Upload
vokiet
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem pencernaan: HIL
Oleh: Iwan Sain, S.Kp, M.Kes
1. Konsep Medis
A. Pengertian
Hernia Ingunalis Lateral adalah hernia yang melalui alunus ingunalis
intermus/lateralis menyelusuri kanalis ingunalis dan keluar dari rongga perut
melalui analus ingunalis ekserna/medilis (Mansjoer A, 2000).
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut
saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot yang
memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada prinsipnya fungsi utama
sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh yang
diperoleh melalui proses Ingestion yang terjadi pada saat mulai intake
makanan masuk kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa mencerna
makanan dimulai dalam lambung dan usus halus dan Absorption yang
terjadi terutama dalam usus halus dan juga dalam usus besar. Proses
eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan.
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ
beserta kelenjar yang terkati dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sedangkan organ-organ
yang berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu.
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 1
7
Faktor psikologis atau emosi seperti stress dan kecemasan akan
mempengaruhi fungsi-fungsi GI. Stress dapat dimeanifestasikan sebagai
anoreksia, nyeri epigastrium dan abdomen, atau diare. Faktor fisik yang dapat
mempengaruhi fungsi-fungsi GI seperti intake diet, mengkonsumsi
minuman/makanan yang beralkohol atau caffeine, merokok, kelemahan.
Beberapa gangguan organik yang mempengaruhi misalnya penyakit peptic
ulcer, ulceratisi colitis yang dapat menyebabkan gangguan GI.
Struktur dan Fungsi Sistem GI
Saluran GI merupakan tabung sepanjang 9 meter yang berentang
mulai dari mulut sampai ke anus. Pada umumnya saluran ini terdiri dari 4
lapisan yaitu mulai dari dalam lapisan mukosa, submukosa, otot dan serosa.
Saluran GI diaktifkan oleh sistem saraf otonom yaitu saraf
parasimpatis, sedang saraf simpatis bersifat menghambat sistem GI. Misalnya
adanya peristaltik yang meningkat karena perangsangan /stimulasi saraf
parasimpatis dan terjadi penurunan akibat stimulasi saraf simpatis.
Sistem GI dan organ yang terkait (organ asesoris) rata-rata
memperoleh cardiac output sebanyak 25 % sampai dengan 30 %. Sirkulasi
dalam sistem GI terutama pada aliran darah vena dimana Sistem GI
mengalirkan darah vena melalui vena portal. Bagian atas sistem GI menerima
darah dari arteri splanikus. Usus halus menerima darah dari cabang arteri
hepatik dan arteri mesenterika superior. Usus besar menerima darah
terutama dari arteri mesenterika superior dan inferior.
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 2
Dua jenis gerakan saluran GI yaitu mencampur dan mengaduk.
Gerakan ini menyebabkan teriadinya segmentasi dan peristaltik. Sekresi dari
sistem GI yang terdiri dari enzim dan hormon untuk mendukung pencernaan,
dan mukus akan memberikan perlindungan dan melunakkan, juga air dan
elektrolit.
Organ abdominal dibungkus oleh peritoneum. Terdapat 2 lapisan
yaitu peritoneum parieteal yang merupakan dinding dari rongga peritoneum
dan peritoneum visceral yang membungkus organ abdomen. Berikut ini akan
diuraikan sistem pencernaan tersebut sebagai berikut:
a. M u l u t
Rongga mulut dibentuk oleh pipi, langit-langit keras, dan langit-
langit lembut. Lidah pada bagian dasar rongga mulut. Bibir merupakan
jaringan penutup yang terdapat pada bagian depan mulut yang berfungsi
membuka/menutup mulut.
Fungsi mulut adalah :
1. Mengunyah
2. Sekresi saliva dari kelenjar parotis, sublingual, dan submandibularis
3. Menelan yang merupakan aktifitas refleks gerakan makanan dalam
mulut melalui faring kedalan esofagus. Makanan ini berupa bolus.
b. Esofagus
Esofasgus merupakan saluran berotot yang terletak dibagian
belakang trakhea dan laring. Dibagian bawah dari esofagus terdapat
sphincter yang befungsi mencegah aliran balik isi lambung ke esofagus.
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 3
Fungsi esofagus adalah adalah Menerima bolus dari faring dan
menyalurkan kedalam lambung.
c. Lambung
Lambung terletak di bagian kuadran kiri atas dari abdomen dan
mempunyai kapasitas kira-kira 1500 mL. Terdapat 3 bagian utama yaitu
fundus, badan dan antrum. Pylorus adalah bagian kecil dari antrum
Fungsi lambung adalah :
1. Mencerna makanan secara mekanikal.
2. Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000
mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu
mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik
yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein
dirobah menjadi polipeptida
4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,
alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5. Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam lambung
oleh HCL.
6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung)
kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum,
akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 4
d. Usus Halus
Panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2.5 cm. Berentang
dari sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus dibagi dalam
duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum panjangnya 25 cm, jejenum 2.5
m dan ileum 3.5 m.
Bagian mukosa dan submukosa yang disebut villi yang dapat
meningkatkan area permukaan usus guna memungkinkan absorpsi
maksimal. Setiap villus dikelilingi oleh jaringan kapiler dan pembuluh
limfe yang disebut Lacteal. Lacteal akan mengabsorpsi lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak.jaringan kapiler akan mengabsorpsi nutrisi yang
lain dan air.
Fungsi usus halus adalah :
1. Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum akan
mensekresi mukus guna melindungi mukosa usus.
2. Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell) mensekresi
sucrase, maltase, lactase dan enterokinase yang bekerja pada disakarida
guna membentuk monosakarida yaitu peptidase yang bekerja pada
polipeptida, dan enterokinase yang mengaktifkan trypsinogen dari
pankreas.
3. Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin,
secretin, dan enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu, pancreatic
juice, dan gastric juice.
4. Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati
masuk kedalam duodenum. Pencernaan secara kimiawi terutama terjadi
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 5
dalam jejenum yang siap untuk diabsorpsi kedalam kapiler darah dan
lacteal dari villi. Karbohidrat oleh enzim amilase (berasal dari saliva dan
pankreas) menjadi disakarida (sukrosa, maltosa dan laktosa), yang oleh
sucrase, maltase dan lactase menjadi monosakarida (fruktosa, glucosa,
dan galaktosa). Protein, oleh enzim pepsin (dari lambung) dan trypsin
(dari pankreas) menjadi peptida, yang oleh peptidase (dari usus halus)
menjadi asam amino.Lemak, oleh empedu diemulsikan, dan selanjutnya
oleh lipase menjadi monogliserida dan asalm lemak bebas.
5. Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usu kedalam kapiler
darah dan lacteal dari villi.
6. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan
mencampur disebabkan oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada usus
menyebabkan chyme kontak dengan villi untuk diabsorpsi. Peristaltik
akan mendorong chyme melalui saluran dengan rata-rata 1 – 2 cm per
menit. Chyme tinggal dalam usus halus selama 3-10 jam, dan zat sisa
akan bergerak kedalam usus besar.
Stimulasi oleh sistem simpatis akan menghambat motilitas dan
aktifitas sekresi usus halus. Sistem parasimpatis terutama saraf vagus(N
X) akan meningkatkan tonus otot intestinal, motilitas, dan proses
pencernaan.
e. Hati
Adalah organ terbesar yang terdapat dalam rongga abdomen, yang
pada orang dewasa kira-kira seberat 1,37 kg. Letaknya pada hipokondria
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 6
kanan dan area hipogastik. Unit fungsional dari hati disebut lobulus yang
mengandung hepatosit (sel hati) yang ada disekitar vena sentral hati. Kapiler
(sinusoid) berlokasi diantara hepatosit dan bersama dengan sel Kuffer yang
mempunyai fungsi pagosit (mengeluarkan bakteri dan toksin dari tubuh).
Saluran empedu interlobaris membentuk kapiler empedu (canaliculi). Sel
hepatik akan mensekresi empedu kedalam canaliculi.
Sistem sirlulasi portal (enterohepatic) membawa darah yang
berasal dari lambung, usus, limfa, dan pankreas. Darah masuk kedalam hati
melalui vena portal..
Fungsi :
Menghasilkan , menyimpan dan mentransfortasi serta ekresi
sejumlah substan/zat yang diperlukan dalam :
1. Metabolisme karbohidrat yaitu mengkonversi glucose menjadi glycogen
(glygenesis),
2. Metabolisma protein yaitu sintesa asam amino nonessential, sintesa
plasma protein, sintesa faktor-faktor pembekuan, dan mem urea dari
NH3
3. Metabolisme lemak yaitu mensintesa lipoprotein, memecahkan
triglyserida menjadi asam lemak dan gliserol, membentuk ketone bodies,
mensintesa asam lemak dari asam amino dan glucose, mensintesa dan
memecahkan sholesterol.
4. Detoksifikasi : menginaktivasi obata-obatan dan zat lainnya serta
mengekresi zat-zat yang tidak diperlukan
5. Memproduksi empedu : membentuk empedu yang mengandung garam
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 7
empedu, pigmen empedu dan cholesterol (empedu dihasilkan setiap hari
sekitar 1 liter).
6. Menyimpan : Glucose dalam bentuk glycogen, vitamin yang larut dalam
lemak (A,D,E,K) dan yang larut dalam air (B1, B2, Cobvalamin, Vit C),
asam lemak, mineral –mineral, asam amino dalam bentuk albumin dan
( globulin.
7. Sistem pagosit (sel kuffer) : memecahkan eritrosit yang sudah tua,
eritrosit, bakteri, dan partikel lainnya, memecahkan hemoglobil dari
eritrosit kedalam bilirubin dan biliverdin.
f. Usus Besar
Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata
panjangnya 1,5 m. Usus halkus terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum.
Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi
menjadi colon ascending, colon transversal, colon descending, dan
bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah rectum dan anus.
Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk mengontrol
pembukaan anus.
Fungsi utama usus besar adalah :
1. Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltik akan
menggerakkan zat sisa menuju kebagian distal.
2. Sekresi. Pada umunya memproduksi mukus yang melindungi mukosas
akan tidak mengalami injury, melunakkan feces yang memungkinkan
bergerak dengan lancar kearah pelepasan dan menghambat pengaruh
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 8
pembentukan keasaman oleh bakteri.
3. Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan
mengabsorpsi 90 % air dan garam dan mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
4. Mensintesa vitamin. Bakteri pada uisus halus akan mensintesa vitamin K,
thiamin, riboflavin, vitamin B12, dan folic acid.
5. Membentuk feces. Feces terdiri dari ¾ air dan ¼ massa padat. Massa padat
termasuk sisa makanan dan sel yang mati. Pigmen empedu memberikan
warna pada feces. Dan menstimulasi gerakan isi usus kearah pelepasan.
6. Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh keluar.
Pada saat feces dan gas berada dalam rektum, tekanan dalam rektum
meningkat, menyebabkan terjadinya refleks defekasi.
Kanalis Inguinalis
Pleksus saraf dalam dinding usus besar akan mempertahankan tonus
otot secara kontinu pada usus besar dan menstimulasi gerakan usus. Impuls
saraf parasimpatis dari saraf vagus menstimulasi bagian proksimal colon.
Kanalis Ingunalis pada pria berisi funikulus spermatikus dan pada
wanita berisi ligamentum rotundum.
Batas kanalis ingunalis :
1. Anulus ingunalis internus berada di eraniolateral yang merupakan bagian
terbuka dari fasia transveralis dan poneurosis transverses abdominis.
Annulus internus terletak di pertengahan antara SIAS dengan tuberkulum
pugikan dan 1 jari dari di atas ligamentum ingunalis.
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 9
2. Anulus ingunalis eksternus berada di eaudomedil, diatas tuberlakum
pugikum yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus
eksternus.
3. Atapnya adalah aponeurosis M. oblikus eksternus.
4. Dasarnya terdapat ligametum ingunalis.
Trigonum hasselbach, merupakan daerah yang dibatasi:
a). Inferior oleh ligamentum ingunalis.
b). Di bagian lateral oleh vasa efigastrika inferior.
c). Di bagian medial oleh tepi lateral m rektur abdominis.
d). Dasarnya dibentuk oleh ransverses.
C. Etiologi
Kongential terjadi akibat prosessus vaginalis perisisten disertai dengan
annulus yang terbuka lebar.
Terutama ditemukan adanya faktor kausal yang berperan untuk
timbulnya Hernia:
1. Prosesus vaginalis yang cepat terbuka
2. Peninggian tekanan intraabdomen
a. Pekerjaan mengangkat barang-barang berat
b. Batuk kronik: bronchitis kronik, TBC
c. Hipertropi prostat, stikter ureta, konstipasi, asites
3. Kelemahan otot dinding perut
a. Usia tua, sering melahirkan
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 10
b. Kerusakan, N Mouguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi
(bedah digestif)
D. Insiden
Hernia ingunalis pada bayi dan anak sekitar 1-2 %, sisi kanan
biasanya lebih sering (60 %) dibanding sisi kiri (20 %) dan bilateral
sebanyak 10-15 % Hernia ingunalis lateralis hampir selalu disebabkan
oleh peninggian tekanan intraabdominal dan kelemahan otot dinding perut.
Umumnya terjadi bilateral, khususnya pria tua. Hernia ini jarang
menimbulkan inkarserasi.
E. Patofisiologi
Kanalis ingunalis adalah kanal yang normal pada bulan ke-8
kehamilan terjadi testis melalui kanal tersebut.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosessus ini lebih
mengalami obiterasi sehingga ini rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup.
Bila prosessus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi),
akan timbul Hernia ingunalis congenital. Pada orang dewasa kanalis
tersebut telah tertutup, namun karena lokus minoris resistensie, maka
keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat kanal
tersebut dapat terbuka kembali Hernia ingunalis lateralis.
F. Manifestasi Klinik
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 11
Umumnya pasien mengatakan turun berok atau kelingsir atau
mengatakan adanya benjolan diselengkangan.kemaluan, benjolan tersebut
biasa mengecil atau menghilang pada waktu tidur, dan bila menangis
mengejam atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri
dapat timbul kembali. Bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri.
Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta
mengejam dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan.
Bila massa tersebut menyentuh jari maka itu adalah Hernia ingunalis
lateral, sedangkan bila sisi jari maka diagnosanya adalah Hernia ingunalis
medialis.
G. Test Diagnostik
Lab : Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran diferensial.
1. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
2. Pemeriksaan ronsen abdomen untuk mendeteksi penyebab lain
3. Ronsen data untuk mengesampingkan pneumonia
(Tucker, 1999)
H. Penatalaksanaan Medik
Operatif merupakan satu pengobatan yang rasional, untuk Hernia
prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan herniorafi.
1. Konservatif seperti pemberian sedatif. Kompres, posisi tidur
Trandelenburg hanya ditujukan pada hernia kanal.
2. Pembedahan
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 12
a. Herniotomi : kantong hernia dibuka dan didorong kedalam rongga
abdomen kantong proximal dijahit, ikat stangulasi, mungkin
dipotong, kantong distal dibiarkan.
b. Herniorafi : setelah heniotomi dilakukan tindakan memperkecil
annulus internus diperkuat dinding belakang kanalis ingunal ini
penting untuk mencegah terjadinya residif.
II. Konsep Keperawatan
A. Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang profesional yang
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, bentuk pelayanan bio, psiko, social dan spritual yang
komphrehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia.
Proses keperawatan adalah suatu sistem yang mempunyai 5 tahap yaitu
pengkajian, Diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
B. Proses keperawatan pada klien Hernia
1. Pengkajian :
a) Preoperasi
1) Kemerahan, padat, nyeri, globular, bengkak yang tidak
berkurang pada lipatan paha.
2) Rewel karena nyeri
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 13
3) Anoreksia
4) Muat muntah
5) Distensi abdomen
6) Tak ada peristaltic Usus.
7) Dehidrasi
8) Jika saluran usus mengalami isekemik atau gangren akan
mengakibatkan syok, deman, tak ada bising usus, dan asidosis
metabolik
b) Pasca Operasi
1) Nyeri abdominal, tiba-tiba hilang dan nyeri pada perforasi
diikuti dengan peningkatan nyeri menyebar
2) Posisi miring dengan lutut fleksi memberikan rasa nyaman
yang maksimal.
3) Distensi abdomen secara progrersif.
4) Muntah (mungkin terjadi setelah serangan nyeri).
5) Diare atau konstipasi.
6) Penurunan atau hilangnya bising usus.
7) Demam.
8) Takipnea.
9) Pucat atau kemerahan.
10) Peka rangsang.
11) Gelisah dan dehidrasi (Tucker, 1999)
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 14
2. Dampak Pasca Operasi Hernia Terhadap Kebutuhan Dasar
Manusia:
Hernia
↓Post operasi
↓
Terputusnya kontuinitas jaringan
↓
Mengeluarkan zat-zat proteolitik(Bradakinin, histamine dan prostaglandin)
↓
merangsang ujung-ujung syaraf tepi
↓
dihantarkan oleh afferent 1-2 segmen di dorsalrool menuju hipotalamus
↓
Dikembalikan oleh syaraf efferent
↓
Persepsi nyeri
↓
aktivitas dibatasi
↓
gerakan terbatas
↓
Kurang Perawatan Diri
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 15
↓Luka terbuka
↓
Port D’ Entry
↓
Resiko infeksi
↓Perubahan
status kesehatan
↓
Stressor pada klien
↓
Koping tak efektif
↓
Kecemasan
Perawatan di rumah
Kurangnya informasi
Kurang pengetahuan
Penatalaksanaan di rumah
Kerusakan Jaringan
Resiko tinggi terhadap komplikasi
c. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis adalah:
1. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian
preoperasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek
pembedahan.
2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan terhadap komplikasi
berhubungan dengan pembedahan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi pada retensi perkemihan akut, insisi
dan pembedahan dan inflamasi skrotum terhadap herniorafi.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas
fisik skunder terhadap pembedahan.
6. penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.
d. Intervensi
1. Ansites berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian
preoperasi dan pasca operasi, takut tentang bebeapa aspek
pembedahan.
Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian preoperasi
dan pasca operasi, melaporkan berkurangnya perasaan
cemas atau gugup, ekspresi ceria.
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 16
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan apa yang terjadi
selama periode praoperasi
dan pasca operasi,
persiapan kulit, alasan
status puasa, obat-obatan
praopeasi, tinggal diruang
pemulihan, dan program
pasca operasi
informasikan pasien
bahwa obat nyeri sebelum
nyeri menjadi berat.
2. Ajarkan dan usahakan
pasien untuk :
a. Nafas dalam
b. Berbalik
c. Turun dari tempat
tidur
d. Membabat bagian
yang dibedah ketika
batuk
Jika ada, gunakanlah
program audiovisual
untuk membedakan
khusus.
3. Biarkan pasien dan orang
terdekat mengungkapkan
perasaan tentang
pengalaman pembedahan.
Perbaiki jika ada yang
kekeliruan konsep. Rujuk
Pengetahuan tentang apa yang
diperkirakan membantu
mengurangi ansietas dan
meningkatkan kerjasama pasien
selama pemulihan.
mempertahankan konstan
memberikan
kontrol. nyeri terbaik
Untuk mendorong keterlibatan
pasien dalam perawatan diri.
Dengan mengungkapkan
perasaan membantu pemecahan
masalah dan memungkinkan
pemberi perawatan untuk
mengidentifikasi kekeliruan
yang dapat menjadi sumber
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 17
pernyataan khusus
tentang pembedahan
kepada ahli bedah.
4. Lengkapi daftar aktivitas
pada daftar cek praoperasi
(Apendiks K). Beritahu
dokter jika ada kelainan
dari hasil tes laboratorium
praoperasi.
5. Tegaskan penjelasan-
penjelasan dari dokter.
kekuatan orang terdekat adalah
sistem .
Pendukung bagi pasien. Agar
efektif, system pendukung harus
mempunyai mekanisme yang
kuat.
Daftar cek memastikan semua
aktivitas yang diperlukan telah
lengkap. Aktivitas tersebut
dirancang untuk memastikan
pasien telah siap secara
fisiologi, untuk pembedahan,
sehingga mengurangi resiko
lamanya penyembuhan.
Pengulangan-pengulangan
tersebut mendorong untuk
belajar.
2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan
Tujuan : pasien tidak merasa takut, postur tubuh rileks, tidak mengeluh
nyeri atau nyeri berkurang .
INTERNVENSI RASIONAL
1. Pantau :
a. Tekanan darah, ,nadi dan
pernafasan setiap 4 jam
b. Intensitas nyeri
c. Tingkat kesadaran
2. Berikan obat analgetik jika
Untuk mengenal indikasi
kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan
Pasien yang paling dapat menilai
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 18
dibutuhkan dan evaluasi
keefektifannya. berikan obat
analgestik sesuai dengan
nyeri yang dirasakan pasien.
a. Nyeri ringan-analgetik
oral-oral non-narkotik.
b. Nyeri sedang-analgetik
orl-oral narkoti atau obat
entiinflamasi nonsteroid
(nsaid) seperti torodal.
c. Nyeri hebat-analgetik
narkotik secara
parenteral.
3. Memberitahu dokter jika
nyeri bertambah buruk atau
tidak ada respons terhadap
analgetik yang diberikan
sampai pemberian obat
selanjutnya.
4. Memberitahukan dokter efek
yang merugikan dari
analgesik narkotik dan
intervensi dengan tepat:
a. Depresi pernafasan
1) pernafasan tidak
teratur kurang dari 12
menit.
2) berikan nalokson
hci(narcan) iv sesuai
pesanan.
3) berikan separuh dosis
intensitas nyeri, sebab nyeri
adalah pengalaman subyektif.
Analgesik yang kuat diperlukan
untuk nyeri yang lebih hebat.
Ini merupakan indikasi bahwa
perlu analgesik yang lebih besar
bila mulai ada komplikasi.
Defresi pernafasan adalah efek
samping yang paling utama dari
analgetik narkotik antagonis..
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 19
obat narkotik selama
pengaruh anesta.
b. Sedasi
Jika pasien sulit untuk
bangun, kurangi jumlah
analgesik dan hindarkan
pemberian obat yang
lain yang menyebabkan
penekanan system syaraf
pusat (hipnotik).
c. Konstipasi
Anjurkan masukan
cairan bebas, makanan
tinggi serat dan lunak
fases.
d. Retensi Urin
Kateter dianjurkan jika
pasien mengeluh tidak
mampu untuk
mengeluarkan urine
walaupun dengan
mengedan yang
menyertai distensi
suprapubis.
5. Bantu pasien untuk
mengambil posisi yang
nyaman. Tinggikan
ekstremitas yang terasa
sakit. Tekuk lutut dengan
menggunakan bantal atau
penyokong lutut ditempat
Sedasi yang berlebihan adalah
gejala-gejala takar lajak obat.
Pasien dengan gagal ginjal,
penyakit hepar dan lanai adalah
paling mudah terkena efek
samping takar lajak obat.
Kontipasi adalah masalah bagi
yang menggunakan analgetik
narkotik yang lama.
Rertensi urine lebih sering terjadi
pedang analgetik narkotik, yang
mengontrol nyeri kuat
Tempatkan tubuh pada posisi
yang nyaman untuk mengurangi
penekanan dan mencegah untuk
mengurangi penekanan dan
mencegah otot-otot tegang
membantu menurunkan rasa tidak
nyaman.
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 20
tidur untuk menurunkan
ketegangan otot-otot perut
setelah tindakan bedah atau
bila ada nyeri dipunggung.
6. Pakai kompres es atau
kompres panas (kalau tidak
ada kontraindikasi).
Hindarkan kompres panas
untuk luka dan insisi baru.
7. Ajarkan pasien teknik
bernafas berirama untuk
nyeri yang ringan sampai
yang sedang dalam
hubungannya dengan nyeri
yang lain meringankan
intervensi.
Dingin mencegah
pembengkakan. Panas
melemaskan otot dan pembuluh
darah berdilatasi untuk
meningkatkan sirkulasi.
Distaksi mengganggu stimulas
nyeri dengan mengurangi rasa
nyeri. Distaksi tidak mengubah
intensitas nyeri. Paling baik
digunakan untuk periode pendek
pada nyeri ringan sampai sedang.
.8. Berikan istirahat sampai
nyeri hilang. Kurangi
kebisingan dan sinar yang
terang. Jaga kehangatan
pasien dengan selimut
ekstra.
Istirahat menurunkan
pengeluaran energi.
Vasokonstruksi perifer terjadi
pada nyeri hebat dan
menyebabkan pasien panas
merasa dingin. Biasanya
rangsangan lingkungan yang
kuat, memperhebat persepsi
pasien.
3. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan pembedahan.
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 21
Tujuan : tidak ada infeksi tidak ada pendarahan, penyembuhan luka.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau keadaan tepi luka
ketika mengganti verban.
2. Agar pasien menahan insisi
abdomen ketika batuk.
3. Jika terjadi dehisens, tutup
insisi dengan verban steril
yang dibasahi larutan saline
untuk melindunginya.
Beritahu dokter.
4. Berikan perawatan luka
dengan menggunakan teknik
aseptik yang ketat.
Untuk mengidentifikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
Untuk mencegah tegangan pada
jahitan.
Lembab melindungi jaringan agar
tidak mengering.
Infeksi luka adalah penyebab
utama dehisens.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan resensi perkemahan
akurat, insisi pembedahan, dan inflamasi skrotum sekunder terhadap
herntrofi.
Tujuan : Urine jerih kuning atau kekuning-kuningan, berkemah tanpa
keluhan ketidak nyamanan, suhu 37o, luka sembuh, SDP diantara 5000-
10.000/mm3.
INTERVENSI RASIONAL1. Pantau
a. Untuk kesulitan berkemih setiap 8 jam.
b. Masukkan dan keluaran setiap 8 jam.
c. Warna dan ukuran skrotum
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyampaian dari hasil yang diharapkan.
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 22
setiap hari.d. Penampilan luka pada
penggantian balutan.e. Suhu setiap 4 jam.
2. Laporkan pada dokter temuan tentang: a. Ketidakmampuan
berkemih disertai dengan distensi suprapubis
b. Sering kemih dengan jumlah sedikit. Katerisasi sesuai pesanan.
3. Konsultasi dokter bila pasien mengalami bengkak dan ekimosis skrotum atau nyeri berkemih dengan bau tak sedap, urine keruh. Berikan kompres es dan sokong scrotal sesuai pesanan. Berikan antibiotik yang diprogramkan. Tingkatkan masukan cairan sampai sedikitnya 2-3 setiap hari.
Temuan ini menandakan retensi perkemihan akut dan memerlukan katerisi untuk mengosongkan kandung kemih. Retensi perkemihan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
Temuan ini menandakan infeksi kompres dingin dan peninggian membantu menghilangkan bengkak. Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi. Cairan membantu pembilasan ginjal dan meningkatkan antibiotik lebih baik.
5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan
keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.
Tujuan : mengidentifikasi area kebutuhan dan mengungkapkan ADL
terpenuhi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan tingkat bangunan Untuk mendorong kemandirian
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 23
yang diperlukan. Berikan
bantuan dengan ADL sesuai
keperluan. Membiarkan
pasien melakukan sebanyak
mungkin untuk dirinya.
2. Berikan waktu yang cukup
bagi pasien untuk
melaksanakan sktivitas.
3. Instruksikan pasien adaptasi
diperlukan untuk
melaksanakan ADL. Dimulai
dengan tugas yang mudah
dilakukan dan berlanjut
sampai tugas yang sulit.
Berikan pujian untuk
keberhasilan tersebut.
Membebani pasien dengan
aktivitas menyebabkan frustasi.
Untuk mendorong kemandirian
pujian memotivasi untuk terus
belajar.
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan
penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.
Tujuan : Menyatakan mengerti tentang instruksi, melaksanakan dengan
tepat keterampilan perawatan diri yang diperlukan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pastikan pasien memiliki
instruksi tertulis tentang
perawatan diri dan perjanjian
untuk kunjungan evaluasi.
2. Ajarkan dan biarkan pasien
merawat luka jika
Instruksi verbal akan mudah
terlupakan
Praktik akan membantu pasien
mengembangkan keyakinannya
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 24
penggantian verban perlu
dilakukan di rumah.
Tekankan pentingkan
mencuci sebelum dan sesudah
merawat luka
3. Evaluasi kebutuhan bantuan
perawatan di rumah
tersedianya sistem pendukung
yang memadai untuk
memberikan bantuan yang
diperlukan. Hubungi
perencana atau pemulangan
pasien untuk mengatur
bantuan perawatan di rumah
jika memerlukan bantuan
tetapi tidak mempunyai
system pendukung di rumah.
4. Instruksikan pasien untuk
memberitahu dokter jika
terjadi infeksi luka,
kemerahan, nyeri tekan,
drainase, demam.
5. Pastikan pasien mempunyai
persediaan yang cukup untuk
perawatan luka dan resep
untuk analgetik.
dengan perawatan diri. Juga
memungkinkan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien
melaksanakan keterampilan
tersebut sendiri dan menentukan
apakah diperlukan bantuan.
Tindakan untuk mencegah infeksi
harus dilanjutkan sampai luka
benar-benar sembuh.
Layanan sosial atau perencanaan
pemulangan pasien berfungsi
sebagai penghubung yang penting
untuk memindahkan pasien ke
lingkungan rumah atau fasilitas
perawatan luar untuk memastikan
kelanjutan penyembuhan atau
rehabilitasi.
Diperlukan antibiotik untuk
mengatasi infeksi.
Persediaan penting untuk
mengurangi kecemasan yang pada
umumnya berhubungan dengan
pemulangan pasien. Analgetik
memberi kenyamanan dan
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 25
mendorong untuk tidur.
6. Instruksikan agar pasien
beristirahat sepanjang hari,
secara bertahap melakukan
aktivitas serta menghindari
benda-benda berat dan latihan
yang berlebihan.
Pembedahan adalah stresor.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansyur, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jaharta
Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol, EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall, 1995, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, EGC, Jakarta
Engram, Barbara,1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, EGC, Jakarta
Gayton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, EGC, Jakarta
Gibson, John, MD, 1995, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, EGC, Jakarta
Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI, EGC, Jakarta
Keliat, B.A. 1994, Proses Keperawatan, Arcan, Jakarta
Made Kusala Girl, Farid Nur Mantu, 2000, Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang
Marrilyn. E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 EGC, Jakarta
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 26
Polaski, Arlene L, 1996, Luckman’s Core Principles and practice of Medical Surgical Nursing, , W.B Saunders Company, Philadelphia
Soeparman A. Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam jilid II, , UI, Jakarta
Susan Martin Tucker, 1999, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta
Created By Iwan Sain, S.Kp, M.Kes 27