Upload
hanguyet
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN
(PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas XI Semester Genap
SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2011/ 2012)
Usulan Penelitian Skripsi S-1
Jurusan Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
SRI ARIYATI
A. 410 080 173
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN
(PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas XI Semester Genap
SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2011/ 2012)
Diajukan oleh:
SRI ARIYATI
A. 410 080 173
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Idris Harta, MA, P.Hd Drs. H. Slamet HW, M.Pd
Tanggal: Tanggal:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru matematika, salah satunya
adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika. Kesulitan-kesulitan tersebut
antara lain kesulitan dalam pemahaman konsep, pemecahan masalah
(mathematical problem solving), penalaran matematika (mathematical reasoning),
koneksi matematika (mathematical conection), penerjemahan soal cerita,
komunikasi matematika (mathematical communication), dan lain-lain. Oleh
karena itu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika di Indonesia
telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak yang peduli kepada pembelajaran
matematika.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah
dengan cara pembaharuan metode atau peningkatan relevansi metode mengajar.
Berbagai konsep dan wawasan baru tentang pembelajaran di sekolah telah muncul
dan berkembang seiring pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai
pendidik yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber
daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti berkembangnya konsep-konsep baru
dalam pembelajaran tersebut (Suryosubrata, 1997).
Menurut Uno (2007) metode pembelajaran diartikan sebagai cara-cara yang
digunakan pengajar atau instruktur untuk menyajikan informasi atau pengalaman
baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan untuk kerja peserta
belajar, dan lain-lain. Metode pembelajaran dalam menjalankan fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih
bersifat prosedural yaitu berisi tahapan tertentu.
Didalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan
peristiwa yang seharusnya muncul setiap saat antara guru dengan siswa maupun
antara siswa dengan siswa. Menurut Riyanto (2002: 33) komunikasi adalah proses
dua arah yang menghasilkan perolehan informasi dan pengertian. Proses dua arah
ini merupakan dasar hakiki dari suatu informasi.
Kemampuan penalaran matematik juga sangat diperlukan untuk
membangun kemampuan matematik pada diri seorang siswa. Melihat pada
kenyataan yang ada ternyata tidak sedikit siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban
khususnya kelas XI yang merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika.
Hal itu pasti dipengaruhi oleh banyak faktor, mungkin karena kemampuan siswa
untuk menalar permasalahan secara logik masih rendah, belum ada kesiapan untuk
mengerjakan soal yang berbeda dengan contoh soal yang dibuat guru, dan bisa
juga dipengaruhi oleh faktor yang lain. Oleh karena itu siswa perlu pengalaman
untuk membuat soal dan menyelesaikannya.
Kemampuan penalaran siswa tersebut dalam menyelesaikan soal
matematika perlu ditingkatkan yaitu dengan menggunakan sebuah strategi
pembelajaran yang dapat mendukung peningkatan kemampuan penalaran
matematik. Strategi pembelajaran yang akan diterapkan adalah strategi
pembelajaran problem posing, dimana strategi pembelajaran ini digunakan
sebagai perantara untuk dapat memunculkan kemampuan penalaran matematik
siswa.
Anjuran penggunaan problem posing dalam kurikulum matematika juga
telah disampaikan oleh beberapa ahli. Schoenfeld (1992) dan NCTM (2000),
mengatakan bahwa problem posing meliputi aktivitas yang dirancang sendiri oleh
siswa dan dengan demikian merangsang seluruh kemampuan siswa sehingga
diperoleh pemahaman yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat English
(1998) dan Brown & Walter (2005) yang menjelaskan bahwa problem posing
adalah penting dalam kurikulum matematika karena di dalamnya terdapat inti dari
aktivitas matematika, termasuk aktivitas dimana siswa membangun masalah
sendiri. Beberapa aktivitas problem posing mempunyai tambahan manfaat pada
perkembangan pengetahuan dan pemahaman anak terhadap konsep penting
matematika.
Dengan strategi problem posing ini, siswa dalam kelompok diberikan
kesempatan secara terbuka untuk mengembangkan kreativitas dan
kemandiriannya. Pemilihan dan penerapan model pembelajaran problem posing
ini akan mempengaruhi cara belajar siswa yang semula cenderung untuk pasif
kearah yang lebih aktif.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan mengadakan
penelitian untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa kelas XI semester
genap di SMA Negeri 1 Mojolaban pada materi fungsi komposisi.
B. Rumusan Masalah
Apakah tindakan guru dalam proses belajar mengajar matematika melalui strategi
pembelajaran problem posing dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran
matematika.
2. Tujuan khusus
Untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran
matematika melalui strategi pembelajaran problem posing.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan penalaran
matematika siswa melalui strategi pembelajaran problem posing.
b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian – penelitian yang
sejenis.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran problem posing.
b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan khususnya bagi guru
kelas XI tentang suatu alternatif pembelajaran matematika dalam rangka
student centered melalui strategi pembelajaran problem posing.
c. Bagi siswa terutama sebagai subjek penelitian, diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam
belajar matematika secara aktif dan menyenangkan sesuai perkembangan
berpikirnya.
E. Definisi Istilah
Untuk menghindari adanya penafsiran atau pemahaman yang berbeda
tentang judul skripsi yang penulis ajukan, maka perlu ditegaskan istilah-istilah
berikut :
1. Kemampuan penalaran
Kemampuan penalaran adalah sebagai proses pencapaian kesimpulan
logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Meningkatkan kemampuan
penalaran siswa dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dalam pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ). Menurut Depdiknas (2004), indikator dari kemampuan
penalaran sebagai hasil belajar matematika adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram.
b. Mengajukan dugaan.
c. Melakukan manipulasi matematika, menarik kesimpulan, menyusun bukti.
d. Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi.
e. Menarik kesimpulan dari pernyataan.
f. Menarik kesahihan suatu argumen, menemukan pola atau sifat dari gejala
matematika untuk membuat generalisasi.
2. Problem posing
Problem posing dalam pembelajaran matematika merupakan suatu
bentuk pendekatan yang menekankan pada perumusan soal dan
menyelesaikannya, yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir
matematis atau menggunakan pola pikir matematis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian terdahulu yang
relevan, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Yenny Suzana (2004)
mengenai ”Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika
Siswa SMU Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif”. Pada
penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan penggunaan metode
pembelajaran dan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran
metakognitif lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran dengan
menggunakan metode konvensional.
Penelitian yang dilakukan oleh Yanto Permana (2005) mengenai
”Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematika Siswa SMA
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”. Pada penelitian ini menyimpulkan
bahwa kemampuan penalaran dan koneksi matematika siswa SMA melalui
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa. Selain itu siswa bersikap positif terhadap pembelajaran
berbasis masalah, guru memberikan pandangan yang positif, dan siswa aktif
selama proses pembelajaran yang berbasis masalah.
Penelitian oleh Lestari E.L. (2007) menyimpulkan bahwa ada peningkatan
penalaran siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan Realistic
Mathematic Educations (RME) dengan adanya tindakan kelas yang telah
dilaksanakan.
Ilana Lavy (2007) menyatakan bahwa strategi pembelajaran problem
posing dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa dalam belajar
matematika. Problem posing yang diberikan bisa menjadi strategi yang berharga
untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika.
Hayri Akay (2010) menyatakan bahwa problem posing memiliki efek
positif pada keyakinan dan sikap siswa terhadap matematika. Problem posing
dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan umum terhadap matematika dan
menumbuhkan sikap positif terhadap matematika.
Constantinos Christou (2005) menyatakan bahwa siswa mampu
mengajukan suatu pertanyaan matematika ketika disajikan cerita sebagai suatu
stimulus dan mereka mampu memberikan tanggapan atau jawaban.
Penulis akan melakukan penelitian ini untuk mendiskripsikan faktor-faktor
yang menyebabkan rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam menyelesaikan
soal-soal matematika serta menemukan alternatif tindakan pembelajaran dikelas
sebagai usaha meningkatkan kemampuan bernalar siswa.
B. Kajian Teori
1. Kemampuan penalaran dan hasil belajar matematika
a. Hakikat matematika
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan
dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980: 148).
Menurut Johnson dan Myklebust (Abdurrahman, 2003: 252),
matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan untuk berfikir.
Lerner (Wiyanto, 2007: 10) mengemukakan bahwa disamping matematika
sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan
gagasan dan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
matematika merupakan ilmu yang mempelajari jumlah yang diketahui
melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan
angka-angka atau simbol-simbol.
b. Konsep belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah usaha
sadar atau upaya yang disengaja untuk mendapatkan kepandaian.
Definisi belajar menurut beberapa ahli (Sadirman, 2001: 20) yaitu :
1) Cronbach: “Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience”. Artinya, belajar akan nampak dengan adanya perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
2) Harold Spears: “Learning is to observe, to read, to imitate, to try
something themselves, to listen, to follow direction”. Artinya, belajar
adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu dengan
mandiri, mendengarkan, dan mengikuti petunjuk.
3) Geoch: “Learning is change in performance as result of practice”.
Artinya, belajar adalah perubahan ketrampilan sebagai hasil dari
penampilan.
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungannya.
c. Kemampuan penalaran
Menurut Shurter dan Pierce (dalam Sumarmo, 1987: 31)
memberikan pengertian penalaran adalah sebagai proses pencapaian
kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.
Menurut Keraf (Shadiq, 2004: 2), penalaran adalah proses berpikir
yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju
kepada suatu kesimpulan.
Secara garis besar terdapat 2 jenis penalaran yaitu penalaran
deduktif yang disebut pula deduksi dan penalaran induktif yang disebut
pula induksi. Daya nalar siswa dalam mata pelajaran matematika perlu
ditumbuh kembangkan.
Menurut Nina Nur Aeni (2007), kemampuan penalaran mencakup
kemampuan menampilkan kalimat matematika dalam bentuk simbol,
kemampuan menggunakan rumus secara tepat dalam menyelesaikan soal,
kemampuan melakukan operasi hitung dengan benar, dan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan atau ide.
Menurut Ris Wiwin (2008), kemampuan penalaran mencakup
kemampuan mengajukan dugaan, kemampuan memanipulasi matematika,
dan kemampuan menarik suatu kesimpulan.
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan penalaran adalah adalah suatu proses pencapaian kesimpulan
logis melalui manipulasi matematika dan menemukan pola dari gejala
matematis untuk membuat generalisasi.
Dalam penelitian ini kemampuan penalaran dibatasi pada
kemampuan mengajukan dugaan dan ide dalam bentuk kalimat
matematika, kemampuan menggunakan rumus secara tepat dalam
menyelesaikan masalah, kemampuan melakukan operasi hitung dengan
benar, dan kemampuan menarik kesimpulan.
2. Strategi pembelajaran problem posing
a. Hakikat pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Hamalik, 2007: 57).
Pembelajaran menurut Daeng (Uno, 2006: 134-135) adalah upaya
untuk membelajarkan siswa secara implisit dalam pembelajaran terdapat
kegiatan memilih, meneapkan, dan mengembangkan metode untuk
mencapai hasil.
Siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu
sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber
belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya
membelajarkan siswa dengan mengembangkan metode yang tepat untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
b. Konsep strategi pembelajaran problem posing
Menurut Amin Suyitno (Sari, 2007: 22), strategi pembelajaran
problem posing adalah strategi pembelajaran yang mewajibkan para siswa
untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar (berlatih soal) secara
mandiri.
Amin Suyitno (Sari, 2007: 22-25) menjelaskan bahwa problem
posing diaplikasikan dalam tiga bentuk aktifitas kognitif matematika
sebagai berikut :
1) Presolution posing adalah siswa membuat pertanyaan berdasarkan
pernyataan yang dibuat oleh guru.
2) Within solution posing adalah siswa memecah pertanyaan tunggal dari
guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan
guru.
3) Post solution posing adalah siswa membuat soal yang sejenis, seperti
yang dibuat oleh guru.
Langkah - langkah pembelajaran matematika melalui problem
posing yaitu memahami soal, merencanakan langkah penyelesaian soal,
dan menyelesaikan soal tersebut.
Pembelajaran melalui strategi problem posing mempunyai
beberapa kelebihan dan kelemahan (Rahayuningsih, 2002: 18).
Kelebihan strategi pembelajaran problem posing antara lain :
1) Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut
keaktifan siswa.
2) Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa
lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.
3) Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
Sedangkan kekurangan strategi pembelajaran problem posing
antara lain :
1) Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi apa yang dapat
disampaikan.
2) Waktu yang digunakan lebih banyak untuk membuat soal dan
penyelesaiannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit.
3. Penerapan model pembelajaran problem posing pada materi fungsi komposisi.
Penerapan model pembelajaran problem posing yang dilakukan secara
kelompok pada materi fungsi komposisi adalah sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan materi fungsi komposisi kepada siswa.
b. Guru memberikan latihan soal secukupnya
c. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen, tiap
kelopok terdiri atas 4 - 5 siswa.
d. Setiap kelompok diminta menyelesaikan soal pada lembar kerja kelompok.
e. Setiap kelompok diminta mengajukan soal yang menantang, dan
kelompok yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.
f. Secara acak guru menyuruh perwakilan kelompok untuk menyajikan soal
temuannya di depan kelas.
g. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali
ketempat duduknya masing-masing.
h. Guru memberikan tugas rumah secara individual.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas dapat disusun suatu
kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang
timbul. Dalam setiap tindakan, peneliti akan mengamati kemampuan penalaran
siswa pada setiap tindakan pengajaran yang dilakukan dikelas.
Pada kondisi awal siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Mojolaban
mempunyai kemampuan penalaran matematika rendah yang bisa dilihat dari
sedikitnya siswa yang berani mengajukan ide dan dugaan, banyak siswa yang
masih salah menggunakan rumus dalam menyelesaikan masalah, banyaknya siswa
yang masih salah dalam melakukan operasi hitung, dan banyak siswa yang belum
bisa menyimpulkan pelajaran dengan benar. Hal ini dikarenakan guru masih
kurang optimal dalam memanfaatkan strategi pembelajaran. Pemilihan strategi
pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Salah satu pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan kemampuan
penalaran siswa dalam proses pembelajaran matematika adalah strategi
pembelajaran problem posing. Langkah - langkah pembelajaran matematika
melalui problem posing yaitu memahami soal, merencanakan langkah
penyelesaian soal, dan menyelesaikan soal tersebut.
Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan strategi pembelajaran
problem posing dalam proses belajar mengajar adalah dapat meningkatkan
kemampuan penalaran siswa yang ditandai dengan meningkatnya siswa yang
berani mengajukan ide dan dugaan, banyak siswa yang menggunakan rumus
dengan benar dalam menyelesaikan masalah, banyaknya siswa yang sudah benar
dalam melakukan operasi hitung, dan banyak siswa yang bisa menyimpulkan
pelajaran dengan benar.
Berdasarkan uraian diatas, kerangka berpikir penelitian ini dapat
diilustrasikan pada gambar sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran tersebut
diatas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan ” Melalui strategi pembelajaran
problem posing dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa kelas XI
semester genap SMA Negeri 1 Mojolaban ”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaborasi antara
kepala sekolah, guru matematika, dan peneliti. Penelitian tindakan ditandai
dengan adanya perbaikan terus menerus sehingga tercapainya sasaran dari
penelitian tersebut. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang
dirancang oleh peneliti. PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga
kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya siklus – siklus tersebut.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mojolaban yang
beralamat di Jalan Bathara Surya 101, Wirun, Mojolaban, Sukoharjo.
Penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa sekolah ini belum pernah
dilakukan penelitian dengan judul yang sama dengan peneliti.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada tahun ajaran
2011/2012 yaitu bulan Januari 2012.
C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti adalah guru matematika yang bertindak
sebagai subyek yang memberikan tindakan. Siswa kelas XI di SMA Negeri 1
Mojolaban tahun ajaran 2011/2012 sebagai subyek yang menerima tindakan.
Peneliti dibantu mitra guru matematika sebagai observer.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif yaitu
penelitian yang bersifat praktis, situasional, kondisional, dan kontekstual
berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Peneliti bersama mitra guru matematika berupaya memperoleh hasil yag optimal
melalui cara dan prosedur yang dinilai paling efektif, sehingga memungkinkan
adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan
kemampuan penalaran dan hasil belajar matematika. Mitra guru matematika
dalam penelitian ini dilibatkan sejak : 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan
tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Langkah-langkah penelitian dapat
diilustrasikan dalam gambar 3.1.
Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian
Modifikasi dari Kemmis dan Mc. Taggart
1. Dialog awal
Dialaog awal adalah langkah pertama dalam penelitian sebagai upaya
merekam segala peristiwa untuk mengetahui permasalahan sebagai fokus
penelitian dapat ditentukan. Selain itu bertujuan untuk mengetahui fakta-
fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada.
Putaran I
Putaran II
Dalam dialog ini peneliti bersama guru matematika melakukan
pengenalan, pernyataan ide, dan diskusi membahas masalah serta cara-cara
meningkatkan kemampuan penalaran matematika melalui strategi
pembelajaran problem posing.
2. Perencanaan tindakan
Penyusunan langkah – langkah persiapan tindakan pembelajaran terdiri
atas :
a. Mengumpulkan informasi mengenai kemampuan penalaran siswa dengan
kesepakatan antara guru dan peneliti, sehingga proses pembelajaran
dilaksanakan dengan strategi pembelajaran problem posing.
b. Membuat kesepakatan bersama dengan guru bidang studi matematika
untuk menentukan materi yang akan diajarkan.
c. Merancang program pembelajaran, yang meliputi rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan post tes.
d. Guru dan peneliti menyamakan persepsi mengenai materi yang akan
disampaikan.
3. Pelaksanaan tindakan
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, namun tindakan
tidak mutlak dikendalikan oleh rencana. Suatu tindakan yang diputuskan
mengandung berbagai resiko karena terjadi didalam situasi nyata. Rencana
tindakan harus bersifat sementara, fleksibel, dan siap diubah sesuai keadaan.
4. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dikenakan terhadap siswa. Tahap ini berjalan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan. Peneliti mengamati dan mencatat semua hal
yang diperlukan dan yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi
atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan terhadap
pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampak yang akan
terjadi terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan berupa
data kuantitatif (hasil tes yang meliputi nilai awal dan post tes). Berdasarkan
data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan analisis dan refleksi terhadap
tindakan yang telah dilakuakan.
5. Refleksi
Refleksi adalah mengingat kembali suatu tindakan seperti yang telah
dicatat oleh observer. Refleksi yang dilakukan adalah diskusi antara peneliti
dan guru matematika untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan.
Kegiatan refleksi dilakukan setiap akhir pembelajaran matematika.
Refleksi ini mencakup analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan
atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka
dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi
kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat teratasi.
6. Evaluasi
Kegiatan ini sebagai proses pengumpulan data, mengolah data, dan
menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan
tindakan. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti dari kemampuan
penalaran matematika siswa setelah dilaksanakan serangkaian tindakan.
Evaluasi penelitian dilakukan setelah tahapan refleksi terlaksana.
Tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk mengkaji hasil perencanaan,
observasi, dan refleksi pada setiap pelaksanaan penelitian.
Evaluasi yang dilakukan mencakup evaluasi tindakan, evaluasi hasil,
evaluasi penggunaan strategi pembelajaran, evaluasi keadaan siswa, dan
evaluasi lingkungan kelas. Hasil evaluasi diharapkan dapat memberi gambaran
keberhasilan tindakan yang telah dilakukan serta dapat mengetahui sejauh
mana tujuan yag telah dicapai.
7. Pengertian dan pemahaman
Kegiatan ini dilakukan dalam setiap pelaksanaan tindakan, penyajian
dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang member
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Dengan demikian, analisa
kualitatif dalam penelitian tindakan ini dilakukan semenjak tindakan-tindakan
dilaksanakan.
E. Metode Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Data
penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan penalaran
siswa serta stategi pembelajaran problem posing. Sumber data primer adalah
peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, sedangkan
data sekunder berupa data dokumemtasi. Pengambilan data dapat dilakukan
dengan metode wawancara, observasi, tes dan dokumentasi.
1. Metode wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tidak tersruktur karena penulis tidak menggunakan pedoman
wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
datanya. Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan gambaran
permasalahan yang lebih kelas.
2. Metode observasi
Metode observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis.
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui adanya
perilaku tindak belajar matematika siswa yaitu peningkatan kemampuan
penalaran siswa. Dengan observasi, dapat diketahui kegiatan siswa dalam
mempersiapkan, memperhatikan dan menanggapi penjelasan dari guru selama
proses pembelajaran berlangsung. Guru dan peneliti melaksanakan kegiatan
observasi sesuai dengan pedoman observasi yang telah ditetapkan.
3. Catatan lapangan
Dalam hal ini, catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-
kejadian penting yang muncul pada saat proses pembelajaran matematika
berlangsung. Model catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru matematika.
4. Metode tes
Metode tes dilakukan dengan pengambilan data hasil belajar
matematika melalui post tes. Adapun jenis tes yang digunakan berbentuk
essay. Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penalaran
siswa pada materi fungsi komposisi.
5. Metode dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada kegiatan pembelajaran dengan strategi pembelajaran
problem posing, buku presensi, dan lain-lain. Dokumentasi ini digunakan
untuk memperoleh data sekolah, nama siswa, dan foto proses tindakan
penelitian.
F. Instrumen Penelitian
1. Pengembangan instrumen
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama guru
matematika dengan menjaga validitas data. Berdasarkan cara pelaksanaan
dan tujuan, penelitian menggunakan observasi penuh. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran
matematika. Oleh karena itu, jenis instrumen yang digunakan yaitu lembar
observasi yang berupa pedoman observasi dan catatan lapangan, serta
lembar soal tes.
Pedoman observasi digunakan untuk menjaring data dalam proses
belajar mengajar. Peneliti akan lebih mudah mengamati kegiatan guru dan
peserta didik bila sudah disiapkan pedoman observasinya. Kegiatan yang
dijaring dalam pedoman observasi adalah berupa interaksi guru terhadap
peserta didik, peserta didik terhadap peserta didik dan peserta didik
terhadap materi ajar. Catatan lapangan digunakan untuk mendiskripsikan
segala yang dilihat, didengar, dirasa, dan dipikirkan selama dalam
pembelajaran terutama kemampuan penalaran siswa melalui strategi
pembelajaran problem posing. Soal tes digunakan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan penalaran siswa pada materi fungsi komposisi.
Penelitian ini menggunakan observasi yang observer atau peneliti
ikut ambil bagian kegiatan saat tindakan kelas berlangsung. Keterlibatan
observer dalam hal ini sangat penting karena segala sesuatu yang
mengarah pada perilaku siswa dalam pembelajaran akan dijadikan acuan
tindakan berikutnya hingga mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini lembar observasi yang digunakan dibagi
menjadi 3 bagian yaitu:
a. Observasi tindak mengajar yang disesuaikan dengan model
pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.
b. Observasi tindak belajar yang disesuaikan dengan reaksi siswa kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Mojolaban dalam pembelajaran matematika.
c. Keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun
tindak belajar yang belum tersaji sebelumnya.
Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam 2 jenis
yaitu:
a. Latihan terkontrol yang dikerjakan siswa secara berkelompok dalam
kegiatan belajar mengajar dikelas.
b. Latihan mandiri dikerjakan siswa secara individu yang digunakan
sebagai pekerjaan rumah.
Dengan demikian langkah analisis data kualitatif dalam penelitian
tindakan ini dilakukan semenjak tindakan-tindakan dilaksanakan.
2. Validitas data
Penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut
(Moleong, 2005: 330).
Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan jalan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya dalam hal ini adalah guru
matematika dan peneliti. Ini dapat membantu mengurangi kesalahan dalam
pengumpulan data.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode alur. Langkah-langkah yang harus dilalui dalam metode alur meliputi
proses analisis data, penyajian data, dan verifikasi data.
1. Proses analisis data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji kemudian membuat rangkuman
untuk setiap pertemuan atau tindakan dikelas. Berdasarkan rangkuman yang
dibuat kemudian peneliti melaksanakan reduksi data yang kegiatannya
mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
a. Memilih data atas dasar relevansi.
b. Menyusun data dalam satuan-satuan sejenis.
c. Memfokuskan penyederhanaan dan mentransfer dari data kasar ke catatan
lapangan.
2. Penyajian data
Pada langkah penelitian ini, peneliti berusaha menyusun data yang
relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki
makna tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antar
variabel, peneliti mengerti apa yang terjadi dan apayang perlu ditindak lanjuti
untuk mencapai tujuan penelitian.
3. Verifikasi data
Verifikasi data atau penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap
untuk memperoleh derajat kepercayaan tinggi. Dengan demikian analisis data
dalam penelitian ini dilakukan sejak tindakan dilaksanakan. Verifikasi data
dilakukan pada setiap tindakan yang pada akhirnya dipadukan menjadi
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahamn, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aeni, Nina Nur. 2007. ”Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Belajar Kooperatif Tipe
Jigsaw pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus”. Skripsi. Surakarta:
UMS (Tidak dipublikasikan).
Akay, Hayri. 2010. ”The Effects of Problem Posing Oriented Analyses-II Course
on The Attitudes Toward Mathematics and Mathematics Self – Efficacy of
Elementary Prospective Mathematics Teacher”. Australian Journal of
Teacher Education/ Vol. 35 No.1.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Brown, S. I., & Walter, M. I. 2005. The art of problem posing (3rd edition). New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Christou, Constantinos. 2005. ”An Empirical Taxonomy of Problem Posing
Processes. ZDM / Vol. 37 No. 3.
Depdiknas. 2004. Suplemen Bahan Penyelesaian Permasalahan Pembelajaran dan
Penelitian Hasil Belajar SMP. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
English, L. D. 1998. “Children’s Problem Posing within Formal and Informal
Contexts”. Journal for Research in Mathematics Education. Vol. 29 No.1,
hal. 83 – 107.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta : Bumi Aksara.
Lavy, Ilana. 2007. ”Problem Posing as a means for Developing Mathematical
Knowledge of Prospective Teacher”. Pshycology of Mathematics
Education/ Vol. 3, pp 129 – 136.
Lestari, E.L. 2007. ”Upaya Peningkatan Penalaran Siswa dalam Pembelajaran
Matematika melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education”.
Skripsi. Surakarta: UMS.
Permana, Yanto. 2005. Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi
Matematika Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.
http://pages-your-favourite.com/ppsupi/abstrakmat.2005.html. Diakses
tanggal 14 April 2011.
Poerwadarminto. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran sebagai suatu Bimbingan Pribadi. Jakarta:
Grasindo.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sari, Virgania. 2007. ”Keefektifan Model Pembelajaran Problem Posing
Dibanding Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Compotition) pada Kemampuan Siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri
16 Semarang dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Pokok Himpunan
Tahun Ajaran 2006/ 2007”. Skripsi. Semarang: UNNES.
Schoenfeld, A H. 1992. Learning to Think Mathematically: Problem Solving,
Metacognition, and Sense Making in Mathematics, dalam Handbook of
Research on Mathematics Teaching and Learning. New York: Macmillan.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sutama. 2011. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan
PTBK. Surakarta: CV. Citra Mandiri Utama.
Suzana, Yenny. 2004. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran
Matematika Siswa SMU melalui Pembelajaran dengan Pendekatan
Metakognitif.
http://pages-your-favourite.com/ppsupi/abstrakmat.2004.html. Diakses
tanggal 14 April 2011.
Tim MGMP Matematika. 2007. Bimasakti Matematika Untuk SMA/ MA.
Sukoharjo: Karya Pustaka.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiyanto, Yuli Tri. 2007. ”Analisis Cara Berpikir Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Negeri Potronayan 1 dalam Menyelesaikan Soal – Soal Operasi
Pembagian”. Skripsi. Surakarta: UMS(Tidak Dipublikasikan)