22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2. 1.1 Efektivitas Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Contoh jika sebuah tugas dapat di diselesaikan dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan maka cara tersebut adalah cara yang efektif. (Angraeni, 2012: 1). Uraian diatas bisa dijadikan sebagai ukuran efektifitas hasil belajar yang akan dibahas dibawah. Perlu dibatasi tentang efektivitas yang akan dijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan hasil belajar dari ketiga ranah yang harus dicapai dari metode inquiry dan Pemanfaatan KIT IPA dalam pembelajaran IPA. Tolok ukur efektivitas adalah sebagai berikut : 1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar kognitif sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau perbedaan sebelum dan sesudah penelitian. 2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif sesuai dengan target yang ditentukan. 3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar psikomotor sesuai dengan target yang ditentukan. Hal tersebut yang akan menjadi tolok ukur efektivitas dalam penelitian ini. Teori diatas mengenai metode inquiry dan pemanfaatan KIT IPA yang belim jelas akan dijelaskan lebih rinci dibawah secara runtut sesuai dengan kajian-kajian teori yang sesuai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

  • Upload
    vanhanh

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2. 1.1 Efektivitas

Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara atau memilih tujuan-tujuan

yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan

pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga pengukuran

keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Contoh jika

sebuah tugas dapat di diselesaikan dengan pemilihan cara-cara yang sudah

ditentukan maka cara tersebut adalah cara yang efektif. (Angraeni, 2012: 1).

Uraian diatas bisa dijadikan sebagai ukuran efektifitas hasil belajar

yang akan dibahas dibawah. Perlu dibatasi tentang efektivitas yang akan

dijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan hasil belajar

dari ketiga ranah yang harus dicapai dari metode inquiry dan Pemanfaatan

KIT IPA dalam pembelajaran IPA.

Tolok ukur efektivitas adalah sebagai berikut :

1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar kognitif

sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau

perbedaan sebelum dan sesudah penelitian.

2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif sesuai

dengan target yang ditentukan.

3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar psikomotor sesuai

dengan target yang ditentukan.

Hal tersebut yang akan menjadi tolok ukur efektivitas dalam penelitian

ini. Teori diatas mengenai metode inquiry dan pemanfaatan KIT IPA yang

belim jelas akan dijelaskan lebih rinci dibawah secara runtut sesuai dengan

kajian-kajian teori yang sesuai.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

7

2. 1.2 Metode Inquiry

2.1.2.1 Pengertian Metode

Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang mempunyai cara

atau jalan yang ditempuh. Menururt T. Raka Joni (dalam Siti, 2009) metode

merupakan cara kerja yang diterapkan yang sesuai untuk mencapai tujuan

tetentu. Jadi metode merupakan suatu cara kerja untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

2.1.2.2 Pengertian Metode Inquiry

Metode Inquiry menurut Nanang dan Cucu dalam (Handayani 2011)

merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan

perilaku. Gulo dalam (Trianto 2009) menyatakan bahwa strategi inkuiri

berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatakan secara ma ksimal

seluruh kemmpuan siswa untuk mencari, menyelidiki secara sistematis, kritis

logis, analitis, sehinga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan secara

secara percaya diri.

Sanjaya (2011) mengemukakan metode Inquiry adalah rangkaian

kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis

dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan

melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Trianto (2009) sasaran utama

dalam pembelajaran Inquiry adalah:

1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran

2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pembelajaran

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

8

3. Mengembangkan sikap percayadiri siswa tentang apa yang

ditemukan dalam proses inquiri.

2.1.2.3 Macam-macam Metode Inquiry

Menurut Nanang dan Cucu dalam (Handayani 2011), metode Inquiry

dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan

guru kepada siswanya. Ketiga jenis metode itu adalah:

1. Inquiry terbimbing

Metode inquiry terbimbing merupakan metode dimana guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan

awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif

dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan

pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan

petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep

pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang

relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara

individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu

kesimpulan secara mandiri.

2. Inquiry bebas

Pada metode ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri

masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah

secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan

diperlukan.

3. Inquiry bebas yang dimodifikasi

Dalam metode ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya

terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan

sendiri jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

9

masalahnya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung yaitu

dengan cara memberikan contoh-contoh yang relevan.

2.1.2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiry

Menurut Sanjaya (2011), secara umum proses pembelajaran dengan

menggunakan metode inquiry dapat mengikuti langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau

iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan

agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah:

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan

dapat dicapai oleh siswa.

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh

siswa untuk mencapai tujuan.

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa

siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.. Teka-teki

dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong

untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah

yang sangat penting dalam pembelajaran inquiry, oleh karena itu

melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang

sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui

proses berpikir

3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan

yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

10

kebenarannya. Salah satu cara adalah mendorong anak untuk

mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk

dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan

berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan

yang dikaji.

4. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode

inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat

penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data

bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan

tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan

potensi berpikirnya. Biasanya tahap ini diisi dengan melakukan

percobaan.

5. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti

mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan

tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan

temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu

menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode inquiri

merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

11

mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan

luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat

menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan

keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil

menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan metode ini

siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa

memecahkan masalah sendiri. Metode ini bertujuan untuk melatih

kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan

memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkah-langkah

pembelajaran inquiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari

orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa

mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan

menyimpulkan.. Inquiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa,

maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator.

Menurut uraian diatas terdapat langkah-langkah metode inquiry yang

akan dijadikan acuan sebagai langkah-langkah dalam proses

pembalajaran. Langkah-langkah yang digunakan haruslah sesuai dengan

pembelajaran di SD sehingga dapat diperjelas supaya siswa mengetahui.

Sehingga langkah-lagkah metode inquiry adalah sebagai berikut:

1. Tahap orientasi berisi siswa mendengarkan tentang informasi awal

y ang disampaikan guru.

2. Tahap merumuskan masalah berisi siswa membuat pertanyaan

tentang hal yang akan dicobakan yang belum dimengerti.

3. Tahap merumuskan hipotesis berisi siswa meramal atau menduga

jawaban dari pertanyaan yang mereka buat dalam tahap

merumuskan merumuskan maslah.

4. Tahap mengumpulkan data berisi siswa melakuakan percobaan

berdasar langkah kerja jang diterangkan oleh guru.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

12

5. Tahap menguji hipotesis berisi siswa menghubungkan hasil

mengumpulkan data dengan hipotesis yang mereka buat.

6. Tahap menyimpulkan berisi siswa memberikan kesimpulan dari

semua kegiatan yang dilkukan termasuk hasil yang diperoleh dari

percobaan.

Selain tahap dalam inquiry yang harus diperjelas walaupun inquiry

merupakan metode yang berpusat pada siswa jenis metode yang digunakan

juga harus inquiry terbimbing karena siswa SD belum bisa jika diberikan

kepercayaan dan kebebasan untuk melakukan tahap-tahap inquiry secara

mandiri.

2.1.2.5 Keunggulan dan Kelemahan Inquiry

Menurut Sanjaya (2011) metode inquiry memiliki beberapa

keunggulan dan juga kelemahan, adapun keunggulannya seperti:

a Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini

dianggap lebih bermakna.

b Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar

mereka.

c Merpakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi

belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah

laku berkat adanya pengalaman.

d Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata –

rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan

terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Sedangkan kelemahan metode inquiry yaitu:

a Kesulitan mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

13

c Kadang – kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu

yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu

yang telah ditentukan.

d Selama kriteria keberhasilan belajar ditntukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka metode inquiry akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

Uraian diatas merupakan keunggulan dan kelemahan dari metode inquiry.

Jika dilihat dari kelemahannya memang begitu banyak kelemahan yang mengacu

pada pngelolaan kelas. Namun dari segi kelebihan inquiry cukup banyak

diantaranya pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara

seimbang. Metode inquiry memang mempunyai kelemahan tetapi dengan inquiry

terbimbing kelemahan tersebut dapat diminimalisir.

2.1.3 KIT IPA

1. Arti, jenis dan fungsi KIT IPA

Menurut Trisnoherawati (2004) KIT IPA adalah nama alat-alat

IPA yang digunakan untuk percobaan dalam pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar.

Jenis KIT IPA antara lain :

a. KIT IPA untuk siswa yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok

siswa untuk percobaan

b. KIT IPA untuk Guru yang dibutuhkan oleh guru untuk peragaan

c. KIT IPA, daftar nama benda-benda dan bahan-bahan dari

lingkungan yang diperlukan untuk percobaan tertentu.

2. Macam-macam peraga di dalam KIT IPA

Peraga KIT IPA bermacam-macam sesuai dengan fungsinya dalam

pembelajaran IPA. KIT IPA yang ada di SD antara lain :

a. Makhluk hidup

b. Makhluk hidup yang berkembang biak

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

14

c. Pemeliharaan dan pengembangbiakan makhluk hidup

d. Populasi

e. Alat indera

f. Magnet

g. Listrik

h. Organ tubuh

i. Cahaya

j. Tata surya

k. Bentuk gerakan bumi

3. Kegunaan KIT IPA

KIT IPA merupakan media pembelajaran yang memiliki kegunaan

sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di

SD

b. Untuk penekana metode –metode pembelajaran interaktif

c. Untuk mengembangkan program pengembangan sumber daya

manusia

d. Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi,

dan teknik di Indonesia

4. Persyaratan KIT IPA

Setiap KIT IPA harus memenuhi persaratan sebagai berikut :

a. Petunjuk pengamatan terhadap percobaan

b. Ringkasan hasil pengamatan dari hasil apa yang diamati siswa

atau hasil pembahasan dengan siswa sebelumnya

c. Kesimpulan ditemukan oleh siswa

d. Informasi pentiny yang diberikan guru tentang topic tertentu

e. Gambar-gambar yang membantu menjelaskan suatu masalah

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

15

5. Peranan KIT IPA di Sekolah Dasar

Peranan KIT IPA dalam pembelajaran di Sekolah Dasar memiliki

peranan sebagai berikut.

a. KIT Murid untuk percobaan yang dilaksanakan oelah siswa

sendairi dalam kelompok kecil

b. KIT Guru untuk peragaan dan percobaan yang umumnya

dilakukan oleh guru dan siswa

c. Buku panduan IPA untuk percobaan –percobaanyang dirakit

sendiri dengan mengunakan barang atau bahan yang ditemukan

di lingkungan tempat tinggal siswa.

Uraian diatas menyatakan bahwa KIT IPA merupakan seperangkat

alat-alat IPA yang digunakan untuk percobaan dalam pelajaran IPA di

sekolah dasar, yang fungsinya adalah untuk menciptakan pembelajaran IPA

yang lebih nyata, bermakna, interaktif dan dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang dimaksud.

Penelitian ini mengambil KIT IPA dalam pokok bahasan cahaya.

Pokok bahasan ini akan membahas sifat-sifat cahaya. Alat yang digunakan

dalam pokok bahasan ini antara lain:

1. Perangkat sifat cahaya merambat lurus.

Alat yang dipakai adalah kardus, korek api, lilin, gunting dan

pelubang.

2. Perangkat sifat cahaya menembus benda bening.

Alat yang dipakai adalah lampu senter, potongan triplek, gelas

bening, plastik mika bening, selang plastik, kertas karton, batu dan

kertas HVS.

3. Perangkat sifat cahaya dapat dipantulkan.

Alat yang dipakai adalah lampu senter, cermin datar, macam-

macam cermin dari datar.

4. Perangkat sifat cahaya dapat dibiaskan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

16

Alat yang dipakai adalah gelas bening yang berisi air bening dan

air Teh, senter, kertas yang dilubangi,dan pensil.

5. Perangkat cahaya dapat diuraikan.

Alat yang dipakai adalah baskom, air, cermin datar, dan kertas

HVS.

Uraian tentang alt-alat KIT IPA diatas merupakan alat yang akan

dipakai dalam percobaan ini.

2.1.4 IPA

Menurut Addullah dalam (Kriswanti 2011) IPA merupakan pengetahuan

teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus ,yaitu melakukan

observasi dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan

yang lainnya.

Pembelajaran IPA menurut Iskandar dalam (Handayani 2010) didefinisikan

sebagai sebagai: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa

yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa

yang akan terjadi, dan (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi

untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Dengan demikian pengajaran IPA

di kelas IV SD sudah membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu

anak didik secara ilmiah.

Secara umum, Prinsip Pembelajaran IPA Di SD adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Motivasi : motivasi adalah daya dorong seseorang untuk

melakukan sesuatu kegiatan.

2. Prinsip Latar : pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahuan

awal. Sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu

kekosongan.

3. Prinsip Menemukan : pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu

yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan

sesuatu.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

17

4. Prinsip Belajar Sambil Melakukan (learning by doing) : Pengalaman

yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak

mudah terlupakan.

5. Prinsip Belajar sambil Bermain : bermain merupakan kegiatan yang

dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga

akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses

pembelajaran.

6. Prinsip Hubungan Sosial : dalam beberapa hal kegiatan belajar akan

lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok karena siswa tahu

kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya

interaksi dan kerja sama dengan orang lain.

Dari prinsip-prinsip tersebut di atas disimpulkan bahwa IPA

merupakan ilmu yang menuntut pembelajarnya untuk dapat mempelajari IPA

tidak sekedar mengerti konsep tapi juga mengetahui dan memahami

bagaimana sesuatu terjadi dan didapatkan. Pembelajaran di SD sebaiknya IPA

diciptakan dalam suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga

mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan memahami secara

langsung konsep yang di ajarkan guru. Sebagai guru baiknya kita menerapkan

pembelajaran yang aktif dalam bentuk praktik supaya siswa meemahami

dengan baik karena melakukan secara langsung sealain itu juga harus

menyajikan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga tidak membuat

siswa jenuh.

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik dalam (Handayani 2011) hasil belajar adalah

bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

18

tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak mengerti menjadi

mengerti.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010), hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental

tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Sudjana (1987) tipe hasil belajar ada tiga yaitu bidang kognitif

(penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai)

dan bidang psikomotor (kemampuan / ketrampilan bertindak / berprilaku)

Bidang-bidang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bidang kognitif

Bidang kognitif meliputi tipe hasil belajar pengetahuan, tipe

hasil belajar pemahaman, tipe hasil belajar penerpaan. Hasil belajar

kognitif biasanya di ukur dengan tes dan hasilnya berupa nilai.

2. Bidang afektif

Bidang afektif meliputi rekasi yang berupa perasaan

ketertarikan yaitu sikap menyukai sesuatu yang biasanya itu

membuat mereka lebih meresa senang. Optimisme yaitu tentang

kesiapan, merasa bisa menyelesaikan sesuatu, bisa mengukur bahwa

diri bisa melakukannya, merasa bahwa sesuatu itu mudah, dan

percaya jika dia bisa mendapatkan sesuatu yang baik. Perubahan

karakter atau sikap yaitu tentang tertib dalam melakukan sesuatu baik

yang di perintahkan secara langsung maupun tidak.

3. Bidang psikomotor

Bidang psikomotor meliputi kemampuan di bidang fisik

sebagai contoh yaitu, melakukan percobaan terhadap sesuatu yang

didalamnya ada proses mengamati, melakukan, mencoba, membuat

dan terampil dalam melakukan sesuatu. Kerjasama bisa meliputi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

19

berkomunikasi dengan baik, cekatan dalam melakukan hal bersama

dan saling .

Dari uraian diatas hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang

dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil

belajar biasanya dinyatakan dalam tiga bidang yaitu kognitif, afekif dan

psikomotor. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran. Pemerolehan hasil belajar akan

memberikan sesuatu yang lebih dari yang belum tahu menjadi tahu, tidak

bisa menjadi bisa kemudian akan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang

lain. Hasil belajar disekolah salah satunya bisa dilihat dari hasil secara

kognitif, afektif san psikomotor.

Hasil belajar dalam bidang kognitif siswa bisa diukur dengan standar

KKM sekolah. SD N Bringin 01 sebagai subjek penelitian menerapkan

KKM IPA adalah 7,00.

Hasil belajar afektif siswa bisa diukur menurut sikap siswa. Siswa

dalam pembelajaran IPA bisa diamati hasil belajar afektifnya dengan

menilai ketertarikan terhadap pembelajaran IPA dengan metode Inquiry

dengan pemanfaatan KIT IPA, optimisme terhadap pembelajaran IPA

dengan metode Inquiry dengan pemanfaatan KIT IPA dan sikap terhadap

pembelajaran IPA secara keseluruhan.

Hasil belajar psikomotor siswa bisa dinilai dari aktifitas siswa dalam

pembelajaran IPA dalam metode Inquiry dengan pemanfaatan KIT IPA,

meliputi malakukan tiap tahap psikomotor dalam Inquiry dengan baik,

keaktifan dalam diskusi, serta kerjasama dengan siswa lain dalam

kelompok.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

20

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor

tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor

intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah , faktor

psikologis dan faktor kelelahan.

b. Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor

ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan

untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa

harus memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern dan berkebiasaan

belajar yang baik. Penelitian ini menggunakan metode inquiry dan

pemanfaatan KIT IPA dengan tujuan factor dari dalam siswa secara

psikoligis dapat menambah optimisme belajar siswa, dan tujuan yang

dilihat dari factor luar yaitu dapat memberikan metode pembelajaran di

sekolah yang baik.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain

yang digunakan sebagai bahan kajian yang relavan. Adapun penelitian-

penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Himmah (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Metode

Inquiri Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada Pembelajaran

IPA Di SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I

Tahun Ajaran 2009/2010”, menyimpulkan bahwa didalam penelitiannya ada

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

21

peningkatan ketuntasan prestasi belajar siswa yang terjadi secara bertahap,

dimana pada kondisi awal hanya terdapat 3 siswa (10.71 %) yang telah tuntas

dalam belajarnya, pada Siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 20

siswa (78,57 %) yang telah tuntas, dan pada Siklus II ketuntasan belajar siswa

menjadi 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inquiri

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Pada Pembelajaran IPA Di

SD Negeri Tutup II Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester I Tahun

Ajaran 2009/2010. Didalam penelitiannya jumlah siswa kelas IV ada 28 siswa,

13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

Supatmi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan

Hasil Belajar IPA dengan Pendekatan Inquiry pada Siswa Kelas IV SD N

Sekaran 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun Pelajaran

2009/2011”. Menyimpulkan bahwa :

1. Pendekatan Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dalam mengikuti

pelajaran IPA siswa kelas IV SD N Sekaran 01 dengan skor rata-rata

keaktifan siswa mencapai 2.65, kemudian siklus II mencapai 3.03, dan

siklus III mencapai 3,08.

2. Pendekatan Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD

N Sekaran 01 Semarang pada mata pelajaran IPA dengan skor pada siklus

I mencapai 58, 3 % , Siklus II : 83 % , Siklus III : 91, 6 %.

Wikaningrum (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya

peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa menggunakan metode inquiry

pembelajaran IPA dengan materi pokok pesawat sederhana di SD Negeri 3

kaloran tahun pelajaran 2009/2010” Menghasilkan kesimpulan sebagai berikut

1. Pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat meningkatkan

hasil belajar dalam meteri pokok pesawat sederhana. Hal ini dapat diihat

dari hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Rata-rata

nilai siswa saat kondisi awal adalah 64,48. Saat siklus 1 nilai rata-rata

meningkat sebanyak 71,53 dan siklus 2 rata-rata nilai siswa menjadi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

22

78,46 dan perbandingan ketuntasan siswa dari siklus 1 dan siklus II

adalah sebanyak 39 %

2. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA sangat berpengaruh

bagi hasil belajar siswa dan nilai siswa sudah memenuhi KKM.

3. Keaktifan siswa mengalami penngkatan dalam mengikuti pembelajaran

IPA dengan menggunakan metode inkuiri. Pada pembelajaran siklus I

masih ada beberapa siswa yang belum aktifdalam mengikuti proses

pembelajaran, sedangkan dalam siklus II sudah meningkat sebagian besar

siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Handayani (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Pemanfaatan Metode Inquiri Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD

Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Semester 2

Tahun Pelajaran 2010/2011”. Menghasilkan kesimpulan bahwa Berdasarkan

hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa

pemanfaatan metode inquiri dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Siwal

01 pada materi Cahaya dan sifat-sifatnya dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa. Pembelajaran dengan metode inquiri ini lebih efektif daripada dengan

menggunakan metode konvensional. Prestasi siswa kelas eksperimen pada

keadaan awal diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,40. Nilai ini diperoleh dari

hasil pretest. Setelah dilakukan treatmen, dan siswa diberi postes, rata-rata kelas

menjadi 76,20. Sehingga terjadi peningkatan prestasi. Hal ini membuktikan

bahwa pemanfaatan metode inquiri dalam pembelajaran dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa.

Trisnoherawati (2010) dalam tesisnya “Pengaruh pengngunaan KIT

IPA dalam Pembelajaran IPA terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SD

N Tombokrejo I dan SD N Tombok rejo II kecamatan Purworejo Kota

Pasuruan”. Menghasilkan kesimpulan dari sebuah table berikut bahwa KIT IPA

dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

23

Penelitian yang tersebut diatas menunjukkan sebuah hasil dari penelitian

yang mengungkap tentang metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA dalam

pembelajaran, walaupun berbeda akan tetapi masih berhubungan dengan

penelitian ini. Sehingga penelitian di atas mendukung penelitian ini. Pada

penelitian ini menekankan penggunaan metode Inquiri dengan KIT IPA dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa.

2.3. Kerangka Berfikir

Efektifitas adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan

yang telah ditentukan. Tolok ukur efektifitas dari metode inquiry dan

pemanfaatan KIT IPA terhadap hasil belajar adalah sebagai berikut :

1. Metode ini memiliki tujuan meningkatkan hasil belajar kognitif

sehingga mencapai KKM dan memberikan pengaruh atau

perbedaan sebelum dan sesudah penelitian.

2. Metode ini bertujuan meningakatkan hasil belajar afektif sesuai

dengan target yang ditentukan.

3. Metode ini bertujuan meningkatkan hasil belajar psikomotor

sesuai dengan target yang ditentukan.

Metode Inquiry merupakan sebuah metode pembelajaran yang

berpusat pada siswa yang mampu menciptakan sisw terampil dan

berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

24

dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan

keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil

menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Selain itu metode inquiry

bertujuan juga untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan

fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah mulai dari orientasi,

kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa

mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan

menyimpulkan, dan tidak lupa sedikit bimbingan dari guru karena siswa SD

belum bisa melakukan tahap-tahap inquiry secara mandiri.

Metode Inquiry diselaraskan dengan pembelajaran IPA. IPA merupakan

ilmu yang menuntut pembelajarnya untuk dapat mempelajari IPA tidak

sekedar mengerti konsep tapi juga mengetahui dan memahami bagaimana

sesuatu terjadi dan didapatkan. Pembelajaran di SD sebaiknya IPA diciptakan

dalam suasana pembelajaran yang membuat siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran dan memahami secara langsung konsep yang di ajarkan guru

dan tidak lupa selalu dibuat menyenangkan. Sebagai guru baiknya kita

menerapkan pemblajaran yang aktif dalam bentuk praktik supaya siswa

memahami dengan baik karena melakukan secara langsung juga tidak

membuat siswa jenuh. Inquiry merupakan salah satu motode yang sesuai,

namun inquiry juga mempunyai kelemahan yaitu tentang aktifitas kelas yang

tidak terkontrol. Kelemahan tersbut dapat diminimalisir dengan menggunakan

inquiry model terbimbing supaya metode inquiri dapat efektif terhadap hasil

pembelajaran yang akan dicapai.

KIT IPA merupakan seperangkat alat-alat IPA yang digunakan untuk

percobaan dalam pelajaran IPA di sekolah dasar, yang fungsinya adalah untuk

menciptakan pembelajaran IPA yang lebih bermakna interaktif dan dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud. KIT IPA bertujuan membantu

siswa supaya lebih dalam memahami apa yang terjadi secara langsung dan

mereka alami.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

25

Metode Inquiry dalam pelaksanaan mata pelajaran IPA dengan media

KIT IPA diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan kajian

penelitian yang telah ada. Hasil belajar merupakan pemerolehan yang didapat

seteleh melakukan usaha dalam belajar atau bisa juga dikatakan sebuah

perkembangan mental. Hasil belajar dapat dilihat dari tiga ranah yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu

intern dan ekstern. Supaya mendapat hasil belajar yang baik siswa harus

memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern . Faktor intern yang

digunakan dengan faktor psikologis siswa yang harus membuat siswa

nyaman, bersemangat dan menyukai hal yang dilkukan, sementara faktor

ekstern yang penulis ambil untuk meningkatkan hasil belajar yang ada

hubungannya dengan sekolah. Jadi di sekolah didesain sebuah pembelajaran

khususnya dalam mata pelajaran IPA supaya hasil belajar kognitif, afektif dan

psikomotor siswa meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, maka pelaksanaan pembelajaran IPA dengan

menerapkan model pembelajaran Inquiry dan pemanfaatan media KIT IPA

pada dasarnya adalah untuk mengetahui keefektifan seperti yang telah di

uraiakan diatas tentang penerapan metode Inquiri terhadap hasil belajar

kognitif, afektif dan psikomotor IPA pada siswa kelas V SD N Bringin 01

Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

26

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan suatu hipotesis.

Menurut Sugiyono (2009:64) mengemukakan Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan

Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji

statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun

hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Kognitif (Siswa dapat mencapai target nilai yang

ditentukan)

METODE INQUIRY 1. Orientasi

2. Merumuskan masalah

3. Merumuskan Hipotesis

4. Mengumpulkan data

5. Menguji hipotesis

6. Merumuskan kesimpulan

KIT IPA

a. Interaktif

b. Media yang nyata

Hasil belajar

Afektif (ketertarikan,

optimisme dan sikap sesuai target)

Psikomotor (melakukan percobaan,

menyimpulkan dan kerjasama sesuai target)

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Efektivitasrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2183/3/T1_292008081_BAB II.pdfdijadikan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah tujuan

27

1. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif tehadap hasil belajar

kognitif siswa kelas V SD.

Efektivitasnya diukur dengan:

a. Hasil µ1 > µ2

b. Ho : µ2 = µ1 ( Tidak ada perbedaan hasil rata-rata

posttest dengan hasil rata-rata hasil pretest ).

Ha : µ2 ≠ µ1 ( Ada perbedaan hasil nilai rata-rata

posttest tidak sama dengan hasil nilai rata-rata pretest ).

2. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif terhadap hasil belajar

afektif siswa kelas V SD dengan hasil angket ≥ 13 (kategori baik).

3. Metode Inquiry dan pemanfaatan KIT IPA efektif terhadap hasil belajar

psikomotor siswa kelas V SD dengan hasil penilaian unjuk kerja ≥ 43

(kategori baik).

Keterangan:

µ1 : rata-rata nilai pretest

µ2 : rata-rata nilai posttest