22
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Puisi merupakan ungkapan-ungkapan pikiran dan perasaan yang disampaikan lewat teks atau sebuah puisi merupakan ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya dalam satu bentuk ciptaan yang utuh dan menyatu. Secara garis besar, sebuah puisi terdiri atas 7 unsur, yaitu: tema, suasana, imajinasi, amanat, nada, suasana, dan perasaan. Sedangkan prinsip dasar sebuah puisi adalah berkata sedikit mungkin, tetapi mempunyai arti sebanyak mungkin. Dengan puisi kita dapat mengekspresikan diri melalui kata-kata tanpa harus ada partner bicara secara langsung. Kadang kala buat kita-kita yang tidak fasih lidah, berlatih mengekspresikan diri menjadi sulit kalau harus langsung berhadapan dengan orang lain. Puisi juga, menuntun kita memasuki dunia seni yang menjanjikan keindahan yang melebihi logika dan kata. Kalaupun belum mencapai keindahan seni puisi minimalnya kita bisa masuk dalam petualangan rimba kata dan makna. Seperti pergi ke Louvre di Paris mencari Monalisa. Kalaupun belum berhasil menemukan Monalisa, maka kita sudah terpesona melihat keindahan berbagai lukisan bahkan dari interior ruangan. Menulis puisi dapat dinikmati seperti perjalanan yang tidak tergantung sepenuhnya pada tujuan akhir. Melalui puisi dapat menyampaikan makna ganda yakni yang tersurat dan tersirat. Budaya Asia masih meminta 1

BAB I Puisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

puisi

Citation preview

Page 1: BAB I Puisi

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Puisi merupakan ungkapan-ungkapan pikiran dan perasaan yang disampaikan

lewat teks atau sebuah puisi merupakan ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya

dalam satu bentuk ciptaan yang utuh dan menyatu. Secara garis besar, sebuah puisi

terdiri atas 7 unsur, yaitu: tema, suasana, imajinasi, amanat, nada, suasana, dan

perasaan. Sedangkan prinsip dasar sebuah puisi adalah berkata sedikit mungkin,

tetapi mempunyai arti sebanyak mungkin.

Dengan puisi kita dapat mengekspresikan diri melalui kata-kata tanpa harus

ada partner bicara secara langsung. Kadang kala buat kita-kita yang tidak fasih lidah,

berlatih mengekspresikan diri menjadi sulit kalau harus langsung berhadapan dengan

orang lain.

Puisi juga, menuntun kita memasuki dunia seni yang menjanjikan keindahan

yang melebihi logika dan kata. Kalaupun belum mencapai keindahan seni puisi

minimalnya kita bisa masuk dalam petualangan rimba kata dan makna. Seperti pergi

ke Louvre di Paris mencari Monalisa. Kalaupun belum berhasil menemukan

Monalisa, maka kita sudah terpesona melihat keindahan berbagai lukisan bahkan dari

interior ruangan. Menulis puisi dapat dinikmati seperti perjalanan yang tidak

tergantung sepenuhnya pada tujuan akhir.

Melalui puisi dapat menyampaikan makna ganda yakni yang tersurat dan

tersirat. Budaya Asia masih meminta kita berbudi bahasa dengan indah. Cukup sering

martabat seseorang diukur dari kemampuannya berbahasa. Meski gelar S3 kalau tutur

katanya seperti preman yang kasar serta merta berkuranglah penghargaan kita. Puisi

dapat menyampaikan maksud kita dengan indah. Akan tetapi melalui sebuah hasil

karya puisi juga dapat mencerminkan keadaan masyarakat pada masa – masa

pembuatan puisi.

Adapun puisi yang akan kami bahas pada kesempatan ini ialah sebagai

berikut :

1

Page 2: BAB I Puisi

Puisi I Puisi II

Dari Catatan seorang Demonstran

Oleh : Taufik Ismail

Inilah peperangan

Tanpa jenderal, tanpa senapan

Pada hari-hari yang mendung

Bahkan tanpa harapan

Di sinilah keberanian diuji

Kebenaran dicoba dihancurkn

Pada hari-hari berkabung

Di depan menghadang ribuan lawan

1966

KEBEBASAN  

Oleh : Usmar Ismail

 

Saudara, nyawa tiada harga

harta kekayaan dapat dipungut

bagai pasir di pantai

samudera nafsu jin dan syaitan !

Tapi jangan coba rampok

dari daku kebebasan

berfikir, berkata, bergerak,

batas leluasa

hanya taqwaku pada Dia !

dan bila udara beracun

mulut terbuka bau tuba

mata curiga palsu melirik

menghambat langkah dan laku

meyusun lantai

tempat darah tertumpah ini

hanya sampai di sini

aku ingin membudak

pada manusia dan dunia

yang sempit mencekik ini !

19 Maret 1946

2

Page 3: BAB I Puisi

B. Biografi Penyair

1.Taufik Ismail

Taufiq  Ismail lahir di Bikittinggi, sumatera Barat pada tahun 1935. Beliau

merupakan budayawan dan sastrawan yang sangat populer . Beragam penghargaan

telah diperolehnya, baik tingkat nasional maupun  tingkat internasional. Ia telah

melahirkan banyak karya seperti puisi, essai  sastra, karya terjemahan, dan lain lain.

Namanya pantas disejajarkan dengan budayawan seperti Emha Ainun Najib dan

Chairil Anwar.

Masa kecil Taufiq Ismail lebih banyak dihabiskan di Pekalongan. Ia pertama

masuk sekolah rakyat di Solo, lalu pindah ke Semarang, Salatiga dan menamatkan

sekolah rakyatnya di Yogyakarta. Ia melanjutkan SMP di bukit tinggi dan SMA di 

Bogor. Selesai SMA, ia mendapatkan beasiswa American Field International School

untuk bersekolah di Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS. Ia

merupakan angkatan pertama dari Indonesia. Kemudian ia melanjutkan sekolah di di

Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI yang sekarang menjadi IPB. Setelah

tamat ia mengikuti , International Writing Program, University of Jowa, Iowa City,

Amreika Serikat. Ia juga belajar di Faculty of Languange and Literature, American

University in Cairo, Mesir. Namun karena pecah perang, maka ia pulang sebelum

studinya selesai.

Taufiq Ismail bermimpi menjadi seorang sastrawan saat masih SMA. Saat itu

ia mulai menulis beberapa puisi yang mulai dimuat di majalah majalah. Ia dibesarkan

di lingkungan keluarga yang suka membaca, sehinga ia  mulai suka membaca sjak

kecil Hobinya membaca semakin terpuaskan sejak ia menjadi penjaga perpustakaan

di perpustakaan Pelajar Islam Indonesia Pekalongan.

Minatnya dalam dunia sasta mulai tumbuh sasat ia sekolah di SMA Whitefish

Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS berkat program beasiswa pertukaran pelajar. Di

sana, ia mulai mengenal karya sastra asing.Taufiq Ismail bersama sastrawan sstrawan

lainnya berhasil mengenalkan sastra ke sekolah0sekolah dengan program “Siswa

Bertanya, Sastrawan Menjawab’. Program itu disponsori oleh Yayasan Indonesia dan

Ford Foundation.

Nama : Taufiq Ismail

Lahir : Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935

Agama : Islam

Istri : Esiyati Ismail (Ati)

Anak : Abraham Ismail

3

Page 4: BAB I Puisi

Ayah : KH Abdul Gaffar Ismail (almarhum)

Ibu : Timur M Nur

Pendidikan:

-Sekolah Rakyat di Semarang

- SMP di Bukittinggi, Sumatera Barat

- SMA di Pekalongan, Jawa Tengah

- SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS

- Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI, Bogor, 1963

Karir:

- Penyair

- Pendiri majalah sastra Horison (1966)

- Pendiri Dewan Kesenian Jakarta (1968)

- Redaktur Senior Horison dan kolumnis (1966-sekarang)

- Wakil General Manager Taman Ismail Marzuki (1973)

- Ketua Lembaga Pendidikan dan Kesenian Jakarta (1973-1977)

- Penyair, penerjemah (1978-sekarang)

Kegiatan Lain:

- Dosen Institut Pertanian Bogor (1962-1965)

- Dosen Fakultas Psikologi UI (1967)

- Sekretaris DPH-DKI (1970-1971)

- Manager Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978)

- Ketua Umum Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1985)

Karya:

- Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan: Manifestasi (1963; bersama

Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.)

- Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970)

- Tirani (1966)

- Puisi-puisi Sepi (1971)

- Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971)

- Buku Tamu Museum Perjuangan (1972)

- Sajak Ladang Jagung (1973)

- Puisi-puisi Langit (1990)

- Tirani dan Benteng (1993)

- Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999)

4

Page 5: BAB I Puisi

Penghargaan:

- American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay

High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57)

- Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970

- SEA Write Award (1997)

2. Usmar Ismail

Dikenal sebagai seniman serba bisa yang punya nama besar pada zamannya.

Ia adalah penyair, dramawan, wartawan, sutradara, dan pembuat film terkemuka

Indonesia. Bapak perfilman Indonesia ini mewariskan karya-karya dalam bidang seni

dan budaya yang masih bisa dinikmati hingga saat ini. Ia adalah sosok pejuang

multidimensional yang penuh warna.

Kepeloporannya dalam perfilman Indonesia ditulis oleh Tatiek Malyati,

sebagai berikut : “Saya kira dia pelopor pada zaman itu. Sebelumnya belum ada film-

film yang bisa memberikan cerminan dari masyarakat, masalah-masalah yang ada

dimasyarakat”. Sementara Chalid Arifin, pengajar film di IKJ, menambahkan : “Ciri

film Usmar itu linier, tidak berdasarkan urutan waktu dan terpecah-pecah. Ada

beberapa kejadian yang semula lepas-lepas tetapi kemudian kumpul menjadi satu. Itu

luar biasa, sampai sekarang mungkin nggak ada film Indonesia seperti itu”.

Dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat beribadah. Usia tujuh tahun

ia sudah pandai mengaji. Setamat HIS dan Tawalib di Batusangkar bungsu dari enam

bersaudara ini melanjutkan sekolah ke MULO di Padang Panjang. Kemudian Usmar

yang pandai menggambar bersama dengan sahabatnya Rosihan Anwar merantau ke

Jawa. Di Yogyakarta Usmar melanjutkan ke AMS-A II jurusan Klasik Timur. Masa

sekolahnya yang indah di Yogyakarta terganggu oleh masuknya balatentara Dai

Nippon ke Indonesia. Dengan Mengantongi ijazah darurat Ia pergi ke Jakarta dan

tinggal dengan kakaknya, Dr. Abu Hanifah. Ia kemudian bekerja di kantor pusat

kebudayaan dan aktif mengembangkan bakatnya menulis cerpen, syair, dan naskah

drama. Menutur Asrul Sani, dalam pengantar buku Usmar Ismail Mengupas Film,

sebagai penyair ia merupakan generasi penutup yang menulis puisi dengan gaya

Pujangga Baru.

5

Page 6: BAB I Puisi

Nama : Haji Usmar Ismail Mangkuto Ameh

Lahir : Bukit Tinggi, Sumatera Barat 20 Maret 1921

Pendidikan :

HIS, MULO-B, AMS-A II (Barat Klasik) 1941, Jurusan Film Universitas California Los Angeles, Amerika Serikat (BA-1953)

Karya :

Puntung Berasap(puisi),

Sedih Dan Gembira dan Tjitra (1949),

Liburan Seniman (1965),

Darah Dan Doa dan Enam Djam di Jogya (1950),

Dosa Tak Berampun (1951), Terimalah Laguku (1952), Kafedo (1953),

Krisis(1953),

Lewat Jam Malam (1954),

Tiga Buronan(1957),

Jendral Kancil (1958),

Asmara Dara (1959),

Pejuang (1959),

Anak Perawan Disarang Penyamun (1962)

Aktifitas Lain :

Ketua PWI (1947),

Ketua PPFI (1954-1965),

Ketua Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia) 

Penghargaan : Piagam Widjayakusumah dari Presiden Soekarno

6

Page 7: BAB I Puisi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Puisi

1. Diksi

Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan penyair dalam membangun

puisinya sehingga menciptakan makna dan keindahan.Setiap kata dalam puisi

memiliki daya yang tersembunyi karena mengandung nafas penciptanya, berisi jiwa

dan fikiran penyairnya.Bentuk karya sastra ini yang sedikit kata-kata namun

mengungkapkan banyak hal, oleh sebab itu kata – kata yang digunakan harus dipilih

secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi sangat erat kaitannya dengan

makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

Puisi “Dari Catatan Seorang Demonstran” memiliki diksi sebagai berikut :

Inilah peperangan

Tanpa jenderal, tanpa senapan

Pada hari-hari yang mendung

Bahkan tanpa harapan

…………………………….

Melalui puisi diatas penyair menggungkapkan bahwa perjuangan demonstran

yang tidak memiliki senjata, tanpa ada komando dari pemimpin/Jendral.Walau

mereka mengetahui sedikit harapan dalam tindakan mereka tetap saja mereka maju

kedepan demi sebuah kebebasan.

Sedangkan pada puisi “Kebebasan” penyair mencoba mengungkapkan

fikirannya melalui pemilihan katanya sebagai berikut :

Saudara, nyawa tiada harga

harta kekayaan dapat dipungut

bagai pasir di pantai

samudera nafsu jin dan syaitan !

………………………………….

7

Page 8: BAB I Puisi

Penyair mencoba menerangkan pada pembaca bahwa nyawa itu tidak ternilai walau

dibayar dengan apapun,…

2. Imaji atau Citraan

Imaji atau citraan gambaran angan yang dihadirkan menjadi sesuatu yang nyata

dalam tataan kata-kata yang terdapat dalam puisi. Makna-makna yang ada dalam

puisi dapat diketahui melalui panca indera pembaca dengan penglihatan,

pendengaraan, penciuman, pengecapan dan rabaan.

Puisi “Dari Catatan Seorang Demonstran” menggunakan imaji visual

(penglihatan), terdapat pada larik Di depan menghadang ribuan lawan.

Sedangkan pada puisi “Kebebasan”memliki Imaji penciuman yang terdapat

pada larik dan bila udara beracun dan imaji Kinestetik (pergerakan), terdapat pada

larik : ……………………..

mulut terbuka bau tuba

mata curiga palsu melirik

menghambat langkah dan laku

Pada larik mata curiga palsu melirik menggunakan imaji visual.

3. Kata Konkret

Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang

memungkinkan munculnya imaji. Kata diperkonkretan juga erat hubungannya

dengan penggunaan kiasan dan lambang.Jika penyair mahir dalam pengkonkretan

kata – kata, maka pembaca seolah – olah melihat, mendengar atau merasakan apa

yang dilukiskan oleh penyair melalui puisinya.

Dalam puisi” Dari Catatan Seorang Demonstran “ penyair mencoba

melukiskan bahwa pada saat itu gejolak yang terjadi ialah demo berlangsung tanpa

ada pimpinan ataupun seorang jendral walaupun keadaan pada saat itu tidak

memihak kepada “mereka.”Penulis menuliskan dengan kata konkret :

Inilah peperangan

Tanpa jendral, tanpa senapan

Pada hari – hari yang mendung

8

Page 9: BAB I Puisi

…………………………………….

Kemudian, dalam puisi kita jumpai juga “Pada hari – hari berkabung”penulis

melukiskan keadaan yang sangat memilukan terhadap demonstran yang aspirasi

mereka tidak ditanggapi oleh pemerintah.

Pada puisi ke – dua “Kebebasan” penyair meberitahukan kepada pembaca

bahwa saat itu hatinya berontak meneriakkan, jangan coba zolimi hak – hak yang

dimiliki setiap orang, penyair mengkonkretkannya dengan isi puisi sebagai berikut :

…………………………….

Tapi jangan coba rampok

Dari daku kebebasan

Berfikir, berkata, bergerak

Batas leluasa

Hanya taqwaku pada Dia !

…………………………….

4. Bahasa Figuratif / Majas

Pengunaan bahasa kias atau gaya bahasa, serta penggunaan pelambangan yang

memberikan efek estetika dan membangkitkan imajinasi kepada pembaca serta untuk

memperjelas maksud yang ingin disampaikan oleh penyair.

Puisi I “ Catatan Seorang Demonstran ”

Inilah peperangan = Majas Hiperbola

………………………………………..

Di depan menghadang ribuan lawan = Majas Hiperbola

Puisi II “ Kebebasan “

Harta Kekayaan dapat dipungut = Majas Hiperbola

Bagai pasir dipantai = Majas Hiperbola

5. Rima

Persajakan atau pola kata yang terdapat dalam puisi yang berbentuk

pengulangan bunyi.Fungsinya adalah untuk menimbulkan irama yang merdu,

sehingga memberikan kesan estetik pada pendengaran dan perasaan sesuai dengan

suasana dan perasaan yang ingin digambarkan penyair kepada pembaca.

9

Page 10: BAB I Puisi

Rima pada puisi “Dari Catatan Seorang Demonstran” , sebagai berikut :

………………………………

Pada hari-hari yang mendung

……………………………..

Pada hari-hari berkabung

……………………………..

Rima pada puisi “Kebebasan” kita tidak menemukan pengulangan kata didalam puisinya.

6. Irama (Ritma)

Alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang.Sangat berhubungan dengan bunyi.

Pada puisi “Dari Catatan Seorang Demonstran” irama terdapat pada bunyi :

………………………………

Pada hari-hari yang mendung

……………………………..

Pada hari-hari berkabung

……………………………..

Pada puisi “Kebebasan” irama terdapat pada bunyi :

…………………

Samudra nafsu jin dan syaitan!

…………………….

………………………

Hanya taqwa ku pada Dia !

……………………………..

10

Page 11: BAB I Puisi

…………………………….

……………………………..

Yang sempit mencekik ini !

7. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara seorang penyair menyampaikan ide, gagasan

atau kisah cerita yang mencakup siapa yang berbicara dan kepada siapa ditujukan.

Sudut pandang pada puisi “ Dari Catatan Seorang Demonstran” menggunakan

sudut pandang orang pertama tunggal, sebab dari judul kita sudah bisa melihat

seseorang yang mencoba menceritakan perjuangannya melalui sebuah catatan.Pada

puisi ke – dua “ Kebebasan” menggunakan sudut pandang sama yaitu orang pertama

tunggal itu terbukti melalui isi puisi sebagai berikut :

……………….

Tempat darah tertumpah ini

Hanya sampai disini

Aku ingin membudak

……………………….

…………………….....

B.Hakekat Puisi

1. Tema

Tema adalah pokok pikiran yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya

dan merupakan keseluruhan isi puisi yang mencerminkan persoalan kehidupan

manusia, alam sekitar dan dunia metafisis.

Pada puisi “ Dari Catatan Seorang Demonstran” bertemakan

patriotisme.Gejolak tahun 66’ yang terjadi di Indonesia khususnya mahasiswa

memperjuangkan hak demokrasi pada saat itu kepada pemerintah.Mahasiswa yang

dikenal sebagai gerakan angkatan ‘66 inilah yang kemudian mulai melakukan

penentangan terhadap PKI dan ideologi komunisnya yang mereka anggap sebagai

bahaya laten negara dan harus segera dibasmi dari bumi nusantara.Pada puisi itu

tergambarkan pada bait – bai sebagai berikut :

Inilah peperangan

Tanpa jenderal, tanpa senapan

Pada hari-hari yang mendung

11

Page 12: BAB I Puisi

Bahkan tanpa harapan

Di sinilah keberanian diuji

Kebenaran dicoba dihancurkn

Pada hari-hari berkabung

Di depan menghadang ribuan lawan

Sedangkan pada puisi “Kebebasan” juga memiliki tema patriotisme namun

konteks dan kejadian berbeda.Puisi pertama perjuangan mahasiswa karena gejolak

pemerintah Indonesia saat itu, namun pada puisi ke – dua perjuangannya berbeda

karena pada tahun 1946 Usmar Ismail menjelaskan bahwa penjajahan sudah selesai

melalui Deklarasi Proklamasi dan ingin kebebasan.Walau sudah merdeka wilayah

Indonesia masih sempit dikarenakan beberapa wilayah masih saja di huni oleh

penjajah. Penjelasan diatas terbukti melalui isi puisi sebagai berikut :

………………………...

………………………......

…………………………..

Tapi jangan coba rampok

dari daku kebebasan

berfikir, berkata, bergerak,

batas leluasa

hanya taqwaku pada Dia !

dan bila udara beracun

mulut terbuka bau tuba

mata curiga palsu melirik

menghambat langkah dan laku

meyusun lantai

tempat darah tertumpah ini

hanya sampai di sini

aku ingin membudak

pada manusia dan dunia

yang sempit mencekik ini !

12

Page 13: BAB I Puisi

19 Maret 1946

2. Rasa

Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang

terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar

belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama,

jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman

sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan

ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan

penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih

banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang

terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

Di antara kedua puisi diatas, Taufik Ismail danUsmar Ismail menyairkan

tentang Patriotisme.Semangat yang mengebu – gebu dalam puisi itu untuk

memperjuangkan sesuatu yang memang menjadi hak mereka.Perbedaannya adalah

latar belakang waktu kejadian.

3. Nada

Dalam perpuisian, nada merupakan sikap yang diharapkan sang penyair

terhadap pembaca atau penikmatnya.Nada yang dikemukakan oleh penyair memiliki

hubungan yang erat dengan tema dan rasa yang terkandung pada puisi tersebut.Pada

puisi pertama dan ke – dua mempunyai nada yang keras dengan penuh semangat itu

terlihat pada setiap larik berikut ini :

Puisi I

“Dari Catatan Seorang Demonstran”

Inilah peperangan

Tanpa jenderal, tanpa senapan

Pada hari-hari yang mendung

Bahkan tanpa harapan

…………………………………

13

Page 14: BAB I Puisi

………………………………….

Puisi ke - 2

“Kebebasan”

………………………….

…………………………..

dan bila udara beracun

mulut terbuka bau tuba

mata curiga palsu melirik

menghambat langkah dan laku

meyusun lantai

tempat darah tertumpah ini

hanya sampai di sini

aku ingin membudak

pada manusia dan dunia

yang sempit mencekik ini !

4. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya kepada

pembaca.Amanat yang terdapat pada puisi “Dari Catatan Seorang Demonstran”

adalah Dalam kehidupan jangan pernah pantang menyerah walaupun kita mengetahui

sedikit harapan hasilnya, tapi teruslah berusaha selama kita yakin apa yang kita

lakukan adalah kebenaran.Amanat ini terlihat pada larik berikut ini :

Inilah peperangan

……………………………

Pada hari-hari yang mendung

Bahkan tanpa harapan

……………………………….

Kebenaran dicoba dihancurkn

Pada hari-hari berkabung

…………………………….

Sedangkan pada puisi Usmar Ismail “Kebebasa” menyampaikan amanat

kepada pembaca yaitu harga diri itu tidak bisa dibayar dengan apapun.Bagian dari

14

Page 15: BAB I Puisi

harga diri ialah kebebasan, kebebasan untuk berfikir, bertindak dan berkarya.Amanat

itu tersampaikan melalui bagian puisi sebagai berikut :

Saudara, nyawa tiada harga

harta kekayaan dapat dipungut

bagai pasir di pantai

samudera nafsu jin dan syaitan !

Tapi jangan coba rampok dari daku kebebasan berfikir, berkata, bergerak, batas leluasa …………………………………………………………………………………………

 

15

Page 16: BAB I Puisi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Melalui ke – dua puisi ini kita dapat melihat perjuangan – perjuangan orang

terdahulu kita yang selalu berjuang demi hak yang memang patut untuk

diperjuangkan.Patriotisme yang mereka tunjukkan merupakan karakter rakyat bangsa

ini yang selalu teriak demi sebuah perubahan.Walaupun temanya memiliki

kesamaan, tapi penyair menyampaikannya dengan bahasa ciri khas mereka masing-

masing.

16