BAB I Scabies

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 BAB I Scabies

    1/4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Skabies merupakan penyakit kulit menular akibat infestasi tungau

    Sarcoptes scabiei var hominis (S. scabiei) yang membentuk terowongan pada

    lapisan stratum korneum dan stratum granulosum pejamu. S. scabiei termasuk

    parasit obligat pada manusia. Skabies menjadi masalah yang umum di dunia,

    mengenai hampir semua golongan usia, ras, dan kelompok sosial ekonomi.

    Kelompok sosial ekonomi rendah lebih rentan terkena penyakit ini (Stone et

    al., 2! ).

    "iperkirakan lebih dari # juta orang di seluruh dunia terkena skabies.

    $revalensi cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan terutama di daerah

    yang padat penduduk. $ada musim dingin prevalensi juga cenderung lebih

    meningkat dibandingkan musim panas (Stone et al., 2!). "i %ra&il 'merika

    Selatan prevalensi skabies mencapai ! (Strina et al., 2#), di %enin

    'frika %arat 2!,## (Salifou et al., 2#), di kota *nugu +igeria #,

    (*modiet al., 2#), di $ulau $inang -alaysia # (ayyid et al., 2#). "i

    indonesia prevalensi skabies masih cukup tinggi. -enurut "epartemen

    Kesehatan /0 2! prevalensi skabies di 0ndonesia sebesar ,12,3 dan

    skabies menduduki urutan ketiga dari 2 penyakit kulit.

    Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga

    prioritas penanganannya rendah, namun sebenarnya skabies kronis dan berat

    dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Skabies menimbulkan

    ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi yang sangat gatal. 'kibatnya,

    penderita sering menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama

    oleh bakteri 4roup ' Streptococci (4'S) serta Staphylococcus aureus.

    Komplikasi akibat infestasi sekunder 4'S dan S. aureus sering terdapat pada

    anakanak di negara berkembang. 5aktor yang berperan pada tingginya

    prevalensi skabies di negara berkembang terkait dengan kemiskinan yang

  • 7/25/2019 BAB I Scabies

    2/4

    diasosiasikan dengan rendahnya tingkat kebersihan, akses air yang sulit, dan

    kepadatan hunian.

    6ingginya kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu

    memudahkan transmisi dan infestasi tungau skabies. 7leh karena itu,

    prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan

    kepadatan penghuni, kontak interpersonal tinggi dan kurang terjaga personal

    hygienenya seperti penjara, panti asuhan, dan pondok pesantren.

    $ondok pesantren adalah sekolah 0slam dengan sistem asrama dan

    pelajarnya disebut santri. $elajaran yang diberikan adalah pengetahuan umum

    dan agama tetapi dititikberatkan pada agama 0slam. "i 0ndonesia, sebagai

    negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, terdapat sekitar

    8.93! pondok pesantren dengan prevalensi skabies cukup tinggi antara ,!

    8!,! . Santri yang mengidap skabies terganggu kualitas hidupnya karena

    keluhan gatal yang hebat serta infeksi sekunder. Keluhan tersebut

    menurunkan kualitas hidup dan prestasi akademik santri.

    :igiene atau biasanya disebut juga dengan kebersihan adalah upaya

    untuk memelihara hidup sehat yang meliputi personal hygiene, kehidupan

    bermasyarakat dan kebersihan bekerja. Kebersihan merupakan suatu perilaku

    yang diajarkan dalam kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya

    penyakit karena pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan agar

    terjaga kesehatannya.

    $enelitian ;uthfiatun (2) menyebutkan bahwa terdapat hubungan

    antara personal hygiene dengan kejadian skabies. $ersonal hygiene yang

    buruk dapat meningkatkan kejadian skabies. "i kabupaten $andeglang

    khususnya di kecamatan cadasari terdapat ? pesantren dan salah satunya

    adalah $ondok $esantren +urul 5alah yang berada di desa Kaung

  • 7/25/2019 BAB I Scabies

    3/4

    7leh karena itu, perlu dilakukan kegiatan pengobatan skabies yang

    walaupun mudah dilakukan dengan cure rate yang tinggi, namun jika tidak

    secara masal dan serentak, maka rekurensi segera terjadi. "engan demikian,

    pengobatan skabies harus diikuti dengan penyuluhan kesehatan agar santri

    dapat mencegah rekurensi skabies.

    1.2 Pernyataan Masalah

    -asalah penyakit kulit khususnya skabies di 0ndonesia yang padat penghuni

    semakin meningkat. 5aktor pengetahuan dan perilaku khususnya personal

    hygiene sangat berperan dalam terjadinya kasus skabies. "i $uskesmas

  • 7/25/2019 BAB I Scabies

    4/4

    1." Man#aat M$n$ Pr%je&t

    -ini project diharapkan dapat>

    . =ntuk memberikan informasi kepada $uskesmas mengenai jumlah kasus

    skabies khususnya di $esantren pada "esa