Upload
iskan-dar
View
524
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemetaan Geologi merupakan suatu kegiatan untuk memetakan kondisi
geologi suatu daerah sehingga menghasilkan peta geologi yang bertujuan untuk
menyingkap sejarah dan proses-proses geologi yang terjadi di daerah penelitian.
Geologi tersebut merupakan suatu ilmu yang mengkaji bumi, objek studi utamanya
adalah batuan penyusun kerak bumi yang meliputi ruang, waktu dan proses
pembentukan batuan, serta berbagai aspek dan fenomena yang terjadi didalamnya.
Geologi tidak cukup hanya dengan mempelajari teori-teori dari perkuliahan dan buku
saja, melainkan juga dengan melihat langsung hasil dan peristiwa geologi itu
langsung ke lapangan. Hal ini dilakukan dengan mengadakan penyelidikan langsung
ke lapangan yang merupakan laboratorium alam yang bersifat universal.
Berdasarkan data geologi regional yang disusun oleh Supriatna (1992) dalam
“Geologi Lembar Karangnunggal” dan T.O Simanjuntak (1992) dalam “Geologi
Lembar Pangandaran” daerah Bojong dan sekitarnya memiliki aspek-aspek geologi
yang menarik untuk diteliti yang meliputi variasi litologi, stratigafi, struktur geologi,
geomorfologi dan potensi bahan galian.
Untuk mengungkapkan aspek-aspek geologi tersebut diatas, penulis
melakukan pemetaan geologi detil dengan menggunakan peta skala 1:25.000 dengan
harapan mampu untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang aspek-aspek
geologi yang ada di daerah penelitian.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Lingkup permasalahan penelitian difokuskan pada keadaan geologi yang
mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi geomorfologinya sehingga terbentuk bentang alam di daerah
penelitian?
2. Bagaimana jenis litologi dan stratigrafi yang menyusun daerah penelitian dan
penyebarannya?
3. Bagaimana struktur geologi dan tektonik yang berkembang di daerah penelitian?
4. Bagaimana sejarah geologi daerah penelitian dari hasil keseluruhan penelitian?
1.2 Maksud, Tujuan, dan Manfaat Penelitian
Maksud dilakukannya pemetaan geologi adalah untuk meneliti aspek-aspek
geologi dan permasalahannya serta berusaha mencari jawaban atas permasalahan dari
aspek-aspek geologi tersebut.
Tujuan dari Pemetaan Geologi ini adalah untuk mempelajari dan
mengungkapkan aspek-aspek geologi daerah penelitian, antara lain:
1. Aspek geomorfologi, yang meliputi unsur-unsur geomorfologi, proses-proses
geomorfologi yang telah dan sedang berlangsung, dan membuat satuan-satuan
geomorfologi berdasarkan unsur-unsurnya.
2. Aspek litologi, yaitu mendeskripsi karakteristik batuan, kemudian mengelom-
pokkan menjadi satuan-satuan batuan bernama berdasarkan aturan sandi strati-
grafi yang baku, menelusuri penyebarannya, menganalisis umur, kandungan fosil,
hubungan antar satuan, dan lingkungan pengendapannya.
3. Aspek struktur geologi, meliputi jenis, waktu pembentukannya, serta menelusuri
hubungan kejadian dengan tektonik yang terjadi di daerah penelitian.
4. Aspek sejarah geologi, yaitu untuk mengungkapkan sejarah geologi daerah
penelitian yang berlangsung mulai saat pembentukan daerah ini hingga keadaan
akhir yang ditemukan sekarang.
5. Potensi bahan galian.
Manfaat dari penelitian geologi lanjut ini, penulis berharap dapat menambah
pengetahuan dasar tentang aplikasi ilmu geologi dan metode pemetaan lapangan,
memberikan informasi ilmiah mengenai keadaan geologi daerah penelitian dan dapat
membantu bagi penelitian-penelitian selanjutnya di daerah ini, dan mengungkap
potensi sumberdaya geologi yang ada di daerah penelitian serta kemungkinan
pengembangannya.
1.4 Metode Pemetaan Geologi
1.4.1 Objek Penelitian
Objek penelitian pada suatu pemetaan geologi meliputi :
1. Geomorfologi, digunakan untuk penentuan proses geomorfologi, tingkat erosi,
pola pengaliran yang berkembang serta memperkirakan indikasi adanya
struktur geologi yang aktif di daerah pemetaan.
2. Litologi, meliputi seluruh jenis batuan beserta seluruh karakteristik fisik,
tekstur, dan struktur yang tersingkap di daerah pemetaan dan merupakan
batuan yang masih segar dan insitu, yaitu batuan yang belum mengalami
pelapukan dan perpindahan tempat.
3. Stratigrafi, yaitu meliputi perlapisan batuan dari batuan tertua sampai termuda
dengan menyertakan fosil sebagai salah astu aspek penunjang untuk
menentukan umur dan lingkungan pengendapan satuan batuan sedimen.
4. Struktur geologi dan indikasinya, yang dapat di gunakan untuk menentukan
pola tegasan dan gaya yang terjadi pada masa lampau, jenis struktur geologi
serta pola struktur geologi, yaitu sesar, kekar, dan perlipatan yang
berkembang pada darah pemetaan.
5. Geologi mineral ekonomi di daerah pemetaan, untuk memperkirakan bahan
galian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya.
1.4.2 Alat-alat yang Digunakan
1.4.2.1 Peralatan lapangan
Alat-alat yang digunakan untuk menunjang kelancaran penelitian di
lapanagan, adalah sebagai berikut:
1. Peta dasar dengan skala 1 : 25.000 yang diambil dari peta Bakosurtanal lembar
Limusnunggal dan Selasari yang berskala 1 : 25.000,
2. Kompas geologi dan palu geologi,
3. Loup dengan pembesaran 20x dan 10x,
4. Larutan HCL 0,1 N,
5. Komparator besar butir batuan sedimen dan batuan beku,
6. Alat tulis
7. Pita ukur dan meteran
8. Plastik sampel
9. Tas lapangan dan kamera
1.4.2.2 Peralatan Laboratorium
Alat-alat yang digunakan untuk analisis paleontologi, adalah:
1. Lumpang, mortar dan cawan,
2. Hidrogen Peroksida (H2O2) 30%
3. Natrium Hidroksida (NaOH) dan air
4. Cangkir aluminium dan oven
5. Saringan (60mg, 80 mg dan 120 mg)
6. Piring pemisah, slide dan kuas
7. Mikroskop binokuler
Untuk analisis petrografi, alat-alat yang digunakan adalah:
1. Sayatan tipis batuan
2. Mikroskop polarisasi
3. Chart dan tabel-tabel yang diperlukan
1.4.3 Langkah-langkah Penelitian
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka jalannya penelitian
dilakukan secara sistematis dan terkoordinasi, yang dibagi menjadi beberapa tahapan
sebagai berikut:
1. Tahap persiapan dan studi pustaka
2. Tahap pekerjaan lapangan
3. Tahap pekerjaan laboratorium
4. Tahap analisis data
1.4.3.1 Tahap Persiapan dan Studi Pustaka
Tahap persiapan dan studi literature ini dapat meliputi pembuatan peta dasar,
studi peta regional, studi laporan peneliti terdahulu, buku-buku teks perkuliahan,
penentuan waktu kerja penelitian, survey pendahuluan untuk menentukan pangkalan
kerja dan menyelesaikan surat-surat perizinan.
1.4.3.2 Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahapan ini dilakukan penelitian langsung secara terencana dan
sistematis di daerah penelitian, dengan objek penelitian utamaberupa geomorfologi,
batuan dan struktur geologi. Pada tahap pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah:
1. Menentukan lintasan pengamatan, dimana pada tahapan ini metode yang
digunakan adalah metode lintasan. Lintasan yang dilalui merupakan deretan titik-
titik pengamatan yang diukur dari titik ke titik berikutnya, arah lintasan yang
diambil disesuaikan dengan kondisi medan di lapangan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan lintasan antara lain:
a. Lintasan sebaiknya memotong arah umum pentebaran batuan.
b. Lintasan diusahakan melalui banyak singkapan.
c. Lintasan diusahakan titik melalui daerah yang sulit dijangkau.
2. Pengambilan data lapangan, berupa deskripsi batuan secara lengkap, pengukuran
arah jurus dan kemiringan perlapisan, deskripsi indikasi struktur geologi meliputi
arah dan pola pergerakan, pembuatan sketsa dan foto, serta pengambilan conto
batuan segar yang representative. Dalam mengambil contoh batuan, ada 3 hal
yang harus diperhatikan agar diperoleh kualitas conto yang baik. Ketiga hal
tersebut adalah:
a. Contoh batuan yang diambil harus segar dan bersih, dengan demikian sebelum
conto batuan diambil, lapisan pengotor yang menutupi batuan harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengupasnya sebelum dimasukkan
kedalam kantong sampel. Juga perlu diperhatikan bahwa peralatan yang
digunakan harus bersih sebelum dipakai kembali.
b. Conto batuan harus mewakili dan selengkap mungkin, conto yang diambil
harus dibedakan antara conto dari sisipan dengan conto dari lapisan penyusun
batuan.
c. Conto batuan harus pasti, dalam arti bahwa conto yang diambil harus dikemas
dengan baik serta diberi keterangan mengenai nomor conto batuan dan lokasi
pengambilannya.
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan metode spot
smapling, yaitu conto batuan diambil pada interval dan pada suatu lapisan
batuan yang diperkirakan cukup representative. Pengambilan sampel ini
berukuran relative kecil dan dilakukan untuk menghindari kontaminasi
terhadap conto yang diambil.
3. Ploting titik lokasi pengambilan data ke dalam peta dasar, cara ini dapat
dilakukan dengan:
a. Mengamati keadaan bentangalam di sekitar titk pengamatan dan disesuaikan
dengan peta, misalnya kelokan sungai atau perpotongan sungai dengan jalan.
b. Menarik suatu garis lurus yang terarah pada suatu objek yang mudah dikenali
dalam peta, misalnya pada puncak bukit, jalan dan sungai.
1.4.3.3 Tahap Pekerjaan Laboratirium
14.3.3.1 Tahap Pekerjaan Laboratorium Paleontologi
Tahap pekerjaan laboratorium paleontologi pada fosil foraminifera planktonik
dan bentonik dilakukan untuk membantu penulisan umur dan lingkungan
pengendapan dari setiap satuan batuan. Analisis ini dilakukan pada sampel pada
sampel batuan (dengan posisi atas, tengah dan bawah). Metode yang dilakukan adalah
preparasi metode residu, dengan tahapan sebagai berikut:
1. Sampel yang terpilih diambil ± 50 gram dan ditumbuk sampai halus
2. Direndam (± 15 menit) dengan zat pelarut (H2O2) 30% ditambah 2 butir 2 NaOH,
bersihkan dengan air bersih yang mengalir di bak pencuci dan saring sampelnya,
3. Keringkan sampelnya dengan oven (100o – 150o), setelah kering amati di bawah
mikroskop dan pisahkan fosil dari materialnya.
4. Amati bentuk dan karekterisitik sifat fisik fosil, untuk menentukan mana genus
dan spesiesnya.
1.4.3.3.2 Tahap Pekerjaan Laboratorium Petrografi
Analisis petrografi dilakukan untuk mem[ermudah penamaan dan klasifikasi
batuan, ,melalui identifikasi komposisi, gejala structural, kandungan dan jenis
mineralnya. Pekerjaan analisis petrografi dilakukan melalui sayatan tipis batuan yang
diambil dari singkapan segar, bersih dan mewakili setiap batuan.
1.4.3.4 Tahap Penyusunan Laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir yang meliputi interpretasi dan rekontruksi
datayang diperoleh dari lapangan serta hasil analisis laboratorium, yang kemudian
disusun dalam bentuk peta kerangka geologi, peta pola jurus perlapisan batuan, peta
geomorfologi, peta geologi dan dalam bentuk laporan pemetaan geologi lanjut.
1.4.4 Analisis Data
1.4.4.1 Ananlisis Geomorfologi
1.4.4.1.1 Pola Pengaliran Sungai
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar
(Gambar 1.1 dan Gambar 1.2). Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu
daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur
pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut
sebagai pola pengaliran permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari pola
dasar lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat
dari pola dasar setempat.
Selain Howard, van Zuidam juga membagi pola pengaliran dengan dasar
karakterisitiknya (Tabel 1.1)
Gambar 1.1 Pola pengaliran dasar (Howard 1967, dalam van Zuidam 1985)
Gambar 1.2 Pola pengaliran dasar (Howard 1967, dalam van Zuidam 1985)
Tabel 1.1 Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)Pola
PengaliranKarakteristik
Dendritik
Bentuk umum seperti daun, berkembang pada batuan dengan kekerasan relatif
sama, perlapisan batuan sedimen relatif datar serta tahan akan pelapukan,
kemiringan landai, kurang dipengaruhi struktur geologi.
Paralel
Bentuk umum cenderung sejajar, berlereng sedang-agak curam, dipengaruhi
struktur geologi, terdapat pada perbukitan memanjang dipengaruhi perlipatan,
merupakan transisi pola dendritik dan trelis.
Trelis
Bentuk memanjang sepanjang arah jurus perlapisan batuan sedimen, induk
sungainya seringkali membentuk lengkungan menganan memotong kepanjangan
dari alur jalur punggungannya. Biasanya dikontrol oleh struktur lipatan. Batuan
sedimen dengan kemiringan atau terlipat, batuan volkanik serta batuan
metasedimen berderajat rendah dengan perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis
pola pengalirannya berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen.
Rektangular
Induk sungai dengan anak sungai memperlihatkan arah lengkungan menganan,
pengontrol struktur atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak memiliki
perulangan perlapisan batuan dan sering memperlihatkan pola pengaliran yang
tidak menerus.
Radial
Bentuk menyebar dari satu pusat, biasanya terjadi pada kubah intrusi, kerucut
volkanik dan bukit yang berbentuk kerucut serta sisa-sisa erosi. Memiliki dua
sistem, sentrifugal dengan arah penyebaran keluar dari pusat (berbentuk kubah)
dan sentripetal dengan arah penyebaran menuju pusat (cekungan).
Anular
Bentuk seperti cincin yang disusun oleh anak-anak sungai, sedangkan induk
sungai memotong anak sungai hampir tegak lurus. Mencirikan kubah dewasa
yang sudah terpotong atau terkikis dimana disusun perselingan batuan keras dan
lunak. Juga berupa cekungan dan kemungkinan stocks.
Multibasinal
Endapan permukaan berupa gumuk hasil longsoran dengan perbedaan
penggerusan atau perataan batuan dasar, merupakan daerah gerakan tanah,
vulkanisme, pelarutan gamping serta lelehan salju atau permafrost.
Kontorted Terbentuk pada batuan metamorf dengan intrusi dike, urat yang menunjukkan
daerah yang relatif keras batuannya, anak sungainya lebih panjang ke arah
lengkungan subsekuen, umumnya menunjukkan kemiringan lapisan batuan
metamorf dan merupakan pembeda antara penunjaman antiklin dan sinklin.
1.4.4.1.2 Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi
atau arsitektur permukaan bumi. Perubahan pola punggungan dan pola pengaliran
sungai bisa mengidentifikasikan kegiatan tektonik yang ada di daerah pemetaan.
Aspek- aspek morfografi diantaranya ialah :
1. Bentuklahan pedataran, memiliki kemiringan 0% - 2% terdiri atas bentuk asal
marine, bentuk asal fluvial, bentuk asal campuran (delta) dan bentuk lahan
plato.
2. Bentuk lahan perbukitan atau pegunungan, perbukitan memiliki ketinggian 50
- 500 meter dengan kemiringan 7% - 20%, sedangkan pegunungan memiliki
elevasi lebih dari 500 meter diatas permukaan air laut dengan kemiringan
lebih dari 20%. Terdiri atas bentuk lahan perbukitan intrusi, perbukitan kubah
rempah gunungapi, perbukitan karst, perbukitan memanjang dengan penyusun
batuan sedimen dan bentuk lahan pegunungan.
3. Bentuk lahan gunungapi, memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter dengan
kemiringan lereng 56% - 140%.
4. Lembah, terdiri atas lembah bentuk U, V tumpul, dan V tajam.
5. Bentuk lereng, terdiri atas bentuk lereng cembung, cekung dan lurus.
6. Pola punggungan.
1.4.4.1.3 Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari Bentuk lahan, sebagai aspek
pendukung morfografi dan morfogenetik sehingga klasifikasi kuantitatif akan
semakin tegas dengan angka-angka yang jelas. Unsur-unsur morfometri antara lain
berupa klasifikasi kemiringan lereng (ukuran kemiringan lereng serta panjang lereng),
klasifikasi ketinggian absolut, klasifikasi hubungan kemiringan lereng, relief dan
perbedaan ketinggian serta klasifikasi kerapatan pengaliran.
Perhitungan dilakukan dengan cara menggrid peta topografi 2x2 cm,
selanjutnya pada bujursangkar-bujursangkar tersebut ditarik garis diagonal yang
memotong kontur (d) dan hitung kemiringan lereng dengan rumus:
S = (n-1) x IK x 100%
d X SP
S : Kemiringan lereng
n : Jumlah kontur yang terpotong garis diagonal
IK : Interval kontur (m)
d : Panjang garis diagonal (cm)
SP : Skala peta
Hasil perhitungan dikelompokkan sesuai dengan Tabel 312 (Van Zuidam,
1985).
Tabel 1.2 Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan. (Van Zuidam, 1985).
Kelas Lereng
Proses, Karakteristik dan Kondisi lahanSimbol warna
yang disarankan.
00 - 20
(0 - 2 %)Datar atau hampi datar, tidak ada erosi yang besar, dapat diolah dengan mudah dalam kondisi kering.
Hijau tua
20 - 40
(2 - 7 %)
Lahan memiliki kemiringan lereng landai, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, pengikisan dan erosi akan meninggalkan bekas yang sangat dalam.
Hijau Muda
40 - 80
(7 - 15 %)
Lahan memiliki kemiringan lereng landai sampai curam, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, sangat rawan terhadap erosi.
Kuning Muda
80 - 160
(15 - 30 %)Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam, rawan terhadap bahaya longsor, erosi permukaan dan erosi alur.
Kuning Tua
160 - 350
(30 - 70 %)
Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam sampai terjal, sering terjadi erosi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahan - lahan. Daerah rawan erosi dan longsor
Merah Muda
350 - 550
(70 - 140 %)Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, sering ditemukan singkapan batuan, rawan terhadap erosi.
Merah Tua
> 550
( > 140% )
Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, singkapan batuan muncul di permukaan, rawan tergadap longsor batuan.
Ungu Tua
1.4.4.1.4 Morfogenetik
Morfogenetik adalah proses terbentuknya permukaan bumi akibat proses
endogen berupa tenaga atau gaya dari dalam kerak bumi dan proses eksogen, berupa
tenaga atau gaya dari luar kerak bumi seperti iklim (angin, hujan, dan perubahan
temperatur), vegetasi, dan buatan manusia sehingga membentuk dataran,
perbukitan/punggungan, lembah, gunungapi, plato, pola pengaliran, dan bentuk
lereng.
Proses endogen yang menjadi genetik antara lain: intrusi, tektonik, dan
vulkanisme. Proses intrusi akan menghasilkan perbukitan intrusi, proses tektonik
menghasilkan perbukitan terlipat, tersesarkan atau terkekarkan, sedangkan proses
vulkanisme akan menghasilkan gunungapi.
Proses eksogen sangat dipengaruhi iklim diantaranya disebut proses fisika
karena adanya erosi maupun longsoran dengan media air, angin maupun benda padat.
Proses kimia menimbulkan perubahan mineral batuan akibat pelapukan, serta proses
biologi yang diakibatkan oleh vegetasi, hewan, dan buatan manusia. Proses eksogen
cenderung merubah permukaan bumi secara bertahap, yaitu pelapukan batuan
menjadi tanah akibat proses fisika, kimia, dan biologi, erosi tanah oleh air atau angin
serta sedimentasi dicekungan-cekungan pengendapan berupa lembah sungai atau
daerah-daerah relatif datar seperti pantai.
Hasil dari analisis geomorfologi ini di masukkan ke dalam peta
geomorofologi daerah penelitian yaitu pada Lembar Peta 1.
Tabel 1.3 Warna - warna tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol satuan geomorfologi berdasarkan aspek genetik (Van Zuidam, 1985).
KELAS GENETIK SIMBOL WARNA
Bentuklahan asal struktural Ungu / Violet
Bentuklahan asal gunungapi Merah
Bentuklahan asal denudasional Coklat
Bentuklahan asal laut (Marine) Hijau
Bentuklahan asal sungai (Fluvial) Biru Tua
Bentuklahan asal glasial (Es) Biru Muda
Bentuklahan asal aeolian (Angin) Kuning
Bentuklahan asal karst (Gamping) Jingga (Orange)
1.4.4.2 Analisis Stratigrafi
Tujuan utama analisa stratigrafi adalah untuk mengetahui umur dan
mengelompokkan satuan batuan serta kesebandingan dengan formasi yang ada pada
literatur. Dari hasil kisaran umur tiap satuan batuan akan diperoleh hubungan atau
kontak antar satuan batuan sehingga dapat diketahui nama formasi batuan tersebut
dengan cara kesebandingan terhadap hasil penelitian peneliti terdahulu.
Dari data yang diperoleh di lapangan akan menghasilkan satuan-satuan batuan
yang diambil dari dominasi batuan yang ada pada daerah tersebut. Kontak antara satuan
batuan dengan batuan lain, apabila dapat ditemukan di lapangan dapat diinterpretasikan
kisaran umur satuan batuannya.
1.4.4.3 Analisis Struktur Geologi
Dalam melakukan rekontruksi struktur geologi diperlukan data lapangan yang
meliputi pengukuran arah jurus dan kemiringan lapisan batuan, pengamatan terhadap
kriteria yang ditemukan di lapangan seperti pergeseran lapisan, bidang gores garis
dan indikasi struktur lainnya.
Selain dari data lapangan juga perlu dilakukan pengamatan terhadap peta
topografi. Hal-hal yang diamati adalah adanya kelurusan, seperti kelurusan
punggungan dan kelurusan sungai dan anomali sungai. Anomali sungai adalah
keanehan yang terlihat pada pola kelurusan dan kelokannya. Adanya anomali kelokan
sungai yang melalui bidang sesar akan memperlihatkan suatu kelurusan anomaly
sepanjang aliran sungai pada bidang sesar tersebut.
Untuk membuat Peta Pola Jurus dan Perlapisan Batuan (Lembar Peta 3)
digunakan metode Free Hand, hal ini dikarenakan terdapat 3 filosofi dari Pola Jurus,
yaitu:
1. Merekontruksi bentuk bangun ruang tubuh batuan didasari dari data yang
terpecah-pecah.
2. Menghubungkan data yang satu dengan data yang lain (Stike/Dip).
3. Suatu batuan pasti menerus.
Oleh karena itu, dalam penarikan Pola Jurus, ada syarat yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Litologi harus sama
b. Selisih Dip kurang lebih 5
c. Pola jurus tidak boleh memotong pola jurus yang lain.
1.4.4.4 Analisis Petrografi
Berdasarkan peta geologi regional diketahui litologi penyusun daerah
penelitian terdiri dari tuf, batuan beku basalt, batupasir tufan, breksi, dan
konglomerat. Dengan demikian klasifikasi yang dipakai adalah, klasifikasi tuf
Schmid, 1981 (Gambar 1.3), klasifikasi batuan beku Streckeisen, 1978 (Gambar 1.4
dan 1.5), klasifikasi batupasir Pettijohn 1975, (Gambar 1.6)
Gambar 1.3 Klasifikasi tuf (Schmid, 1981 dalam Gillespie dan Styles, 1999)
Gambar 1.4 Klasifikasi batuan beku berbutir kasar (Streckeisen, 1978, dalam Gillespic dan Styles, 1999)
Gambar 1.5 Klasifikasi batuan beku berbutir halus (Streckeisen, 1978, dalam Gillespic dan Styles, 1999)
Gambar 1.6 Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn (1975)
1.5 Geografi Umum Daerah Penelitian
Luas daerah pemetaan kurang lebih 100 km2. Secara geografis terletak
diantara garis bujur 108o 25’14,5” BT sampai 108° 30’40,9” BT dan garis lintang 07°
36’26,2” LS sampai 07° 31’2,4” LS atau termasuk dalam sebagian lembar peta
Rupabumi Digital Indonesia (Bakosurtanal) No. 1308-144 dan 1308-233 dengan
skala 1:25.000.
Gambar 1.7 Peta Lokasi Daerah Penelitian
Secara administratif termasuk wilayah Desa Jadimulya, Desa Bangunkarya,
Desa Bojong, Desa Cikupa, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Langkaplancar,
Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Kecamatan Langkaplancar
sebanyak 48.833 jiwa (laki-laki : 24.679 jiwa dan perempun : 24.064). Mayoritas
penduduk hanya bersekolah sampai tingka SD. Mata pencaharian penduduk sebagian
besar adalah bertani baik di sawah maupun di darat seperti tanaman pangan dan
hortikultura, perkebunan, peternakan perikanan dan hutan rakyat. Mayoritas
penduduk memilih islam sebagai agama mereka, mesjid-mesjid ada di setiap
kampong. Namun ada beberapa penduduk yang memeluk Kristen Protestan, biasanya
mereka beretnis Tionghoa.
Kesampaian lokasi pemetaan bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan
roda dua atau kendaraan roda empat. Perjalanan dari bandung dengan menggunakan
kendaraan roda empat, melalui rute Bandung – Tasikmalaya – Banjarsari –
Langkaplancar - Bojong. Sedangkan di daerah pemetaan pencapaian lokasi singkapan
dapat menggunakan kendaraan roda dua melalui jalan desa atau berjalan kaki
menyusuri jalan setapak dan sungai-sungai.
1.5 Waktu Pemetaan dan Kelancaran Kerja
Pelaksanaan pemetaan ini dikerjakan dalam empat tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap penelitian lapangan, tahap pengolahan data, dan tahap penyusunan
laporan. Tahap penelitian lapangan dilakukan pada bulan april 2011.