Upload
lynhu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam
2.1.1.1. Pengertian IPA
Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-
hari.
2.1.1.2. Hakikat IPA
Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4), merujuk pada pengertian
IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
a. Sikap
Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar.
b. Proses
Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan demonstrasi atau percobaan,
evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan.
c. Produk
Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hokum atau dalil.
d. Aplikasi
Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat
5
6
unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami
proses pembelajaran secara utuh, memehami fenomena alam melalui pemecahan
masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan
fakta baru.
2.1.1.3. Tujuan Pengajaran IPA
Menurut Dede Awan ( 2009 :1) tujuan pengajaran IPA adalah untuk
memehami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-
hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan
alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,
mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan
berbagai konsep IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan
memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhsn Yang Maha Esa.
Dalam Permen no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.2. Mengajar dan metode pembelajaran
2.1.2.1. Mengajar
Mengajar adalah memberikan pelajaran kepada anak didik, jadi guru
bertugas untuk memberikan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak
didiknya. Mengajar selalu berlangsung dalam suatu kondisi yang disengaja
diciptakan untuk mengantarkan anak didiknya ke arah kemajuan dan kebaikan.
Oleh karena itu, keefektifan guru dalam mengajar akan banyak tergantung pada
bagaimana guru mampu melaksanakan aktivitas mengajar secara baik.
Sedangkan menurut Gulq W (2002:8), mengajar adalah usaha untuk
menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar
itu secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri terdiri atas beberapa komponen,
termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang
terarah pada tujuan tertentu.
Menurut Witherington dalam Marno (2008:37), Kegiatan mengajar pada
hakikatnya adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan
kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar
oleh guru menghadirkan proses belajar pada pihak siswa yang berwujud
perubahan tingkah laku, meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap,
pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.
Dari beberapa pengertian di atas bahwa fungsi mengajar menyediakan
kondisi yang kondusif pada proses belajar, sedangkan yang berperan aktif
adalah siswa sebagai perubahan tingkah laku.
2.1.2.2. Metode mengajar
Metode menurut Mulyani Soemantri (2001:114) merupakan cara-cara
yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar
menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya
prestasi belajar anak yang memuaskan.
8
Wina Sanjaya (2006 : 145) menyatakan metode adalah cara yang
digunakan untuk mengiplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
2.1.3. Metode Demonstrasi
2.1.3.1. Pengertian
Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999)
mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk
sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau
sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus
didemonstrasikan.
Metode Demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan
atau prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu,
proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain,
atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.
a. Tujuan
Tujuan menggunakan metode demonstrasi adalah :
1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh
siswa.
2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
3) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara
bersama-sama.
b. Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi
Guru menggunakan metode demonstrasi apabila :
1) Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit
melalui penjelasan atau diskusi.
2) Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan
peragaan berupa demonstrasi.
9
3) Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi
lemah dalam auditif dan motorik, ataupun sebaliknya.
4) Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja.
5) Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih
dalam fase operasional konkrit.
c. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Demonstrasi
1) Kekuatan Metode Demonstrasi
Kelebihan metode demonstrasi dibanding dengan metode yang lain
adalah:
a) Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak
terjadi verbalisme.
b) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang
didemontrasikan itu.
c) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
d) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya
sendiri.
e) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain
2) Kelemahan Metode Demonstrasi
Beberapa kelemahan metode demonstrasi antara lain:
a) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik.
b) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran,
situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.
c) Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan
metode ceramah dan tanya jawab.
d) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang
matang.
d. Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi
Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan
metode demonstrasi? Kelemahan metode demonstrasi dapat diatasi melalui
berbagai cara berikut:
10
1) Guru harus terampil melakukan demonstrasi.
2) Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk
demonstrasi.
3) Mengatur waktu sebaik mungkin.
4) Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin.
e. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Apa saja langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi?
Langkah- langkah pelaksanaan metode demonstrasi meliputi hal-hal
berikut :
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
b) Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan.
c) Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang
telah disiapkan.
d) Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara
menggunaan peralatan yang diperlukan.
2.13.2. Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
a) Kegiatan Pembukaan
Sebelum kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus
dilakukan dalam pembukaan pelajaran :
1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat
memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru.
2) Tanyakan pelajaran sebelumnya. Timbulkan motivasi siswa
dengan mengemukakan anekdot atau kasus di masyarakat yang
ada kaitannya dengan pelajaran yang
akan dibahas.
3) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan
juga tugas-tugas apa yang harus dilakukan disamping dalam
demonstrasi nanti.
11
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
1) Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah
direncanakan dan dipersiapkan oleh guru.
2) Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus
dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga
semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-
baiknya.
3) Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang
menegangkan.
4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti
proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan
bertanya dan komentar-komentar.
c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran
Jika demonstrasi telah selesai, yang dilakukan guru selanjutnya
adalah:
1) Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok
atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi.
2) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal
yang belum dipahami.
3) Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun
evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi.
Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun
tugas- tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan.
2.1.4. Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnya berkaitan pula dengan hasil yang dicapai
dalam belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui dari pendapat
ahli pendidikan. Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Agar tidak
menyimpang dari pengertian sesungguhnya maka perlu dijelaskan secara per
kata terlebih dahulu.
12
Hasil belajar dari gabungan kata hasil dan kata belajar. Hasil belajar
diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel,1998:162).
Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa
kemampuan akademik. Winarno Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil tidaknya siswa
dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar merupakan hasil dari proses
belajar. Dalam hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor (Sunaryo,1983:4).
Dari berbagai kajian definisi hasil belajar di atas maka yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang berupa kemampuan
akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Belajar dipengaruhi pula oleh faktor-faktor baik dari dalam
maupun dari luar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara
lain dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1) Kesehatan
anak, 2) Rasa aman, 3) Kemampuan dan minat, 4) Kebutuhan diri anak akan
sesuatu yang akan dipelajari (Rustiyah NK,1995:123).
Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.
1) Lingkungan belajar, iklim, dan teman belajar. 2) Motivasi dari luar (Rustiyah
NK,1995:123).
Adapun faktor yang datang dari luar diri anak, yaitu dari sekolah tempat
anak belajar seperti guru, waktu, sarana dan prasarana belajar, kurikulum,
materi, dan suasana belajar. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, juga siswa mengalami hambatan-hambatan dalam belajar baik itu
bersifat endogen maupun bersifat eksogen. Yang bersifat endogen adalah faktor
biologis dan faktor psikologis siswa. Sedangkan faktor eksogen adalah seperti
sikap orang tua, suasana lingkungan, sosial ekonominya, dan sikap budayanya.
Untuk dapat meningkatkan belajar dengan baik maka guru harus mengenal anak
dengan baik pula karena setiap anak tidak sama persis kesulitan dan
13
permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian guru harus mampu meneliti
setiap kekurangan-kekurangan dalam hasil belajar siswa.
Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil
akademis yaitu hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar yang telah dirumuskan guru baik berupa segi kognitif, afektif maupun
dari segi psikomotornya. Dalam proses belajar dan mengajar seorang guru wajib
menentukan tujuan pembelajaran baik tujuan pembelajaran umum maupun
khusus.
Mengukur keberhasilan belajar siswa atau hasil yang dicapai siswa harus
mampu mengevaluasi belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari
segi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan guru dalam
mengukur keberhasilan belajar maka guru harus menentukan tujuan
pembelajaran khusus yang baik. Ada beberapa kriteria dalam pembuatan TPK
(Tujuan Pembelajaran Khusus) yang baik yaitu sebagai berikut.
a) Mengandung satu jenis perbuatan.
b) Dinyatakan dalam kualitas dan kuantitas penguasaan siswa.
c) Kondisi yang bagaimana yang diinginkan guru (Tim MKDK IKIP
Semarang, 1995:28).
Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai
siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar, baik yang
menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil yang
dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini, berupa hasil belajar yang
berupa hasil akademik siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu. Hasil akademik ini berupa angka kuantitas yang dituliskan
dalam buku raport. Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, hasil
belajar adalah peningkatan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan guru.
Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar
dan keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika dapat diketahui dari ciri-cirinya. Kesulitan belajar yaitu di mana anak
didik atau siswa tidak mampu belajar sehingga hasil di bawah potensi
14
intelektualnya (Alan O Ross, 1974:103). Menurut Lerner (1931:367) dalam
buku pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (Dr. Mulyono Abdurrahman,
1999:262) adalah kekurang pahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan
dan penggunaan proses yang keliru dan tulisan yang tidak terbaca.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah
terjemahan dari learning disability. Terjemahan tersebut diartikan sebagai
ketidakmampuan belajar. Menurut Kuffman dan Lloyd (1985:14) dikutip oleh
Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam
satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara,
membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Learner berpendapat, ada beberapa
karakteristik anak berkesulitan belajar, yaitu :
a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan.
b. Abnormalitas persepsi visual.
c. Assosiasi visual motorik.
d. Perverasi.
e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol.
f. Gangguan penghayatan tubuh.
g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca
h. Performance IQ jauh lebih rendah daripada sektor verbal IQ (Mulyono
Abdurrahman, 1999:259).
Jadi kesulitan belajar IPA disebabkan rendahnya kemampuan intelegensi,
banyaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep visual dan adanya
gangguan assosiasi visual motorik.
Gejala adanya kesulitan belajar meliputi :
a. Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas.
b. Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang.
c. Lambat dalam melakukan tugas belajar.
d. Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura
dusta dan lain-lain.
15
e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Widodo Supriyono, 1991:89).
Jenis kesulitan belajar menurut Erman Amti, (1992:67) masalah belajar
pada dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b) keterlambatan
akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang motivasi dalam
belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar dan kehadiran di
sekolah sering tidak masuk. Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat
bantuan dari guru dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta
didik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah.
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Suyitno (2009) dalam penelitian yang berjudul Metode Demonstrasi
Dalam Upaya miningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Pada Siswa SD Kaliaman Jepara, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
meningkat, Siklus I 88%, Siklus II 97%.
Rahayu, Nanik Dwi (2008) dalam penelitian yang berjudul Metode
Demonstrasi Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem
Peredaran Darah Kelas XI SMAN 2 Blora menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan pada tiap siklus, yaitu Siklus I Keaktifan siswa 50%, Keaktifan guru
64,29%, Ketuntasan belajar 83,33%. Pada siklus II Keaktifan siswa 64,10%,
Keaktifan guru 85,71%, Ketuntasan belajar 94,8%. Siklus III Keaktifan siswa
87,18%, Keaktifan guru 100%, Ketuntasan belajar 100%.
Kholosoh, Siti ( 2009 ) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan
Metode demonstrasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Kelas III MI
Sumber Rembang Tahun Pelajaran 2008/2009. Hasil penelitian menunjukkan
persentase ketuntasan belajar membaca intensif siswa sebelum tindakan sebesar
32,25%, siklus 1 61, 29%, dan siklus 2 sebesar 83.87%.
Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas, membuktikan bahwa
penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa . Oleh
karena itu penggunaan metode deonstrasi sangat tepat diterapkan dalam
penelitian tindakan kelas ini, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa
16
tentang mengidentifikasi sifat-sifat benda di kelas III SDN Karangwotan 02
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
2.3. Kerangka Bepfikir
Kondisi Awal
Kualitas pembelajaran diduga meningkat
Kondisi Akhir
Guru tidak Mnggunakan metode Demonstrasi.
Gambar kerangka berfikir penelitian
2.4. Hipotesis Tindakan
Metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar dalam
mengidentifikasi sifat-sifat benda bagi siswa kelas III SD Karangwotan 02
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Semester 1 tahun 2011/2012.
.
Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II
Kualitas pembelajaran rendah Guru menggunakan metode
demonstrasi
TINDAKAN
Keaktifan siswa rendah Keaktifan siswa meningkat