyakinan.

Persepsi terdiri dari tiga proses yang dimana melalui proses ini dapat terlihat

bagaimana cara pengambilan keputusan tentang sesorang atau suatu fenomena

dengan cara memberi makna kepada tindakan-tindakan atau insiden yang berlaku.

Proses persepsi tersebut yaitu:

1. Pemilihan rangsangan. Persepsi dimulai dengan pemilihan

rangsangan dimana proses pemilihan rangsangan berhubungan

dengan perhatian yang dibuat. Rangsangan tersebut akan

27

menjadi perhatian apabila mempnyai sifat-sifat yang terlihat

jelas seperti gerakan, hal-hal baru yang terus berulang.

2. Penyusunan, yaitu pembentukan sebuah struktur yang mudah

dipahami.

3. Mengintrepretasikan atau member makna terhadap apa yang

diperhatikan dengan mengumpulkan segaya yang diterima

untuk di interpretasikan secara menyeluruh agar bertujuan

untuk memahami dan akhirnya membentuk sebuah persepsi.

(Rakhmat J. , 2005)

Dari pengertian persepsi tersebut diatas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa persepsi adalah suatu pengintepretasian sebuah makna dan sudut pandang

seorang terhadap suatu hal atau keadaan yang terjadi di sekitarnya. Terkait dengan

penelitian, yaitu persepsi penonton tentang program semi dokumenter yang terlalu

mengekspos kemiskinan, maka yang diteliti adalah bagaimana interprestasi makna

dan sudut pandang penonton “Hitam Putih” mengenai tema dalam program tersebut

yang mengandung unsur sosial ekonomi kebawah.

2.2.2.1 Jenis-jenis Persepsi

Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu

persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (persepsi

sosial). Dan menurut Mulyana kedua jenis persepsi tersebut mempunyai

perbedaan,perbedaan tersebut mencakup (Mulyana, 2001, pp. 171 - 172).

28

1. Persepsi terhadap Objek (Lingkungan Fisik)

Persepsi lingkungan fisik merupakan proses penafsiran

terhadap obyek-obyek tidak bernyawa yang ada disekitar

lingkungan kita. Terkadang dalam mempersepsikannya

lingkungan fisik, kita melakukan kekeliruan, karena indera

kita terkadang menipu kita, itulah yang disebut ilusi. Persepsi

terhadap obyek ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor :

latar belakang pengalaman, latar belakang budaya, latar

belakang psikologis, latar belakang nilai, keyakinan dan

harapan, dan yang terakhir adalah kondisi faktual alat-alat

indera.

2. Persepsi Terhadap Manusia (Persepsi Sosial)

Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek

sosial dan kejadian – kejadian yang kita lihat alami dalam

lingkungan kita. Oleh karena manusia bersifat emosional,

sehinggan penilaian terhadap orang akan mengandung resiko.

Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda

terhadap saya, dan pada gilirannya persepsianda terhadap saya

juga akan mempengaruhi persepsi saya terhadap anda,dan

begitu seterusnya, setiap orang mempunyai gambaran berbeda

mengenai realitas disekelilingnya. Karena setiap orang

mempunyai persepsi berbeda terhadap lingkungan sosialnya.

29

2.3 Kerangka Konsep

Teori-teori yang dijadikan landasan pada kerangka teori harus dapat

menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Kerangka

konsep dapat diartikan sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam

memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Konsep – konsep

yang telah diungkapkan dalam landasan teoritis harus dapat di operasionalisasikan

dengan mengubahnya menjadi dua variabel yaitu persepsi terhadap manusia dan

persepsi terhadap objek.

Peneliti mengelompokkan indikator-indikator yang akan diuji dalam

penelitian ini ke dalam lima dimensi, yaitu dimensi narasumber, cerita, pemilihan

lokasi, kostum dan backsound. Pembatasan konsep dalam penelitian ini tidak saja

untuk menghindari salah maksud dalam memahami konsep penelitian dalam

membatasi penelitian, tetapi batasan konsep diperlukan untuk menjabarkan variabel

penelitian maupun indikator penelitian.

Variabel dalam penelitian ini:

1) Persepsi Warga Rt 002 / Rw 10 Perumahan Banjar Wijaya,

Tangerang.

30

BAB 3

OBYEK PENELITIAN

3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

3.1.1 Profil Trans 7

Trans 7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi informasi

dan liburan, menghiasi layar kaca diruang keluarga Indonesia.Berawal dari

kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG)

pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang

menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh

hiburan serta kepribadian yang aktif.

TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen

Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000.

Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara

Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama

strategis antara Para Group dan KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15

Desember 2006 sebagai TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari

lahirnya TRANS7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian

dari manajemen Para Group, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju,

dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan

inovatif. www.trans7.co.id

31

3.1.2 Logo Trans 7

Gambar 3.1

Logo TRANS 7

Sumber www.trans7.co.id

Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan

ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah

beradaptasi.Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu

safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di

antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat,

diharapkan membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa

setianya.

32

3.1.3 VISI dan MISI Trans 7

a. Visi PT. Duta Nusantara Tivi Tujuh (Trans Corp)

Memberikan keuntungan dan pengembalian investasi yang

diberikan penanam modal dengan menjaga asset-aset perusahaan,

memelihara dan mengontrol pengeluaran yang efektif dan bekerja

keras dalam menjalankan usaha, berorientasi pada pengembangan

market serta menjadi salah satu stasiun TV terbaik di Indonesia

b. Misi PT. Duta Nusantara Tivi Tujuh (Trans Corp)

Memberikan pelayanan secara maksimal dengan dukungan

para pekerja yang professional,kretif dan siap bersaing dengan hasil

yang mengagumkan. Pelayanan yang tetap konsisten dan selalu

berusaha untuk memberikan yang terbaik.Yaitu memberikan rasa

aman dalam bekerja selama berkarir bersama PT. Duta Nusantara Tivi

Tujuh (Trans Corp). Setiap karyawan akan merasakan kenyamanan

bekerja dengan suasana yang baik dan lingkungan yang

ramah.Perusahaan akan memberikan pendapatan yang bersaing dan

kesejahteraan pekerja dan menghargai pandangan dan pendapat

individu untuk berusaha mendapatkan posisi yang lebih baik dalam

berkarir.

www.trans7.co.id

33

3.1.4 Struktur Organisasi TRANS 7

Komisaris Utama : Chairul Tanjung

Komisaris : Ishadi SK

Komisaris : Agung Adi Prasetyo

Komisaris : Asih Winanti

Direktur Utama : Atiek Nur Wahyuni

Direktur Keuangan &SDM : CH Suswati

Handayani

KADIV News : Titin Rosmasari

KADIV Produksi : Andi Chairil

KADIV Techinical and : Azuan Syahril

Production Services

KADIV Programming : Achmad Ferizqo I

KADEP Bulletin & Current : Sukarya Wiguna

Affair

KADEP Magazine and : Pracoyo Wiryoutomo

Documentary

KADEP Education and Adventure : M Gatut Mukti

KADEP Produksi : M. Andri Novara

KADEP Produksi : Rahmat Edi Irawan

KADEP Operations : Quilla Jozal

KADEP Marketing Services : M. Ichsan

KADEP Promotion : Tedja Andawan

34

3.1.5 Keunggulan atau Karakter Perusahaan

Trans 7 mempunyai keunggulan atau karakter tersendiri dibandingkan stasiun

tv swasta lainnya. Salah satunya adalah tidak menayangkan sinetron maupun live

show atau karakter tersendiri dibandingkan stasiun tv swasta lainnya. Salah satunya

adalah tidak menayangkan sinetron maupun live show band-band disaat hampir

semua channel menyiarkan acara – acara tersebut. Terbukti bahwa kualitas lebih

diandalkan daripada perburuan ratin. Memperbanyak segmen acara yang bernilai

edukasi dan ilmu pengetahuan, seperti On the spot, Laptop si Unyil, aku ingin tahu,

asal usul . Memaparkan kekayaan alam negeri ini melalui acara Jejak Petualang & si

Bolang. Memaparkan kekayaan khazanah budaya bangsa dari acara Redaksi Pagi

Jalan – Jalan, ditayangkan setiap Sabtu dan Minggu pagi. Pada saat prime time

dimana pada saat itu masyarakat banyak yang menonton TV, Trans 7 menawarkan

acara hiburan yang menarik seperti Opera Van Java. Mengulas potret kehidupan

masyarakat Indonesia yang beraneka ragam dalam acara Kacamata, Ogah ngeyel,

Orang Pinggiran & Komunitas unik dan lebih banyak menyiarkan produk acara lokal

bermutu daripada film - film impor yang tidak sesuai dengan kepribadian orang

Indonesia.

3.1.6 Profil Program Hitam Putih

Hitam Putih merupakan program talkshow dengan format mind reading.

Bintang Tamu akan dibuat tidak berdaya ketika “dicecar” pertanyaan oleh Deddy

Corbuzier yang memaksa mereka memaparkan kehidupan pribadinya tanpa disadari.

Aksi-aksi menarik khas Deddy Corbuzier akan diselipkan di setiap segmen talkshow

ini. Kejahilan, kemahiran & ketajaman Host dalam mengatur permainan pikiran akan

mengundang gelak tawa.

35

Summary Program Hitam Putih

Nama program : Hitam Putih

Format Program : Mind Reading

Durasi : 60 menit sudah termasuk commercial break

Hari Tayang : Senin – Jumat dan Minggu

Waktu Tayang : 18.00 WIB dan 20:00 WIB

Target Pasar : Semua Umur

3.2 Proses Produksi Program

A. Pra Produksi

Pada proses ini, seorang Director menentukan siapakah bintang tamu

yang sesuai dengan permintaan pemirsa atau moment yang sedang

menjadi perbincangan public pada saat itu. Acara ini tidak menekankan

kepada tema apa yang akan diusung tetapi lebih kepada siapa atau tentang

biografi seseorang. Setelah itu tim mengatur schedule bintang tamu

tersebut. Kemudian tim kreatif mengadakan meeting yang bertujuan

untuk menentukan ide atau hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam

tayangan ini dari menyiapkan alat hingga office boy. Masing-masing

orang mempunyai jobdes yang berbeda dan mereka menjalankan tugas

sesuai fungsinya.

36

B. Produksi

Tahap ini adalah inti dari semua kegiatan. Pada tahap ini tapping

berlangsung. Proses shooting dilakukan dua hari dalam seminggu. Dan

dalam sehari ada tiga kali shooting tapping. Jadi total keseluruhannya

adalah enam kali shooting atau enam episode yang digunakan untuk

seminggu tayang yaitu Senin-Jumat sedangkan satu episode lagi menjadi

stok acara. Shooting tapping telah terjadwal setiap minggunya yaitu Hari

Selasa dan Rabu. Pada proses shooting, semua kru bekerja sama dengan

baik. Masing-masing personal menjalankan tugasnya, seperti penataan

audio, floor director (FD), cameramen, program assistant, property, dan

lain-lainnya. Setelah proses shooting atau tapping berlangsung

selanjutnya dilakukan proses editing. Editor akan memainkan perannya

dalam hal ini. Ia dapat meng-cut gambar yang menurutnya tidak pantas

ditayangkan sehingga hasil bersih dari tayangan ini terlihat bagus dan

menarik, selain itu juga sesuai dengan durasi. Selanjutnya setelah proses

rekaman shooting atau tapping ini telah siap (setelah melewati proses

pengeditan dan lainnya) acara ini pun ditayangkan.

C. Pasca Produksi

Proses ini hanya ada dua tahap yaitu rapat evaluasi dan rating per minggu.

Pada rapat evaluasi, semua kru berkumpul dalam sebuah ruangan dan

mereka mengevaluasikan dari hasil tayangan. Memperbaiki yang kurang

baik dan mempertahankan yang sudah baik. Setelah itu mereka

mendapatkan hasil rating. Apabila ratingnya naik maka acara ini tetap

37

tayang dan kontrak persetujuan diperpanjang. Dan sampai saat ini rating

acara Hitam Putih masih baik.

3.3 Metode Pengumpulan Data (opsional)

3.3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Persepsi Penonton Terhadap Program

Hitam Putih di Trans 7 Yang Menampilkan Sisi Berbeda Dari Narasumber”.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu

penelitian yang berupa angka- angka atau data – data yang menggambarkan dan

menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Pendekatan

kuantitatif digunakan untuk menemukan atau memperoleh konfirmasi mengenai

hubungan sebab akibat yang terjadi disekitar.

Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif format deskriptif karena

dalam penelitian ini dibatasi pada persepsi penonton terhadap tayang program

“Hitam Putih”, tidak menguji hubungan antara satu variabel dengan variabel yang

lain, dan berpusat pada persepsi penonton sebagai 1 unit inti dari berbagai variabel.

Metode ini merupakan metode yang paling tepat dalam penelitian mengenai persepsi

penonton karena format deskriptif biasa digunakan untuk penelitian kuantitatif yang

tidak menguji hubungan sebab akibat antara variabel-variabel yang ada. Dimana

dalam penelitian ini, peneliti tidak akan menguji hubungan sebab akibat antar

variabel, melainkan menggambarkan situasi yang terjadi dan mejabarkan. Penelitian

deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa dan hanya membuat kategori

perilaku, mengamati gejala.

38

Menurut hemat peneliti, Metode Deskriptif adalah suatu metode untuk

mencari solusi atau jawaban baru dari pemikiran dan permasalahan yang ada.

Peneliti menggunakan metode ini dengan alasan untuk mengetahui dan memberikan

gambaran secara sistematis mengenai sejauh mana pendapat atau persepsi penonton

terhadap program “Hitam Putih”.

3.3.2 Jenis dan Sumber Data

a. Pengumpulan Data Primer

Untuk memperoleh data primer dalam penelitian, instrument

yang digunakan adalah kuisioner.

1) Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuisioner (angket). Kuesioner adalah

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member

seperangkat pertanyaan dan pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Kuesioner meupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti

variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan

dari responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan terbuka

atau pertanyaan tertutup dan dapat diberikan kepada

responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau

internet. (Sugiyono, 2006, p. 135)

39

Dalam penelitian ini, jenis pertanyaan yang akan digunakan adalah

pertanyaan tertutup. Dimana jawabannya sudah disediakan sehingga responden

hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan dengan

memberikan tanda pada jawaban tersebut. Keuntungan dari pertanyaan tertutup

adalah mudah mengolahnya. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan pendapat persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial,” (Sugiyono, 2006, p. 86).

b) Pengumpulan Data Sekunder

Selain mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner, peneliti

juga mengumpulkan data melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan

dengan menelusuri data – data yang ada dalam buku atau acuan yang terkait dengan

topik dan objek peneliti serta situs – situs internet yang hubungannya dengan

peneliti.

3.3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan kepada warga Rt 002 / Rw 10 di Perumahan Banjar

Wijaya, Tangerang. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu mulai

dari bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan November 2012.

3.3.4 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala – gejala, nilai test atau peristiwa-

40

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu

penelitian. (Nawawi, 2005, p. 141). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa

dan mahasiswi Bina Nusantara angkatan 2011.

3.3.5 Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini akan ditentukan dengan menggunakan

rumus slovin dimana rumus ini digunakan untuk menentukan sample dari populasi

yang diketahui berapa jumlahnya.

)(1 2eN

Nn

+=

Dimana:

n = number of samples ( jumlah sampel )

N = total of population ( jumlah seluruh anggota populasi )

e = error tolerance (persen kelonggaran ketidaktelitian

(karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat

ditolerir atau diinginkan, misalnya 10% atau 0,1.)

Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah sample sebagai berikut :

)(1 2eN

Nn

+=

7849,7865,4

365

65,31

365

)1,0(3651

3652

≈==+

=+

=n

41

Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi

78 sampel.

Sebelum menyebarkan kuisioner, peneliti akan menggunakan penyaringan

sebelum menyebarkan kuesioner dengan cara bertanya kepada mereka apakah

mereka pernah menonton program Hitam Putih atau tidak. Kuesioner tidak akan

diberikan oleh peneliti jika salah satu calon responden yang ditanya tidak pernah

menonton program Hitam Putih.

3.3.6 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan metode atau cara menentukan sampel dan besar

sampel. Dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum

dilakukan adalah :

1. Probability Sampling, secara acak (random) yang dilakukan

secara undian, ordinal, atau tabel bilangan random atau dengan

komputer.

2. Non probability Sampling, disebut juga incidental sampling, yaitu

pengambilan sampling yang tidak memberi peluang atau

kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel.

(Riduwan, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik, 2009, hal.

241)

Yang menjadi sample disini yaitu warga Rt 002 / Rw 10 Perumahan

Banjar Wijaya, Tangerang yang menonton program “Hitam Putih” di TRANS

42

7. Batasan ini diambil karena dekat dari letak geografis, para respondennya

mudah diakses, hanya para penonton program “Hitam Putih” di TRANS 7

yang dapat mengisi kuesioner karena antara yang menonton dan tidak

menonton biasanya menunjukkan sikap dan perilaku yang saling berbeda dan

yang terakhir karena periode peyebaran dan pengumpulan kuisioner hanya

dibatasi dua minggu.

3.3.7 Teknik Pengumpulan Data

Untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang diteliti, teknik

pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field

research) dengan maksud untuk mendapatkan informasi dan data yang berhubungan

dengan penelitian. Sedangkan, jenis teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah kuesioner (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2005, p. 135)

Jenis teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. kuesioner

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner (angket). Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara member seperangkat pertanyaan dan pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Kuesioner meupakan teknik pengumpulan data yang

efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden.

43

Kuesioner dapat berupa pertanyaan terbuka atau pertanyaan tertutup dan dapat

diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

(Sugiyono, 2006, p. 135)

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan pendapat

persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial,(Sugiyono, 2006,

p. 86). Jawaban setiap item instrument yang menggunakan Skala Likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata untuk

keperluan analisis kuantitatif.

Jawaban setiap item diberi skor:

1. Sangat Setuju/ Selalu/ Sangat Positif (skor 5)

2. Setuju / Sering/ Positif (skor 4)

3. Ragu-Ragu/ Kadang-Kadang/ Negatif (skor 3)

4. Tidak Setuju/ Hampir Tidak Pernah/ Negatif (skor 2)

5. Sangat Tidak Setuju/ Tidak Pernah/ Sangat Negatif (skor 1)

100 200 300 400 500

STS TS RR S SS

Jumlah nilai ideal untuk seluruh item =

5 x 100 = 500 (SS)

44

Jumlah nilai terendah untuk seluruh item =

1x 100 = 100 (STS)

b. Metode Dokumenter

Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data

yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Sifat utama dari data ini

tak terbatas ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk

hal – hal yang telah silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini antara lain foto,

tape , mikrofilm, disc, dll. (Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, 2009, hal.

144)

Data – data dokumenter dalam penelitian ini adalah dokumen

perusahaan TRANS 7 yang dibutuhkan seperti SOP program, profil program

Hitam Putih, dan lain – lain. Peneliti akan melengkapi data – data

dokumenternya sesuai dengan kebutuhannya sejalan dengan berlangsungnya

penelitian ini.

3.3.8 Metode Analisis Data

Analisis Univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Jenis analisi

ini dilakukan untuk riset deskriptif dan menggunakan statistik deskriptif. Hasil

perhitungan statistik deskriptif ini nantinya bisa merupakan dasar bagi penghitungan

analisis berikutnya, misalnya untuk menghitung hubungan antar variabel. Dalam

penelitian ini memang hanya dianalisis satu variabel yaitu variabel persepsi.

45

Hasilnya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, untuk melihat sebaran jawaban

dar responden (Kriyantono, 2007, p. 166)

Analisa ini dilakukan juga untuk memperoleh gambaran mengenai

karakteristik responden yang ada serta melihat secara deskriptif, bagaimana

tanggapan dan jawaban responden terhadap tiap inikator. Maksudnya untuk mellihat

kecenderungan jawaban responden apakah cenderung positif atau negative terhadap

sejumlah indikator yang mengukur variabel terhadap tayangan program “Hitam

Putih” .

3.3.9 Reliabilitas dan Validitas

Kuisioner yang baik, harus diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya

sehingga hasil penelitian yang diperoleh nantinya akan menjadi baik. Validitas

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.

Bila seorang ingin mengukur berat suatu benda, timbangan adalah alat pengukur

yang valid karena timbangan memang mengukur berat. Reliabilitas adalah istilah

yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relative

konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. (Singarimbun, 1989, p.

123).

46

3.3.9.1 Reliabilitas

Reliabilitas adalah pengujian alat ukur yang bertujuan untuk melihat stablitas

dan konsistensi dari suatu definisi operasional. Suatu alat ukut dikatak reliable jika

kita selalu mendapatkan hasil yang tetap sama dari pengukuran gejala yang sama,

meski dilakukan pada waktu yang berbeda-beda.

a. Uji Realibilitas

Uji realibillitas menunjukkaan pada suatu pengertian

bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument

tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dapat dipercaya

atau reliable, akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.

Apabila data memang benar sesuai dengan kenyataan maka

berapa kalipun diambil hasilnya akan tetap sama. Semakin

kecil kesalahan, semakin reliable alat pengukur. Sebaliknya,

semakin besar kesalahan pengukur maka semakin tidak

reliable alat pengukur tersebut. Untuk uji reliable instrument

dalam kuisoner penelitian ini menggunakan teknik alpha

cronbach. Standar nilai alpha (α) yang digunakan untuk

menunjukkan bahwa alat ukur tersebut baik adalah >0,5. Jadi,

semakin besar nilai alpha (>0,5), maka semakin reliable alat

ukur tersebut. (Singarimbun, 1989).

Tabel 3.1

Tingkat Reliabillitas Berdasarkan Nilai Alpha

Cronbach’s

47

Nilai Alpha Cornbach Tingkat Reliabilitas

0.00 - 0.20 Kurang Reliabel

0.21 – 0.40 Agak Reliabel

0.42 – 0.60 Cukup Reliabel

0.61 – 0.80 Reliabel

0.81 – 1.00 Sangat Reliabel

3.3.9.2 Validitas

Validitas adalah alat untuk melihat apakah definisi

operasional telah benar-benar mengukur atau sesuia dengan definisi konsepual.

Dengan kata lain, validitas berkenaan dengan tingkat kesesuaian antara definisi

konseptual dan definisi operasional variabel.

a. Uji Validitas

Uji validitas ini menggunakan teknik analisis faktor. Analisis faktor adalah

suatu teknik statistik untuk mengidentifikasikan jumlah faktor yang relatif kecil yang

dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara beberapa variabel yang

saling berhubungan. Analisis faktor menghasilkan suatu tabel dimana baris adalah

variabel indikator mentah yang diamati dan kolom adalah faktor atau variabel

tersembunyi yang menjelaskan sebanyak mungkin perbedaan di dalam variabel ini.

Teknik analisis faktor ini digunakan untuk mengkonfirmasi penelitian yang

bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini, masing-masing dimensi diuji satu persatu

dengan menggunakan teknik analisa faktor sehingga akan diperoleh nilai Kaiser –

Mayer – Olkin (KMO), yaitu uji statistik yang digunakan untuk menunjukkan

ketepatan analisis faktor terhadap variabel-variabel yang diiukur. Bila nilai KMO >

48

0,5 dengan nilai signifikan < 0.005 maka variabel tersebut dan dapat diukur dengan

menggunakan teknik faktor analisis untuk mengetahui apakah indikator yang dibuat

memang berada pada satu kelompok dengan indikator lainnya yang masih dalam satu

variabel.

Tabel 3.2

Ukuran Validitas

Nilai KMO Tingkatan Varian

0,90 – 1,00 Marvellous (Sangat Bermanfaat)

0,80 – 0,89 Meritorious (bermanfaat)

0,70 – 0,79 Middling (Cukup Bermanfaat)

0,60 – 0,69 Mediocre (Sedang)

0,50 – 0,59 Miserable (Tidak Bermanfaat)

0,00 – 0,49 Unacceptable (Tidak Bisa Diterima)

49

3.4 Permasalahan Yang Ada

Permasalahan yang ada dalam acara Hitam Putih adalah mencari narasumber

yang mempunyai kisah yang lebih menarik dan tentu yang lebih bisa menarik

perhatian penonton. Setiap harinya program ini harus memberikan kisah dan

narasumber yang berbeda..

3.5 Alternatif Pemecahan Masalah

Mempersiapkan semua hal dengan sempurna agar proses syuting tetap

berjalan dengan baik. Juga selalu mencari narasumber yang selalu mempunyai cerita

menarik. Mengupas berbagai informasi dan sisi yang berbeda narasumber sehingga

penonton tertarik untuk menonton acara Hitam Putih.

50

3.6 Operasional Konsep

Variabel Dimensi Indikator Pengukuran

Persepsi

terhadap

manusia

Persepsi

Terhadap

Obyek

Narasumber

1. Narasumber berstatus

sosial menengah keatas

2. Narasumber berpenampilan

sederhana

3. Narasumber dapat

menceritakan kisah

hidupnya dengan jelas

terhadap

4. Narasumber bisa atau dapat

memberikan sisi berbeda

dari dirinya

Skala Likert

Interval

5 = Sangat Setuju

4 = Setuju

3 = Ragu – ragu

2 = Tidak Setuju

1 = Sangat Tidak

Setuju

Cerita

1. Cerita yang mengangkat sisi

berbeda dari narasumber

2. Informasi yang diberikan

bermanfaat

3. Cerita yang lebih dominan

mengarah kepada perjalanan

hidup

1. Lokasi shooting selalu berada

51

Pemilihan

Lokasi

di dalam studio membuat

program tersebut terkesan

monoton

2. Lokasi shooting yang di

design sesuai dengan karakter

host program tersebut

3. Lokasi shooting yang di

design sesuai dengan karakter

program

Kostum

1. Kostum yang digunakan

narasumber selalu terlihat

mewah

2. Kostum narasumber selalu

menggambarkan pribadi si

narasumber

3. Kostum yang digunakan

narasumber merupakan pakaian

sendiri

Persepsi

Terhadap

Obyek

Backsound

1. Backsound yang bisa

menghidupkan suasana

2. Setiap segmen diiringi oleh

backsound yang tepat dan

cocok

3. Backsound yang digunakan

52

membuat penonton yang

melihat lebih merasa lebih

menikmati program tersebut

53

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Penyajian Data Penelitian

4.1.1 Obyek Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala – gejala, nilai test atau peristiwa-

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu

penelitian. (Nawawi, 2005, p. 141). Populasi dalam penelitian ini adalah warga Rt

002 /Rw 10 yang terletak di Perumahan Banjar Wijaya Tangerang, dengan jumlah

total populasi wilayah tersebut sebanyak 365 orang.

4.1.2 Pengertian SPSS

Pengolahan data dapat diketahui dari data yang berhasil dikumpulan. Dalam

pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui program komputer dengan

program SPSS. SPSS adalah singkatan dari Statistical Package for the Social

Sciences adalah software komputer yang digunakan untuk analisa statistika.

Program aplikasi ini memiliki kemampuan analisis cukup tinggi serta sistem

manajemen data dengan grafis, disajikan dengan menu-menu deskriptif yang

sederhana sehingga software ini mudah dipahami dalam mengoperasikannya.

Pada awalnya SPSS dibuat untuk keperluan pengolahan data statistik untuk

ilmu sosial, hal ini bisa dilihat dari kepanjangan dari SPSS itu sendiri, pada

perkembangannya software aplikasi SPSS kemampuannya lebih luas lagi atau bisa

dibilang sangat mumpuni karena program ini tidak hanya untuk riset statistic biasa

54

tetapi dapat di gunakan untuk berbagai riset pemasaran, pengendalian dan perbaikan

mutu (quality improvement) serta riset sains, sehingga kepanjangan SPSS sekarang

adalah Statistik Product and Service Solutions.

Skala pengukuran harus dipertimbangkan agar variabel yang akan diukur dapat

dikualisifikasikan dan supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data

dan langkah riset selanjutnya. Untuk mengukur , peneliti menggunakan skala likert

sebagai alat bantu. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan skala

Likert, komponen yang dapat terukur dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun

item instrument yang dapat berupa pertanyaan kemudian dijawab oleh responden.

(Riduwan, 2009, p. 16). Untuk dapat mengetahui ketetapan terhadap instrument yang

digunakan dalam pengambilan data diperlukan pengujian terhadap data yang

diperoleh melalui pengujian validitas dan reabilitas. Tujuannya adalah agar data

yang diambil benar – benar valid, yakni benar – benar mengukur apa yang hendak

diukur. Kemudian instrument harus reliabel, artinya dapat diandalkan di dalam

pengambilan data.

4.1.3 Pembabakan Hasil Penelitian

Tahap pertama dalam menyajikan bab ini adalah mengumpulkan

semua data- data dari hasil penelitian dengan menjelaskan obyek penelitian dan

pengertian tentang SPSS. Peneliti juga menyajikan keabsahan penelitian yaitu

reliabilitas dari variabel persepsi dan validitas yang disajikan dalam bentuk KMO.

Lalu dilampirkan gambaran umum mengenai responden baik itu usia , pendidikan

55

formal terakhir, pekerjaan. Selanjutnya adalah peneliti melakukan penjabaran

analisis dari masing- masing dimensi dalam bentuk table distribusi frekuensi dan

penjelasan hasil penghitungan SPSS 17 dalam bentuk kalimat. Tahap akhir adalah

mejabarkan interpretasi hasil dari penelitian ke dalam kalimat dan menjadi beberapa

paragraph. Penerapan teori yang berkaitan dengan penelitian ini akan di jelaskan

peneliti selain itu peneliti akan menjabarkan hasil dari penelitian dalam bentuk

kalimat.

4.2 Keabsahan Penelitian

4.2.1 Reliabilitas

Table 4.1

Uji Reliabilitas Variable Persepsi Terhadap Manusia Dimensi Narasumber

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.890 4

56

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item

Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbac

h's

Alpha if

Item

Deleted

Narasumber berstatus

sosial menengah keatas

11.3205 7.571 .743 .866

Narasumber berpenampilan

sederhana

11.4103 8.167 .738 .867

Narasumber dapat

menceritakan kisah

hidupnya dengan jelas

terhadap penonton

11.6026 7.775 .806 .842

Narasumber bisa atau dapat

memberikan sisi berbeda

dari dirinya

11.3590 7.558 .756 .861

57

Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi terhadap manusia dimensi

narasumber dapat dilihat bahwa dimensi narasumber reliabel, karena memenuhi nilai

cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,890 artinya indikator pernyataan-

pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap manusia

dimensi narasumber dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat bahwa

tak ada pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.

Table 4.2

Uji Reliabilitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Cerita

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.815 3

58

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlatio

n

Cronbach

's Alpha

if Item

Deleted

Cerita yang mengangkat sisi

berbeda dari narasumber

7.8333 3.206 .644 .770

Informasi yang diberikan

bermanfaat

7.8462 2.703 .709 .703

Cerita yang lebih dominan

mengarah kepada perjalanan

hidup

7.7821 3.082 .654 .760

Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi terhadap obyek dimensi

cerita dapat dilihat bahwa dimensi cerita reliabel, karena memenuhi nilai

cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,815 artinya indikator pernyataan-

pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap obyek

dimensi cerita dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat bahwa tak ada

pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.

59

Table 4.3

Uji Reliabilitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Pemilihan Lokasi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.909 3

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

Lokasi shooting

selalu berada di

dalam studio

membuat program

tersebut terkesan

monoton

7.7436 3.466 .810 .881

Lokasi shooting

yang di design

sesuai dengan

karakter host

program tersebut

7.8205 3.552 .867 .829

60

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

Lokasi shooting

selalu berada di

dalam studio

membuat program

tersebut terkesan

monoton

7.7436 3.466 .810 .881

Lokasi shooting

yang di design

sesuai dengan

karakter host

program tersebut

7.8205 3.552 .867 .829

Lokasi shooting

yang di design

sesuai dengan

karakter program

7.8718 3.983 .787 .897

Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi Dimensi pemilihan lokasi

dapat dilihat bahwa dimensi pemilihan lokasi reliabel, karena memenuhi nilai

cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,909 artinya indikator pernyataan-

61

pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap obyek

dimensi pemilihan lokasi dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat

bahwa tak ada pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.

Table 4.4

Uji Reliabilitas Variable Persepsi terhadap Obyek Dimensi Kostum

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.915 3

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if

Item Deleted

Kostum yang digunakan

narasumber selalu terlihat

mewah

7.5513 3.523 .835 .872

Kostum narasumber selalu

menggambarkan pribadi si

narasumber

7.4872 3.552 .831 .876

62

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.915 3

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if

Item Deleted

Kostum yang digunakan

narasumber selalu terlihat

mewah

7.5513 3.523 .835 .872

Kostum narasumber selalu

menggambarkan pribadi si

narasumber

7.4872 3.552 .831 .876

Kostum yang digunakan

narasumber merupakan

pakaian

7.5513 3.471 .820 .885

Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi terhadap obyek Dimensi

kostum, dapat dilihat bahwa dimensi kostum reliabel, karena memenuhi nilai

cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,915 artinya indikator pernyataan-

63

pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap obyek

dimensi kostum dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat bahwa tak

ada pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.

Table 4.5 Uji Reliabilitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Backsound

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.904 3

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

Backsound yang bisa menghidupkan suasana

7.7308 3.784 .812 .859

Setiap segmen diiringi oleh backsound yang tepat dan cocok

7.8077 4.027 .785 .883

Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat lebih merasa lebih menikmati program tersebut

7.8205 3.604 .832 .843

Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi terhadap obyek Dimensi

backsound dapat dilihat bahwa dimensi bncksound reliabel, karena memenuhi nilai

cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,904 artinya indikator pernyataan-

pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap obyek

64

Dimensi backsound dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat bahwa tak

ada pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.

4.2.2 Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan metode analisis

KMO ( Kaiser Meyer Olkin)

Tabel 4.6

Interpretasi KMO

Nilai Kmo Tingkatan Varian

0,90 – 1,00 Marvellous (sangat bermanfaat)

0,80 – 0,89 Meritorious (bermanfaat)

0,70 – 0,79 Middling (cukup bermanfaat)

0,60 – 0,69 Mediocre ( sedang)

0,50 – 0,59 Miserable ( Tidak Bermanfaat )

0,00 – 0,49 Unacceptable ( Tidak bisa diterima)

(sumber: Kaiser,1974)

Hasil penelitian adalah valid bila terjadi kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Menurut

(Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D / ABT. Cetakan

ketujuh, 2009, p. 137) instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data mengukur itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, hasil uji validitas dilakukan

dengan menggunakan metode KMO.

65

Table 4.7

Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Manusia Dimensi Narasumber

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .835

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 171.853

df 6

Sig. .000

Component Matrixa

Component

1

Narasumber berstatus sosial menengah keatas

.856

Narasumber berpenampilan sederhana .855

Narasumber dapat menceritakan kisah hidupnya dengan jelas terhadap penonton

.898

Narasumber bisa atau dapat memberikan sisi berbeda dari dirinya

.866

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 1 components extracted.

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.835

yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat

digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of

Sphericity sebesar 171.853 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih

kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.

66

Table 4.8

Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Cerita

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .709 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 78.725

df 3

Sig. .000

Component Matrixa

Component

1

Cerita yang mengangkat sisi berbeda dari narasumber

.839

Informasi yang diberikan bermanfaat .880 Cerita yang lebih dominan mengarah kepada perjalanan hidup

.845

Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.709

yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat

digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of

Sphericity sebesar 78.725 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih

kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.

67

Table 4.9

Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Pemilihan Lokasi

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .736

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 158.215

df 3

Sig. .000

Component Matrixa

Component

1

Lokasi shooting selalu berada di dalam studio membuat program tersebut terkesan monoton

.915

Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter host program tersebut

.944

Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter program

.904

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 1 components extracted.

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.736

yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat

digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of

Sphericity sebesar 158.215 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih

kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.

68

Table 4.10

Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Kostum

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .760 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 158.657

df 3

Sig. .000

Component Matrixa

Component

1

Kostum yang digunakan narasumber selalu terlihat mewah

.928

Kostum narasumber selalu menggambarkan pribadi si narasumber

.926

Kostum yang digunakan narasumber merupakan pakaian

.920

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 1 components extracted.

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.760

yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat

digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of

Sphericity sebesar 158.657 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih

kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.

69

Table 4.11

Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Backsound

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .750 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 145.926

df 3

Sig. .000

Component Matrixa

Component

1

Backsound yang bisa menghidupkan suasana

.917

Setiap segmen diiringi oleh backsound yang tepat dan cocok

.903

Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat lebih merasa lebih menikmati program tersebut

.928

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 1 components extracted.

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.750

yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat

digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of

Sphericity sebesar 145.926 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih

kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.

70

4.3 Gambaran Umum Responden

Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang

berkaitan langsung dengan dirinya. Karakteristik individu memiliki sifat yang unik

sekaligus spesifik dan tentu saja berbeda antara responden yang satu dengan

responden yang lain. Karakteristik individu yang dilihat dalam penelitian ini

dibedakan menjadi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan status

ekonomi sosial. Peneliti akan mengemukakan gambaran karakteristik responden

yang digunakan untuk memperkuat dan melengkapi analisa. Karakteristik responden

tersebut terbagi menjadi :

4.3.1 Berdasarkan Usia Tabel 4.12

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 20 TAHUN 14 17.9 17.9 17.9

20-25 TAHUN 16 20.5 20.5 38.5

26-30 TAHUN 38 48.7 48.7 87.2

31-35 TAHUN 10 12.8 12.8 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 2.5641

71

Gambar 4.1

Usia Responden

Berdasarkan tabel diatas usia responden yang menyaksikan program “Hitam

Putih” di Trans 7 sebanyak 38 orang atau (48.7%) responden yang berusia 26-30

tahun,yang berjumlah 16 orang atau (20.5%) berusia 20-25 tahun, < 20 tahun

berjumlah 14 orang(17.9%), 31-35 orang berjumlah 10 orang responden(12.8%).

72

4.3.2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Table 4.13

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PRIA 20 25.6 25.6 25.6

WANITA 58 74.4 74.4 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 1.7436

Gambar 4.2 Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel diatas yang menyaksikan program Hitam Putih di Trans 7

sebanyak 58 orang atau (74.4%) responden yang berjenis kelamin wanita, berjumlah

20 orang atau (25,6%) berjenis kelamin pria.

JENIS KELAMIN

PRIA

WANITA

73

4.3.3 Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.14 Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

SMP 15 19.2 19.2 19.2

SMA 40 51.3 51.3 70.5

D3 12 15.4 15.4 85.9

S1 11 14.1 14.1 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 2.2436

Gambar 4.3

Pendidikan

Berdasarkan tabel diatas tingkat Pendidikan yang menyaksikan program

Hitam Putih di Trans 7 sebanyak 40 orang atau (51,3%) responden yang

berpendidikan SMA. berjumlah 15 orang atau (19.2%) berpendidikan SMP. 12

0

5

10

15

20

25

30

35

40

SMP SMA D3 S1

S1

D3

SMA

SMP

74

orang responden atau (15.4%) yang berpendidikan D3,dan 11 responden atau

(14.1%) berpendidikan S1.

4.3.4 Berdasarkan Pekerjaan

Table 4.15

Pekerjaan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

PELAJAR/MAHASISWA 5 6.4 6.4 6.4

KARYAWAN 38 48.7 48.7 55.1

PNS 5 6.4 6.4 61.5

WIRASWASTA 21 26.9 26.9 88.5

LAINNYA 9 11.5 11.5 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 2.8846

75

Gambar 4.4

Pekerjaan

Berdasarkan tabel diatas pekerjaan 38 orang atau (48.7%) yang bekerja

sebagai karyawan menyaksikan program “Hitam Puith” di Trans 7. sebanyak 21

orang atau (26.9%) responden yang bekerja wiraswasta. sebanyak 9 orang atau

(11.5%) menonton program “hitam putih” sebagai pekerja “lainnya”. Dan sebanyak

5 orang (6,4%) pelajar/mahasiswa menonton program “Hitam Putih”.

0 10 20 30 40

PELAJAR/MAHASISWA

KARYAWAN

PNS

WIRASWASTA

LAINNYA

76

4.3.5 Berdasarkan Status Ekonomi

Tabel 4.16

Status Ekonomi Sosial

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid A= Target Kaya>Rp 2.500.000 5 6.4 6.4 6.4

B= Rp 1.750.000-Rp2.500.000 20 25.6 25.6 32.1

C= Rp.900.000-Rp 1.750.000 35 44.9 44.9 76.9

D= Rp 600.000-Rp 900.000 15 19.2 19.2 96.2

E= <Rp 600.000 3 3.8 3.8 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 2.8846

77

Gambar 4.5

Status Ekonomi Sosial

Berdasarkan tabel diatas status ekonomi sosial yang menyaksikan program

Hitam Putih di Trans 7 sebanyak 35 orang atau (44.9%) responden yang berusia

berstatus ekonomi C = Rp.900.000-Rp 1.750.000, yang berjumlah 20orang atau (

25.6%) berstatus sosial ekonomi B = Rp 1.750.000-Rp2.500.000 menonton program

tersebut, responden yang berstatus sosial ekonomi D = Rp 600.000-Rp 900.000

meonton program “Hitam Putih” sebanyak 15 orang atau (19.2%). Status sosial

ekonomi A = Target Kaya>Rp 2.500.000 menonton program ‘htam putih” sebanyak

5 orang atau (6,4%).

78

4.4 Analisis Hasil Penelitian

4.4.1 Persepsi terhadap Manusia Dimensi Narasumber

1. Narasumber berstatus sosial menengah keatas

Table 4.17

Narasumber berstatus sosial menengah katas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 5.1

TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 11.5

RAGU-RAGU 12 15.4 15.4 26.9

SETUJU 30 38.5 38.5 65.4

SANGAT SETUJU 27 34.6 34.6 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 3.9103

Berdasarkan tabel 4.19 diperoleh data sebanyak 30 responden (sebesar 38.5% )

menyatakan setuju bahwa narasumber dalam program Hitam Putih berstatus sosial

menengah kebawah, 27 orang responden atau (sebesar 34.6%) menyatakan sangat

setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 12 orang responden (

sebesar 15,4% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang

79

responden ( sebesar 6.4% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju

sebanyak 4 orang responden (sebesar 5.1%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang

diperoleh 3.9103. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai

berikut :

2. Narasumber berpenampilan sederhana

Tabel 4.18 Narasumber berpenampilan sederhana

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU

3 3.8 3.8 3.8

TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 10.3

RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 26.9

SETUJU 39 50.0 50.0 76.9

SANGAT SETUJU

18 23.1 23.1 100.0

Total 78 100.0 100.0

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.91

80

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 3.8205

Berdasarkan tabel 4.20 diperoleh data sebanyak 39 responden (sebesar 50% )

menyatakan setuju bahwa narasumber dalam program Hitam Putih narasumber

berpenampilan sederhana, 18 orang responden atau (sebesar 23.1%) menyatakan

sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden

( sebesar 16.7% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang

responden ( sebesar 6.4% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju

sebanyak 3 orang responden (sebesar 3.8%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang

diperoleh 3.8205. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai

berikut :

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.82

81

3. Narasumber dapat menceritakan kisah hidupnya dengan jelas

terhadap penonton

Table 4.19 Narasumber dapat menceritakan kisah hidupnya dengan jelas terhadap

penonton

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative

Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 6.4

TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 11.5

RAGU-RAGU 17 21.8 21.8 33.3

SETUJU 41 52.6 52.6 85.9

SANGAT SETUJU 11 14.1 14.1 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 3.6282

Berdasarkan tabel 4.21 diperoleh data sebanyak 41 responden (sebesar 52.6% )

menyatakan setuju bahwa narasumber dapat menceritakan kisah kehidupannya

dengan baik dan jelas kepada penonton, 17 orang responden atau (sebesar 21.8%)

menyatakan ragu-ragu. Responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 11

orang responden ( sebesar 14.1% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak

4 orang responden ( sebesar 5.1% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak

82

setuju sebanyak 5 orang responden (sebesar 6.4%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang

diperoleh 3.6282. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai

berikut :

4. Narasumber bisa atau dapat memberikan sisi berbeda dari dirinya

Tabel 4.20

Narasumber bisa atau dapat memberikan sisi berbeda dari dirinya

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT SETUJU 3 3.8 3.8 3.8

TIDAK SETUJU 7 9.0 9.0 12.8

RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 29.5

SETUJU 29 37.2 37.2 66.7

SANGAT SETUJU 26 33.3 33.3 100.0

Total 78 100.0 100.0

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.62

83

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 3.8718

Berdasarkan tabel 4.22 diperoleh data sebanyak 29 responden (sebesar 37.2% )

menyatakan setuju bahwa narasumber bisa atau dapat memberikan sisi yang berbeda

dari dirinya, 26 orang responden atau (sebesar 33.3%) menyatakan sangat setuju.

Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar

16.7% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang responden (

sebesar 9.0% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 orang

responden (sebesar 3.8%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8718. Jika

di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.87

84

4.4.2 Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Cerita

1. Cerita yang mengangkat sisi berbeda dari narasumber

Tabel 4.21 Cerita yang mengangkat sisi berbeda dari narasumber

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU

1 1.3 1.3 1.3

TIDAK SETUJU 6 7.7 7.7 9.0

RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 25.6

SETUJU 38 48.7 48.7 74.4

SANGAT SETUJU 20 25.6 25.6 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 3.8974

Berdasarkan tabel 4.23 diperoleh data sebanyak 38 responden (sebesar 48.7%

) menyatakan setuju bahwa cerita yang mengangkat sisi berbeda dari narasumber, 20

orang responden atau (sebesar 25.6%) menyatakan sangat setuju. Responden yang

menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar 16.7% ). Sedangkan

yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 orang responden ( sebesar 7.7% ), dan

terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang responden (sebesar

1.3%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8974. Jika di masukan kedalam

rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :

85

2. Informasi yang diberikan bermanfaat

Tabel 4.22 Informasi yang diberikan bermanfaat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU

5 6.4 6.4 6.4

TIDAK SETUJU 1 1.3 1.3 7.7

RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 24.4

SETUJU 38 48.7 48.7 73.1

SANGAT SETUJU 21 26.9 26.9 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 3.8846

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.89

86

Berdasarkan tabel 4.24 diperoleh data sebanyak 38 responden (sebesar 48.7%

) menyatakan setuju bahwa Informasi yang diberikan bermanfaat, 21 orang

responden atau (sebesar 26.9%) menyatakan sangat setuju. Responden yang

menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar 16.7% ). Sedangkan

yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang responden ( sebesar 1.7% ), dan

terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 5 orang responden (sebesar

6.4%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8846. Jika di masukan kedalam

rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.88

87

3. Cerita yang lebih dominan mengarah kepada perjalanan hidup

Table 4.23

Cerita yang lebih dominan mengarah kepada pengalaman hidup

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU

1 1.3 1.3 1.3

TIDAK SETUJU 8 10.3 10.3 11.5

RAGU-RAGU 7 9.0 9.0 20.5

SETUJU 40 51.3 51.3 71.8

SANGAT SETUJU 22 28.2 28.2 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 3.9487

Berdasarkan tabel 4.25 diperoleh data sebanyak 40 responden (sebesar 51.3% )

menyatakan setuju bahwa Informasi yang diberikan bermanfaat, 22 orang responden

atau (sebesar 28.2%) menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-

ragu sebanyak 7 orang responden ( sebesar 9.0% ). Sedangkan yang menjawab tidak

setuju sebanyak 8 orang responden ( sebesar 10.3% ), dan terakhir yang menyatakan

sangat tidak setuju sebanyak 1 orang responden (sebesar 1.3%) dan di peroleh Nilai

88

rata-rata yang diperoleh 3.9487. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat

dilihat sebagai berikut :

4.4.3 Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Lokasi

1. Lokasi shooting selalu berada di dalam studio membuat

program tersebut terkesan monoton

Table 4.24 Lokasi shooting selalu berada di dalam studio membuat program tersebut

terkesan monoton

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 5.1

TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 10.3

RAGU-RAGU 10 12.8 12.8 23.1

SETUJU 32 41.0 41.0 64.1

SANGAT SETUJU 28 35.9 35.9 100.0

Total 78 100.0 100.0

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.94

89

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 3.9744

Berdasarkan tabel 4.26 diperoleh data sebanyak 32 responden (sebesar 41.0% )

menyatakan setuju lokasi shooting selalu berada di dalam studio membuat program

tersebut terkesan monoton, 28 orang responden atau (sebesar 35.9%) menyatakan

sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 10 orang responden

( sebesar 12.8% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 4 orang

responden ( sebesar 5.1% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju

sebanyak 4 orang responden (sebesar 5.1%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang

diperoleh 3.9744. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai

berikut :

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.97

90

2. Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter host

program tersebut

Table 4.25

Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter host program tersebut

Frequency Percent Valid

Percent Cumulative Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 1 1.3 1.3 1.3

TIDAK SETUJU 8 10.3 10.3 11.5

RAGU-RAGU 14 17.9 17.9 29.5

SETUJU 30 38.5 38.5 67.9

SANGAT SETUJU 25 32.1 32.1 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 3.8974

Berdasarkan tabel 4.27 diperoleh data sebanyak 30 responden (sebesar 38.5% )

menyatakan setuju Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter host

program tersebut, 25 orang responden atau (sebesar 32.1%) menyatakan sangat

setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 14 orang responden (

sebesar 17.9% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 8 orang

responden ( sebesar 10.3% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju

sebanyak 1 orang responden (sebesar 1.3%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang

91

diperoleh 3.8974. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai

berikut :

3.Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter program

Tabel 4.26

Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter program

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 1 1.3 1.3 1.3

TIDAK SETUJU 6 7.7 7.7 9.0

RAGU-RAGU 18 23.1 23.1 32.1

SETUJU 32 41.0 41.0 73.1

SANGAT SETUJU 21 26.9 26.9 100.0

Total 78 100.0 100.0

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.89

92

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 3.8462

Berdasarkan tabel 4.28 diperoleh data sebanyak 32 responden (sebesar 41.2% )

menyatakan setuju lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter program,

21 orang responden atau (sebesar 26.9%) menyatakan sangat setuju. Responden yang

menyatakan ragu-ragu sebanyak 18 orang responden ( sebesar 23.1% ). Sedangkan

yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 orang responden ( sebesar 7.7% ), dan

terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang responden (sebesar

1.3%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8462. Jika di masukan kedalam

rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.84

93

4.4.4 Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Kostum

1. Kostum yang digunakan narasumber selalu terlihat mewah

Tabel 4.27

Kostum yang digunakan narasumber selalu terlihat mewah

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

SANGAT TIDAK SETUJU

3 3.8 3.8 3.8

TIDAK SETUJU 7 9.0 9.0 12.8

RAGU-RAGU 11 14.1 14.1 26.9

SETUJU 43 55.1 55.1 82.1

SANGAT SETUJU 14 17.9 17.9 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 3.7436

94

Berdasarkan tabel 4.29 diperoleh data sebanyak 43 responden (sebesar 55.1% ) menyatakan setuju Kostum yang digunakan narasumber selalu terlihat mewah, 14 orang responden atau (sebesar 17.9%) menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 11 orang responden ( sebesar 14.1% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang responden ( sebesar 9.0% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 orang responden (sebesar 3.8%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.7436. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :

2. Kostum narasumber selalu menggambarkan pribadi si narasumber

Tabel 4.28 Kostum narasumber selalu menggambarkan pribadi si narasumber

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU

2 2.6 2.6 2.6

TIDAK SETUJU 7 9.0 9.0 11.5

RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 28.2

SETUJU 38 48.7 48.7 76.9

SANGAT SETUJU 18 23.1 23.1 100.0

Total 78 100.0 100.0

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.74

95

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 3.8077

Berdasarkan tabel 4.30 diperoleh data sebanyak 38 responden (sebesar 48.7%

) menyatakan setuju , Kostum narasumber selalu menggambarkan pribadi si

narasumber, 18 orang responden atau (sebesar 23.1%) menyatakan sangat setuju.

Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar

16.7% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang responden (

sebesar 9.0% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang

responden (sebesar 2.6%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8077. Jika

di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.80

96

3.Kostum yang digunakan narasumber merupakan pakaian

Tabel 4.29 Kostum yang digunakan narasumber merupakan pakaian sendiri

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU

4 5.1 5.1 5.1

TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 11.5

RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 28.2

SETUJU 41 52.6 52.6 80.8

SANGAT SETUJU 15 19.2 19.2 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 3.7436

Berdasarkan tabel 4.31 diperoleh data sebanyak 41 responden (sebesar 52.6%

) menyatakan setuju Kostum yang digunakan narasumber merupakan pakaian

sendiri, 15 orang responden atau (sebesar 19.2%) menyatakan sangat setuju.

Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar

16.7% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang responden (

sebesar 6.4% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 4 orang

responden (sebesar 5.1%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.7436. Jika

di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :

97

4.4.5 Persepsi terhadap Obyek Dimensi Backsound

1. Backsound yang bisa menghidupkan suasana

Tabel 4.30

Backsound yang bisa menghidupkan suasana

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 5.1

TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 11.5

RAGU-RAGU 5 6.4 6.4 17.9

SETUJU 41 52.6 52.6 70.5

SANGAT SETUJU 23 29.5 29.5 100.0

Total 78 100.0 100.0

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.74

98

Statistics

N Valid 78

Missing 0 Mean 3.9487

Berdasarkan tabel 4.35 diperoleh data sebanyak 41 responden (sebesar 52.6%

) setuju bahwa Backsound yang bisa menghidupkan suasana, 23 orang responden

atau (sebesar 29.5%) menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-

ragu sebanyak 5 orang responden (sebesar 6.4% ). Sedangkan yang menjawab tidak

setuju sebanyak 5 orang responden ( sebesar 6.4% ), dan terakhir yang menyatakan

sangat tidak setuju sebanyak 4 orang responden (sebesar 5.1 %) dan diperoleh Nilai

rata-rata yang diperoleh 3.9487. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat

dilihat sebagai berikut :

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.94

99

2. Setiap segmen diiringi oleh backsound yang tepat dan cocok

Tabel 4.31

Setiap segmen diiringi oleh backsound yang tepat dan cocok

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 2 2.6 2.6 2.6

TIDAK SETUJU 7 9.0 9.0 11.5

RAGU-RAGU 11 14.1 14.1 25.6

SETUJU 37 47.4 47.4 73.1

SANGAT SETUJU 21 26.9 26.9 100.0

Total 78 100.0 100.0

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 3.8718

Berdasarkan tabel 4.36 diperoleh data sebanyak 37 responden (sebesar 47.4%

) setuju, 21 orang responden atau (sebesar 26.9%) menyatakan sangat setuju.

Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 11 orang responden (sebesar

14.1% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang responden (

sebesar 9.0% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang

responden (sebesar 2.6 %) dan diperoleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8718. Jika

di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :

100

3. Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat lebih merasa empati

menyaksikan program tersebut

Tabel 4.32

Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat merasa lebih menikmati program tersebut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SANGAT TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 5.1

TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 10.3

RAGU-RAGU 15 19.2 19.2 29.5

SETUJU 31 39.7 39.7 69.2

SANGAT SETUJU 24 30.8 30.8 100.0

Total 78 100.0 100.0

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.87

101

Statistics

N Valid 78

Missing 0

Mean 3.8590

Berdasarkan tabel 4.37 diperoleh data sebanyak 31 responden (sebesar 39.7%

) setuju Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat lebih merasa

lebih menikmati program tersebut, 24 orang responden atau (sebesar 30.8%)

menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 15

orang responden (sebesar 19.2% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak

4 orang responden ( sebesar 5.1% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak

setuju sebanyak 4 orang responden (sebesar 5.1 %) dan diperoleh Nilai rata-rata yang

diperoleh 3.8590. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai

berikut :

STS TS R S SS

1,8 2,6 3,4 4,2 1 5

3.85

102

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui persepsi penonton

terhadap program “Hitam Putih” di Trans 7 yang menampilkan sisi berbeda

dari narasumber. Berdasarkan dengan teori uses and gratification yang

dijelaskan peneliti di bab 2 bahwa, teori kegunaan dan kepuasan memandang

pengguna media mempunyai kesempatan untuk menentukan pilihan-pilihan

media sumber beritanya. Dalam hal ini, pengguna media berperan aktif dalam

kegiatan komunikasi untuk memenuhi kepuasannya. Teori ini memusatkan

perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan

(gratification) atas kebutuhan seseorang. Penerapan teori uses and

gratifications dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa para penonton program “Hitam Putih” sebagai pihak yang aktif dalam

proses komunikasi dan memutuskan untuk menggunakan atau memilih media

elektronik televisi untuk menyaksikan program Hitam Putih di TRANS 7.

Melalui program tersebut, penonton juga mendapatkan kepuasan karena

mendapatkan informasi dan nilai kehidupan.

Teori kedua yaitu teori persepsi yang memiliki arti suatu

pengintepretasian sebuah makna dan sudut pandang seorang terhadap suatu

hal atau keadaan yang terjadi di sekitarnya. Terkait dengan penelitian, yaitu

persepsi penonton tentang program Hitam Putih yang menampilkan sisi

berbeda dari narasumber, maka yang diteliti adalah bagaimana interprestasi

makna dan sudut pandang penonton “Hitam Putih” mengenai tema dalam

program tersebut yang menampilkan sisi berbeda dari narasumber.

103

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian , peneliti menarik garis besar simpulan dari inti dan hasil penelitian:

1. Dimana, pada kenyataanya warga Rt 002 / Rw 10 Perumahan Banjar

Wijaya menyatakan setuju bahwa Program Hitam Putih di TRANS7 selalu

membahas narasumber yang selalu menampilkan sisi lain dari dirinya. Banyak dari

responden penelitian yang banyak setuju bahwa narasumber berstatus menengah

keatas. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa Program “Hitam Putih” di TRANS

7 selalu memperlihatkan atau mempertontonkan sisi lain dari narasumber seperti

kisah hidupnya dan banyak narasumber berstatus menengah keatas.

2. Melalui hasil dari penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa

program Hitam Putih dapat menimbulkan reaksi dari penonton untuk memberikan

tanggapan dan pandangan.

104

5.2 Saran

Dari hasil temuan masalah yang didapati dalam penelitian ini, maka peneliti

ingin memberikan saran yang berguna .

5.2.1 Praktis

Pihak stasiun TV diharapkan bertanggung jawab moral terhadap acara ini,

bukan sebatas menjadikan narasumber sebagai obyek tayangan dan sementara

memberikan peluang bagi pihak lain untuk mencari keuntungan. Dalam hal ini yang

dirugikan justru obyek tayangan, yaitu si narasumber dan peneliti berharap para

stasiun TV sadar bahwa misi mereka menayangkan acara semacam itu bukan semata

komersil, tapi terlebih lagi adalah sebagai informasi, hiburan dan kemanusiaan.

5.2.2 Akademis

Peneliti berharap skripsi ini berguna sebagai tolak ukur dan alat bantu

penelitian berikutnya dan semoga skripsi ini dapat memberikan inspirasi bagi peneliti

selanjutnya dan dapat menjadi referensi teori serta acuan teori untuk penelitian

berikutnya.

105

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto. (2009). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Refika Offset.

Ardianto, Elvinaro, & Erdinaya, L. K. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penilitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Babbie, E. (2002). the practice of social research. california: woolworth.

Baksin, A. (2006). Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Baran, S. J., & Davis, D. K. (2000). Mass Communication Theory: Foundation,

Ferment, and Future ed. 2nd. USA: wadsworth.

Bittner. (1980). Mass Communication an Introduction Engelwood Cliffs. New

Jersey.

Bungin, B. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Cangara, H. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

__________ (2003). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Effendy, O. U. (2003). Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Gerbner, G. (1967). Mass Media and Human Communication Theory. New York:

Holt, Rinehart, & Winston.

Keith, R., & John, B. E. (1990). The mass comunication process. S.Alexis: Hunt

Publishing Company.

Morissan. (2003). Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Morissan, Corry, A., & Farid. (2010). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Ghalian

Indonesia.

Mussa, & Nurfitri. (2000). Metode Penelitian. Jakarta: Fajar Agung.

Nawawi, H. (2005). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurudin, D. N. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. DKI Jakarta.

Rakhmat, J. (1997). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya

__________ (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ridwan. (2009). Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik. Bandung: Alfabeta.

_______(2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: CV Alfabeta.

106

Robin. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Rukmananda, N. (2004). Menjadi Sutradara Televisi. Gramedia Widiasarana.

Ruslan, R. (2006). Metode Penulisan Publik Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Soenarto, r. (2007). Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pegaruh Siaran.

jakarta: FFTV-IKJ Press.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D / ABT. Cetakan

ketujuh. Bandung: Alfabeta.

_________(2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.

_________ (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

_________ (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Suprapto, T. (2006). Pengantar Teori Komunikai. Yogyakarta: Media Pressindo.

Wibowo, F. (2009). Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus.

Wiryanto. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo Anggota Ikapi.

Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo.

Sumber Lainnya : www.trans7.co.id