Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Mata Pelajaran IPA
Pembelajaran adalah proses atau cara, perbuatan untuk menjadikan
seseorang lebih baik pada kehidupan masa depan. Dalam hal ini sekolah akan
membentuk peserta didik menjadi manusia yang mempunyai potensi dalam
kehidupan masa depan untuk lebih baik dari sebelumnya. Apabila pembelajaran
dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya
yang dibuat oleh guru untuk membuat peserta didik berminat dan mau untuk
mengikuti pembelajaran. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam semesta secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja,
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini 2007: 37).
2.1.1.1. Pengertian IPA
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI
dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
IPA berasal dari kata sains yang berarti alam, sains menurut Suyoso
(1998:5) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,
sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku observasi, eksperimen, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimen, observasi dan demikian seterusnya kait-mengait
antar cara yang satu dengan cara yang lainnya. Sains menurut Depdiknas (2004:3)
adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Sains
8
memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan
empirik yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam bebas.
Trianto (2007:102) mengatakan, IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
Berdasarkan masing-masing pendapat yang berbeda-beda tentang
pengertian IPA di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam
(IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemua, sehingga melalui teori ilmiah dapat berkembang dengan melakukan
observasi serta eksperimen. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah
2.1.1.2. Tujuan Mata Pelajaran IPA
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat antara lain tujuan
masing-masing mata pelajaran (MP), standar kompetensi (SK), dan kompetensi
dasar (KD).
Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang berdasarkan KTSP 2006 adalah:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberanian, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pengalaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikaf positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
9
4. Mengembangkan keterampilan proses, untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep-konsep
IPA yang diberikan di Sekolah Dasar secara umum bertujuan agar siswa dapat
menyadari dan ikut berpartisipasi dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan alam, serta menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan. Tujuan
pembelajaran IPA akan berhasil bila dalam prosesnya melibatkan interaksi siswa
yang optimal. Interaksi tersebut meliputi interaksi guru dengan siswa, interaksi
siswa dengan guru, interaksi siswa dengan sesama siswa, juga interaksi siswa
dengan lingkungannya.
2.1.1.3. Fungsi Pembelajaran IPA
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan
Menurut Depdiknas (2004) fungsi pembelajaran IPA adalah:
1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
2. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melakukan IPA dan
teknologi.
4. Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dari fungsi pembelajaran IPA menurut Depdiknas (2004) penulis
menyimpulkan bahwa, melalui pembelajaran IPA siswa dapat menanamkan
keyakinan kepada sang pencipta. Mengembangan keterampilan sikaf melalui
10
memahaman dan pengetahuan tentang IPA dan teknologi, sehingga dengan
penguasaan konsep tersebut mereka menjadi lebih memahami dan mendapatkan
pengetahuan, sehingga dalam kehidupan sehari-hari siswa dibekali potensi
sebagai bekal hidup di tengah masyarakat dan mengembangkannya pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
2.1.1.4. Perlunya IPA diajarkan di SD
Pembelajaran merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia dan
sekaligus membedakan manusia dan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih
ditentukan dengan insting, sedangkan bagi manusia belajar berarti rangkaian
kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Oleh
karena itu berbagai pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan
proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung
sepanjang hayat. Dalam hal ini pembelajaran IPA juga memegang peran
menentukan perkembangan manusia .
Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di SD.
Pembelajaran merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia, belajar
berarti rangkaian kegiatan menuju kedewasaan guna menuju kehidupan yang
lebih berarti. Oleh karena itu berbagai pandangan yang menyatakan bahwa
pendidikan merupakan proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat
manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Pembelajaran IPA juga memegang
peran menentukan perkembangan manusia.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukan ke
dalam suatu kurikulum sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat
golongan yaitu: a) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu
dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materi suatu bangsa banyak sekali
tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan
dasar teknologi, yang sering disebut-sebut sebagai tulang punggung
pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. Orang tidak
menjadi insinyur elektronika yang baik, atau doktor yang baik, tanpa dasar yang
cukup luas mengenai berbagai gejala alam, b) bila diajarkan IPA menurut cara
11
yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan
kesempatan yang berfikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan menggunakan
metode “menemukan sendiri”, dengan ini anak diharapkan pada suatu masalah;
umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian”. Dapatkah tumbuhan
hidup tanpa daun?”. Anak-anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini, c)
bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh
anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka,
d) mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI
dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu; Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar. (BNSP) (2007:13).
Dari penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung.
Dalam pembelajaran IPA siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan proses. Sebagaimana diungkapkan Edi Hendri (2006:12) bahwa,
dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam
memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Keterampilan
proses ini meliputi: keterampilan mengamati dengan seluruh indra; keterampilan
12
menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan
keselamatan kerja; mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan
data; mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan
memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau
memecahkan masalah sehari-hari.
Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan
sebagai cara “mencari tahu dan cara mengerjakan/melakukan yang dapat
membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam” (Depdiknas,
2003:3). IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi.
Pembelajaran IPA sangat penting untuk diberikan di Sekolah Dasar, karena IPA
sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar
adalah pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu
rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal
sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan atau
sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra.
2.1.2. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Dalam penyampaian pembelajaran pada siswa, seorang guru harus bisa
memilih model pembelajaran yang efektif dan dapat memotivasi siswa.
Pembelajaran yang menggunakan model tersebut akan menuntut peserta didik
untuk ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini efektif
untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide atau gagasan atau
pendapatnya sendiri, sehingga yang berperan dominan dalam kegiatan
pembelajaran adalah peserta didik. Dengan aktifnya siswa dalam berpendapat
melalui pembelajaran, maka siswa akan terlatih dari sisi mental, mereka
mempunyai keberanian yang handal, apabila suatu hari diminta untuk berbicara di
depan umum mereka sudah terlatih dan tidak canggung dalam berbicara, karena
dalam pembelajaran mereka sudah terlatih. Dalam penerapan model pembalajaran
13
student facilitator and explaining ini sangat berpengaruh bagi siswa. Model
pembelajaran ini juga akan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa, ketika
siswa melakukan tindakan dan memberikan pendapat/ penjelasan dalam kegiatan
pembelajaran, misalkan guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil
demonstrasi yang dilakukan di kelas. Tanpa ditunjuk guru, siswa mengacungkan
tangan untuk memberikan komentar tentang kesimpulan dari percobaan tersebut.
Siswa percaya diri dan berani dalam berbicara, tidak takut salah. Siswa terlatih
dari hal yang sederhana dan pada akhirnya nanti mereka dipersiapkan menghadapi
masalah yang lebih kompleks.
2.1.2.1. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian model pembelajaran Student facilitator and Explaining banyak
dijelaskan dari beberapa pendapat yaitu, menurut (Warock:2008) Model
pembelajaran Student facilitator and Explaining merupakan suatu model yang
memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta didik untuk mempresentasikan
ide atau pendapat pada rekan atau siswa lainnya. Model Student Facilitator and
Explaining adalah merupakan pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar
mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. (http;//ras-
eko.blogspot.com/ 2011/05/ pengertian model pembelajaran student.html).
Menurut Purnitawati (2011) model pembelajaran Facilitator and Explaining
menekankan pada pembelajaran mengaktifkan siswa dan penyajian materi yang
dilakukan dengan menghubungkan kegiatan sehari-hari dan lingkungan siswa,
sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar. Dalam belajar (Student Facilitator
and Explaining) ini dapat memanfaatkan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa
dan fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan
mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas.
Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar
yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model
Student Facilitator and Explaining. Dengan menggunakan metode ini dapat
mempunyai nilai tambah yaitu (1) dapat dijamin jika seluruh siswa dapat
berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan
14
dalam bekerja sama hingga berhasil. (2) dapat menambah pengalaman belajar
yang menyenangkan bagi siswa. (Prasetyo, 2001;21 dalam makalah seminar
Sholefatul Jannah ).
2.1.2.2. Langkah-Langkah Dalam Model Pembelajaran Student Facilitator
And Explaining
Pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Salah satu model pembelajaran yang
dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:20) dalam Prasetyo bahwa untuk
memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang
mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran Student facilitator and explaining.
Di bawah ini langkah-langkah pada pembelajaran Student Facilitator and
Explaning
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi
pembelajaran.
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa
lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep. Hal ini bisa dilakukan
secara bergilir
d. Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa
e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
f. Penutup
2.1.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator
and Explaining.
Menurut Hidayanti, Charisan Nur (Purnitawati : 2011) dalam setiap
pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, tentunya memiliki
kelebihan dan beragam kelemahan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa
kelebihan dan kekurangan Facilitator and Explaining yaitu :
15
a. Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
1. Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain
2. Dapat mengeluarkan ide-ide yang ada pada pikirannya sehingga lebih dapat
memahami materi tersebut
3. Materi yang disampaikan lebih jelas dan kongkrit
4. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk
mengulangi penjelasan guru yang telah didengar
5. Memotivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi
ajar
6. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan
7. Dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa
8. Peserta didik dapat aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran dengan
terlibatnya mereka pada suatu kegiatan belajar.
9. Mendorong tumbuhnya tanggung jawab dan keberanian dalam diri siswa
untuk berbicara di depan.
Dapat disimpulkan dari kelebihan model pembelajaran di atas, bahwa
melalui Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining siswa dapat aktif
dalam mengemukakan pendapat serta ide-ide yang mereka miliki, dan dijelaskan
kepada peserta didik yang lainnya, serta aktifnya siswa berperan dalam kegiatan
pembelajaran. Menumbuhkan sikaf percaya diri siswa dalam menjelaskan
mesalah pada siswa lainnya dan bertanggung jawab atas pendapatnya, sehingga
melalui pembelajaran tersebut memberikan kesan yang menyenangkan bagi siswa
untuk berpartisifasi bersama siswa lainnya.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Adanya kelebihan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
maka akan diuraikan kelemahan-kelemahan model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining sebagai berikut:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga tidak semua siswa maju tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
16
3. Siswa yang malu tidak mau mendemonstrasikan/ menjelaskan apa yang
diperintahkan oleh guru kepadanya
4. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk maju
menjelaskan kepada teman-temannya karena terbatasnya waktu
pembelajaran
2.1.2.4. Sintak Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
Pembuatan sintak model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
harus sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining. Sebelum memulai pembelajaran guru membagi kelas menjadi 5
kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 6-7 siswa, ini dilakukan untuk
memudahkan penyampaian pembelajaran. Pembegian kelompok tersebut diluar
dari langkah-langkah model pembelajaran student facilitator and explaning.
1. Kegiatan awal
Membuka pembelajaran dengan salam, persensi, memeriksa kesiapan siswa.
2. Kegiantan inti
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b) Guru menyajikan materi atau garis-garis besar materi, yaitu tentang Bumi
dan Alam Semesta
c) Setelah itu siswa dipersilahkan menjelaskan di depan siswa lainnya
tentang materi yang disajikan guru sebelumnya melalui gambar dan peta
konsep. Hal ini dilakukan secara bergilir
d) Guru menyimpulkan pendapat siswa tentang hasil penjelasan yang sudah
disajikan siswa
e) Guru kembali menjelaskan semua materi yang disajikan saat itu mengenai
Bumi dan Alam semesta.
3. Penutup
17
2.1.2.5. Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining
Pada Pembelajaran IPA di SD
Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining, peserta didik akan mempresentasikan hasil dari kerja
mereka dengan mengunakan ide dan pendapat mereka di depan teman lainnya,
sehingga pada kegiatan tersebut guru hanya sebagai pembimbing dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut.
Berikut hal-hal yang harus dilakukan guru dan melibatkan siswa, yaitu:
a. Pertama-tama guru membuka pembelajaran kemudian guru menyampaikan
indikator hasil belajar yang akan dicapai.
b. Kemudian guru menyampaikan garis besar materi yang akan dijelaskan, dan
menyampaikan kepada siswa apa yang harus di lakukan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan.
c. Siswa menjelaskan materi yang sudah disajikan guru sebelumnya di depan
siswa lainnya, melalui gambar dan bagan.
d. Dengan hasil penjelasan siswa yang telah disampaikan, guru menyimpulkan ide
atau pendapat siswa tersebut.
e. Guru kembali menjelaskan materi pembelajaran yang belum selesai dijelaskan.
f. Setelah semua materi disampaikan guru menutup pembelajaran dengan
menyimpulkan pembelajaran bersama siswa
2.1.3. Hasil belajar
2.1.3.1. Pengertian hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian
sikap-sikap apresiasi dan keterampilan (Agus Supriyono 2013:5).
Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, (a) keterampilan dan
kebiasaan,(b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita (Nana Sudjana,
2010;22)
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar, yaitu:
18
1) Informasi verbal
Yaitu merupakan kapabilitas pengungkapan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap
rangsangan spesifik.
2) Keterampilan intelektual diuraikan
Yaitu merupakan kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan
analisis-sintesis, fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3) Strategi kognitif
Yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.
Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah.
4) Sikap
Yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Keterampilan motorik
Yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. (Agus Supriyono 2013:5).
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikulum maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil dari
Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010:22) yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah yaitu:
1. Ranah Kognitif
Berkembang dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.
2. Ranah Afektif
Berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban dan reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotorik, yaitu (a) gerakan refleks, yaitu keterampilan
19
pada gerakan yang tidak sadar (b) keterampilan gerakan dasar (c) kemampuan
perseptual, termaksud di dalamnya membedakan visual, audio, motorik, dan
lain-lain (d) keharmonisan atau ketepatan, kemampuan dibidang fisik (e)
gerakan keterampilan, gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan yang
sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks (f) gerakan ekspresif dan
interpretative, kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti gerakan.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek peneliti hasil belajar. Di antara ketiga
ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pelajaran.
Hasil belajar menurut Tu’u (2004: 75) adalah hasil yang dicapai seseorang
ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Selain itu hasil belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru kepada siswa.
Berdasarkan hal itu, hasil belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa adalah hasil yang dicapai siswa ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. H a s i l belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena
bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.
3. H a s i l belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa
dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, artinya hasil
pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan.
2.1.3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
20
1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik.
2. Faktor datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas
pengajaran.
Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) faktor yang mempengaruhi hasil
belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
1. Faktor Internal
a. Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik
dalam menerima materi pelajaran.
b. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya
memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi
intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya
nalar peserta didik.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.
Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada
tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat
berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang
kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
b. Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang
keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan.
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental
ini berupa kurikulum, sarana dan guru.
21
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini
dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
2.1.4. Hubungan Antara Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaning (X) dan Hasil Belajar IPA(Y)
Menurut Y.W. Best yang disunting oleh Sanpiah Faisal variabel penelitian
adalah kondisi-kondisi yang dimanipulasikan oleh peneliti, dikontrol atau
diobservasi dalam suatu penelitian. Direktorat Pendidikan Tinggi departemen
menjelaskan bahwa yang dimaksut variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
akan dijadikan objek pengamatan peneliti (Amirul Hadi 2005:204). Dari ke dua
pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian tersebut meliputi
faktor-faktor yang berperan dalam pristiwa atau gejala yang akan diteliti. Pada
penelitian ini ada dua variabel yang akan diamati dan diketahui hubungan antara
kedua variabel tersebut. Hubungan timbal balik adalah hubungan dimana suatu
variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya. Artinya adalah
apabila pada suatu waktu variabel x mempengaruhi variabel y dan waktu yang
lainnya variabel y mempengaruhi variabel x. Pada penelitian ini yang menjadi
variabel x adalah model student facilitator and explaining, sedangkan yang
menjadi variabel y adalah hasil belajar IPA. Hubungan kedua variabel tersebut
adalah dimana model pembelajaran student facilitator and explaning dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga ada perubahan yang baik pada hasil
belajar IPA, dan hasil belajar IPA dapat meningkat karena dipengaruhi oleh
adanya penerapan model pembelajaran student facilitator and explaning. Itulah
hubungan antara kedua variabel pada penelitian ini.
2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa
peneliti yang menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining
untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai dalam presentase ketuntasan siswa
22
dalam KKM yaitu 65 yang disajikan dalam bentuk jurnal, penelitian ini relevan
dengan penelitian:
1. Ifan Kurniawan (2012) tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Metode Student Facilitator and Explaining Pada Standar Kompetensi
Menjelaskan Dasar-Dasar Sinyal Video Di SMK Negeri 5 Surabaya. Dari
hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan peneliti memiliki persentase rata-rata sebesar 76,27% dari hasil
validasi oleh para ahli, (2) Dari Hasil belajar siswa diperoleh thitung sebesar 5,43
dan ttabel sebesar 2,00. ini berarti thitung>ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar siswa berbeda antara yang menggunakan metode pembelajaran
Student Facilitator and Explaining dan model pembelajaran Konvensional, dan
(3) Respon siswa terhadap metode Student Facilitator and Explaining secara
keseluruhan adalah positif dengan rata-rata persentase respon siswa sebesar
79,39%dan termasuk dalam kriteria respon baik. (Keywords, 2012)
2. Ni Ayu Kusuma Wardani (2013), tentang Penerapan Model Pembelajaran
Student Facilitator and Explaining Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Sdn 2 Bajur Tahun
Pelajaran 2012/2013. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dengan 3 siklus. Hasil penelitian siklus I, siklus II, dan
siklus III diperoleh hasil belajar siswa berturut – turut dengan nilai rata – rata
adalah 69,84, 71,41, dan 76,56 dengan presentase ketuntasan klasikal 71,88%,
84,38%, 87,50%. Sedangkan rata –rata skor aktivitas belajar siswa yang
dicapai pada siklus I, siklus II, dan siklus III berturut – turut adalah 12,33,
17,33, dan 22,18 yang memiliki kategori cukup aktif, aktif, dan sangat aktif.
Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika kelas V SDN 2 Bajur tahun pelajaran 2012/2013.
(Widianda,ketut.2013)
3. Erawan Kurniadi (2013), tentang Efektifitas Model Pembelajaran Student
Facilitator and Explaining (Sfae) dan The Learning Cell (Tlc) Terhadap
Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Keaktifan Siswa Kelas X MAN 2
23
Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui: (1) perbedaan model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining (SFAE) dan The Learning Cell (TLC) terhadap hasil belajar siswa,
(2) perbedaan keaktifan belajar siswa (keaktifan tinggi dan keaktifan rendah)
terhadap hasil belajar siswa, (3) interaksi antara model pembelajaran (Studeant
Facilitator and Explaining dan The Learning Cell) dan keaktifan belajar siswa
terhadap hasil belajar. Penelitian ini menggunakan 1 kelas sebagai kelas non
eksperimen (kelas X.8) serta 2 kelas sebagai kelas eksperimen adalah kelas X.7
(Student Facilitator and Explaining), dan X.9 (The Learning Cell). Teknik
yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik cluster random
sampling. Teknik pengumpulan data untuk keaktifan menggunakan angket
yang hasilnya kemudian dikategorikan menjadi dua kategori sebagai berikut:
(1) Keaktifan tinggi dan, (2) Keaktifan rendah, Sedangkan teknik pengumpulan
data untuk hasil belajar menggunakan tes. Uji prasyarat yang digunakan
adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data menggunakan
analisis variansi (anava) dua jalan, sebagai tindak lanjut dari analisis variansi
dilakukan uji scheffe. Hasil pengujian dalam penelitian ini dengan α= 5%
didapatkan kesimpulan sebagai berikut: (1) perolehan Fhitung = 5,09 > Ftabel =
4,00, sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan model Student
Facilitator and Explaining (SFAE) dan The Learning Cell (TLC) terhadap hasil
belajar siswa, (2) perolehan Fhitung = 36,49 > Ftabel = 4,00, sehingga H0 ditolak
yang berarti terdapat perbedaan keaktifan tinggi dan keaktifan rendah terhadap
hasil belajar siswa, (3) perolehan Fhitung = 0,0276 < Ftabel = 4,00, sehingga H0
diterima yang berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran SFAE dan
TLC dengan keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. (Jhero. 2013)
Sedangkan di sini penulis akan akan melakukan penelitian yang berupaya
meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model student facilitator
and explaining, sehingga melalui penerapan model tersebut hasil belajar IPA akan
lebih meningkat, karena siswa akan merasa tertarik dalam mengikuti kegiatan
belajar, dengan mengembangkan potensi mereka berupa tindakan berbicara
24
mengemukakan pendapat mereka masing-masing sehingga dalam belajar di kelas
peserta didik cenderung tidak pasif tetapi akan aktif. Pada penelitian ini berbeda
dengan beberapa peneliti sebelumnya, karena penelitian ini fokus pada
pembelajaran IPA SD sedangkan penelitian yang dilakukan sebelumnya mengarah
pada materi lainnya. Pada penelitian ini juga menggunakan dua variabel tidak
lebih.
Keberhasilan siswa ditandai oleh kemampuan mereka dalam berpendapat
pendapat dengan mengemukakan penjelasan tentang masalah yang diberikan
kepada mereka dan melalui penyelesaian evaluasi yang diberikan siswa
menyelesaikan dengan jawaban yang benar.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran IPA peserta didik di kelas 5
SD Negeri Pingit 03, sampai saat ini peserta didik banyak mengalami kesulitan
saat belajar IPA. Salah satu kesulitan itu adalah pada materi Bumi dan Alam
Semesta. Hal ini terjadi karena dalam mengajar guru tidak menggunakan model
pembelajaran yang efektif serta kurangnya alat peraga untuk merangsang minat
belajar siswa yang akan mendukung dalam pencapaian hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA yang diharapkan. Peserta didik kesulitan dalam menjawab soal-
soal yang diujikan kepada mereka melalui ulangan semester yang dilakukan itu.
Hal tersebut dikarenakan pada saat kegiatan belajar berlangsung, siswa banyak
yang tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga ketika kegiatan pembelajaran
berjalan siswa banyak yang tidak aktif, sehingga kegiatan belajar kurang efektif.
Melalui observasi yang dilakukan peneliti, masih banyak siswa yang belum tuntas
dalam KKM, sehingga hasil belajar IPA sangat menurun.
Berdasarkan uraian diatas, penulis berupaya meningkatkan hasil belajar IPA
dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining.
Dengan model pembelajaran tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan dalam mengembangkan potensi mereka, serta aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan adanya Model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining siswa akan terlatih dalam menungkapkan ide-ide serta pendapat
25
mereka secara langsung di depan kelas dan di hadapan teman yang lainnya.
Penulis berharap dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining akan meningkatkan hasil belajar siswa serta mencapai KKM yang
ditentukan (65).
Kemungkinan besar pada kondisi awal penyajian pembelajaran yang
disampaikan guru menggunakan model pembelajaran lain yang kurang efektif
salah satunya yaitu pembelajaran konvensional. Dimana pembelajaran
menggunakan model konvensional tersebut lebih dominan kepada guru yang aktif
dalam kegiatan belajar, sedangkan siswa mendengarkan ceramah yang
disampaikan guru yang terkadang membawa dampak kebosanan bagi siswa,
sehingga pada hasil belajar IPA rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA
kembali peneliti akan menerapkan model pembelajaran student facilitator and
explaining, dan dengan hal tersebut hasil belajar IPA meningkat. Kemudian
dilakukan lagi pemantapan sehingga membawa perubahan yang sangat
memuaskan, peningkatan hasil belajar IPA semakin tinggi. Dapat digambarkan
kerangka berfikir melalui skema sebagai berikut:
26
Gambar 1 Kerangka pikir
2.4. Hipotesis
Dengan mengacu pada kerangka berfikir diatas, peneliti mengajukan
hipotesa sebagai berikut :
Kondisi
awal
Guru:
Pembelajaran
konvensional:
- Guru lebih
dominan
- Peserta didik fasif
- Ceramah -
Siswa:
Hasil belajar
siswa rendah
Penerapan model pembelajaran student facilitator and
explaining: Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain
Siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada pada pikirannya sehingga lebih dapat
memahami materi tersebut
Materi yang disampaikan lebih jelas dan kongkrit
Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk
mengulangi penjelasan guru yang telah didengar
Memotivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar
Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan
Dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa
Peserta didik dapat aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran dengan terlibatnya
mereka pada suatu kegiatan belajar.
Mendorong tumbuhnya tanggung jawab dan keberanian dalam diri siswa untuk
berbicara di depan.
Hasil belajar
siswa
meningkat
Memantapkan
penerapan model
pembelajaran
student facilitator
and explaening
Hasil belajar
siswa lebih
meningkat
27
Penggunaan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining diduga
dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan materi Bumi dan Alam Semesta
pada siswa kelas 5 SD Negeri 03 Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten
Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.