Upload
yudhikaiway
View
63
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam literatur, istilah lain yang sering dipakai untuk konsepsi adalah fertilisasi,
fekondasi atau pembuahan. Konsepsi menyangkut fertilisasi dan perlekatan embrio pada
dinding uterus. Fertilisasi adalah peleburan inti sel sperma dan sel telur yang terjadi di
uterus. penyatuan gamet pria dan wanita dalam keadaan normal ini terjadi di ampula,
sepertiga atas tuba uterina.
Pada coitus (persetubuhan) air mani terpencar kedalam ujung atas dari vagina
sebanyak ± 3 cc. Dalam air mani terdapat spermatozoa (sel-sel mani) sebanyak ± 100-120
juta tiap cc. Bentuk sel mani seperti kecebong dengan kepala yang lonjong dan ekor yang
panjang seperti cambuk antara kepala dan ekor masih dapat dibedakan bagian tengah atau
leher. Inti sel terdapat pada kepala sedangkan ekor berguna untuk bergerak maju. Karena
pergerakan ini maka dalam satu jam saja spermatozoa melalui canalis cervicalis dan
cavum uteri kemudian berada dalam tuba. Sel mani menunggu kedatangan sel telur, jika
kebetulan pada saat ini terjadi ovulasi, maka mungkin fertilisasi berlangsung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan spermatogenesis?
2. Apa yang dimaksud dengan Oogonium?
3. Bagaimana proses terjadinya fertilisasi?
4. Bagaimana proses terjadinya Nidasi?
5. Bagaimana tahapan pembentukan dan perkembangan pada plasenta?
6. Bagaimana proses pembentukan cairan amnion?
7. Bagaimana cara untuk menentukan usia gestasi?
8. Bagaimana tahapan pertumbuhan janin?
9. Bagaimana fisiologi dan sirkulasi darah pada janin?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui apa itu spermatogenesis
2. Untuk mengetahui apa itu oogonium
3. Untuk mengatahui proses terjadinya fertilisasi
4. Untuk mengetahui proses terjadinya nidasi
5. Untuk mengetahui tahapan pembentukan dan perkembangan pada plasenta
6. Untuk mengetahui proses pembentukan cairan amnion
7. Untuk mengetahui usia gestasi
8. Untuk mengetahui tahapan pertubuhan janin
9. Untuk mengetahui fisiologi dan sirkulasi darah pada janin.
1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses terjadinya fertilisasi dan proses
perkembangan janin pada masa kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SPERMATOGENESIS
Pada pria, sel benih primodial tetap berada pada stadium embrionalnya, di dalam jaringan
testis, dikelilingi dengan sel-sel penunjang, sampai saat sesudah lahir dan menjelang
pubertas.
Diferensasi lanjutan dari sel benih primodial dan penunjangnya baru mulai pada masa
pubertas. Pada masa pubertas, sel penunjang berkembang menjadi sel-sel sustentakuler
sertoli untuk nutrisi gamet.
Sel benih primordial berkembang menjadi spermatogonium kemudian menjadi
spermatosit primer. Spermatosit primer ini kemudian mengadakan mitosis untuk
memperbanyak hasil akhir pembelahan tersebut menjalani proses miosis pertama menjadi
spermatosit sekunder. Setelah itu spermatosit sekunder menjalani proses miosis kedua
menjadi spermatid.
(GAMBAR)
Perkembangan selanjutnya dari spermatid menjadi sel sperma dewasa disebut sebagai
spermiogenesis.
Pada proses spermiogeniesis, terjadi beberapa proses penting:
1. Badan dan inti sel spermatid menjadi “kepala” sperma.
2. Sebagian besar sitoplasma luruh dan diabsorbsi
3. Terjadi juga pembentukan leher, lempeng dan diabsorpsi
4. Kepala sperma diliputi akrosom.
(GAMBAR)
Hasil akhir proses ini adalah sperma dewasa yaitu spermatozoa.
Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel sperma akan mengandung
kromosom separuh dari induknya (44+XY) yaitu kemungkinan 22+X atau 22+Y.
keseluruhan proses spermatogenesis-spermatogenesis normal pada pria memerlukan waktu
60-70 hari.
Setelah terbentuk sempurna , spermatozoa masuk ke dalam rongga tubulus seminiferus,
kemudian akibat kontraksi dinding tubulus spermatozoa terdorong kearah epididimis.
Suasana keseimbangan asam-basa dan elektrolit yang sesuai di intratubulus dan
epididimis memberikan spermatozoa kemampuan untuk bergerak (motilitas sperma).
2.2 OOGENESIS
Pada wanita , setelah tiba di gonad, sel primordial segera berdiferensiasi menjadi
oogonium. Oogonium kemudian mengalami beberapa kali mitosis, dan pada akhir
perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel epitel
yang berasal dari permukaan jaringan gonad, yang nantinya menjadi sel folikular. Sebagian
besar oogonium mengalami mitosis dan sebagian lain berdiferensiasi dan tumbuh membesar
menjadi oosit primer.
Foliker primodial tetap pada stadiumnya (disebut fase istirahat/fase diktioten/diplotene
stage), sampai sesudah kelahiran dan menjelang pubertas. Jumlah pada saat kelahiran sekitar
700 ribu- 2 juta folikel.
Setelah tercapai pematangan folikel, oosit primer memasuki pembelahan miosis kedua
dengan menghasilkan dua sel anak yang masing-masing mengandung jumlah DNA
sebanyak separuh sel induk (23 tunggal). Tetapi hanya satu yang tumbuh menjadi oosit
sekunder , sementara sel anak lainnya hanya menjadi badan kutub (polar body) yang tidak
tumbuh lebih lanjut.
Pada saat oosit sekunder mencapai stadium pembentukan kumparan terjadilah ovulasi
dimana oosit tersebut dilepaskan dari folikel deGraaf, bersama dengan lapisan cumulus
oophorus dari sel folikular dan lapisan zona pellucida.
Kemudian, oleh gerakan kontraksi dinding tuba dan ayunan serabut-serabut fimbrae
dinding tuba, oosit tersebut ikut terbawa kearah uterus. Di dalam tuba inilah terjadinya
pembuahan dengan sel sperma.
2.3 FERTILISASI
Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (senggama/coitus), dengan ejakulasi sperma
dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani berisi sel-
sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Cairan sperma yang ditumpahkan kira-kira
3-5 cc semen dalam forniks vagina dan disekitar porsio, dengan jumlah spermatozoa antara
300-500 juta. Namun hanya beberapa ratus ribu spermatozoa yang dapat terus ke kavum
uteri dan tuba. Dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian ampula tuba. Hanya
satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitas) untuk membuahi. Dalam proses
ini setidak-tidaknya dikenal dua enzim, yaitu CPE (Corona Penetrating Enzyme) yang
mencerna korona radiata, dan hialuronidase zona pelusida.
Sedangkan ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen
fimbria infundibulum tuba kearah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus kearah
medial. Ovum ini mempunyai diameter 100 µ (0,1 mm). Ditengah-tengahnya dijumpai
nucleus yang berada dalam metaphase pada pembelahan pematangan kedua, terapung-apung
dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yang yakni vitelus. Vitelus ini mengandung
banyak zat karbohidrat dan asam amino.
Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini ditemukan sel-sel korona
radiata, dan di dalamnya terdapat ruang perivitelina, tempat benda-benda kutub. Bahan-
bahan dari sel korona radiata dapat disalurkan ke ovum melalui saluran-saluran halus di
zona pelusida. Jumlah sel –sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di ampula tuba
makin berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada
dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba.
Jika senggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut “masa subur” wanita), maka
ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur
wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulsi. Pertemuan atau penyatuan sel sperma dengan
sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi. Pertemuan ini biasanya
berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum , fusi
spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi ateri genetik. Hanya satu spermatozoa yang
telah mengalami proses kapitasi mampu melakukan penetrasi membrane sel ovum. Untuk
mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel di luar ovum) dan
zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraseluler), yaitu dua lapisan yang menutupi dan
mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul
komplemen khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian meningkat ZP3
glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang
membantu spermatozoa menembus zona pelusida.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida tejadi reaksi korteks ovum. Granula
korteks di dalam ovum (oosit sekunder) berfusi dengan membrane plasma sel, sehingga
enzim di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini
menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu
materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum
dibuahi lebih dari satu sperma.
gambar penetrasi sperma
Spermatozoa yang telah masuk kevitelus kehilangan membrane nukleusnya; yang tinggal
hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi.
Masuknya spermatozoa ke dalam vitelus membangkitkan nucleus ovum yang masih dalam
proses metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan meiosis kedua). Setelah
anaphase kemudian timbul telofase, dan benda kutub (polar body) kedua menuju keruang
perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyi pronukleus yang haploid. Pronukleus
spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid.
Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas
bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki
44 kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedang
yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh
sebagai janin laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailan pembelahan zigot. Hal ini
berlangsung karena sitoplasma ovum mengandung banyak asam amino dan enzim. Setelah
pembelahan terjadi, terjadi pembelahan-pembelahan selanjunya dan dalam 3 hari terbentuk
suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Dan
volume vitelus makin lama makin berkurang yang kemudian diisi oleh morula (gambar).
Dengan demikian zona pelusida tetap utuh, atau kata lain besarnya hasil konsepsi tetap
sama. Lalu hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-
bagian tuba yang sempit) dan uterus disalurkan kearah kavum uteri oleh getaran silia pada
permukaan sel-sel dan kontraksi tuba.
Gambar hingga terbentuk morula.
2.4 NIDASI
Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista
(lastocyst), suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya
disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblast akan
berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai
yang disebut trofoblas. Sejak trofoblast terbentuk, produksi hormone human choronoc
gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormone yang memastikan bahwa endometrium akan
menerima (resesif) dalam proses implantasi embrio.
Trofoblas mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan
endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini mengandung
banyak glikogen dan mudah dihancurkan oleh trofoblas. Decidua dibagi dalam 3 lapisan,
yaitu (1) stratum compactum (sifatnya padat), telur ada dilapisan ini, (2) stratum
spongiosum, mengandung banyak kelenjar-kelenjar dan pembuluh darah yang lebar, hingga
pada penampang berlubang-lubang menyerupai spons, (3) stratum basale, yang tidak
berubah. Nidasi diatur oleh proses yang kompleks antara trofoblas dan endometrium.
Keberhasilan nidasi dan plasenta yang normal adalah hasil keseimbangan proses antara
trofoblast dan endometrium.
Dalam perkembangan diferensiasi trofoblas , sitotrofoblas yang belum berdiferensiasi
dapat berkembang dan berdiferensiasi menjadi 3 jenis, yaitu (1) Sinsisiotrofoblas yang aktif
menghailkan hormone, (2) trofoblas jangkar ekstravili yang akan menempel pada
endometrium, dan (3) trofoblas yang invasif.
Invasi trofoblas diatur oleh pengaturan kadar hCG. Trofoblas yang semakin dekat dengan
endometrium menghasikan kadar hCG yang semakin rendah, dan membuat trofoblas
berdiferensiasi dalam sel-sel jangkar yng menghasilkan protein perekat plasenta yaitu
trophouteronectin.
Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain menghasilkan hormon human chorionic
gonadotropin. Produksi meningkat sampai kurang lebih hari ke 60 kehamilan untuk
kemudian turun lagi. Hormone inilah yang khas untuk menentukan ada tidaknya kehamilan.
Hormone tersebut dapat ditemukan di dalam air kemih ibu hamil.
Umunya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri.
Jika nidai ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan.
Setelah embrio berhasil, hasil konsepsi akan tumbuh dan berkembang di dalam
endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan dari darah dan jaringan ibu oleh suatu lapisan
sitotrofoblas (mononuclear trophoblast) di sisi bagian dalam dan sinsisiotrofoblas
(multinuclear trophoblast) di sisi bagian luar. Selanjutnya mulailah diferensiasi sel-sel
blastokista. Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk
entoderm dan yolk salt, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ectoderm dan
membentuk ruang amnion. Dengan ini terdapat suatu embrional plate yang dibentuk antara
dua ruang, yaitu ruang amnion dan yolk sac.
Embrional plate selanjutnya terdiri dari tiga lapisan, yaitu (1). sel-sel ectoderm yang akan
membentuk kulit, kuku, gigi, dan susunan saraf, (2) mesoderm akan membentuk otot, tulang,
jaringan ikat, jantung, dan pembuluh-pembuluh darah maupun limfa, dan (3) entoderm akan
membentuk usus, saluran pernapasan, kandung kencing, dan hati. Sementara itu, ruang
amnion tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion
mendekati korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan
body stalk, dan merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas. Body salk,
menjadi tali pusat. Yolk sac dan allantois pada manusia tidak tumbuh terus, dan sisa-sisanya
dapat ditemukan dalam tali pusat.
Dalam tali pusat sendiri yang berasal dari body stalk, terdapat pembuluh-pembuluh darah
sehingga ada yang menamakannya vascular stalk. Tali pusat terdapat antara pusat janin dan
permukaan foetal plasenta. Warnanya dari luar putih dan bukan merupakan tali yang lurus
tapi yang berpilin. Panjangnya ± 55 cm. (30-100 cm) dan garis tengahnya 1-1,5 cm. Dan
perkembangan ruang amnion dapat dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan
amnion. Di dalamnya terdapat jaringan lembek, sele Wharton, yang berfungsi melindungi 2
arteria umbilikalis dan 1 vena umbilikalis yang berada di dalam tali pusat. Karena sele
Wharton mengandung banyak air, maka maka setelah bayi lahir, tali pusat mudah menjadi
kering dan lekas terlepas dari pusar bayi. Kedua arteri dan vena umbilikalis tersebut
menghubungkan satu system kardiovakular janin dengan plasenta. System kardiovaskuler
janin dibentuk pada kira-kira minggu ke 10. Organogenesis diperkirakan selesai pada
minggu ke 12, dan disusul oleh masa fetal dan perinatal.
2.5 PLASENTA
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Pada manusia
plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.
Tiga minggu pasca fertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai
pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung kapiler (capillary
loops) di dalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang
dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterine. Vili korialis ini akan
bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kearah kavum uteri disebut desidua
kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; di
situ plasenta dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua
parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili korialis
dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh di chronic membrane yang
kelak menjadi korion. Selain itu, vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis
tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Yang
berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi
bertumbuh kearah kavum uteri sehingga lambat-laun menghilang, korion yang gundul ini
disebut korion leave.
Pada usia kehamilan 8 minggu (6 minggu dari nidasi) zigot telah melakukan invasi
terhadap 40-60 arteri spinalis didaerah desidua basalis. Vili sekunder akan mengapung
dikolam darah ibu, ditempat sebagian vili melekatkan diri melalui integrin kepada desidua.
Struktur Plasenta
Vili akan berkembang seperti akar pohon dimana dibagian tengah akan mengandung
pembuluh darah janin. Pokok vili (stem vili) akan berjumlah lebih kurang 200, tetapi
sebagian besar yang di perifer akan menjadi atrofik, sehingga tinggal 40-50 berkelompok
sebagai kotiledon.
Luas kotiledon pada plasenta aterm di perkirakan 11m2. Bagian tengah vili adalah stroma
yang terdiri atas fibroblas, beberapa sel besar (sel Hoffbauer), dan cabang kapilar janin.
Bagian luar vili ada 2 lapis, yaitu sinsisiotrofoblas dan sitotrofoblas, yang pada kehamilan
akhir menebal dan melipat yang disebut sebagai simpul (syncitial knots). Bila sitotrofoblas
mengalami hipertrofi, maka itu petanda hipoksia.
Transfer Plasenta
Plasenta merupakan organ yang berfungsi respirasi, nutrisi, ekskresi dan produksi
hormon. Transfer zat melalui vili terjadi melalui mekanisme difusi sederhana, difusi
terfasilitsi, aktif, fan pinositosis. Faktor-faktor yang membengaruhi transfer tersebut ialah
berat molekul, solubilitas, dan muatan ion.
Difusi sederhana juga diatur oleh epitel trofoblas, tetapi dapat terjadi seperti pada
membran semipermeabel, midalnya oksegen, akan terjadi pertukaran akibat perbedaan kadar
pada janin dengan ibu.
Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion) terjadi akibat perbedaan (gradien) kadar zat dapat
terjadi akselerasi akibat peran enzim dan reseptor, misalnya perbedaan kadar glukosa antara
ibu dan janin.
Fungsi Plasenta
Plasenta bekerja sebagai usus ialah mengambil makanan, sebagai paru-paru
mengeluarkan CO2 dan mengambil O2, sebagai ginjal zat-zat racun yang biasanya
dikeluarkan oleh ginjal seperti ureum dikeluarkan oleh placenta dan akhirnya bekerja
sebagai kelenjar buntu yang mengeluarkan hormon-hormon penting untuk kelanjutan
kehamilan.
Hormon Plasenta
Plasenta dan janin merupakan suatu kesatuan organ endokrin yang berperan
memproduksi hormon.
Hormone-hormon yang dihasilkan :
1. sintesis hormone polypeptide : human choionic gonadotropin (hCG), human placental
lactogen (hPL).
2. hormone-hormon protein: Chorionic adrenocorticotropin (CACTH), chorionic
thyrotropin (CT), relaksin, parathyroid hormone related protein (PTHrP), growth
hormone variant (hGH-V).
3. Hormone –hormon peptide : Neuropeptide-Y (NPY), inhibin, dan aktivin
4. Hypothalamus-like Releasing hormone (GnRHP).
5. Gonadotropin-rleasing hormone (GnRH), Corticotropin releasing hormone (CRH),
thyrotropin –releasing hormone (cTRH) dan Groth hormone-releasing hormone (GHRH).
hormone steroid: progesterone, estrogen.
2.6 CAIRAN AMNION
Air ketuban adalah cairan yang mengisi rongga amnion. Rongga amnion mulai terbentuk
pada hari ke 10-12 setelah pembuahan. Volume air ketuban bertambah banyak dengan
makin tuanya umur kehamilan.pada umur kehamilan 12 minggu volumenya ± 50 ml, dan
pada 20 minggu antara 350-400 ml. pada 36-38 minggu kira-kira 1 liter. Seterusnya
volumenya menjadi berkurang pada kehamilan possterm tidak jarang menjadi kurang dari
500 ml.
Air ketuban berasal dari transudasi plasma maternal, masuk menembus selaput yang
melapisi plasenta dan tali pusat. Pada kehamilan lanjut urin janin ikut membentuk air
ketuban. Dengan demikian kreatinin, urea dan asam urat dalam air ketuban menjadi makin
tinggi dengan makin tuanya umur kehamilan.
Fungsi air ketuban adalah:
1. Agar janin dapat bergerak dengan bebas,
2. Menjaga temperature,
3. Mencegah trauma langsung,
4. Mencegah perlengketan janin dengan selaput ketuban,
5. Pada persalinan ikut membantu dilatai serviks.
6. Dari air ketuban ini pula maturitas janin, kelainan-kelainan bawaan diperiksa (dengan
melakukan amniosentesis)
janin pada akhir kehamilan minum ± 400-500 mi air ketuban sehingga sebagai
kompensasinya ia harus kencing sebanyak itu. Bila terjadi gangguan baik dalam proses
menelan atau kencing janin, terjadilah gangguan volume air ketuban. Bila pada saat
aterm volume air ketuban kurang dari 500ml, ini disebut oligohidramnion, dan bila lebih
dari 2000 ml disebut polihidramnion atau hidramnion saja. Oligohidramnion sering
terdapat pada agnesis ginjal, sedang polihidramnion pada atresia esophagus janin atau
diabetes mellitus pada ibu.
2.7 PENENTUAN USIA GESTASI
Pada suatu kehamilan, dokter kebidanan biasanya menghitung usia gestasi berdasarkan
usia menstruasi. Secara rata-rata, waktu yang berlalu antara hari pertama menstruasi terakhir
sampai lahirnya janin adalah 280 hari atau 40 minggu, yang terdiri dari 28 hari.
Lebih tepat kalau kita menghitung umurnya janin dari saat konsepsi. Walupun begitu
konsepsi tak jauh dari ovulasi, paling-paling berbeda beberapa jam.
Ovulasi terjadi ± 2 minggu sebelum haid y.a.d.; jadi pada cyclus 4 minggu yang teratur
ovulasi terjadi ± 2 minggu setelah haid terakhir.
Maka kalau dihitung dari saat ovulasi lamanya kehamilan 38 minggu atau 266 hari.
Untuk cyclus 5 minggu maka ovulasi terjadi ± 3 minggu setelah haid terakhir, jadi
persalinan akan terjadi 38 minggu kemudian, atau dengan perkataan lain kehamilan
berlangsung 41 minggu.
Saatnya persalinan ditentukan dengan hukum NAEGELE:
Haid terakhir : 9 - 8 - 1967
(+7) (-3)(+1) (=±280hari)
Tanggal persalinan : 16-5-1968
Saat persalinan tergantung pada saat ovulasi, maka karena saat ovulasi ditentukan juga
oleh lamanya siklus, maka hokum Neagele hanya berlaku untuk siklus ±28 hari.
Kalau siklusnya panjang maka ovulasi juga lebih jauh dari hari pertama haid terakhir dan
persalinan juga akan jauh dari haid terakhir.
Gambar fiSiologi warna biru hal 127
Jadi untuk siklus 35 hari hukum Naegele menjadi:
Haid terakhir : 9 - 8 - 1967
(+14) (-3) (+1)
Tanggal persalinan : 23 – 5 1968
kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu dari haid terakhir disebut: cukup bulan
(matur, aterme). Persalinan sebelum kehamilan 37 minggu, ialah antara 28 minggu dan 37
minggu disebut: partus praematurus.
Small for date baby ialah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari usia
kehamilannya. Jika persalinan terjadi setelah 42 minggu disebut Partus serotinus.
Dengan bertambah majunya ilmu pediatrik, maka batas-batas abortus dan partus juga
mengikuti kemajuan ini.
Abortus : berat badan anak kurang dari 500 gr
Tuanya kehamilan kurang dari 22 mg
Partus immaturus bila berat badan anak antara 500-1000 gr.
Tuanya kehamilan antara22 mg – 28 mg
Partus praematurus bila berat badan anak antara 1000-2500 gr.
Tuanya kehamilan antara 28 mg -37 mg
Partus matures bila berat badan anak lebih dari 2500 gr.
Tuanya kehamilan antara 37 mg-42 mg
Partus serotinus, Tuanya kehamilan lebih dari 42 mg.
2.8 PERTUMBUHAN JANIN
Umur janin yang sebenarnya, harus dihitung saat fertilisasi atau karena vertilisasi selalu
berdekan dengan ovulasi sekurang-kurangnya dari saat ovulasi.
Dari 0-2 minggu setelah fertilisasi disebut ovum. 3-5 minggu disebut embryo (mudigah).
Lebih dari 5 minggu disebut foetus (janin) yang sudah mempunyai bentuk manusia.
Dalam praktek, tuanya kehamilan dihitung dari haid yang terkahir jadi ada perbedaan ± 2
minggu dengan umur yang di tentukan dari ovulasi. Lagi pula tuanya kehamilan dihitung
dalam bulan, masing-masing dari 4 minggu. Jadi kehamilan 3 bulan sama dengan kehamilan
12 minggu.
Pertumbuhan janin pada akhir tiap bulan (dari 4 minggu)
Akhir bulan 1:
Badan bayi sangat melengkung, panjangnya 7,5-10 mm, kepalanya 103 dari seluruh
mudigah. Saluran akan menjadi jantung terbentuk dan sudah berdenyut. Dasar-dasar tractus
digestivus sudah Nampak, permulaan kaki dan tangan benrbentuk tonjolan.
Akhir2 bulan:
Mukannya sudah jelas berbentuk muka manusia dan sudah mempunyai lengan dan
tungkai dengan jari tangan dan kaki. Alat kelamin sudah nampak walaupun belum dapat
ditentukan jenisnya. Panjangnya ±2,5 cm.
Akhir 3 bulan:
Panjangnya 7-9 cm, sudah ada pusat-pusat pertulangan, kuku sudah ada dan jenis
kelaminnya sudah dapat ditentukan. Janin sudah bergerak tapi sedemikian halusnya
pergerakan ini hingga belum dapat dirasakan oleh ibu. Ginjal sudah membentuk sedikit air
kencing.
Akhir 4 bulan:
Panjangnya 10-17 cm, beratnya 300 gr. Alat kelamin luarnya sudah dapat menentukan
jenisnya. Kulit ditumbuhi rambut yang halus (lanugo). Pergerakan anak mungkin sudah
dapat dirasakan oleh ibu.
Akhir 5 bulan:
Panjangnya 18-27 cm, beratnya 300 gr. Bunyi janjungnya sudah dapat di dengar.Kalau
lahir sudah berusaha untuk bernafas.
Akhir 6 bulan:
Panjangnya 28-34 cm, beratnya 600gr. Kulitnya keriput dan lemak mulai di timbun di
bawah kulit. Kulit tertutup oleh vernix caseosa yang bermaksud untuk melindungi kulit.
Akhir 7 bulan:
Panjangnya 35-38 cm, beratnya ±1000 gr. Kalau lahir dapat hidup di dunia luar,
walaupun kemungkinan untuk hidup terus masih kecil. Kalau menangis mengeluarkan suara
yang lemah.
Akhir 8 bulan:
Panjangnya 42,5 cm dan beratnya 1700 gr. Permukaan kulit masih merah dan keriput
seperti kulit orang yang tua.
Akhir 9 bulan:
Panjangnya 46 cm, dan beratnya 2500 gr. Karena sudah ada lapisan lemak dibawah kulit,
ia sudah berisi.
Akhir 10 bulan:
Janin sudah cukup bulan (matur,aterme). Panjangnya 50 cm, beratnya 3000 gr. Bayi laki-
laki biasanya lebih berat dari pada bayi wanita. Kulitnya halus dan hampir tidak ada lanugo
lagi. Pada kulit masih terdapat vernix caseosa ialah campuran sel-sel epithel kulit, lanugo
dan secret kelenjar lemak. Kepala ditumbuhi rambut. Kuku melebihi ujungj ari. Pada laki-
laki testis sudah ada dalam scrotum dan pada wanita labia majora menutupi labia minora.
Dalam 5 bulan pertama panjangnya janin dalam cm. adalah kwadrat dari umur kehamilan
dalam bulan dan setelah bulan ke lima umurya dalam bulan dikalikan dengan 5 (menurut
HAASE)
Berat badan dapat juga membantu dalam menentukan umur janin.
Umur dalam bulan Panjangnya dalam cm
(menurut HAASE)
Beratnya dalam gr.
(menurut STRUBER)
1 bulan 12=1 -
2 bulan 22=4 1,1
3 bulan 32=9 14,2
4 bulan 42=16 108,0
5 bulan 52=25 316
6 bulan 6x5 =30 630
7 bulan 7x5=35 1045
8 bulan 8x5=40 1680
9 bulan 9x5=45 2478
10 bulan 10x5=50 3405
2.10 FISIOLOGI JANIN
Karena kuning telur hanya sedikit sekali dalam telur, maka dari permulaan anak harus
ambil makanan dari ibu. Setelah implantasi, endometrium yang dicairkan oleh enzyme
trofoblast menjadi bahan makanan, selanjutnya janin mengambil makanan dari darah ibu.
Peradaran Darah Janin
Darah janin dialirkan ke placenta melalui aa. Umbilicales dan di sini dimuat dengan
bahan makanan berasal dari darah ibu. Darah ini masuk kedalam badan janin melalui vena
umbilicalis yang bercabang dua setelah memasuki dinding perut janin.
Cabang yang kecil bersatu dengan vena porta, darahnya beredar dalam hati dan kemudian
melalui vena hepatica kedalam vena cava inferior. Cabang satunya ialah ductus venosus
Arantii yang langsung masuk kedalam vena cava inferior.
Dengan demikian vena cava inferior setelah dimasuki darah vena hepatica dan darah
ductus venosus Arantii mengandung darah “bersih”, tapi dicampuri darah kotor dari anggota
bawah janin.
Darah dari v. cava inferior setelah masuk kedalam serambi kanan sebagian masuk
keserambi kiri melalui voramen ovale, dan sebagian mengalir kedalam bilik kanan bersama-
sama dengan darah vena cava superior yang membawa darah dari kepala dan anggota atas.
Darah dari bilik kanan masuk kearteri pulmonalis, tetapi sebelum sampai keparu-paru
sebagian dialirkan keaorta melalui ductus arteriosus Botalli.
Sebagian kecil pergi keparu-paru dan melalui vena pulmonalis masuk keserambi kiri dan
bersama dengan darah dari vena cava inferior masuk kedalam bilik kiri dan terus ke aorta.
Darah yang keparu-paru bukan untuk pertukaran gas tetapi untuk memberi makanan
keparu-paru yang sedang tumbuh.
Darah aorta di sebarkan kealat-alat badan, tetapi darah banyak menuju ke
aa.Hypogastricae (cabang dari arteri liaca communis) lalu ke aa. Umbilicales dan
selanjutnya ke placenta.
Jadi darah yang beredar dalam janin selalu bersifat “darah campuran” dan isi vena cava
inferior lebih bersih dari isi aorta.
Setelah anak lahir, maka karena anak bernafas terjadilah penurunan tekanan dalam art.
Pulmonalis, sehingga banyak darah mengalir ke paru-paru.
Ductus arteriosus botalli tertutup 1-2 menit setelah anak bernafas.
Dengan terguntingnya tali pusat, maka darah dalam v.cava inferior berkurang dan dengan
demikian juga tekanan dalam serambi kanan berkurang , sebaliknya tekanan dalam serambi
kiri bertambah karena darah yang datang dari paru-paru bertambah, akibatnya ialah
penutupan foramen ovale.
Sisa ductus arteriosus botalli disebut ligamentum arteriosum dan dari ductus arantii
menjadi ligamentum teres hepatis dan dari aa. Umbilicales menjadi ligamentum vesico
umbilicale laterale kiri dan kanan.
Telah dikatakan bahwa O2 janin rendah dibandingkan dengan orang dewasa. Untuk
mengimbangi keadaan ini peredaran darah janin lebih cepat, kadar Hb janin tinggi (sampai
18 gr%) dn erythrocytnya banyak (5,5 juta per mm3).
Hb janin sedikit berbeda dari Hb orang dewasa
Hb janin terutama terbuat dalam hati sedangkan Hb orang dewasa pada sum-sum merah.
Hb janin lebih mudah mengambil dan menyerahkan O2 dari pada orang dewasa.
Hb janin baru di ganti seluruhnya oleh Hb biasa pada umur 4 bulan atau leblih.
Selama janin dalam Rahim ternyata ia sudah melakukan pernafasan. Pergerakan ini rupanya
perlu untuk perkembangan pembuluh darah paru-paru. Jadi pernafasan setelah anak lahir,
sebetulnya hanya lanjutan gerakan pernafasan intrauterine.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Konsepsi adalah peleburan inti sel sperma dan sel telur wanita yang terjadi di
uterus. Yang dalam keadaan normalnya hal ini terjadi di ampula, sepertiga atas tuba
uterina. Setelah bersatunya sperma dan ovum dan jadilah tahapan-tahapan pembuahan.
sel telur pun kemudian di bawa ke uterus untuk mengalami proses implantsi. Yang
kemudian tumbuh menjadi janin di dalam perut ibu.